Anda di halaman 1dari 2

Muhammad Khudhari

201010503371

Sebagaimana dalam UU nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM,


Komnas HAM merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang melakukan
penyelidikan terhadap pelanggaran HAM.

Sementara itu, Jaksa Agung menjadi satu-satunya penyidik dan penuntut umum
(dominus litis) yang berwenang menangani perkara HAM yang berat. Meskipun dalam
pelaksanaannya, Jaksa Agung dapat memberikan mandat kepada para Jaksa dengan
mengangkat penyidik maupun penuntut umum ad hoc, untuk melaksanakan tugas
penyidikan dan penuntutan pelanggaran HAM yang berat, mengingat Jaksa adalah satu
dan tak terpisahkan.
Kemudian, perlu adanya penguatan terhadap kelembagaan Komnas HAM dan
Kejaksaan untuk bisa independen melaksanakan tupoksinya dalam penanganan perkara
HAM yang berat. Sehingga tidak terjadi intervensi dalam proses penyelidikan maupun
penyidikan, yang dapat mencederai keadilan di masyarakat, mengingat perkara HAM
yang berat, mayoritas pelakunya merupakan oknum pemerintah.
Pengembangan budaya hukum dalam kehidupan kita berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat sekarang , rasanya tidak akan banyak manfaat yang dihasilkan oleh reformasi
termasuk reformasi hukum. Bila kita tidak mereformasi tingkah laku melalui peningkatan
budaya hukum yang dapat menjamin dilaksanakan hasil-hasil reformasi menjadi kenyataan,
tampaknya akan sia-sia pengorbanan yang telah dilakukan pada masa orde baru, di mana
yang kuat leluasa melakukan pelanggaran HAM sehingga rakyat kecil banyak yang jadi
korban.
Pada tatanan operasional dibuat Komisi Nasional HAM berdasarkan Keppres No. 50
Tahun 1993, namun demikian pelaksanaan HAM di Indonesia masih memerlukan perbaikan
karena masih sering terjadi pelanggaran HAM yang tidak diselesaikan secara hukum.
Pemerintah berupaya lebih meningkatkan penghormatan terhadap HAM. Salah satu upaya
yang harus ditempuh adalah penegakan hukum secara konsisten dan tidak pandang bulu.
Dengan demikian, supremasi hukum harus sungguh-sungguh diwujudkan demi perlindungan
dan jaminan terhadap HAM.
Yang bertanggung jawab dalam penegakan, pemajuan, perlindungan dan pemenuhan
HAM yang pertama adalah negara karena negara dibentuk sebagai wadah untuk kepentingan
kesejahteraan rakyatnya. Yang kedua adalah individu warga negara, artinya negara dan
individu sama-sama memiliki tanggung jawab terhadap pemajuan, penghormatan dan
perlindungan HAM. Karena itu pelanggaran HAM sebenarnya tidak saja dilakukan oleh
negara kepada rakyatnya melainkan juga oleh rakyat kepada rakyat yang disebut dengan
pelanggaran HAM secara horizontal.
Pelaksanaan HAM seperti halnya pelaksanaan demokrasi, dibedakan antara pelaksanaan
demokrasi (HAM dalam arti ideal dan pragmatis). Pelaksanaan demokrasi/HAM, dalam
pengertian pragmatis senantiasa banyak dipengaruhi oleh muatan lokal atau kepentingan
demi pembangunan penguasa dengan begitu mudahnya mengabaikan prinsip-prinsip HAM.
Secara ideal, negara tidak dibenarkan mencampuri HAM setiap warga negara, apalagi
menindasnya atau menghilangkannya.
Semoga ini menjadi perhatian pemerintah, khususnya DPR selaku pembuat regulasi,
Komnas HAM maupun Kejaksaan. Karena upaya penegakan pelanggaran HAM yang
berat merupakan salah satu indikator terlaksananya pemerintahan yang baik dan
meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dalam menjunjung tinggi
HAM setiap masyarakatnya.

Anda mungkin juga menyukai