24718-Article Text-75684-2-10-20190301
24718-Article Text-75684-2-10-20190301
Pertanian Bogor
2
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor. Jalan lingkar akademik kampus institut pertanian bogor departemen 16680.
Telepon/fax. 0251-8332779
3
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Jalan DI. Panjaitan No.Kav. 24, RT.15/RW.2, Cipinang Besar Selatan, Jatinegara, Jakarta Timur
*Korespondensi: dianharjuna@gmail.com
Diterima: 31 Oktober 2018/Disetujui: 22 Desember 2018
Cara sitasi: Sukma DH, Riani E, Pakpahan EN. 2018. Pemanfaatan kitosan sebagai adsorben sianida limbah
pengolahan biji emas. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 21(3): 460-470.
Abstrak
Pengolahan bijih emas menggunakan sianida diketahui dapat menimbulkan pencemaran air apabila
tidak dikelola dan ditangani dengan baik. Kitosan memiliki kemampuan sebagai adsorben, namun
efektivitasnya untuk menyerap kandungan sianida pada air limbah pengolahan emas belum diketahui.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan adsorpsi kitosan terhadap sianida pada pengolahan
bijih emas. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial in time dengan
dua kali pengulangan. Analisis yang dilakukan terdiri atas pengaruh konsenstrasi kitosan terhadap daya
absorbansi, pH, TDS, turbiditas, sianida, serta pengaruh modifikasi pembuatan kitosan terhadap daya
absorbansi. Metode yang digunakan adalah metode koagulasi flokulasi dengan cara jar test, yaitu proses
pengadukan cepat dan lambat dengan alat flokulator. Hasil penelitian menunjukkan kitosan terbaik adalah
kitosan dengan modifikasi swelling crosslink glutaraldehid (GA) dengan konsentrasi 1.000 ppm dan waktu
kontak pengadukan lambat selama 120 menit. Kitosan modifikasi tersebut secara signifikan mampu
mengadosrpsi limbah sianida dalam limbah sebesar 90,38%.
Abstract
Gold ore processing method have an impact on water pollution if the waste produced is not managed
properly. Chitosan have the ability as an adsorbent, but its effectiveness to absorb cyanide content in
gold processing wastewater is unknown. This study aimed to examine the ability of chitosan adsorption
on cyanide in the processing of gold ore. The statistic design used was a factorial in-time Completely
Randomized Design (CRD) with two repetitions. The analysis carried out consisted of the effect of
chitosan concentration on absorbance, pH, TDS, turbidity, cyanide, and the modification effect of chitosan
production on absorbance power. The method used in this research was flocculation coagulation method
by the jar test.The method was carried out by rapid and slow mixing process with a flocullator. The method
was used to determine the best of chitosan type and the best contact time to decrease the concentration of
cyanide waste from the processing of gold ore. The results showed that the best concentration of chitosan
modified was chitosan modification with swelling crosslink glutaraldehid (GA) in 1000 ppm concentration
and using slow mixing contact time for 120 minutes. That chitosan modified significantly adsorp cyanide
waste in 90.38%.
(CV. Bio Chitosan Indonesia), asam asetat 2% Muharam et al. (2010) yang dimodifikasi;
(Merck), NaOH 3.50% (Merck), NaOH 50% kitosan aktif crosslink GA yaitu modifikasi
(Merck), HCl 1 N (Merck), glutaraldehida kitosan dengan cara menambahkan gugus
(Merck), NaHCO3 (Merck), NH3 (Merck), aktif pada permukaan kitosan sebelum
H2SO4 (Merck), CH3COOH glacial (Merck). menautsilangkan dengan glutaraldehid (GA),
dan akuades. yang dibuat berdasarkan metode Harti (2014)
Alat-alat yang digunakan meliputi yang telah disesuaikan; serta kitosan swelling
portable flocculator FP 4 (Velp Scientifica Italy), crosslink GA yaitu modifikasi kitosan dengan
magnetic stirrer (IKA C-MAG HS7 Malaysia), cara digelembungkan (swelling) sebelum
thermometer dan water quality meter (IP67 menautsilangkan dengan glutaraldehid (GA)
Combo PH/COND/SALT/DO Taiwan), TDS untuk meningkatkan keporosan kitosan, yang
meter (TDS-3 USA), turbidity meter (Lutron dibuat menggunakan metode Hastuti (2011).
TU-2016 Taiwan), beaker glass (IWAKI Pyrex Semua modifikasi kitosan dilakukan agar
Japan), tabung reaksi (IWAKI Pyrex Japan), meningkatkan daya adsorpsi, ketahanan, serta
pipet (IWAKI Pyrex Japan), peralatan titrasi, kestabilan adsorben.
platform shaker (Big Bill Thermolyne Shaker Pembuatan kitosan crosslink
M49125 USA), oven, tanur, aluminium foil glutaraldehida (Crosslink GA), dilakukan
(Klinpak), kertas label (Tom and Jerry label dengan merendam 5 g serpihan kitosan
in pack Indonesia), neraca analitik (OHAUS dalam 75 mL glutaraldehida 2,5 % dan
PA214 SKZO Swedish), dan spectrophotometer diagitasi selama 24 jam pada 220 rpm pada
(GENESYS 10S UV-VIS Germany). suhu kamar. Serpihan kitosan-GA kemudian
dicuci dan dikering udarakan.
Metode Penelitian Pembuatan kitosan aktif crosslink
Persiapan glutaraldehida (Aktif crosslink GA) dilakukan
Penelitian ini diawali dengan melakukan dengan menimbang kitosan sebanyak 10 g,
tahap persiapan, yaitu dengan melakukan ditambah HCL 6 N dan direndam selama
pemilihan dan analisis proksimat/mutu 12 jam. Kitosan selanjutnya dicuci hingga
kitosan. Parameter dalam pengujian mutu/ netral dengan bantuan NaOH kemudian
karakteristik kitosan yang layak untuk dikeringkan menggunakan oven dengan
digunakan dalam penelitian sesuai metode suhu 110°C selama 2 jam dan di-furnes pada
Wahyono (2010). Parameter kitosan biasanya suhu 300°C selama 2 jam. Kitosan selanjutnya
dapat dilihat dari nilai derajat deasetilasi, ditaut-silangkan dengan glutaraldehida.
kadar air, kadar abu bobot molekul dan Pembuatan kitosan swelling crosslink
viskositas. Kitosan komersial/niaga memiliki glutaraldehida (Swelling Crosslink GA)
bobot molekul sekitar 1x105 - 1,2x106 gr/mol. mengacu pada metode Hastuti et al. (2011),
yaitu kitosan sebanyak 2 g dilarutkan ke dalam
Pembuatan kitosan dengan dan tanpa 100 mL asam asetat 1% (v/v) dan diaduk secara
modifikasi kontinyu selama 2 jam, selanjutnya NaHCO3
Pembuatan larutan kitosan tanpa dimasukkan ke dalam larutan kitosan pada
modifikasi mengacu pada Prayudi dan Susanto suhu kamar dengan variasi komposisi
(2000), yaitu membuat larutan kitosan dengan NaHCO3:kitosan 0.2:2.0 (b/b) dan diaduk
kadar 1% dalam asetat (CH3COOH) 2%. kurang lebih selama 1 jam. Larutan tersebut
Kitosan sebanyak 1 g dilarutkan dalam 20 kemudian disemprotkan pada larutan NaOH
mL asam asetat 2%, kemudian ditambahkan 5% sebanyak 300 mL (b/v) menggunakan
air suling atau akuades hingga 100 mL injeksi gel kitosan yang terbentuk, dicuci
selanjutnya diaduk menggunakan magnetic dengan akuades hingga netral. Bead kitosan
stirer agar kitosan terlarut sempurna. yang terbentuk kemudian ditambahkan
Modifikasi kitosan dibagi menjadi agen crosslinker glutaraldehid sebanyak 2,5%
tiga jenis modifikasi, yaitu melalui dengan rasio 1:1 (v/v). Larutan kemudian
penautan silang (crosslink) dengan dicampur hingga homogen menggunakan
glutaraldehida (GA) berdasarkan metode magnetic stirrer dan dibiarkan selama 2 jam
pada suhu 80°C. Bead kitosan yang sudah sembilan waktu, yaitu menit ke-0; 15; 30; 45;
melalui proses taut-silang (crosslink) dicuci 60; 75; 90; 105 dan 120 menit.
dengan akuades untuk menghilangkan sisa Sampel dari masing – masing limbah
NaOH, lalu dikeringkan menggunakan oven tailing dimasukkan ke dalam beaker glass 500
pada suhu 60oC selama ±8 jam. mL. Setiap beaker glass kemudian diberikan
perlakuan, yaitu sampel tanpa penambahan
Penentuan konsentrasi terbaik adsorben (kontrol) serta sampel dengan
kitosan penambahan adsorben (sesuai jenis adsorben
Penelitian pendahuluan bertujuan yang akan diujikan), selanjutnya setiap beaker
untuk mencari dan menetapkan konsentrasi glass yang telah berisi perlakuan dilakukan
kitosan yang paling optimal atau efektif pengadukan dengan metode jar test dengan
terhadap penurunan bahan pencemar dari menggunakan alat flokulator. Pengadukan
limbah tailing pengolahan emas, mengamati dilakukan secara cepat (rapid mixing selama
pola kecepatan laju reaksi adsoprsi, serta 1 menit), dilanjutkan dengan pengadukan
waktu yang diperlukan untuk mencapai titik lambat (slow mixing). Hasil yang diperoleh
keseimbangan reaksi adsorpsi. Percobaan dari waktu pengadukan lambat selanjutnya
pada penelitian pendahuluan dibagi menjadi dianalisis dengan cara membandingkan
sebelas perlakuan dengan selang konsentrasi penurunan kadar sianida dibandingkan
yang berbeda (400 ppm, 500 ppm, 600 ppm, dengan kontrol.
700 ppm, 800 ppm, 900 ppm, 1.000 ppm, 1.100 Efektivitas kemampuan adsorpsi
ppm, dan 1.200 ppm), dan disertai perlakuan kitosan terhadap limbah sianida dihitung
kontrol. Pengujian kemudian dilakukan melalui prosentase daya adsorpsi dengan
terhadap beberapa parameter antara lain pH, menggunakan rumus sebgai berikut
turbiditas, dan TDS. (Resmianty 2012),
10
9.5
8.5
pH
PH
7.5
6.5
0 1 2 3
TIME
Time(HOURS)
(Hours)
Figure 1 The effect of the chitosan concentration on the test results of pH, ( ) 0 ppm, ( ) 400
ppm, ( ) 500 ppm, ( ) 600 ppm, ( ) 700 ppm, ( ) 800 ppm, ( ) 900 ppm,
( ) 1000 ppm, ( ) 1100 ppm, ( ) 1200 ppm.
1260
1240
1220
(PPM)
(ppm)
1200
TDS
TDS
1180
1160
1140 3 Hours
00 H
Hours
OURS 11HHours
OURS 2 2HHours
OURS 3 HOURS
TIME(Hours)
Time (HOURS)
Figure 2 The effect of the chitosan use on the test results of TDS, ( ) 0 ppm, ( ) 400 ppm,
( ) 500 ppm, ( ) 600 ppm, ( ) 700 ppm, ( ) 800 ppm, ( ) 900 ppm, ( )
1000 ppm, ( ) 1100 ppm, ( ) 1200 ppm.
450
400
350
Turbidity (NTU)
300
250
200
150
100
50
0
0 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200
Chitosan concentration (ppm)
Figure 3 The effect of the chitosan concentration on the test results of turbidity,
( ) 0 hours, ( ) 1 hours, ( ) 2 hours, ( ) 3 hours.
kelompok amina bebas yang memberikan kontak pada pengadukan lambat ditunjukkan
kemampuan tinggi dalam keterkaitan secara pada Table 1.
kimia dengan molekul yang memiliki muatan Kitosan memberikan pengaruh dalam
negatif seperti protein, lemak dan ion mineral. menurunkan kadar sianida. Penggunaan
kitosan sebagai adsorben tanpa atau
Pengaruh kitosan terhadap sianida dengan modifikasi secara umum mampu
Penentuan konsentrasi kitosan optimum mengadsorpsi sianida secara siginifikan.
terhadap penurunan kadar sianida dalam Waktu kontak juga memberikan pengaruh
air pada rentang konsentrasi 400–1200 ppm. yang nyata terhadap penurunan sianida.
Hasil pengujian ditunjukkan pada Figure 4 Pengaruh modifikasi kitosan dan waktu
Berdasarkan hasil pengujian pada Figure kontak terhadap penurunan kadar sianida
4 diketahui bahwa penggunaan kitosan dalam air ditunjukkan pada Figure 5.
optimum dalam menurunkan kadar sianida Berdasarkan hasil pada Figure 5
yaitu pada konsentrasi 1000 ppm atau mampu diketahui bahwa kitosan dapat menurunkan
menurunkan pH dari kontrol sebesar 49%. konsentrasi sianida secara signifikan. Kitosan
Konsentrasi inilah yang selanjutnya digunakan tanpa maupun dengan modifikasi, keduanya
untuk melakukan penelitian lanjutan. secara signifikan mampu mengadsorpsi
sianida di dalam air. Waktu kontak pada
Pengaruh modifikasi terhadap daya proses pengadukan lambat juga berpengaruh
absorbansi kitosan terhadap daya adsorpsi konsentrasi sianida.
Hasil pada penelitian pendahuluan Hasil pada Gambar 5 menunjukkan bahwa
menunjukkan bahwa konsentrasi larutan waktu kontak pengadukan lambat yang
kitosan optimum sebagai adsorben terbaik dalam mengadsorpsi sianida adalah
sianida adalah 1000 ppm. Berdasarkan 120 menit. Kitosan cair pada waktu kontak
hal tersebut maka penelitian dilanjutkan tersebut mampu mengadsopsi sianida yaitu
dengan melakukan penelitian utama melalui 83,26%, kitosan modifikasi crosslink GA
pengukuran daya adsorpsi. Prosentase 88,31%, kitosan modifikasi aktif crosslink
adsorpsi kadar sianida oleh berbagai GA 89,29%, dan kitosan modifikasi swelling
modifikasi kitosan dan berdasarkan waktu crosslink GA 90,38%.
250
200
Cyanide concentration (ppm)
150
100
50
0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
Chitosan concentration (ppm)
Figure 4 The effect of the chitosan concentration on the reduction of cyanide content
250
200
(ppm)
CONCENTRATION
concentration (PPM)
150
100
CYANIDE
Cyanide
50
0
0 15 30 45 60 75 90 105 120
Time/Minutes
TIME/MINUTES
Figure 5 The chart of cyanide content reduction by using chitosan modification, ( ) Control,
( ) Liquid chitosan, ( ) Crosslinked GA chitosan, ( ) Crosslinked active GA
chitosan, ( ) Swelling crosslinked GA chitosan