Anda di halaman 1dari 3

Resensi Novel Pertemuan Jodoh

PERTEMUAN JODOH

Pertemuan Jodoh merupakan roman karya Abdul Muis. Roman ini diterbitkan oleh Balai Pustaka
pada tahun 1932.

Tema Cerita : Masalah etika dan tata krama terhadap seseorang.

Setting Cerita :Daerah Pasundan, Jawa Barat.

Tokoh- tokoh dan Watak :

Ratna : Perempuan terpelajar, sabar menghadapi segala macam cobaan.

 Suparta : Pemuda terpelajar, berprofesi sebagai dokter. Dia kekasih, Ratna.

Ayah Suparta : Seorang bangsawan yang selalu memegang adat istiadat.

Ny. Raden Tedja Ningrum : Ibu kandung Suparta. Seorang bangsawan yang selalu membanggakan
kekayaannya.

Ny Raden Siti Halimah : Wanita pilihan Ibu Suparta.

Tn. Dan Ny. Kornel : Orang Belanda yang kaya dan rendah hati.

Jene : Pembantu yang bekerja di rumah orang Belanda. Dia mempunyai perangai yang buruk.

Amat : Kekasih Jene yang berperangai buruk.

Ringkasan Cerita :

Ketika perjalanan menuju Bandung dengan menggunakan kereta api. Secara tidak sengaja,
seorang pemuda mempersilahkan tempat duduknya kepada Ratna karena tempat duduk yang lain
telah penuh. Pemuda itu bernama Suparta, seorang pelajar dari STOVIA Jakarta. Ratna sendiri
kini bersekolah di Frobelkweeschool. Mereka pun berkenalan satu sama lain. Ternyata,
perkenalan itu membuat mereka saling menanam benih- benih cinta diantara masing- masing.
Liburan tiba, Suparta mengajak Ratna untuk pergi mengunjungi rumahnya di Sumedang.
Ternyata, Suparta ingin memperkenalkan Ratna pada kedua orang tuanya. Akan tetapi, Nyai
Raden Tedja Ningrum tidak begitu bersahabat terhadap Ratna setelah tahu bahwa Ratna berasal
dari keturunan orang biasa dan bukan seorang bangsawan. Selama disana, Ratna selalu disinggung
oleh Ibu Suparta tentang calon istri Suparta yaitu Nyai Raden Siti Halimah yang tidak lain ialah
teman sekelasnya di Frobelkweeschool. Mendengar hal itu, Ratna merasa sakit hati.

Sejak saat itu, Ratna tersinggung dan kecewa terhadap Suparta. ia pun mencoba untuk
melupakannya. Sayang, kesedihannya tidak berhenti disitu, ia pun harus putus sekolah karena
usaha pembakaran kapal milik ayahnya , Tuan Atmaja bangkrut. Ia pun berusaha untuk mencari
pekerjaan. Akhirnya, ia diterima menjadi pramusaji di sebuah toko. Disamping gajinya untuk
memenuhi kebutuhan sehari- hari, juga ia pergunakan untuk membiayai sekolah adiknya. Malang
bagi Ratna, belum lama bekerja di toko tersebut. Ia pun harus di PHK, begitupun dengan para
pekerja yang lain. Toko itu harus ditutup atas perintah pengadilan sebab ada suatu hal yang
belum terpenuhi.

Namun, Ratna tidak putus asa. Ia mencoba untuk tetap tabah dan mencari pekerjaan yang
lain. Pernah, ia melamar pekerjaan ke kantor advokat, namun tidak berhasil dikarenakan pimpinan
advokatnya itu selalu menggodanya. Tanpa disengaja, Ratna lewat di depan rumah mewah milik
Nyonya dan Tuan Kornel. Ia pun mencoba melamar pekerjaan dan akhirnya ia diterima sebagai
pembantu rumah tangga.

Nasib malang harus diterima Ratna lagi, salah seorang pembantu lain, Jene memfitnah
bahwa Ratna telah mencuri perhiasan milik Nyonya Kornel. Ratna pun dilaporkan ke Polisi oleh
Nyonya Kornel, sehingga ia ditangkap. Ratna yang merasa tidak melakukannya, bergegas
melarikan diri ketika polisi yang menjaganya tertidur lelap. Ia melarikan diri dengan cara terjun
ke Sungai Kwitang. Untung saja, nyawanya berhasil diselamatkan dan langsung dilarikan ke rumah
sakit.

Beruntung bagi Ratna, sebab tepat waktu itu ia dirawat oleh kekasihnya sendiri, Suparta.
Kini, Suparta telah berprofesi menjadi dokter tetap di rumah sakit itu. Betapa gembiranya
Suparta bertemu dengan Ratna di rumah sakit. Sebab sampai saat ini, dia sudah mencari Ratna
kemana- mana namun tidak berhasil. Kini, Ibu Suparta sudah menerima keadaan Ratna apa adanya.
Sayang, Ratna sendiri hilang bagai ditelan bumi. Beberapa tempat telah dicari oleh Suparta.
Bahkan dia pergi ke Togoapu, rumah orang tua Ratna tapi Ratna tidak ada di sana. Kemudian,
Suparta pergi ke Kebon Sirih atas saran orang tua Ratna yang memberitakan kalau Ratna tinggal
disana. Ternyata, kedatangan Suparta telah terlambat sebab saat itu Ratna dan adiknya sudah
berangkat ke Jakarta. Suparta pun sampai putus asa mencari kesana- sini. Beruntung baginya,
tiba- tiba saja ia bertemu Ratna yang sedang terluka di rumah sakit.

Ratna menceritakan semua kejadian yang terjadi, sehingga ia bisa sampai di rumah sakit.
Dokter Suparta pun berusaha keras menolong kekasihnya itu. Dia mencari seorang pengacara
guna menemani Ratna di pengadilan atas tuduhan pencurian perhiasaan milik Nyonya Kornel.
Setelah diadili, ternyata Ratna tidak bersalah melainkan Amat yang mencuri perhiasan itu. Amat
adalah kekasih Jene. Jene tidak dihukum melainkan Amat yang dihukum. Pengadilan itu juga telah
mempertemukan Ratna dengan adiknya, Sudarma. Kini Sudarma menjadi schatter pegadaian di
Purwakarta yang saat itu bertindak sebagai saksi mata atas kejadian itu. Oleh Suparta dan
adiknya, Ratna disuruh beristirahat di paviliun yang bernama Bidara Cina. Hanya Suparta dan
Sudarma yang diperkenankan memeriksa kesehatan Ratna.

Setelah Ratna sehat, Dokter Suparta melamar Ratna. Akhirnya, mereka pun menikah
namun pestanya dilaksanakan di rumah Sudarma. Setelah menikah, mereka berdua kembali ke
Togoapu untuk tinggal di rumah tuan atmaja. Rumah itu dibangun atas bantuan Suparta sebagai
hadiah perkawinan mereka.

Anda mungkin juga menyukai