Anda di halaman 1dari 17

APLIKASI KOMUNIKASI DALAM KESEHATAN GIGI

“CARA MENGATASI PASIEN ANAK YANG TERTUTUP DALAM


PERAWATAN TOPIKAL APLIKASI”

Nama:Salsabila Erwani
NIM:PO7125119033

DOSEN PEMBIMBING:
1.drg.Saluna Deynilisa,M.Pd
2.Masayu Nurhayati,S.Pd,M.Pd

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN D3 KESEHATAN GIGI
TAHUN AJARAN 2020/2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Aplikasi Komunikasi dalam Kesehatan Gigi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang komunikasi pada pasien

Saya mengucapkan terima kasih dosen pada mata kuliah Aplikasi Komunikasi dalam
Kesehatan Gigi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 27 Maret 20221

Salsabila Erwani
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................................ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii
Latar Belakang........................................................................................................................ 1

LANDASAN TEORI................................................................................................................2
A. Apa Pentingnya Komunikasi Pada Pasien Anak.................................................2
B. Bagaimana Cara Mengatasi Pasien Anak dengan Sifat Tertutup.........................3
C. Kegunaan Pemberian Topikal Aplikasi Pada Pasien Anak..................................5
D. Cara Pemberian Topikal Aplikasi.......................................................................6
PENUTUP ................................................................................................................................9
A. Kesimpulan .........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................10
LATAR BELAKANG

Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi profesional yang dilakukan oleh


perawat atau tenaga kesehatan lainnya, yang direncanakan, mempunyai tujuan, dan
difokuskan kepada proses kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik ini digunakan untuk
menciptakan hubungan yang baik antara perawat dan pasien sehingga kebutuhan pasien dapat
terpenuhi. Dengan penerapan komunikasi terapeutik yang benar akan membantu dalam
kelancaran pemberian asuhan keperawatan untuk pasien. Pada Pasien anak sangatlah penting
membangun komunikasi saat dilakukannya pemeriksaan dan perawatan gigi, dengan
beberapa kasus yang ada dan berbagai macam sifat prilaku dari anak.

Untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi yang salah satu upayanya yaitu
mempertahankan gigi terhadap serangan karies dengan cara melakukan pemolesan zat fluor
ke dalam lapisan gigi dengan harapan email yang merupakan lapisan terluar gigi akan lebih
tahan asam, sehingga gigi terhindar dari serangan karies gigi tersebut. Aplikasi topikal fluor
merupakan tehnik yang sederhana untuk aplikasi larutan fluor yang dilakukan oleh praktisi
gigi dan dapat diaplikasikan dengan mudah. Fluoridasi topikal ini sangat dianjurkan pada gigi
anak yang baru erupsi di dalam mulut untuk memperkuat lapisan email gigi. Pengolesan fluor
ini sangat penting dilakukan pada anak usia sekolah, karena akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan kesehatan gigi selanjutnya.
LANDASAN TEORI

A. Apa Pentingnya Komunikasi Pada Pasien Anak


Komunikasi terapeutik adalah komunikasi interpersonal antara perawat dan
pasien yang dilakukan secara sadar ketika perawat dan pasien saling mempengaruhi
dan memperoleh pengalaman bersama yang bertujuan untuk mengatasi masalah
pasien serta memperbaiki pengalaman emosional pasien yang pada akhirnya akan
mencapai kesembuhan (Anjaswarni, 2016).
Penerapan komunikasi terapeutik oleh perawat ini dihubungkan dengan
peningkatan rasa saling percaya antara pasien dan perawat, apabila penerapannya
kurang akan mengakibatkan pada hubungan yang kurang baik yang akan berdampak
pada ketidakpuasan pasien. Pasien akan merasakan kepuasan saat kinerja layanan
kesehatan yang mereka terima melebihi harapan (Rorie, 2014). Komunikasi yang
buruk merupakan penyebab yang paling sering ditemukan, yang memberikan dampak
masalah dalam identifikasi pasien, pengobatan dan transfusi, prosedur operasi, dimana
semua hal tersebut dapat meningkatkna resiko insiden keselamatan.
Keberhasilan penerapan komunikasi terapeutik dipengaruhi oleh faktor usia,
tingkat pendidikan,lama bekerja,pengetahuan, kepercayaan, sikap, ketersediaan
peraturan kerja, dan dukungan eksternal (Budiman, 2013).
Pasien anak merupakan individu yang unik, dalam melakukan komunikasi
terapeutik dengan pasien anak dibutuhkan teknik yang cukup berbeda. Diawal telah
dijelaskan beberapa teknik komunikasi terapeutik pada umumnya, sedangkan cara
yang perlu diterapkan saat melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien anak,
antara lain : (Mundakir, 2005 : 153-154).
1. Nada suara, diharapkan perawat dapat berbicara dengan nada suara
yang rendah dan lambat. Agar pasien anak jauh lebih mengerti apa
yang ditanyakan oleh perawat.
2. Mengalihkan aktivitas, pasien anak yang terkadang hiperaktif lebih
menyukai aktivitas yang ia sukai, sehingga perawat perlu membuat
jadwal yang bergantian antara aktivitas yang pasien anak sukai dengan
aktivitas terapi atau medis.
3. Jarak interaksi, diharapkan perawat dapat mempertahankan jarak
yang aman saat berinteraksi dengan pasien anak.
4. Kontak mata, diharapkan perawat dapat mengurangi kontak mata saat
mendapat respon dari pasien anak yang kurang baik, dan kembali
melakukan kontak mata saat kira-kira pasien anak sudah dapat
mengontrol perilakunya.
5. Sentuhan, jangan pernah menyentuh anak tanpa izin dari si anak

B. Bagaimana Cara Mengatasi Pasien Anak dengan Sifat Tertutup


Seseorang yang memiliki kecenderungan introvert akan memiliki karakteristik
antara lain: tertarik dengan pikiran dan perasaannya sendiri, tampil dengan muka
pendiam dan tampak penuh pemikiran, biasanya tidak mempunyai banyak teman, sulit
membuat hubungan baru, menyukai konsentrasi dan kesunyian, tidk suka dengan
kunjungan yang tidak diharapkan, baik bekerja sendirian daripada berkelompok.
Berdasarkan teori Jung (dalam Eysenck, 2006. Hal: 293) yang menyatakan beberapa
ciri orang yang introvert, yaitu terutama dalam keadaan emosional atau konflik, orang
dengan kepribadian ini cenderung untuk menarik diri dan menyendiri. Mereka lebih
menyukai pemikiran sendiri daripada berbicara dengan orang lain.
Mereka cenderung berhati-hati, pesimis, kritis dan selalu berusaha
mempertahankan sifat-sifat baik untuk diri sendiri sehingga dengan sendirinya mereka
sulit untuk dimengerti. Mereka seringkali banyak pengetahuan atau mengembangkan
bakat diatas rata-rata dan mereka hanya dapat menunjukkan bakat mereka
dilingkungan yang menyenangkan. Orang introvert berada dalam puncaknya dalam
keadaan sendiri atau dalam kelompok kecil tidak asing.
Anak yang memiliki kepribadian introvert biasanya akan kesulitan dalam
berkomunikasi secara verbal, yang di maksud kesulitan dalam berkomunikasi verbal
adalah mengungkapkan apa yang ada di dalam isi hatinya. Menurut Suryabrata (2010:
162) orang yang introvert itu penyelesaiannya dengan dunia luar kurang baik; jiwanya
tertutup, sukar bergaul, sukar berhubungan dengan orang lain, kurang dapat menarik
hati orang lain, penyesuaian dengan batinnyabaik. Anak yang berkepribadian introvert
yaitu tertutup dan kurangnya atau sulit bergaul dengan orang lain atau lingkungan
sekitar yang mengakibatkan orang lain susah mengerti tentang keadaannya dan tidak
semua orang dapat mengerti dan memahami siswa yang introvert. Sebagian anak yang
kepribadian introvert tertutup, biasanya kurang memiliki kepercayaan diri yang tinggi,
pesimis dan sulit bergaul dengan lingkungan sekitar .

Teknik –teknik komunikasi yang dapat digunakan pada pasien anak


A. Teknik Verbal
1. Pesan “saya” Pergunakanlah istilah “saya” dan hindari penggunaan kata
“anda”/”kamu”. Penggunaaan kata “anda” memberikan kesan menghakimi
klien.Contoh: -Pesan “Anda”: “Anda sangat tidak patuh dalam mengikuti program
pengobatan yang telah di berikan oleh dokter dan perawat”.-Pesan “saya”: “saya
sangat memperhatikan jalannya pengobatan anda karena saya ingin pasien saya
mencapai status kesehatan yang terbaik.
2. Teknik orang ketiga Teknik ini biasanya dipakai untuk klien usia infant dan
toddler. Perawat dapat menggunakan orang terdekat seperti ayah atau ibu sebagai
fasilitator dalam berkomunikasi. Teknik ini di anggap lebih bersahabat dan kurang
mengancam dibandingkan dengan bertanya secara langsung kepada anak. Teknik
ini membuat anak lebih merasa nyaman dan dapat mengungkapkan perasaannya
secara lebih terbuka.Contoh: Anak biasanya malu ketika pertama kali bertemu
perawat, Ketika menanyakan nama anak, perawat dapat berbicara kepada ibunya
atau kepada boneka/mainan kesayangan anak terlebih dahulu:Assalamu’alaikum,
selamat pagi, bonekacantik ini siapa ya namanya?(anak menjawab). Kemudian
perawat dapat melanjutkan bertanya melalui perantara boneka tersebut nama anak,
apa yang di rasakannya dan sebagainya.
3. Respon fasilitatif, Respon fasilitatif merupakan upaya perawat dalam memberikan
feedback terhadap ungkapan perasaan anak. Dalam menfasilitasi perawatharus
mampu memberikan respon positif dan mengekspresikan perasaannya
dengantidakmendominasi percakapan. Gunakanteknik mendengar dengan
perhatian, empati, dan cerminkan kembali pada pasien perasaan dan isi pernyataan
yang mereka ungkapkan. Respon yang dilakukan oleh perawat tidak boleh
menghakimi.Contoh:Bila anak berkata, “Saya benci ketika perawat dating dan
menyuntikkan obat” respon fasilitatifnya adalah: “Kamu merasa tidak senang ya
dengan yang dilakukan oleh perawat padamu”. “Apakah kamu bias menceritakan
apa yang membuatmu tidak senang?”.
4. Storytelling (bercerita) Anak –anak sangat menyukai cerita. Dengan
menggunakan cerita, harapannya pesan dapat diterima lebih mudah oleh anak.
Namun demikian, perlu diperhatikan, cerita yang disampaikan hendaknya sesuai
dengan pesan yang akan disampaikan, yang dapat diekspresikan melalui tulisan
maupun gambar. Gunakan bahasa yang mudah dipahami anak dapat masuk ke
dalam area berpikir mereka danmenembus batasan kesadaran atau rasa takut anak.
Contoh: gunakan gambar seperti seorang anak di rumah sakit dengan orang lain di
suatu ruangan, dan minta mereka untuk menggambarkan situasinya; “atau” potong
cerita komik, buang kata-katanya, dan minta anak menambahkan pernyataan
untuk ilustrasi tersebut.
5. Saling bercerita Pendekatan yang lebih terapeutik dibandingkan bercerita karena
ada respon timbal balik dari perawat. Mulailah dengan meminta anak
menceritakan pengalamannya di rawat dirumah sakit, ikuti dengan cerita lain yang
diceritakan perawat yang hampir sama dengan cerita anak tetapi dengan
perbedaan yang membantu anak untuk mengidentifikasi area masalah.
Contoh:Cerita si anak adalah tentang di rawat di rumah sakit dan jarang melihat
orang tua. Cerita si perawat juga tentang anak (dengan menggunakan nama yang
berbeda tetapi situasinya serupa) di rumah sakit yang orang tuanya berkunjung
setiap hari (pada sore hari setelah bekerja), sampai anak tersebut merasa lebih baik
dan akhirnya pulang ke rumah bersama mereka.

C. Kegunaan Pemberian Topikal Aplikasi Pada Pasien Anak


Tindakan pencegahan yang dimulai sedini mungkin dibutuhkan agar tidak
terjadi peningkatan prevalensi karies.
Topikal aplikasi adalah suatu tindakan preventive yang dilakukan oleh
mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi dengan mengoleskan larutan senyawa fluor (NaF)
2% pada seluruh permukaan gigi yang tidak terdapat karies. Pengumpulan data
menggunakan catatan kartu status pasien (data sekunder). Banyaknya sediaan fluor di
masyarakat pada saat ini juga menjadi pertimbangan, karena tidak semua dapat
diberikan untuk setiap individu. Seorang dokter gigi harus mempertimbangkan
sediaan dan dosis yang tepat sesuai dengan derajat keparahan karies. Bila digunakan
dengan tepat, fluor aman dan efektif dalam mencegah dan mengendalikan karies gigi.
Keputusan mengenai pemberian fluor didasarkan pada kebutuhan setiap pasien,
termasuk pertimbangan risiko dan manfaat. Makalah ini dibuat untuk mengulas
kembali mekanisme fluor sebagai pertimbangan pemilihan sediaan fluor yang tepat
untuk kontrol karies pada gigi anak.
Fluor mempunyai kemampuan untuk bereaksi dengan permukaan email gigi
dalam membentuk kalsium fluor dan fluorapatit, sehingga membuat permukaan email
lebih tahan terhadap demineralisasi dan kerusakan. Fluor yang bereaksi dengan
membentuk kalsium fluor dan fluorapatit akan mempertinggi meneralisasi email dan
membuat email lebih resisten terhadap serangan asam (Forrest, 1995).
Fluor bekerja secara maksimal jika diaplikasikan dalam konsentrasi rendah
dan konstan terus menerus dipertahankan dalam plak dan air ludah. Mekanisme fluor
dalam pencegahan karies adalah dengan cara menghambat proses demineralisasi dan
meningkatkan remineralisasi. Fluor yang ada pada plak saat bakteri akan membentuk
asam, akan turun ke bawah permukaan gigi dan melindungi email dari pelarutan oleh
asam. Pada saat meningkatkan proses remineralisasi, fluor bekerja dengan cara
mempercepat proses pembentukkan kristal apatit (Forrest, 1995)5. Aplikasi topikal
fluor merupakan salah satu cara pemberian fluor secara local. Pemberian fluor melalui
aplikasi topical dapat memakai bermacam-macam bentuk fluor, antara lain: larutan
NaF 0,1% (natrium fluoride 2% atau sodium fluoride 2%) dan larutan SnF2 10% atau
Stannous fluoride 10% (Nio,1989)

D. Cara Pemberian Topikal Aplikasi


Aplikasi topikal fluor adalah pengolesan langsung larutan fluor yang pekat pada
email setelah gigi dibersihkan dan dikeringkan dengan semprotan udara. Permukaan
gigi diolesi larutan fluor serta dibiarkan kering selama 3 menit. Pemberian fluor
melalui aplikasi topikal dapat memakai bermacam-macam bentuk fluor, antara lain:
pasta fluor. Aplikasi topikal fluor merupakan tehnik yang sederhana untuk aplikasi
larutan fluor yang dilakukan oleh praktisi gigi dan dapat diaplikasikan dengan mudah.
Fluoridasi topikal ini sangat dianjurkan pada gigi anak yang baru erupsi di dalam
mulut untuk memperkuat lapisan email gigi(Sirat, 2014).
a. Pemberian Fluor Secara Sistemik
Fluoride sistemik adalah fluoride yang diperoleh tubuh melalui pencernaan
dan ikut membentuk struktur gigi. Fluoride sistemik juga memberikan
perlindungan topikal karena fluoride ada di dalam air liur yang terus membasahi
gigi. Fluoride sistemik ini meliputi fluoridasi air minum dan melalui pemberian
makanan tambahan fluoride yang berbentuk tablet, tetes atau tablet isap. Namun
di sisi lain, para ahli sudah mengembangkan berbagai metode penggunaan fluor,
yang kemudian dibedakan menjadi metode perorangan dan kolektif. Contoh
penggunaan kolektif yaitu fluoridasi air minum (biasa kita peroleh dari air
kemasan) dan fluoridasi garam dapur (Ars Creation, 2010)2. Terdapat tiga cara
pemberian fluor secara sistemik, yaitu :
1. Fluoridasi air minum Telah dibuktikan, apabila dalam air minum yang
dikonsumsi oleh suatu daerah, atau kota tertentu dibubuhi zat kimia fluor maka
penduduk di situ akan terlindung dari karies gigi. Pemberian fluor dalam air
minum ini jumlahnya bervariasi antara 1-1,2 ppm (part per million). Selain dapat
mencegah karies, fluor juga mempunyai efek samping yang tidak baik yaitu
dengan adanya apa yang disebut ‘mottled enamel’ pada mottled enamel gigi - gigi
kelihatan kecoklat-coklatan, berbintik-bintik permukaannya dan bila fluor yang
masuk dalam tubuh terlalu banyak, dapat menyebabkan gigi jadi rusak sekali
(Zelvya P.R.D, 2003)13. Konsentrasi optimum fluorida yang dianjurkan dalam air
minum adalah 0,7–1,2 ppm.18 Menurut penelitian Murray and Rugg-gun cit.
Linanof bahwa fluoridasi air minum dapat menurunkan karies 40–50% pada gigi
susu (Angela, 2005).
2. Pemberian fluor melalui makanan Kadang-kadang makanan yang kita
makan sudah mengandung fluor yang cukup tinggi, hingga dengan makanan itu
saja sudah mencegah terjadinya karies gigi. Jadi harus diperhatikan bahwa sumber
yang ada sehari-hari seperti di rumah, contohnya di dalam air mineral, minuman
ringan dan makanan sudah cukup mengandung fluoride. Karena itu makanan
fluoride harus diberikan dengan hati-hati. Makanan tambahan fluoride hanya
dianjurkan untuk mereka (terutama anak-anak) yang tinggal di daerah yang
sumber airnya rendah fluor atau tidak difluoridasi. Fluoride dapat berbahaya jika
dikonsumsi secara berlebihan. Apabila pemakaian fluoride tidak terkontrol dan
tidak disiplin, maka tidak akan mencapai sasaran dan dapat menyebabkan
kerusakan gigi. Contohnya adalah fluorosis (Ars Creation, 2010).
3. Pemberian fluor dalam bentuk obat-obatan Pemberian fluor dapat juga
dilakukan dengan tablet, baik itu dikombinasikan dengan vitamin-vitamin lain
maupun dengan tablet tersendiri. Pemberian tablet fluor disarankan pada anak
yang berisiko karies tinggi dengan air minum yang tidak mempunyai konsentrasi
fluor yang optimal (2,2 mg NaF, yang akan menghasilkan fluor sebesar 1 mg per
hari) (Angela, 2005). Tablet fluor dapat diberikan sejak bayi berumur 2 minggu
hingga anak 16 tahun. Umur 2 minggu-2 tahun biasanya diberikan dosis 0,25 mg,
2-3 tahun diberikan 0,5 mg, dan 3-16 tahun sebanyak 1 mg (Nova, 2010).
b. Penggunaan Fluor Secara Topikal
Menurut Angela (2005), tujuan penggunaan fluor adalah untuk
melindungi gigi dari karies, fluor bekerja dengan cara menghambat
metabolisme bakteri plak yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui
perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit yang lebih stabil
dan lebih tahan terhadap pelarutan asam. Reaksi kimia: Ca10(PO4)6(OH)2+F
→ Ca10(PO4)6(OHF) menghasilkan enamel yang lebih tahan asam sehingga
dapat menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi.
Remineralisasi adalah proses perbaikan kristal hidroksiapatit dengan cara
penempatan mineral anorganik pada permukaan gigi yang telah kehilangan
mineral tersebut (Kidd dan Bechal, 1991). Demineralisasi adalah proses
pelarutan kristal hidroksiapatit email gigi, yang terutama disusun oleh mineral
anorganik yaitu kalsium dan fosfat, karena penurunan pH plak sampai
mencapai pH kritis (pH 5) oleh bakteri yang menghasilkan asam (Rosen,
1991;Wolinsky, 1994). Aplikasi topical fluor merupakan salah satu cara
pemberian fluor secara local. Pemberian fluor secara topical dapat memakai
bermacam-macam bentuk fluor, antara lain: larutan NaF 0,1 % (natrium
fluoride 2% atau sodium fluoride 2%) dan larutan SnF2 10% atau Stannous
fluoride 10% (Nio, 1989). Penggunaan fluor sebagai bahan topikal aplikasi
telah dilakukan sejak lama dan telah terbukti menghambat pembentukan asam
dan pertumbuhan mikroorganisme sehingga menghasilkan peningkatan yang
signifikan dalam mempertahankan permukaan gigi dari proses karies.
Penggunaan fluor secara topikal untuk gigi yang sudah erupsi, dilakukan
dengan beberapa cara:
1. Topikal aplikasi yang mengandung fluor
2. Kumur-kumur dengan larutan yang mengandung fluor
3. Menyikat gigi dengan pasta yang mengandung fluor.

Kesimpulan
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi interpersonal antara perawat dan
pasien yang dilakukan secara sadar ketika perawat dan pasien saling mempengaruhi
dan memperoleh pengalaman bersama yang bertujuan untuk mengatasi masalah
pasien serta memperbaiki pengalaman emosional pasien yang pada akhirnya akan
mencapai kesembuhan (Anjaswarni, 2016).
Penerapan komunikasi terapeutik oleh perawat ini dihubungkan dengan
peningkatan rasa saling percaya antara pasien dan perawat, apabila penerapannya
kurang akan mengakibatkan pada hubungan yang kurang baik yang akan berdampak
pada ketidakpuasan pasien. Pasien akan merasakan kepuasan saat kinerja layanan
kesehatan yang mereka terima melebihi harapan (Rorie, 2014). Komunikasi yang
buruk merupakan penyebab yang paling sering ditemukan, yang memberikan dampak
masalah dalam identifikasi pasien, pengobatan dan transfusi, prosedur operasi, dimana
semua hal tersebut dapat meningkatkna resiko insiden keselamatan.
Aplikasi topikal fluor adalah pengolesan langsung larutan fluor yang pekat pada
email setelah gigi dibersihkan dan dikeringkan dengan semprotan udara. Permukaan
gigi diolesi larutan fluor serta dibiarkan kering selama 3 menit. Pemberian fluor
melalui aplikasi topikal dapat memakai bermacam-macam bentuk fluor, antara lain:
pasta fluor. Aplikasi topikal fluor merupakan tehnik yang sederhana untuk aplikasi
larutan fluor yang dilakukan oleh praktisi gigi dan dapat diaplikasikan dengan mudah.
Fluoridasi topikal ini sangat dianjurkan pada gigi anak yang baru erupsi di dalam
mulut untuk memperkuat lapisan email gigi(Sirat, 2014).

Daftar Pustaka
Angela, A., 2005, Pencegahan Primer Pada Anak Yang Berisiko Karies Tinggi, Majalah Kedokteran Gigi,
(Dent. J.), Vol. 38. No. 3.
Anjaswarni, Tri. (2016). Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta Selatan:Pusdik SDM Kesehatan Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Ars Creation, 2010, Fluor dan Kesehatan Gigi,http: //goldenpen 007x.blogdrive.com/archive 147.html (diakses
14 Mei 2010).
Budiman, Agus Riyanto. (2013). Kapita selekta kuesioner pengetahuan dan sikap dalam penelitian kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Forrest, J O,. 1995, Pencegahan Penyakit Mulut, alih bahasa: Lilian Yuwono, Jakarta: Hipokrates.
Kidd, E. A. M; dan S. J. Bechal, 1991, Dasar-Dasar Karies. Alih Bahasa Narlan Sumawinata dan Safrida Faruk,
Jakarta : EGC. 30-31.
Mundakir. (2006). Komunikasi Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu Rakhmat,
Nio, B, K,. 1989, Preventive Dentistry
Nova, 2010, Rawat Gigi Sedini Mungkin,http://www.pdgi-online.com/v2/index. php (diakses
Rorie, Pricylia A.C. (2014). Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat DenganKepuasan Pasien Di Ruang
Rawat Inap Irina A RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. https://ejournal.unsrat.ac.id
Rosen, S. 1991a, Dental Caries, Dalam Willet N. P.; R. R. White.; and S. Rosen Essential.
Sirat, N. M. (2014). PENGARUH APLIKASI TOPIKAL DENGAN LARUTAN NaF DAN SnF2 DALAM
PENCEGAHAN KARIES GIGI. Jurnal Kesehatan Gigi, 2(2), 222–232. http://www.poltekkes-
denpasar.ac.id/keperawatangigi/wp-content/uploads/2017/01/3.-Pengaruh-Aplikasi-Topical-dengan-
Larutan-NaF-dan-SnF2-dalam-Pencegahan-Karies-Ni-Made-Sirat-JKG-Denpasar.pdf

Suryabrata, Sumadi. 2010. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Rajawali Pers.


Zelvya D,. 2003, Kesehatan Gigi dan Mulut,http://beta.tnial.mil.id/cakrad_cetak

Dialog Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Anak


Tahap orientasi

Klarifikasi identitas pasien

DA :” assalamualaikum Dok” (mengantarkan pasien masuk ruangan)


Operator :”waalaikum salam silahkan masuk (sambil mempersihlakan pasien untuk
Duduk dikursi)baik Dok,sebelum kami melakukan tindakan perawatan,
terlebih dahulu kami mengisi kartu status pasien .untuk memudahkan kami
mengetahui identitas pasien.

DA : “iya dok.
Operator :”Adik cantik Namanya siapa dek ?
Pasien :” Nama saya NURUL MAWARDANI”
Operator :Nurul udah sekolah belum, umurnya berapa?”
Pasien :”udah, umur saya 10 thn”
Operator :adek tinggalnya dimana ?
Pasien :jln hertasning baru aeropala BTN MINASAUPA BLOK AB
Operator :terus bagaimana keadaannya sekarang ini dek, ada keluhan tidak dek dengan
Giginya, apakah ada yang sakit?
Pasien :”engga ada dok”
Operator :okee bentar yaaa

Anamnesis
Kemudian operator mengarahkan pasien untuk duduk ke dental chair

operator :”bagaimana posisinya adek! apakah adek sudah nyaman ?”


pasien :”iya ,sudah dok”
operator :(Operator memasang celemek kepada pasien )sebelum saya periksa giginya ,
maaf sebelumnya apakah mba punya riwayat penyakit?
Diabetes ,hipertensi ,TBC,jantung ,alergi atau penyakit lainnya ?
Pasien :tidak ada dok.
Operator :apakah anda suka minum manis ?
Pasien :tidak dok ?

Operator melakukan pemeriksaan obyektif dan tahap kerja


Operator : baiklah mbak, saya akan melakukan pemeriksaan kebersihan gigi dengan cara
mengoleskan disclosing kedalam mulutadek, permisi bisa buka mulut nya?
Pasien : iya dok”(operator mengoleskan disclosing dan membersihkan seluruh gigi dan
poles)”
Operator :sekarang kumur-kumur ringan dan sikat gigi dulu yaa
Pasien :iya dok.
Operator : (sementara gigi di blokir dengan cotton roll dan di pasang tongue holder, gigi
di keringkan dengan udara hangat dengan cheep blower)nach selanjutnya saya
akan mengoleskan larutan flour pada seluruh permukaan gigi dan diam kan
selama 3-5 menit, adek santai dan rileks saja.
Pasien :iya dok.
Operator :setelah gigi dioleskan flour adek dianjurkan untuk berkumur ringan yaa.
Pasien :iya dok.
Tahap terminasi
Operator : setelah melakukan pengolesan flour ini,jangan kumur-kumur dengan kuat,
jangan langsung gosok gigi dan jangan makan dan minum selama kurang
lebih 1 setengah jam.
Pasien :iya dok.
operator :selain dari yang di atas ,adek akan merasakan gigi lebih bersih , sehat dan
terhindar dari lubang gigi ditambah lagi mba menyikat gigi 2 kali sehari dan
rutin memeriksa ke dokter selama 6 bulan sekali.
Pasien :iya dok ,terima kasih
Operator :sama-sama dek, selamat datang kembali…. !!

SOAL VIGNATTE
1. Mereka cenderung berhati-hati, pesimis, kritis dan selalu berusaha mempertahankan
sifat-sifat baik untuk diri sendiri sehingga dengan sendirinya mereka sulit untuk
dimengerti. Mereka seringkali banyak pengetahuan atau mengembangkan bakat diatas
rata-rata dan mereka hanya dapat menunjukkan bakat mereka dilingkungan yang
menyenangkan. Merupakan ciri- ciri dari pasien.....
A. Anak Introvert
B. Anak Extrovert
C. Anak Kooperatif
D. Anak Terbuka
E. Anak Mandiri

2. komunikasi interpersonal antara perawat dan pasien yang dilakukan secara sadar
ketika perawat dan pasien saling mempengaruhi dan memperoleh pengalaman
bersama yang bertujuan untuk mengatasi masalah pasien serta memperbaiki
pengalaman emosional pasien yang pada akhirnya akan mencapai kesembuhan,
berdasarkan pernyataan diatas termasuk kedalam...
A. Manfaat Komunikasi Terapeutik
B. Tujuan Komunikasi Terapeutik
C. Pengertian Komunikasi Terapeutik
D. Penerapan Komunikasi Pasien
E. Fungsik Komunikasi Terapeutik

3. Dalam Melaksanakan Pemeriksaan dan Perawatan sangatlah penting komunikasi


kepada pasien terutama pada pasien anak yang tertutup dimana operator harus bisa
mengajaknya untuk dapat berkomunikasi, itulah mengapa komunikasi danagt penting
Manakah yang termasuk Manfaat komunikasi terapeutik adalah :
1) Mendorong dan menganjurkan kerjasama antara perawat dan pasien
2) Mengidentifikasi, tidak mengungkapkan dan kurang mengkaji masalah serta
kurang mengevaluasi tindakan yang dilakukan perawat
3) Memberikan pengertian tingkah laku pasien dan membantu pasien mengatasi
masalah yang dihadapi
4) Mencegah tindakan yang negative terhadap pertahanan pasien
A. 1, 2, 3
B. 2, dan 4
C. 1 dan 3
D. 4
E. SALAH SEMUA

Anda mungkin juga menyukai