Anda di halaman 1dari 21

1

MAKALAH

KINERJA SEKTOR PUBLIK

OLEH :

1. Grace Cinlya (C30019016)

2. Irawati Yemi Tahanora (C30019020)

3. Nuraini (C30019024)

4. Hardiansyah (C30019025)

5. Vivi Sumanti (C30019037)

UNIVERSITAS TADULAKO

D3 AKUNTANSI

PALU

2020\2021
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat-Nyalah
sehingga makalah ini berhasil penyusun selesaikan. Penyusunan makalah ini
merupakan tugas mata kuliah Akuntansi Sektor Publik di program jurusan D3
Akuntansi di UNIVERSITAS TADULAKO. Adapun judul yang diambil dalam makalah
ini adalah “Pengukuran Kinerja Sektor Publik”.

Ucapan terima kasih penyusun berikan kepada semua pihak yang telah membantu
untuk menyelesaikan makalah ini. Tanpa dukungan dari mereka semua, penyusunan
makalah ini belum tentu bisa terselesaikan tepat pada waktunya.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini, sehingga
kritik dan saran sangat diharapkan. Semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan dapat memberi manfaat bagi semua pihak.

PALU, 8 Nopember 2020

Kelompok 5
3

DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR................................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1        LATAR BELAKANG.................................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................................................5
1.3 TUJUAN PENELITIAN...................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................6
2.1 PENGERTIAN PENGUKURAN KINERJA.........................................................................................6
A. Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja..........................................................................................7
B.     Manfaat Pengukuran Kinerja................................................................................................7
C.     Prinsip – Prinsip Pemilihan Ukuran Kinerja..........................................................................8
D.    Skala Pengukuran..................................................................................................................9
E. Siklus Pengukuran Kinerja.......................................................................................................10
2.2        INFORMASI YANG DIGUNAKAN UNTUK PENGUKURAN KINERJA......................................11
A.    Informasi Finansial...............................................................................................................11
B. Informasi Nonfinansial...........................................................................................................11
2.2 PERANAN INDIKATOR KINERJA DALAM PENGUKURAN KINERJA.............................................17
BAB III..................................................................................................................................................21
PENUTUP.............................................................................................................................................21
3.1        KESIMPULAN.......................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................22
4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1        LATAR BELAKANG
merupakan gambaran dari pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau
program atau kebijakan untuk mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.
Menurut Mardiasmo (2002), sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu
sistem yang bertujuan untuk membantu manajer sektor publik menilai pencapaian
suatu strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial. Sistem pengukuran kinerja
ini dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi.

Maksud dilakukannya pengukuran kinerja sektor publik antara lain:

1. Membantu memperbaiki kinerja pemerintah agar dapat berfokus pada tujuan dan
sasaran program unit kerja yangn pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan
efektivitas organisasi sektor publik dalam memberikan layanan kepada masyarakat.

2. Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan
pembuatan keputusan.

3. Untuk mewujudkan tanggung jawab publik dan memperbaiki komunikasi


kelembagaan.

4. Capital rationing

Tujuan sistem pengukuran kinerja antara lain:

1. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik ( top down and bottom up).

2. Untuk mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara berimbang sehingga


dapat ditelusur berkembangan pencapaian strateginya.

3. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan


bawah serta motivasi untuk mencapai good congruence.
5

4. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan


kemampuan kolektif yang rasional.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
adalah:

1. Bagaimana pengukuran kinerja sektor publik?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari
penyusunan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan memahami tentang bagaimana pengukuran kinerja


sector publik
6

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PENGUKURAN KINERJA
Kinerja merupakan gambaran dari pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijakan untuk mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi
organisasi. Menurut Mardiasmo (2002), sistem pengukuran kinerja sektor publik
adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer sektor publik menilai
pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial. Sistem
pengukuran kinerja ini dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi.

Maksud dilakukannya pengukuran kinerja sektor publik antara lain:

1. Membantu memperbaiki kinerja pemerintah agar dapat berfokus pada tujuan dan
sasaran program unit kerja yangn pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan
efektivitas organisasi sektor publik dalam memberikan layanan kepada masyarakat.

2. Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan
pembuatan keputusan.

3. Untuk mewujudkan tanggung jawab publik dan memperbaiki komunikasi


kelembagaan.

Selain itu, pihak legislatif menggunakan ukuran kinerja ini untuk menentukan
kelayakan biaya pelayanan (cost of service) yang dibebankan kepada masyarakat
pengguna jasa publik karena mereka tidak mau selalu ditarik pungutan tanpa
adanya peningkatan kualitas dan kuantitas dari pelayanan yang diterima tersebut.

Kinerja sektor publik bersifat multidimensional, sehingga tidak ada indikator tunggal
yang dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja secara komprehensif. Berbeda
dengan sektor swasta, karena sifat output yang dihasilkan sektor publik lebih banyak
bersifat intangible output, maka ukuran finansial saja tidak cukup untuk mengukur
kinerja sektor publik. Oleh karena itu, perlu dikembangkan ukuran kerja non-
finansial.
7

A. Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja


Tujuan sistem pengukuran kinerja antara lain:

1. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down and bottom up).

2. Untuk mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara berimbang sehingga


dapat ditelusur berkembangan pencapaian strateginya.

3. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan


bawah serta motivasi untuk mencapai good congruence.

4. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan


kemampuan kolektif yang rasional.

B.     Manfaat Pengukuran Kinerja


Berikut ini adalah manfaat dari pengukuran kinerja:

1. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja


manajemen

2. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang ditetapkan.

3. Untuk memonitor dan mengawasi pencapaian kinerja dan membandingkannya


dengan target kinerja serta melakukan tindakan kolektif untuk memperbaiki kinerja.

4. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman ( reward and


punishment).

5. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka


memperbaiki kinerja organisasi.

6. Membantu mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.

7. Membantu memahami kegiatan instansi pemerintah.

8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.


8

C.     Prinsip – Prinsip Pemilihan Ukuran Kinerja


Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih ukuran-
ukuran kinerja instansi yang sesuai dengan skema indikator:

Evaluasi kembali ukuran yang Informasi kinerja tetap dibutuhkan oleh


ada manajemen. Apabila skema indikator
kinerja sudah tidak berfungsi, maka
manajemen akan mengembangkan
skema baru.
Mengukur kegiatan yang Kinerja selalu berorientasi hasil. Ukuran
penting, tidak hanya hasil hasil sering diformulasikan dalam rasio
keuangan. Pencapaian hasil akan
menunjukkan adanya permasalahan.
Hasil tersebut tidak akan menunjukkan
diagnosis hasil.
Pengukuran harus mendorong Pembagian proses pengukuran
tim kerja yang akan mencapai menciptakan lingkungan tim kerja yang
tujuan aktivitasnya diarahkan pada pencapaian
tujuan organisasi.
Pengukuran harus merupakan Agar efektif, sistem pengukuran harus
perangkat yang terintegrasi, diciptakan sebagai perangkat terintegrasi
seimbang dalam penerapannya yang diperoleh dari strategi perusahaan.
Sebagian besar perusahaan berusaha
meminimalkan biaya, meningkatkan
kualitas, mengurangi waktu pelaksanaan
produksi dan menciptakan pengembalian
investasi yang wajar.
Pengukuran harus memiliki Ukuran internal yang umum dipakai
fokus eksternal jika dalam sebuah organisasi perbandingan
memungkinkan kinerja dari tahun ke tahun. Suatu
perbandingan tertentu dapat dilakukan
9

ke tingkatan mikro: divisi, departemen,


kelompok, bahkan individu.

D.    Skala Pengukuran
Skala pengukuran dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:

1. Skala Nominal

Skala nominal merupakan skala pengukuran yang paling rendah tingkatannya


karena denga skala ini obyek pengukuran hanya dapat dikelompokkan berdasarkan
ciri-ciri yang sama, yang berbeda dengan kelompok lain. Kelompok-kelompok atau
golongan tidak dibedakan berdasarkan tingkatan, karena kelompok yang satu tidak
dapat dikatakan lebih rendah atau lebih tinggi tingkatannya dari pada kelompok
yang lain, tetapi hanya sekedar berbeda.

2. Skala Ordinal

Skala ini lebih tinggi tingkatannya atau lebih baik dari pada skala nominal
karena selain memiliki ciri-ciri yang sama dengan skala nominal, yaitu dapat
mengolongkan obyek dalam golongan yang berbeda, skala ordinal juga mempunyai
kelebihan dari skala nominal, yaitu bahwa golongan-golongan atau klasifikasi dalam
skala ordinal ini dapat dibedakan tingkatannya. Ini berarti bahwa suatu golongan
dapat dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah dari pada golongan yang lain.

3. Skala Interval

Skala interval memiliki kelebihan yaitu mempunyai unit pengukuran yang


sama, sehingga jarak antara satu titik dengan titik yang lain, atau antara satu
golongan dengan golongan yang lain dapat diketahui.

4. Skala rasio

Skala rasio merupakan skala yang paling tinggi tingkatannya karena skala ini
mempunyai ciri-ciri yang dimiliki oleh semua skala di bawahnya. Skala rasio memiliki
titik nol yang sebenarnya yang berarti bahwa apabila suatu obyek diukur dengan
10

skala rasio dan berada pada titik nol, maka gejala atau sifat yang diukur benar-benar
tidak ada.

E. Siklus Pengukuran Kinerja


Pengukuran kinerja dilakukan dengan melalui lima tahapan berikut ini:

1. Perencanaan strategi: siklus pengukuran kinerja dimulai dengan proses


penskemaan strategi, yang berkenaan dengan penetapan visi, misi, tujuan dan
sasaran, kebijakan, program operasional san kegiatan/aktivitas.

2. Penciptaan indikator kinerja: penciptaan indikator kinerja dilakukan setelah


perumusan strategi. Indikator yang mudah adalah untuk aktivitas yang dapat
dihitung, contohnya adalah jumlah klaim yang diproses.

3. Mengembangkan sistem pengukuran kinerja: tahap ini terdiri dari tiga langkah,
yaitu: pertama, meyakinkan keberadaan data yang diperlukan dalam siklus
pengukuran kinerja. Kedua, mengukur kinerja dengan data yang tersedia dan data
yang dikumpulkan. Ketiga, penggunaan data pengukuran yang dihimpun, harus
dipresentasikan dalam cara-cara yang dapat dimengerti dan bermanfaat.

4. Penyempurnaan ukuran: pada tahap ini dilakukan pemikiran kembali atas


indikator hasil (outcomes) dan indikator dampak (impacts) menjadi lebih penting
dibandingkan dengan pemikiran kembali atas indikator masukan ( inputs) dan
keluaran (outputs).

5. Pengintegrasian dengan proses manajemen: bagaimana menggunakan ukuran


kinerja tersedian secara efektif merupakan tantangan selanjutnya. Penggunaan data
organisasi dapat dijadikan alat untuk memotivasi tindakan dalam organisasi.
11

2.2        INFORMASI YANG DIGUNAKAN UNTUK


PENGUKURAN KINERJA
A.    Informasi Finansial
Penilaian laporan kinerja finansial diukur berdasarkan pada anggaran yang
telah dibuat. Penilaian tersebut dilakukan dengan menganalisis varians (selisih atau
perbedaan) antara kinerja aktual dengan anggaran yang dianggarkan.

Analisis varians secara garis besar berfokus pada :

1. Varians pendapatan (revenue varians)

Varians pendapatan adalah semua penerimaan dalam bentuk peningkatan aktiva


atau penurunan utang dari berbagai sumber dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan.

2. Varians pengeluaran (expenditure variance)

a.  Varians belanja rutin

Anggaran belanja rutin adalah anggaran yang disediakan untuk  membiayai


kegiatan-kegiatan yang sifatnya  lancar dan terus menerus yang dimaksudkan untuk
menjaga kelemahan roda pemerintahan dan memelihara hasil-hasil pembangunan.

b. Varians belanja investasi/modal (recurrent expenditure variance)

Belanja investasi/modal adalah pengeluaran yang manfaatnya cenderung


melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan pemerintah,
dan selanjutnya akan menambah anggaran rutin untuk biaya operasional dan
pemeliharaan.Setelah dilakukan analisis varians maka tahap selanjutnya dilakukan
identifikasi sumber penyebab terjadinya varians dengan menelusur varians tersebut
hingga level manajemen paling bawah.

B. Informasi Nonfinansial
Informasi nonfinansial dapat menambah keyakinan terhadap kualitas proses
pengendalian manajemen. Teknik pengukuran kinerja yang komprehensif dan
banyak dikembangkan oleh berbagai organisasi dewasa ini adalah Balanced
Scorecard. Metode Balanced Scorecard  merupakan pengukuran kinerja organisasi
berdasarkan aspek finansial dan juga aspek nonfinasial.  Balanced Scorecard  dinilai
12

cocok untuk organisasi sektor publik karena Balanced Scorecard  tidak hanya


menekankan pada aspek kuantitatif-finansial, tetapi juga aspek kualitatif dan
nonfinansial. Hal tersebut sejalan dengan sektor publik yang menempatkan laba
bukan hanya sebagai ukuran kinerja utama, namun pelayanan yang cenderung
bersifat kualitatif dan nonkeuangan (Mahmudi, 2007). Pengukuran dengan metode
ini melibatkan empat aspek, antara lain :

1. Perspektif finansial (financial perspective)

 Perspektif finansial menjadi perhatian dalam balanced scorecard karena


ukuran keuangan merupakan ikhtisar dari konsekuensi ekonomi yang terjadi yang
disebabkan oleh pengambilan keputusan. Aspek keuangan menunjukkan apakah
perencanaan, implementasi dan pelaksanaan dari strategi memberikan perbaikan
yang mendasar. Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan adanya tahapan
dari siklus kehidupan bisnis, yaitu:

a. Growth (bertumbuh) : tahapan awal siklus kehidupan perusahaan dimana


perusahaan memiliki potensi pertumbuhan terbaik. Disini manajemen terikat dengan
komitmen untuk mengembangkan suatu produk/jasa dan fasilitas produksi,
menambah kemampuan operasi, mengembangkan sistem, infrastruktur dan jaringan
distribusi yang akan mendukung hubungan global, serta membina dan
mengembangkan hubungan dengan pelanggan.

b. Sustain (bertahan) : tahapan kedua dimana perusahaan masih melakukan


investasi dan reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik. Pada
tahap ini, perusahaan mencoba mempertahankan pangsa pasar yang ada, bahkan
mengembangkannya jika memungkinkan.

c. Harvest (menuai) : Tahapan ketiga dimana perusahaan benar-benar menuai hasil


investasi ditahap-tahap sebelumnya. Tidak ada lagi investasi besar, baik ekspansi
pembangunan kemampuan baru, kecuali pengeluaran untuk pemeliharaan dan
perbaikan.
13

2. Perspektif  kepuasan pelanggan (customer perspective)

Dalam perspektif ini perhatian perusahaan harus ditujukan pada kemampuan


internal untuk peningkatan kinerja produk, inovasi dan teknologi dengan memahami
selera pasar. Dalam perspektif ini peran riset pasar sangat besar. Perspektif
pelanggan memiliki dua kelompok pengukuran, yaitu:

a. Core measurement group,  yang memiliki beberapa komponen pengukuran, yaitu:

   Pangsa Pasar (market share): pangsa pasar ini menggambarkan proporsi


bisnis yang dijual oleh sebuah unit bisnis di pasar tertentu. Hal itu diungkapkan
dalam bentuk jumlah pelanggan uang yang dibelanjakan atau volume satuan yang
terjual.

 Retensi Pelanggan (Customer Retention)  : menunjukkan tingkat dimana


perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan pelanggan. Pengukuran
dapat dilakukan dengan mengetahui besarnya presentase pertumbuhan bisnis
dengan pelanggan yang asa saat ini.

Akuisisi Pelanggan (Customer Acquisition) : pengukuran ini menunjukkan


tingkat dimana suatu unit bisnis mampu menarik pelanggan baru memenangkan
bisnis baru. Akuisisi ini dapat diukur dengan membandingkan banyaknya jumlah
pelanggan baru di segmen yang ada. Kepuasan Pelanggan ( Customer Satisfaction) :
pengukuran ini berfungsi untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan terkait
dengan kriteria spesifik dalam value proportion.

b. Customer Value Proportion yang merupakan pemicu kinerja yang terdapat


pada Core value proportion  didasarkan pada atribut sebagai berikut:

Product/service attributes yang meliputi fungsi produk atau jasa, harga dan


kualitas. Perusahaan harus mengidentifikasikan apa yang diinginkan pelanggan atas
produk atau jasa yang ditawarkan. Customer relationship adalah strategi dimana
perusahaan mengadakan pendekatan agar perasaan pelanggan merasa puas atau
produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan.
14

Image and reputation membangun image dan reputasi dapat dilakukan


melalui iklan dan menjaga kualitas seperti yang dijanjikan.

3. Perspektif efisiensi proses internal (internal process efficiency)Dalam hal ini


perusahaan berfokus pada tiga proses bisnis utama yaitu:

a. Proses inovasi

Dalam proses penciptaan nilai tambah bagi pelanggan, proses inovasi merupakan
salah satu kritikal proses, dimana efisiensi dan efektifitas serta ketepatan waktu dari
proses inovasi ini akan mendorong terjadinya efisiensi biaya pada proses penciptaan
nilai tambah bagi pelanggan. Proses inovasi dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1. Pengukuran terhadap proses inovasi yang bersifat penelitian dasar dan terapan.

2. Pengukuran terhadap proses pengembangan produk.

b. Proses Operasi

Pada proses operasi yang dilakukan oleh masing-masing organisasi bisnis,


lebih menitikberatkan pada efisiensi proses, konsistensi, dan ketepatan waktu dari
barang dan jasa yang diberikan kepada pelanggan .

c. Pelayanan Purna Jual

Tahap terakhir dalam pengukuran proses bisnis internal adalah dilakukannya


pengukuran terhadap pelayanan purna jual kepada pelanggan. Pengukuran ini
menjadi bagian yang cukup penting dalam proses bisnis internal, karena pelayanan
purna jual ini akan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pelanggan.

4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perspective).

Kaplan (Kaplan, 1996) mengungkapkan betapa pentingnya suatu organisasi


bisnis untuk terus mempertahankan karyawannya, memantau kesejahteraan
karyawan dan meningkatkan pengetahuan karyawan karena dengan meningkatnya
tingkat pengetahuan karyawan akan meningkatkan pula kemampuan karyawan
untuk berpartisipasi dalam pencapaian hasil ketiga perspektif diatas dan tujuan
perusahaan. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan organisasi merupakan faktor
15

pendorong dihasilkannya kinerja yang istimewa dalam tiga perspektif Balanced


Scorecard.

Perspektif / Faktor yang Dinilai Misi atau Visi

jenis informasi non-finansial dapat dinyatakan dalam bentuk variabel kunci.


Variabel kunci adalah variabel yang mengindikasikan faktor-faktor yang
menjadi penyebab kesuksesan organisasi. Karakteristik variabel kunci, yaitu :

a.       Menjelaskan faktor pemicu keberhasilan dan kegagalan organisasi

b.      Sangat volatile  (mudah berubah) dan dapat berubah dengan cepat

c.       Perubahannya tidak dapat diprediksi

d.      Jika terjadi perubahan perlu diambil tindakan segera

e.       Variabel tersebut dapat diukur, baik secara langsung maupun melalui ukuran
antara (surrogate).  Sebagai contoh kepuasan masyarakat tidak dapat diukur secara
langsung akan tetapi dapat dibuat ukuran antaranya, misalnya jumlah aduan,
tuntutan dan demonstrasi dapat dijadikan variabel kunci.

Contoh Variabel Kunci

Dinas/Unit Kerja Variabel Kunci


Rumah Sakit Tingkat hunian kamar (kamar yang dipakai : jumlah
dan hotel total kamar yang tersedia)
Klinik Kesehatan Jumlah pelannggan (masyarakat) yang dilayani per
hari
Perusahaan KWH yang terjual
Listrik Negara
Perusahaan Jumlah pulsa yang terjual
Telekomunikasi
Perusahaan Air Jumlah debit air yang terjual
16

Minum
DLLAJ Jumlah alat angkutan umum

Paid seats/capacity seats


Pekerjaan Panjang jalan yang dibangun/diperbaiki
Umum
Panjang jalan yang disapu/dibersihkan
Kepolisian Jumlah kriminalitas yang tertangani

Jumlah kecelakaan/pelanggaran lalu lintas

Jumlah pengaduan masyarakat yang tertangani


DPR/DPRD Jumlah pengaduan dan tuntutan masyarakat yang
tertangani

Jumlah rapat yang dilakukan

Jumlah undang-undang atau perda yang dihasilkam

Jumlah peserta rapat per total anggota


Dipenda Jumlah pendapatan yang terkumpul

Agar pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan baik, berikut ini merupakan hal-hal
yang perlu diperhatikan:

1. Membuat suatu komitmen untuk mengukur kinerja dan memulainya dengan


segera.

2. Hal yang perlu dilakukan oleh instansi adalah sesegera mungkin memulai upaya
pengukuran kinerja dan tidak perlu mengharap pngukuran kinerja akan langsung
sempurna. Nantinya, perbaikan atas pengukuran kinerja akan dilakukan.

3. Perlakuan pengukuran kinerja sebagai suatu proses yang berkelanjutan ( on-going


process)
17

4. Pengukuran kinerja merupakan suatu proses yang bersifat interaktif. Proses ini
merupakan suatu cerminan dari upaya organisasi untuk selalu berupaya
memperbaiki kinerja.

5. Sesuaikan proses pengukuran kinerja dengan organisasi

6. Organisai harus menetapkan ukuran kinerja yang sesuai dengan besranya


organisasi, budaya, visi, tujuan, dan struktur organisasi.

2.2 PERANAN INDIKATOR KINERJA DALAM


PENGUKURAN KINERJA
Indikator Kinerja digunakan sebagai indikator pelaksanaan strategi yang telah
ditetapkan. Indikator kinerja tersebut dapat berbentuk faktor-faktor keberhasilan
utama organisasi (critical success factors)  dan indikator kinerja kunci (key
performance indicator).

Faktor Keberhasilan Utama adalah suatu area yang mengindikasikan


kesuksesan kinerja unit kerja organisasi. Area ini merefleksikan preferensi manajerial
dengan memperhatika variabel-variabel kunci finansial dan non-finansial pada
kondisi waktu tertentu.

Indikator Kinerja Kunci merupakan sekumpulan indikator yang dapat


dianggap sebagai ukuran kinerja kunci baik yang bersifat  finansial maupun non-
finansial untuk melaksanakan operasi dan kinerja unit bisnis. Indikator ini digunakan
oleh manajer untuk mendeteksi dan memonitor capaian kinerja.

Komponen yang digunakan dalam penentuan indikator kinerja :

1. Biaya pelayanan (cost of service)

Indikator biaya diukur dalam bentuk biaya unit (unit cost),  misalnya biaya per
unit pelayanan (panjang jalan yang diperbaiki, jumlah ton sampah yang terangkut,
biaya per siswa). Beberapa pelayanan mungkin tidak dapat ditentukan biaya unitnya
karena output yang dihasilkan tidak dapat dikuantifikasi atau tidak ada keseragaman
tipe pelayanan yang diberikan. Untuk kondisi tersebut maka dibuat indikator kinerja
produksi misalnya belanja per kapita.

2. Penggunaan (utilization)
18

Indikator ini membandingkan antara jumlah pelayanan yang ditawarkan (supply of


service) dengan permintaan publik (public demand).  Indikator ini harus
mempertimbangkan preferensi publik sedangkan pengukurannya berupa volume
absolut atau presentase tertentu, misalnya presentase penggunaan kapasitas.
Contoh lain yaitu rata-rata jumlah penumpang per bus yang dioperasikan. Indikator
kinerja ini digunakan untuk mengetahui frekuensi operasi atau kapasitas kendaraan
yang digunakan pada tiap-tiap jalur.

3. Kualitas dan standar pelayanan (quality and standards)

Indikator ini merupakan indikator yang paling sulit diukur karena menyangkut
pertimbangan yang sifatnya subyektif. Contohnya yaitu perubahan jumlah komplain
masyarakat atas pelayanan tertentu.

4. Cakupan pelayanan (coverage)

Indikator ini perlu dipertimbangkan jika terdapat kebijakan atau peraturan


perundangan yang mensyaratkan untuk memberikan pelayanan dengan tingkat
pelayanan minimal yang telah ditetapkan.

5. Kepuasan (satisfaction)

Indikator kepuasan diukur melalui metode jajak pendapat secara langsung.


Bagi pemerintah daerah, metode penjaringan aspirasi masyarakat (need
assessment) dapat juga digunakan untuk menetapkan indikator kepuasan. Namun,
dapat juga digunakan indikator proksi misalnya jumlah komplain. Pembuatan
indikator kinerja tersebut memerlukan kerjasama antar unit kerja.

Contoh Pengembangan Indikator Kinerja

Dinas/Unit Kerja Indikator Kinerja


19

Rumah Sakit Biaya total rata-rata rawat jalan per pasien yang
masuk

Biaya rata-rata pelayanan medis dan paramedis per


pasien yang masuk

Biaya rata-rata pelayanan umum (non-klinis) per


pasien yang masuk

Penggunaan fasilitas

Rata-rata masa tinggal pasien di rumah sakit

Jumlah pasien rata-rata per bed per tahun

Rasio antara pasien baru dengan pasien lama yang


masuk kembali

Proporsi tingkat hunian


Klinik Kesehatan Jumlah pelanggan yang dilayani per hari per jumlah
total penduduk untuk wilayah tertentu
Pekerjaan Panjang jalan yang dibangun atau diperbaiki/total
Umum panjang jalan

Panjang jalan yang disapu atau dibersihkan/total


panjang jalan

Kondisi jalan

Keamanan jalan (road safety)


Kepolisian % Jumlah kriminalitas yang tertangani/Jumlah
kriminalitas yang terdeteksi/tercatat

% Penurunan jumlah kecelakaan atau pelanggaran


lalu lintas

% Jumlah pengaduan masyarakat yang


tertangani/Jumlah total pengaduan masyarakat yang
masuk
20

DPR/DPRD % Jumlah pengaduan dan tuntutan masyarakat yang


tertangani/Jumlah total aspirasi yang masuk

Jumlah rapat yang dilakukan per bulan/tahun

Jumlah peraturan yang dihasilkan per bulan/tahun

% Jumlah peserta rapat per total anggota


Dipenda % Jumlah pendapatan yang terkumpul/potensi

BAB III
PENUTUP

3.1        KESIMPULAN
          Sistem Pengukuran Kinerja sector public adalah suatu system yang bertujuan
untuk membantu manajer public menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur
finansial dan non finansial. System pengukuran kinerja merupakan salah satu alat
pengendalian organisasi karena diperkuat dengan adanya mekanisme reward dan
punishment. Pengukuran kinerja sector public dimkasudkan untuk membantu
memperbaiki kinerja pemerintah, memperbaiki pengalokasian sumber daya dan
pembuatan keputusan, serta untuk memfasilitasi terwujudnya akuntabilitas publik
21

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.


https://www.google.com/search?
q=makalah+pengukura+kinerja+sektor+publik&rlz=1C1SQJL_enID864ID864&oq=m
a&aqs=chrome.0.69i59j69i57j35i39j69i59j0i433i457j69i60l2j69i61.3240j0j7&sourceid
=chrome&ie=UTF-8

Anda mungkin juga menyukai