Anda di halaman 1dari 30

BAB III

TEORI DASAR

3.1. Klasifikasi Reservoir Gas

Fasa merupakan bagian dari zat yang mempunyai sifat jasmani yang nyata,

yaitu memiliki sifat-sifat fisika dan kimia secara seragam dalam keseluruhan.

Diagram fasa adalah diagram tekanan dan temperature yang merupakan fungsi

komposisi akumulasi hidrokarbon pada suatu reservoir.

Menurut fasanya, reservoir gas dibedakan secara garis besarnya menjadi

tiga kategori, yaitu dry gas reservoir, wet gas reservoir dan condensate gas

reservoir dimana klasifikasinya berdasarkan pada kondisi tekanan dan temperatur

reservoir dalam hubungannya dengan letaknya didaerah dua fasa (gas atau liquid)

didalam sistem diagram fasa.

3.1.1 Dry Gas Reservoir

Reservoir dimana hanya terdapat fasa gas saja. Istilah “dry” menunjukkan

bahwa fluida tidak mengandung molekul-molekul hidrokarbon berat yang cukup

untu membentuk cairan di kondisi permukaan. Pada reservoir ini tidak

mengalami perubahan fasa karena penurunan tekanan dan temperaturnya.

Gas jenis ini umumnya terdiri dari sebagian besar methana dengan

sejumlah kecil senyawa-senyawa kimia yang terkandung didalamnya, baik

komponen hydrocarbon maupun non-hydrocarbon (impurities).

11
12

Gambar 3.1 menunjukan diagram fasa untuk reservoir gas kering, dimana

baik pada kondisi reservoir maupun pada kondisi permukaan fasa tetap dalam

keadaan gas.

Gambar 3.1

Dry Gas Reservoir1)

3.1.2 Wet Gas Reservoir

Reservoir ini memiliki komponen fraksi berat lebih besar dari reservoir

dry gas. Fluida pada kondisi reservoir berupa fasa gas dan tetap dalam fasa gas

pada penurunan tekanan pada temperatur reservoir, sehingga selama proses

produksi di permukaan, temperatur mengalami penurunan yang menyebabkan

kondensasi di sistem pipa dan separator.


13

Pada permukaan dihasilkan campuran dua fasa, yang mengandung

molekul-molekul hidrokarbon tingkat menengah.

Gambar 3.2

Wet Gas Reservoir1)

3.1.3 Condensate Gas Reservoir

Reservoir gas kondensat memiliki harga temperature diantara

cricondenterm dan temperature kritis. Pada kondisi awal, seperti dalam diagram

fasa terletak diantara titik kritik dan cricondenterm, fluida reservoir hanya terdiri

dari satu fasa, dengan turunnya tekanan selama proses produksi, terjadi

kondensasi retrograde di dalam reservoir.


14

Pada saat tekanan mencapai titik embun (dew point), cairan mulai

terbentuk, dengan turunnya tekanan jumlah cairan bertambah. Setelah melewati

dew point jumlah cairan mencapai maksimum.

Separator

Gambar 3.3

Condensate Gas Reservoir1)

3.2. Mekanisme Pendorong Reservoir

Drive mechanism didefinisikan sebagai tenaga yang dimiliki oleh reservoir

secara alamiah, sehingga menyebabkan dapat mengalirnya fluida hidrokarbon dari

formasi menuju ke lubang sumur dan selanjutnya ke permukaan pada saat

produksi berlangsung. Sedangkan besarnya tenaga pendorong ini tergantung dari

kondisi P dan T formasi dimana reservoir tersebut berada, dan pelepasan

energinya dipengaruhi oleh proses dan sejarah produksi yang dilakukan.


15

3.2.1 Depletion Drive Reservoir

Reservoir dengan mekanisme produksi depletion drive mempunyai sifat

dimana volume reservoir gas tersebut tetap dan biasanya merupakan suatu unit

reservoir yang tertutup. Karena itu reservoir jenis ini sering juga disebut sebagai

reservoir volumetric. Pada reservoir jenis ini, gas mengalir (terproduksi) hanya

karena pengembangan gas itu sendiri bila tekanan reservoirnya berkurang.

Karakteristik dari reservoir Depletion Gas Drive adalah :

- Penurunan tekanan reservoir cepat

- Produksi air hampir tidak ada atau relatif kecil dan dapat diabaikan

- Recovery factor nya relatif lebih besar jika dibandingkan dengan mekanisme

pendorong lainnya, yaitu dapat melebihi 75%.

𝐵𝑔𝑖
RF = 100 (1 − )...............................................................................(3.1)
𝐵𝑔𝑎

Keterangan :

Bga = Faktor volume formasi gas abandon, ft3/SCF

Bgi = Faktor volume formasi gas mula-mula, ft3/SCF

3.2.2 Water Drive Reservoir

Reservoir water drive adalah reservoir yang mempunyai tenaga pendorong

air. Apabila suatu reservoir water drive diproduksikan, maka akan terjadi

penurunan tekanan reservoir, sehingga air dari dalam aquifer akan merembes ke

dalam reservoir. Air yang merembes masuk ke dalam reservoir tersebut mendesak

gas keluar pori-pori batuan reservoir.


16

Karakteristik dari reservoir water drive adalah :

- Penurunan tekanan reservoir sangat lamban. Hal tersebut disebabkan oleh air

yang masuk ke dalam reservoir akan menggantikan tempat yang ditinggalkan

oleh gas.

- Selama produksi, jumlah saturasi air yang terproduksi akan terus meningkat

semakin banyak jumlah air yang terproduksi, maka kemungkinan gas yang

terproduksi/terblock semakin besar, menyebabkan nilai Rfnya semakin

berkurang.

- Recovery factor berkisar antara 35%-75%.

Recovery factor untuk reservoir bertenaga dorong water drive ini adalah:

100(𝑆𝑔𝑖 𝐵𝑔𝑎 −𝑆𝑔𝑎 𝐵𝑔𝑖 )


RF = .....................................................................(3.2)
𝑆𝑔𝑎 𝐵𝑔𝑎

Keterangan :

Bga = Faktor volume formasi gas abandon, ft3/SCF

Bgi = Faktor volume formasi gas mula-mula, ft3/SCF

Sga = Saturasi gas pada kondisi abandonment, fraksi

Sgi = Saturasi gas pada kondisi mula-mula, fraksi

3.3. Reservoir Gas Overpressured

Reservoir gas overpressured adalah reservoir gas yang mempunyai

tekanan formasi yang nilainya lebih besar dari gradient tekanan hidrostatiknya,

pada air tawar (0,433 psi/ft) dan pada air asin (0.465 psi/ft). Defenisi lain dari

overpressured dalam sudut pandang dinamika penjalaran fluida dibawah

permukaan adalah ketidak-mampuan fluida untuk membebaskan diri dari dalam


17

formasi untuk menciptakan keseimbangan hidrostatis. Hal ini disebabkan karena

kompaksi batuan oleh sedimen yang ada diatasnya sedemikian rupa sehingga

fluida yang keluar dari pori tetap berada dalam batuan.

Gambar 3.4

Tekanan Formasi Abnormal10)

Pada kondisi overpressured ketika terjadi penambahan tekanan dari proses

burial dan fluida tidak dapat keluar maka tekanan akan ditopang oleh butir dan

fluida di dalam batuan, namun fluida akan menopang tekanan lebih besar.

Terbatasnya waktu fluida untuk membebaskan diri dari ruang pori ini karena

pengendapan sedimen yang sangat cepat dan dalam jumlah banyak dengan waktu

yang sangat lama sehingga batuan mengalami kompaksi yang tidak normal atau

undercompaction.
18

Salah satu akibat dari terjadinya overpressured ini adalah subsidence yaitu

perubahan atau penurunan level dari permukaan tanah. Saat reservoir

diproduksikan, pada kondisi reservoir overpressured akan menjadikan formasi

tersebut runtuh atau amblas sehingga mengalami penurunan level dari permukaan

tanah.

3.4. Pengaruh Overpressured Pada Karakteristik Reservoir

Selama proses sedimentasi dan kompaksi, sedimen akan mengalami

konsolidasi dan mengakibatkan fluida yang ada dalam batuan tersebut akan

mengalami (pengurasan fluida) sebagai akibat ruang pori di dalam batuan tersebut

semakin kecil yang diakibatkan oleh tekanan overburden.

Pengosongan fluida dari ruang pori-pori batuan reservoir akan

mengakibatkan perubahan tekanan dari batuan, sehingga resultan tekanan pada

batuan juga mengalami perubahan tekanan ini akan mengakibatkan perubahan

pada butir-butir batuan, pori-pori, dan volume bulk batuan reservoir. Menurut

Geerstma (1957)15 ada tiga konsep kompresibilitas batuan, yaitu :

3.4.1. Kompresibilitas Formasi

Biasa disebut kompresibilitas volume pori batuan yang merupakan

perubahan volume pori terhadap satuan perubahan tekanan.. Secara matematis

koefisien kompresibilitas dirumuskan sebagai berikut :

1 𝛿 𝑉𝑃
𝐶𝑓 = − ……………………………………..….…............(3.3)
𝑉𝑃 𝛿𝑃 𝑇
19

Dimana :

Cf = Koefisien kompresibilitas pori batuan (psi-1)

Vp = Volume pori batuan (cc)

P = Tekanan pori (psia)

T = Temperatur konstan (F)

Seiring dengan tekanan yang berkurang, volume pori pun ikut berkurang

meskipun formasi merupakan material yang padat. Hilangnya tekanan pori akibat

produksi dari reservoir minyak dan gas menyebabkan materi yang terkompresi

tidak kembali seperti volume awal ketika terjadi perbedaan tekanan.

Harga kompresibilitas formasi bisa mendekati harga kompresibitas gas pada

tekanan abnormal. Pada reservoir bertekanan abnormal, dimana proses kompaksi

yang terjadi terlalu tak seperti pada reservoir bertekanan normal yang seharusnya

tekanan ditopang oleh butir dan fluida di dalam batuan namun disini fluida akan

menopang tekanan lebih besar dari porsinya.

3.4.2. Kompresibilitas Butir Batuan

Kompresibilitas butir atau matriks batuan merupakan perubahan volume

material padatan (grain) terhadap perubahan tekanan. Biasanya untuk nilai

kompresibilitas butiran ini secara praktikal biasanya diasumsikan Cr=0. Oleh

karena itu, pengaruh dari kompresibilitas butir batuan ini biasanya diabaikan

dalam evaluasi reservoir overpressured.


20

Secara matematis koefisien kompresibilitas dinyatakan dengan persamaan

sebagai berikut :

1 δv r
Cr = − ( ) 𝜏………………………………………….…(3.4)
Vr δP

Dimana :

Cr = Koefisien kompresibilitas matriks batuan (psi-1)

Vr = Volume material padatan (cc)

T = Temperatur konstan (F)

P = Tekanan pori (psia)

3.4.3. Kompresibilitas Bulk

Kompresibilitas bulk merupakan perubahan volume bulk batuan terhadap

satuan perubahan tekanan. Kompresibilitas bulk ini biasanya digunakan untuk

studi subsidence. Secara matematis koefisien kompresibilitas dirumuskan sebagai

berikut :

1 δCb
Cb = − V 𝜏……………….…………...........…………………..(3.5)
b δP

Dimana :

Cb = Koefisien kompresibilitas batuan (psi-1)

Vb = Volume bulk (cc)

T = Temperatur konstan (F)

P = Tekanan pori (psia)


21

3.4.4. Kompresibilitas efektif formasi

Kompresibilitas efektif formasi merupakan pengaruh dari perubahan

tekanan pada volume pori hidrokarbon. Kompresibilitas efektif formasi terjadi

karena kompaksi batuan dimana formasi reservoir menjadi kurang efektif

menahan beban diatasnya (overbuden). Kompresibilitas efektif formasi ini

memperhitungkan ekspansi butiran dan kompaksi batuan.

Kehilangan tekanan reservoir pada kondisi overpressured menyebabkan

tiga reaksi akan terjadi untuk menggantikan ruang pori hidrokarbon yaitu

kompaksi, ekspansi butiran dan ekspansi air. Kompresibilitas efektif formasi

didefenisikan sebagai berikut:

C w S wi +C f
Ce = .....................................................................................(3.6)
(1−S wi )

Dimana :

Ce = Kompresibilitas Efektif, psia-1

Cf = Kompresibilitas Formasi, psia-1

Cw = Kompresibilitas Air, psia-1

Swi = Initial Water Saturation, %

Performa dari reservoir gas berhubungan dengan kompresibilitas efektif

formasi, bukan hanya kompresibilitas gas. Kompresibilitas efektif formasi

merupakan faktor yang penting dalam mengevaluasi tekanan. Maka dari itu,

faktor tersebut perlu diperhitungkan dalam persamaan material balance guna

mendeskripsikan performa dari kasus overpressured. Pada reservoir bertekanan

normal dan bertenaga dorong depletion- drive kompresibilitas efektif ini tidak
22

diperhitungkan karena ekspansi gas berperan sebagai pengontrol performa

produksi. [Poston dan Berg, 1997]11

3.5. Sifat Fluida Gas

Fluida yang umumnya terdapat dalam reservoir terbagi tiga fasa yaitu gas,

minyak dan air, dan secara normal dan material-material yang terkandung dalam

fluida dapat diperkirakan bentuk suatu fasa fluida apakah minyak, gas atau

cairan. Minyak bumi terbentuk dan berbagai macam sifat-sifat gabungan senyawa

hidrokarbon yang rumit, serta gas-gas yang terlarut di dalamnya. Minyak bumi

yang diperoleh dan tiap-tiap lapangan mempunyai karakteristik yang

berbeda, menunjukkan hidrakorban yang menyusun minyak bumi tersebut

berlainan satu terhadap lainnya. Sifat-sifat fluida gas diantaranya adalah Densitas,

Spesific Gravity Gas, Faktor Volume Formasi Gas (Bg), Faktor kompresibilitas

Gas (Z), dan Kompresibilitas Fluida.

3.5.1. Densitas Dan Spesific Gravity

Densitas atau berat jenis gas didefinisikan sebagai perbandingan antara

rapatan gas tersebut dengan rapatan suatu gas standar. Kedua rapatan diukur pada

tekanan dan temperatur yang sama. Biasanya yang digunakan sebagai gas standar

adalah udara kering. maka rumus densitas gas ideal adalah :

m P×M
𝜌= = ......................................................................................(3.7)
v R×T
23

Spesific Gravity merupakan perbandingan antara densitas suatu bahan

dengan densitas standar yang diukur pada tekanan dan temperatur yang sama.

𝜌
Sg = ........................................................................................................... (3.8)
𝜌 𝑠𝑡𝑑

Untuk perhitungan densitas campuran gas bila campuran gas tersebut

mengikuti hukum gas nyata adalah :

m P×M 28,97×P×SG
ρg = =Z× = .......................................................(3.9)
v R×T Z×R×T

Dimana :

 g = densitas gas, lb/cuft

SG = spesifik gravity gas

R = suatu tetapan, psi.cuft/lb-mol. °R

M = Massa, gram

V = Volume, cc

ρstd = Massa Jenis Standar, gr/cc

3.5.2. Faktor Kompresibilitas Gas, Z

Faktor Kompresibilitas atau z faktor merupakan perbandingan antara

volume sebenarnya yang ditempati suatu massa gas terhadap volume ideal pada

temperatur dan tekanan yang sama, sehingga :

V actual
Z= ……………….……………………………...….…….... (3.10)
V ideal
24

Faktor kompresibilitas tidak bernilai konstan, tetapi bervariasi sesuai

perubahan komposisi gas, temperatur, dan tekanan. Untuk gas ideal, faktor

kompresibilitasnya berharga 1, sedangkan untuk gas nyata z dapat berharga lebih

kecil atau lebih besar dari 1.

Untuk kasus-kasus komposisi gas tidak tersedia, maka Ppc dan Tpc

kemungkinan dapat diperkirakan dengan menggunakan korelasi (After Brown

et.al.) dari Gambar 3.1 berdasarkan gas gravity sebagai berikut :

𝑃𝑝𝑐 = 709.604 − 58.718𝛾𝑔 psi ........................................................(3.11)

𝑇𝑝𝑐 = 170.491 + 307.344𝛾𝑔 °R ..................................................... (3.12)

Dranchuk dan Abu-Kassem (1975) mengemukakan sebuah persamaan

untuk menghitung faktor kompresibilitas gas dengan menggunakan rasio densitas

gas pada tekanan dan temperatur tertentu dengan densitas gas pada tekanan dan

temperatur kritisnya. Faktor kompresibilitas gas kritis adalah sekitar 0.27, dimana

mengacu pada persamaan untuk densitas gas1. Persamaan tersebut adalah:

0.27 𝑃𝑝𝑟
𝑧= ..........................................................................................(3.13)
𝜌 𝑔 𝑇𝑝𝑟
25

Berikut ini merupakan gambar grafik persamaan untuk Tpc dan Ppc

menggunakan korelasi (After Brown et.al.)8

Gambar 3.5

Sifat Pseudokritikal dari Berbagai Variasi Komposisi Gas8)

Perhitungan faktor kompresibilitas dari campuran gas (gas mixture)

digunakan konsep ”Pseudo-reduced Pressure” (Ppr) dan “Pseudo-reduced

Temperature” (Tpr) dari korelasi Standing and Katz sebagai berikut :

𝑇 𝑃
𝑇𝑝𝑟 = dan 𝑃𝑝𝑟 = 𝑃 ................................................................. (3.14)
𝑇𝑝𝑐 𝑝𝑐
26

Dimana :

Tpc = temperatur pseudokritis sebelum koreksi

Ppc = tekanan pseudokritis sebelum koreksi

Setelah harga dari Tpr dan Ppr diperoleh, maka faktor kompresibilitas (Z)

campuran dapat ditentukan dengan menggunakan Gambar 3.2 (Tpr dan Ppr vs Z).

Gambar 3.6

Kompresibilitas Faktor Untuk Gas Murni Terhadap Fungsi Tekanan dan

Temperatur tereduksi (Standing and Katz)12)


27

3.5.3. Faktor Volume Formasi Gas

Faktor volume formasi gas (Bg) didefinisikan sebagai besarnya

perbandingan volume gas pada kondisi tekanan dan temperatur reservoir dengan

volume gas pada kondisi standar (60 °F, 14,7 psia), atau sebagai volume dalam

barrel yang ditempati oleh satu SCF gas pada tekanan dan temperatur standar bila

dikembalikan pada tekanan dan temperatur reservoirnya.

Bila satu standar cubic feet ditempatkan dalam reservoir dengan tekanan

Pr dan temperatur Tr, maka rumus-rumus gas dapat digunakan untuk

mendapatkan hubungan antara kedua keadaan dari gas tersebut, yaitu :

P 1 ×V 1 P r ×V r
= ..................................................................................(3.15)
Z r ×T r Z r ×T r

Untuk harga P1 dan T1 dalam keadaan standar, maka diperoleh :

Z r ×T r
Bg = 0,0283 ..............................................................................(3.16)
Pr

3.5.4. Viskositas Gas

Viskositas gas merupakan ukuran tahanan gas terhadap aliran. Viskositas

gas hidrokarbon umumnya lebih rendah daripada viskositas gas non hidrokarbon.

Jadi bila berat molekulnya bertambah besar maka nilai dan viskositasnya akan

mengecil dan sebaliknya jika temperaturnya naik maka viskositasnya akan

semakin besar.

Naiknya temperatur mengakibatkan kecepatan molekul gas bertambah

besar, sehingga tumbukan antar molekul bertambah banyak, akibatnya geseran

antar molekul juga bertambah besar. Dalam viskositas sifat-sifat gas akan
28

berlawanan dengan cairan. Untu gas sempurna, viskositasnya tidak tergantung

pada tekanan. Bila tekanannya dinaikkan, maka gas sempurnaakan berubah

menjadi gas tidak sempurna dan sifat-sifatnya akan mendekati sifat-sifat cairan.

Bila komposisi campuran gas alam diketahui, maka viskositasnya dapat diketahui

dengan menggunakan persamaan:

μ gi ×Y i ×M i 0.5
μg = ............................................................................(3.18)
Y i ×M i 0.5

dimana :

μg = viskositas gas alam

μg = viskositas gas murni

3.5.5. Kompresibilitas Fluida

Kompresibilitas fluida didefinisikan sebagai perubahan volume fluida

yang disebabkan oleh perubahan tekanan pada suhu tertentu. Kompresibilitas

fluida terdiri dari kompresibilitas minyak (Co), Kompresibilitas Air (Cw), dan

kompresibilitas gas (Cg).

o Kompresibilitas Minyak (Co)

Kompresibilitas minyak didefinisikan sebagai perubahan volume minyak

akibat adanya perubahan tekanan.

o Kompresibilitas Gas (Cg)

Kompresibilitas gas didefinisikan sebagai perubahan volume gas yang

disebabkan oleh adanya perubahan tekanan yang mempengaruhinya.

Kompresibilitas gas didefenisikan sebagai perubahan volume gas yang disebabkan


29

oleh adanya perubahan tekanan. Menurut Craft & Hawkins8 kompresibilitas gas

didefenisikan sebagai berikut

1 1 ∆𝑧
𝐶𝑔 = − ....................................................................................(3.19)
𝑃 𝑍 ∆𝑝

o Kompresibilitas Air (Cw)

Kompresibilitas air didefinisikan sebagai perubahan volume air formasi yang

disebabkan oleh adanya perubahan tekanan yang memengaruhinya.

Total kompresibilitas pada reservoir yang terdiri dari minyak, air dan gas

didefenisikan sebagai berikut:

Ct = CgSg + CoSo + CwSw + Cf...............................................................(3.20)

Dimana :

Cg = Kompresibilitas Gas, psia-1

Co = Kompresibilitas Minyak, psia-1

Ct = Kompresibilitas Total, psia-1

Cw = Kompresibilitas Air, psia-1

Sg = Saturasi Gas , fraksi

Sgo = Saturasi Minyak, fraksi

Sw = Saturasi Air, fraksi

Dari ketentuan tersebut dapat diketahui bahwa total kompresibilitas terdiri

dari kompresibilitas dan saturasi gas, minyak dan air begitu pula kompresibilitas

formasinya. Perlu diketahui bahwa saturasi gas memberikan efek yang signifikan

dalam kompresibilitas total dikarenakan harga kompresibilitas gas lebih besar dari

kompresibilitas minyak maupun air. Oleh karena itu, kehadiran gas dalam suatu
30

reservoir akan mendominasi harga kompresibilitas total. Harga kompresibilitas

total biasanya merujuk pada angka 1 Micropsi atau senilai 10-6 psi-1

3.6. Penentuan Cadangan Gas

Penentuan cadangan minyak dan gas bumi merupakan suatu hal yang

berhubungan dengan ketidakpastian sehubungan dengan defenisi yang dinamis,

sehingga selalu berubah dari waktu ke waktu sejalan dengan berlangsungnya

operasi produksi yang mengurangi cadangan tersebut. Pada tugas akhir ini,

beberapa istilah didefenisikan sebagai berikut:

1. Initial Gas In Place (IGIP)

Merupakan kandungan gas awal yang terdapat di dalam suatu reservoir

sebelum reservoir tersebut diproduksikan.

2. Estimated Ultimate Reserves (EUR)

Merupakan cadangan gas maksimal yang bisa diproduksikan sesuai dengan

teknologi, kondisi ekonomi dan peraturan-peraturan yang ada pada saat itu

dan diproduksikan sampai batas ekonominya.

3. Recovery Factor (RF)

Merupakan angka perbandingan antara cadangan yang dapat diproduksi

dengan jumlah gas mula-mula di dalam suatu reservoir. Dengan kata lain,

merupakan perbandingan antara estimated ultimate reserves (EUR) dengan

original gas in place (IGIP).


31

4. Remaining Reserves (RR)

Merupakan estimasi cadangan di reservoir yang dapat diproduksikan dengan

teknologi yang ada.

Penentuan kandungan awal gas (IGIP) pada pada dasarnya dapat

menggunakan metode volumetric, metode material balance dan decline curve

analysis. Pada penentuan cadangan kali ini, metode yang digunakan adalah

metode material balance.

3.7. Metode Material Balance

Metode Material Balance digunakan untuk memperkirakan besarnya

cadangan reservoir pada suatu lapangan minyak atau gas yang telah

dikembangkan, dengan data-data produksi yang diperoleh. Metode ini

diperkenalkan oleh Schiltuis pada tahun 1936, yang berdasarkan hukum kekekalan

massa, dimana jumlah massa dalam sistem adalah tetap atau terjadinya

kesetimbangan volume antara produksi kumulatif terhadap pengembangan fluida

reservoir.

Adapun anggapan atau asumsi yang digunakan dalam metode material

balance, yaitu :

1. Reservoir merupakan satu kesatuan, sehingga perhitungannya tidak

tergantung pada jumlah sumur produksi.

2. Proses produksi dianggap isothermal.

3. Kesetimbangan antara semua fasa adalah sempurna.


32

Persamaan ini mengasumsikan bahwa seluruh reservoir adalah sebuah

tangki yang homogen dengan sifat fisik batuan dan fluida yang seragam. Hal ini

dikarenakan tidak memerhitungkan perubahan terhadap arah maupun di dalam

sistem. Berikut ini merupakan persamaan umum metode material balance yang

diturunkan menjadi metode material balance reservoir gas:

 C w S wi  C f 
G( B g  B gi )  GBgi   p  We  G p B g  W p Bw ..................(3.20)
 1  S wi 

Dimana:

Bg = Faktor Volume Formasi Gas, cuft/SCF

Bgi = Faktor Volume Formasi Gas awal, cuft/SCF

Bw = Faktor Volume Formasi Air, bbl/STB

Cf = Kompresibilitas Formasi, psi-1

Cw = Kompresibilitas Air, psi-1

G = Volume Gas Awal, SCF

Gp = Kumulatif Produksi Gas, SCF

Sw = water initial saturation, %

We = Water influx, bbl

Wp = Kumulatif Produksi Air, STB


33

Gambar 3.7 berikut ini menunjukan hasil dari metode material balance

dengan metode plot P/Z terhadap kumulatif produksi sebagai fungsi dari

mekanisme pendorong dari reservoirnya.

Gambar 3.7

Ekstrapolasi P/Z Pada Metode Material Balance16)

3.7.1 Volumetric Reservoirs

Pada volumetrik atau reservoir, reservoir hanya terdiri dari gas dan tidak

memiliki aquifer yang aktif. Persamaan material balance dapat disederhanakan

seperti berikut ini:

𝐺𝑝
𝐺= 𝑃 /𝑍 .......................................................................................(3.21)
1−
𝑃 𝑖 /𝑍 𝑖
34

Keterangan :

G = Volume Awal Gas di Tempat, SCF

Gp = Kumulatif Produksi Gas, SCF

Pi = Tekanan reservoir mula-mula, Psia

Zi = Faktor Kompresibilitas Gas mula-mula

Hasil plot P/Z terhadap kumulatif produksi gas (Gp) akan menghasilkan

garis lurus dimana garis yang memotong Gp merupakan harga volume awal gas di

tempat. Persamaan ini memiliki batasan yaitu, temperatur reservoir konstan, tidak

adanya water influx, kompaksi batuan dan ekspansi connate water.

3.7.2 Water Drive Reservoirs

Pada water drive reservoirs, air terdapat pada reservoir, kemudian

hidrokarbon yang diproduksi dari reservoir akan mengalami penurunan

tekanan secara cepat atau lambat yang disebut dengan reaksi dari aquifer untuk

mengimbangi tekanan yang turun. Reaksi ini datang dalam bentuk water influx.

Persamaan material balance bisa digunakan menentukan water influx.

Persamaan tersebut adalah seperti berikut ini:

𝐺𝑝 (𝑊𝑒 −𝑊𝑝 𝐵𝑤) 𝑃/𝑍


= 1−[1− 𝐺𝐵𝑔𝑖
] 𝑃 /𝑍 .......................................................(3.22)
𝐺 𝑖 𝑖

Dari persamaan tersebut dapat disusun kembali untuk menghitung harga

water influx menjadi:

𝐺𝑝 𝑃𝑖 /𝑍𝑖
𝑊𝑒 = 𝑊𝑝 𝐵𝑤 + 𝐺𝐵𝑔𝑖 [1 − (1 − ) ].......................................(3.23)
𝐺 𝑃/𝑍
35

Pada kondisi weak to moderate waterdrive biasanya sulit untuk di deteksi

jika menggunakan plot P/Z, garis lurus yang dihasilkan plot akan mengarahkan

kepada estimasi yang salah dikarenakan ekspansi air lebih kecil dibandingkan

dengan ekspansi gas. Oleh karena itu, dapat digunakan metode cole plot yang

berasal dari metode material balance seperti berikut ini:

𝐺𝑝 𝐵𝑔 𝑊𝑒 −𝑊𝑝 𝐵𝑤
=𝐺+ ....................................................................(3.24)
𝐵𝑔 −𝐵𝑔𝑖 𝐵𝑔 −𝐵𝑔𝑖

Keterangan :

Bg = Faktor Volume Formasi Gas, cuft/SCF

Bgi = Faktor Volume Formasi Gas awal, cuft/SCF

Bw = Faktor Volume Formasi Air, bbl/STB

G = Volume Gas Awal, SCF

Gp = Kumulatif Produksi Gas, SCF

We = Water influx, bbl

Wp = Kumulatif Produksi Air, STB

3.7.3 Overpressured Reservoirs

Hammerlindl (1971) telah mengemukakan bahwa untuk reservoir

overpressured, porsi matriks batuan dalam menopang tekanan overburden tidak

sebesar pada reservoir bertekanan normal dikarenakan undercompaction yang

terjadi sehingga menyebabkan fluida ikut menopang tekanan diatasnya.

Hammerlind (1971) menyatakan perlunya sebuah teknik untuk menghitung


36

cadangan gas pada reservoir gas overpressured berdasarkan metode material

balance, yang menyertakan kompresibilitas formasi/fluida dan saturasi fluida.

Dalam situasi ini, harga kompresibilitas formasi bisa mendekati harga

kompresibilitas gas sehingga dengan mengabaikan faktor-faktor tersebut akan

mengakibatkan over-prediksi pada volume awal gas di tempat. Pada Gambar 3.8

memperlihatkan penyimpangan perhitungan volume awal gas di tempat pada

reservoir gas overpressured.

(p/z)i Gas expansion


+
Formation compaction
+
Water expansion

p/z
Gas expansion

Overestimate of G

Gp
Gambar 3.8

Penyimpangan P/z Pada Reservoir Gas Overpressured18)


37

Mula-mula penurunan dipengaruhi oleh adanya ekspansi gas, kompaksi

batuan dan ekspansi air. Pada reservoir dengan gradien tekanan normal, kompaksi

batuan yang terjadi ini sempurna dan karakteristik ekspansi gas tersebut adalah

normal dimana kompresibilitas gas mendominasi kompresibilitas efektif formasi

sehingga kompresibilitas efektif formasi ini biasanya diabaikan.

3.7.3.1 Metode Ramagost - Farshad

Ramagost and Farshad menulis kembali persamaan material

balance untuk reservoir gas overpressured untuk memudahkan

prosedur penentuan estimasi gas-in-place. Metode ini menyatakan

bahwa gas-in-place (G) setara jumlah gas yang diproduksikan

(withdrawal) dengan mempertimbangkan ekspansi gas, formasi dan

ekpansi air. Persamaan matematisnya dapat dituliskan sebagai berikut:

𝐺𝑝 𝐵𝑔
𝐺= ∆𝑃(𝐶𝑤𝑆𝑤𝑖 +𝐶𝑓 ) .............................................(3.25)
𝐵𝑔 −𝐵𝑔𝑖 + (1−𝑆𝑤𝑖 )

Berdasarkan persamaan diatas dapat dituliskan kembali

menjadi persamaan berikut ini:

𝑃 𝑃𝑖 𝐺𝑝
1 − 𝐶𝑒 ∆𝑃 = [1 − ] .............................................(3.26)
𝑍 𝑍𝑖 𝐺

Dimana :

𝐶𝑤 𝑆𝑤𝑖 +𝐶𝑓
Ce = .................................................................(3.27)
1−𝑆𝑤𝑖

Keterangan :

Bg = Faktor Volume Formasi Gas, cuft/SCF


38

Bgi = Faktor Volume Formasi Gas awal, cuft/SCF

Bw = Faktor Volume Formasi Air, bbl/STB

Cf = Kompresibilitas Formasi, psi-1

Cw = Kompresibilitas Air, psi-1

G = Volume Gas Awal, SCF

Gp = Kumulatif Produksi Gas, SCF

Sw = water initial saturation, %

Variabel Ce merupakan fungsi dari kompresibilitas efektif

formasi. Fungsi Ce menjelaskan perbedaan rumus untuk reservoir gas

bertekanan normal dengan reservoir gas bertekanan overpressured.

Variabel tersebut juga merupakan fungsi dari pengaruh

kompresibilitas batuan atau formasi dan kompresibilitas air.

3.7.3.2 Metode Havlena - Odeh

Diawali dengan bentuk persamaan umum material balance

untuk water- drive gas reservoirs yang memperhitungkan ekspansi air

dan kompaksi batuan, adanya water influx dari aquifer di sekitarnya

dan ekspansi gas. Metode ini dapat digunakan untuk reservoir gas

overpressured.

Persamaan havlena dan odeh dapat dituliskan sebagai berikut:

 C w S wi  C f 
G( B g  B gi )  GBgi   p  We  G p B g  W p Bw .......(3.28)
 1  S wi 
39

Jika,

𝐸𝑔 = 𝐵𝑔 − 𝐵𝑔𝑖 .....................................................................(3.29)

𝐹 = 𝐺𝑝 𝐵𝑔 + 𝑊𝑝 𝐵𝑤 ..............................................................(3.30)

Maka persamaan tersebut dapat disubstitusikan menjadi:

𝐹 𝑃𝑖−𝑃
= 𝐺 + (𝐺𝐵𝑔𝑖 𝐶𝑒 + 𝑊𝑒 ) ........................................(3.31)
𝐸𝑔 𝐸𝑔

Keterangan :

Eg = Ekspansi Gas

F = Underground withdrawal

Dake (1994) memperlihatkan kelebihan dan kelemahan dari

persamaan metode ini sebagai garis lurus, hasil dari plot yang

terbentuk akan memiliki salah satu dari tiga bentuk yang digambarkan

pada Gambar 3.9.

Gambar 3.9

Bentuk Plot Metode Havlena Odeh1)


40

3.7.3.3 Metode Roach

Roach (1981) membentuk persamaan material balance

untuk menentukan original gas-in-place dan kompresibilitas efektif

secara bersamaan. Bentuk persamaan pada metode Roach adalah

sebagai berikut ini:

1  Pi Z  1  Gp Pi Z  S wi c w  c f
  1   
Pi  P   PZ i  G  Pi  P  PZ i  1  S wi
.................(3.32)

Pada persamaan ini, akan terbentuk garis lurus dengan slope

= 1/G dan intercept = -(SwiCw + Cf)/(1-Swi) atau Ce. Gambar 3.10

mengilustrasikan pengaplikasian dari metode Roach.

Gambar 3.10

Penggunaan Metode Roach1)

Anda mungkin juga menyukai