Anda di halaman 1dari 26

PENDAHULUAN American College of Obstetric and Gynecologist membagi kelainan

persalinan menjadi lebih lambat daripada normal (partus lama, protraction disorder),
atau penghentian total kemajuan (partus macet, arrest disorder). Ibu harus berada di
dalam fase aktif persalinan (serviks membuka 3-4 cm atau lebih) untuk mendiagnosis
salah satu diantara keduanya. Diagnosis kemacetan fase aktif yaitu (tidak ada
pembukaan selama 2 jam atau lebih) pada 5% nulipara aterm. Insiden ini belum berubah
sejak tahun 1950an. Kontraksi uterus yang kurang adekuat, didiagnosis pada 80% ibu
dengan kemacetan fase aktif. Pada 25% persalinan nulipara dipersulit kelainan fase aktif,
sedangkan pada multigravida angkanya adalah 15%. Keterkaitan atau faktor lain yang
berperan dalam persalinan yang berkepanjangan adalah sedasi berlebihan, anestesia
regional, dan malposisi janin, misalnya oksiput posterior persisten (Prawirohardjo,
2008). Saat ini, distosia atau partus tak maju adalah indikasi paling sering untuk SC. Dan
tidak majunya persalinan merupakan alasan bagi 68% SC nonelektif pada presentasi
kepala (Cunningham, 2006). Data yang diperoleh dari Rekam Medik RSUD Sukoharjo
terdapat 54 kasus partus tak maju pada tahun 2010. Tujuan Umum Tujuan karya tulis
ilmiah adalah untuk mengetahui gambaran dan penatalaksanaan perawatan pada kasus
post Sectio Caesarea dengan indikasi partus tak maju di ruang Bougenvile RSUD
Sukoharjo. LANDASAN TEORI 1. Pengertian Partus tak maju adalah fase laten lebih dari 8
jam. Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih,bayi belum lahir. Dilatasi serviks di
kanan garis waspada persalinan fase aktif (Prawirohardjo, 2002). Partus tak maju adalah
ketiadaan kemajuan dalam dilatasi serviks, atau penurunan dari bagian yang masuk
selama persalinan aktif (Kapoh, 2005). Partus tak maju merupakan fase dari suatu partus
yang macet dan berlangsung terlalu lama sehingga menimbulkan gejala-gejala seperti
dehidrasi, infeksi, kelelahan, serta, asfiksia dan kematian dalam kandungan
(Purwaningsih & Fatmawati, 2010). Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, di
mana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan
syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Jitowiyono &
Kristiyanasari, 2012). Jadi dapat disimpulkan bahwa SC dengan indikasi partus tak
majuadalah suatu persalinan buatan, di mana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding perut dan dinding rahim karena ketiadaan kemajuan dalam dilatasi serviks, atau
penurunan dari bagian yang masuk selama persalinan aktif. 2. Etiologi Sebab-sebab
terjadinya partus tak maju ini sangat kompleks dan tergantung pada pengawasan saat
hamil, pertolongan persalinan yang baik dan penatalaksanaannya (Purwaningsih &

1
Fatmawati, 2010). Faktor-faktor penyebabnya adalah: a. Kelainan letak janin. b.
Kelainan-kelainan panggul. c. Kelainan his. d. Pimpin partus yang salah. e. Janin besar
atau ada kelainan congenital. f. Primitua. g. Perut gantung, grandemulti. h. Ketuban
pecah dini. 3. Manifestasi Klinis Menurut Purwaningsih & Fatmawati (2010) manifestasi
klinik partus tak maju yaitu: a. Pada ibu 1) Gelisah, letih, suhu badan meningkat, nadi
cepat, pernafasan cepat, meteorismus. 2) Di daerah lokal sering dijumpai edema vulva,
edema serviks, cairan ketuban berbau, terdapat mekonium. b. Pada janin 1) Denyut
jantung janin cepat/tidak teratur, bahkan negatif, air ketuban terdapat mekonium,
kental kehijau-hijauan, berbau. 2) Kaput suksadenum yang membesar. 3) Moulage
kepala yang hebat. 4) Kematian janin dalam kandungan. 4. Kematian janin intra partum.
Klasifikasi Partus tak maju Klasifikasi Partus tak maju menurut Kurniawati & Mirzanie
(2009) dan Saifuddin (2010) adalah: 1) Fase laten yang memanjang (Prolonged Latent
Phase). Pembukaan serviks tidak melewati 4 cm sesudah 8 jam in partu dengan his yang
teratur. 2) Fase aktif yang memanjang Pembukaan serviks melewati kanan garis
waspada partograf. Faktor penyebabnya yaitu: a) Inersia uteriFrekuensi his kurang dari 3
his per 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik. b) Disproporsi sefalopelvik
Pembukaan serviks dan turunnya bagian janin yang dipresentasi tidak maju, sedangkan
his baik. c) Obstruksi kepala Pembukaan serviks dan turunnya bagian janin yang
dipresentasi tidak maju dengan kaput, terdapat moulase hebat, edema serviks, tanda
ruptura uteri imminens, gawat janin. d) Malpresentasi dan malposisi Malpresentasi
merupakan posisi abnormal dari verteks kepala janin (dengan ubun-ubun kecil sebagai
penanda) terhadap panggul ibu. Malposisi adalah semua presentasi lain dari janin selain
presentasi verteks. 3) Kala II lama (Prolonged Expulsive Phase) Pembukaan serviks
lengkap, ibu ingin mengedan, tetapi tak ada kemajuan penurunan. 5. Komplikasi a.
Komplikasi Partus tak maju menurut Prawirohardjo (2008) yaitu: 1) Infeksi Intrapartum
2) Ruptura Uteri 3) Cincin Retraksi Patologis 4) Pembentukan Fistula 5) Cedera Otot-otot
Dasar Panggul 6) Efek pada Janin 7) Kaput Suksedaneum 8) Molase Kepala Janin b.
Komplikasi Post Sectio Caesarea Komplikasi yang mungkin ditemukan pada post partum
SC menurut Ayuni (2011) adalah: 1) Infeksi purperial (nifas) a) Ringan, seperti kenaikan
suhu dalam beberapa hari selama masa nifas. b) Sedang, dengan kenaikan suhu yang
lebih tinggi yang disertai dehidrasi dan perut yang sedikit kembung. c) Berat, seperti
peritonitis dan sepsis hal ini sering dijumpai pada partus terlantar. Di mana sebelumnya
telah terjadi infeksi intraportal karena ketuban yang pecah terlalu lama. 2) Perdarahan

2
yang disebabkan karena banyaknya pembuluh darah yang terputus dan terbuka atau
atonia uteri (kurangnya tonus otot pada dinding uteri) dan perdarahan pada plasenta
bed. 3) Luka kandung kemih dan embolisme paru. 4) Ruptur uteri pada kehamilan
berikutnya. 1. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan a. Nyeri akut berhubungan dengan
agen cedera (NANDA, 2011) Tujuan: Nyeri berkurang sampai dengan hilang. Kriteria
Hasil: Pasien mengatakan nyeri berkurang, ekspresi wajah pasien tampak tenang.
Intervensi: 1) Kaji karakteristik nyeri, tingkat skala nyeri. 2) Monitor tanda-tanda vital. 3)
Berikan posisi yang nyaman. 4) Ajarkan teknik relaksasi. 5) Beritahu penyebab nyeri 6)
Beri obat analgesik. b. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
(NANDA, 2011) Tujuan: Agar luka tidak infeksi. Kriteria Hasil: Luka kering dan bersih
tanpa ada tanda dan gejala infeksi. Intervensi: 1) Kaji peningkatan suhu, nadi, respirasi
sebagai tanda infeksi. 2) Observasi insisi terhadap tanda infeksi: kemerahan, nyeri tekan,
bengkak pada sisi insisi, peningkatan suhu tubuh. 3) Ganti balutan luka. 4) Cuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan tindakan. 5) Kaji fundus uteri dan pengeluaran lochea.
6) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik. b. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan asupan makanan tidak adekuat (Carpenito, 2007) Tujuan:
Kebutuhan nutrisi terpenuhi. Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan pola makan atau
perilaku untuk mempertahankan berat badan yang tepat. Intervensi: 1) Pantau masukan
makanan setiap hari. 2) Timbang berat badan setiap hari. 3) Dorong pasien untuk makan
diit tinggi kalori kaya nutrien. 4) Beri makan dalam porsi kecil sering. 5) Kolaborasi dalam
pemberian diet. c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik (Carpenito,
2007) Tujuan: Aktivitas kembali sesuai dengan kemampuan pasien. Kriteria Hasil: Pasien
bisa beraktivitas seperti biasa. Intervensi: 1) Bantu pasien memenuhi kebutuhan sehari-
hari seminimal mungkin. 2) Beri posisi yang nyaman. 3) Bantu pasien dalam ambulasi
diri. 4) Anjurkan pasien menghemat energi, hindari kegiatan yang melelahkan. 5)
Jelaskan pentingnya mobilisasi diri. d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang
informasi tentang perawatan diri dan bayi (Carpenito, 2007) Tujuan: Pengetahuan
pasien bertambah. Kriteria Hasil: Pasien mampu mengungkapkan pemahaman tentang
perawatan pasca caesarea. Intervensi: 1) Kaji tingkat pengetahuan pasien. 2) Beri
penjelasan tentang perawatan diri dan bayinya. 3) Jelaskan perawatan insisi dan jaga
kebersihan diri. 4) Demonstrasikan cara perawatan diri dan bayi. 5) Perlunya perawatan
payudara dan ekspresi manual bila menyusui. 6) Jelaskan pentingnya ASI bagi bayi.
PEMBAHASAN A. Hasil Evaluasi 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera: luka

3
post op SC Hasil evaluasi didapatkan data subjektif: pasien mengatakan nyeri pada luka
post op SC berkurang, P: nyeri karena ada luka jahitan post op SC, Q: nyeri seperti
ditusuk-tusuk jarum, R: nyeri pada daerah luka jahitan post op SC, S: skala nyeri 3, T:
nyeri bila menggerakkan anggota badan Data objektif: terdapat luka jahitan post op SC
sepanjang ± 14 cm, vertikal dan tertutup verban, keadaan sekitar luka kemerahan, dan
pasien tampak meringis bila perutnya terasa sakit. Data tersebut menunjukkan tujuan
dan kriteria hasil belum mencapai hasil yang diharapkan, sehingga intervensi dilanjutkan
kembali. Mengkaji karakteristik skala nyeri (P, Q, R, S, T), mengkaji TTV, menganjurkan
nafas dalam jika nyeri muncul, memberikan posisi yang nyaman, menciptakan
lingkungan senyaman mungkin, dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
analgetik. 2. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: adanya luka post
op SC, adanya prosedur invasif pembedahan, pemasangan kateter dan infus. Hasil
evaluasi didapatkan data subjektif: pasien mengatakan kateter sudah dilepas tadi pagi.
Data objektif: terdapat luka jahitan post op SC, keadaan sekitar luka kemerahan,
terpasang infus RL 20 tpm, TTV: TD: 110/70 mmHg, N: 70x/menit, S: 36oC. Data tersebut
menunjukkan tujuan dan kriteria hasil belum mencapai hasil yang diharapkan, sehingga
intervensi dilanjutkan kembali. Mengobservasi tanda dan gejalainfeksi, melakukan
perawatan luka dengan teknik aseptik dan antiseptik, mengajarkan teknik aseptik dan
antiseptik pada pasien dan keluarga, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
antibiotik. 3. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan
makanan tidak adekuat. Hasil evaluasi didapatkan data subjektif: pasien mengatakan
sudah nafsu makan. Data objektif: pasien menghabiskan 1 porsi makan diit dari RS, BB
pasien 47 kg, TB 152 cm, konjungtiva an anemis, badan tidak lemas lagi, dan tidak ada
alergi makanan. Data tersebut menunjukkan tujuan dan kriteria hasil telah mencapai
hasil yang diharapkan, sehingga intervensi tidak perlu dilanjutkan kembali. KESIMPULAN
DAN SARAN : Asuhan keperawatan pada pasien post sectio caesarea atas indikasi partus
tak maju adalah suatu tindakan keperawatan mulai dari pengkajian data, menentukan
diagnosa yang muncul, membuat rencana tindakan, mengimplementasikan rencana
tindakan dan terakhir mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada Ny. R dapat
ditegakkan tiga masalah yaitu: Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera, Risiko
tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, dan Risiko nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan tidak adekuat. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan maka hasil evaluasi yang diperoleh ada masalah yang

4
teratasi dan ada yang tidak. Untuk masalah yang belum teratasi intervensi tetap
dilanjutkan sedangkan untuk masalah yang sudah teratasi intervensi dihentikan.

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

5
Partus adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup ke dunialuar
darirahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.
Partus tak maju adalah suatu persalinan dengan his yang adekuat yang
tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar
paksi selama 2 jam terakhir.
Penyebab partus tak maju antara lain adalah kelainan letak janin, kelainan
panggul,kelainan his, pimpinan partus yang salah, janin besar atau ada kelainan
kongenital, primitua,perut gantung, grandmulti dan ketuban pecah dini.
Penatalaksanaan pada partus tak majusalah satunya dengan melakukan
sectio caesaria.Pengaruh partus tak maju pada bayi antara lain  perubahan tulang-
tulang craniumdan kulit kepala serta kematian janin. Pada kasus persalinan macet
aatau tidak maju akanditemukan tanda-tanda kelelahan fisik dan mental yang
dapat diobservasi dengan : dehidrasidan ketoasidosis (ketonuria, nadi cepat, mulut
kering), demam, nyeri abdomen
2. Rumusan Masalah
Bagaimana definisi, etiologi, patogenesis, diagnosis dan penatalaksanaan partus
tak maju ?
3. Tujuan
Mengetahui definisi, etiologi, patogenesis, diagnosis dan penatalaksanaan partus
tak maju.
4. Manfaat
1. Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya, dan ilmu
kebidanan dan kandungan pada khususnya
2. Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti
kepaniteraan klinik bagian ilmu kebidanan dan kandungan

BAB II
PEMBAHASAN

6
Definisi Partus tak maju adalah inpartu kala 1 tidak ada kemajuan dalam
persalinan. Partus tak maju biasanya disebabkan oleh :
1.Cepalopelvic Disproporsional
Disproporsinal Kepala-panggul adalah keadaan yang menggambarkan
ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat
keluar melalui vagina.Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit,
janin yang besar ataupun kombinasi keduanya.
Ukuran Panggul :
- Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus vertebra sacrum 1,
linea innominata, serta pinggir atas simfisis.Konjugata diagonalis adalah
jarak dari pinggir bawah simfisis ke promontorium, Secara klinis,
konjugata diagonalis dapat diukur dengan memasukkan jari telunjuk dan
jari tengah yang dirapatkan menyusur naik ke seluruh permukaan anterior
sacrum, promontorium teraba sebagai penonjolan tulang.Dengan jari tetap
menempel pada promontorium, tangan di vagina diangkat sampai
menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan jari telunjuk tangan kiri.Jarak
antara ujung jari pada promontorium sampai titik yang ditandai oleh jari
telunjuk merupakan panjang konjugata diagonalis.
Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium
yang dihitung dengan mengurangi konjugata diagonalis 1,5 cm,
panjangnya lebih kurang 11 cm. Konjugata obstetrika merupakan
konjugata yang paling penting yaitu jarak antara bagian tengah dalam
simfisis dengan promontorium, Selisih antara konjugata vera dengan
konjugata obstetrika sedikit sekali.

Gambar 1. Diameter pada Pintu Atas Panggul


- Panggul Tengah (Pelvic Cavity)

7
Ruang panggul ini memiliki ukuran yang paling luas.Pengukuran klinis panggul
tengah tidak dapat diperoleh secara langsung.Terdapat penyempitan setinggi spina
isciadika, sehingga bermakna penting pada distosia setelah kepala engagement.
Jarak antara kedua spina ini yang biasa disebut distansia interspinarum merupakan
jarak panggul terkecil yaitu sebesar 10,5 cm. Diameter anteroposterior setinggi
spina isciadica berukuran 11,5 cm. Diameter sagital posterior, jarak antara sacrum
dengan garis diameter interspinarum berukuran 4,5 cm.
- Pintu Bawah Panggul
Pintu bawah panggul bukanlah suatu bidang datar namun terdiri dari dua segitiga
dengan dasar yang sama yaitu garis yang menghubungkan tuber isciadikum kiri
dan kanan. Pintu bawah panggul yang dapat diperoleh melalui pengukuran klinis
adalah jarak antara kedua tuberositas iscii atau distansia tuberum (10,5 cm), jarak
dari ujung sacrum ke tengah-tengah distensia tuberum atau diameter sagitalis
posterior (7,5 cm), dan jarak antara pinggir bawah simpisis ke ujung sacrum (11,5
cm).
Istilah cephalopelvic disproportion mulai digunakan pada abad 20 untuk
menggambarkan adanya hambatan persalinan akibat ketidakseimbangan ukuran
kepala bayi dengan pelvis ibu.
Penyebab dari disproporsional kepala-panggul:
1. Janin yang besar
2. Kelainan posisi dan presentasi
3. Panggul sempit
2. JANIN YANG BESAR
Janin yang besar ialah janin yang beratnya lebih dari 4000 gram. Menurut
kepustakaan lain, anak yang besar dapat menimbulkan kesulitan dalam persalinan
jika beratnya lebih dari 4500 gram.
Penyebab anak besar yaitu:
 Diabetes mellitus
 Herediter
 Multiparitas
Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan karena besarnya kepala atau
besarnya bahu. Karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar, dapat

8
timbul inersia uteri dan kemungkinan perdarahan postpartum akibat atonia uteri
juga lebih besar.
Jika panggul normal biasanya diusahakan persalinan pervaginam karena
penentuan besarnya anak dengan palpasi Leopold sangat sulit. Pemeriksaan USG
dapat membantu diagnosis bila anak letak kepala dan kepala belum masuk pintu
atas panggul.
a. KELAINAN POSISI DAN PRESENTASI
Yang termasuk kelainan posisi dan presentasi yaitu :
a. Presentasi muka
Presentasi muka adalah presentasi kepala dengan defleksi maksimal hingga
oksiput mengenai punggung dan muka terarah ke bawah (kaudal terhadap ibu).
Presentasi muka dapat disebabkan:
 Panggul sempit
 Bayi besar
 Multiparitas
 Lilitan tali pusat di leher
 Anencephal
Presentasi muka kadang-kadang dapat dicurigai dalam kehamilan jika dari
pemeriksaan luar ditemukan:
o Tonjolan kepala sepihak dengan punggung
o Ditemukan sudut fabre
o BJJ sepihak dengan bagian kecil
Sedangkan dalam persalinan yaitu dengan pemeriksaan dalam, pada pembukaan
yang cukup besar, akan teraba pinggir orbita, hidung, tulang pipi, mulut, dan
dagu.

9
Gambar 2.1 Presentasi Muka

Pengelolaan pada presentasi muka:


Kala I : observasi sampai pembukaan lengkap
Kala II: Bila dagu di depan, persalinan pervaginam atau ekstraksi forceps. Tetapi,
bila dagu tetap di belakang, dilakukan seksio sesarea.
b. Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah presentasi kepala dengan defleksi yang sedang. Etiologinya
hampir sama dengan presentasi muka. Biasanya merupakan keadaan sementara
dan sering berubah menjadi presentasi muka atau belakang kepala.
Presentasi dahi jarang dapat diketahui dalam kehamilan. Namun dapat dicurigai
keadaan tersebut bila dengan pemeriksaan luar ditemukan:
o Tonjolan kepala teraba sepihak dengan punggung anak.
o BJJ sepihak dengan bagian kecil.
Biasanya presentasi dahi baru didiagnosis saat persalinan yaitu dengan
pemeriksaan dalam. Pada pembukaan yang cukup besar, akan teraba sutura
frontalis, ubun-ubun besar, pinggir orbita, dan pangkal hidung.
Pada presentasi dahi yang bersifat sementara, anak dapat lahir spontan sebagai
presentasi belakang kepala atau muka. Jika presentasi dahi menetap, janin tidak
mungkin lahir pervaginam sehingga persalinan diakhiri dengan seksio sesarea,
kecuali bila janin sangat kecil (TBBJ < 1800 gram).

10
Gambar 2.2 Presentasi Dahi

c. Letak Lintang
Pada letak lintang, sumbu panjang anak tegak lurus atau hampir tegak lurus pada
sumbu panjang ibu. Pada letak lintang, bahu menjadi bagian terendah, yang
disebut presentasi bahu, atau presentasi akromion. Jika pungung terdapat di depan
disebut dorsoanterior, jika di belakang disebut dorsoposterior.
Penyebab letak lintang ialah:
- Dinding perut yang kendur, seperti pada multiparitas
- Kesempitan panggul
- Plasenta previa
- Prematuritas
- Kelainan bentuk rahim
- Mioma uteri
- Kehamilan ganda

Gambar 2.3 Letak Lintang

11
Pada inspeksi, tampak bahwa perut melebar ke samping dan pada kehamilan
cukup bulan, fundus uteri lebih rendah dari biasanya, hanya beberapa jari di atas
pusat.
Pada palpasi, fundus uteri maupun bagian bawah rahim kosong, sedangkan
bagian-bagian besar teraba di samping kiri atau kanan fossa illiaca.
Jika tahanan terbesar ada di sebelah depan, punggung ada di sebelah depan.
Sebaliknya, jika teraba tonjolan-tonjolan, ini disebabkan oleh bagian-bagian kecil
sehingga punggung terdapat di sebelah belakang.
Dalam persalinan, pada pemeriksaan dalam dapat diraba sisi toraks sebagai
susunan tulang-tulang yang sejajar dan jika pembukaan sudah besar akan teraba
scapula, dan pada pihak yang bertentangan dengan scapula akan teraba klavikula.
Ada kalanya, anak yang pada permulaan persalianan dalam letak lintang, berputar
sendiri menjadi letak memanjang. Kejadian ini disebut versio spontanea, yang
hanya mungkin jika ketuban masih utuh.
Pengelolaan letak lintang diawali saat kehamilan, yaitu dengan melakukan versi
luar pada usia kehamilan 37 minggu atau lebih. Bila versi luar berhasil, persalinan
dilakukan pervaginam.
Bila versi luar tidak berhasil, pada janin hidup dilakukan partus pervaginam bila
usia kehamilan < 28 minggu, dan seksio sesarea bila usia kehamilan > 28 minggu.
Sedangkan pada janin mati:
- TBBJ < 1700 gr : persalinan spontan dengan cara konduplikasio korpore
dan evolusi spontan. Bisa dibantu dengan traksi beban.
- TBBJ > 1700 gr : dilakukan embriotomi bila syarat terpenuhi dan harus
dilakukan eksplorasi jalan lahir.
- TBBJ > 2500 gr dan bagian terendah janin masih tinggi dilakukan seksio
sesarea.
- Letak lintang kasip dilakukan embriotomi.
d. Kelainan Posisi (Positio Occipito Posterior Persistent)
Keadaan Positio Occipito Posterior Persistent atau presentasi ubun-ubun kecil di
belakang adalah suatu keadaan yang disebabkan kegagalan rotasi interna.
Etiologinya yaitu kelainan panggul, kesempitan panggul tengah, KPD, fleksi
kepala kurang serta inersia uteri.

12
Adakalanya oksiput berputar ke belakang dan anak lahir dengan muka di bawah
simfisis. Ini terutama terjadi bila fleksi kepala kurang. Untuk menghindari rupture
perinei totalis, episiotomi harus dibuat lebih lebar karena dalam hal ini perineum
diregang oleh sirkumferensia oksipito frontalis. Hanya sebagian kecil (4%) dari
posisi oksipito posterior yang memerlukan pertolongan pembedahan.
Penyulit yang timbul dalam persalinan yaitu kala II yang lebih panjang.
Umumnya dapat lahir spontan, namun bila ada indikasi dapat dipilih antara vakum
atau forceps.
b. PANGGUL SEMPIT
Batasan panggul sempit menurut Pedoman diagnosis dan Terapi Obstetri dan
Ginekologi RSHS yaitu setiap kelainan pada diameter panggul yang mengurangi
kapasitas panggul, sehingga dapat menimbulkan distosia pada persalinan.
Pengaruh panggul sempit pada kehamilan :
1. Retroflexi uteri gravidi incarcerate
2. Kepala tidak dapat turun pada bulan terakhir
3. Fundus menonjol ke depan hingga perut menggantung
4. Abdomen pendulum pada primi gravid
5. Biasanya anak lebih kecil dari ukuran bayi rata-rata

Gambar 3.1 Abdomen Pendulum dengan Kehamilan.

Pengaruh pada persalinan :


1. Persalinan lebih lama dari biasanya, karena gangguan pembukaan ataupun
banyaknya waktu yang diperlukan untuk moulage kepala anak. Kelainan
pembukaan dapat terjadi karena ketuban belum pecah sebelum waktunya
karena bagian depan kurang menutup pintu atas panggul, selanjutnya

13
setelah ketuban pecah kepala tidak dapat menekan pada serviks karena
tertahan pada pintu atas panggul.
2. Sering terjadi kelainan presentasi atau posisi
3. Ruptur uteri, jika his menjadi telalu kuat dalam usaha mengatasi rintangan
yang ditimbulkan panggul sempit.
4. Sebaliknya, jika otot rahim menjadi lelah karena rintangan oleh pangul
sempit, dapat terjadi infeksi intrapartum.
5. Fistel vesikovaginal dan rektovaginal, akibat tekanan lama pada jaringan
yang dapat menimbulkan iskemi yang menyebabkan nekrosis.
6. Ruptur simfisis (simfisiolisis), pasien merakan nyeri di daerah simfisis dan
tidak dapat mengangkat tungkainya.
7. Paresis kaki ibu akibat tekanan dari kepala pada urat-urat saraf di dalam
rongga panggul. Yang paling sering terjadi adalah kelumpuhan nervus
peroneus.
Pengaruh pada anak :
1. Kematian perinatal meningkat pada partus yang lama.
2. Prolapsus foeniculi
3. Perdarahan otak karena moulage yang kuat, terutama jika diameter
biparietal berkurang lebih dari 0,5 cm.

Pola Persalinan Kriteria Diagnostik Penanganan yang dianjurkan Penanganan


Khusus

14
Panggul dengan ukuran normal tidak akan mengalami kesukaran kelahiran
pervaginam pada janin dengan berat badan yang normal. Ukuran panggul dapat
menjadi lebih kecil karena pengaruh gizi, lingkungan atau hal lain sehingga
menimbulkan kesulitan pada persalinan pervaginam. Panggul sempit yang penting
pada obstetric bukan sempit secara anatomis namun panggul sempit secara
fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul.Selain panggul sempit
dengan ukuran yang kurang dari normal, juga terdapat panggul sempit lainnya.
Panggul ini digolongkan menjadi empat, yaitu:
1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine: panggul Naegele,
panggul Robert, split pelvis, panggul asimilasi.
2. Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia,
neoplasma, fraktur, atrofi, nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan
sendi sakrokoksigea.
3. Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis,
spondilolistesis.
4. Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio koksa,
atrofi atau kelumpuhan satu kaki.

15
Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul
dapat menyebabkan distosia saat persalinan.penyempitan dapat terjadi pada pintu
atas panggul, pintu tengah panggul, pintu bawah panggul, atau panggul yang
menyempit seluruhnya
Klasifikasi panggul sempit :
a. Kesempitan pintu atas panggul
b. Kesempitan bidang tengah
c. Kesempitan pintu bawah panggul
Kriteria diagnosis :
a. Kesempitan pintu atas pangul
Panggul sempit relatif : Jika konjugata vera > 8,5-10 cm
Panggul sempit absolut : Jika konjugata vera < 8,5 cm
b. Kesempitan panggul tengah
Bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah simfisis dan spina
os ischii dan memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas sacral ke-4
dan ke-5.
Ukuran yang terpenting dari bidang ini ialah:
1. Diameter transversa (diameter antara kedua spina) – 10,5 cm.
2. Diameter anteroposterior dari pinggir bawah simfisis ke pertemuan
ruas sakral ke-4 dan ke-5 – 11,5 cm.
3. Diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antara kedua spina
ke pertemuan sacral ke-4 dan ke-5 – 5 cm.
Dikatakan bahwa bidang tengah panggul itu sempit jika :
1. Jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5
cm atau kurang (10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm).
2. Diameter antara spina kurang dari 9 cm .
Ukuran-ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diperoleh secara
klinis harus diukur secara rontgenologis, tetapi jika dapat juga
menduga adanya kesempitan bidang tengah panggul jika:
1. Spina ischiadica sangat menonjol.
2. Dinding samping panggul konvergen.
3. Diameter antara tuber ischii 8,5 cm atau kurang.

16
c. Kesempitan pintu bawah panggul
Bila jarak antara tuber os ischii 8 cm atau kurang.

Gambar 3.2 Bidang Panggul

Persangkaan panggul sempit – Seseorang harus ingat akan kemungkinan panggul


sempit jika:
a. Pada primipara, kepala anak belum turun setelah minggu ke 36.
b. Pada primipara ada perut menggantung.
c. Pada multipara, persalinan yang dulu-dulu sulit.
d. Ada kelainan letak pada hamil tua.
e. Terdapat kelainan bentuk badan ibu (cebol, skoliosis, pincang, dll.)
f. Tanda Osborn positif
Teknik perasat Osborn:
1. Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.
2. Kepala janin dipegang oleh tangan kiri pemeriksa.
3. Dua jari lainnya di atas simfisus, permukaan jari berada pada permukaan
anterior dari simfisis.
4. Tentukan derajat tumpang tindih ketika kepala janin ditekan ke bawah dan
ke belakang.
Interpretasi perasat Osborn:
- Kepala dapat ditekan ke dalam panggul, tidak terdapat tumpang tindih dari
tulang parietal, berarti CPD (-).

17
- Kepala dapat ditekan sedikit, terdapat sedikit tumpang tindih dari tulang
parietal, sekitar 0,5 cm, berarti CPD sedang. Pemeriksaan dilanjutkan
dengan perasat Muller.
- Kepala tidak dapat dimasukkan ke dalam tulang panggul, tulang parietal
menggantung di atas simfisis dengan dibatasi jari, berarti CPD positif.
Teknik perasat Muller:
1. Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.
2. Satu tangan memegang kepala dari luar di atas simfisis.
3. Dua jari dari tangan yang lain masuk ke dalam vagina, sampai pintu atas
panggul.
4. Tangan luar mendorong kepala anak ke arah simfisis.
Interpretasi perasat Muller:
- Kepala anak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (-).
- Kepala anak tidak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (+).
Prognosis persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai factor,
diantaranya:
1. Bentuk Panggul
2. Ukuran panggulm jadi derajat kesempitan.
3. Kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul.
4. Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala.
5. Presentasi dan posisi kepala.
6. His.
Diantara faktor-faktor tersebut, yang dapat diukur secara pasti dan sebelum
persalinan berlangsung hanya ukuran-ukuran panggul.Oleh karena itu, ukuran
tersebut sering menjadi dasar untuk memperkirakan jalannya persalinan.
Pada panggul sempit absolute, yaitu CV < 8,5 cm, dilakukan seksio sesarea.
Berdasarkan literatur, tidak ada anak yang cukup bulan yang dapat lahir
pervaginam dengan selamat jika CV < 8,5 cm.
Pada kesempitan pintu atas panggul, banyak faktor yang mempengaruhi hasil
persalinan pada panggul dengan CV antara 8,5-10 cm (panggul sempit
relatif),antara lain:
- Riwayat persalinan yang lampau

18
- Besarnya presentasi dan posisi anak
- Pecehnya ketuban sebelum waktunya memperburuk prognosis
- His
- Lancarnya pembukaan
- Adanya infeksi intrapartum
- Bentuk panggul dan derajat kesempitannya.
Karena banyaknya faktor tersebut, pada panggul sempit relative dilakukan partus
percobaan.

19
PANGGUL SEMPIT

1. Pemeriksaan ginekologis
2. Pemeriksaan penunjang
- Ultrasonografi
- Radiologis
(hasil mengecewakan)

Kesempitan pintu Kesempitan Kesempitan


pintu
atas panggul panggul tengah bawah panggul

Relatif Absolut
(konjugata vera (Konjugata vera < 8,5 cm)
8,5-10 cm)

Partus percobaan Seksio sesarea


Primer

Berhasil Gagal

Seksio sesarea

Persalinan berikut dengan seksio sesarea primer

20
3.5 SECTIO CAESAREA
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk
melahirkan janin dari dalam rahim.
JENIS –JENIS OPERASI SECTIO CAESAREA
Sectio Caesarea Transperitonealis
1. Sectio caesarea klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus
uteri). Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri
kira-kira 10 cm.
 Kelebihan:
 Mengeluarkan janin dengan cepat.
 Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik. Sayatan
bisa diperpanjang proksimal atau distal.
 Kekurangan:
 Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada
reperitonealis yang baik.Untuk persalinan yang berikutnya lebih
sering terjadi rupture uteri spontan.
2. Sectio caesarea ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada
segmen bawah rahim).Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang
konkat pada segmen bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm.
 Kelebihan:
 Penjahitan luka lebih mudah.
 Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik.
 Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan
penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum.
 Perdarahan tidak begitu banyak.
 Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil.
 Kekurangan:
 Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat
menyebabkan uteri uterine pecah sehingga mengakibatkan
perdarahan banyak.
 Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.

21
Sectio Caesarea Ekstra Peritonealis
Sectio Caesarea Ekstra Peritonealisyaitu tanpa membuka peritoneum parietalis
dengan demikian tidak membuka cavum abdominal.
 Vagina (section caesarea vaginalis)
Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai
berikut:
1. Sayatan memanjang (longitudinal).
2. Sayatan melintang (transversal).
3. Sayatan huruf T (T insicion).
Jenis incisi pada sectio caesarea sebaiknya mengikuti garis langer. Kulit
terdiri dari epidermis dan dermis.Garis Langer's (Langer 1861) : garis-garis
tranversal sejajar pada tubuh manusia.Bila insisi kulit dikerjakan melalui garis
Langer's ini maka jaringan parut yang terbentuk adalah minimal .

INDIKASI
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan
menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal
yang perlu tindakan sectio caesarea proses persalinan normal lama/kegagalan
proses persalinan normal (Dystosia).
Indikasi seksio caesarea dibagikan kepada indikasi menurut ibu dan indikasi
menurut janin:

22
a) Indikasi ibu
i. Placenta previa totalis dan marginalis (Posterior).
Dalam kepustakaan, kejadian perdarahan antepartum yang dilaporkan
oleh peneliti dari negara berkembang berkisar antara 0,3%-4,3%. Sebab
utama perdarahan antepartum umumnya adalah plasenta previa.
ii. Panggul sempit
Holmen mengambil batas terendah untuk melahirkan janin ialah
Conjugata Vera (CV) = 8 cm, dimana jika kurang dari ukuran ini ibu
tidak dapat melahirkan janin normal, tapi harus diselesaikan denga SC.
CV antara 8-10 cm boleh dicoba partus percobaan, baru setelah gagal
dilakukan SC sekunder.
iii. Riwayat SC pada kehamilan sebelumnya.
iv. Cefalopelvic Disproportion (CPD) yang merupakan ketidak-seimbangan
antara ukuran kepala dengan panggul.
v. Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi.
vi. Stenosis servix/vagina.
vii. Ruptur uteri imminens.
viii. Partus lama.
ix. Partus tak maju
x. Pre-eklampsi dan Hipertensi.
b) Indikasi Janin
i. Kelainan letak, presentasi, sikap dan posisi janin. Presentasi bokong pada
kehamilan cukup bulan hanya 3%-4% saja, tetapi di Amerika Serikat pada
tahun 1985 dilaporkan, 79% dari seluruh presentasi bokong dilahirkan
dengan operasi sectio caesarea.
ii. Gawat janin dinyatakan sebagai kontributor kenaikan angka operasi sectio
caesarea sebesar 10%-15% atau sama dengan 10% dari seluruh indikasi
operasi sectio caesarea.
iii. Syok, Anemia berat.
iv. Kelainan kongenital.
Riwayat sectio caesarea dan distosia merupakan indikasi utama sectio
caesarea di Amerika Serikat dan negara industri di barat lainnya. Walaupun kita

23
tidak mungkin membuat daftar menyeluruh semua indikasi yang layak untuk
sectio caesarea lebih dari 85 % sectio caesarea dilakukan atas indikasi:
1. Riwayat sectio caesarea
2. Distosia persalinan
3. Gawat janin
4. Letak sungsang

24
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
1. Partus tak maju adalah Inpartu kala I tidak ada kemajuan dalam persalinan.
2. Pada ibu ini dirasakan keluar darah dan lendir dari vagina namun hanya
sedikit kemudia diperiksakan ke puskesma didapatkan terjadi pembukaan
3. Dievaluasi selama 3 hari namun tidak ada kemajuan.
3. GI P0000 AB000 , usia Ibu 19 Tahun, Usia Kehamilan 40-41 minggu dengan
Partus tak maju
4. Karena melihat kondisi dari ibu maka tindakan yang di ambil adalah sectio
secaria.

25
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta:
EGC, 2005.
Israr YA, Irwan M, Lestari, dkk. Arrest of Decent- Cephalopelvc Disproportion
(CPD). 2008. [Online] Hyperlink:
http://72.14.235.132/search?
q=cache:RqVXzDPzkgIJ:yayanakhyar.wordpress.com/2008/09/05/arrest-of-
decent-cephalopelvic-disproportion-cpd/+Cephalo-
pelvic+disproportion&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id, 20 Mei 2009.
Sofie Rifayani, dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi
RSHS, Bagian Pertama (Obstetri). Edisi 2. Bagian Obgin RSHS. 2005.
Sulaiman Sastrawinata, dkk. Obstetri Patologi. Cetakan Pertama. EGC: Jakarta.
2005.

26

Anda mungkin juga menyukai