Anda di halaman 1dari 10

ISSN 2337­6686

ISSN­L 2338­3321

PELAYANAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL


(BPJS) KESEHATAN DI JAWA BARAT
Ika Widiastuti
Universitas Krisnadwipayana Jakarta
E­mail: iwidiastuti86@gmail.com
ABSTRAK: Peningkatan kualitas pelayanan publik pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di Jawa Barat
sangatlah penting agar dapat meningkatkan kepuasan terhadap masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, sistem serta harga yang terjangkau. Cita­cita awal pelaksanaan BPJS Kesehatan adalah agar masyarakat bisa terlayani dengan
baik di puskesmas namun masih terdapat permasalahan yang harus dibenahi. Tujuan penelitian adalah 1) untuk mengetahui dan
membahas pelayanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di Jawa Barat, 2) mengumpulkan informasi serta
mngembangkan konsep pelayanan BPJS kesehatan di Jawa Barat. Metode penulisan ini adalah kajian kepustakaan dengan pendekatan
deskriptif dan eksploratif. Dapat disimpulkan bahwa: 1) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS adalah
badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. 2) terdapat
permasalahan yang harus dibenahi baik berupa sistem, prosedur, SDM (tenaga medis), maupun sarana prasarana serta belum
menerapkan prinsip responsivitas terhadap kebutuhan masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik bidang
kesehatan di Jawa Barat, 3) pelayanan bidang kesehatan belum memenuhi standar pelayanan publik yang baik, akses masyarakat untuk
mendapatkan manfaat pelayanan sangat terbatas, masyarakat belum bisa mendapatkan pelayanan di semua fasilitas kesehatan.
Kata kunci: pelayanan, BPJS, kesehatan
ABSTRACT: Improving the quality of public services at the Social Security Agency (BPJS) Health in West Java is essential in order to
increase the satisfaction of the public in obtaining health services safe, quality, system and an affordable price. Ideals of the early
implementation of BPJS is so that people can be served well in the clinic but still there are problems that must be addressed. The
purpose of writing is 1) to identify and discuss service Social Security Agency (BPJS) Health in West Java, 2) gather information and
develop concepts BPJS health services in West Java. This writing method is the study of literature with a descriptive and exploratory
approach. It is concluded that 1) Social Security Agency, hereinafter abbreviated BPJS is a statutory body established to administer
social security program. BPJS consists of BPJS Health and BPJS Employment. BPJS Health is a legal entity formed to administer the
health insurance program. 2) there are problems that must be addressed in the form of systems, procedures, human resources (medical
personel), as well as infrastructure and not to apply the principle of responsiveness to community needs in order to improve the quality
of public services in health in West Java, 3) public service in health sector not meet the standards good public services, people's access
to the benefits of the service is very limited, the public has not been able to get services in all health facilities.
Key words: services, BPJS, health

PENDAHULUAN mengembangkan jaminan sosial, antara lain jaminan


Latar belakang penulisan ini adalah bahwa hak kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health
tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan Coverage). Dalam sidang ke­58 tahun 2005 di
kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan Jenewa, World Health Assembly (WHA) menggaris
hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa­ bawahi perlunya pengembangan sistem pembiayaan
bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Pengakuan itu kesehatan yang menjamin tersedianya akses
tercantum dalam Deklarasi Perserikatan Bangsa­ masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan
Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi Manusia. Pasal memberikan perlindungan kepada mereka terhadap
25 Ayat (1) Deklarasi menyatakan, “setiap orang risiko keuangan. WHA ke­58 mengeluarkan resolusi
berhak atas derajat hidup yang memadai untuk yang menyatakan, “pembiayaan kesehatan yang
kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya berkelanjutan melalui Universal Health Coverage
termasuk hak atas pangan, pakaian, perumahan dan diselenggarakan melalui mekanisme asuransi
perawatan kesehatan serta pelayanan sosial yang kesehatan sosial. WHA juga menyarankan kepada
diperlukan dan berhak atas jaminan pada saat WHO agar mendorong negara­negara anggota untuk
menganggur, menderita sakit, cacat, menjadi mengevaluasi dampak perubahan sistem pembiayaan
janda/duda, mencapai usia lanjut atau keadaan kesehatan terhadap pelayanan kesehatan ketika
lainnya yang mengakibatkan kekurangan nafkah, mereka bergerak menuju Universal Health Coverage.
yang berada di luar kekuasaannya”. Di Indonesia, falsafah dan dasar negara Pancasila
Berdasarkan Deklarasi tersebut, pasca Perang terutama sila ke­5 juga mengakui hak asasi warga
Dunia II beberapa negara mengambil inisiatif untuk atas kesehatan. Hak ini juga termaktub dalam UUD

Jurnal Ilmiah WIDYA 224 Volume 4 Nomor 1 Januari­Juli 2017


Ika Widiastuti, Pelayanan Badan Penyelenggara
224 ­ 233 Jaminan Sosial (BPJS)

45 pasal 28H dan pasal 34, dan diatur dalam UU No. Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948 menyebutkan
23/1992 yang kemudian diganti dengan UU 36/2009 bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai “suatu
tentang Kesehatan. Dalam UU 36/2009 ditegaskan keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan
bahwa “setiap orang mempunyai hak yang sama bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan”.
dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang Berdasarkan Undang­Undang Nomor 36 Tahun
kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang 2009 bahwa kesehatan adalah “keadaan sehat baik
aman, bermutu, dan terjangkau. Sebaliknya, setiap secara fisik, mental spiritual maupun sosial yang
orang juga mempunyai kewajiban turut serta dalam memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
program jaminan kesehatan sosial”. secara sosial dan ekonomi. Sedangkan upaya
Untuk mengatasi hal itu, pada 2004, dikeluarkan kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara
Undang­Undang No.40 tentang Sistem Jaminan dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh
Sosial Nasional (SJSN). UU 40/2004 ini meng­ pemerintah dan atau masyarakat”.
amanatkan bahwa jaminan sosial wajib bagi seluruh Tingkat kesehatan masyarakat akan sangat
penduduk termasuk Jaminan Kesehatan Nasional berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan
(JKN) melalui suatu Badan Penyelenggara Jaminan masyarakat, karena tingkat kesehatan memiliki
Sosial (BPJS). Undang­Undang No. 24 Tahun 2011 keterkaitan yang erat dengan tingkat kemiskinan.
juga menetapkan, Jaminan Sosial Nasional akan Sementara, tingkat kemiskinan akan terkait dengan
diselenggarakan oleh BPJS, yang terdiri atas BPJS tingkat kesejahteraan. Keterkaitan tingkat kesehatan
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. dengan kemiskinan dapat dilihat pada siklus
Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui lingkaran setan kemiskinan (the vicious circle of
dan membahas pelayanan Badan Penyelenggara poverty). Dalam suatu lingkaran setan kemiskinan
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di Jawa Barat, 2) tersebut, terdapat tiga poros utama yang menye­
untuk mengetahui konsep pelayanan BPJS Kesehatan babkan seseorang menjadi miskin, yaitu: 1) rendah­
di Jawa Barat. nya tingkat kesehatan, 2) rendahnya pendapatan, dan
3) rendahnya tingkat pendidikan.
METODOLOGI PENELITIAN Rendahnya tingkat kesehatan merupakan salah
Metode penelitian yang digunakan deskriptif dan satu pemicu terjadinya kemiskinan. Hal ini dapat
eksploratif dengan melakukan kajian pustaka. Teknik dijelaskan bahwa tingkat kesehatan masyarakat yang
pengumpulan data menggunakan studi pustaka. rendah akan menyebabkan tingkat produktivitas
Teknik analisis data dilakukan dengan mempelajari rendah. Tingkat produktivitas yang rendah lebih
teori­teori, peraturan­peraturan, informasi yang menyebabkan pendapatan rendah. Pendapatan yang
diperoleh dari jurnal, buku teks dan makalah yang rendah menyebabkan terjadinya kemiskinan. Kemis­
berkaitan dengan masalah penelitian. kinan ini selanjutnya menyebabkan seseorang tidak
dapat menjangkau pendidikan yang berkualitas serta
HASIL DAN PEMBAHASAN membayar biaya pemeliharaan dan perawatan
kesehatan. Oleh karena kesehatan merupakan faktor
Kesehatan utama kesejahteraan masyarakat yang hendak
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar diwujudkan pemerintah, maka kesehatan harus
masyarakat, maka kesehatan adalah hak bagi setiap menjadi perhatian utama pemerintah sebagai
warga masyarakat yang dilindungi oleh Undang­ penyelenggara pelayanan publik.
Undang Dasar. Setiap negara mengakui bahwa Pemerintah harus dapat menjamin hak
kesehatan menjadi modal terbesar untuk mencapai masyarakat untuk sehat (right for health) dengan
kesejahteraan. Oleh karena itu, perbaikan pelayanan memberikan pelayanan kesehatan secara adil, merata,
kesehatan pada dasarnya merupakan suatu investasi memadai, terjangkau, dan berkualitas. Hampir semua
sumber daya manusia untuk mencapai masyarakat negara­negara maju di dunia menaruh perhatian yang
yang sejahtera (welfare society). serius terhadap masalah kesehatan. Sebagai contoh,
Pengertian Kesehatan menurut wikipedia adalah pemerintah Inggris melalui National Health Service
“keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang (NHS) memberikan subsidi kesehatan kepada
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara masyarakatnya hingga 90%. Dengan sistem seperti
sosial dan ekonomis”. Sedangkan menurut Organisasi itu masyarakat dapat menikmati pelayanan kesehatan
Jurnal Ilmiah WIDYA 225 Volume 4 Nomor 1 Januari­Juli 2017
Ika Widiastuti, Pelayanan Badan Penyelenggara
224 ­ 233 Jaminan Sosial (BPJS)

yang sangat murah. Masyarakat hanya menanggung kesehatan masyarakat, namun dapat disebut suatu
biaya perawatan kurang dari 5% dari total biaya, pelayanan yang baik dan keduanya haruslah memiliki
karena sebagian besar biaya ditanggung pemerintah, berbagai persyaratan yang terdiri atas 5 macam yaitu:
sebagian lagi berasal dari donasi, baik dari pribadi 1) Tersedia dan Berkesinambungan. Syarat pokok
maupun perusahaan­perusahaan. pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah
pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia di
Pelayanan Kesehatan
masyarakat (available) serta bersifat berkesinam­
Menurut Kotler dalam Fandy Tjiptono (2002:83)
bungan (continous). Artinya semua jenis pelayanan
definisi pelayanan adalah “setiap tindakan atau
kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak
kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak
sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam
kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak ber­
masyarakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan.
wujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan
2) Dapat diterima dan Wajar. Syarat pokok kedua
apapun”.
pelayanan kesehatan yang baik adalah yang dapat
Kep. Menpan No. 81/93 menyatakan bahwa
diterima dengan wajar. Artinya pelayanan kesehatan
pelayanan umum adalah “segala bentuk pelayanan
tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan
yang diberikan pemerintah pusat/daerah/BUMN/
kepercayaan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan dan
BUMD, dalam rangka pemenuhan kebutuhan
kepercayaan masyarakat, serta bersifat tidak wajar
masyarakat dan atau perundang­undangan yang
bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang baik. 3)
berlaku”.
Mudah dicapai. Syarat pokok ketiga pelayanan
Menurut Levey dan Loomba dalam Azwar
kesehatan yang baik adalah yang mudah dicapai
(1996:35) pelayanan kesehatan adalah “setiap upaya
(accessible) oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian
yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama­
yang dimaksudkan disini terutama dari sudut lokasi,
sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
dengan demikian untuk dapat mewujudkan pelayanan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan
kesehatan yang baik, maka pengaturan distribusi
menyembuhkan penyakit serta memulihkan
sarana kesehatan menjadi sangat penting. Pelayanan
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan
kesehatan yang terlalu terkonsentrasi di daerah
ataupun masyarakat”.
perkotaan saja, dan sementara itu tidak ditemukan di
Pelayanan kesehatan menurut Pohan (2007:28)
daerah pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan yang
merupakan “suatu alat organisasi untuk menjabarkan
baik. 4) Mudah dijangkau. Syarat pokok keempat
mutu layanan kesehatan kedalam terminologi
pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah
operasional, sehingga semua orang yang terlibat
dijangkau (affordable) oleh masyarakat. Pengertian
dalam layanan kesehatan akan terikat dalam suatu
keterjangkauan disini terutama dari sudut biaya,
sistem, baik pasien, penyedia layanan kesehatan,
untuk dapat mewujudkan keadaan yang seperti ini
penunjang layanan kesehatan ataupun manajemen
harus dapat diupayakan biaya pelayanan kesehatan
organisasi layanan kesehatan, dan akan bertanggung
tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi
gugat dalam melaksanakan tugas dan perannya
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal dan
masing­masing”.
karena itu hanya mungkin dinikmati oleh sebagian
Tujuan pelayanan adalah sebagai berikut: 1)
kecil masyarakat saja, bukanlah pelayanan kesehatan
untuk memberikan pelayanan yang bermutu tinggi
yang baik. 5) Bermutu. Syarat pokok kelima
kepada pelanggan, 2) untuk menimbulkan keputusan
pelayanan kesehatan yang baik adalah yang bermutu
dari pihak pelanggan agar segera membeli atau
(quality). Pengertian mutu yang dimaksudkan disini
menggunakan barang/jasa yang ditawarkan, 3) untuk
adalah menunjuk pada tingkat kesempurnaan
menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang
barang/jasa yang ditawarkan, 4) untuk menghindari
disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa
terjadinya tuntutan­tuntutan yang tidak perlu
pelayanan, dan dipihak lain tata cara
dikemudian hari terhadap produsen, 5) untuk
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta
menciptakan kepercayaan dan kepuasan kepada
standar yang telah ditetapkan”.
pelanggan.
Azwar (1996:38–39) mengungkapkan sekalipun Mutu Pelayanan Kesehatan
pelayanan kedokteran berbeda dengan pelayanan Azwar (1996:39), menyatakan bahwa “mutu
Jurnal Ilmiah WIDYA 226 Volume 4 Nomor 1 Januari­Juli 2017
Ika Widiastuti, Pelayanan Badan Penyelenggara
224 ­ 233 Jaminan Sosial (BPJS)

pelayanan kesehatan adalah menunjukkan pada jumlahnya masih terbatas. Selain itu, karena
tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang puskesmas tutup di akhir pekan, beban faskes I
diselenggarakan, yang disatu pihak dapat menimbul­ lainnya menjadi tinggi, imbasnya peserta harus antri
kan kepuasan pada setiap pasien atau pemakai jasa panjang di sabtu dan minggu.
pelayanan, dan dipihak lain tata cara penyeleng­ 3. BPJS menetapkan bahwa peserta hanya boleh
memilih satu faskes I untuk memperoleh rujukan.
garaannya sesuai dengan kode etik serta standar yang
Peserta tidak bisa ke sembarang faskes I meskipun itu
telah ditetapkan sesuai dengan tingkat kepuasan rata­ fasilitas kesehatan (faskes) yang sudah kerjasama
rata penduduk”. dengan BPJS. Kondisi ini, misalnya, menyulitkan
buat peserta yang lokasi pilihan faskes I jauh dari
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
tempat bekerja atau dari rumah. Selain itu, jika
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang sedang di luar kota dan akan berobat, peserta harus
selanjutnya disingkat BPJS adalah badan hukum lebih dahulu menghubungi kantor BPJS ter­
yang dibentuk untuk menyelenggarakan program dekat, yang kemudian akan menujukkan Faskes I
jaminan sosial (UU No 24 Tahun 2011). BPJS terdiri mana yang bisa melayani. Peserta BPJS juga hanya
dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. bisa pergi ke rumah sakit yang disebutkan dalam
BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk surat rujukan dari Faskes I. Misalnya, dari puskesmas
untuk menyelenggarakan program jaminan harus ke RSUD yang sudah ditunjuk. Peserta tidak
kesehatan. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa bisa sembarang pergi ke rumah sakit lain meskipun
perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh rumah sakit tersebut kerjasama dengan BPJS. PT
ASKES juga menerapkan rujukan tapi permintaan
manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
rujukan bisa dilakukan di semua puskesmas. Tidak
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang ada ketentuan harus di puskemas tertentu. Di era PT
diberikan kepada setiap orang yang telah membayar ASKES, peserta bisa memilih rumah sakit sesuai
iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. keinginan mereka selama rumah sakit tersebut
Pelayanan BPJS Kesehatan di Jawa Barat belum kerjasama dengan PT ASKES.
dapat memenuhi standar pelayanan minimal yang 4. Peserta BPJS hanya bisa berobat di rumah sakit
diharapkan oleh masyarakat. Berikut ini masih yang sudah kerjasama dengan BPJS. Di rumah sakit
buruknya pelayanan BPJS kesehatan di Jawa Barat yang belum kerjasama, peserta tidak bisa
adalah: menggunakan jaminan kesehatan BPJS. Masalahnya
1. BPJS menerapkan alur pelayanan dengan rujukan tidak semua rumah sakit swasta sudah kerjasama
berjenjang. Sebelum ke rumah sakit atau dokter dengan BPJS. Sementara, dengan asuransi kesehatan,
spesialis, peserta wajib terlebih dahulu ke fasilitas peserta bisa berobat di semua rumah sakit. Di rumah
kesehatan (faskes) tingkat I yang telah ditunjuk, yaitu sakit yang sudah kerjasama dengan asuransi
puskesmas, dokter keluarga atau klinik, untuk kesehatan, pembayaran cukup dilakukan dengan
mendapatkan surat rujukan. Kecuali gawat darurat, menunjukkan kartu (cashless). Di rumah sakit yang
peserta tidak bisa langsung ke rumah sakit atau belum kerjasama, pembayaran dengan sistem
dokter spesialis. Selama masalah kesehatan peserta reimbursement.
bisa ditangani oleh faskes I, maka peserta tidak perlu 5. Fasilitas kamar BPJS hanya sampai kelas 1. Tidak
dirujuk ke rumah sakit atau dokter spesialis. ada fasilitas kelas VIP keatas. Meskipun perawatan
Keputusan merujuk ke rumah sakit adalah dan kualitas dokter tidak dibedakan antar kelas,
kewenangan faskes I. Kondisi yang sangat berbeda namun kenyamanan kamar tentunya berbeda antar
dengan proses di asuransi kesehatan. Dengan kelas. Dalam asuransi kesehatan, kelas kamar yang
asuransi, peserta tidak butuh rujukan dan bisa ditawarkan lebih tinggi. Peserta bisa menikmati kelas
langsung ke rumah sakit atau dokter spesialis sesuai VIP dan diatasnya.
pilihannya. 6. Tantangan yang kerap dihadapi peserta BPJS
2. Puskesmas, yang notabene menjadi titik awal dalam pelayanan kesehatan adalah: (1) antri panjang
semua proses berobat di BPJS, jam kerjanya terbatas. di rumah sakit, (2) kesulitan mendapatkan kamar
Di akhir pekan, sabtu dan minggu, puskesmas tutup. rawat inap karena kamar untuk peserta BPJS sering
Sementara, buat banyak karyawan, terutama di kota penuh, (3) ada obat­obatan yang tidak dijamin oleh
besar, karena alasan kesibukan, pemeriksaan BPJS sehingga peserta harus menanggung sendiri, (4)
kesehatan baru bisa dilakukan di akhir pekan saat meskipun seharusnya gratis (selama sesuai kelas)
libur. Memang, peserta bisa ke faskes I lainnya, yaitu peserta kadang masih harus membayar kelebihan
klinik atau dokter keluarga. Tapi, mereka ini plafond, yang jika tidak dibayar, rumah sakit enggan
melayani. Ini keluhan yang kerap muncul di media.
Jurnal Ilmiah WIDYA 227 Volume 4 Nomor 1 Januari­Juli 2017
Ika Widiastuti, Pelayanan Badan Penyelenggara
224 ­ 233 Jaminan Sosial (BPJS)

Kondisi ini terkait lonjakan peserta BPJS, yang telah diberlakukan koordinasi manfaat ini. Jika ingin
mencapai 132 juta orang dan masih akan terus menggunakan cara ini, wajib memastikan ke pihak
bertambah. Kenaikkan permintaan dipicu oleh asuransi apakah koordinasi manfaat dengan BPJS
kewajiban perusahaan untuk ikut serta (ada sanksi) sudah berjalan.
dan murahnya iuran. Sementara itu, di sisi lain, 3. Ini cara yang paling mudah, mengikuti program
ketersediaan kamar dan tenaga medis di rumah sakit cash plan yang ditawarkan asuransi. Cash plan adalah
tidak bisa dengan cepat ditingkatkan, khususnya santunan harian yang dibayarkan jika peserta masuk
untuk peserta BPJS. Metode BPJS adalah membayar rumah sakit. Bedanya dengan asuransi kesehatan
tagihan rumah sakit sesuai standar biaya perawatan, yang mengganti berdasarkan tagihan rumah sakit,
yang sudah diputuskan oleh pemerintah (nama penggantian cash plan jumlahnya tetap regardless
skemanya INA­CBG), yang mungkin jumlahnya jumlah tagihan rumah sakit. Keunggulan cash plan
lebih rendah dari biaya aktual rumah sakit. Metode adalah prosesnya relatif lebih mudah. Peserta hanya
ini disinyalir ikut mempengaruhi kemauan rumah perlu menunjukkan berapa lama dirawat inap di
sakit menyediakan jumlah kamar untuk peserta BPJS. rumah sakit. Asuransi akan mengganti sejumlah hari
Sementara itu, asuransi kesehatan membayar sesuai rawat inpat dikali manfaat per harinya. Prosesnya
biaya aktual yang ditagih oleh rumah sakit. Jarang tidak ribet dan tidak membutuhkan koordinasi antar
sekali kita mendengar bahwa jumlah kamar kurang pihak untuk mengklaim manfaat. Dalam kasus BPJS
dalam pelayanan asuransi kesehatan. ini, karena sudah jaminan kesehatan utama, cash plan
sebagai pendukung. Karena prosedurnya paling
Cara Mengantisipasi Buruknya Pelayanan BPJS mudah dan biaya yang diganti hanyalah selisih yang
Kesehatan di Jawa Barat tidak dijamin oleh BPJS sehingga besar kemungkinan
Cara untuk mengantisipasi buruknya pelayanan kekurangan biaya masih bisa di­cover uang dari cash
BPJS kesehatan yaitu sebagai berikut: plan.
1. Karyawan tidak memanfaatkan BPJS sama sekali BPJS Kesehatan yang baru beroperasi sejak
dan sebagai alternatif membeli asuransi kesehatan tanggal 1 Januari 2014, tentunya tidak luput dari
sendiri. Kemudahan proses berobat di asuransi kekurangan. Namun walaupun demikian BPJS
dipandang sebagai manfaat yang lebih penting,
Kesehatan pun tentu memiliki kelebihan.
meskipun harus membayar biaya tambahan. Untuk
kesehatan banyak orang rela mengeluarkan dana Berdasarkan analisis, kekurangan dan kelebihan
tambahan demi pelayanan yang lebih baik. BPJS BPJS Kesehatan antara lain:
kesehatan bisa tetap digunakan sebagai jaga­jaga jika 1. Kelebihan
plafond asuransi kesehatan habis atau untuk a. Lebih menguntungkan dibandingkan asuransi
pengobatan penyakit–penyakit yang tidak ditanggung komersial, yang mana BPJS kepesertaannya
oleh asuransi. wajib bukan sukarela, BPJS Kesehatan bukan
2. Memanfaatkan koordinasi manfaat antara BPJS profit (mencari keuntungan) tetapi bersifat
dan asuransi kesehatan swasta. Peserta menggunakan non­profit, dan manfaat yang didapat bersifat
BPJS, jika kemudian terdapat biaya tambahan atau komprehensif.
mengambil kelas kamar diatas standard BPJS, b. Secara aturan BPJS Kesehatan memenuhi
kelebihan biaya diklaim ke asuransi kesehatan. prinsip­prinsip jaminan sosial.
Asuransi kesehatan menanggung sisa tagihan yang c. Sistem gotong royong yang memunculkan
tidak dijamin oleh BPJS, selama sisa tagihan masih kemandirian.
dalam batas plafond asuransi kesehatan. Dengan ini, d. Asuransi berlaku seumur hidup dari anak baru
peserta tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan. lahir hingga lansia.
Sebenarnya, koordinasi manfaat adalah hal lumrah 2. Kekurangan
antar perusahaan asuransi swasta. Ini terjadi apabila a. Terjadi pengalihan tanggung jawab negara
pemegang polis punya lebih dari satu asuransi kepada individu atau rakyat melalui iuran
kesehatan. Tapi, implementasinya antara BPJS yang dibayarkan langsung, atau melalui
Kesehatan dan asuransi kesehatan swasta tampaknya pemberi kerja bagi karyawan swasta, atau
belum jelas. Meskipun sudah ada penandatanganan oleh negara bagi pegawai negeri. Lalu sebagai
kerjasama koordinasi manfaat antara 30 asuransi tambal sulamnya, negara membayar iuran
kesehatan swasta dengan BPJS, kendalanya adalah program jaminan sosial bagi yang miskin.
belum ada pedoman pelaksana koordinasi manfaat. Pengalihan tanggung jawab negara kepada
Padahal penetapan pedoman koordinasi manfaat ini individu dalam masalah jaminan sosial juga
sangat penting, untuk memastikan karyawan atau bisa dilihat dari penjelasan undang­undang
peserta tidak kesulitan mendapat pelayanan ketika tersebut tentang prinsip gotong­royong

Jurnal Ilmiah WIDYA 228 Volume 4 Nomor 1 Januari­Juli 2017


Ika Widiastuti, Pelayanan Badan Penyelenggara
224 ­ 233 Jaminan Sosial (BPJS)

yaitu: Peserta yang mampu (membantu) bangsa. Karena tanpa kesehatan yang terjamin,
kepada peserta yang kurang mampu dalam sebuah bangsa akan kesulitan membentuk sebuah
bentuk kepesertaan wajib bagi seluruh rakyat; pondasi produktivitas ekonomi bagi setiap warganya,
peserta yang berisiko rendah membantu yang bahkan masalah kesehatan justru akan menjadi beban
berisiko tinggi; dan peserta yang sehat ekonomi bagi warga negara. Supaya kesehatan
membantu yang sakit. Jadi, jelas undang­
dianggap penting tentu saja tidak hanya menjadi
undang ini justru ingin melepaskan tanggung
jawab negara terhadap jaminan sosial atau tugas insan sehat untuk mendorong perubahan
kesehatan. paradigma sehat dari curative oriented (berobat jika
b. Yang akan menerima jaminan sosial adalah sakit) menjadi preventive oriented (mencegah
mereka yang terdaftar dan tercatat membayar sebelum sakit). Diperlukan peran aktif lintas sektor,
iuran. edukasi pelajar di sekolah, edukasi dilingkungan
c. Belum mencakup semua masyarakat, misalnya keluarga, dan political will dari birokrasi
gelandangan, anak panti asuhan, orang pemerintahan mulai dari tingkat RT/RW hingga
jompo, dan sebagainya. ketingkat pemerintah pusat dalam hal ini kementerian
d. Jaminan sosial tersebut hanya bersifat parsial,
kesehatan. Agar program­program kesehatan yang
misalnya jaminan kesehatan: tidak semua
jenis penyakit dan semua jenis obat akan secara strategis direncanakan oleh kementerian
ditanggung oleh BPJS. kesehatan tepat sasaran, maka fenomena menjadikan
program kesehatan sebagai isu­isu politik sebaiknya
Reformasi Birokrasi Pelayanan Publik BPJS ditinjau kembali. Karena hanya dengan demikian
Kesehatan konsepsi rencana strategis bidang kesehatan yang
Pelayanan publik dalam bidang kesehatan kini bersifat jangka panjang dapat secara perlahan
mendapat permasalahan yaitu mulai dari prosedur, terwujud.
sistem pelayanan BPJS, sarana dan prasarana dan Political will menata birokrasi kesehatan yang
tenaga medis yang kurang memadai. Oleh karena itu, bersih dan berwibawa harus mendapat dukungan dari
diperlukan suatu reformasi birokrasi dalam semua kalangan, baik itu birokrat, teknokrat, politisi,
meningkatkan pelayanan bidang kesehatan khususnya swasta, pemerintahan eksekutif, legislatif, LSM, dan
pelayanan BPJS kesehatan kepada masyarakat. seluruh masyarakat Indonesia pada umumnya. Tak
Birokrasi adalah sebuah perangkat sistem yang ada jalan lain selain bersepakat bahwa pelayanan
niscaya bagi setiap roda pemerintahan, tanpa kesehatan sejatinya adalah tugas dari semua elemen
mekanisme birokrasi tersebut maka institusi dan harus dibangun atas dasar konsepsi yang jelas,
pelayanan publik akan stagnan dan bahkan dapat tak pelaksanaan yang transparan dan tepat sasaran.
berfungsi sama sekali. Sejak reformasi tahun 1998 Masyarakat harus didorong untuk mencerdaskan
digulirkan, reformasi birokrasi adalah bagian dari dirinya, memandirikan dirinya baik dari sisi
subsistem yang menjadi tuntutan. Karena transparansi paradigma sehat hingga pada level perubahan
dan akuntabelnya sebuah institusi apapun sejatinya perilaku sehat yang lebih baik mencegah daripada
mesti didasari oleh sebuah mekanisme birokrasi yang mengobati. Attitude dan kecerdasan stakeholder,
bersih, autokritik, disiplin dan ditunjang oleh SDM setiap pelaku birokrasi kesehatan pada akhirnya akan
yang memiliki rasa tanggungjawab dan idealisme. diuji oleh sebuah kondisi. Ketika siapapun itu berada
Penerapan birokrasi yang melayani secara profe­ pada sebuah sistem birokrasi kesehatan kerap
sional, bersih dari praktek korupsi, kolusi dan nepo­ bersentuhan dengan hal­hal yang paradoks dan
tisme faktanya merupakan cita­cita yang masih belum perasaan yang dilematis. Disatu sisi tuntutan
terwujud. Dibutuhkan political will dari setiap stake­ perubahan birokrasi adalah sebuah keniscayaan
holder dalam pencapaian kebijakan­kebijakan setiap sementara di sisi lain sistem birokrasi mewariskan
Institusi pemerintahan dalam fungsinya sebagai pela­ benang kusut dimana­mana. Birokrasi warisan orde
yanan publik (Public Service). baru menguji attitude setiap orang, apakah dia
Birokrasi kesehatan masa kini, kesehatan adalah tenggelam dalam sistem yang telah mengakar ataukah
modal utama setiap bangsa yang ingin maju dan dia akan muncul sebagai agent of change (tokoh­
sejahtera, selain pendidikan bagi setiap warga negara, tokoh perubahan).
kesehatan adalah prasayarat normatif yang sangat Attitude (perilaku) yang jujur dalam sebuah
berkaitan dengan tingkat kemakmuran sebuah sistem birokrasi adalah syarat utama agar sistem
Jurnal Ilmiah WIDYA 229 Volume 4 Nomor 1 Januari­Juli 2017
Ika Widiastuti, Pelayanan Badan Penyelenggara
224 ­ 233 Jaminan Sosial (BPJS)

dapat berjalan dengan baik. Walaupun para birokrat berikut: 1) Kesederhanaan; Prosedur pelayanan
atau pelaku sistem dalam sebuah institusi apapun publik tidak berbelit­belit, mudah dipahami, dan
bermodalkan kepintaran, kecerdasan, kekuatan mudah dilaksanakan, 2) Kejelasan; a) Persyaratan
politik, kekuasaan dan wewenang jika attitude teknis dan administratif pelayanan publik, b) Unit
kejujuran dan perhatian yang tinggi pada komitmen kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab
perubahan ke arah yang lebih baik nihil, maka dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian
niscaya menghasilkan output yang nihil pula, dan keluhan/persoalan/sengketa dalam pelaksanaan
hasilnya akan berujung kepada pelayanan publik pelayanan publik, c) Rincian biaya pelayanan publik
yang bersifat semu, manipulatif dan tidak efektif dan dan tata cara pembayaran, 3) Kepastian waktu;
efisien. Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan
Penyelenggaraan birokrasi kesehatan modern dalam kurun waktu yang telah ditentukan, 4) Akurasi;
profesionalisme dan etos kerja serta perilaku jujur Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat
dalam mengelola sistem birokrasi kesehatan dan sah, 5) Keamanan; Proses dan produk pelayanan
merupakan kebutuhan masa kini dan harus ada publik memberikan rasa aman dan kepastian hukum,
kesadaran kolektif bagi semua insan sehat dan juga 6) Tanggung jawab; Pimpinan penyelenggara
stakeholder yang lain. Penerapan teknologi informasi pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk
sebagai penunjang kinerja yang baik perlu bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan
diberdayakan, seperti pelaporan program­program dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam pelaksa­
kesehatan di puskesmas, rekap pelaporan dinas naan pelayanan publik, 7) Kelengkapan sarana dan
kesehatan kabupaten, Provinsi hingga pusat sudah prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung
harus memiliki teknologi sistem informasi kesehatan lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana
yang aksesnya cepat, mudah dalam hal monitoring teknologi, telekomunikasi dan informatika
serta penginputan data­data program kesehatan yang (telematika), 8) Kemudahan akses; Tempat dan lokasi
benar­benar dilakukan, sehingga keabsahan data serta sarana dan prasarana pelayanan yang memadai,
validitasnya benar­benar dapat dipertanggung­ mudah dijangkau oleh masyarakat dan dapat
jawabkan. memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan
Sistem manajemen organisasi birokrasi informasi, 9) Kedisiplinan, kesopanan dan
kesehatan mulai dari puskesmas pembantu, keramahan; Pemberi pelayanan harus bersikap
puskesmas induk, dinas kesehatan dan departemen disiplin, sopan dan santun ramah, serta memberikan
kesehatan agar diupayakan memiliki sistem pelayanan dengan ikhlas, 10) Kenyamanan;
organisasi yang autokritik, dalam artian selain Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur,
memiliki prosedur penerapan manajemen yang baku, disediakan ruang tunggu yang nyaman bersih, rapih,
juga sebaiknya harus ada proses pertanggungjawaban lingkungan yang indah dan sehat, serta dilengkapi
secara transparan baik secara internal organisasi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir,
maupun secara eksternal organisasi. Manajemen toilet, tempat ibadah dan lainnya.
kesehatan modern harus didorong ke arah penguatan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang
profesionalisme kerja yang berbasis attitude yang
Kesehatan
baik, etos kerja serta sistem monitoring yang baik
Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan
agar setiap institusi memiliki balancing power di
selanjutnya disebut SPM Kesehatan adalah tolok ukur
dalam institusinya sendiri. Ada kontrol pada diri
kinerja pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
setiap pelaku sistem sehingga penyalahgunaan
Daerah, Kabupaten atau Kota, bahwa tujuan strategi
wewenang dapat dihindari sehingga percepatan
pelaksanaan desentralisasi bidang kesehatan yang erat
(akselerasi) tujuan visi kesehatan dapat terwujud.
kaitannya dengan penetapan kewenangan wajib dan
Prinsip­Prinsip Pelayanan Umum SPM (Standar Pelayanan Minimal) bidang kesehatan
Sepuluh prinsip pelayanan umum diatur dalam adalah: 1) Terlindunginya kesehatan masyarakat
Keputusan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur khususnya penduduk miskin, kelompok rentan, dan
Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 Tentang daerah miskin, 2) Terwujudnya komitmen nasional
Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayananan dan global dalam program kesehatan.
Publik, kesepuluh prinsip tersebut adalah sebagai Pasal 34 UU No. 25/2009 disebutkan bahwa

Jurnal Ilmiah WIDYA 230 Volume 4 Nomor 1 Januari­Juli 2017


Ika Widiastuti, Pelayanan Badan Penyelenggara
224 ­ 233 Jaminan Sosial (BPJS)

pelaksana dalam menyelenggarakan pelayanan publik meningkatkan kualitas pelayanan.


harus berperilaku sebagai berikut: 1) Adil dan tidak Standar Pelayanan Publik menurut Keputusan
diskriminatif, 2) Cermat, 3) Santun dan ramah, 4) Menteri PAN nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003,
Tegas, andal, dan tidak memberikan putusan yang sekurang­kurangnnya meliputi: 1) Prosedur
berlarut­larut, 5) Profesional, 6) Tidak mempersulit, pelayanan, 2) Waktu penyelesaian, 3) Biaya
7) Patuh pada perintah atasan yang sah dan wajar, 8) pelayanan, 4) Produk pelayanan, 5) Sarana dan
Menjunjung tinggi nilai­nilai akuntabilitas dan prasarana, 6) Kompetensi petugas pelayanan.
integritas institusi penyelenggara, 9) Tidak Selanjutnya untuk melengkapi standar pelayanan
membocorkan informasi atau dokumen yang wajib tersebut di atas, ditambahkan materi muatan yang
dirahasiakan sesuai dengan peraturan perundang­ dikutip dari rancangan Undang­undang tentang Pe­
undangan, 10) Terbuka dan mengambil langkah yang layanan Publik, karena dianggap cukup realistis untuk
tepat untuk menghindari benturan kepentingan, 11) menjadi materi muatan Standar Pelayanan Publik,
Tidak menyalahgunakan sarana dan prasarana serta sehingga susunannya menjadi sebagai berikut: 1)
fasilitas pelayanan publik, 12) Tidak memberikan Dasar hukum, 2) Persyaratan, 3) Prosedur pelayanan,
informasi yang salah atau menyesatkan dalam 4) Waktu penyelesaian, 5) Biaya pelayanan, 6)
menanggapi permintaan informasi serta proaktif Produk pelayanan, 7) Sarana dan prasarana, 8)
dalam memenuhi kepentingan masyarakat, 13) Tidak Kompetensi petugas pelayanan, 9) Pengawasan
menyalahgunakan informasi, jabatan, dan/atau intern, 10) Pengawasan ekstern, 11)Penanganan
kewenangan yang dimiliki, 14) Sesuai dengan pengaduan, saran dan masukan, 12) Jaminan
kepantasan, dan 15) Tidak menyimpang dari pelayanan.
prosedur. Kotler (1994:567) mengemukakan bahwa
“kualitas pelayanan merupakan suatu yang kompleks,
Kualitas Standar Pelayanan Publik
yang selalu berfokus pada pelanggan (customer
Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus
focused quality) sehingga untuk menentukan
memiliki standar pelayanan, sebagai jaminan adanya
sejauhmana kualitas dari pelayanan tersebut, dapat
kepastian bagi pemberi didalam pelaksanaan tugas
dilihat dari lima dimensi, yaitu: 1) Reliability,
dan fungsinya dan bagi penerima pelayanan dalam
kemampuan untuk memberikan secara tepat dan
proses pengajuan permohonannya. Standar pelayanan
benar, jenis pelayanan yang telah dijanjikan kepada
merupakan ukuran yang dibakukan dalam penye­
konsumen atau pelanggan, 2) Responsiveness,
lenggaraan pelayanan publik sebagai pedoman yang
kesadaran atau keinginan untuk membantu konsumen
wajib ditaati dan dilaksanakan oleh penyelenggara
dan memberikan pelayanan yang cepat, 3) Assurance,
pelayanan, dan menjadi pedoman bagi penerima
Pengetahuan atau wawasan, kesopan santunan,
pelayanan dalam proses pengajuan permohonan, serta
kepercayaan dari diri pribadi pelayanan, serta respek
sebagai alat kontrol masyarakat dan/atau penerima
terhadap konsumen, 4) Empathy, kemauan pemberi
layanan atas kinerja penyelenggara pelayanan.
layanan untuk melakukan pendekatan, memberikan
Untuk mengatasi kondisi tersebut dilakukan
perlindungan, serta berusaha untuk mengetahui
berbagai upaya perbaikan kualitas penyelenggaraan
keinginan dan kebutuhan konsumen, 5) Tangible,
pelayanan publik secara berkesinambungan demi
penampilan para pegawai dan fasilitas fisik lainnya,
mewujudkan pelayanan publik yang prima. Upaya
seperti peralatannya atau perlengkapan yang
perbaikan kualitas pelayanan publik salah satunya
menunjang pelayanan.”
dilakukan melalui pembenahan sistem pelayanan
publik secara menyeluruh dan terintegrasi. Asas­Asas Pelayanan Publik
Oleh karena itu perlu disusun dan ditetapkan Asas pelayanan publik menurut Komarudin
standar pelayanan sesuai dengan sifat, jenis dan (2014:26) yaitu: “1) Transparansi bersifat terbuka,
karakteristik layanan yang diselenggarakan, serta mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang
memperhatikan kebutuhan dan kondisi lingkungan. membutuhkan dan disediakan secara memadai serta
Dalam proses perumusan dan penyusunannya mudah dimengerti, 2) Akuntabilitas; dapat
melibatkan masyarakat dan/atau stakeholder lainnya dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan
(termasuk aparat birokrasi) untuk mendapatkan saran peraturan perundang­undangan, 3) Kondisional;
dan masukan, membangun kepedulian dan komitmen sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan

Jurnal Ilmiah WIDYA 231 Volume 4 Nomor 1 Januari­Juli 2017


Ika Widiastuti, Pelayanan Badan Penyelenggara
224 ­ 233 Jaminan Sosial (BPJS)

penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada dibangun, sekurang­kurangnya memuat jenis pela­
prinsip efisiensi dan efektivitas, 4) Partisipatif; yanan, persyaratan dan prosedur, standar pelayanan,
mendorong peran serta masyarakat dalam penye­ maklumat pelayanan, mekanisme pemantauan
lenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan kinerja, penanganan keluhan dan pengaduan, pem­
aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat, 5) biayaan, penyajian data dan informasi, dokumentasi
Kesamaan hak; tidak diskriminatif dalam arti tidak dan kearsipan. Aparat pelaksana pelayanan harus
membedakan suku, ras, agama, golongan, gender dan responsif terhadap berbagai hal yang menyangkut
status ekonomi, 6) Keseimbangan hak dan kewajiban; pelayanan publik, memhami dan mengerti keinginan
pemberi dan penerima pelayanan publik harus dan harapan pelanggan, penuh perhatian, menampung
memenuhi hak dan kewajiban masing­masing pihak”. berbagai masukan, menindak­lanjuti dengan cepat
Pimpinan penyelenggara pelayanan publik wajib keluhan dan pengaduan, meningkatkan dan
secara berkala mengadakan evaluasi terhadap kinerja mendorong partisipasi dan peran serta masyrakat, dan
penyelenggaraan pelayanan di lingkungan instansinya memberikan penghargaan atas prestasi kinerja.
masing­masing. Kegiatan evaluasi ini dilakukan se­ Sistem informasi pelayanan publik merupakan bagian
cara berkelanjutan dan hasilnya secara berkala di­ dari sistem manajemen pelayanan publik.
laporkan kepada pimpinan tertinggi penyelenggara Aparat pelaksana pelayanan publik harus
pelayanan publik. Penyelenggara pelayanan publik profesional, inovatif, menggunakan sarana dan
yang kinerjanya dinilai baik perlu diberikan prasarana dengan baik, melayani cepat, tepat, akurat,
penghargaan untuk memberikan motivasi agar lebih murah, ramah, berkomunikasi dengan baik, memiliki
meningkatkan pelayanan. Sedangkan penyelenggara pengetahuan dan keterampilan memadai, mencermati
pelayanan publik yang kinerjanya dinilai belum berbagai produk layanan, meningkatkan kepuasan
sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat, pelanggan, dan berkomitmen pada visi, misi, tujuan
perlu terus melakukan upaya peningkatan. Dalam dan sasaran organisasi. Pelayanan publik prima harus
melakukan evaluasi kinerja pelayanan publik harus ditunjukkan dengan adanya komunikasi dua arah,
menggunakan indikator yang jelas dan terukur sesuai pemerintahan yang bersih, efektif, efisien dan
ketentuan yang berlaku. produktif, kehidupan kemasyarakatan yang harmonis,
dan pelayanan publik berorientasi kepentingan
Pelayanan Publik Prima
pelanggan. Untuk itu diperlukan kepemimpinan
“Untuk menciptakan pelayanan publik yang
pelayanan publik dengan unsur­unsur keadilan,
prima harus dapat menjawab: apa yang harus
pemerataan, melindungi masyarakat, menegakkan
dilakukan agar pelayanan excellent, siapa yang harus
persatuan dan kesatuan, meningkatkan kualitas,
memulai, kapan dimulai, dan bagaimana cara
mewujudkan pelayanan berkualitas, mengembangkan
memulai pelayanan” (Sampara, 2008). Pelayanan
kualitas SDM, melestarikan nilai­nilai sosial budaya,
harus mengacu pada asas penyelenggaraan peme­
berkomunikasi dua arah, memperlakukan aparat
rintahan yang bersih dan bebas KKN (kepastian
pelaksana dengan baik, mematuhi dan melaksanakan
hukum, tertib penyelenggaraan negara, kepentingan
standar pelayanan, meningkatkan kinerja, serta
umum, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas,
melakukan pemantauan, evaluasi, dan pengawasan.
dan akuntabilitas) yang diterapkan pada penyeleng­
garaan pelayanan publik. Prinsip pelayanan dijadikan
acuan dalam menciptakan pelayanan publik prima.
PENUTUP
Standar pelayanan publik harus dibuat oleh penye­ Kesimpulan
lenggara bersama masyarakat pengguna layanan, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang
sampai pada kesepakatan penetapan dan dituangkan selanjutnya disingkat BPJS adalah badan hukum yang
dalam maklumat pelayanan. Biaya/tarif pelayanan dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan
harus jelas, dibuat dengan mempertimbangkan sosial. BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS
tingkat kemampuan dan daya beli masyarakat, Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan adalah badan
nilai/harga barang dan jasa yang berlaku, rincian hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan
biaya yang jelas dan transparan, dan prosedur sesuai program jaminan kesehatan. Terdapat permasalahan
peraturan perundang­undangan. yang harus dibenahi baik berupa sistem, prosedur,
Sistem informasi pelayanan publik harus SDM (tenaga medis), maupun sarana prasarana serta
Jurnal Ilmiah WIDYA 232 Volume 4 Nomor 1 Januari­Juli 2017
Ika Widiastuti, Pelayanan Badan Penyelenggara
224 ­ 233 Jaminan Sosial (BPJS)

belum menerapkan prinsip responsivitas terhadap pelayanan kesehatan, seperti: puskesmas atau
kebutuhan masyarakat dalam rangka meningkatkan poliklinik, rumah sakit, dan pusat layanan konsultasi
kualitas pelayanan publik bidang kesehatan di Jawa kesehatan, dan lain­lain khususnya di daerah terpencil
Barat. Pelayanan bidang kesehatan belum memenuhi serta mengadakan puskesmas keliling yang rutin
standar pelayanan publik yang baik, akses masyarakat dilakukan selama satu minggu sekali. Penambahan
untuk mendapatkan manfaat pelayanan sangat fasilitas kesehatan ini sangatlah penting guna
terbatas, masyarakat belum bisa mendapatkan menunjang pelayanan publik di Jawa Barat
pelayanan disemua fasilitas kesehatan. khususnya disetiap daerah dan desa yang terpencil.
Saran­Saran
Dalam meningkatkan sistem pelayanan publik
DAFTAR PUSTAKA
Azrul, Azwar, Pengantar Administrasi Kesehatan, IDI, Jakarta,
dibidang kesehatan, maka masyarakat di Jawa Barat 1996.
harus mendapatkan jaminan kesehatan dan Komarudin, Reformasi Birokrasi dan Pelayanan Publik,
Genesindo, Jakarta, 2014.
menerapkan sistem kesehatan yang merata tanpa Kotler, Philip, Manajemen Pemasaran di Indonesia:Analisis,
adanya diskriminasi. Membuat kebijakan baru yang Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian, Salemba
tepat agar masyarakat dapat dengan mudah Empat, Jakarta, 2002.
Lukman, Sampara, Manajemen Kualitas Pelayanan, STIA LAN
memperoleh pelayanan kesehatan, perubahan atau Press, Jakarta, 2007.
inovasi yang dilakukan oleh pemerintah dalam Pohan, Imbalo, Jaminan Mutu Layanan Kesehatan:Dasar­dasar
mengatasi permasalahan kesehatan khususnya bagi Pengertian dan Penerapan, EGC, Jakarta, 2007.
Solikin, M, Pelayanan Prima, Inti Prima Promosindo, Jakarta,
masyarakat yang kurang mampu, adanya reformasi 2011.
birokrasi agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan http://administrasidanmanajemen.blogspot.co.id/2009/01/pengerti
an­tujuan­dan­manfaat­pelayanan.html
publik terutama dalam bidang kesehatan, dapat
http://dokumen.tips/documents/birokrasi­pelayanan­kesehatan­
mewujudkan pelayanan publik yang prima, adanya 559dfb8406007.html
LPM (Layanan Pengaduan Masyarakat) yang dapat http://www.duwitmu.com/asuransi/antisipasi­buruknya­
pelayanan­bpjs­kesehatan/
digunakan untuk menyampaikan masukan, saran, http://www.landasanteori.com/2015/09/pengertian­pelayanan­
kritik, maupun keluhan dari masyarakat terhadap kesehatan­pasien.html
permasalahan pelayanan publik. Menambah unit

Jurnal Ilmiah WIDYA 233 Volume 4 Nomor 1 Januari­Juli 2017

Anda mungkin juga menyukai