Anda di halaman 1dari 11

Jurnal LINK, 13 (1), 2017, 61 - 71

http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/link
_________________________________________________________________

PENGALAMAN KELUARGA DALAM MENGHADAPI ANGGOTA


KELUARGA YANG MENGALAMI HENTI JANTUNG DI RUMAH
WILAYAH KOTA TERNATE

Wasis Nugroho*)

Poltekkes Kemenkes Ternate


Jl. Tanah Tinggi; Tanah Tinggi Bar; Ternate Sel; Kota Ternate; Maluku Utara

Abstrak

Henti jantung merupakan keadaan gawat darurat penyakit jantung yang sangat berbahaya sehingga
membutuhkan penanganan segera. Keluarga sebagai orang pertama yang menemukan anggota keluarga
yang mengalami kejadian henti jantung di rumah memiliki posisi penting dalam menyelamatkan jiwa
anggota keluarganya yang mengalami henti jantung. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi
pengalaman keluarga dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami henti jantung di Rumah
Wilayah Kota Ternate. Penelitian ini menggunakan metode desain penelitian kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi interpretif. Partisipan sebanyak lima orang dari keluarga yang pernah
menghadapi anggota keluarganya yang mengalami kejadian henti jantung. Data diperoleh melalui hasil
wawancara mendalam dan dianalisis menggunakan teknik dari Van Manen. Hasil penelitian
menunjukkan terbentuknya sepuluh tema yaitu mengenali tanda yang ditunjukan, mengenali gejala
yang dikeluhkan, persepsi saat menjumpai kejadian, respon perasaan ketika menghadapi kejadian,
respon sikap ketika menghadapi kejadian, keputusan untuk penanganan, tindakan dalam memberikan
pertolongan, respon perasaan ketika mendengar informasi, respon sikap ketika mengetahui informasi
dan kebutuhan akan penanganan.

Kata kunci: Henti jantung ; Pengalaman keluarga ; Anggota keluarga

Abstract

[FAMILIES WHO ARE EXPERIENCING A CARDIAC ARREST AT HOME IN TERNATE


CITY] Cardiac arrest is a dangerous heart disease that requires treatment immediately. Family as
the first people was finding family members who experienced cardiac arrest in the home. They
have an important position in the life-saving family members who suffered cardiac arrest. The
purpose of this study was exploring the experience of a family in the face of a family member who
suffered cardiac arrest in the home territory of Ternate city. This study used qualitative research
design with interpretive phenomenological approach. Participants were five people from families
who have faced family members who experienced cardiac arrest. Data were obtained through in-
depth interviews and analyzed using the technique of Van Manen. The results showed the
formation of ten themes that were shown to recognize the signs, recognize the symptoms
complained of, perception of current events encounter, the feeling when facing incident response,
incident response attitude when faced with the decision for treatment, action in providing relief,
feeling response when hearing the information, the response attitude when knowing the
information and the need for treatment.

Keywords: Cardiac arrest, Family experiences, Family members

1. Pendahuluan di dunia (AHA, 2010). Data World Health


Organization tahun 2011 menyebutkan telah
Kematian akibat henti jantung merupakan
terjadi sekitar 17 juta kematian akibat penyakit
penyumbang terbesar kematian penyakit jantung
jantung. Kematian ini bisa terus meningkat
*) Wasis Nugroho terutama di negara berkembang seiring efek dari
E-mail: uppmpoltekkesternate@gmail. pola hidup modernisasi, kejadian bencana dan

Copyright © 2017, Jurnal LINK, ISSN 1829-5754


Jurnal LINK, 13 (1), 2017, 62 - 71

juga meningkatnya angka harapan hidup. sebenarnya dari keluarga dalam menghadapi
Kematian akibat penyakit jantung di anggota keluarga yang mengalami kejadian henti
Indonesia menduduki urutan pertama jantung.
dikelompok permasalahan kematian penyakit
tidak menular (Pusat Data dan Informasi 2. Metode
Kemenkes RI, 2012), dalam Penilaian tingkat
kefatalan penyebab kematian (Case Fatality Rate) Penelitian ini menggunakan metode desain
di tahun 2009 dan 2010 bahwa penyakit jantung penelitian kualitatif dengan pendekatan
menjadi penyebab kematian pertama (21,85%) fenomenologi interpretif. Lokasi penelitian di
dari lima penyakit tidak menular lain. rumah tempat tinggal partisipan di empat
American Heart Association (2010), menjelaskan kelurahan wilayah kecamatan Kota Ternate
bahwa keadaan henti jantung terjadi akibat dari Tengah dan Selatan, Kota Ternate pada tahun
kehilangan darah dan oksigen di dalam otot 2014. Partisipan dipilih secara purposive sampling
jantung karena terhambatnya arteri koroner oleh yang memenuhi kriteria. Partisipan sebanyak
bekuan darah atau akibat kerja jantung dalam lima orang dari masing-masing keluarga yang
memompakan darah. Penderita saat itu akan pernah menghadapi anggota keluarganya yang
mengalami kehilangan kesadaran, pernapasan
mengalami kejadian henti jantung. Data
yang terhenti dan nadi tidak teraba. Kematian bisa
diperoleh melalui hasil wawancara mendalam
dan di analisis menggunakan teknik dari Van
terjadi jika tidak segera mendapatkan penanganan
Manen. Data didapat melalui teknik wawancara
(Mandal, 2014).
semi terstruktur bersama partisipan selama tiga
Pentingnya identifikasi awal terhadap
puluh sampai empat puluh menit. Hasil
penderita dengan kejadian henti jantung yang
wawancara kemudian dianalisis menggunakan
merupakan mata rantai penanganan henti
pendekatan hermeneutic untuk memperoleh
jantung (the chain of survival) sebelum ke rumah
tema-tema pokok.
sakit (prehospital). Identifikasi awal terhadap
penderita, adalah dengan meminta pertolongan
dan segera memberikan bantuan hidup dasar 3. Hasil dan Pembahasan
dan lanjutan di rumah sakit (Hollenberg, 2013). Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat
Keluarga merupakan mata rantai pertama sepuluh tema pokok yang terungkap dari
dan utama sebagai identifikasi awal anggota pengalaman keluarga dalam menghadapi
keluarga yang mengalami henti jantung di anggota keluarga yang mengalami henti jantung.
rumah yang masih perlu menjadi perhatian.
Berbagai hambatan dapat terjadi dan Mengenali tanda yang ditunjukan
mempengaruhi keluarga dalam menghadapi
anggota keluarga yang mengalami henti jantung. Keluarga dalam mengenali tanda yang
Keadaan ini kemudian mempengaruhi kondisi ditunjukan oleh anggota keluarga yang
prognosis penderita yang semakin memburuk mengalami kejadian henti jantung disampaikan
atau bahkan bisa mengakibatkan kematian. seperti kehilangan kesadaran. Kehilangan
Banyak keluarga di wilayah Jepang kesadaran yang ditunjukan seperti ungkapan
meskipun telah mengetahui langkah instruksi pernyataan dibawah ini;
penanganan dari pelayanan medis, namun “Saya ke depan rumah untuk bajual di kios
tingkat kelangsungan hidup dan gangguan sekitar lima belas menit saya punya perasaan tidak
neurologis yang ditimbulkan masih tinggi (Fujie, enak dan ketemu dorang lihat jatuh di tangga
2014). Kurangnya keluarga dalam menafsirkan, belakang tara sadar, posisi dorang diantara yang
keterlambatan penanganan segera, perasaan mau kekamar” (P1).
panik, tidak nyaman yang dirasakan saat
(Saya pergi ke depan rumah untuk jualan
menghadapi kejadian henti jantung yang dialami di toko kecil sekitar lima belas menit perasaan
anggota keluarganya (Ann-Brit, 2010). saya tidak enak waktu kebelakang melihat
Data dari Medical Record RSUD Dr. Chasan Dia terjatuh ditangga belakang tidak sadar,
Boesoirie Ternate di tahun (2012), menyebutkan posisi dia diantara pintu yang mau ke kamar).
tahun 2011 sebanyak 15 kasus kematian yang “Dong ada bilang rasa pusing lalu saya suruh
diakibatkan oleh henti jantung yang dibawa oleh tidur di tempat tidur saja, tapi tiba-tiba dorang
keluarga ke ruangan IGD. Permasalahan ini jatuh tara sadar di dapur, lalu saya dengan anak-
penting untuk diketahui lebih mendalam lagi, anak angkat ke tempat tidur”(P4).
sehingga dapat mengetahui keadaan yang (Dia menyampaikan bahwa dia merasa

Copyright © 2017, Jurnal LINK, ISSN 1829-5754


Jurnal LINK, 13 (1), 2017, 63 - 71

pusing kemudian saya menganjurkan untuk di tangga belakang tidak sadar, saya melihat
tidur di tempat tidur saja, namun tiba-tiba dia dia punya wajah biru).
terjatuh tidak sadar didapur, kemudian saya “…lalu saya dengan anak-anak angkat ke
dan anak-anak mengangkatnya ke tempat tempat tidur, saya lihat dorang pe muka pucat
tidur). sekali sudah agak kebiruan, tangan dingin dan
berkeringat (P4).
Pernyataan partisipan di atas menunjukkan (Kemudian saya dengan anak-anak
bahwa ketika pertama kali menemukan anggota angkat ke tempat tidur, saya melihat dia
keluarga yang mengalami henti jantung itu dalam punya muka pucat sekali sudah agak
keadaan terjatuh tidak sadarkan diri. Keluarga juga kebiruan, tangan terasa dingin dan
menyampaikan bahwa dia melihat anggota berkeringat).
keluarganya yang mengalami kejadian henti
jantung sudah terbaring tidak sadar: Keluarga yang lainnya mengatakan melihat
“…karena torang belum tau waktu masuk di bibir anggota keluarga yang mengalami henti
kamar lihat dorang terbaring di tempat tidur, jantung seperti membiru dan tampak pucat;
padahal ih, dorang sudah bagaimana ini panggil- “Tapi waktu dia tidak sadar, langsung
panggil dorang sudah tara sadar” (P3). kelihatan dorang pe bibir ini biru begitu” (P2).
(Karena sebelumnya kita belum (Tetapi waktu dia tidak sadar, langsung
mengetahui dan masuk kekamarnya melihat kelihatan dia punya bibir ini seperti biru).
dia terbaring di tempat tidur, padahal ih, “Kong paitua tasono sudah deng
bagaimana keadaannya ini seraya manggorong… dong pe muka pucat dengan kuku
memanggil-manggil dia tapi sudah tidak jari tangan ini sudah kelihatan biru” (P3).
sadar). (Kemudian bapak tertidur sudah
bersamaan itu dengan suara ngorok…bapak
Pernyataan diatas menerangkan bahwa punya muka pucat dengan kuku jari tangan
awalnya partisipan belum mengetahui keadaannya ini sudah kelihatan biru).
yang terjadi karena berada di tempat lain, saat “Iya, waktu pertama dong jatuh itu langsung
masuk ke kamar tidur dari anggota keluarga yang saya lihat dorang pe muka (wajah) pucat sekali
mengalami kejadian henti jantung itu kemudian baru tara sadar” (P5).
melihat telah terbaring di tempat tidur. Keluarga (Iya, saat awal dia jatuh langsung saya
juga mengatakan bahwa telah melihat anggota melihat wajahnya pucat sekali dan juga tidak
keluarga terduduk dikursi kemudian tidak sadar).
sadarkan diri.
“Saat sudah di rumah, paitua duduk di kursi Wajah pucat merupakan keadaan yang
sofa ini, bilang ke saya bahwa dong pe uluhati sakit diakibatkan karena mulai terhambatnya sirkulasi
so naik ke dada…dong pe posisi duduk terlipat di darah dan oksigen ke daerah kepala hingga ke
kursi sudah (diperagakan) setelah tara sadar” (P2). wajah. Selain itu didapatkan juga mulut yang
(Pada saat berada dirumah, suami saya keluar busa (berbusa). Hal ini diterangkan pada
duduk di sofa ini, mengatakan ke saya bahwa ungkapan pernyataan yang disampaikan sebagai
dia punya ghulu hati terasa sakit hingga berikut;
dirasakan sampai ke dada… posisi dia sudah “Posisi maitua itu waktu saya lihat, jatuh dan
tertekuk di kursi setelah kemudian tidak dong pe gabu gabu (berbusa) segar keluar dari
sadar). mulut” (P1).
Terduduk di kursi tidak sadarkan diri yang (Posisi Ibu itu saat saya melihat, terjatuh
dikatakan oleh keluarga merupakan suatu dan mengeluarkan busa segar dari mulut).
kejadian yang dilihatnya setelah anggota “…kaget kong gosok dong pe dada dengan
keluarga yang mengalami henti jantung minyak tawon…tapi dong manggorong deng
mengeluhkan rasa sakit di daerah hulu hati dan keluar gabu-gabu (berbusa) dari mulut” (P3).
dadanya. Kejadian tidak sadarkan diri di atas (Kaget dan gosok dia punya dada dengan
diikuti dengan terlihatnya tanda tanda kebiruan minyak tawon…tapi dia ngorok dan keluar
(sianosis). busa dari mulutnya).
“…saya kebelakang ketemu dorang sudah (Saya lihat dia jatuh dari kursi, kemudian
jatuh ditangga belakang tara sadar, saya lihat tiba-tiba dia jatuh dia punya napas tidak ada
dorang pe muka biru” (P1). tapi di mulut ada keluar busa sedikit dari
(Saya kebelakang bertemu dia sudah jatuh mulut).

Copyright © 2017, Jurnal LINK, ISSN 1829-5754


Jurnal LINK, 13 (1), 2017, 64 - 71

Busa segar yang keluar dari mulut dijelaskan bahwa setelah meraba kedua tangan
merupakan keadaan yang ditunjukan dari salah dan kaki anggota keluarga yang mengalami
satu tanda akibat karena ketidak sadaran yang henti jantung itu terasa lemas dan dingin sekali
membuat penumpukan air ludah di mulut dan tidak seperti keadaan suhu anggota tubuh
kemudian dikeluarkan. seperti biasanya.
Sesak napas juga disampaikan oleh
keluarga saat melihat; Mengenali gejala yang di keluhkan
“Saya lihat dia sesak napas, ada suara ngorok
dan baru dorang pe napas satu-satu”(P3). Nyeri hulu hati adalah gejala yang
(Saya lihat dia sesak napas, ada suara disampaikan keluarga terhadap keadaan yang di
ngorok dan juga dia punya napas terengah). keluhkan oleh anggota keluarga yang mengalami
kejadian henti jantung;
Keadaan sesak napas ini diakibatkan oleh “Sebelumnya dorang ada mengeluh kalau
terganggunya saluran pernapasan karena lidah dorang pe ulu hati terasa sakit, sebelum saya
yang terjatuh ke belakang dan juga dapat dapat dorang jatuh itu” (P1).
menimbulkan bunyi ngorok, bunyi ngorok dapat (Sebelumnya dia mengeluhkan kalau
terdengar pada orang yang mengalami hulu hatinya terasa sakit, sebelum saya
hambatan pernapasan. Kejadian ini selanjutnya menemukan dia terjatuh itu).
dapat mengakibatkan henti napas yang “…paitua mengeluh bilang ke saya bahwa
disampaikan oleh dua partisipan dibawah ini; dong pe ulu hati sakit kong so naik ka atas di
“Sempat angkat maitua pe kepala dan panggil- dada…” (P2).
panggil nama, cuma maitua air mata keluar, mata (Bapak mengeluh ke saya bahwa hulu
sudah tertutup baru saya lihat dorang pe napas su hatinya sakit dan sudah naik sampai
tarada begitu (tidak bernapas)”(P1). terasa di dada).
(Sempat angkat Ibu punya kepala dan
panggil-panggil nama, cuma Ibu punya air Nyeri hulu hati adalah nyeri yang
mata keluar, mata sudah tertutup dan saya dikeluhkan digambarkan nyerinya pada daerah
lihat dia punya napas seperti sudah tidak di antara perut dan tulang dada (hulu hati).
ada). Setelah melihat tanda dan gejala yang di
“Ada saudara juga ikut bantu saya mengatur tunjukan, kemudian memunculkan persepsi
posisi kepala diangkat supaya tara terhambat dia keluarga.
pejalan napas barang saya kira mungkin napas
tersumbat karena kelihatan tidak ada napas”(P5). Persepsi saat menjumpai kejadian
(Ada saudara yang juga ikut mambantu
saya mengatur posisi kepala diangkat supaya Persepsi yang disampaikan oleh keluarga
tidak terhambat jalan napasnya). seperti keadaan yang berbahaya dan penyakit
lain;
Tangan lemah dan dingin ini merupakan “Saya kase tau di mama, bilang torang
kalimat yang disampaikan oleh seorang bawa ke rumah sakit jua soalnya saya lihat
partisipan yang menghadapi anggota keluarga dorang pe keadaan su bahaya sekali” (P2).
yang mengalami kejadian henti jantung. (Saya memberitahukan ke Ibu,
“…baru saya angkat dorang pe tangan kaya sebaiknya bawa ke rumah sakit saja soalnya
macam so lombo, maksudnya sudah lemas (lemah)” saya melihat keadaannya sudah sangat
(P3). berbahaya).
(Baru saya angkat tangannya seperti telah “Saya berpikir hanya tidur saja biasa, cuma
lemah, maksudnya sudah lemas). manggorong dan mulut keluar busa itu yang
“…saya pegang dorang pe tangan lalu saya biking saya curiga kalau dorang pe keadaan
rasa seperti dingin sekali, lalu saya raba dorang pe tidak baik, berbahaya begitu”(P3).
kaki dan tangan (ekstermitas) itu dingin sekali dan (Saya berpikir mungkin tidur biasa,
berkeringat” (P4). hanya suara ngorok dan mulutnya yang
(Saya pegang tangannya dan saya merasa keluar busa itu yang membuat saya curiga
seperti dingin sekali, kemudian saya meraba bahwa keadaan dia tidak baik, berbahaya).
kaki dan tangannya itu dingin sekali dan “Saya pikir cuma pingsan biasa saja…tapi
berkeringat). lama-lama dorang pe tangan dingin sekali muka
so pucat agak biru, wah bahaya ini. Hari itu
Penjelasan yang diungkapkan di atas saya tara tunggu lama, langsung bawa ke
rumah

Copyright © 2017, Jurnal LINK, ISSN 1829-5754


Jurnal LINK, 13 (1), 2017, 65 - 71

sakit”(P5). Bingung merupakan suatu respon dari


(Saya berpikir hanya pingsan biasa perasaan yang ditunjukan pada saat menjumpai
saja…namun lama kelamaan tangannya anggota keluarga yang mengalami henti jantung.
dingin sekali wajahnya sudah pucat agak “Selanjutnya saya rasa panik...saya dan
biru, wah ini bahaya. Saat itu saya tidak keluarga semua sudah panik waktu lihat dorang pe
menunggu lama, langsung bawa ke rumah keadaan begitu” (P1).
sakit). (Selanjutnya saya merasa panik dan
semua keluarga juga sudah panik saat
Dari pernyataan partisipan dimaknai bahwa melihat keadaannya seperti itu).
setelah melihat keadaan yang tidak semestinya “Tapi setelah saya melihat napasnya satu-satu,
sebagaimana seperti biasanya kemudian saya langsung rasa tegang, panik sekali karena ini
memunculkan persepsi keadaan yang berbahaya sebenarnya tidak seperti biasa dan parah” (P5).
bagi jiwa anggota keluarga yang mengalami (Tapi setelah saya melihat napasnya
henti jantung. Masalah kesehatan lain yang terengah, saya langsung merasa stress, panik
diketahui seperti penyakit gula (diabetes) seperti sekali karena ini sebenarnya tidak seperti
pernyataan berikut: biasa dan parah).
“Sebelum itu torang belum tau kalau itu
masalah jantung, yang torang kira dorang itu Pernyataan yang disampaikan oleh
penyakit gula saja…jadi mungkin itu masalahnya partisipan diatas menjelaskan bahwa dengan
karena efek dari gula…kondisi itu hampir sama melihat kondisi yang tidak semestinya serta
dengan pernah dorang jatuh pingsan karena gula keadaan kesehatan yang berbahaya sehingga
lagi”(P4). menimbulkan perasaan panik.
(Sebelum itu saya belum tau jikalau itu
adalah masalah jantung, yang saya kira itu Respon Sikap ketika menghadapi kejadian
penyakit gula saja…jadi mungkin itu
masalahnya karena efek dari penyakit Respon sikap yang disampaikan oleh
diabetes… kondisi itu serupa dengan yang keluarga seperti memanggil bantuan orang
pernah dia alami jatuh pingsan karena terdekat dan mencari mobil angkutan:
penyakit gula juga). “…bingung karena sendiri di dalam rumah,
langsung pergi panggil keluarga yang lain
Keadaan pingsan dianggapnya sebagai disebelah rumah untuk kemari baku tolong
penyebab dari penyakit gula yang terjadi seperti (bantu)” (P1).
yang pernah dialami anggota keluarga itu (Bingung karena sendiri di dalam rumah,
terdahulu. Dalam menghadapi keadaan ini kemudian pergi memanggil keluarga yang
kemudian memunculkan respon sebagai reaksi lain di sebelah rumah untuk kesini
yang ditunjukan. membantu).
“Saya pangil orang, panggil tetangga yang
Respon Perasaan ketika menghadapi kejadian keluarga lagi di sebelah rumah untuk bantu” (P4).
(Saya memanggil orang, panggil tetangga
Respon perasaan yang muncul adalah yang juga keluarga di sebelah rumah untuk
Bingung dan Panik, seperti diuraikan dalam membantu saya).
kutipan dibawah ini;
“Ibu jatuh tiba-tiba jadi bingung apalagi saat Respon sikap yang ditunjukan yakni dengan
itu saya sendirian waktu ketemu dorang di memanggil tetangga atau keluarga yang terdekat
tangga” (P1). yang dapat mambantunya. Respon mencari
(Ibu jatuh tiba-tiba jadinya bingung angkutan (Kendaraan) seperti yang disampaikan
apalagi saat itu saya sendirian waktu bertemu di bawah ini:
dia di tangga). “Iya, lebe bae saya panggil tetangga tapi tara
“…waktu masuk dalam kamar lihat dorang bangun, terpaksa saya telepon dong pe saudara
sudah muntah-muntah padahal lihat ih, dong so untuk cari oto (mobil) kamari mau bawa ke rumah
bagaimana ni (bingung) (P3). sakit jua” (P2).
(Waktu masuk dalam kamar lihat dia (Iya, sebaiknya saya panggil tetangga
sudah muntah-muntah, bagaimana dengan hanya saja tidak bangun, akhirnya dengan
dia ini). terpaksa saya telepon dia punya saudara
untuk segera mencari mobil kesini supaya

Copyright © 2017, Jurnal LINK, ISSN 1829-5754


Jurnal LINK, 13 (1), 2017, 66 - 71

membawanya ke rumah sakit). untuk penanganan anggota keluarganya yang


“Setelah saya lihat keadaan itu saya langsung mengalami kejadian henti jantung juga dengan
berteriak suruh panggil saudara yang datang mencari alternatif lain. Mencari alternatif lain ini
untuk cari oto (mobil) cepat” (P5). memiliki yakni meniup (mendoakan);
(Setelah saya lihat keadaan itu, saat itu “Saya panggil tetangga di sebelah rumah
langsung berteriak memanggil saudara yang dorang itu pak ustad kasih tiup dia” (P3).
kesini untuk mencarikan mobil). (Saya memanggil tetangga yang berada
“Kong saya bilang ya Allah, cepat sudah disebelah rumah itu pak ustad untuk
pertolongan pertama ka kong langsung cari oto mendoakan).
(mobil) itu agak lama lagi (P3).
(Kemudian saya bilang ya Allah, ayo Meniup (mendoakan) merupakan salah satu
cepat pertolongan pertama ayo, kemudian dari upaya tambahan selain mencari pelayanan
langsung cari mobil itu juga agak lama). kesehatan yakni dengan mencari alternatif lain
dalam menangani masalah kesehatan yang
Keluarga menilai bahwa keadaan yang dialami anggota keluarganya.
sangat berbahaya sehingga berespon untuk
mencari angkutan segera ke rumah sakit. Tindakan dalam memberikan pertolongan

Keputusan untuk Penanganan Menggosok dengan obat gosok sebagai


tindakan untuk menolong anggota keluarga
Keputusan yang di temukan dari pernyataan yang mengalami henti jantung. Keluarga
keluarga adalah dengan mencari pelayanan melakukan tindakan tersebut untuk mengurangi
kesehatan dengan “membawa ke rumah sakit”. permasalahan anggota keluarga yang mengalami
“…keluarga dong samua bilang segera bawa kejadian henti jantung;
ke rumah sakit kong hubungi oto yang disamping “Saya ambel minyak kayu putih, gosok minyak
tetangga pe oto” (P1). kayu putih di dorang pe muka dan hidung” (P1).
(Keluarga semuanya bilang segera bawa (Saya ambil minyak kayu putih, gosok
ke rumah sakit, kemudian saya hubungi minyak kayu putih di wajah Ibu dan hidung).
mobil yang ada di samping itu punya “Iyo dorang pe dada sakit, jadi maitua ini ada
tetangga). gosok dengan minyak tawon” (P3).
“Saya kase tau di mama, bilang torang kase (Dia bilang hulu hati sakit dan sudah
bawa ke rumah sakit sudah e…” (P2). terasa hingga naik ke dada sini, kemudian
(Saya memberitahukan ke Ibu, bahwa kita saya menggosoknya dengan minyak tawon di
bawa ke rumah sakit ya). sekitar dadanya).
“…Akhirnya saya yang suruh cepat bawa ke Pernyataan yang diungkapkan oleh
rumah sakit, anak saya datang dengan oto dan beberapa keluarga di atas merupakan upaya
langsung saya suruh kase naik dan cepat bawa ke dalam memberikan pertolongan kepada anggota
rumah sakit yang dekat” (P3). keluarga yang mengalami henti jantung dengan
(Akhirnya saya menyuruh cepat bawa ke menggosok menggunakan obat gosok.
rumah sakit, anak saya datang dengan mobil Selain itu juga ada keluarga yang mencoba
dan langsung saya menyuruh untuk naikan mengatur posisi dan melonggarkan pakaian:
ke mobil dan cepat bawa ke rumah sakit yang “Waktu dorang jatuh tara sadar itu, saya kase
terdekat). lurus dorang pe posisi badan supaya tidak terasa
“Setelah keluarga datang semua, ada yang tagepe (terjepit)” (P5).
bilang dorang ini masih bisa kembali sadar dan (Waktu dia jatuh tidak sadar, saya
baik tapi saya melihat lain, kondisi keadaannya meluruskan posisi badannya supaya tidak
semakin payah dan akhirnya saya putuskan untuk terjepit di dinding).
bawa ke rumah sakit”(P4).
(Setelah keluarga datang semua, ada yang Melonggarkan pakaian ini muncul dari
bilang dia ini masih bisa kembali sadar lagi ungkapan keluarga yang disampaikan seperti
dan baik tapi saya melihatnya lain, kondisi berikut ini;
keadaannya semaki parah dan akhirnya saya “Setelah itu saya lihat dorang jatuh pingsan
putuskan untuk bawa ke rumah sakit). saya coba kase longgar dorang punya baju dan
celana supaya luas ”(P5).
Sebagai tambahan dalam keputusan (Setelah itu saya melihat dia jatuh pingsan

Copyright © 2017, Jurnal LINK, ISSN 1829-5754


Jurnal LINK, 13 (1), 2017, 67 - 71

saya coba melonggarkan bajunya dan celana dunia.


supaya terasa lega). “Saya melihat keadaan saat itu…yah, pasrah
kalau memang dorang pe ajal, yah pasrah saja
Melonggarkan pakaian yang merupakan itu dorang pe ajal sudah” (P1).
upaya dalam melakukan tindakan untuk (Saya melihat keadaan saat itu…yah,
menolong dengan harapan anggota keluarga pasrah kalau memang dia punya ajal, yah
yang mengalami henti jantung akan menjadi pasrah saja itu sudah ajalnya).
lega.
Pernyataan yang disampaikan oleh keluarga
Respon Perasaan ketika mengetahui informasi diatas menggambarkan bahwa respon pasrah
yang disikapi terhadap kenyataan yang sedang
Respon perasaan ketika mengetahui dihadapi.
informasi yang terbentuk seperti perasaan kaget
dan dari rasa kaget tersebut karena tidak Kebutuhan akan penanganan
percaya dan tidak menyangka.
Kategori tidak percaya ini dibangun atas Kebutuhan akan penanganan yang
pernyataan dari seorang partisipan seperti yang disampaikan oleh keluarga seperti Memperoleh
diuraikan pada kutipan pernyataan dibawah ini; pengetahuan, mendapatkan penyuluhan,
“Torang rasa tara (tidak) percaya begitu… mengerti akan permasalahan, seperti pernyataan
sepertinya terlalu cepat sekali kejadian ini” (P1). dibawah ini:
(Kami merasa tidak percaya…sepertinya “Pelayanan kesehatan harus kase solusi
terlalu cepat sekali kejadian ini). datang di masyarakat kasih tau kalau
bagaimana? siapa tau ada keluarga torang atau
Tidak menyangka yang disampaikan karena lain yang punya masalah atau resiko itu” (P1).
merasa kejadian itu berlangsung cepat, padahal (Pelayanan kesehatan harus
awalnya keadaan anggota keluarga dilihat memberitahukan solusi datang ke
seperti biasanya saja. masyarakat membertahukan kalau
“Iya, masih kuat-kuat tara berfikir (tidak bagaimana? Mungkin ada keluarga kami
menyangka) kalau akhirnya jadi begitu” (P3). atau yang lain yang punya masalah atau
(Iya, masih sehat-sehat, tidak menyangka resiko itu).
kalau akhirnya jadi begitu). “…kalau boleh perlu mengerti atau
“Torang tara sangka-sangka kejadian itu pencegahan supaya lebih mengerti kalau masalah
cepat sekali sampai parah dan akhirnya dorang init u masalah jantung” (P2).
meninggal” (P4). (Kalau boleh perlu mengerti atau
(Kami tidak menyangka kejadian itu pencegahannya supaya lebih mengerti jika
cepat sekali sampai parah dan akhirnya dia masalah tersebut adalah masalah jantung).
meninggal).
Pernyataan diatas dapat di maknai bahwa
Respon Sikap ketika mengetahui informasi keluarga sangat membutuhkan pengetahuan dan
pemahaman terkait dengan permasalahan henti
Respon sikap ketika mengetahui informasi jantung yang terjadi.
seperti terdiam dan pasrah di dalam kalimat Kebutuhan lain yang disampaikan oleh
yang disampaikan oleh seorang partisipan yang keluarga adalah kebutuhan akan ketersediaan
ditunjukan sebagai respon sikap sebagai berikut; sarana, alat komunikasi dan petugas kesehatan:
“Saya cuma tahan dorang pe kepala, pe “Kalau begitu perjalanan jauh dan
tangan, langsung saya cuma badiam” (P2). kendaraan juga tara ada apalagi kalau tengah
(Saya hanya menahan dia punya kepala, malam begini” (P3).
punya tangan, kemudian saya hanya (Kalau begitu perjalanan jauh dan
berdiam). kendaraan juga tidak ada apalagi kalau
tengah malam seperti itu).
Pernyataan diam di atas sebagai reaksi dari “Kalau boleh aktifkan telepon supaya bisa
respon yang dirasakan ketika menghadapi bicara panggil dorang (petugas kesehatan) dan
kenyataan bahwa anggota keluarga mengalami oto itu mungkin lebih bagus” (P3).
henti jantung saat itu yang akhirnya meninggal (Kalau boleh aktifkan telepon supaya
bisa bicara panggil petugas dan mobil itu

Copyright © 2017, Jurnal LINK, ISSN 1829-5754


Jurnal LINK, 13 (1), 2017, 68 - 71

(ambulans) mungkin lebih bagus). kesehatan sebagai pengaruh dalam


“Kalau boleh tu ada orang atau petugas pembentukan persepsi yang sebenarnya.
yang mengerti dan tindakan segera, kalau boleh Respon perasaan secara spontan akan
itu” (P2). ditunjukan pada saat-saat keluarga menemukan
(Kalau boleh itu ada orang atau petugas anggota keluarga yang mengalami henti jantung.
yang mengerti dan tindakan segera, kalau Pada situasi ini digambarkan sebagai situasi
boleh itu). yang berbahaya sehingga memicu respon
perasaan. Respon perasaan yang dapat
Pernyataan di atas dapat dimaknai sebagai ditunjukan berupa bingung, panik dan ketakutan
ungkapan harapan partisipan terhadap (Bremer, 2012). Pada sisi lain juga, respon
kebutuhan akan sarana transportasi khusus, emosional muncul karena dipengaruhi
hubungan komunikasi melalui telepon ke kedekatan hubungan emosional keluarga.
petugas kesehatan dan petugas kesehatan yang Anggota keluarga yang mengalami henti
dipersiapkan oleh pelayanan kesehatan dalam jantung seketika itu akan mempengaruhi sistem
menangani masalah henti jantung nantinya di peran dalam keluarga sehingga bisa
lingkungan keluarga. menyebabkan munculnya stress dan respon
perasaan yang ditunjukan (Marilyn, 2010).
Pembahasan Respon perasaan ini dapat membuat frustasi,
namun dapat juga menjadi modal dalam
Tanda dan gejalanya henti jantung dapat memotivasi untuk mencari jalan keluar dari
ditunjukan seperti kehilangan kesadaran, permasalahan yang dihadapinya (Rahmat, 2010).
menderita sesak napas hingga henti napas secara Modal dalam respon emosional yang menjadi
cepat, pusing dan pingsan, rasa sakit di daerah motivasi ditunjukan oleh partisipan sebagai
perut dan dada sering dikeluhkan terutama pada usaha segera untuk meminta pertolongan atau
penderita dengan infark miokard. Kondisi mencari bantuan.
selanjutnya dapat dengan tiba-tiba terjatuh karena Temuan dari respon meminta pertolongan
kehilangan kesadaran (AHA, 2010). Penilaian oleh partisipan dalam penelitian ini sebagai
keluarga terhadap tanda dan gejala dimulai saat respon sikap atas upaya dalam mengatasi
melihat suatu episode dari serangan. Petunjuk masalah yang dialami anggota keluarganya.
American Hearth Association (AHA, 2010) Temuan ini didukung oleh penelitian Weslien
menekankan bahwa identifikasi awal merupakan (2006) yang menemukan bahwa anggota
bagian yang sangat penting dan berpengaruh keluarga juga memerlukan bantuan dengan
terhadap penanganan selanjutnya. Untuk itu, memanggil orang lain ketika menafsirkan tanda-
keluarga dalam menghadapi anggota keluarganya tanda yang serius yang dianggapnya sebagai
yang mengalami kejadian henti jantung perlu masalah berbahaya.
mengenal dengan pasti apa saja tanda dan gejala Saat mengetahui tanda dan gejala dalam
henti jantung. sebuah permasalahan yang dianggap serius dialami
Persepsi meliputi bagian dari keseluruhan anggota keluarganya, ada kemungkinan untuk
proses yang menghasilkan tanggapan setelah memikirkan menangani permasalahan itu sebagai
rangsangan diterapkan kepada seseorang suatu keputusan dan konteks tema yang muncul
(Carlson, 2010). Tanggapan keluarga setelah adalah dengan mencari penanganan. Jika keluarga
mengetahui tanda dan gejala sebagai keadaan menginterpretasikan peristiwa sebagai suatu
yang serius memungkinkan munculnya persepsi keadaan yang berbahaya (emergency) sehingga
bahwa keadaan yang dialami anggota meskipun hanya memiliki pemahaman yang
keluarganya saat itu adalah berbahaya dan sedikit, tetapi dengan melihat situasi yang
mengancam jiwanya. Pengalaman seseorang berbahaya tersebut, akan mempengaruhi
juga bisa mempengaruhi suatu persepsi, pengambilan keputusannya untuk segera mencari
persepsi yang pernah dirasakan tepat di masa bantuan (Pattenden J, 2002).
lampau terhadap suatu permasalahan yang Keadaan lainnya tentang pengambilan
sama dan muncul kemudian akan menjadikan keputusan sebagai gagasan tanggung jawab
acuan dasar dalam persepsi yang sama. dalam penanganan masalah telah mendapat
Persepsi yang ditunjukan oleh keluarga bukti empiris dalam penelitian ini. Semua
masih berdasarkan atas apa yang terjadi yang partisipan adalah keluarga yang terkait dengan
dilihatnya. Untuk itu perlunya hubungan kedekatan emosional keluarga dan
mempertimbangkan pemberian pendidikan tuntutan fungsi keluarga dalam mengatasi

Copyright © 2017, Jurnal LINK, ISSN 1829-5754


Jurnal LINK, 13 (1), 2017, 69 - 71

masalah yang terjadi. Semua keputusan yang sakit parah, keluarga mengharapkan dan
dilakukan oleh partisipan lebih kearah mencari bergantung kepada professional kesehatan
pelayanan kesehatan dengan membawa anggota dalam mengatasi penyakit. Selama tahap respon
keluarga yang mengalami henti jantung ke akut, keluarga harus menyesuaikan diri dengan
rumah sakit. penyakit, diagnosa, pengobatan atau bahkan
Seseorang yang berperan dan tanggung keadaan kritis anggota keluarganya yang sakit.
jawab dalam keluarga pada keadaan itu akan Penyakit yang serius atau mengancam jiwa dapat
memberikan keputusannya dalam mengatasi mengakibatkan krisis keluarga. Krisis keluarga
permasalahan. Keadaan di atas ditegaskan oleh yang terjadi karena mengalami masa
Paivi (2004), yang mengatakan bahwa keputusan ketidakteraturan sebagai respon terhadap
dipengaruhi oleh kekuatan fungsi keluarga, stressor kesehatan yang dialami keluarganya.
dukungan fungsi akan berpengaruh pada Stress yang dialami oleh keluarga akan sama
perhatian terhadap gejala penyakit yang terjadi atau bahkan lebih besar dirasakan dibanding
dalam kehidupan sehari-hari. oleh anggota keluarganya yang menderita
Menurut Anderson dalam Smith, (2003), penyakit akut itu (Murray, 2000).
menjelaskan bahwa terdapat tiga faktor yang Respon keluarga secara spontan akan
sangat mempengaruhi seseorang dalam memilih ditunjukan ketika mengetahui keadaan anggota
pemanfaatan pelayanan kesehatan sebagai suatu keluarga mengalami masalah yang berbahaya.
keputusan yang dapat mengatasi masalah Kejadian henti jantung yang berlangsung cepat
kesehatannya yaitu faktor predisposisi juga akan mempengaruhi respon emosional dan
(predisposing factor), faktor pemungkin (enabling sikap yang ditunjukan dalam menerima
faktor) dan suatu kebutuhan (need). Melihat kenyataan yang sedang terjadi (Azwar, 2012).
keadaan permasalahan kesehatan anggota Kebutuhan keluarga akan penanganan
keluarga yang serius dan membahayakan terkait dengan upaya menangani masalah henti
jiwanya, maka partisipan yang saat itu sebagai jantung yang terjadi di lingkungan keluarga,
keluarga yang memiliki peran menghadapinya disampaikan dan dirasakan oleh partisipan
akan menganggap perlu untuk segera sangat perlu dan diharapkan. Kebutuhan ini
membutuhkan pelayanan kesehatan. disampaikan ketika telah menilai semua aspek
Tindakan keluarga dalam menolong anggota yang menjadi kekurangan saat menghadapi
keluarga yang mengalami henti jantung yang anggota keluarganya yang mengalami kejadian
diketahui dari partisipan penelitian ini seperti henti jantung. Kebutuhan yang diharapkan oleh
menggosok dengan minyak gosok, memberikan partisipan seperti memperoleh pengetahuan
posisi yang nyaman dan melonggarkan pakaian. serta ketersediaan sarana untuk menangani
Tindakan ini merupakan upaya keluarga dalam kejadian henti jantung di lingkungan keluarga.
menolong anggota keluarga yang mengalami Hasil riset yang dilakukan oleh Fujie (2013),
kejadian henti jantung. Tindakan ini dilakukan oleh mengungkapkan bahwa pengetahuan tentang
partisipan secara spontan sesuai dengan apa yang penanganan awal dan resusitasi oleh keluarga
diketahuinya dan dengan melihat posisi maupun masih dirasakan kurang dan keadaan ini
keadaan anggota keluarga yang mengalami henti kemudian akan mempengaruhi kelangsungan
jantung. hidup pada kejadian henti jantung di lingkungan
Notoatmojo (2012) menjelaskan bahwa keluarga akan lebih kecil. Upaya untuk
ketika muncul suatu permasalahan kesehatan meningkatkan kelangsungan hidup dari kejadian
yang terjadi dalam lingkungan keluarga, seperti henti jantung di lingkungan keluarga harus
biasanya keluarga akan memberikan mencakup peningkatan pengetahuan dan
pertolongan awal sesuai dengan pengalaman kemampuan melakukan bantuan hidup oleh
dan yang diketahuinya saat itu. Namun setelah keluarga (Goh, 2013). Kebutuhan akan
penanganan yang diberikan kemudian tidak ketersediaan sarana untuk menangani kejadian
dapat memperbaiki kondisi kesehatan penderita henti jantung di lingkungan keluarga
kearah pemulihan atau bahkan lebih menjadi diungkapkan oleh partisipan dalam penelitian
keadaan yang lebih serius, maka barulah ini antara lain kendaraan dan sarana komunikasi
memikirkan segera untuk mencari penanganan (telepon).
lain. Berbagai hambatan terkait dengan
Ketika keluarga telah memutuskan untuk kebutuhan sarana dapat mempengaruhinya
menerima penanganan pelayanan kesehatan seperti lamanya dibawa ke rumah sakit, lama
kepada anggota keluarganya yang menderita waktu kejadian, fasilitas sarana dan lamanya

Copyright © 2017, Jurnal LINK, ISSN 1829-5754


Jurnal LINK, 13 (1), 2017, 70 - 71

dalam mencari bantuan. Untuk itu kebutuhan ketika menghadapi suatu keadaan yang
akan kendaraan khusus (ambulans) kemudian dianggap berbahaya. Perlunya pemahaman
menjadi kebutuhan yang di anggap penting tentang arti pentingnya membantu anggota
dalam upaya menangani kejadian henti jantung keluarga yang mengalami henti jantung saat itu
dirumah. sehingga keluarga dalam menghadapinya
Riset oleh Lerner (2008) mengatakan bahwa dengan keadaan tenang dan dapat menangani
untuk dapat meningkatkan penanganan segera dengan cepat dan tepat.
melalui hubungan cepat dengan orang yang Keputusan keluarga untuk penanganan
menemukan kejadian henti jantung di lapangan, dengan memilih untuk mencari pelayanan
untuk itu membutuhkan sarana komunikasi dan kesehatan dan alternatif lain, menunjukkan
transportasi yang baik. Hal lain yang dikatakan bahwa keluarga masih berpikir bahwa masalah
oleh Akahane (2012) tentang perlunya kesiapan ini harus secepatnya dibawa ke rumah sakit.
petugas dilapangan. Orang yang menemukan Tindakan keluarga dalam memberikan
kejadian henti jantung dirumah bisa saja tidak pertolongan dilakukan masih sesuai dengan
mampu melakukan bantuan hidup dasar karena pemahaman dan kebiasaannya. Tindakan ini
faktor usia, pemahaman maupun masih belum sesuai dalam memberikan
kekhawatirannya, dengan demikian kebutuhan penanganan kepada permasalahan henti jantung.
akan kesiapan petugas juga merupakan hal yang Respon perasaan ketika mengetahui informasi
sangat penting. dari petugas kesehatan yang menangani
Kurangnya tindakan keluarga yang diberikan digambarkan dengan perasaan kaget karena
kepada anggota keluarga yang mengalami henti merasa kejadian itu terasa cepat.
jantung sejak awal menemukan kejadian dan sesuai Kebutuhan yang di rasakan perlu dari
dengan prosedur penanganan bagi masyarakat keluarga dalam menghadapi kejadian henti
awam, hal ini jelas menunjukkan bahwa perlunya jantung yang merupakan suatu harapan.
pemantapan lebih lanjut oleh instansi Keluarga menilai kejadian yang terjadi akan
penyelenggara kesehatan terkait tingkat daerah dapat ditangani apabila ditunjang oleh
khususnya guna memberikan pelatihan yang tepat. kebutuhan yang dirasakan perlu.
Penekanan dalam pelatihan lebih pada Masukan kepada Instansi pelayanan
kemampuan keluarga dalam mendeteksi awal kesehatan terkait khususnya Dinas Kesehatan
kejadian dan bantuan hidup dasar (Early detection Daerah Kota Ternate adalah dengan peningkatan
and Basic life support) yang lebih intensif. Banyak kualitas dan kuantitas pendidikan kesehatan
bukti riset menunjukkan bahwa dalam penanganan kepada masyarakat terutama kepada keluarga
awal penderita yang mengalami henti jantung di yang beresiko, Aktifkan Sistem Pelayanan Gawat
luar rumah sakit dengan baik telah meningkatkan Darurat pada pusat pelayanan Rumah Sakit.
kondisi penderita untuk dapat bertahan hidup.
5. Daftar Pustaka

4. Simpulan dan Saran American Heart Association. 2010. American


Heart Association Guidelines for
Berdasarkan hasil penelitian dan Cardiopulmonary Resuscitation and
pembahasan maka peneliti memberikan Emergency Cardiovascular Care Science
kesimpulan dalam penelitian ini adalah, tanda Journal American Heart Association
dan gejalanya henti jantung dapat ditemukan Volume 122 n Number 18 n Supplement 3
oleh keluarga dalam menghadapi kejadian henti November 2, 2010.
jantung. Meskipun demikian, pengenalan ini American Heart Association. 2012. Heart Disease
masih sebatas mengetahui kejadiannya saja dan and Stroke Statistic Update 2012. Diakses
belum sampai memahami apa tanda dan gejala ahajournals.org/content/125/1/e2.full.
yang sebenarnya pada keadaan henti jantung. Akahane M. 2009. Elderly out-of-hospital cardiac
Persepsi yang ditunjukan oleh keluarga masih arrest has worse outcomes with a family
berdasarkan atas apa yang dilihatnya sebagai bystander than a non-family bystander.
suatu keadaan berbahaya dan penyakit lain. Int J Emerg Med. 2012 Nov 9;5(1):41.
Untuk itu perlunya mempertimbangkan Ann-Britt T. 2009. Spouses' experiences of a
pemberian pendidikan kesehatan sehingga dapat cardiac arrest at home: an interview study.
mempengaruhi persepsi yang sebenarnya. Eur J Cardiovasc Nurs. 2010 Sep;9(3):161-
Respon yang ditunjukan keluarga saat itu 7. doi: 10.1016/ j.ejcnurse.
berupa respon spontan yang dapat muncul

Copyright © 2017, Jurnal LINK, ISSN 1829-5754


Jurnal LINK, 13 (1), 2017, 71 - 71

2009. 12.005. Medical Record RSUD Dr. Chasan Boesoirie


Dimyati M. 2000. Penelitian Kualitatif: Ternate. 2012. Data Laporan Tahunan
Paradigma, epistemiologi, Pendekatan, Ruangan IGD 2011.
Metode dan Terapan, Program Pasca Marilyn E, Parker, Marlain C Smith. 2010.
Sarjana Universitas Negeri Malang. Nursing Theories & Nursing Practice.
Fatchan. 2013. Pendekatan Konstruksi dan Third Edition. F.A Davis Company.
fenomenologi. Metode Penelitian Philadelphia. p. 7, 167-180.
Kualitatif. Penerbit UM Press. Marilyn M.F, Vicky R.B, Elaine GJ. 2010. Family
Fuji K. 2014. Do Dispatcher Instructions Facilitate Nursing: Research, Theory and Practice,
Bystander- Initiated Cardiopulmonary 5th Edition, EGC Medical Publisher. p.4-
Resuscitation and Improve Outcomes in 24, 298-299.
Patients with Out of Hospital Cardiac Miles B Matthew, A. Michael Huberman. 2009.
Arrest? A Comparison of Family and Analisis Data Kualitatif. Penerbit
Non-Family Bystander. Resuscitation Universitas Indonesia Press
Public Medic 2014. Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. 2012.
Hollenberg J, Svensson L, Rosengvist M. 2013. Gambaran Penyakit Tidak Menular di
Out of Hospital Cardiac Arrest: 10 Years Rumah Sakit di Indonesia Tahun 2010.
of Progress in research and treatment. Buletin Jendela Data dan Informasi
Journal International Med 2013; 273 Kesehatan. p.12.
(6):572-83. doi: 10.1111/joim.12064. Mandal, Sudarma M. 2012. Sosiologi untuk Kesehatan.
MD. 2014. What is Cardiac Arrest?. New Penerbit Salemba Medika Jakarta. p.60-61.
medical net. 2014. Diakses World Heart Organization. 2011. Cardiovaskular
http://www.news-medical.net/health/ disease risk factors. World Hearth
What-is-Cardiac-Arrest.aspx. tanggal Federation.
online 02 Maret 2014

Copyright © 2017, Jurnal LINK, ISSN 1829-5754

Anda mungkin juga menyukai