Anda di halaman 1dari 8

OVERMACHT:

ANALISIS YURIDIS PENUNDAAN PELAKSANAAN PRESTASI


AKIBAT PANDEMI COVID-19

Tauratiya
Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung
Jalan Raya Petaling, KM.13, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Email: tauratiya@iainsasbabel.ac.id

Abstract: On March 14, 2020, the government of the Republic of Indonesia established the Covid-19 pandemic as a
National Disaster. The whole community was asked to stay at home or work from home. This situation causes the daily
activities of the community and government from school, work, trade, and others to become ineffective and delayed. This
also affects all national and global corporate activities. Many business entities are disrupted due to the Large-Scale Social
Limitation policy, so the company or a person cannot keep their promises as made in the previous agreement. This study
examines whether Pandemic Covid-19 can be used as a reason for a person or a company to postpone the performance of
achievements because it is considered as an overmacht, and how the legal force. This is a qualitative-library research using
a juridical-normative approach. The results showed that overmacht is equated with the term force majeure meaning the
state of force, in this case the debtor cannot be held accountable, because the situation occurs outside his control and not
because of an element of negligence. The state of overmacht is regulated in the provisions of Article 1244 and Article 1245
of the Civil Code. Covid-19 pandemic is considered as a forced condition, including the overmacht category, so that it
can be used as an excuse for debtors to postpone or not carry out performance according to the agreement, provided that
the debtor is able to provide reasons that the failure to fulfill the agreement is not because of him, but because something
cannot be predictable, and inevitable.
Keywords: Covid-19, Overmacht, Law, Agreement

Abstrak: Tanggal 14 Maret 2020, pemerintah Republik Indonesia menetapkan pandemi Covid-19 sebagai Bencana
Nasional. Seluruh masyarakat diminta untuk berdiam diri dirumah atau kerja dari rumah. Keadaan ini menyebabkan
aktivitas kegiatan sehari-hari masyarakat dan pemerintahan mulai dari sekolah, bekerja, berdagang, dan lainnya menjadi
tidak efektif dan tertunda. Ini berdampak pula pada semua aktivitas korporasi nasional maupun global. Banyak entitas
bisnis terganggu akibat adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar, sehingga perusahaan atau seseorang tidak dapat
menepati janjinya sebagaimana yang sudah dibuat dalam perjanjian sebelumnya. Oleh sebab itu, muncul pertanyaan,
dapatkah Pandemi Covid-19 dijadikan sebagai alasan seseorang atau suatu perusahaan untuk menunda pelaksanaan prestasi
karena dianggap sebagai suatu overmacht, dan bagaimana kekuatan hukumnya?. Hasilnya, overmacht disamakan dengan
istilah force majeure artinya keadaan memaksa, dalam hal ini debitur tidak dapat dimintakan pertanggungjawabannya,
sebab keadaan tersebut terjadi di luar kendalinya dan bukan karena unsur kelalaian. Keadaan overmacht diatur dalam
ketentuan Pasal 1244 dan Pasal 1245 KUHPerdata. Pandemi Covid-19 dianggap sebagai suatu keadaan memaksa,
termasuk kategori overmacht, sehingga dapat dijadikan alasan bagi debitur untuk menunda atau tidak melaksanakan
prestasi sesuai perjanjian, dengan ketentuan debitur tersebut mampu memberikan alasan bahwa kegagalan memenuhi
perjanjian bukan karena dirinya, melainkan karena sesuatu yang tak dapat diprediksi, dan tak dapat dihindarinya.
Kata kunci: Covid-19, Overmacht, Hukum, Perjanjian

Pendahuluan bulan ini. Berdasarkan data yang dilansir dari


Corona Virus Disease atau lebih dikenal laman Kawal Covid-19 atau kawalcovid19.id,
dengan Covid-19 bukan hanya menjadi ancaman hingga tanggal 02 April 2020 setidaknya ada
di Negara-negara luar, melainkan menjadi 1.677 pasien yang positif terkena covid-19 di
ancaman bagi masyarakat Indonesia beberapa Indonesia, sebanyak 1.417 pasien masih dirawat,

MIZANI: Wacana Hukum, Ekonomi dan Keagamaan 1|


Volume 7, No. 1, 2020
Tauratiya

103 pasien yang dinyatakan sembuh, dan 157 Akibat dari penyebaran Covid-19 ini mem­
pasien yang meninggal dunia.1 buat beberapa Negara menutup akses masuk­nya
Covid-19 merupakan wabah virus memati­ warga negara lain maupun impor barang-barang
kan yang pada tanggal 14 Maret 2020 ditetap­ tertentu yang berasal dari wilayah epidemic,
kan Pemerintah sebagai Bencana Nasional. seperti Indonesia yang pada tanggal 7 Februari
Pengumuman tersebut disampaikan oleh Presiden 2020 telah resmi menerbitkan Peraturan Menteri
Republik Indonesia melalui Kepala Badan Perdagangan No.10/2020 tentang Larangan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Sementara Impor Binatang Hidup dari Tiongkok.
Gedung BNPB Jakarta.2 Aturan tentang Bencana Beberapa pabrik di Tiongkok ditutup sementara
sebagai respon dari adanya wabah Covid-19.
Nasional terdapat pada Undang-Undang Nomor
Diperkirakan banyak entitas bisnis terganggu
24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana,
akibat adanya kebijakan lockdown dan social
dimana dalam ke­tentuan Pasal 1 ayat 1 dijelaskan
distancing, sehingga perusahaan atau seseorang
bahwa pengertian Bencana adalah suatu peristiwa
tidak dapat menepati janjinya sebagaimana yang
atau serangkaian peristiwa yang mengancam
sudah dibuat dalam perjanjian sebelumnya.
dan men­g­­ganggu kehidupan serta penghidupan
Salah satu contoh misalnya pe­ngiriman barang
masyarakat baik disebabkan oleh factor alam dan
dari daerah satu ke daerah lainnya di Indonesia
atau bukan factor alam, maupun faktor manusia
terkendala karena adanya pembatasan transportasi,
sehingga menyebabkan timbulnya korban jiwa,
dan me­nerapkan lockdown sebagaimana arahan
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
pemerintah, sehingga barang tersebut tidak
dampak psikologis.
dapat dikirimkan sesuai dengan jadwal yang
Penularan Covid-19 yang sangat cepat dan diperjanjikan. Dari contoh kasus di atas me­
mudah antara orang satu dengan lainnya, ancaman nimbulkan kemungkinan besar, bahwa Pandemi
risiko kematian bagi orang dewasa berusia diatas Covid-19 menyebabkan banyak kontrak per­
50 tahun atau orang dengan daya tahan tubuh janjian atau transaksi bisnis yang tertunda.
yang lemah, serta belum ditemukannya obat untuk Ketentuan Pasal 1313 KUHPerdata men­
menghadapi virus Covid-19 membuat banyak jelaskan bahwa perjanjian merupakan suatu
negara dan pemerintahan mengambil kebijakan perbuatan dimana seseorang atau lebih bersedia
yang berkaitan secara hukum, seperti lockdown mengikatkan dirinya kepada orang lain atau
atau social distancing. Pemerintah me­minta seluruh lebih. Perjanjian dalam hubungan kerja dapat
masyarakat untuk stay at home (berdiam diri di pula diartikan sebagai hubungan antara se­
rumah)atau work from home (kerja dari rumah). seorang yang bertindak sebagai pekerja atau
Keadaan ini menyebabkan aktivitas kegiatan sehari- buruh dengan seseorang yang bertindak sebagai
hari masyarakat dan pemerintahan mulai dari majikan.3 Isi dari perjanjian adalah prestasi yang
sekolah, bekerja, ber­dagang, dan lainnya menjadi harus dipenuhi para pihak, dimana kreditur
tidak efektif dan tertunda. Pandemi Covid-19 memiliki hak atas suatu prestasi yang disepakati,
tidak hanya berdampak pada masyarakat akibat sedangkan debitur memiliki kewajiban untuk
dari tidak dapat bekerja efektif, bahkan dampak melaksanakan prestasi tersebut, sehingga yang
yang sangat besar dirasakan pada semua aktivitas menjadi objek dari perjanjian adalah prestasi
korporasi baik nasional maupun global. itu sendiri. Dalam suatu perjanjian, para pihak
berhak untuk menentukan prestasinya berupa
1
“Hasil Riset Terbaru: Puncak Penyebaran Virus Corona
Tak Lama Lagi, Jadwal Pandemi Covid-19 Berakhir”, tribun- hak dan kewajiban yang mereka tulis dalam
timur.com,iihttps://makassar.tribunnews.com/2020/04/02/ bentuk pasal-pasal atau klausul-klausul, dimana
hasil-riset-terbaru-puncak-penyebaran-virus-corona-tak-lama- dalam pasal atau klausul tersebut menjelaskan
lagi-jadwal-pandemi-covid-19-berakhir, diakses pada tanggal 02
April 2020, Pukul 19.07 WIB.
2
Dikutip dari rilis resmi Kementerian Kesehatan RI  www. 3
Wiwoho Soedjono, Hukum Perjanjian Kerja (Jakarta:
kemkes.go.id, pada tanggal 04 April 2020, Pukul 13.25 WIB. Rineka Cipta, 1991), h. 9.

|2 MIZANI: Wacana Hukum, Ekonomi dan Keagamaan


Volume 7, No. 1, 2020
Overmacht: Analisis Yuridis Penundaan Pelaksanaan Prestasi Akibat Pandemi Covid-19

tentang aturan bagi si pembuat perjanjian dalam dijadikan sebagai alasan seseorang atau suatu
menjalani hubungan hukum mereka untuk perusahaan untuk menunda pelaksanaan prestasi
men­­capai tujuan yang disepakati. karena dianggap sebagai suatu overmacht, dan
Kebebasan para pihak untuk menentukan bagaimana kekuatan hukumnya?
isi perjanjian atau prestasi dikarenakan adanya
freedom of contract atau asas kebebasan ber­kontrak Metode Penelitian
yang tercermin dalam ketentuan pasal 1338 Penelitian ini merupakan penelitian yuridis
ayat (1) KUHPerdata. Didalam Pasal tersebut normatif dengan pendekatan kualitatif.
dijelaskan bahwa semua perjanjian yang dibuat Penelitian yuridis normatif merupakan pe­
secara sah, berlaku mengikat sebagai Undang- nelitian hukum yang menggunakan literature
Undang bagi para pihak yang membuatnya. Tiap sebagai sumber data atau dikenal pula sebagai
orang dapat membuat perjanjian-perjanjian penelitian kepustakaan.5
baru, baik hukum perjanjian bernama yang
Data utama penelitian ini berupa bahan-
dikenal dalam undang-undang dan yang isinya
bahan kepustakaan yang terdiri dari Undang-
dapat pula menyimpang dari perjanjian bernama
Undang, literatur, buku-buku lain yang ber­
yang diatur oleh Undang-Undang.4
kaitan dengan penelitian ini, yaitu meliputi:
Dalam perspektif hukum perjanjian, ke­
a) Bahan Hukum Primer
gagalan memenuhi prestasi atau memenuhi
kewajiban sebagaimana kesepakatan diistilahkan Bahan hukum primer berupa peraturan
dengan wanprestasi. Akan tetapi dalam hukum, perundang-undangan atau peraturan lain
wanprestasi dapat dibenarkan apabila seseorang yang memiliki kekuatan mengikat dan
atau perusahaan yang tidak memenuhi ke­ bersifat autoritatif.6
wajiban atau prestasi sesuai dengan perjanjian b) Bahan Hukum Sekunder
dapat membuktikan adanya suatu keadaan Bahan hukum sekunder berupa artikel ilmiah,
yang menghalangi dan tidak dapat dihindari, buku-buku ilmu hukum yang memberikan
serta bukan disebabkan oleh kesengajaan dari penjelasan mengenai bahan hukum primer.7
seseorang atau perusahaan tersebut, misanya
bencana alam, kebakaran, dan sebagainya. c) Bahan Hukum Tersier
Halangan yang tidak dapat dihindari yang Bahan hukum tersier berupa kamus hukum,
bukan disebabkan oleh kesengajaan manusia ensiklopedia, dan sebagainya yang men­
dalam hukum perjanjian diistilahkan dengan jelaskan bahan hukum primer dan sekunder.8
Overmacht atau keadaan memaksa.
Overmacht menurut doktrin dari ahli hukum Analisis Penundaan Pelaksanaan Prestasi
diartikan sebagai suatu keadaan tidak terduga Akibat Covid-19 Sebagai Suatu Overmacht
yang menghalangi debitur untuk melaksana­ Ketentuan Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata
kan prestasi atau kewajibannya sesuai dengan me­njelaskan bahwa suatu perjanjian mem­punyai
kesepakatan yang diperjanjikan, dan keadaan kekuatan mengikat sebagai suatu aturan atau
ini benar-benar tidak dapat dihindari debitur. Undang-Undang, bahkan sebagai lex specialis
Keadaan atau peristiwa tersebut tidak dapat di­
per­tanggungjawabkan kepada debitur, sementara 5
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum
debitur tersebut tidak beriktikad buruk. Normatif (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h. 13.
6
Piter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta:
Berdasarkan uraian diatas, maka muncul Kencana, 2005), h. 140.
pertanyaan apakah Pandemi Covid-19 dapat 7
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian
Hukum (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), h. 32.
8
Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Dualisme
4
J. Satrio, Hukum Perikatan (Perikatan pada Umumnya) Penelitian Hukum Normatif dan Empiris (Yogyakarta: Pustaka
(Bandung: Alumni, 1999), h. 36. Pelajar, 2010), h. 157–158.

MIZANI: Wacana Hukum, Ekonomi dan Keagamaan 3|


Volume 7, No. 1, 2020
Tauratiya

terhadap ketentuan umum bagi para pihak bahasa Belanda yang berarti keadaan memaksa,
yang membuat dan menandatangani perjanjian yaitu keadaan yang menghalangi penunaian
tersebut.9 Pasal tersebut juga menujukkan perikatan yang membebaskan seseorang dari
bahwa hukum perjanjian menganut sistem kewajiban mengganti biaya, kerugian dan bunga.13
ter­buka (opened system), sehingga memberi Selain itu, overmacht juga diartikan sebagai suatu
kebebasan sebesar-besarnya kepada setiap orang keadaan yang merajalela dan menyebabkan orang
untuk mengadakan perjanjian, sepanjang tidak tidak dapat menjalankan tugas dan kewajibannya,
melanggar Undang-Undang, kesusilaan dan dan dalam bahasa Perancis dikenal dengan istilah
ketertiban umum.10 Dalam membuat suatu Force Majeure yang memiliki arti yang sama.
perjanjian, para pihak harus memperhatikan Overmacht menurut doktrin dari ahli
dan memenuhi syarat-syarat suatu perjanjian hukum diartikan sebagai suatu keadaan tidak
yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata, terduga yang menghalangi debitur untuk me­
yaitu cakap/dewasa; kata sepakat; objek jelas; laksanakan prestasi atau kewajibannya sesuai
dan causa yang halal. dengan kesepakatan yang diperjanjikan, dan
Tidak semua maksud dan tujuan yang lahir keadaan ini benar-benar tidak dapat dihindari
dari hubungan hukum suatu perjanjian dapat debitur. Keadaan atau peristiwa tersebut tidak
selalu terlaksana, peristiwa tersebut terjadi dapat dipertanggungjawabkan kepada debitur,
akibat wanprestasi atau ingkar janji baik yang sementara debitur tersebut tidak beriktikad
di­
lakukan kreditur maupun debitur, adanya buruk. Hal ini tertuju pada keadaan yang
paksaan, kekeliruan, perbuatan curang, maupun diakibatkan oleh bencana alam atau kecelakaan-
keadaan yang memaksakan atau dikenal dalam kecelakaan yang terjadi di luar kemampuan
hukum Indonesia dengan overmacht. Dampak manusia dan tidak dapat dihindari, sehingga
dari munculnya keadaan ini menyebabkan suatu debitur tidak mungkin untuk memenuhi isi
perjanjian dapat dibatalkan atau batal demi perjanjian, contohnya pelaksanaan prestasi tidak
hukum.11 Dalam perjanjian, overmacht (keadaan sesuai dengan waktu yang sudah disepakati, atau
memaksa) menjadi salah satu klausa yang objek yang diperjanjikan telah musnah. Keadaan
tidak pernah dilupakan, hal ini dikarenakan memaksa dibedakan menjadi dua macam, yaitu
kedudukannya dalam suatu perjanjian yang absolut onmogelijkheid (keadaan memaksa yang
berada pada perjanjian pokok dan tidak ter­ absolut) dan relatieve onmogelijkheid (keadaan
pisahkan sebagai suatu perjanjian tambahan memaksa yang relatif).14
atau perjanjian baru, serta dikaitkan dengan Absolut onmogelijkheid atau keadaan memaksa
perjanjian pokok selayaknya perjanjian accesoir.12 yang absolut merupakan suatu keadaan atau
Riduan Syahrani menjelaskan bahwa dalam peristiwa dimana debitur sama sekali tidak
kamus hukum, istilah overmacht berasal dari dapat memenuhi prestasinya, hal ini biasanya
disebabkan oleh karena adanya banjir bandang,
9
Ricardo Simanjuntak, Akibat Dan Tindakan-Tindakan gempa bumi, dan adanya lahar akibat gunung
Hukum Terhadap Pencantuman Klausula Baku Dalam Polis meletus. Sedangkan, relatieve onmogelijkheid
Asuransi Yang Bertentangan Dengan Pasal 18 Undang-Undang
No.8/1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Jurnal Hukum
atau keadaan memaksa yang relatif merupakan
Bisnis, Vol. 22, No. 2 (2003), h. 56. suatu keadaan atau peristiwa yang menyebabkan
10
Subekti, Aneka Perjanjian (Bandung: Citra Aditya Bakti, debitur mungkin untuk melaksanakan prestasi­
1995), h. 3.
11
Elly Erawati, Herlien Budiono, Penjelasan Hukum Tentang nya, meskipun pemenuhan prestasi dilakukan
Kebatalan Perjanjian (Jakarta: Nasional Legal Reform Program- dengan memberikan korban yang besar yang tidak
Gramedia, 2010), h. 5. seimbang atau menggunakan kekuatan jiwa yang
12
Perjanjian accesoir ialah perjanjian yang sifatnya tambahan
dan bergantung kepada perjanjian pokoknya, contohnya suatu
perjanjian pinjam-meminjam dengan jaminan, dimana dalam 13
Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum
hal ini perjanjian pinjam-meminjam merupakan perjanjian Perdata (Bandung: Alumni, 2006), h. 243.
pokok, sedangkan jaminan merupakan perjanjian tambahannya. 14
Subekti, Hukum Perjanjian (Jakarta: Intermasa, 1987), h. 56.

|4 MIZANI: Wacana Hukum, Ekonomi dan Keagamaan


Volume 7, No. 1, 2020
Overmacht: Analisis Yuridis Penundaan Pelaksanaan Prestasi Akibat Pandemi Covid-19

di luar kemampuan manusia atau kemungkinan prestasinya pada kreditur. Contohnya, dalam
tertimpa bahaya kerugian yang sangat besar. penyerahan sebuah rumah oleh debitur tidak
Adanya sifat mutlak dan relatif overmacht dapat dilaksanakan karena rumah tersebut telah
menunjukkan pembedaan antara keduanya.Sifat musnah akibat bencana alam atau kejadian
mutlak dikaitkan dengan pembatalan atau batal lainnya. Selanjutnya, teori ini berkembang
terhadap suatu kewajiban debitur dikarenakan menjadi teori yang tidak lagi hanya berpegang
musnahnya objek perjanjian, sedangkan relatif pada suatu ketidakmungkinan yang mutlak,
yang diartikan dengan gugur menunjukkan melainkan juga teori ini menganggap bahwa
prestasi dapat dilakukan oleh debitur, tetapi suatu keadaan dianggap sebagai keadaan
tidak memiliki nilai dalam pandangan kreditur.15 memaksa apabila barang atau objek perjanjian
Abdulkadir Muhammad merinci sifat mutlak tersebut hilang atau di luar perdagangan.17
dan relatif overmacht sebagai berikut:16 Sedangkan, dalam teori subjektif dijelaskan
bahwa suatu keadaan memaksa apabila terjadi
1. Keadaan yang menunjukkan sifat mutlak
keadaan memaksa pada debitur mengingat
dari keadaan memaksa yaitu keadaaan
keadaan pribadinya tidak dapat memenuhi
atau peristiwa yang menunjukkan prestasi
prestasinya, maka terhapuslah keadaan debitur
tidak dapat dipenuhi karena suatu hal yang
tersebut. Berdasarkan teori ini, maka debitur
memusnahkan, membinasakan, dan meng­
tidak dapat dimintai pertanggungjawaban oleh
hancurkan objek dari perjanjian.
kreditur karena tidak menyebabkan kesalahan
2. Keadaan yang dapat bersifat mutlak atau apapun. Dalam hal ini ajaran subjektif mengakui
relative yaitu keadaaan atau peristiwa yang adanya keadaan memaksa, tetapi jika ini me­
menunjukkan prestasi tidak dapat dipenuhi nyangkut industry besar maka tidak dikenal
karena suatu hal yang dapat menghalangi adanya suatu keadaan memaksa.18
perbuatan debitur untuk memenuhi prestasi.
Keadaan memaksa dikaitkan pula dengan
3. Keadaan yang menunjukkan bahwa ke­ teori penghapusan atau peniadaan kesalahan
salahan tidak berada pada kedua belah pihak (afwesigheid van schuld), dimana teori ini mem­
khususnya debitur yaitu keadaan yang tidak berikan keringanan kepada debitur untuk
pasti, karena tidak dapat diketahui atau tidak bertanggungjawab terhadap suatu ke­
diduga akan terjadi oleh kreditur atau debitur wajiban yang seharusnya dilakukan, karena
pada saat mengadakan perjanjian. kesalahan tersebut bukan berasal dari debitur.
Terdapat dua teori yang membahas tentang Teori ini menjelaskan bahwa debitur tidak
keadaan memaksa, yaitu teori objektif dan perlu mem­ bayar ganti rugi,selain itu beban
teori subjektif. Dalam teori objektif, dijelaskan resiko tidak berubah terutama pada keadaan
bahwa suatu keadaan menyebabkan tidak memaksa sementara, serta kecuali terhadap
mungkin untuk melakukan prestasi yang diper­ Pasal 1460 KUHPerdata, kreditur tidak berhak
janjikan karena ketidak mampuan debitur atas pemenuhan prestasi, tetapi bersamaan
untuk menghadapi kenyataan tersebut, atau dengan pembebasan dari kewajibannya untuk
dengan kata lain debitur dapat mengemukakan menyerahkan kontra prestasi.19
tentang keadaan memaksa apabila pemenuhan Overmacht difokuskan pada suatu keadaan
prestasinya bagi setiap orang mutlak tidak atau peristiwa yang terjadi di luar kemampuan
mungkin dilaksanakan. Dalam hal ini, debitur dan menghalanginya untuk memenuhi
debitur sama sekali tidak mungkin melakukan
17
Sukarmi, Cyber Law: Kontrak Elektronik dalam Bayang-
bayang Pelaku Usaha, (Bandung: Pustaka Sutra, 2008), h. 39
15
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, 18
Sukarmi, Cyber Law…, h. 40.
(Bandung: Alumni, 1993), h. 206. 19
Salim, Erlies Septiana Nurbani, Perbandingan Hukum
16
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan (Bandung: Perdata Comparative Civil Law, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014),
Citra Aditya Bakti, 1992), h. 28. h. 264.

MIZANI: Wacana Hukum, Ekonomi dan Keagamaan 5|


Volume 7, No. 1, 2020
Tauratiya

prestasi, bukan suatu keadaan yang secara sengaja tidaknya resiko tidak dipikul oleh debitur.23
dibuat atau timbul karena suatu kelalaian yang Keadaan memaksa memiliki unsur-unsur yaitu:
disebabkan oleh tindakan debitur atau adanya peristiwa atau keadaan yang tidak terduga; tidak
vreemde oorzak (sebab luar).20 dapat dipertanggungjawabkan kepada debitur;
Pasal 1244 KUHPerdata berbunyi: tidak ada itikad buruk dari debitur; adanya
keadaan yang tidak disengaja oleh debitur;
“Jika ada alasan untuk itu si berhutang harus
keadaan itu menghalangi debitur berprestasi; jika
dihukum mengganti biaya, rugi dan bunga, bila ia
tidak membuktikan, bahwa hal tidak dilaksanakan prestasi dilaksanakan maka akan terkena larangan;
atau tidak pada waktu yang tepat dilaksanakannya keadaan di luar kesalahan debitur; debitur tidak
perjanjian itu, disebabkan karena suatu hal yang gagal berprestasi (menyerahkan barang); kejadian
tak terduga, pun tak dapat dipertanggungjawabkan tersebut tidak dapat dihindari oleh siapa pun;
padanya, kesemuanya itu pun jika itikad buruk debitur tidak terbukti melakukan kelalaian atau
tidak ada pada pihaknya.” kesalahan. Dengan terpenuhinya unsur-unsur
Pasal 1245 KUHPerdata berbunyi: keadaan memaksa tersebut, maka debitur tidak
“Tidaklah biaya, rugi dan bunga harus digantinya, diwajibkan untuk membayar ganti rugi, dan
apabila karena keadaan memaksa (overmacht) dalam hal perjanjian timbal balik, kreditur tidak
atau karena suatu keadaan yang tidak disengaja, dapat menuntut pembatalan karena perikatannya
si berutang berhalangan memberikan atau berbuat dianggap gugur atau ter­ hapus. Akan tetapi,
sesuatu yang diwajibkan, atau karena hal-hal yang berdasarkan ketentuan Pasal 1444 ayat 1 dan
sama telah melakukan perbuatan yang terlarang.” ayat 4 KUHPerdata, dijelas­ kan pula tentang
Berdasarkan ketentuan Pasal 1244 dan 1245 pemenuhan ganti rugi yang berbunyi:
KUHPerdata yang menjadi landasan hukum 1. Jika barang tertentu yang menjadi pokok per­
overmacht telah ditetapkan bahwa keadaan setujuan musnah, tak dapat diper­dagang­kan,
memaksa dijadikan sebagai alasan hukum atau hilang hingga tak diketahui sama sekali
yang membebaskan debitur dari ke­ wajiban­ apakah barang itu masih ada, atau tidak,
nya untuk melaksanakan prestasi atau me­ maka hapuslah perikatannya, asal barang itu
laksana­kan pemenuhan (nakoming) dan ganti musnah atau hilang di luar kesalahan debitur
rugi (schadevergoeding), meskipun debitur telah dan sebelum ia lalai me­nyerahkannya.
melakukan perbuatan melanggar hukum/
onrechtmatigedaad.21 2. Dengan cara bagaimanapun suatu barang
hilang atau musnah, orang yang mengambil
Purwahid Patrik mengemukakan syarat di­
barang itu sekali-kali tidak bebas dan
ber­
lakukannya suatu keadaan memaksa, yaitu
kewajiban untuk mengganti harga.
adanya suatu halangan dalam memenuhi
kewajiban, halangan tersebut muncul bukan Hal inilah yang menyebabkan keadaan me­
disebabkan atas kesalahan debitur atau resiko maksa disebut sebagai rechtvaardigings-grond
debitur.22 Sedangkan, R. Subekti dalam Amran atau dasar hukum yang membenarkan. Istilah
Suadi menyatakan overmacht terjadi karena overmacht tidak hanya dikenal dalam ranah
keadaan tesebut terjadi diluar kekuasaan debitur Hukum Perdata saja, melainkan terdapat pula
dan memaksa, keadaan tersebut merupakan suatu dalam Pasal 48 dan Pasal 49 Kitab Undang-
keadaan yang tidak dapat diketahui terjadinya undang Hukum Pidana (KUHP), dimana di­
pada saat perjanjian itu dibuat, dan setidak- jelaskan bahwa seorang tertuduh tidak boleh
dihukum apabila tindak pidana yang dilaku­
20
M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, (Bandung: kannya itu dalam keadaan overmacht. Dari
Alumni, 1982), h. 89-90.
21
M. Yahya Harahap, Segi-Segi…, h. 82-98
22
Purwahid Patrik, Dasar-Dasar Hukum Perikatan 23
Amran Suadi, Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah
(Perikatan yang lahir dari perjanjian dan Undang-Undang), (Penemuan dan Kaidah Hukum), (Jakarta: Prenadamedia Grup,
(Bandung: Mandar Maju, 1994), h. 18. 2018), h. 116.

|6 MIZANI: Wacana Hukum, Ekonomi dan Keagamaan


Volume 7, No. 1, 2020
Overmacht: Analisis Yuridis Penundaan Pelaksanaan Prestasi Akibat Pandemi Covid-19

ketentuan pasal tersebut, dapat disimpulkan pembatasan jalur masuk antar daerah, serta me­
bahwa dalam hukum pidanapun suatu perbuatan minta seluruh masyarakat untuk stay at home
yang onrechtmatigedaad, tetapi dilakukan di (berdiam diri dirumah)atau work from home
bawah tekanan atau pengaruh overmacht akan (kerja dari rumah) secara langsung menghambat
melepaskan si pelanggar dari tuntutan. pelaksanaan prestasi atau kewajiban dalam suatu
Pasal atau klausul yang mengatur tentang kontrak perjanjian, sehingga menyebabkan hal
keadaan memaksa atau overmacht dalam sebuah ini dapat digolongkan dalam keadaan memaksa
perjanjian adalah hal yang sudah biasa ada. Dalam atau overmahcht. Terhalangnya suatu pihak
hukum perjanjian, segala hal yang telah disepakati untuk memenuhi prestasi akibat kondisi ini
para pihak akan menjadi hukum yang mengikat termasuk dalam keadaan keadaan memaksa atau
para pembuatnya. Apabila dalam hal ini para overmahcht, sehingga risiko yang ditimbulkan
pihak tidak mencantumkan klausula keadaan karenanya ditanggung bersama oleh para pihak
memaksa atau overmacht dalam per­janjian, maka dalam perjanjian, kecuali sudah ditentukan dan
dapat mengacu pada ketentuan dalam Pasal diatur siapa yang menanggung risiko jika terjadi
1245 KUHPerdata yang sifatnya melengkapi isi keadaan memaksa atau overmacht oleh para pihak.
perjanjian, dengan syarat debitur harus mampu Dari beberapa pendapat para ahli hukum
mem­buktikan kegagalannya me­menuhi prestasi Indonesia dapat disimpulkan bahwa Pandemi
diakibatkan peristiwa tidak terduga atau diluar Covid-19 dianggap sebagai suatu keadaan me­
kehendaknya. Timbul masalah baru apabila para maksa atau overmacht, sehingga dapat dijadi­kan
pihak mengatur sebalik­nya dalam suatu klausula alasan bagi debitur untuk menunda atau tidak
perjanjian, yaitu tidak memasukkan epidemi melaksanakan prestasi sesuai perjanjian, dengan
penyebaran virus men­jadi salah satu jenis dari ketentuan debitur tersebut mampu mem­berikan
keadaan overmacht, sehingga hal ini tidak bias alasan bahwa kegagalan memenuhi perjanjian
digolongkan sebagai keadaan memaksa. bukan karena dirinya, melainkan karena sesuatu
yang tak dapat diprediksi, dan tak dapat dihindari
Dengan penetapan Covid-19 sebagai Bencana
yaitu Covid-19. Contohnya yaitu dalam perjanjian
Nasional pada tanggal 14 Maret 2020. Achmad
jual beli melalui situs perbelanjaan online yg ada
Yurianto sebagai Juru Bicara Pemerintah untuk
di Indonesia, dimana setelah kreditur membayar
kasus Covid-19tanggal 15 Maret 2020 di-
sejumlah uang untuk barang yang dipesannya,
Komplek Istana Negaramenjelaskan bahwa ber­
debitur memiliki kewajiban untuk mengirimkan
dasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 24
barang tersebut pada tanggal yang sudah
Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana,
diperjanjikan, dan harus sampai pada tanggal
terdapat tiga jenis bencana yang dibedakan
yang sudah disepakati. Dalam kasus ini, debitur
dalam aturan ini, yaitu Bencana Alam, Bencana
sudah mengirimkan barang sesuai dengan tanggal
Nonalam, dan Bencana Sosial.Penyebaran virus
yang sudah ditentukan, akan tetapi karena adanya
Covid-19 dikategorikan kedalam jenis bencana
pembatasan penerbangan di setiap bandara di
nonalam. Pengertian bencana non alam dalam
provinsi-provinsi Indonesia akibat Pandemi
Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Penanggulangan
Covid-19, barang yang dikirimkan tidak dapat
Bencana diartikan sebagai suatu bencana yang
diterima kreditur sesuai dengan tanggal yang telah
diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
disepakati. Dalam hal ini, kreditur tidak dapat
peristiwa non alam yang disebabkan beberapa
menuntut pertanggungjawaban debitur tersebut,
hal misalnya gagal teknologi, gagal modernisasi,
akan tetapi debitur tersebut harus mampu
epidemi, dan wabah penyakit.
memberikan alasan bahwa kegagalan memenuhi
Adanya regulasi yang dikeluarkan oleh perjanjian bukan karena dirinya, melainkan
pemerintah yang berwenang dan kebijakan karena sesuatu yang tak dapat diprediksi, dan
pemerintah daerah maupun nasional yang tak dapat dihindari yaitu akibat dari pembatasan
mem­berlakukan lockdown atau social distancing, karena Covid-19. Untuk menghindari sengketa,

MIZANI: Wacana Hukum, Ekonomi dan Keagamaan 7|


Volume 7, No. 1, 2020
Tauratiya

para pihak dapat mengambil langkah yang salah Muhammad, Abdulkadir. Hukum Perdata
satunya dengan melakukan renegosiasi perjanjian Indonesia, Bandung: Alumni, 1993.
atau mengatur ulang prestasi yang harus dilakukan Fajar, Mukti dan Yulianto Achmad ND.
sampai kondisi kembali normal. Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
Empiris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Penutup Nurbani, Erlies Septiana dan Salim.
Overmacht (keadaan memaksa) dalam sebuah Perbandingan Hukum Perdata Comparative
Civil Law, Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
perjanjian menjadi salah satu klausa yang
tidak pernah dilupakan, hal ini dikarenakan Patrik, Purwahid. Dasar-Dasar Hukum
Perikatan (Perikatan yang lahir dari
kedudukannya dalam suatu perjanjian berada
perjanjian dan Undang-Undang), Bandung:
pada perjanjian pokok, tidak terpisah sebagai
Mandar Maju, 1994.
suatu perjanjian tambahan dan dikaitkan dengan
Satrio, J. Hukum Perikatan, Perikatan pada
perjanjian pokok selayaknya perjanjian accesoir.
Umumnya, Bandung: Alumni, 1999.
Adanya regulasi terkait Pandemi Covid-19
Soedjono, Wiwoho. Hukum Perjanjian Kerja.
yang dianggap sebagai Bencana Nasional yang
Jakarta: Rineka Cipta, 1991.
dikeluarkan oleh pemerintah berwenang,
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. Penelitian
serta kebijakan pemerintah daerah maupun
Hukum Normatif, Jakarta: PT. Raja Grafindo
nasional yang memberlakukan lockdown atau
Persada, 2001.
social distancing, pembatasan jalur masuk antar
Soemadipradja dan Rahmat S.S. Penjelasan Hukum
daerah, serta meminta seluruh masyarakat untuk
tentang Keadaan Memaksa. Jakarta: Nasional
stay at home (berdiam diri dirumah)atau work Legal Reform Program-Gramedia, 2010.
from home (kerja dari rumah) secara langsung
Suadi, Amran. Penyelesaian Sengketa Ekonomi
mengakibatkan terhambatnya pelaksanaan Syariah (Penemuan dan Kaidah Hukum),
prestasi atau kewajiban debitur dalam suatu Jakarta: Prenadamedia Grup, 2018.
kontrak perjanjian. Terhalangnya suatu pihak Subekti. Aneka Perjanjian. Bandung: Citra Aditya
untuk memenuhi prestasi akibat kondisi Bakti, 1995.
ini termasuk dalam keadaan memaksa atau Subekti. Hukum Perjanjian. Jakarta: Intermasa,
overmahcht, sehingga risiko yang ditimbulkan 1987.
karenanya ditanggung bersama oleh para pihak Sukarmi, Cyber Law: Kontrak Elektronik dalam
dalam perjanjian, kecuali sudah ditentukan dan Bayang-bayang Pelaku Usaha, Bandung: Pustaka
diatur siapa yang menanggung risiko jika terjadi Sutra, 2008.
overmacht oleh para pihak. Syahrani, Riduan. Hukum Perikatan, Bandung:
Citra Aditya Bakti, 1992.
Pustaka Acuan
Syahrani, Riduan. Seluk Beluk dan Asas-asas
Asikin, Zainal dan Amiruddin. Pengantar Hukum Perdata, Bandung: Alumni, 2006.
Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Waode, Desy Dwi Safitri. “Upaya Hukum Dan
RajaGrafindoPersada, 2012. Penyelesaian Akibat Wanprestasi Serta
Erawati, Elly, Herlien Budiono. Penjelasan Overmacht Dalam Perjanjian Pembiayaan”,
Hukum Tentang Kebatalan Perjanjian, Dedikasi Jurnal Mahasiswa, Vol. 1, No. 1,
Jakarta: Nasional Legal Reform Program- 2018.
Gramedia, 2010. Simanjuntak, Ricardo. “Akibat Dan Tindakan-
Fuady, Munir. Hukum Kontrak (dari Sudut Pandang Tindakan Hukum Terhadap Pencantuman
Hukum Bisnis), Bandung: Alumni, 2003. Klausula Baku Dalam Polis Asuransi Yang
Harahap, M. Yahya. Segi-Segi Hukum Perjanjian. Bertentangan Dengan Pasal 18 Undang-
Bandung: Alumni, 1982. Undang No.8/1999 Tentang Perlindungan
Konsumen”, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 22,
Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum,
No. 2, 2003.
Jakarta: Kencana, 2005.

|8 MIZANI: Wacana Hukum, Ekonomi dan Keagamaan


Volume 7, No. 1, 2020

Anda mungkin juga menyukai