KEGIATAN IMPLEMENTASI I
PENERAPAN PENOMORAN TEMPAT TIDUR PASIEN
RUANGAN SAFA RSUD HARAPAN DAN DOA KOTA
BENGKULU TAHUN 2021
DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
MENYETUJUI
PEMBIMBING AKADEMIK
A. LATAR BELAKANG
Keamanan adalah prinsip yang paling fundamental dalam pemberian pelayanan
kesehatan maupun keperawatan, dan sekaligus aspek yang paling kritis dari
manajemen kualitas. Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi
solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes 2016).
Tujuan dilakukannya kegiatan Patient Safety di rumah sakit adalah untuk
menciptakan budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas
rumah sakit, menurunkan KTD di rumah sakit, terlaksananya program-program
pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan. Mengingat
masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang penting dalam sebuah rumah
sakit, maka diperlukan standar keselamatan pasien rumah sakit yang dapat digunakan
sebagai acuan bagi rumah sakit di Indonesia. Hampir setiap tindakan medic
menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat, jenis pemeriksaan dan prosedur,
serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup besar, merupakan hal yang
potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors). Menurut Institute of
Medicine (2016), kesalahan medis didefinisikan sebagai: suatu Kegagalan tindakan
medis yang telah direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti yang diharapkan atau
perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu., kesalahan perencanaan).
Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse
Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD).
Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian akibat
melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius
tidak terjadi, karena keberuntungan (misalnya,pasien terima suatu obat kontra indikasi
tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan
diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan),
dan peringanan (suatu obat dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini
lalu diberikan antidotenya). Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
merupakan suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada
pasien karena suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (omission), dan bukan karena “underlying disease” atau kondisi
pasien.
Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap diagnostic seperti kesalahan atau
keterlambatan diagnose, tidak menerapkan pemeriksaan yang sesuai, menggunakan
cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau tidak bertindak atas hasil pemeriksaan
atau observasi; tahap pengobatan seperti kesalahan pada prosedur pengobatan,
pelaksanaan terapi, metode penggunaan obat, dan keterlambatan merespon hasil
pemeriksaan asuhan yang tidak layak; tahap preventive seperti tidak memberikan
terapi provilaktik serta monitor dan follow up yang tidak adekuat; atau pada hal teknis
yang lain seperti kegagalan berkomunikasi, kegagalan alat atau system yang lain.
Dalam kenyataannya masalah medical error dalam sistem pelayanan kesehatan
mencerminkan fenomena gunung es, karena yang terdeteksi umumnya adalah adverse
event yang ditemukan secara kebetulan saja. Sebagian besar yang lain cenderung tidak
dilaporkan, tidak dicatat, atau justru luput dari perhatian kita semua.
Mempertimbangkan betapa pentingnya misi rumah sakit untuk mampu memberikan
pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap pasien mengharuskan rumah sakit untuk
berusaha mengurangi medical error sebagai bagian dari penghargaannya terhadap
kemanusiaan, maka dikembangkan system Patient Safety yang dirancang mampu
menjawab permasalahan yang ada.
Keperawatan adalah bentuk layanan atau asuhan profesional dan ilmu
keperawatan serta berorientasi pada kebutuhan nyata dari pasien, melihat lansung pada
standar profesional keperawatan dan menjadikan etika keperawatan sebagai landasan
utama tuntutan kerja (Nursalam, 2015). Menurut Kemenkes (2017) keperawatan
adalah kegiatan dalam memberikan asuhan pada individu keluarga dan kelompok baik
dalam kondisi sehat maupun sakit. Perawat merupakan ujung tombak dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien sehingga perawat memiliki tugas
sangat penting untuk mencapai kualitas yang baik dalam pelayanan kesehatan.
B. RENCANA TINDAKAN
1. Rencana Tindakan
Penerapan pelabelan atau penomoran pada tempat tidur pasien di ruang safa RS
Harapan dan Doa Kota Bengkulu.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pelabelan atau penomoran pada tempat tidur pasien
diharapkan perawat dapat bertanggungjawab terhadap keselamatan pasien dan
untuk menghindari medical error karena dapat menjadi permasalahan dengan
mutu rumah sakit.
b. Tujuan Khusus
Setelah di terapkan pembaharuan terhadap penomoran tempat tidur pasien di
ruangan diharapkan perawat mampu :
Alam, S., Indar, & Syafar., M. (2008). Analisis hubungan karakteristik induvidu dan
motivasi dengan kinerja asuhan perawatan BP. Rumah Sakit Umum
Labung Baji Makassar.. Kesehatan Masyarakat Madani, 1(2)
Ansori, R. R., & Martiana, T. (2017). Hubungan faktor karakteristi individu dan
kondisi pekerjaan terhadap stres kerja pada perawat gigi Jurnal Of Public
Health, 12(1),75-84.
Anggraeni, A. D., Setyaningsih, Y., & Suroto. (2017). Hubungan antara karakteristik
individu dan intrinsik dengan stres kerja pada pekerja pada pekerja
sandblasting. Kesehatan Masyarakat, 5(3), 226–233.
Arruum, D., Sahar, J., & Gayatri, D. (2015). Kontribusi perbedean psikologis perawat
terhadap Pemberdayaan psikologia.Jurnal Keperawatan Indonesia, 18(1),
17-22.
Astini, A., Sidin, A. I., & Kapalawi, I. (2013). Hubungan kepuasan kerja dengan
kinerja perawat di unit rawat inap rumah sakit universitas hasanuddin
tahun 2013, 1–14.
Damanik. (2016). Pengruh Jenis Kelamin, Motivasi belajar, dan bimbingan karier
terhadap cita-cita siswa.(Tesis). Universitas Sanata Dharma, Depok,
Indonesia.
Desima, R. (2013). Tingkat stres kerja perawat dengan perilaku caring perawat. Jurnal
Keperawatan, 4 (1), 43–55.
Faizin, A., & Winarsih. (2008). Hubungan tingkat pendidikan dan lama kerja perawat
dengan kinerja perawat di RSUD Pandan Kabupaten Boyolali. 137–142.
Fritz. (2011). Hubungan Usia, Masa Kerja dengan Kepuasan Kerja Perawat di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit dr. Koesnadi Bondowoso. Jurnal Of Health
Science, 1(2), 30–37.
Gobel, R. S., Rattu, J. A. M., & Akili, R. H. (2014). Faktor – Faktor Yang
Berhubungan Dengan Stres Kerja Pada Perawat Di Ruang Icu Dan UGD
RSUD Datoe Binangkang Kabupaten Bolaang Mongondow.
Heruqutanto, Harsono, H., Damayanti, M., & Setiawati, E. P. (2017). Stres Kerja pada
Perawat di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer,
5(1),12-17
Indriono Anik, & Zaenudin. (2015). Hubungan antara motivasi kerja perawat dengan
kepuasan kerja perawat di instalasi rawat inap badan rumah sakit umum
daerah kabupaten batang, 1–14.
Indriyani. (2009). Pengaruh konflik peran ganda dan stres kerja terhadap kinerja
perawat wanita rumah sakit. (Tesis). Universitas Diponegoro Semarang,
Depok, Indonesia
Kementrian Kesehatan RI. (2017). Situasi Tenaga Keperawatan. Info Datin, 1–12.
Kreitner dan Kinichi Angelo. (2004). Perilaku Organisasi (1st ed.). Jakarta: Salember
Empat.
Makatiho, J. G., Tilaar, C., & Ratag, B. (2015). Motivasi kerja Perawat di Instalasi
rawat inap C 1-10
Meta Nurita D.S. (2012). Hubungan Antara Kecerdasan Emosional (EQ) dengan
kinerja Perawat pada Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta-
Selatan. Jurnal psikologis, 1-35 Moekijat. (1995). Perencanaan Dan
Pengembangan (3rd ed.). Bandung: Remaja Rodaskarya