Anda di halaman 1dari 8

http://jurnal.untirta.ac.id/index.

php/Gravity
ISSN: 244-515x; e-ISSN: 2528-1976

Vol. 5, No. 2, Juli 2019, Hal. 50-57

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN


LEARNING CYCLE 7E TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS SISWA SMA
Eka Yustia Al Husnul*, Feriansyah Sesunan, Undang Rosidin
Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Lampung, Bandar Lampung
*Email: ekayustia.ey@gmail.com

ABSTRACT

This study aimed to investigate the influence of implementation learning cycle 7e model for critical thinking skills
of senior high school student on Newton's Law about motion. The population of this study is all students of class
X in 1 Gedongtataan Senior High School, Lampung, Indonesia. The sample of this study was taken by purposive
sampling that is as much as two classes which amounted to 64 students. The design used in this research is the
non-equivalent pretest-posttest control group design. Experimental class used learning cycle 7e model and control
class used problem solving model. Critical thinking skills data retrieval using a reasoned multiple choice with a
total of ten questions. Enhancement analysis using calculation of Normalized Gain (N-Gain). Based on the result
of this research, it was known that control class had N-gain average score in the amount of 0,59, while the
experiment class had N-gain average score in the amount of 0,67. Based on hypotheses analysis showed that there
was effect of implementation learning cycle 7e model for critical thinking skills of Senior High School student on
Newton's Law about motion.
Keywords: learning cycle 7e, critical thinking skill, Newton’s Law about motion.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran learning cycle 7e terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa SMA pada materi Hukum Newton tentang Gerak. Populasi dalam penelitian ini
yaitu seluruh siswa kelas X IPA SMA Negeri 1 Gedongtataan, Lampung, Indonesia. Sampel penelitian diambil
secara purposive sampling yaitu sebanyak dua kelas yang berjumlah 64 siswa. Desain penelitian yang digunakan
adalah Pretest Posttest Control Group Design. Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran learning
cycle 7e dan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran problem solving. Pengambilan data kemampuan
berpikir kritis menggunakan tes berbentuk soal pilihan ganda beralasan dengan jumlah sepuluh soal Analisis
peningkatan menggunakan perhitungan dari skor gain yang ternormalisasi (N-gain). Hasil penelitian diketahui
bahwa kelas kontrol memiliki rata-rata N-gain sebesar 0,59, sedangkan kelas eksperimen memiliki rata-rata N-
gain 0,67. Berdasarkan uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran
learning cycle 7e terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Hukum Newton tentang gerak.
© 2019 Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNTIRTA

Kata kunci: learning cycle 7e, kemampuan berpikir kritis, Hukum Newton tentang gerak.
E.Y. Al Husnul, F. Sesunan, U. Rosidin/ GRAVITY Vol.5, No.2, Hal.50-57 (2019)

PENDAHULUAN sebuah informasi yang diperoleh. Kemampuan


berpikir kritis dapat dimanifestasikan dalam dua
US-Based Partnership for 21st Century
belas indikator berpikir kritis menurut Ennis
Skills (P21) mengidentifikasikan kompetensi
(1989) yang dikelompokkan dalam lima
yang diperlukan di abad ke-21, yaitu “The
kelompok kemampuan berpikir, yakni
4Cs”- communication, collaboration, critical
memberikan penjelasan sederhana (elementary
thinking, dan creativity. Kompetensi –
clarification), membangun kemampuan dasar
kompetensi tersebut penting diajarkan kepada
(basic support), menyimpulkan (inference),
siswa dalam konteks bidang studi inti dan tema
memberikan penjelasan (advance clarification),
abad ke-21. Menurut paparan Wakil Menteri
dan mengatur srategi dan taktik (strategy and
Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia
tactics).
tantangan masa depan seperti keterampilan
Berdasarkan Permendiknas Nomor 41
berkomunikasi, dan keterampilan berpikir
Tahun 2007 tentang standar proses pendidikan,
jernih dan kritis merupakan 2 dari 10 alasan
yaitu proses pembelajaran pada setiap satuan
pengembangan kurikulum 2013.
pendidikan dasar dan menengah harus
Berdasarkan Permendiknas Nomor 23
interaktif, inspiratif, menyenangkan,
Tahun 2006 menyatakan tentang standar
menantang, dan memotivasi peserta didik untuk
kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan
berpartisipasi aktif serta memberikan ruang
dasar dan menengah dijelaskan bahwa tujuan
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
mempelajari fisika adalah agar peserta didik
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
memiliki kemampuan mengembangkan
pengembangan fisik serta psikologi peserta
kemampuan bernalar dalam berpikir analisis
didik.
induktif dan deduktif dengan menggunakan
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan
konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan
oleh peneliti di SMA Negeri 1 Gedongtataan
berbagai peristiwa alam dan menyelesaian
terungkap bahwa pada sekolah tersebut
masalah baik secara kualitatif maupun
pembelajaran fisika yang selama ini dilakukan
kuantitatif, sehingga setelah pembelajaran
guru berupa penjelasan materi fisika dengan
fisika diharapkan siswa tidak hanya memiliki
ceramah dan diskusi kemudian guru
kemampuan menguasai konsep fisika saja
memberikan contoh soal dan penyelesaiannya
(kemampuan berpikir dasar) tetapi juga
berdasarkan materi yang diajarkan, setelah itu
memiliki kemampuan bernalar dalam berpikir
siswa mengerjakan latihan soal di buku
analisis induktif dan deduktif (kemampuan
pelajaran fisika. Proses pembelajaran kurang
berpikir kritis) serta memiliki kemampuan
melibatkan siswa secara aktif dan cenderung
mengembangkan pengetahuan dan sikap
berpusat pada guru (teacher centered).
percaya diri (kemampuan berpikir kreatif).
Pelaksanaan praktikum fisika di laboratorium
Kemampuan berpikir kritis termasuk
juga jarang sekali dilakukan dan siswa lebih
salah satu keterampilan berpikir tingkat tinggi.
banyak menerima konsep fisika dari guru dari
Menurut Ennis (1996) berpikir kritis merupakan
pada proses penemuan konsep dari praktikum
pemikiran masuk akal dan reflektif yang
yang mereka lakukan, padahal kegiatan
berfokus pada pengambilan keputusan tentang
praktikum bisa melatih keterampilan berpikir
apa yang harus dipercaya atau dilakukan.
tingkat tinggi siswa salah satunya kemampuan
Masuk akal bisa diartikan berpikir berdasarkan
berpikir kritis.
fakta untuk mengambil keputusan karena Ennis
Kemampuan berpikir kritis siswa di
menganggap pengambilan keputusan
SMA Negeri 1 Gedongtataan tergolong masih
merupakan bagian dari berpikir kritis.
rendah dengan hasil penilaian guru fisika di
Sedangkan reflektif dapat diartikan sebagai
sekolah tersebut disebutkan bahwa hanya 19%
usaha sadar dan terus menerus untuk meyakini
menyatakan siswa dapat memberikan

51
E.Y. Al Husnul, F. Sesunan, U. Rosidin/ GRAVITY Vol.5, No.2, Hal.50-57 (2019)

penjelasan sederhana, 7% menyatakan siswa (elicit), melibatkan (engage), menyelidiki


dapat membangun keterampilan dasar 20% (explore), menjelaskan (explain),
menyatakan siswa dapat menyimpulkan, 8% mengembangkan (elaborate), memperluas
menyatakan siswa dapat memberikan (evaluate), dan mengevaluasi (extend).
penjelasan lanjut, dan 8% menyatakan siswa Berdasarkan pemaparan di atas, maka penelti
dapat mengatur strategi dan taktik. Selain itu telah melakukan penelitian untuk melihat
54% siswa dari sekolah tersebut menyatakan pengaruh penerapan model pembelajaran
bahwa mereka merasa tidak yakin dalam learning cycle 7e terhadap kemampuan berpikir
memberikan penjelasan mengenai kritis siswa SMA.
permasalahan fisika, 56% menyatakan merasa
kesulitan dalam membuat dan menyajikan METODE PENELITIAN
alasan yang meyakinkan untuk mendukung Desain penelitian yang digunakan adalah
kesimpulan, 49% menyatakan kesulitan dalam quasi experiment design dengan jenis non-
menyusun kesimpulan yang masuk akal dan equivalent control group design. Penelitian
tepat, dan 54% menyatakan kesulitan dalam menggunakan satu kelas kontrol dan satu kelas
menguraikan dan memahami berbagai aspek eksperimen, kemudian diberi pretest dan
yang diamati secara berurutan sampai pada posttest untuk mengetahui besarnya
suatu kesimpulan. kemampuan berpikir kritis dari penerapan
Menurut Aksela (2005) model model pembelajaran learning cycle 7E. Kelas
pembelajaran yang sesuai untuk keterampilan eksperimen diberi model pembelajaran learning
berpikir tingkat tinggi seperti keterampilan cycle 7E, sedangkan kelas kontrol
berpikir kritis antara lain adalah pembelajaran menggunakan model pembelajaran yang biasa
berbasis masalah, pembelajaran inquiry, diterapkan di sekolah. Secara umum desain
learning cycle, dan pembelajaran kooperatif. penelitian ditunjukkan pada Gambar 1.
Learning cycle merupakan salah satu model
pembelajaran yang menganut prinsip
kontruktivisme dan dikembangkan oleh Robert O1 X1 O2
Karplus dalam Science Curiculum Improvement
Study (SCIS) dari Universitas California, O3 X2 O4
Berkeley tahun 1970-an (Trowbright & Bybee
dalam Wena, 2009: 170-171) yang pada Gambar 1. Desain Penelitian
awalnya hanya terdiri dari tiga tahapan,
kemudian dikembangkan oleh Lorsbach (2002)
Keterangan:
menjadi lima tahapan atau learning cycle 5E,
O1 : Pretest pada kelas eksperimen
lalu dikembangkan lagi oleh Eisenkraft (2003)
O2 : Posttest pada kelas eksperimen
menjadi tujuh tahapan atau learning cycle 7E.
O3 : Pretest pada kelas kontrol
Sornsakda et.al, (2009) menyatakan
O4 : Posttest pada kelas kontrol
bahwa model pembelajaran learning cycle 7E
X1 : Model pembelajaran learning cycle
sangat penting dalam meningkatkan
7E
kemampuan memahami dan keterampilan
X2 : Model pembelajaran yang biasa
berpikir kritis siswa karena pada awal
diterapkan di sekolah
pembelajaran, siswa dibimbing guru untuk
menggali konsep yang sudah dipelajari
Penelitian mulai dilaksanakan pada
kemudian dikaitkan dengan materi yang akan
tanggal 7 Januari 2019 sampai dengan 23
dipelajari. Model pembelajaran learning cylce
Januari 2019, dengan pretest dilaksanakan
7E merupakan model pembelajaran yang terdiri
terlebih dahulu pada tanggal 11 Desember
dari tujuh tahapan, yaitu tahap memperoleh

52
E.Y. Al Husnul, F. Sesunan, U. Rosidin/ GRAVITY Vol.5, No.2, Hal.50-57 (2019)

2018. Populasi dalam penelitian adalah seluruh Tahap Persiapan


siswa kelas X di SMA Negeri 1 Gedongtataan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini
pada semester genap tahun ajaran 2018/2019 adalah sebagai berikut: a) Melakukan studi
sebanyak 6 kelas.Pengambilan sampel pendahuluan dengan menyebarkan angket dan
menggunakan teknik purposive sampling. mengobservasi kegiatan pembelajaran; b)Studi
Terdapat dua macam variabel dalam penelitian literatur, dilakukan untuk memperoleh teori
yaitu variabel bebas dan variabel terikat, yang akurat mengenai permasalahan yang akan
Variabel bebas yaitu model pembelajaran dikaji; c) Melakukan studi kurikulum mengenai
learning cycle 7E dan model pembelajaran yang pokok bahasan yang dijadikan penelitian untuk
biasa diterapkan di sekolah., sedangkan variabel mengetahui kompetensi dasar yang hendak
terikatnya yaitu kemampuan berpikir kritis dicapai; d) Membuat dan menyusun instrumen
siswa. penelitian; e) Membuat instrumen penelitian,
Instrumen penelitian yang digunakan yaitu tes kemampuan berpikir kritis; f)
adalah rencana pelaksanaan pembelajaran Melakukan uji validasi instrumen oleh
(RPP) dan lembar tes soal. Instrumen soal pembimbing; g) Melakukan uji coba instrumen
terdiri dari sepuluh soal pilihan ganda beralasan penelitian; h) Menganalisis hasil uji validitas
hasil pengembangan dari Fitri Mar’atus dan uji coba instrumen penelitian; i) Melakukan
Shalekha (2018). Soal tes ini digunakan untuk revisi instrumen penelitian
mengukur keterampilan berpikir kritis siswa
yang berbentuk pilihan ganda beralasan. Tes Tahap Pelaksanaan
diberikan sebanyak dua kali, yaitu pretest yang Kegiatan yang dilakukan pada tahap
berfungsi untuk mengetahui keterampilan pelaksanaan meliputi: a) Memberikan test awal
berpikir kritis awal siswa sebelum diberikan (pretest); b) Memberikan perlakuan, yaitu
perlakuan dan selanjutnya dilakukan posttest, dengan cara menerapkan model learning cycle
yaitu untuk mengetahui keterampilan berpikir 7E pada pembelajaran; c) Memberikan test
kritis akhir setelah diberikan perlakuan. Soal akhir (posttest).
yang diberikan pada saat pretest dan posttest
terdiri dari 10 soal pilihan ganda beralasan. Tahap Akhir
Instrumen soal diuji terlebih dahulu dengan Pada tahapan ini kegiatan yang akan
menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas. dilakukan antara lain: a) Mengolah data hasil tes
Pengukuran kemampuan berpikir kritis awal (pretest) dan tes akhir (posttest); b)
siswa dilakukan dengan mengukur N-gain yang Membandingkan hasil analisis data instrumen
diperoleh setelah melakukan pretest dan tes antara sebelum perlakuan dan setelah diberi
posttest pada kedua kelas. Data perolehan N- perlakuan; c) Memberikan kesimpulan
gain kedua kelas selanjutnya diuji normalitas berdasarkan hasil yang diperoleh
dan homogenitas. Apabila hasil uji data N-gain
tersebut normal dan homogen, maka dilakukan HASIL DAN PEMBAHASAN
uji independent sample T test. Kriteria Data kemampuan berpikir kritis
pengujiannya yaitu jika nilai probabilitas (Sig) diambil dari kelas eksperimen dan kelas kontrol
> 0,05, maka H0 diterima dan jika nilai dengan jumlah masing-masing sebanyak 32
probabilitas (Sig) < 0,05, maka H0 ditolak siswa. Data diperoleh dengan memberikan 10
(Priyatno, 2010). butir soal pilihan ganda beralasan pada kedua
Langkah-langkah yang dilakukan kelas Kemampuan awal siswa ditunjukkan oleh
dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga nilai pretest dan kemampuan akhir siswa
tahapan, yaitu: ditunjukkan oleh nilai posttest. Grafik nilai
pretest dan posttest dari kedua kelas dapat

53
E.Y. Al Husnul, F. Sesunan, U. Rosidin/ GRAVITY Vol.5, No.2, Hal.50-57 (2019)

dilihat pada Gambar 2. Rata-rata kemampuan kemampuan berpikir kritis siswa diperoleh
berpikir kritis siswa sebelum diterapkan sebesar 0,67 dengan kategori sedang di
model pembelajaran learning cycle 7e pada mana dari 32 siswa terdapat 18 siswa masuk
kelas eksperimen sebesar 30,78, setelah ke dalam kategori tinggi (43,75%),
diterapkan model pembelajaran learning sebanyak 14 siswa masuk ke dalam kategori
cycle 7e rata-rata kemampuan berpikir kritis sedang (56,25%), dan tidak ada siswa yang
siswa menjadi 77,11, terjadi peningkatan masuk ke dalam kategori rendah.
kemampuan berpikir kritis sebesar 46,33. Sedangkan pada kelas kontrol, rata-rata N-
Begitu pula pada kelas kontrol, sebelum gain kemampuan berpikir kritis siswa
pembelajaran rata-rata kemampuan berpikir diperoleh sebesar 0,59 dengan kategori
kritis siswa sebesar 30,23, setelah sedang di mana dari 32 siswa terdapat 5
diterapkan model pembelajaran yang biasa siswa masuk ke dalam kategori tinggi
diterapkan di sekolah kemampuan berpikir (15,67%), sebanyak 27 siswa masuk ke
kritis siswa menjadi 71,02, terjadi dalam kategori sedang (56,25%), dan tidak
peningkatan kemampuan berpikir kritis ada siswa yang masuk ke dalam kategori
sebesar 40,79. Hasil perolehan rata-rata rendah.
nilai N-gain dapat dilihat pada Tabel 1. Pengukuran selanjutnya adalah uji
normalitas untuk mengetahui data N-gain yang
90,00
diperoleh normal atau tidak. Hasil uji
77,11
Kemampuan Berpikir Kritis

80,00 71,02 normalitas data N-gain kedua kelas tertera pada


70,00
60,00
Tabel 2.
50,00
40,00 30,23 30,78 Tabel 2. Hasil Uji Normalitas skor N-gain
30,00 Pretest
20,00 Posttest Kelas
10,00 Parameter Kelas Eksperimen
0,00 Kontrol
Kelas Kelas Asymp Sig
Kontrol Eksperimen 0,550 0,746
(2-tailed)
Rata-rata
Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai
Gambar 2. Grafik Rata-rata Pretest dan Posttest asymp. sig. (2-tailed) pada kelas eksperimen
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dan kelas kontrol sebesar 0,550 dan 0,746.
Kedua nilai tersebut lebih besar daripada 0,05,
Tabel 1. Perolehan N-gain Kemampuan sehingga dapat disimpulkan bahwa data N-gain
Berpikir Kritis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
Perolehan Skor Eksperimen Kontrol berdistribusi normal.
Gain Tertinggi 70 62,5
Gain Terendah 25 25 Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas
Rata-rata Gain 46,33 40,79 Levene Statistic df1 df2 Sig.
Kenaikan Skor
46% 41% 0,140 1 62 0,709
Rata-rata
Rata-rata N-gain 0,67 0,59 Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai
Kategori Rata-rata signifikansi dari uji kesamaan varian
Sedang Sedang
N-gain (homogenitas) sebesar 0,709. Nilai ini lebih
besar dari 0,05, sehingga disimpulkan bahwa
Berdasarkan Tabel 1 diketahui pada kedua varian sama (varian kelompok kelas
kelas eksperimen rata-rata N-gain eksperimen dan kelompok kelas kontrol adalah

54
E.Y. Al Husnul, F. Sesunan, U. Rosidin/ GRAVITY Vol.5, No.2, Hal.50-57 (2019)

sama). Setelah didapatkan kedua data menemukan dan menjelaskan contoh aplikasi
berdistribusi normal dan homogen, dilakukan konsep yang telah dipelajari secara mandiri dan
pengujian hipotesis untuk menjawab diskusi konfirmasi terhadap teman yang lainnya
permasalahan. Hipotesis dalam penelitian serta guru berperan sebagai fasilisator dan
adalah: mengarahkan siswa apabila terdapat hal yang
H0 : tidak terdapat pengaruh penerapan model menyimpang atau miskonsepsi.
learning cycle 7E terhadap kemampuan Hasil penelitian yang dilakukan oleh
berpikir kritis siswa SMA Permana (2018) menyatakan bahwa
H1 : terdapat pengaruh penerapan model implementasi model pembelajaran learning
learning cycle terhadap kemampuan cyle 7e dapat meningkatkan kemampuan siswa
berpikir kritis siswa SMA dalam menjawab pertanyaan tentang fakta,
menemukan persamaan dan perbedaan,
Hasil pengujian hipotesis secara rinci dapat
memberikan alasan, melaporkan berdasarkan
dilihat pada Tabel 4.
pengamatan, serta mempertimbangkan
Tabel 4. Hasil Uji Independent Sample T-Test alternatif atau dengan kata lain kemampuan
Data Kemampuan Berpikir Kritis berpikir kritis meningkat. Patmah, dkk (2017)
N-gain menambahkan pula bahwa penggunaan model
Equal Equal pembelajaran learning cycle 7e memberikan
Variances Variances
peluang kepada siswa untuk memahami konsep
Assumed Not
fisika melalui diskusi, praktikum,
Assumed
t -2,841 -2,841
mengembangkan pengetahuan, dan evaluasi
t-test for yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis
df 62 61,893
Equality siswa.
Sig. (2- 0,006 0,006
of Means Hal ini sesuai juga dengan Budprom
tailed)
et.al. (2010) yang menunjukkan, bahwa
Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa
keterampilan berpikir kritis siswa secara
nilai signifikansi sebesar 0,006 kurang dari
keseluruhan dan secara aspek yang diajarkan
0,05. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima.
dengan model pembelajaran learning cycle
Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka
lebih baik dibandingkan siswa yang diajarkan
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
dengan intruksi buku panduan guru. Laporan
rata-rata N-gain kemampuan berpikir kritis
Armiza (2007) menunjukkan, bahwa model
pada kelas yang menggunakan model
pembelajaran siklus belajar dengan abduktif
pembelajaran learning cycle 7E dengan kelas
empiris juga dapat meningkatkan keterampilan
yang menggunakan model pembelajaran yang
berpikir kritis siswa.
biasa diterapkan di sekolah (dalam hal ini
Sebaliknya kelas kontrol memiliki
menerapkan model pembelajaran probem
kemampuan berpikir kritis yang lebih rendah,
solving).
karena penerapan model pembelajaran probem
Kelas eksperimen lebih baik dalam
solving hanya terbatas pada pemecahan masalah
meningkatkan kemampuan berpikir kritis
tanpa memberikan kesempatan kepada siswa
dibandingkan dengan kelas kontrol, karena
untuk mengembangkan pengetahuannya.
pada proses dan kegiatan pembelajaran dengan
Penyataan ini didukung oleh Polya (2002: 30)
menerapkan model pembelajaran learning cycle
yang menyatakan bahwa kekurangan model
7e terdapat sintaks pembelajaran yang memacu
pembelajaran probem solving adalah terbatas
siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran,
pada pemecahan masalah sedangkan tidak
seperti siswa diberi kesempatan untuk
semua materi pelajaran terdapat masalah.
mengembangkan pengetahuannya, memberikan
Hasil perhitungan rata-rata N-gain
siswa kesempatan untuk berpikir, mencari,
kemampuan berpikir kritis pada kelas

55
E.Y. Al Husnul, F. Sesunan, U. Rosidin/ GRAVITY Vol.5, No.2, Hal.50-57 (2019)

eksperimen dan kelas kontrol memiliki pembelajaran dengan baik agar pembelajaran
perbedaan yang tidak bergitu jauh, keduanya menjadi efektif dan efisien.
memiliki rata-rata N-gain dalam kategori
sedang. Hasil peningkatan kemampuan berpikir DAFTAR PUSTAKA
kritis pada kelas yang menerapkan model Aksela, M. 2005. Supporting Meaningful
pembelajaran learning cycle 7e belum optimal Chemistry Learning and Higher Order
karena beberapa aspek dari model pembelajaran Thinking Through Computer. Assited
learning cycle 7e diduga belum diterapkan Inquiry: a Design Research Approach.
secara maksimal selama proses pembelajaran.
Selama proses pembelajaran siswa cenderung Armiza. 2007. Model Siklus Belajar Abduktif
merasa terburu-buru akibat keterbatasan waktu, Empiris untuk Meningkatkan
sehingga tidak melakukan percobaan ulang Pemahaman Konsep dan Keterampilan
yang menyebabkan kesalahan praktikum dan Berpikir Kritis Siswa SMP pada Materi
hasil percobaan terkadang tidak sesuai dengan Pemantulan Cahaya. Jurnal Penelitian
teori. Namun karena dilakukannya diskusi Pendidikan IPA 1(1).98-99.
konfirmasi terhadap teman yang lain dan siswa Budprom W, Paitool S, Adisak S. 2010. Effects
diberi kesempatan untuk mengembangkan of Learning Eanviromental Education
pengetahuannya serta guru berperan sebagai Using the 5E-Learning Cycle with
fasilisator dan mengarahkan siswa apabila Multiple Intelligences and Teacher’s
terdapat hal yang menyimpang atau Handbook Approach on Learning
miskonsepsi maka kemampuan berpikir kritis Achievment, Basic Science Process
siswa dapat meningkat walau waktu yang Skills and Critical Thinking of Grade 9
digunakan relatif singkat. Students. Pakistan Journal of Social
Sciences 7(3): 200-204.
PENUTUP
Departemen Pendidikan Nasional. 2006.
Penelitian menemukan bahwa terdapat Standar Kompetensi Lulusan untuk
pengaruh penerapan model pembelajaran Satuan Pendidikan Dasar dan
learning cycle 7E terhadap kemampuan berpikir Menengah. Jakarta: Depdiknas.
kritis siswa SMA. Nilai rata-rata N-gain . 2007.
kemampuan berpikir kritis siswa yang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan
menggunakan model pembelajaran learning Dasar dan Menengah. Jakarta:
cycle 7e lebih tinggi dibandingkan dengan nilai Depdiknas.
rata-rata N-gain kemampuan berpikir kritis Eisenkraft, A. 2003. Expanding The 5E Model:
siswa yang menggunakan model pembelajaran A Proposed 7E Model Emphasizes
yang biasa diterapkan di sekolah (dalam hal ini “Transfer Of Learning” And The
menerapkan model pembelajaran probem Importance Of Eliciting Prior
solving). Understanding. The Science Teacher, 70
Untuk peneliti lain yang akan (6), 57-59.
menggunakan model learning cycle 7e Ennis, R. H. 1996. Critical Thinking
diharapkan dapat mengatur strategi waktu Dispositions: Their Nature and
dengan baik karena dalam menerapkan model Assessability. University of Illinois UC. 8
pembelajaran learning cycle 7e seluruh sintaks (2&3), 166.
dapat diterapkan dengan sekurang-kurangnya Ennis, R. H. 1989. Critical thinking and subject
dua kali pertemuan. Bagi guru yang akan specificity: Clarification and needed
menerapkan model pembelajaran learning research. Educational Researcher, 18
cycle 7e diharapkan menguasai sintaks (3), 4-10.

56
E.Y. Al Husnul, F. Sesunan, U. Rosidin/ GRAVITY Vol.5, No.2, Hal.50-57 (2019)

Lorsbach, A. W. 2002. The Learning Cycle As


A Tool For Planning Sience Instruction.
[Online]. Tersedia di:
http://www.coe.ilstu.edu/scienceed
/Lorsbach2571rcy.htm. Diakses 15
September 2018.
Patmah, Purwoko, A. A., & Muntari. 2017.
Pengaruh Model Pembelajaran Learning
Cycle 7E Terhadap Hasil Belajar Kimia.
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, 2 (1),
69-86.
Permana, N. D. 2018. Penerapan Model
Pembelajaran Learning Cycle 7E
Berbantuan Website Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Materi Kinematika Gerak Lurus. Journal
of Natural Science and Integration, 1 (1),
11-41.
Polya. 2002. Model Problem Solving dalam
Pembelajaran. Jakarta: Pustaka Buku.
Priyatno. 2010. Paham Analisa Statistik Data
dengan SPSS. Jakarta: Buku Seri.
Sornsakda, S., Suksringarm, P., & Singseewo,
A. 2009. Effects of Learning
Environmental Education Using the 7E-
Learning Cycle with Metacognitive
Technique and Theachers Handbook
Approaches on Learning Achievment,
Integrated Science Process Skills and
Critical Thinking of Mathayomsuksa 5
Students with Different Learning
Achievment. Pakistan Journal of Social
Sciences, 6 (5), 297-303.

57

Anda mungkin juga menyukai