Latar Belakang
-. Perbedaan tradisi Potensi arsitektur tradisional di Indonesia sangat
arsitektur Bali pada kaya dan bervariasi, namun belum banyak dilakukan
umumnya dengan eksplorasi untuk mengupas tradisi yang dimiliki masyarakat
menjadi sebuah pengetahuan ke arsitekturan. Tradisi
arsitektur di Desa Sidatapa
berarsitektur pada masyarakat etnik di Indonesia pada
umumnya dan khususnya di Bali dibungkus dalam bentuk
-. Tradisi berarsitektur mitos, kepercayaan dan ceritra rakyat, karena masyarakat
masyarakat Sidatapa dapat belum memiliki budaya menulis. Desa Sidatapa merupakan
menjadi salah satu sebuah desa Bali kuno yang terletak di kabupaten Buleleng
referensi untuk dan berkembang pada perioda abad 9-11 AD dan memiliki
mengembangkan arsitektur tradisi yang unik yang mampu menjaga keberlangsungan
arsitektur dan lingkungannya. Eksplorasi dan telaah
Bali di masa yang akan
mendalam pada rumah adat desa Sidatapa bertujuan untuk
datang. mengupas tradisi yang dimiliki oleh masyarakat menjadi ilmu
pengetahuan tentang arsitektur di Bali.
Rumusan Masalah
Apa perbedaan Arsitektur Bali pada
umumnya dengan Arsitektur di Desa
Sidatapa?
CLOSE
Sejarah Desa Sidatapa
Desa-desa kuno di wilayah Buleleng Barat Desa Sidatapa pada awalnya bernama Gunung
terdapat di kecamatan Banjar yang terdiri dari 5 desa Sari yang dihuni oleh tiga kelompok masyarakat yaitu (a)
yaitu desa Sidatapa, Tigawasa, Pedawa, Cempaga dan kelompok yang menamakan dirinya warga Pasek yang
Banyusri. Desa Sidatapa terletak di kecamatan Banjar mendiami wilayah Leked, (b) kelompok yang menamakan
dan terletak diatas pengunungan. Untuk mencapai desa dirinya warga Patih yang mendiami wilayah Desa Kunyit,
Sidatapa dapat melalui kota Singaraja ke arah barat dan (c) kelompok yang menamakan dirinya warga Batur yang
naik ke pegunungan atau dapat dicapai dari Bedugul mendiami wilayah Sekarung. Karena warga Leked
melewati Gobleg menuruni bukit. Berbeda dengan desa mengalami marabahaya berupa serangan semut yang
Julah di desa Sidatapa belum ditemukan peninggalan merajalela, maka dalam rapat yang dilaksanakan warga,
arkeologis yang dapat digunakan sebagai bukti sejarah maka diputuskan untuk melakukan upacara memohon
awal perkembangan desa Sidatapa. Dilihat dari perioda petunjuk kepada Tuhan. Setelah berhasil mengatasi
waktu perkembangan kedua desa ini memiliki kesamaan marabahaya, desa Gunung Sari berubah menjadi nama
yaitu berkisar abad 9 -11 dan keduanya termasuk Desa Gunung Sari Munggah Tapa dan selanjutnya menjadi
kedalam desa kuno yang ada di Kabupaten Buleleng desa Sidatapa (sida=berhasil, tapa=tapa) (Kominfo
(Rahayu, 2010 :47). Buleleng, 2009, Rahayu, 2010:50). Sejarah terbentuknya
Peninggalan kebudayaan megalitik berupa desa Sidatapa merupakan legenda yang diceritrakan dalam
sarkopagus batu dapat ditemukan di desa Tigawasa yang buku Eka Lila Cita Desa Sidatapa tahun 1990 dan belum
merupakan desa yang bersebelahan dengan desa ditemukan bukti arkeologis yang mendukung.
Sidatapa. Menurt Informasi resmi pemerintah daerah
Buleleng masyarakat desa Sidatapa merupakan pengikut
Resi Markandya yang migrasi dari gunung Raung Jawa
timur sebelum mendirikan Pura Besakih.
CLOSE
Arsitektur di Desa Sidatapa Di tingkat kedua adalah bale paebatan dan
perapian untuk dapur, dan di tingkat paling rendah
Rumah tinggal di desa Sidatapa atau disebut
dengan rumah adat adalah sebuah bangunan dengan adalah ampik yaitu ruangan setengah terbuka yang
12 tiang kayu/saka. Satu unit rumah adat hanya digunakan untuk bekerja, bersantai dan bersosialisasi
terdiri dari satu bangunan dan semua aktivitas dengan anggota masyarakat lainnya.
dilakukan di dalam rumah ini. Rumah adat disebut Pola permukiman desa Sidatapa adalah
dengan “bale gajah, bale tumpang talu dan bale saka linear, dimana rumah-rumah diletakkan berjejer di sisi
roras”. "Penamaan" bertujuan untuk melengkapi kiri dankanan di sepanjang jalan utama desa. Desa ini
makna dan untuk melengkapi identitas dari prototipe. terletak di atas pegunungan sekitar 450 m diatas
Bangunan masa lalu menjadi independen pada permukaan laut ,dan dikelilingi oleh pegunungan di
jamanya dan menjadi objek estetik apabila ada sebelah timur desa. Apabila dilihat dari jalan utama
kepekaan untuk jarak waktu tertentu (Bandmann, desa yang digunakan sebagai sumbu, maka jalan utama
2005:63). Penamaan rumah adat ini berkaitan dengan akan mengarah ke arah timur 20° kearah tenggara
bentuk dan ekspresi arsitekturnya. yaitu posisi pegununagn tertinggi yaitu pegunungan
Bale gajah memiliki pengertian rumah Munduk sari, dengan ketinggian 650 m diatas
besar serba ada karena pada saat itu bangunan permukaan laut ke arah 20° ke arah tenggara. Arah
terbesar yang dikenal oleh masyarakat Bali adalah oreintasi kaja yang digunakan oleh masyarakat desa
bale saka roras. Sedangkan bale tumpang talu Sidatapa adalah arah timur ke arah gunung Munduk
memiliki pengertian bangunan yang bertingkat Sari.
tiga,dimana bale saka roras ini dibuat bertingkat tiga
yaitu bagian yang paling tinggi adalah disebut dengan
bale tumpang yang terdiri dari dua buah balai-
balai/pedeman, dan paga kedulu /sanggah.
NEXT
Arsitektur di Desa Sidatapa Memasuki umah diawali dengan melalui
pamesuan dalam bentuk peletasan yang sangat
sederhana, melalui natah dan selanjutnya menuju
bangunan umah. Pada beberapa umah dapat ditemui
jineng. Memasuki bangunan umah di Desa Sidatapa
yang memiliki 12 saka dan 4 saka jajar, diawali dengan
memasuki ambe atau jaba sisi/teben yang terbuka dan
berfungsi sebagai tempat menerima tamu serta tempat
kerja membuat kerajinan anyaman bambu. Selanjutnya
melalui pintu memasuki wilayah jaba tengah.
Ketinggian lantai pada jaba tengah naik setinggi 50
CM. Pada wilayah ini terdapat paon/perapian, tempat
air, tempat beras, bale pengamah tempat duduk
menikmati makanan serta tempat melahirkan. Tahap
akhir memasuki umah ini adalah wilayah jaba
jero/hulu. Terdapat berupa tempat duduk
bersembahyang, beralaskan bahan kayu pohon buah. Di
kiri dan kanan dari tempat bersembahyang ini terdapat
bale pengayatan/tempat upacara dan bale
pesarean/tempat tidur. Yang terakhir, berupa pepaga
hulu tempat stana Tuhan, leluhur dan dewa-dewi.
NEXT
Kesimpulan
Tradisi diciptakan oleh masyarakat untuk mempreservasi
nilai dan pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakatnya. Pengetahuan
tentang arsitektur disimpan di balik tradisi dan mitos yang diciptakan
oleh nenek moyangnya untuk dilakukan dan di interpretasikan
kembali. Tradisi berarsitektur adalah usaha untuk menciptakan
arsitektur yang sama namun disisi lain di dalam tradisi ada nilai
kelenturan/fleksibelitas karena tradisi dapat di re negosiasi dan di re-
interpretasikan oleh generasi selanjutnya, disesuaikan dengan
kebutuhan.
Bale tumpang salu merupakan bagian dari bangunan umah
di Desa Sidatapa. Arsitektur bangunan umah di Desa Sidatapa-
Singaraja ini merupakan Arsitektur Bali Aga (Bali pegunungan). Dari
pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa bale tumpang salu
merupakan tempat (place) yang memiliki spirit of place yang
penikmatan sence of place-nya dengan metode penikmatan estetika
tempat.