ASUHAN KEBIDANAN
PADA BAYI NY. “S” DENGAN INDIKASI BBBLR
( BAYI BERAT LAHIR RENDAH) DI RUANGAN
PONEK RSUD M. NATSIR SOLOK
TANGGAL 22 JULI 2021
OLEH :
REVI RAHMA YANTI
NPM : 1910070130016
(Penulis)
93
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................,.............................................2
DAFTAR ISI .........................................,.................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang....................................................,...................................... 4
B. Rumusan
Masalah .........................................,............................................5
C. Tujuan .........................................,..............................................................6
D. Manfaat.........................................,.............................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Dan Klasifikasi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)......................8
B. Faktor -Faktor Yang Berhubungan Dengan BBLR..................................10
C. Penyakit-Penyakit Yang Berhubungan Dengan BBLR............................13
D. Pencegahan
BBLR....................................................................................16
E. Faktor Resiko
BBLR..................................................................................22
F. Kebutuhan zat gizi ibu hamil untuk mencegah terjadinya
BBLR.............28
94
B. Diagnosa ..................................................................................................38
C. Perencanaan..............................................................................................41
D. Implementasi.............................................................................................4
2
E. Evaluasi.....................................................................................................43
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
95
BAB I
PENDAHULUAN
96
disebabkan oleh gangguan perinatal dan bayi berat lahir rendah. Menurut
perkiraan, setiap tahunnya sekitar 400.000 bayi lahir dengan berat badan rendah.
(Kemenkes RI, 2016).
AKB di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara seperti
Malaysia dan Singapura yang sudah mencapai dibawah 10 per 1.000 kelahiran
hidup.Kematian bayi merupakan salah satu indikator sensitiv untuk mengetahui
derajat kesehatan suatu negara dan bahkan untuk mengukur tingkat kemajuan
suatu bangsa. Tingginya angka kematian bayi menunjukkan masih rendahnya
kualitas sektor kesehatan di negara tersebut. AKB dengan penyebab terbesar di
Indonesia antara lain BBLR 29%, Sepsis dan Pneumonia 25 %, Asfiksia dan
Trauma 23 %. (Depkes RI,2014 ).
Upaya untuk menurunkan , AKB dengan pelayanan kesehatan ibu dan bayi/
anak di ruangan PONED, namun pelaksanaan pelayanan kesehatan masih belum
optimal disebabkan karena belum terpenuhinya prasarana dan sarana, belum
meratanya pendayagunaan tenaga kesehatan serta masih kurangnya kompetensi
tenaga kesehatan. Sarana pelayanan kesehatan di Kota Solok jika dibandingkan
dengan jumlah penduduk masih belum optimal, sehingga masih diperlukan
optimalisasi pelayanan kesehatan di tingkat dasar dan rujukan yang sesuai dengan
standar.
97
serta sosial ekonomi (pendidikan ibu). Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi
lahir rendah, ibu yang hamil di bawah umur 20 tahun dan di atas 35 tahun berisiko
2-4 kali lebih tinggi melahirkan BBLR. (Ahmad,2015). Ibu yang mempunyai
paritas lebih dari 4 berisiko 2-4 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR, dan ibu
yang usia kandungannya kurang dari 37 minggu memiliki resiko kemungkinan
11,40 kali untuk melahirkan BBLR. (Dian, 2013). Ibu yang mempunyai
pendidikan rendah erat kaitannya dengan pengetahuan yang rendah mengenai
pelayanan antenatal akan berisiko 3,34 kali lebih tinggi untuk melahirkan BBLR,
sikap yang kurang baik terhadap pelayanan antenatal akan berisiko 8,62 kali lebih
tinggi untuk melahirkan BBLR karena tingkat pendidikan seseorang akan
berpengaruh dalam member respon terhadap sesuatu (Jayant, 2011).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut : Bagaimana gambaran asuhan kebidanan pada bayi NY. D yang
mengalami Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR) di ruangan PONEK RSUD M.
NATSIR SOLOK.
98
D. Manfaat Studi Kasus
1. Manfaat praktis
a. Pelayanan kesehatan
1) Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang asuhan kebidanan
bayi BBLR .
2) Membantu menerapkan pemebrian asuhan kebidanan pada bayi BBLR
b. Pasien
Memberikan pengetahuan tambahan pada keluarga sehingga dapat lebih
mengetahui tentang BBLR dan dapat mengetahui cara merawat anggota keluarga
yang mengalami BBLR.
c. Institusi pendidikan
Sumber infromasi bagi istitusi pendidikan dalam perkembangan dan peningkatan
mutu pendidikan di masa yang akan datang.
2. Manfaat teoritis
a. Peneliti
Memberikan pengalaman yang nata untuk melakukan observasi dalam
memberikan asuhan kebidanan pada bayi dengan BBLR utnuk menambah
pengetahuan peneliti khususnya dalam penatalaksaan keperawatan pada bayi
dengan BBLR.
b. Ilmu pengetahuan
Sumber pengembangan ilmu kebidanan tentang asuhan kebidAnan pada bayi
BBLR.
99
BAB II
TINJAUAN TEORITS
100
lebih (294 hari atau lebih).
Dengan pengertian seperti yang telah diterangkan diatas, bayi BBLR dapat dibagi
menjadi 2 golongan, yaitu:
1. Prematuritas murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat
badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan-sesuai
untuk masa kehamilan (NKB-SMK).Bayi prematur memiliki karakteristik klinis
dengan berat badan kurang dari 2.500 gram, panjang badan kurang atau sama
dengan 45 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm, dan lingkarang kepala kurang
dari 33 cm (Abdoerrachman et al, 2007).
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
gestasi itu.Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan (KMK).Penyebab dismaturitas
adalah setiap keadaan yang mengganggu perukaran zat antara ibu dan janin
(Hasan et al, 1997)
101
kejadian BBLR, yaitu :
1. Faktor genetik : jenis kelamin, ras, tinggi badan ibu, berat badan ibu sebelum
hamil, tinggi dan berat badan ayah.
2. Faktor demografi dan psikososial : umur ibu, status sosial ekonomi
(pendidikan, pendapatan dan pekerjaan), status perkawinan dan faktor psikologi
ibu.
3. Faktor kehamilan : paritas, jarak kehamilan, aktifitas seksual dan riwayat
kehamilan terdahulu (abortus, kelahiran mati).
4. Faktor gizi : pertambahan berat badan selama kehamilan, status gizi (kalori,
protein, vitamin, dll), pengeluaran energi untuk kerja dan aktifitas fisik.
5. Morbiditas umum : malaria, infeksi saluran kencing, infeksi saluran alat
kelamin.
6. Keracunan : merokok, alkohol dan obat-obat terlarang.
7. Pelayanan antenatal : kunjungan pertama antenatal, jumlah kunjungan
pelayanan dan kualitas antenatal.
102
5. Hipoglikemia
Keadaan ini dapat terjadi pada kira-kira 15 persen pada bayi dengan berat lahir
rendah. Karena itu, pemeriksaan secara teratur terhadap kadar glukosa bayi harus
dilakukan hingga dapat diberikan makanan. Jika terdeteksi, dapat diberikan
glukosa melalui infuse intravena (6-9 mg/kg/menit).
6. Hipotermia
Hipotermia dapat terjadi karena terbatasnya kemampuan untuk mempertahankan
suhu panas karena pertumbuhan otot-otot yang belum memadai, ketidakmampuan
untuk menggigil, sedikitnya lemak subkutan, produksi panas berkurang akibat
lemak coklat yang tidak memadai, belum matangnya system saraf pengatur suhu
tubuh, rasio luas permukaan tubuh relative lebih besar dibandingkan berat badan
sehingga mudah kehilangan panas.
D. Pencegahan BBLR
Upaya menurunkan angka kejadian BBLR pemerintah telah melakukan berbagai
upaya pencegahan . Upaya untuk menurunkan angka kejadian BBLR ini akan
lebih efisien apabila Bumil yang mempunyai resiko melahirkan bayi dengan
BBLR dapat dideteksi sedini mungkin. Pemantauan ibu hamil adalah salah satu
upaya untuk mendeteksi faktor resiko terjadinya BBLR. Pemantauan ini
merupakan tindakan mengikuti perkembangan ibu dan janin meningkatkan
kesehatan optimum dan diakhiri dengan kelahiran bayi yang sehat(Wiknjosastro,
1997). Menurut Handayani (2003), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
sebelum hamil agar setiap pasangan dapat merencanakan sebaik mungkin
kehamilan yang akan datang sehingga dapat melahirkan bayi yang normal dan
sehat, yaitu :
a. Menganjurkan agar melakukan konsultasi atau konseling pra-hamil.
Maksudnya, mempersiapkan seorang wanita mengahadapi kehamilan sampai
persalinan dengan berbagai risikonya, baik secara fisik maupun batin.
b. Menganjurkan agar calon ibu diimunisasi TT atau imunisasi pra nikah untuk
mencegah penyakit tetanus.
c. Menganjurkan agar ibu rajin untuk pemeriksaan kehamilan. Maksudnya, ibu
memeriksakan kehamilannya ke dokter untuk memantau perkembangan kesehatan
ibu dan janin, khususnya pemantauan akan pertumbuhan dan perkembangan janin
103
dalam perut ibu.
Contohnya : pemeriksaan besar rahim, posisi janin dalam rahim dan detak jantung
janin.
d. Untuk ibu hamil dianjurkan makan lebih banyak dan lebih sering yang dapat
memenuhi kesehatan gizi bagi ibu hamil dan janinnya.
e. Untuk mempersiapkan kehamilan yang sehat dianjurkan agar ibu menghindari
alkohol dan rokok, karena alkohol dapat mengganggu tumbuh kembang janin
sementara rokok akan menyebabkan kelahiran prematur atau kelainan letak
plasenta (ari-ari) pada janin.Selain itu, rokok juga dapat menyebabkan plasenta
janin mudah lepas, kelainan bawaan pada bayi dan yang paling membahayakan
ketuban pecah (dini) tidak pada waktunya (Handayani 2003).
2. Paritas
Paritas menunjukkan jumlah anak yang dilahirkan oleh ibu.
Persalinan yang dibilang aman adalah persalinan ke 2 dan 3. Persalinan lebih dari
4 akan meningkatkan risiko terjadinya BBLR, persalinan lebih dari 4 bisa
menimbulkan komplikasi perdarahan dan infeksi. Semakin tinggi paritas ibu maka
semakin tinggi resiko BBLR, hal ini disebabkan karena semakin banyak
104
persalinan maka rahim ibu akan lemah sehingga mengganggu proses penyaluran
nutrisi dari ibu ke janin.
3. Kadar HB
Anemia terjadi jika kadar hemoglobin dalam darah lebih rendah dari batas
normal. Menurut WHO batas normal nilai Hb wanita hamil adalah 11 gram %.
Faktor penyebab anemia adalah kurang gizi,penyakit kronis baik infeksi maupun
non infeksi, sosial ekonomi rendah, tingkat pendidikan dan pengetahuan yang
rendah. Ibu yang hamil dengan anemia pada trimester pertama kehamilannya
beresiko 10,29 kali melahirkan BBLR dibanding dengan ibu hamil yang tidak
mengalami anemia dan ibu yang mengalami anemia pada trimester kedua
kehamilannya berisiko 16 kali lebih banyak melahirkan BBLR dari ibu yang tidak
mengalami anemia. Anemia defisiensi besi terjadi karena tidak cukupnya zat gizi
besi yang harus diserap dari makanan sehari-hari untuk pembentukan sel darah
merah sehingga dapat menyebabkan ketidak seimbangan antara pemasukan dan
pengeluaran zat besi dalam tubuh. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan
penyaluran oksigen ke jaringan akan berkurang yang akan menurunkan
metabolisme jaringan sehingga pertumbuhan janin pun terhambat dan dapat
beresiko BBLR.
4. Gizi kurang pada ibu hamil
Jika ibu mengalami kekurangan gizi selama kehamilan maka efeknya adalah
sebagai berikut :
a. Terhadap ibu
Dapat menyebabkan timbulnya komplikasi pada ibu antara lain perdarahan, berat
badan ibu tidak bertambah secara normal, terkena penyakit infeksi dan anemia
yang dapat didefinisikan sebagai kondisi kadar Hb berada di bawah normal yang
disebabkan oleh kekurangan zat besi, yang lebih dikenal dengan istilah anemia
defisiensi besi yang paling sering terjadi selama kehamilan. Kekurangan zat besi
dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel
tubuh maupun sel otak. Anemia defisiensi besi dapat mengakibatkan kematian
janin dalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang
dilahirkan, hal ini menyebabkan morbilitas dan mortalitas ibu dan kematian
perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil dengan anemia berat dapat
105
meningkatkan risiko morbilitas dan mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan
melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar.
b. Terhadap persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap persalinan dapat menyebabkan persalinan sulit
dan lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), perdarahan setelah persalinan,
serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat.
c. Terhadap janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin dan
dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat
bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), dan
lahir dengan berat badan lahir rendah.
106
golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, danjenis aktivitas yang dilakukan
untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Hal ini sejalan dengan yang
dinyatakan oleh Muhilal dan Hardinsyah (2004)bahwa AKG adalah nilai yang
menyatakan jumlah zat gizi yang diperlukan oleh tubuh untuk dapat hidup sehat
dan dapat diterapkan bagi
hampir semua populasi yang dibedakan berdasarkan kelompok umur, jenis
kelamin, dan kondisi fisilogis tertentu seperti kehamilan dan menyusui.
Menurut Hardinsyah dan Tambunan (2004), tambahan energi yang dianjurkan
untuk ibu hamil trimester 1 adalah sebesar 180 Kal/hari sedangkan pada trimester
2 dan 3 tambahan kalori yang dianjurkan untuk
ibu hamil adalah sebesar 300 Kal/hari. Angka kecupan energi (AKE)
adalah sebesar 2000 Kal/hari dan angka kecukupan protein sebesar 52 g/hari.
G. Kebutuhan Zat Gizi Ibu Melahirkan
Kebutuhan makanan bagi wanita pasca melahirkan tergantung pada beberapa hal,
yaitu: umur, ukuran tubuh, aktivitas fisik yang dijalankan, berat badannya
sebelum hamil dan pertambahan berat badan selama hamil, serta status menyusui
wanita tersebut. Sebagai contoh, wanita dengan tubuh yang tinggi, dan menyusui
bayinya untuk pertama kali, serta tergolong kurus (underweight) sebelum hamil,
dan hanya bertambah berat badannya sebanyak 9 kg ketika hamil memerlukan
asupan makanan lebih banyak
dibandingkan dengan wanita yang lebih tua dan berat badannya bertambah 18 kg
selama masa kehamilan (Hananto,W 2002).
Pada beberapa literatur juga disebutkan bahwa wanita pasca melahirkan dengan
usia di bawah 24 tahun memiliki kebutuhan nutrisi yang lebih besar dibandingkan
wanita pasca melahirkan yang berusia di atas 24 tahun. Di mana wanita di bawah
usia 24 tahun membutuhkan jenis makanan yang berasal dari olahan susu guna
mendapatkan kalsium yang diperlukan untuk pertumbuhan tulangnya.Wanita
menyusui jika dibandingkan wanita yang tidak menyusui membutuhkan kalori
lebih besar dan juga membutuhkan sumber makanan dengan kandungan protein
tinggi. Besarnya kalori yang dibutuhkan oleh ibu menyusui adalah sama seperti
saat dia hamil dan jumlah ini bertambah besar pada 6 bulan pertama (apabila bayi
tidak menerima makanan tambahan maupun susu formula ( Wiryo, H. 2002.)
107
Dalam 6 bulan pertama membutuhkan kalori sebanyak 550 kalori, protein 25
gram/hari, lemak 45 gram/hari, kalsium 1000 mg/hari, vitamin A (retinol) 950 IU,
vitamin C 80 mg/hari, vitamin D 10 mg, zat besi 30 mg/hari, dan asam folat 150
mg/hari. Sedangkan dalam jangka waktu 6 bulan-1 tahun, kebutuhan kalorinya
adalah sebesar 400 kalori, protein 18 gram/hari, lemak 45 gram/hari, kalsium
1000 mg/hari, vitamin A (retinol) 950 IU, vitamin C 80 mg/hari, vitamin D 100
mg, zat besi 30 mg/hari, dan
asam folat 150 mg/hari.
BAB III
TINJAUAN KASUS
108
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
BY.Ny “S” DENGAN DIAGNOSA BAYI BERAT LAHIR RENDAH
DI RUANGAN PONEK RSUD M.NATSIR SOLOK
TANGGAL 27 JUNI 2021
1. PENGUMPULAN DATA
Tanggal : 27 JUNI 2021
A. Identitas / Biodata
Nama : Bayi NY “ S“
Umur bayi : 12 jam / 0 hari
Tgl / jam lahir : 27 JUNI 2021/ 10 .30 WIB
Jenis kelamin : Laki-laki
Berat badan : 2250 gram
Panjang badan : 45 cm
A/S : 7/8
109
Ekslampsia : Tidak Ada
Penyakit kelamin : Tidak Ada
2. Kebiasaan waktu hamil :
a. Makanan : Tidak Ada
pantangan makanan
b. Obat-obatan : Tidak Ada
c. Merokok : Tidak Ada
d. Minum alkhol : Tidak Ada
e. Lain-lain : Tidak Ada
3. Riwayat persalinan sekarang
a. Jenis persalinan : SC
Ditolong oleh : Dokter
b. Lama persalinan
Kala I : ± 10 jam
Kala II : ± 1 JAM
Kala III : ± 15 menit
Kala IV : ± 2 jam
c. Ketuban pecah
Spontan / tidak : spontan
Warna : Jernih
Jumlah : ± 300cc
Bau : Amis
d. Komplikasi persalinan
Ibu : Tidak Ada
Bayi : Tidak Ada
e. Keadaan bayi baru lahir
Nilai A/S :
Meni
Tanda 0 1 2 N
t
I Frekuensi ( ) Tidak ada ( ) < 100 (√ ) > 100 7
jantung ( ) Tidak ada (v) Lambat tak teratur ( ) Menangis kuat
110
Usaha ( ) Lumpuh ( v ) Ext.fleksi sedikit () Gerakan aktif
bernafas ( ) Tak bereaksi (√) Gerakan sedikit ( ) Menangis
Tonus otot ( ) Biru / pucat (√) Tubuh kemerahan ( ) Kemerahan
Reflek tangan dan kaki
Warna biru
II Frekuensi ( ) Tidak ada ( ) < 100 (√) > 100 8
jantung ( ) Tidak ada ( v ) Lambat tak teratur () Menangis kuat
Usaha ( ) Lumpuh ( ) Ext.fleksi sedikit (√) Gerakan aktif
bernafas ( ) Tak bereaksi (√) Gerakan sedikit ( ) Menangis
Tonus otot ( ) Biru / pucat ( ) Tubuh kemerahan (√) Kemerahan
Reflek tangan dan kaki biru
Warna
f. Resusitasi
- Pengisapan lendir : Dilakukan
- Ambu : Tidak Ada
- Masase jantung : Dilakukan
- Intubasi endotrakeal : Tidak Ada
- Oksigen : Dilakukan
- Terapi : Dilakukan
C. Pemeriksaan fisik (Data Objektif)
- Keadaan umum : Sedang
- Suhu : 36,2ºc
- Pernafasan : 40x/i
- BB/PB : 2250gr/ 46 5cm
- Cianosis : Tidak Ada
- Ikterik : Tidak Ada
Pemeriksaan fisik secara sistematik
Kepala : Normal
o Cephal hematom : Tidak Ada
o Caput succedaneum : Tidak Ada
Ubun-ubun : Datar Tidak Ada kelainan
Muka : Tidak Ada uedema
111
Mata : Simetris ki/ka
Telinga : Simetris ki/ka
o Lobang telinga : Ada
o Daun telinga : Ada
Mulut :
o Labiosikizis : Tidak Ada
o Labioplatoskizis : Tidak Ada
Hidung :
o Lobang : Ada
o Sekat : Ada
Leher :
o Kelenjar tyroid : Tidak Ada pembesaran
o Kelenjar limfe : Tidak Ada pembekakan
112
Reflek
a. Reflek Morro : (+)
b. Reflek Rooting : (+)
c. Reflek Sucking : (+)
d. Reflek Tonic neck : (+)
e. Reflek Graphs / platar : (+)
Antropometri
a. Lingkar kepala : 32 cm
b. Lingkar dada : 31 cm
c. Lingkar lengan atas : 9 cm
Eliminasi
Miksi : Ada tanggal 28 Juni 2021
Mekonium : Ada tanggal 28 Juni 2021
Sidik telapak kaki kiri bayi Sidik telapak kaki kanan bayi
113
Sidik jempol tangan kiri ibu Sidik jempol tangan kanan ibu
114
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR BAYI Ny
“S” DENGAN DIAGNOSA BERAT LAHIR RENDAH ( BBLR)
DI RUANGAN PONEK RSUD M. NATSIR SOLOK
TANGGAL 27 JUNI 2021
115
gerakannya Walking : ( + ) sesuai advis dokter yaitu 20
Graps / platar : Masalah : jam
Ibu mengatakan
(+) Berat badan lahir bayi
bayinya tidak
Tonic neck : (+) rendah Memberikan injeksi mela
menangis
Respiratory Distress selang infus
9. Antropometri : Susp PJB
E: pemberian injeksi sudah
LIKA : 33
Kebutuhan : lakukan yaitu anti biotik hepari
cm
• Pantau TTV dan KU
LIDA : 31 bayi. Meniamga kebersihan bayi
cm
• Jaga kehabgatan
E: popok di ganti jika sudah ko
LILA : 9 bayi
cm
• Lakukan pemberian 22.00 bayi di pindahkan
BAK : ada 02 ruangana perinatalogi den
inkubator ttransfer untu k
BAB : • Lakukan memonitor
tetesan infus rotgen & ke icu
sudah
a. Infus D10%
b. Terapi
antibiotik
lanjutan rujukan
116
BAB IV
PEMBAHASAN
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya
saat lahir kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram (Saifuddin,
2010). BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa kehamilan (Proverawati, 2010).
Asuhan kebidanan pada Bayi Ny.”S” dengan indikasi BBLR Bayi Berat Lahir
Rendah di Ruangan Ponek RS M. Natsir Solok. Asuhan kebidanan yang telah
dilaksanakan seperti :
1) Pengkajian
Setelah malakukan pengkajian dalam asuhan kebidanan, penulis
menemukan kesenjangan antara teori dan praktik lapangan. Kesenjangan
tersebut terdapat pada tanda – tanda vital, sistem kardiovaskuler klien
yang tidak mengalami konstipasi atau gangguan akibat anastesi, sistem
perkemihan klien tidak terganggu akibat proses pembedahan.
2) Diagnosa
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada bayi Ny “S” data yang
ditemukan :
a. Bayi tidak menangis
b. Gerakan tidak aktif
c nafas sesak
3) Perencanaan
Pada saat perencanaan tidak terlalu mengalami kesulitan karena
perencanaan disesuaikan dengan diagnosa yang telah dirumuskan
sebelumnya, keluarga sangat kooperatif dalam tahap perencanaan.
Berdasarkan prioritas masalah yang ada pada bayi Ny “S” adalah bayi
umur 12 jam menggalami sesak, nafas tidak normal, dan tidak menanggis
sejak 12 jam yangl lalu sehingga terganggu kebutuhan dasar pasien.
117
Perencanaan yang ditetapkan penulis di tujukan untuk meningkatkan
kenyamanan seperti bayi di jaga kehangatan nya dengan di masukkan ke
dalam inkubator dan di pasang oksigen untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan pasien .
4) Implementasi
Pada tahap ini penulis tidak mendapatkan kesulitan, penulis dapat
melaksanakan semua rencana asuhan kebidanan yang dibuat sesuai
dengan diagnosa kebidanan yang telah dibuat, sesuai kondisi dan
kebutuhan pasien pada saat itu.
5) Evaluasi
Pada tahap evaluasi setelah dilakukan tindakan kebidanan pada bayi
Ny “S” di rawat dalam inkubator di ruangan ponek selama 1 jam ,
masalah dapat teratasi sesuai dengan tujuan yang di tetapkan
118
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu post sc atas
indikasi Ketuban Pecah Dini diruangan Operasi yang meliputi
pengkajian, interpretasi data dasar, diagnosa, masalah potensial,
menetapkan kebutuhan tindakan segera, rencana asuhan, pelaksanaan
asuhan dan evaluasi.
Berikut ini adalah kesimpulan dari studi kasus, yaitu :
a) Pada pengkajian didapatkan ibu telah melahirkan anak ketiga
dengan sectio caesarea atas indikasi letak lintang. Data objektif
yang didapat adalah keadaan umum ibu sedang, kesadaran
composmentis, TTV dalam batas normal, terpasang infus dan
kateter, luka operasi tertutup kassa steril dan kering.
b) Pada interpretasi data dasar didapatkan diagnosa ibu yaitu
P2A0H2 post sectio caesarea atas indikasi Ketuban Pecah Dini
c) Pada antisipasi masalah potensial tidak terjadi infeksi pada luka
operasi
d) Pada tindakan segera dan kolaborasi, tidak diperlukan tindakan
segera karena keadaan ibu baik
e) Pada perencanaan didapat manajemen asuhan kebidanan post sc
atas indikasi Ketuban Pecah Dini sesuai kebutuhan pasien
f) Pada pelaksanaan didapatkan tindakan yang telah direncanakan
sesuai manajemen asuhan kebidanan post sc
g) Evaluasi didapatkan keadaan ibu baik, tidak didapatkan
komplikasi, ibu diperbolehkan pulang ke rumah pada tanggal 25
Juli 2021 dalam keadaan baik, sudah dilakukan perawatan luka.
119
5.2 Saran
4) Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah
wawasan dalam melaksanakan asuhan yang komprehensif pada ibu
post sc atas indikasi Ketuban Pecah Dini
5) Bagi institusi pendidikan.
Diharapkan dapat meningkatan mutu pendidikan dalam proses
pembelajaran baik teori maupun praktek. Agar mahasiswa dapat
meningkatkan pengetahuan dan wawasan.
6) Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan dapat menambah dan mengembangkan ilmu yang
sudah ada setia meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya
untuk asuhan kebidanan pada ibu post sc atas indikasi Ketuban Pecah
Dini.
120
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2008, Modul (Buku Acuan) Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) Untuk Bidan di Desa, Jakarta: Depkes RI.
Dinas Kesehatan Kota Solok , Solok 2020 , Profil Kesehatan Kota Solok, Solok
2019: Dinas Kesehatan Kota solok
121