Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 2, Agustus 2016 Hlm.

160-172

PENGGUNAAN TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK


MENINGKATKAN KONSEP DIRI SISWA
Nurfaizal
Bimbingan dan Konseling, STKIP Muhammadiyah Pringsewu
Email: faisal@stkipmpringsewu-lpg.ac.id

Abstract

This study based on the problem experienced by 20 students of Senior High School PGRI
Pagelaran who have negative self concept. In order to enhace students’ self concept, the
researcher tries to use pychodrama technique for investigating group guidance service. It
is a solution to improve students’ self concept. This study employs pre-experimental Pre-
test post-test One Group Design. This study was conducted at the X class of Senior High
School PGRI Pagelaran in accademic year 2013/2014. The research subject are 20
students. Hypothesis testing was applied by comparing the average score of pre-test and
post-test, and the T test was consulted with value of T Table at significant level 1% and
d.b.= N-1=20-1=19. The result shows that the use of psychodrama technique can
improve self concept. The result was proven by significant change of average score pre-
test and post test which treated psychodrama technique is 67.5 change into 89.85 or t (o)
= 8,196 > t (t) = 2,861, therefore Ho rejected and Ha accepted.

Keywords: psychodrama, self concept.

1. PENDAHULUAN kemampuan dirinya sendiri dalam


Pada umumnya setiap siswa ingin mengatasi masalah, merasa sejajar dengan
meraih keberhasilan dan kesuksesan oranglain, menerima pujian tanpa rasa
dimasa yang akan datang setelah mereka malu, sadar bahwa tiap orang mempunyai
tamat dari SMA. Untuk meraih keragaman perasaan, hasrat, dan perilaku
keberhasilan itu maka dibutuhkan konsep yang tidak disetujui oleh masyarakat serta
diri yang baik, sebab tanpa adanya tujuan mampu mengembangkan diri karena
dan pembentukan konsep diri yang tepat mampu mengungkap aspek-aspek
maka siswa akan mengalami kesulitan kepribadian yang buruk dan berupaya
dalam memilih bakat dan minat sesuai untuk mengubahnya. Sementara itu, ciri
dengan kemampuannya. konsep diri yang negatif adalah peka
Calhoun dan Acocella (dalam terhadap kritik, responsif terhadap pujian,
Gufron dan Risnawita :2010), membagi punya sikap hiperkritis, cenderung merasa
konsep diri menjadi dua, yaitu konsep diri tidak disukai orang lain, dan pesimistis
yang positif dan negatif. Ciri konsep diri terhadap kompetisi.
yang positif adalah yakin terhadap

160
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 2, Agustus 2016 Hlm. 160-172

Menurut Burns (Ghufron & Rini dirinya termasuk orang yang


Risnawita, 2010: 13): Mendefinisikan berpenampilan menarik, cantik atau tidak.
konsep diri sebagai kesan terhadap diri Konsep diri terbentuk sesuai dengan
sendiri secara keseluruhan yang apa yang individu pikirkan tentang
mencakup pendapatnya terhadap diri dirinya dan apa yang inginkan untuk
sendiri, pendapat tentang gambaran diri dirinya serta bagaimana individu menilai
dimata orang lain, dan pendapatnya dirinya. Seperti yang diungkapkan oleh
tentang hal-hal yang dicapai. Caulhoun (dalam Nur Ghufro & Rini
Definisi lain dikemukakan oleh Risnawita, 2010: 17-18) bahwa: “konsep
rahmat (Ghufron & Rini Risnawita, 2010: diri memiliki tiga dimensi yaitu,
14): konsep diri bukan hanya gambaran pengetahuan tentang diri sendiri, harapan
deskriptif, melainkan juga penilaian terhadap diri sendiri dan evaluasi diri”.
individu mengenai dirinya sendiri. 1) Pengetahuan tentang diri sendiri
Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa Dimensi pertama dari konsep diri
konsep diri yang dimiliki individu adalah apa yang kita ketahui tentang
merupakan kombinasi tentang apa yang diri kita. Biasanya ini menyangkut
dipikirkan individu tentang dirinya dan hal-hal yang bersifat dasar seperti,
apa yang dipikirkan orang lain yang dapat usia, jenis kelamin, kebangsaan, latar
diketahui lewat informasi, pendapat, belakang etnis, profesi dan
penilaian atau evaluasi dari orang lain sebagainya. Jadi konsep diri
mengenai dirinya. Individu akan seseorang dapat didasarkan pada
mengetahui dirinya cantik, pandai, atau faktor dasar, misalnya sebagai
ramah jika ada informasi dari orang lain berikut, usia 17 tahun, wanita, warga
mengenai dirinya. Sebaliknya individu negara Indonesia, suku Jawa, siswa.
tidak tahu bagaimana ia dihadapan orang Faktor dasar ini menentukan
lain tanpa ada informasi atau masukan seseorang dalam kelompok sosial
dari lingkungan maupun orang lain. tertentu. Selain itu setiap orang juga
Dalam kehidupan sehari-hari secara akan mengidentifikasikan dengan
tidak langsung individu telah menilai kelompok sosial lain yang dapat
dirinya sendiri. Penilaian terhadap diri menambah julukan dirinya dan
sendiri itu meliputi watak dirinya, orang memberikan sejumlah informasi lain
lain dapat menghargai dirinya atau tidak, yang akan masuk dalam potret mental
161
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 2, Agustus 2016 Hlm. 160-172

orang tersebut, sebagai contoh, 3) Evaluasi diri sendiri (penilaian diri)


tentang agama, kelompok menengah Setiap hari seseorang berkedudukan
ke atas, anggota cendikiawan dan sebagai penilai dirinya sendiri,
sebagainya. Melalui perbandingan mengukur apakah ia bertentangan
dengan orang lain ini, seseorang dengan “saya dapat menjadi apa”
memberikan penilaian kualitas yaitu pengharapan seseorang terhadap
dirinya. Kualitas diri ini tidak dirinya dan “saya seharusnya menjadi
permanen tetapi bisa diubah, bila apa” tentang siapakah dirinya, yaitu
seseorang mengubah tingkah lakunya standar seseorang bagi dirinya sendiri.
atau dapat mengubah kelompok Evaluasi terhadap diri sendiri ini
pembandingnya. disebut harga diri (selfesteem) yang
2) Harapan terhadap diri sendiri mana akan menentukan seberapa jauh
Ketika seseorang berpikir tentang seseorang akan menyukai dirinya.
siapakah dirinya, pada saat yang Hurlock (Semiun : 2010)
sama ia akan berpikir akan menjadi mengemukakan: “konsep diri merupakan
apa dirinya di masa yang akan inti dari pola perkembangan kepribadian
datang. Prinsipnya setiap orang seseorang yang akan mempengaruhi
memiliki harapan terhadap dirinya berbagai bentuk sifat”. Konsep diri juga
sendiri. Harapan akan diri sendiri ini dikatakan berperan dalam perilaku
merupakan diri ideal. Diri ideal individu karena seluruh sikap dan
sangat berbeda untuk setiap individu. pandangan individu terhadap dirinya akan
Seseorang mungkin melihat masa mempengaruhi individu tersebut dalam
depan dirinya akan sangat bagus menafsirkan setiap aspek pengalaman-
apabila ia menjadi seorang dokter, pengalamannya.
sedangkan orang lain merasa masa Dalam rangka mengembangkan
depan mereka bagus apabila ia konsep diri siswa, banyak hal yang bisa
menjadi peneliti. Apapun harapan dilakukan oleh guru BK, salah satunya
dan tujuan seseorang akan dengan melakukan bimbingan kelompok
membangkitkan kekuatan yang dengan teknik psikodrama. Psikodrama
mendorongnya menuju masa depan adalah salah satu teknik dari teknik role
dan memandu kegiatannya dalam playing dalam bimbingan kelompok.
seumur hidupnya. Psikodrama merupakan suatu bentuk
162
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 2, Agustus 2016 Hlm. 160-172

permainan peranan untuk menemukan psikodrama memberikan kesempatan


konsep diri dan dapat digunakan oleh pada anggota kelompok untuk menguji
konselor untuk membimbing konseli agar kenyataan, karena kelompok terdiri dari
dapat menemukan konsep dirinya. individu-individu dan situasi-situasi
Tatiek Romlah (2006:107) kehidupan yang nyata.
mengemukakan bahwa : psikodrama Asumsi-asumsi dan fantasi individu
merupakan permainan peranan yang dapat dicek kebenarannya melalui
dimaksudkan agar individu yang anggota kelompok yang lain, anggota
bersangkutan dapat memperoleh kelompok yang lain juga dapat
pengertian yang lebih baik tentang memberikan saran-saran pemecahan
dirinya, dapat menemukan konsep masalah yang dihadapi yang mungkin
dirinya, menyatakan kebutuhan- belum terpikirkan oleh individu yang
kebutuhannya, dan menyatakan reaksinya bermasalah. Meskipun psikodrama
terhadap tekanan-tekanan terhadap memiliki tujuan terapi, psikodrama pun
dirinya Dalam psikodrama individu yang dapat digunakan dalam ranah bimbingan
mempunyai masalah memerankan dirinya dan konseling.
sendiri. psikodrama dilaksanakan untuk Bimbingan dan Konseling dengan
tujuan terapi atau penyembuhan. psikoterapi memiliki beberapa perbedaan
Didalam psikodrama konseli yang membedakan keduanya. Gerald
memerankan situasi-situasi dramatis yang Corey (2010) mengemukakan perbedaan
dialaminya pada waktu itu, sekarang, dan konseling dengan psikoterapi sebagai
yang diantisipasikan akan dialami pada berikut: konseling yaitu peningkatan
waktu yang akan datang, dengan tujuan kesadaran dan kemungkinan memilih,
untuk memperoleh pengertian yang lebih berjangka pendek, difokuskan pada
mendalam mengenai diriya dan masalah, membantu individu untuk
melepaskan tekanan-tekanan yang dialami menyingkirkan hal-hal yang menghambat
atau katarsis. Kejadian-kejadian yang pertumbuhannya, dan individu dibantu
penting dimainkan kembali agar konseli untuk menemukan sumber-sumber pribadi
dapat mengenali perasaan-perasaannya agar bisa hidup lebih efektif. Sedangkan
dan dapat mengungkap perasaannya psikoterapi difokuskan pada proses-proses
sepenuhnya sehingga terbuka jalan untuk tidak sadar, berurusan dengan
terbentuknya perilaku baru. Kelompok pengubahan struktur kepribadian,
163
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 2, Agustus 2016 Hlm. 160-172

mengarah pada pemahaman diri yang permainan, dan menciptakan perasaan


intensif tentang dinamika-dinamika yang aman dan saling percaya dalam
bertanggung jawab atas yang terjadi atas kelompok. Tatik Romlah (2006:111)
krisis-krisis kehidupan ketimbang hanya mengemukakan beberapa cara yang
berurusan dengan usaha mengatasi krisis dapat dipakai untuk menyiapkan
kehidupan tertentu. kelompok sebagai berikut:
Misalnya, dari pada berdiskusi a) Pemimpin kelompok memberikan
mengenai “konseli-konseli yang sulit”, uraian singkat mengenai hakikat
mahasiswa atau konselor dapat dan tujuan psikodrama, dan
memerankan peranan-peranan yang anggota kelompok diminta untuk
dilakukan oleh konseli-konseli itu. mengajukan pertanyaan bila ada
Dengan memerankan peranan konseli hal-hal yang belum jelas.
tersebut mereka akan dapat lebih b) Pemimpin kelompok
menghayati perasaan-perasaan mewawancarai tiga anggota
konselinya. Anggota-anggot kelompok kelompok secara singkat dalam
lain dapat memberikan alternatif-alternatif situasi kelompok, misalnya
sebagaimana menghadapi konseli-konseli mengajukan pertanyaan “apakah
yang sulit, dan memberikan balikan yang ada kejadian-kejadian pada saat
membantu memisahkan masalah konseli ini atau pada waktu lampau yang
dengan proyeksi-proyeksi konseling. ingin anda ketahui lebih lanjut?
Pelaksanaan psikodrama memiliki Apabila kelompok merespon
beberapa tahapan dalam pelaksanaannya. pertanyaan itu, pembicaraan
Didalam buku Tatiek Romlah (2006:111) selanjutnya dapat diteruskan
termaktub bahwa psikodrama terdiri dari untuk membicarakan keakraban
tiga tahap, yaitu : (1). persiapan, (2). kelompok.
pelaksaan, dan (3). diskusi atau tahap c) Anggota kelompok membentuk
berbagi pendapat dan perasaan. kelompok-kelompok kecil dan
1) Tahap persiapan. Tahap persiapan diberi waktu beberapa menit
dilakukan untuk memotivasi anggota untuk membicarakan konflik-
kelompok agar mereka siap konflik yang pernah mereka
berpartisipasi secara aktif dalam alami yang ingin mereka
permainan, menentukan tujuan
164
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 2, Agustus 2016 Hlm. 160-172

kemukakan dalam permainan konseli. Lama pelaksaan psikodrama


psikodrama. berbeda-beda bergantung pada
Selanjutnya cara-cara yang penilaian pemimpin kelompok
berstruktur, tahap persiapan dapat terhadap keterlibatan emosional
dilakukan dengan menanyakan pada pemain utama dan anggota-anggota
kelompok siapa yang dengan sukarela kelompok yang lain.
ingin mengungkapkan masalahnya 3) Tahap diskusi. Dalam tahap diskusi
untuk di psikodramakan. Teknik atau tahap bertukar pendapat dan
apapun yang dipakai, yang penting kesan, para anggota kelompok
adalah bahwa anggota kelompok diminta untuk memberikan tanggapan
mengetahui bahwa mereka aman dan dan sumbangan pikiran terhadap
tidak akan dipaksa untuk memainkan permainan yang dilakukan oleh
masalahnya. Yang terpenting dalam pemeran utama. Peranan pemimpin
tahap ini pemimpin kelompok dapat kelompok dalam tahap ini adalah
menciptakan suasana yang memimpin diskusi dan mendorong
mendorong spontanitas. agar sebanyak mungkin anggota
2) Tahap pelaksanaan. Tahap kelompok memberikan balikannya.
pelaksanaan terdiri dari kegiatan Dalam memberikan balikan supaya
dimana pemain utama dan pemain ditekankan pada saling berbagi
pembantu memperagakan perasaan dan memberikan dukungan.
permainannya. Dengan bantuan Apabila anggota kelompok berusaha
pemimpin kelompok dan anggota untuk menganalisis dan memberikan
kelompok lainnya pemeran utama pemecahan masalah, pemimpin
memperagakan masalahnya. Suatu kelompok hendaknya menegur,
kejadian dapat diragakan dalam misalnya dengan mengajukan
beberapa adegan. Adegan-adegan pertanyaan-pertanyaan seperti:
dibuat berdasarkan masalah-masalah “bagaimana perasaan anda setelah
yang diungkapkan pemeran utama. melihat psikodrama tadi? Situasi apa
Psikodrama biasanya berkembang dalam kehidupan anda yang berkaitan
dari hal-hal yang bersifat permukaan dengan masalah yang didramakan
kearah hal-hal yang lebih mendalam tadi? Apakah ada perasaan-perasaan
dan merupakan sumber masalah
165
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 2, Agustus 2016 Hlm. 160-172

tertentu yang ingin anda ungkapkan Selain itu dalam kegiatan sehari-
dan bagi dengan pemeran utama? hari siswa terkadang secara tiba-tiba
SMA PGRI I Pagelaran, Bimbingan merasa tidak yakin atau sering disebut
dan Konseling telah memiliki, struktur tidak percaya diri. Misalnya kemampuan
kegiatan serta layanan bimbingan dan dirinya yang mulai berkembang, akan
konseling sudah cukup baik, lingkungan luntur secara tiba-tiba, jika tahu bahwa
sekolah serta sarana dan prasarana juga banyak orang disekitarnya yang memiliki
mendukung, akan tetapi masih terdapat kekmpuan lebih dari dirinya. Dan bila
siswa yang terindikasi memiliki konsep siswa tidak memiliki konsep diri atau
diri negatif. Fenomena di SMA PGRI I suatu kepribadian maka siswa tersebut
Pagelaran menunjukan bahwa siswa yang tidak akan pernah menjadi dirinya sendiri
terindikasi memiliki konsep diri negatif, karena dia tidak mengenal benar siapa
terlihat pada sikap siswa baik didalam dirinya yang sesungguhnya. untuk itu
kelas maupun diluar kelas. meningkatkan konsep diri siswa disini
Berdasarkan hasil wawancara dimaksudkan agar siswa memiliki konsep
dengan Bp. Sarmanto, S.Pd. selaku diri yang positif. Sehingga siswa dapat
koordinator bimbingan dan konseling di mengenali siapa dirinya, kemampuan
SMA PGRI I Pagelaran, ditemukan siswa yang dimiliki dan memiliki pribadi yang
yang memiliki Konsep diri negatif, yaitu: selalu optimis serta siap berkompetisi.
a. Siswa yang marah ketika pendapatnya Hal ini menegaskan bahwa sangat
ditolak, ada 3 orang pentingnya mengenali diri sendiri atau
b. Siswa yang putus asa ketika gagal konsep diri yang membedakan antar
mendapatkan nilai yang tinggi, ada 3 individu yang satu dengan individu yang
orang lain.
c. Siswa yang tidak berani bicara Untuk meningkatkan konsep diri
dihadapan teman-teman sekelas, ada 3 siswa kearah konsep diri positif, peneliti
orang mencoba menggunakan teknik
d. Siswa yang tidak tahu cita-cita yang psikodrama dalam bimbingan kelompok
ingin dicapai dimasa yang akan datang, sebagai solusi untuk meningkatkan
ada 7 orang konsep diri tersebut.
e. Siswa yang suka mengkritik temannya
secara berlebihan, ada 4 orang
2. METODE PENELITIAN
166
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 2, Agustus 2016 Hlm. 160-172

Penelitian ini merupakan penelitian diperoleh berupa angka atau data


eksperimen dengan mengujicobakan kuantitatif. Sesuai dengan tujuan dan
pengaruh variabel bebas terhadap variabel hipotesis yang diajukan pada penelitian,
terikat. Sugiono (2011 : 107) maka data yang didapat akan dianalisis
mengungkapkan: “penelitian eksperimen dengan menggunakan teknik statistik
adalah penelitian yang dilaksanakan untuk menggunakan rumus t-test.
mengetahui pengaruh perlakuan tertentu
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
terhadap yang lain dalam kondisi yang
Hasil pengumpulan data dari 20 orang
dikendalikan”. Dalam penelitian desain
siswa SMA PGRI Pagelaran yang
yang digunakan adalah Pre-Experimental
terindikasi meliliki konsep diri yang
Design. Desain ini terdiri dari tiga macam
negatif, dapat terlihat melalui table 1:
yaitu one-shot case study, one-group
pretest-posttest design, dan static group Tabel 1
comparison. Untuk penelitian ini Distribusi frekuensi Konsep diri pada
pre-test dan post-test pada siswa kelas X
digunakan one-group pretest-posttest SMA PGRI I Pagelaran Tahun Ajaran
design yaitu dengan membandingkan 2013-2014
No Kategori Konsep Diri (X1) Konsep diri (X2)
hasil pretest sebelum diberi perlakuan Jumlah Persentase Jumlah Persentase

dengan hasil posttes setelah diberi 1 Sangat 0 0,00% 0 0,00%


negatif
perlakuan, pengaruh perlakuan adalah
2 Negatif 20 100% 0 0%
(0_2-0_1). Untuk mengukur konsep diri
3 Positif 0 0% 19 95%
siswa digunakan angket (daftar
pernyataan). Jumlah item 30 pernyataan 4 Sangat 0 0,00% 1 5%
positif
dengan empat alternatif jawaban dan Jumlah 20 100% 20 100%
Siswa Siswa
menggunakan item positif negetif.
Penelitian ini dilakukan di SMA PGRI Sumber : Analisis data penelitian

Pagelaran dengan Populasi siswa kelas X


Tahun Pelajaran 2013-2014, yang
terindikasi memiliki Konsep diri yang
negatif. Sampel dalam penelitian ini
berjumlah 20 siswa. Dalam proses
menganalisis data, peneliti menggunakan
metode statistik karena data yang
167
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 2, Agustus 2016 Hlm. 160-172

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi Tabel 2


Analisis Data Konsep Diri pada Siswa
konsep diri tersebut di atas, maka
Kelas X SMA PGRI Pagelaran
diperoleh data sebagai berikut : Tahun Ajaran 2013-2014
No Pre- Pos-tes d Xd (d - X2 d
a. Siswa yang sebelum diberikan test Md)
perlakuan layanan bimbingan
1 60 89 29 14,6 213,16
kelompok dengan teknik psikodrama
2 59 96 37 22,6 510,76
memiliki konsep diri berkategori 3 66 89 23 8,6 73,96
sangat negatif berjumlah 0 siswa 4 66 88 22 7,6 57,76
(0,00%), berkategori negatif 5 68 93 25 10,6 112,36
6 66 95 29 14,6 213,16
berjumlah 20 siswa (100%),
7 73 94 21 6,6 43,56
berkategori positif 0 siswa (0,00%), 8 69 95 26 11,6 134,56
dan berkategori sangat positif 9 67 95 28 13,6 184,96
10 70 96 26 11,6 134,56
berjumlah 0 siswa (0,00%).
11 73 93 20 5,6 31,36
b. Siswa yang sudah diberikan layanan 12 74 94 20 5,6 31,36
bimbingan kelompok dengan teknik 13 57 96 39 24,6 605,16
14 73 96 23 8,6 73,96
psikodrama memiliki konsep diri
15 67 95 28 13,6 184,96
berkategori sangat negatif berjumlah 16 74 97 23 8,6 73,96
0 siswa (0,00%), berkategori negatif 17 74 90 16 1,6 2,56
18 55 85 30 15,6 243,36
berjumlah 0 siswa (0,00%),
19 70 85 15 0,6 0,36
berkategori positif 19 siswa (95%), 20 69 96 27 12,6 158,76
dan berkategori sangat positif Jumlah 1350 1857 507 3084,6

berjumlah 1 siswa (5%). N = 20 X1 = X2 = ∑Md =


67,5 92,85 25,35
Setelah pelaksanaan pengumpulan data, Sumber : Data olahan
maka peneliti melaksanakan analisa data
dengan deskripsi data variabel table 2. Berdasarkan data tersebut di atas,
dapat diketahui bahwa t (o) = 8,196 yang
diperoleh lebih besar dari t (t) = 2,861
dengan taraf signifikan 1%. Dengan
demikian, penggunaan teknik psikodrama
dapat meningkatkan konsep diri pada
siswa SMA PGRI 1 Pagelaran Tahun
Pelajaran 2013-2014. Hal ini juga
168
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 2, Agustus 2016 Hlm. 160-172

ditunjukkan oleh siswa sesudah diberikan Perlakuan berupa layanan


layanan bimbingan kelompok dengan bimbingan kelompok dengan teknik
teknik psikodrama memperoleh skor rata- psikodrama yang memungkinkan anggota
rata 92,85 lebih tinggi jika dibandingkan kelompok memperoleh pemahaman
pada saat sebelum diberikan layanan tentang diri sendiri, penilaian tentang diri
bimbingan kelompok dengan teknik sendiri, dan harapan dimasa depan
psikodrama yaitu dengan skor rata-rata melalui peranan-peranan yang dimainkan
67,5. dan dilanjutkan dengan
Dari hasil pengamatan peneliti dan mendiskusikannya bersama anggota
guru BK setelah diberikan treatmen pada kelompok yang lain, dengan demikian
siswa yang bermasalah, ada perubahan anggota kelompok dapat berperan secara
yang terjadi secara kualitatif pada diri aktif dalam kegiatan kelompok.
siswa dengan ditunjukan melalui Perlakuan yang diberikan dilakukan
perilakunya sehari-hari di sekolah. Siswa dalam tiga tahap, sehingga siswa
yang sebelumnya marah ketika dimungkinkan memperoleh pengetahuan
pendapatnya ditolak oleh rekan-rekannya dan pemahaman yang lebih tentang
setelah diberikan perlakuan teknik konsep diri yang berdampak positif
psikodrama kini lebih bisa menerima dan terhadap kehidupanya sehari-hari. Pada
menghargai pendapat orang lain ketika setiap tahap, sebelum psikodrama
pendapatnya ditolak, siswa yang diperankan terlebih dahulu disampaikan
sebelumnya tidak berani berbicara pengantar tentang topik yang akan
dihadapan teman-teman sekelas, kini dibahas, sehingga merangsang siswa
sudah berani berbicara mengungkapkan untuk mengembangkan pengetahuan yang
pendapatnya ketika ditanya oleh seorang dimiliki. Dalam psikodrama terjadi proses
guru mengenai pelajaran, siswa yang pemeranan adegan-adegan yang diikuti
sebelumnya belum mempunyai cita-cita dengan diskusi tentang peran yang
kini sudah mempunyai cita-cita bahkan dimainkan, solusi yang ditawarkan dalam
sampai dituliskan disebuah buku catatan adegan dan kaitannya dengan kehidupan
apa-apa saja yang menjadi cita-citanya yang sebenarnya.
yang hendak dicapai. Dalam pelaksanaannya psikodrama
dilakukan tiga tahap berdasarkan dimensi
konsep diri:
169
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 2, Agustus 2016 Hlm. 160-172

a. Tahap pertama membahas tentang Kegiatan penilaian ini dibarengi


pemahaman diri dengan tema “siapa dengan masukan dan tanggapan dari
saya?” psikodrama diperankan oleh 3 anggota kelompok sehingga terjadi
orang, ketika pada suatu kelas di diskusi yang memungkinkan anggota
sekolah ada satu orang siswa yang kelompok berperan aktif untuk
kebingungan tentang kelebihan yang mengambil titik temu tentang
ia miliki. Siswa tersebut selalu pentignya pengetahuan diri sebagai
minder tidak percaya diri, ketika salah satu dimensi yang membentuk
teman-temannya mampu berbicara di konsep diri.
depan dia merasa tidak mampu. b. Tahap kedua membahas tentang
Akhirnya ia diberikan nasehat oleh penilaian diri dengan tema “ saya
teman-temannya agar memiliki percaya, saya sempurna”. Psikodrama
keberanian karna sebenarnya dirinya diperankan oleh 3 orang yang
memiliki potensi yang tidak dimiliki memerankan adegan tentang seorang
oleh orang lain. Anggota kelompok yang menilai dirinya tidak pantas
yang tidak berperan dalam adegan untuk bergaul dengan teman-teman
psikodrama dibagi menjadi 3 yang memiliki kelas sosial lebih
kelompok kecil yang terdiri dari 6 tinggi diatasnya serta memiliki wajah
orang dan 5 orang. Satu kelompok yang tampan dan cantik. sehingga
berperan sebagai observer utama dan ketika bergaul dengan mereka dirinya
2 kelompok yang lain berperan merasa tidak pantas. Namun, pada
sebagai observer pembantu. Tugas akhirnya dirinya menyadari kalau
observer adalah menilai tentang manusia adalah mahluk yang
pemeranannya, solusi yang diberikan sempurna dan dapat menilai kalau
dalam adegan psikodrama dan dirinya pantas bergaul dengan siapa
hubungannya dengan kehidupan yang pun. Proses yang dilakukan pada
sebenarnya. Setelah adegan tahap kedua ini sama dengan tahap
diperankan, observer utama yang kesatu, di dalamnya terjadi diskusi
terdiri dari 6 orang memberikan antar anggota kelompok yang
penilaian masing-masing kemudian berperan sebagai observer, baik
dilanjutkan dengan perwakilan dari sebagai observer utama maupun
masing-masing observer pembantu. observer pembantu. Pada kegiatan ini
170
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 2, Agustus 2016 Hlm. 160-172

semua anggota kelompok berperan Adapun makna dari penelitian ini


aktif mengeluarkan pendapatnya adalah konsep diri akan sangat
tentang pentingnya keyakinan diri berpengaruh pada kehidupan sehari-hari
sebagai salah satu dimensi konsep siswa. Untuk meningkatkan konsep diri
diri. dari negatif ke arah konsep diri yang
c. Tahap ketiga yang membahas tentang positif diperlukan penggunaan teknik
harapan diri dengan tema “cita- psikodrama melalui percontohan dari
citaku”. yang diperankan oleh 3 tokoh-tokoh. Selain itu, kemampuan
orang dengan memerankan adegan interaksi sosial siswa dapat meningkat
tentang seseorang yang bersungguh- dengan teknik psikodrama, karena di dalam
sungguh dalam mengejar cita-citanya teknik psikodrama terjadi interaksi satu
yang pada akhirnya cita-cita tersebut sama lain antara anggota didalamnya, dan

dapat tercapai. Proses yang dilakukan permainan yang dapat mengembangkan

pada tahap ini juga sama dengan kemampuan berkomunikasi secara verbal

tahap kesatu dan kedua yang atau non verbal, serta mampu menghargai
antar anggota kelompok lainnya, mendorong
didalamnya terjadi diskusi aktif antar
pengembangan perasaan, pikiran, persepsi,
anggota kelompok membahas tentang
wawasan dan sikap yang menunjang
harapan diri sebagai salah satu
perwujudan tingkah laku yang lebih efektif
dimensi konsep diri.
baik di sekolah maupun di masyarakat.
Hasil penelitian yang peneliti
lakukan, dapat diketahui bahwa 4. KESIMPULAN
penggunaan teknik psikodrama dari Berdasarkan hasil analisis data
ketiga tahap tersebut di atas ditunjukkan dapat disimpulkan bahwa teknik
dengan t (o) = 8,196 > t (t) = 2,861. Oleh psikodrama dalam bimbingan kelompok
karena itu, siswa sesudah diberikan teknik dapat digunakan untuk meningkatkan
psikodrama memperoleh skor rata-rata konsep diri siswa kelas X SMA PGRI I
89,85 lebih tinggi jika dibandingkan pada Pagelaran atau Hipotesis nol (Ho) ditolak
saat sebelum diberikan layanan bimbingan dan hipotesis kerja (Ha) diterima dengan
kelompok dengan teknik psikodrama yaitu dibuktikan dengan nilai t hitung lebih
dengan skor rata-rata 67,5. besar dari t tabel (t hitung > t tabel) atau
8,196 > 2,861.

171
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 2, Agustus 2016 Hlm. 160-172

5. DAFTAR PUSTAKA

Corey, Gerald. (2010). “Teori dan Praktek


Konseling dan Psikoterapi”.
Diterjemahkan Koswara. Bandung:
PT Refika Aditama.

Ghufron Nur, Risnawita Rini. (2010).


Teori-Teori Psikologi.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Romlah Tatik. (2006). Teori Dan


Praktek Bimbingan Kelompok.
Malang: Universitas Negeri
Malang.

Semiun Yustisius. (2010). Kesehatan


Mental 1.Yogyakarta: Penerbit
Kanisius

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian


Kuantitatif Kualitatif, Dan R &
D. Bandung : Alfabeta.

172
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung

Anda mungkin juga menyukai