Anda di halaman 1dari 6

1.

Identitas Jurnal
a. Judul
“Analysis of Student Concepts Understanding in Solving Scientific Literacy on the Topic
of Momentum and Impulse”
“Analisis Pemahaman Konsep Siswa dalam Memecahkan Literasi Ilmiah tentang Topik
Momentum dan Impuls”

b. Penulis Jurnal
- WA Al Faizah 
- Suparmi 
- NS Aminah 

c. Nama Jurnal
- IOP Conf. Series: Journal of Physics: Conf
2. Fokus Jurnal
Pada jurnal yang berjudul “Analysis of Student Concepts Understanding in Solving
Scientific Literacy on the Topic of Momentum and Impulse” atau “Analisis Pemahaman
Konsep Siswa dalam Memecahkan Literasi Ilmiah tentang Topik Momentum dan
Impuls” memiliki tujuan , tujuan nya adalah Penelitian menganalisis pemahaman
konsep siswa dalam menyelesaikan sains keaksaraan tentang topik momentum dan
impuls. 
Adapun batsan pada jurnal ini adalah :
- Subjek dalam penelitian ini adalah 124 siswa dari 4 SMA di Sragen
- Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 pertanyaan dalam
bentuk tes esai
- materi momentum impuls

3. Kompetensi Dasar
- 3.10 Menerapkan konsep momentum dan impuls, serta hokum kekekalan
momentum dalam kehidupan sehari-hari
- 4.10 Menyajikan hasil pengujian penyerapan hokum kekekalan momentum ,
misalnya bola jatuh bebas ke lantai dan roket sederhana

4. Hasil Jurnal dan Analisis Jurnal


Dalam penelitian ini, siswa menjawab lembar masalah berdasarkan indikator
literasi ilmiah dianalisis. Analisis kemampuan literasi sains penting bagi siswa karena
berkaitan dengan bagaimana siswa memahami lingkungan dan masalah lain yang
dihadapi oleh masyarakat di era digital dengan mengandalkan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pentingnya literasi ilmiah adalah berurusan dengan sehari-
hari kehidupan dalam masyarakat, berpartisipasi dalam berbagai masalah sains-kompleks,
bagian dari warisan budaya dan banyak memengaruhi pandangan kita tentang dunia dan
tempat-tempat manusia di dalamnya dan kebutuhan akan karya sastra secara ilmiah cara
[20]. Indikator literasi ilmiah terdiri dari: (1) menjelaskan fenomena ilmiah, (2) evaluasi
dan desain ilmiah, (3) menafsirkan data dan bukti ilmiah. Setiap indikator siswa literasi
ilmiah diwakili oleh pemahaman konseptual siswa tentang momentum dan impuls
yang disediakan dalam bentuk lembar jawaban siswa. Pembagian literasi subtopik dan
ilmiah kompetensi pada setiap pertanyaan dapat dilihat pada Tabel 1.

Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa instrumen pertanyaan berbasis literasi saintifik
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 pertanyaan literasi ilmiah tentang kompetensi
untuk menjelaskan fenomena ilmiah di momentum sub-topik, 4 pertanyaan tentang literasi
ilmiah tentang kompetensi menafsirkan ilmiah data dan bukti tentang sub-topik hukum
kekekalan momentum dan tabrakan, dan 4 pertanyaan tentang literasi ilmiah tentang
kompetensi evaluasi dan desain ilmiah. Masalah pada subtopik hukum kekekalan momentum
dan impuls lebih dari masalah subtopic momentum. Ini karena pertanyaan tentang hukum
kekekalan momentum dan impuls sering menyebabkan siswa tidak memahami konsep
tersebut. Ini didukung oleh Maya dan Suliyanah yang terendah Persentase pemahaman
konsep terletak pada konsep konservasi energi dan momentum dalam acara tabrakan
[21]. Hasil pemahaman konseptual siswa di setiap literasi ilmiah kompetensi dapat dilihat
pada Gambar 1.
Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa 80,65% siswa masih mengalami kesulitan memahami
konsep momentum dalam menjelaskan kompetensi fenomena keilmuan. Ini menunjukkan
bahwa beberapa siswa masih memiliki kesulitan dalam menjelaskan fenomena ilmiah terkait
dengan peristiwa momentum yang ada di kehidupan sehari-hari. Salah satu faktor yang
menyebabkan siswa salah paham dalam menjelaskan keilmuan fenomena dalam kehidupan
sehari-hari adalah siswa berasumsi bahwa fenomena ilmiah tidak ada hubungannya dengan
fisika karena fisika identik dengan berbagai rumus dan eksperimen hanya dilakukan oleh
laboratorium. Selain itu siswa juga tidak dapat melihat fenomena di sekitar lingkungan
mereka karena mereka kurang peka terhadap lingkungan sekitarnya dan bahkan lebih peka
terhadap dunia maya. Ini didukung oleh Rustandi bahwa di era modern ini di mana teknologi
maju, banyak anak lebih suka bermain game digital daripada mencoba memahami atau
mempelajari penyebab fenomena ilmiah yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari
[22]. Contoh jawaban untuk siswa yang mengerti konsep tersebut dan tidak mengerti konsep
dalam menyelesaikan menjelaskan fenomena ilmiah literasi ilmiah kompetensi dapat dilihat
pada tabel 2.
Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa siswa yang tidak memahami konsep menyatakan bahwa
kendaraan yang dimiliki momentum yang lebih besar adalah sepeda motor yang 4 kali lebih
besar dari truk dan kecepatan sepeda motor adalah dipercepat sementara kecepatan truk
tetap. Dari jawaban siswa menunjukkan momentum itu hanya dipengaruhi oleh kecepatan
dan laju kendaraan, siswa tidak dapat menjelaskan besarnya massa benda juga dapat
mempengaruhi momentum suatu benda. Sedangkan siswa yang mengerti konsep menyatakan
bahwa kendaraan yang memiliki momentum lebih besar adalah sepeda motor karena sepeda
motor bergerak lebih cepat sebesar 4 kali kecepatan truk dan juga memiliki akselerasi. Jika
dilihat dari massa, motor dan truk memiliki massa yang berbeda, dibandingkan dengan massa
sepeda motor yang lebih kecil dari massa truk. Itu semakin kecil massa suatu benda (sepeda
motor), semakin besar kecepatan yang dimilikinya dan semakin besar momentumnya. Jadi
sebaliknya, jika massa benda besar (truk) maka kecepatan yang dimiliki akan lebih kecil dan
momentum semakin kecil.
Pada Gambar 1 juga dapat dilihat bahwa 75,81% siswa masih mengalami kesulitan
memahami konsep impuls dalam kompetensi literasi desain ilmiah. Ini menunjukkan bahwa
beberapa siswa masih mengalami kesulitan dalam melaksanakan desain ilmiah dalam bentuk
memberikan solusi untuk masalah literasi ilmiah. Satu Faktor itulah yang menyebabkan
siswa mengalami kesulitan dalam menggunakan sains untuk menyelesaikan berbagai
masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari adalah kurangnya pemahaman siswa. Ini
karena pemahaman sains yang baikdapat digunakan untuk menyelesaikan berbagai masalah
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari [23]. Contoh jawaban untuk siswa yang memahami
konsep dan tidak memahami konsep dalam menyelesaikan literasi desain ilmiah kompetensi
dapat dilihat pada tabel 3
Pada tabel 3, dapat dilihat bahwa siswa yang tidak memahami konsep menyatakan bahwa
langkah Andi adalah bagus dalam mengatasi masalah remnya, yaitu membanting kemudi ke
sedotan alih-alih dinding karena jerami akan menghentikan kecepatan tanpa membuatnya sakit
dan tumpukan jerami lebih banyak membantu daripada tembok. Dari jawaban siswa, itu
menunjukkan bahwa pemahaman konsep fisika tentang momentum dan impuls masih belum
mampu menjelaskan secara ilmiah tentang konsep momentum perubahan. Sedangkan siswa yang
memiliki pemahaman konsep itulah pilihan terbaik yang harus dilakukan Andi adalah
membanting sepedanya menjadi tumpukan jerami karena tumpukan jerami itu bisa mengubah
momentum sepeda Andi dalam waktu lama waktu dibandingkan dengan dinding beton sehingga
mengurangi gaya rata-rata. Namun perlu diingat bahwa perubahan itu terjadi momentumnya
sama, antara tumpukan jerami dan dinding beton.
Gambar 1 juga menunjukkan bahwa 43,55% siswa masih mengalami kesulitan
memahami konsep hokum konservasi momentum dan tabrakan dalam interpretasi kompetensi
data ilmiah. Ini menunjukkan bahwa beberapa siswa masih mengalami kesulitan dalam
menginterpretasikan data. Salah satu faktor yang menyebabkan siswa
kesalahpahaman dalam menafsirkan data adalah bahan ajar yang digunakan hanya menggunakan
representasi verbal. Hal ini disebabkan karena bahan ajar yang tersedia hanya berupa buku teks
yang berisi bahan oleh disajikan dalam bentuk representasi verbal dalam bentuk teori dan rumus
matematika yang sulit dipahami [24]. Padahal bahan ajar yang bagus harus diatur dalam berbagai
cara dengan banyak representasi [25-26]. Contoh jawaban untuk siswa yang mengerti konsep
tersebut dan tidak memahami konsep penafsiran kompetensi literasi sains dapat dilihat
dalam tabel 4.
Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa siswa yang tidak memahami konsep menunjukkan
bahwa siswa salah perhitungan nilai arah sudut dan besarnya kecepatan gabungan kedua mobil
setelah tabrakan, dengan asumsi bahwa kendaraan mengalami dampak tabrakan tidak lengkap
(keduanya tetap bersatu setelah tabrakan), sehingga siswa dikatakan memahami interpretasi data
dan bukti secara ilmiah. Sedangkan siswa yang memiliki pemahaman konsep mampu
menghitung nilai sudut arah dan kecepatan gabungan dari kedua mobil setelah tabrakan, dengan
asumsi bahwa kendaraan mengalami tabrakan tidak sempurna (keduanya saling menempel
setelah tabrakan), sehingga siswa dikatakan mengerti interpretasi data dan bukti secara ilmiah

5. Pengembangan Jurnal
Penelitian menganalisis pemahaman konsep siswa dalam menyelesaikan sains
keaksaraan tentang topik momentum dan impuls untuk meningkatkan literasi sains

6. Kelebihan dan kekurangan


Adapun kelebihan dan kekurangan jurnal ini diantaranya sebagai berikut :
a. Kelebihan
- Penjelasan jurnal dapat dipahami oleh pembaca
b. Kekurangan
1. Tidak dijelaskan bentuk yang digunkan oleh peneliti

7. Rencana Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran I-CARE
untuk meningkatkan pemecahan masalah siswa pada materi momentum dan implus
Alasan menggunakan Model I-CARE :
- Model I-CARE untuk saat ini masih jarang digunakan pada pembelajaran fisika.
- Langkah-langkah pada model I-CARE ini tidak lah sulit untuk diterapkan pada
saat proses pembelajaran
- Pada langkah Aplikasi akan memberikan masalah-masalah yang terjadi
dikehidupan sehari-hari mengenai materi momentum dan impuls
- Pada model I-CARE untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif

8. Kesimpulan
Pada pembahasan di atas terdapat beberapa siswa masih memiliki kesulitan dalam
menjelaskan fenomena ilmiah terkait dengan peristiwa momentum yang ada di kehidupan
sehari-hari. Salah satu faktor yang menyebabkan siswa salah paham dalam menjelaskan
keilmuan fenomena dalam kehidupan sehari-hari adalah siswa berasumsi bahwa
fenomena ilmiah tidak ada hubungannya dengan fisika karena fisika identik dengan
berbagai rumus dan eksperimen hanya dilakukan di laboratorium. Selain itu siswa juga
tidak dapat melihat fenomena di sekitar lingkungan mereka karena mereka kurang peka
terhadap lingkungan sekitarnya dan bahkan lebih peka terhadap dunia maya

Anda mungkin juga menyukai