TEORI DASAR
A. Metode Magnetik
Eksplorasi menggunakan metode magnetik, pada dasarnya terdiri atas tiga
tahap : akuisisi data lapangan, processing, interpretasi. Setiap tahap terdiri
dari beberapa perlakuan atau kegiatan. Pada tahap akuisisi, dilakukan
penentuan titik pengamatan dan pengukuran dengan satu atau dua alat. Untuk
koreksi data pengukuran dilakukan pada tahap processing. Koreksi pada
metode magnetik terdiri atas koreksi harian (diurnal), koreksi topografi
(terrain) dan koreksi lainnya. Sedangkan untuk interpretasi dari hasil
pengolahan data dengan menggunakan software diperoleh peta anomali
magnetik. Metode ini didasarkan pada perbedaan tingkat magnetisasi suatu
batuan yang diinduksi oleh medan magnet bumi. Hal ini terjadi sebagai akibat
adanya perbedaan sifat kemagnetan suatu material. Kemampuan untuk
termagnetisasi tergantung dari suseptibilitas magnetik masing-masing batuan.
Harga suseptibilitas ini sangat penting di dalam pencarian benda anomali
karena sifat yang khas untuk setiap jenis mineral atau mineral logam.
Harganya akan semakin besar bila jumlah kandungan mineral magnetik pada
batuan semakin banyak (Breiner, 1973).
E. Pengukuran Magnetik
Pengukuran magnetik pada umumnya menggunakan instrumen portabel
dengan dengan sistem akuisisi berupa lintasan (line) pada daerah survei
pengukuran. Seringkali interval tempat pengukuran (stations) lebih kecil
dibanding jarak antar line. Hal ini sangat diperlukan oleh local base station
pada area yang jauh dari target pengukuran atau mengandung magnetic noise
dan dimana local field gradient nya relatif kecil. Dalam penggunaannya, base
station memory magnetometer diatur setiap hari untuk melakukan perekaman
(collecting) data magnetik hasil pengukuran. Idealnya, letak base station
minimal 100 meter dari objek/target pengukuran (metal object) atau jalan
umum dan minimal 500 meter dari power lines. Lokasi penempatan base
station haruslah ditempatkan sebaik mungkin. Terdapat sejumlah
permasalahan dalam pengukuran menggunakan metode geomagnet, salah satu
diantaranya ialah “cultural noise” yang ikut terukur di lapangan. Konstruksi
bangunan, pipa, logam-logam dipermukaan maupun dibawah permukaan dan
lain sebagainya yang merupakan hasil pekerjaan manusia dengan
menggunakan bahan-bahan ferrous seperti baja akan mempengaruhi kualitas
data yang dihasilkan (Lowrie, 2007).