Anda di halaman 1dari 20

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

TT/MnR

DOSEN
Hj. IRMA DEWI ST, MT.

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1 :
AFRIDEL MAHRUL (1607210072)
DWI AMBAR KARTIKA RATREI (1707210184)
MHD. RIQI FAUZAN (1707210156)
OKKY ADITYA FAHREZA (1707210155)

KELAS D1 PAGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA


FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK SIPIL

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, maka kami bisa
menyelesaikan karya Tulis Ilmiah ini dengan harapan semoga karya tulis ini bisa bermanfaat
dan menjadikan referensi bagi pembaca.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada:

1. Rizki Efrida S.T, M.T selaku dosen mata kuliah keselamatan transportasi yang telah
memberikan ilmu kepada kami.
2. Teman–teman yang telah membantu kami langsung ataupun tidak langsung dalam
pembuatan karya tulis ilmiah ini.
3. Orang tua kami, berkat dorongan dan semangat yang diberikan karya tulis ilmiah ini
dapat terselesaikan dengan baik.

Karya tulis ilmiah yang berjudul “Kasus Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
Pembangunan Gedung” bertujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca. Karya
tulis ilmiah ini juga sebagai persyaratan tugas mata kuliah K3. Akhir kata semoga bisa
bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya pada diri penulis sendiri dan semua yang
membaca karya tulis ilmiah, semoga bisa dipergunakan dengan semestinya.

Medan, April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Tujuan Penulisan 2

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA


2.1. Pengertian Kesehatan Kerja 3
2.2. Pengertian Keselamatan Kerja 4

2.3. Maksud dan Tujuan Program K3 4


2.4. Ruang Lingkup Kesehatan, Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3) 5

2.5. Alat Pelindung Diri (APD) 6

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN


3.1. Metodologi Penelitian Yang Digunakan 8

BAB 4 PEMBAHASAN
4.1. Kesehatan Keselamatan Kerka (K3) 10
4.2. Promosi Program K3 10
4.3. Alat Pelindung Diri (APD) 11
4.4. Sarana Peralatan K3 16

BAB 5 KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan 17

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam kegiatan sehari-hari dalam melakukan aktivitas, kita sering tidak menduga
akan mendapatkan resiko kecelakaan pada diri kita sendiri. Banyak sekali masyarakat
yang belum menyadari akan hal ini, termasuk di Indonesia. Baik di lingkungan kerja
(perusahaan, pabrik, atau kantor), di jalan raya, tempat umum maupun di lingkungan
rumah. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi
pekerja, perusahaan, lingkungan hidup dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat
kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh
perusahaan juga instansi pemerintahan. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja bertujuan menciptakan sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja
dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang
terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat
kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (Azmi, 2008).
Penerapan K3 adalah untuk mengurangi atau mencegah kecelakaan yang mengakibatkan
cidera atau kerugian materi. Karena itu, para ahli K3 berupaya mempelajari fenomena
kecelakaan, faktor penyebab, serta cara efektif untuk mencegahnya. Upaya pencegahan
kecelakaan kerja di Indonesia masih menghadapi berbagai kendala, salah satu
diantaranya adalah pola pikir yang masih tradisional yang menganggap kecelakaan
adalah sebagai musibah, sehingga masyarakat bersifat pasrah terhadap kecelakaan kerja
yang menimpa mereka (Ramli, 2010).
Keselamatan dan kesehatan kerja harus dikelola sebagaimana dengan aspek lainnya
dalam perusahaan seperti operasi, produksi, logistik, sumber daya manusia, keuangan
dan pemasaran. Aspek K3 tidak akan bisa berjalan seperti apa adanya tanpa adanya
intervensi dari manajemen berupa upaya terencana untuk mengelolanya. Karena itu ahli
K3 sejak awal tahun 1980an berupaya meyakinkan semua pihak khususnya manajemen
organisasi untuk menempatkan aspek K3 setara dengan unsur lain dalam organisasi. Hal
inilah yang mendorong lahirnya berbagai konsep mengenai manajemen K3. Menurut
Kepmenaker 05 tahun 1996, Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem secara

1
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan/desain, tanggung jawab,
pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan, bagi pengembangan,
penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud K3?
2. Apa yang dimaksud APD seta macam-macamnya?
3. Apa saja peralatan pemadam kebakaran?
4. Bagaimana K3 di Konstruksi Gedung?

1.4 Maksud dan Tujuan


1. Dapat mengetahui apa itu K3
2. Dapat mengetahui APD serta macam-macamnya
3. Dapat mengetahui macam-macam alat pemadam kebakaran
4. Dapat mengetahui K3 di Konstruksi Gedung

2
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

1.1 Pengertian Kesehatan Kerja


Pelaksanaan Kesehatan Kerja merupakan salah satu upaya untuk menciptakan
tempat atau lingkungan kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi atau terbebas dari kejadian kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja suatu perusahaan atau lingkungan kerja. Kesehatan tidak hanya
berarti terbebasnya seseorang dari penyakit, tetapi pengertian sehat mempunyai
makna sehat secara fisik, mental dan juga sehat secara sosial. Guna melindungi
peserta diklat terhadap setiap gangguan yang timbul dari pelatihan atau lingkungan
kerja serta untuk meningkatkan kesehatan tubuh dan jasmani, kondisi mental atau
rohani dan kemampuan fisik dari peserta diklat maka perlu adanya pemeliharaan
kerja terhadap terhadap para peserta diklat. Para peserta diklat dapat bekerja dengan
baik apabila kesehatan dari para peserta diklat tidak mengalami gangguan yang
cukup berarti.
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2009: 161) bahwa: “Kesehatan Kerja adalah
menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa
sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja”.
Bentuk pelayanan kesehatan yang diselenggarakan didalam suatu lembaga pada
umunya akan sangat bervariasi. Ada yang melengkapi dengan tenaga ahli sendiri
namun karena dirasa kurang mampu ada yang mempersiapkan tenaga medis pada
hari-hari tertentu saja. Apabila pada Balai Latihan Kerja memberikan dan menjamin
pelayanan kesehatan yang cukup baik kepada para peserta diklat, maka dengan
kondisi kesehatan yang cukup baik para peserta diklat akan dapat mengikuti
pelatihan kerja dengan baik dan berjalan dengan lancar.
Menurut Suma’mur (1985: 1) bahwa :
Kesehatan kerja adalah Spesialisasi dalam ilmu Kesehatan/Kedokteran
beserta praktiknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja
memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fiisik atau mental
maupun sosial, dengan usahausaha preventif dan kuratif terhadap
penyakitpenyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-

3
faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit
umum.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan Kesehatan kerja adalah sehat tidak
hanya berarti terbebasnya seseorang dari penyakit tetapi pengertian sehat
mempunyai makna sehat secara fisik, mental, dan sosial.Suatu pelayanan kesehatan
terhadap seseorang didalam pekerjaan yang dimaksudkan untuk memelihara kondisi
kesehatan demi peningkatan produktivitas kerja

2.2 Pengertian Keselamatan Kerja


Keselamatan Kerja merupakan aspek penting dalam pekerjaan. Keselamatan Kerja
selalu menjadi perhatian utama pada saat melakukan pekerjaan, hal ini karena
keselamatan kerja mempunyai kontribusi penting dalam peningkatan kinerja dan
produktivitas pekerja.
Menurut Moenir, A.S (1987: 146) bahwa Keselamatan Kerja adalah suatu keadaan
dalam lingkungan kerja atau tempat kerja yang dapat menjamin secara maksimal
keselamatan orang-orang yang berada didaerah atau tempat tersebut, baik orang
tersebut pegawai ataupun bukan pegawai organisasi kerja itu.
Menurut Suma’mur (1985: 1) bahwa: “Keselamatan Kerja adalah keselamatan yang
berhubungan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dari proses pengolahannya,
landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan Keselamatan Kerja adalah suatu
kondisi terciptanya jaminan keselamatan atas segala sesuatu yang berkaitan dengan
pekerjaan yang mencakup tenaga kerja, alat-alat kerja, proses kerja serta lingkungan
kerja.

2.3 Maksud Dan Tujuan Program K3


Program K3 merupakan upaya untuk menghindari dari menanggulangi terjadinya
kecelakaan serta peningkatan kondisi kesehatan kerja. Menurut Anwar Prabu
Mangkunegara (2009: 162) bahwa: Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah
sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
baik fisik, sosial dan psikologis.

4
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya,
seefektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar ada jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
e. Agar meningkat kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebakan oleh lingkungan
atau kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
Menurut Randall S schuller dan Susan E. Jackson dikutip dan diterjemahkan oleh
Abdul Rosyid (1999: 197) mengemukakan tentang tujuan pentingnya Keselamatan
dan Kesehatan Kerja bahwa:
Jika perusahaan dapat menurunkan tingkat dan beratnya kecelakaan-
kecelakaan kerja, penyakit dan hal-hal yang berkaitan dengan stress, serta
mampu meningkatkan kualitas kehidupan kerja para pekerjanya, perusahaan
akan semaki efektif. Peningkatan-peningkatan terhadap hal ini akan
menghasilkan: (1) meningkatnya produktivitas karena menurunnya jumlah
hari kerja yang hilang, (2) meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang
lebih berkomitmen, (3)menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi, (4)
tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah
karena menurunnya pengajuan klaim, (5) fleksibilitas dan adaptabilitas yang
lebih besar sebagai akibat dari meningkatnya partisipasi dan rasa
kepemilikan dan, (6) rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena
meningkatnya citra perusahaan
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa maksud dan tujuan K3 pada
hakekatnya adalah demi keefektifan lembaga serta peningkatan daya produktivitas
kerja.Jika hal tersebut dapat tercapai maka lembaga dapat meningkatkan keuntungan
secara substansial demi keberlangsungan lembaga tersebut.

2.4 Ruang lingkup Kesehatan, Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3)


Ruang lingkup Keselamatan dan Kesehatan Kerja mencakup hal yang sangat luas
sehingga diperlukan pengelolaan yang sesuai agar program keselamatan dan
kesehatan kerja dapat tercapai dengan baik. Ruang lingkup K3 menurut Basir
Barthos (2004: 138) meliputi:
a. Ketentuan K3 berlaku disetiap tempat kerja yang mencakup 3 unsur pokok
(tenaga kerja, bahaya kerja dan usaha baik bersifat ekonomis maupun sosial).
b. Ketentuan K3 berkait dengan perlindungan

5
c. Tenaga kerja
d. Alat, bahan dan mesin
e. Lingkungan
f. Proses produksi
g. Sifat pekerjaan
h. Cara kerja
i. Persyaratan K3 ditetapkan sejak perencaan, pembuatan, pemakaian barang
ataupun tekhnis dan seterusnya.
j. K3 merupakan tanggung jawab semua pihak,khususnya pihak yang terkait
dengan penyelenggaraan suatu usaha.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan ruang lingkup K3 adalah ruang
lingkup K3 harus dikelola secara sistematis, terencana dan berkesinambungan agar
aspek-aspek yang ada dalam ruang lingkup Kesehatan, Keamanan dan Keselamatan
Kerja (K3) saling mendukung untuk mencapai sasaran dan tujuan program K3.

2.5 Alat Pelindung Diri (APD)


Alat Pelindung Diri (APD) merupakan suatu perlengkapan yang sangat penting
digunakan pada saat pelatihan, hal ini berfungsi guna melindungi para peserta diklat
dari risiko bahaya kecelakaan. Pakaian kerja yang merupakan hal yang harus
diperhatikan dalam proses pelatihan sebab adanya pakaian kerja yang kurang
nyaman dan tidak sesuai akan menganggu proses pelatihan bahkan bisa
menyebabkan terjadinya kecelakaan. Menurut Suma’mur (1985: 295) bahwa: Dalam
menetapkan pemilihan atau penggunaan pakaian kerja, perlu diikuti ketentuan-
ketentuan atau petunjuk-petunjuk dibawah ini:
a. Dalam pemilihan pakaian kerja, harus diperhitungkan bahaya-bahaya yang
mungkin menimpa peserta diklat, dan pakaian kerja harus dipilih menurut
kemampuannya untuk mengurangi bahaya sebesar mungkin.
b. Pakaian kerja harus pas betul tanpa bagian-bagian atau tali yang longgar dan
kantung, jika ada , harus sedikit mungkin jumlahnya dan sekecil mungkin
ukurannya.
c. Baju longgar atau sobek, dasi dan kunci berantai atau arloji berantai tidak boleh
dipakai di dekat bagian-bagian mesin yang bergerak.

6
d. Jika kegiatan produksi bertalian dengan bahaya peledakan atau kebakaran harus
dicegah pemakaian bahan yang terbuat dari seluloid atau bahan-bahan yang dapat
terbakar lainnya ketika bekerja.
e. Baju berlengan pendek lebih baik dari baju berlengan panjang yang digulung
lengannya ke atas.
f. Benda-benda tajam atau runcing, bahan-bahan eksplosif atau cairan-cairan yang
dapat terbakar tidak boleh dibawa dalam kantong pakaian.
g. Peserta diklat yang menghadapi debu-debu yang dapat terbakar, ekplosif atau
beracun tidak boleh memakai baju berkantong, memiliki lipatan dan lain-lain
yang mungkin menjadi tempat berkumpulnya debu.
Peralatan pelindung diri merupakan perkembangan sejarah alat perlindungan diri
sejalan dengan penggunaan pagar pengaman. Pada masa silam dahulu, ketika
teknologi mulai berkembang, desain alat-alat proteksi diri sama sekali tidak
memadai, atau bahkan tidak menggunakan sama sekali karena mereka lebih senang
tanpa perlindungan dengan akibat mungkin terjadinya kecelakaan pada kepala, mata,
kaki dan lain-lainnya. Sekarangpun, alat-alat perlindungan diri masih dianggap
menganggu pelaksanaan pelatihan. Desain dan pembuatannya merupakan suatu
hambatan besar. Harus diterapkan standarstandar tertentu tentangnya. Selain itu,
alat-alat proteksi harus diuji terlebih dahulu dalam kemampuan perlindungannya.
Menurut Suma’mur (1985: 296) bahwa:
“Aneka alat-alat perlindungan diri adalah sebagai berikut:a) Kaca mata, b) Sepatu
pengaman, c) Sarung tangan, d) Topi pengaman, e) Perlindungan
telinga”.Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Alat Pelindung
Diri (APD) sangat penting untuk digunakan karena penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) akan mencegah dan melindungi diri dari bahaya risiko terjadinya kecelakaan
yang dapat berakibat merugikan diri sendiri bahkan orang lain

7
BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif
dengan jenis pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha
untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data. Menurut
Usman (2009:4) penelitian dengan menggunakan metode deskriptif bermaksud membuat
penyandaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat
populasi tertentu.
Sedangkan menurut Sugiyono (2013:2) metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Ciri penelitian deskriptif kualitatif
adalah melakukan penelitian dengan mengandalkan manusia sebagai instrumen penelitian
menggunakan analisis data secara induktif, dan mengarahkan sasaran penelitian pada usaha
menemukan teori dari dasar (grand theory).
Menurut Sugiyono (2011:21) penelitian kualitatif mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Dilakukan pada kondisi yang alamiah (lawannya adalah eksperimen), langsung ke
sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci;
b. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif, data yang terkumpul berbentuk kata-kata
atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka;
c. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau outcome;
d. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif;
e. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna.
Selanjutnya penelitian kualitatif menurut Moleong (2010:6) adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara holistik, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

8
Bogdan dan Taylor (1975) yang dikutip oleh Moleong (2010:4) pun mengemukakan bahwa
metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sehingga
penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa saja yang saat
ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan
menginterpretasikan kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Dengan kata lain penelitian
deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan yang ada

9
BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Kesehatan Keselamat Kerja (K3)

Penerapan sistem keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek Pembangunan Gedung
berjalan cukup baik, tidak ada kecelakaan yang menghambat proyek atau bahkan yang
membuat proyek menjadi terhenti.
Perlengkapan Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan pada proyek
PembangunanGedung antara lain helm safety, rompi safety, sepatu safety, kacamata
pelindung, sarung tangan dan masker. Selain alat pelindung diri terdapat juga sarana
informasi K3 Proyek yang menerangkan mengenai slogan–slogan K3.

4.2 Promosi Program K3


Promosi program K3 adalah pemasangan sign board K3 yang berisi mengenai slogan–
slogan yang mengingatkan akan perlunya bekerja dengan selamat, selain itu bisa berisi
gambar–gambar atau plamfet tentang bahaya kecelakaan yang mungkin dapat terjadi di
lokasi pekerjaan.
Pada proyek Pembangunan Gedung terdapat beberapa plamfet mengenai pesan K3L, slogan
K3L, serta peringatan mengenai penggunaan APD yang baik dan benar pada lokasi proyek.

Gambar 4.1: Pesan K3L.

10
Gambar 4.2: Slogan K3L.

Gambar 4.3: Peringatan penggunaan APD yang baik & benar.

Gambar 4.4: Peringatan memasuki area wajib safety.

11
Gambar 4.5: Slogan utamakan keselamatan dan kesehatan kerja.

4.3 Alat Pelindung Diri (APD)


Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang yang fungsinya menutupi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi
bahaya di tempat kerja.
Berdasarkan fungsinya, ada beberapa macam APD yang digunakan oleh tenaga kerja antara
lain:

1. Alat Pelindung Kepala (Helm Safety)

Gambar 4.6: Helm safety.

Helm safety berfungsi untuk mencegah dan melindungi rambut terjerat oleh mesin yang
berputar dan untuk melindungi kepala dari bahaya terbentur benda tajam atau keras, bahaya
kejatuhan benda atau terpukul benda yang melayang, sinar matahari, dan lain-lain.

12
2. Rompi Kerja (safety)

Gambar 4.7: Rompi Kerja (safety).

Rompi safety digunakan untuk mencegah terjadinya kontak kecelakaan pada pekerja,
mengurangi resiko kecelakaan kerja, selain itu agar dapat dilihat oleh pekerja lain saat
bekerja di malam hari karena terbuat dari bahan polyester yang dirancang khusus yang
dilengkapi oleh reflector atau pemantul cahaya

3. Sepatu Safety

Gambar 4.8: Sepatu safety.

13
Sepatu safety merupakan salah satu APD yang wajib digunakan oleh pekerja yang
memungkinkan pekerja untuk tidak terkena pecahan kaca, besi ataupun serpihan lainnya
yang sangat membahayakan telapak kaki. Selain itu sepatu safety juga dipadukan dengan
metal, dibagian bawahnya terbuat dari karet yang tebal sehingga akan membuat
penggunanya dapat berjalan di atas permukaan yang licin.

4. Sarung Tangan Kerja

Gambar 4.9: Sarung Tangan Kerja.

Sarung tangan kerja digunakan untuk melindungi tangan pekerja dari benda–benda tajam
yang berbahaya, melindungi dari benda panas, serta melindungi dari cairan kimia yang
berbahaya.

5. Kacamata Safety

Gambar 4.10: Kacamata Safety.

14
Kacamata safety merupakan pelindung yang menutupi area sekitar mata. Kacamata safety
dapat melindungi mata dari debu, radiasi dan percikan bahan kimia cair, melindungi mata
dari sinar yang menyilaukan seperti pada mengelas, dan lain-lain.

6. Safety Belt

Gambar 4.11 : Safety Belt

Safety belt berfungsi sebagai pelindung diri ketika pekerja bekerja/berada di atas ketinggian.

7. Safety Net

Gambar 4.12 : Safety Net

Jaring safety atau safety net ini berfungsi untuk menahan benda yang terjatuh dari ketinggian
agar tidak langsung jatuh ke tanah agar tidak membahayakan pekerja yang berada dibawah,
serta berfungsi sebagai penahan jika perkerja terjatuha tau terpleset dari ketinggian.

15
4.4 Sarana Peralatan K3
Sarana peralatan K3 yang tersedia pada proyek Pembangunan Gedung adalah alat
pemadan (fire extinguisher) yang terdapat pada direksi keet serta kotak P3K yang berisi kasa
steril, perban, plester, kapas, gunting, peniti, sarung tangan, masker, pinset, povidon lodin,
alkohol 70%, dan lain-lain.

Gambar 4.13: Kotak P3K.

Gambar 4.14: Fire Extinguishe.

16
BAB 5

KESIMPULAN

Kesimpulan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan
upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan
bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan,
masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak melulu
berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan
emosional
Pada intinya Keselamaan dan kesehatan kerja wajib diikuti oleh setiap orang
yang terlibat dalam suatu pekerjaan maupun aktifitas yang bisa menimbulkan suatu
kecelakaan kerja, Perusahaan-perusahan di Indonesia pun sudah menerapkan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3), karena sangat penting peran K3 ini dalam
perusahaan yang untuk perlindungan kepada pekerja dan mencegah atau
menurunkan terjadinya kecelakan pekerja, bagaimana pun pekerja adalah aset
perusahaan yang sangat penting. K3 juga bermanfaat sebagai Meningkatkan derajat
kesehatan dan keselamatan tenaga kerja pada perusahaan, dengan adanya sistem K3
di perusahan akan meminimalisir biaya anggaran akibat kecelakaan kerja.

Anda mungkin juga menyukai