Anda di halaman 1dari 61

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.Y DENGAN HARGA DIRI


RENDAH DI WISMA MELATI RUMAH SAKIT JIWA
PROF. HB.SAANIN PADANG

DISUSUN OLEH

Kelompok 4 :
1. Niken Milenia Fitri
2. Radha Novelzy De Malta
3. Sisri Dela Putri Yenti
4. Yova

Disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing klinik

(Ns. Mona Ariesta M.Kep) (Ns. Milfayetti, S.Kep)

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM 1/BUKIT BARISAN


PADANG
TA.2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Harga diri rendah adalah suatu masalah utama untuk kebanyakan orang

dan dapat diekspresikan dalam tingkat kecemasan yang tinggi. Harga diri rendah

kronik merupakan suatu keadaan yang maladaptif dari konsep diri, dimana

perasaan tentang diri atau evaluasi diri yang negatif dan dipertahankan dalam

waktu yang cukup lama. Termasuk didalam harga diri rendah ini evaluasi diri

yang negatif dan dihubungkan dengan perasaan lemah, tidak tertolong, tidak ada

harapan, ketakutan, merasa sedih, sensitif, tidak sempurna, rasa bersalah dan tidak

adekuat. Harga diri rendah kronik merupakan suatu komponen utama dari depresi

yang ditunjukkan dengan perilaku sebagai hukum dan tidak mempunyai rasa

(Stuart dan Laraia, 2015).

Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu mempunyai masalah. Setiap

individu biasanya mempunyai cara sendiri untuk menyelesaikan masalahnya, tapi

jika ada sebagian manusia yang tidak dapat menyelesaikan masalahnya sendiri

akan dapat mengakibatkan gangguan jiwa. Ternyata dampaknya mampu

menimbulkan dampak sangat besar dan berpengaruh terhadap jiwa seseorang yang

tidak dapat mengantisipasi gejala yang timbul. Hasil survey Organisasi Kesehatan

Dunia (WHO) tahun 2015 menyatakan tingkat gangguan kesehatan jiwa orang di

Indonesia tinggi dan di atas rata-rata gangguan kesehatan jiwa didunia. Hal Ini

ditunjukkan dengan data yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI tahun

2015 Rata-rata 40 dari 100.000 orang di Indonesia melakukan bunuh diri,


sementara rata-rata dunia menunjukkan 15,1 dari 100.000 orang, Rata-rata orang

bunuh diri di Indonesia adalah 136 orang per-hari atau 48.000 orang bunuh diri

per tahun, Satu dari empat orang di Indonesia mengalami gangguan kesehatan

jiwa, Penderita gangguan jiwa di Indonesia, hanya 0,5 % saja yang dirawat di

RSJ.

Hal ini temasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi

dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman

dan objek, tujuan serta keinginannya. Biasanya harga diri sangat rentan terganggu

pada saat remaja dan usia lanjut. Dari hasil riset ditemukan bahwa masalah

kesehatan fisik mengakibatkan harga diri rendah. Harga diri tinggi terkait dengan

ansietas yang rendah, efektif dalam kelompok dan diterima oleh orang lain.

Sedangkan harga diri rendah terkait dengan hubungan interpersonal yang buruk

dan resiko terjadi harga diri rendah dan skizofrenia. Gangguan harga diri dapat

digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya

percaya diri dan harga diri.

Rumah sakit jiwa HB. Saanin Padang merupakan satu-satunya rumah sakit

jiwa pemerintah yang ada di Sumatra Barat. Terletak di jalan raya Ulu Gadut

Kecamatan Limau Manis Padang. Rumah sakit jiwa ini berkapasitas 316 tempat

tidur. Menangani pasien yang memiliki penyakit kejiwaan sejak tahun 1932.

Mengutamakan pelayanan yang ramah, cepat, tepat dan terbaik dengan jenis

pelayanan rawat jalan, rawat inap, serta pelayanan penunjang lainnya.

Studi pendahuluan yang di teliti (Riani, 7 Desember 2016) di Unit

Pelayanan Jiwa RSJ Prof. HB. Saanin Padang, menurut hasil pencatatan rekam
medik pasien skizofrenia yang di rawat jalan, di peroleh pada bulan September

2016 sebanyak 227 orang, bulan Oktober 2016 sebanyak 216 orang dan bulan

November 2016 sebanyak 217 orang. Berdasarkan wawancara yang peneliti

lakukan terhadap 7 orang responden yang berobat di unit pelayanan jiwa RSJ

Prof.HB Saanin Padang di temukan 3 orang mengatakan sering merasa di pijokan

oleh orang-orang di sekitarnya karena penyakitnya, 1 orang di antaranya merasa

mendapat desakan yang lebih banyak di bandingkan orang lainkarena tuntutan

pekerjaannya dan merasa tidak nyaman dengan keluarga karena banyak terdapat

konflik dalam keluarga.

Implementasi strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik pada pasien

Harga Diri Rendah untuk mendorong kesembuhan pada pasien Harga Diri rendah

agar pasien tidak lagi merasa di asingkan atau di kucilkan oleh orang lain dan

lingkungan. Ada beberapa strategi pelaksanaan pada Harga Diri Rendah. SP 1 :

Bina hubungan saling percaya, bantu pasien mengenal penyebab Harga Diri

Rendah, bantu pasien memilih kegiatan positif yang ada pada diri pasien, dan

ajarkan pasien latihan kegiatan sehari-hari yang di pilih. SP 2 : ajarkan pasien

secara bertahap (latihan kegiatan sehari-hari pilihan kedua). SP 3 : latih pasien

secara bertahap ( latihan kegiatan sehari-hari pilihan ketiga). SP 4 : latih pasien

secara bertahap ( latihan kegiatan positif sehari-hari pilihan keempat). Sedangkan

strategi pelaksanaan asuhan keperawatan pada keluarga adalah SP 1 : berikan

penyuluhan pada keluarga tentang masalah harga diri rendah, penyebab harga diri

rendah, dan cara merawat pasien dengan harga diri rendah. SP 2: latih keluarga

mempraktikan cara merawat pasien dengan masalah harga diri rendah langsung di

hadapan pasien.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka terdapat permasalahan

yang serius pada pasien skizofernia dengan harga diri rendah. Sehingga kelompok

tertarik melakukan pelaksanaan “ Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Ny.Y

dengan masalah keperawatan harga Diri Rendah di ruang rawat Melati RSJ Prof.

HB.Saanin padang pada tahun 2021”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang rumusan masalah yang di dapatkan yaitu

bagaimana Asuhan Keparawatan Jiwa pada pasien Ny.Ydengan masalah

Keperawatan Harga Diri Rendah di ruang rawat Melati RSJ Prof. HB Saanin

Padang pada tahun 2021.

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan ini dibagi menjadi sebagai berikut :

1.3.1 Tujuan umum

Dapat melaksanakan Asuhan Keparawatan Jiwa pada pasien Ny.Y

dengan masalah Keperawatan Harga Diri Rendah di ruang rawat Melati

RSJ Prof. HB Saanin Padang pada tahun 2021.

1.3.2 Tujuan khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan harga diri rendah

pada Ny.Y di ruang Melati di Rumah Sakit Jiwa Prof.HB. Saanin

Padang

b. Mampu menegakan diognosa keperawatan berdasarkan data yang

diperoleh untuk mengatasi masalah harga diri rendah pada Ny.Y

diruang Melati di Rumah Sakit Jiwa Prof.HB. Saanin Padang


c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan yang tepat untuk

mengatasi masalah harga diri rendah pada Ny.Y di ruang Melati di

Rumah Sakit Jiwa Prof.HB. Saanin Padang.

d. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan yang tepat untuk

mengatasi masalah harga diri rendah pada Tn.Y di ruang Melati di

Rumah Sakit Jiwa Prof.HB. Saanin Padang.

e. Mampu melaksanakan evaluasi dan dokumentasi keperawatan untuk

mengetahui keberhasilan yang sesuai dengan rencana tindakan

keperawatan yang telah di berikan pada Ny.Y di ruang Melati di

Rumah Sakit Jiwa Prof.HB. Saanin Padang.

1.4 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1.4.1 Mahasiswa

Dapat memperdalam pengetahuan tentang asuhan keperawatan masalah

harga diri rendah .

1.4.1 Perawat

Sebagai bahan masukan dan informasi untuk menambah pengetahuan,

keterampilan dan sikap bagi institasi terkait khususnya pada pasien

dengan harga diri rendah.


1.4.3 Rumah sakit jiwa

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di rumah

sakit dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan jiwa pada

pasien harga diri rendah.

1.4.4 Institusi

Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas

pendidikan keperawatan, khususnya pada pasien dengan harga diri

rendah dan menambah pengetahuan bagi pembaca.


BAB II

TINJAUAN TEORI DAN KONSEP

2.1 Konsep Dasar Harga Diri Rendah

2.2.1 Pengertian

Keliat B.A mendefinisikan harga diri rendah adalah penilaian

tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai

dengan ideal diri. Perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri

yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan

kemampuan diri (Fajariyah, 2012).

Harga diri rendah adalah semua pemikiran, kepercayaan dan

keyakinan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan

mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Harga diri terbentuk

waktu lahir tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang

dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan dengan realitas dunia

(Stuart,2006).

Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan

tentang diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung

atau tidak langsung diekspresikan (Townsend, 2001). Harga diri rendah

adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang

berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan

kemampuan diri.Adanya perasaan 10 hilang percaya diri, merasa gagal

karena karena tidak mampu mencapai keinginansesuai ideal diri (Keliat,


2001). Menurut Schult & videbeck (1998) gangguan harga diri rendah

adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang

diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung.Dapat disimpulkan

harga diri rendah adalah kurangnya rasa percaya diri sendiri yang dapat

mengakibatkan pada perasaan negatif pada diri sendiri, kemampuan diri

dan orang lain.Yang mengakibatkan kurangnya komunikasi pada orang

lain.

2.1.2 Komponen Konsep Diri

Konsep diri adalah semua pikiran, kepercayaan dan kenyakinan

yang diketahui tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam

berhubungan dengan orang lain (Fajariyah, 2012).

Ciri konsep diri menurut Fajariyah (2012) terdiri dari konsep diri

yang positif, gambaran diri yang tepat dan positif, ideal diri yang realitis,

harga diri yang tinggi, penampilan diri yang memuaskan, dan identitas

yang jelas. Konsep diri terdiri dari citra tubuh (body image), ideal diri

(self-ideal), harga diri (self-esteem), peran (self-role), dan identitas diri

(self-identity) (Suliswati, 2004).

a) Citra tubuh Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik

disadari atau tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atau 11 sekarang

mengenai ukuran dan bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh. Citra

tubuh sangat dinamis karena secara konstan berubah seiring dengan

persepsi dan pengalamanpengalaman baru. Citra tubuh harus realitis

karena semakin dapat menerima dan menyukai tubuhnya individu akan


lebih bebas dan merasa aman dari kecemasan. Individu yang menerima

tubuhnya apa adanya biasanya memiliki harga diri tinggi daripada individu

yang tidak menyukai tubuhnya (Suliswati, 2004).

b) Ideal diri Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaiman ia

seharusnya bertingkah laku berdasarkan standart pribadi. Standart dapat

berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan/disukainya atau sejumlah

aspirasi, tujuan, nilai yang ingin diraih. Ideal diri, akan mewujudkan cita-

cita atau penghargaan diri berdasarkan norma-norma sosial dimasyarakat

tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri (Suliswati, 2004).

c) Harga diri Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang

diperoleh dengan menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan

ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari

penerimaan diri sendiri 12 tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan,

kekalahan, dan kegagalan, tetap merasa sebagai orang yang penting dan

berharga (Stuart,2006).

d) Peran Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang

diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu didalam

sekelompok sosial dan merupakan cara untuk menguji identitas dengan

memvalidasi pada orang berarti. Setiap orang disibukkan oleh beberapa

peran yeng berhubungan dengan posisi setiap waktu sepanjang daur

kehidupnya. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang

memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideali diri (Suliswati, 2004).

e) Identitas diri Prinsip penorganisasian kepribadian yang bertanggung jawab

terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu.


Prinsip tersebut sama artinya dengan otonomi dan mencakup persepsi

seksualitas seseorang. Pembentukan identitas, dimulai pada masa bayi dan

terus berlangsung sepanjang kehidupan, tetapi merupakan tugas utama

pada masa remaja (Stuart, 2006).

2.1.3 Rentang Respon Konsep Diri

Respon adaptif Respon maladaptif

Akualisasi konsep Harga diri Keracunan

Depersonalisasi diri diri positif rendah identitas

Gambar 1.1 Rentang Respon Konsep Diri Rendah Sumber : (Fajariyah, 2012)

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) respon individu terhadap konsep

dirinya sepanjang rentang respon konsep diri yaitu adaptif dan maladaptif

(Fajariyah, 2012).

a). Akualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang

pengalaman nyata yang sukses diterima.

b). Konsep diri positif adalah mempunyai pengalaman yang positif dalam

beraktualisasi diri.

c). Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep

diri maladaptif.
d). Keracunan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek

psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.

e). Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realitis terhadap diri sendiri

yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat

membedakan dirinya dengan orang lain. (Fajariyah, 2012)

2.1.4 Etiologi

Penyebab terjadi harga diri rendah adalah :

a. Pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas

keberhasilannya.

b. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai,

tidak diberi kesempatan dan tidak diterima.

c. Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan, atau

pergaulan

d. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan

menuntut lebih dari kemampuannya. (Yosep, 2009)

2.1.5 Tanda dan gejala harga diri rendah

Tanda gejala harga diri rendah menurut (Carpenito 2003) antara lain

yaitu perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat

tindakan terhadap penyakit, rasa bersalah terhadap diri sendiri,

merendahkan martabat, gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri,

tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri, percaya diri k

urang, sukar mengambil keputusan, mencederai diri. Akibat harga diri


yang rendah disertai harapan yang suram, ingin mengakhiri kehidupan.

Tidak ada kontak mata, sering menunduk, tidak atau jarang melakuakan

kegiatan seharihari, kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian

tidak rapi, berkurang selera makan, bicara lambat dengan nada lemah.

2.1.6 Akibat terjadinya harga diri rendah

Menurut Karika (2015) harga diri rendah dapat berisiko terjadinya

isolasi sosial : menarik diri, isolasi soasial menarik diri adalah gangguan

kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptif

mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial. Dan sering

dirtunjukan dengan perilaku antara lain :

Data subyektif

a. Mengungkapkan enggan untuk memulai hubungan atau pembicaraan.

b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain.

c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain.

Data obyektif

a. Kurang spontan ketika diajak bicara.

b. Apatis.

c. Ekspresi wajah kosong.

d. Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal.

e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat bicara.
2.1.7 Proses terjadinya harga diri rendah

Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari

harga diri rendah situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat juga

terjadi karena individu tidak pernah mendapat feed back dari lingkungan

tentang perilaku klien sebelumnya bahkan mungkin kecenderungan

lingkungan yang selalu memberi respon negatif mendorong individu

menjadi harga diri rendah. Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan

banyak faktor. Awalnya individu berada pada suatu situasi yang penuh

dengan stressor (krisis), individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi

tidak tuntas sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak mampu atau merasa

gagal menjalankan fungsi dan peran. Penilaian individu terhadap diri

sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi

harga diri rendah situasional, jika lingkungan tidak memberi dukungan

positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus

akan mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis (Direja,

2011).
B. ASUHAN KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH

1. Pengkajian

Tahap pertama meliputi faktor predisposisi seperti : psikologis, tanda,

dan tingkah laku klien dan mekanisme koping klien (Damaiyanti, 2012).

Pengkajian menurut Deden (2013) melalui beberapa faktor, yaitu :

a. Faktor predisposisi

1. Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan orang tua,

harapan orang tua yang tidak realistik.

2. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran yang sesuai

dengan jenis kelamin, peran dalam pekerjaan dan peran yang sesuai

dengan kebudayaan.

3. Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua yang tidak

percaya pada anak, tekanan teman sebaya dan kultur sosial yang

berubah.

b. Faktor presipitasi

1. Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor

dari luar individu (internal or eksternal sources), yang dibagi 5 (lima)

kategori :

a). Ketegangan peran adalah stress yang berhubungan dengan frustasi

yang dialami individu dalam peran atau posisi yang diharapkan.

b). Konflik peran : ketidaksesuaian peran antara yang dijalankan dengan

yang diinginkan.
c). Peran yang tidak jelas : kurangnya pengetahuan individu tentang

peran yang dilakukannya.

d. Peran berlebihan : kurang sumber yang adekuat untuk menampilkan

seperangkat peran yang komleks.

e). Perkembangan transisi, yaitu perubahan norma yang berkaitan

dengan nilai untuk menyesuaikan diri.

2. Situasi transisi peran, adalah bertambah atau berkurangnya orang penting

dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau kematian orang yang

berarti.

3. Transisi peran sehat-sakit, yaitu peran yang diakibatkan oleh keadaan

sehat atau keadaan sakit. Transisi ini dapat disebabkan :

a). Kehilangan bagian tubuh.

b). Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh.

c).Perubahan fisik yang berkaitan dengan pertumbuhan dan

perkembangan.

d). Prosedur pengobatan dan perawatan.

4) Ancaman fisik seperti pemakaian oksigen, kelelahan, ketidak seimbangan

bio-kimia, gangguan penggunaan obat, alkohol dan zat. c.

Perilaku Menurut Stuart dan Sundeen (1998) perilaku yang berhubungan

dengan harga diri yang rendah yaitu identitas kacau dan depersonalisasi seperti

berikut (Deden, 2013):


1) Perilaku dengan harga diri yang rendah.

a) Mengkritik diri sendiri atau orang lain

b) Produktifitas menurun

c) Destruktif pada orang lain

d) Gangguan berhubungan

e) Merasa diri lebih penting


nπx nπx
n=1
(
f ( x )=a0 + ∑ an cos
L
+b n sin
L) ) Merasa tidak layak

g) Rasa bersalah

h) Mudah marah dan tersinggung

i) Perasaan negative terhadap diri sendiri

j) Pandangan hidup yang pesimis

2) Perilaku dengan identitas kacau.

a) Tidak mengindahkan moral


b) Mengurahi hubungan interpersonal
c) Perasaan kosong
d) Perasaan yang berubah-ubah20
e) Kekacauan identitas seksual
f) Kecemasan yang tinggi
g) Tidak mampu berempati
h) Kurang keyakinan diri
i) Mencitai diri sendiri
j) Masalah buhungan intim
k) Ideal diri tidak realistik
3) Perilaku dengan Depersonalisasi.

a) Afek : identitas hilang, asing dengan diri sendiri, perasaan tidak aman,
rendah diri, taku, malu, dan perasaan tidak realistic, merasa sangat terisolasi.
b) Persepsi : Halusinasi pendengaran dan penglihatan, tidak yakin akan jenis
kelaminnya, sukar membedakan diri dengan orang orang lain.
c) Kognitif : Kacau, disorientasi waktu, penyimpangan pikiran, daya ingat
terganggu, dan daya penilaian terganggu.
d) Perilaku : Afek tumpul, pasif dan tidak ada respon emosi, komunikasi tidak
selaras, tidak dapat mengontrol perasaan, tidak ada inisiatif dan tidak
mampu mengambil keputusan, menarik diri dari lingkungan, dan kurang
bersemangat.
e. Manifestasi klinis Perilaku yang berhubungan dengan gangguan harga diri
rendah didapatkan dari data subjektif dan objektif yaitu :
1) Mengkritik diri sendiri ataupun orang lain.
2) Merasa diri tidak mampu dan tidak layak.
3). Merasa bersalah.
4) Mudah marah dan tersinggung
5) Perasaan negatif terhadap dirinya sendiri.
6) Ketegangan peran.
7) Pandangan hidup psimis.
8) Keluhan fisik.
9) Pandangan hidup bertentangan.
10) Penolakan terhadap kemampuan pribadi dekstrutif terhadap diri sendiri.
11) Menarik diri secara sosial dan menarik diri secara realistis. (Suliswati,
2005)
f. Sumber koping Menurut Stuart (2006) semua orang tanpa memperhatikan

gangguan perilakunya, mempunyai beberapa bidang kelebihan personal

meliputi :
1) Hobi dan kerajinan tangan
2) Pendidikan atau pelatihan
3) Pekerjaan, vokasi atau posisi
4) Aktivitas olah raga dan aktivitas diluar rumah
5) Seni yang ekspresif
6) Kesehatan dan perawatan diri
g. Manifestasi koping Mekanisme koping menurut Deden (2013) :

Jangka pendek :

1) Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis : pemakaian


obat-obatan, kerja keras, nonoton tv terus menerus.

2) Kegiatan mengganti identitas sementara : (ikut kelompok sosial,


keagamaan, politik).

3) Kegiatan yang memberi dukungan sementara : (kompetisi olahraga


kontes popularitas).

4)Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara :


(penyalahgunaan obat-obatan).

Jangka Panjang :
1) Menutup identitas : terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi
dari orang-orang yang berarti, tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau
potensi diri sendiri.

2) Identitas negatif : asumsi yang pertentangan dengan nilai dan harapan


masyarakat. Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah :
fantasi, disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada
diri sendiri dan orang lain.

h. Penatalaksanaan Menurut Eko, 2014 terapi pada gangguan jiwa skizofrenia

sudah dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi

bahkan metodenya lebih manusiawi dari pada masa sebelumnya. Terapi

yang dimaksud meliputi :


1) Psikofarmako, berbagai obat psikofarmako yang hanya diperoleh

dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan

generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang

termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL,

Thoridazine HCL, dan Haloperridol. Obat yang termasuk generasi kedua

misalnya : Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan

Ariprprazole.

2) Psikoterapi, terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul

lagi engan orang lain, pasien lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya

pasien tidak mengasingkan diri lagi karena jika pasien menarik diri dapat

membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan

permainan atau latihan bersama.

3) Terapi kejang listrik (Elektro Convulsive therapy), adalah pengobatan

untuk menimbulkan kejang granmall secara artifical dengan melewatkan

aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples.

Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan

dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi listrik 5-5 joule/

detik.

4) Terapi modalitas, merupakan rencana pengobatan untuk skizofrenia dan

kekurangan pasien. Teknik perilaku menggunakan latihan ketrampilan

sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi

diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Terapi

aktivitas kelompok dibagi 4 yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi


kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi

aktivitas kelompok stimulasi realita dan terapi aktivitas kelompok

sosialisasi.

5) Adapun tindakan terapi untuk pasien dengan harga diri rendah menurut

Kaplan & Saddock, 2010 mengatakan, tindakan keperawatan yang

dibutuhkan pada pasien dengan harga diri rendah adalah terapi kognitif,

terapi interpersonal, terapi tingkah laku, dan terapi keluarga. Tindakan

keperawatan pada pasien dengan harga diri 25 rendah bisa secara individu,

terapi keluarga, kelompok dan penanganan dikomunikasi baik generalis

keperawatan lanjutan. Terapi untuk pasien dengan harga diri rendah yang

efisian untuk meningkatkan rasa percaya diri dalam berinteraksi dengan

orang lain, sosial, dan lingkungannya yaitu dengan menerapkan terapi

kognitif pada pasien dengan harga diri rendah.

2. Masalah Keperawatan

Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji menurut Kartika (2015) :

a. Masalah utama Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Data subyektif :

1) Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya.

2) Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli.

3) Mengungkapkan tidak bisa apa-apa.

4) Mengungkapkan dirinya tidak berguna.

5) Mengkritik diri sendiri.

6) Perasaan tidak mampu.


Data obyektif :

1) Merusak diri sendiri.

2) Merusak orang lain.

3) Ekspresi malu.

4) Menarik diri dari hubungan sosial.

5) Tampak mudah tersinggung.

6) Tidak mau makan dan tidak tidur.

b. Masalah keperawatan Penyebab tidak efektifan koping individu.


Data subyektif :
1) Mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta bantuan orang lain.
2) Mengungkapkan malu dan tidak bisa ketika diajak melakukan sesuatu.
3) Mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi.
Data obyektif :
1) Tampak ketergantungan terhadap orang lain.
2) Tampak sedih dan tidak melakukan aktivitas yang seharusnya dapat
dilakukan.
3) Wajah tampak murung.

c. Masalah keperawatan Akibat isolasi sosial menarik diri


Data subyektif :
1) Mengungkapkan enggan berbicara dengan orang lain.
2) Klien mengatakan malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain.
Data obyektif :
1) Ekspresi wajah kosong tidak ada kontak mata ketika diajak bicara.
2) Suara pelan dan tidak jelas.
3) Hanya memberi jawaban singkat (ya atau tidak).
4) Menghindar ketika didekati.
3. Pohon Masalah
Pohon masalah yang muncul menurut Fajariyah (2012) :
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

Isolasi sosial : Menarik diri

Akibat

HARGA DIRI RENDAH Core Problem

Koping Individu Tidak Efektif


Penyebab

Gambar 1.2 Pohon Masalah

4. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

b. Isolasi sosial : Menarik diri

c. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

d. Harga diri rendah (Fajariyah, 2012)


5. Intervensi keperawatan

No Pasien Keluarga

SP1P SP1K

1 Bina hubungan saling percaya Mendiskusikan masalah yang

2 Mengidentifikasi kemampuan dirasakan keluarga dalam

dan aspek positif yang dimiliki merawat pasien

3 pasien Menjelaskan pengertian harga

Membantu pasien menilai diri rendah, tanda dan gejala,

kemampuan pasien yang masih serta proses terjadinya harga

4 dapat digunakan diri rendah

Membantu pasien memilih Menjelaskan cara merawat

kegiatan yang akan dilatih pasien denga harga diri rendah

5 sesuai dengan kemampuan

Pasien

6 Melatih pasien sesuai

kemampuan yang dipilih

7 Memberikan pujian yang wajar

tehadap keberhasilan pasien

Menganjurkan pasien

memasukan dalam jadwal

SP2P SP2K

1 Mengevaluasi jadwal kegiatan Melatih keluarga

harian pasien mempraktekan cara merawat

2 Melatih pasien melakukan pasien dengan harga diri


kegiatan yang sesuai dengan Rendah

kemampuan klien

3 Menganjurkan pasien

memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian

SP3K

Melatih keluarga melakukan

cara merawat langsung kepada

pasien harga diri rendah

SP4K

Membantu keluarga membuat

jadwal aktivitas dirumah

termasuk minum obat

(discharge planning) Menjelaskan

follow up pasien

setelah pulang

(Fajariyah, 2012)
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Identitas Klien

Nama : Ny.Y

Umur : 41 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

No RM : 009868

Status perkawinan : Sudah Menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Ruang Rawat : Melati

Tanggal Masuk : 21 Mei 2021

Tanggal Pengkajian : 26 Mei 2021

Diagnosa Medis : Skizoafektif tipe depresi

Alamat : Batu gadang No 43 RT 003/003 LUBUK KILANGAN PADANG

3.2 Alasan Masuk

Pasien mengatakan masuk melalui IGD di antar oleh keluarganya pada tanggal 21 Mei

2021, pasien sudah delapan kali masuk ke rumah sakit jiwa, klien mengalami gelisah sejak 1

hari yang lalu pasiek banyak diam, melihat bayangan merasa takut,cemas, mondar mandir,

klien banyak tidur dirumah terkadang jika ditanya sama anak nya suka diam.
Faktor Predisposi

1. Gangguan jiwa dimasa lalu

Klien sakit sejak 17 tahun yang lalu, penyebab tidak di ketahui keluarga di rawat

untuk pertama kali, sebelumnya klien pernah di bawa berobat ke rumah sakit jiwa.

2. pengobatan sebelumnya

Pasien sebelumnya sudah pernah berobat ke Rsj namun tidak teratur minum

obatnya

3. Trauma

a. Aniaya fisik

Klien mengatakan pernah mengalami aniaya fisik yaitu di tampar oleh suami nya

sendiri

b. Aniaya seksual

Klien mengatakan tidak pernah melihat, tidak pernah melakukandan tidak pernah

mengalami aniaya seksual.

c. Penolakan

Klien pernah mengalami penolakan dari keluarganya, teman-temannya, dan

lingkungan masyarakat di rumahnya karna sering di katakan orang tidak waras

(gila), dan semenjak itu pasien berfikir bahwa dirinya tidak berguna dan pasien

tidak mau berkomunikasi dengan keluarga dan masyarakat di lingkungannya.

d. Kekerasan dalam keluarga

Klien mengatakan pernah mengalami kekerasan dalam keluarga yang di lakukan

oleh mantan suaminya.


e. Tindakan Kriminal

Klien mengatakan tidak pernah terlibat dalam tindakan kriminal

Masalah keperawatan : Respon Pasca Trauma

4. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

Pasien mengatakan tidak pernah mempunyai pengalaman masa lalu yang tidak

menyenangkan

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

3.3 Pemeriksaan fisik

1. Tanda-tanda vital

TD : 120/80

S : 36,5oC

N : 81 x/menit

RR : 17 x/menit

2. Ukuran
TB : 155 cm
BB : 53 kg
3. Keluhan fisik

Klien mengatakan tidak ada keluhan terhadap fisiknya dan klien mengatakan

menyukai semua anggota tubuhnya dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

3.5 Psikososial

1. Genogram
X X X X

X X

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

X : Meninggal

------- : Serumah

Penjelasan :
Pola asuh : klien mengatakan tinggal bersama kakak kandungnya

Pola komunikasi : klien mengatakan pola komunikasi klien dengan kakak kandungnya sangat
baik

Pola keputusan : klien mengatakan yang mengambil keputusan di ruamhnya adalah kakak

kandungnya

Masalah Keperawatan : Ketidak efektifan koping keluarga : ketidak keluarga

A. Konsep Diri

1) Citra tubuh

Klien mengatakan bahwa klien dari ujung kaki sampai kepala klien tidak suka di

bagian alisnya, Menurut klien alisnya tidak rata.

2) Identitas Diri

Klien masih mengetahui namanya, klien mengatakan dirinya seorang perempuan,

klien mengatakan bahwa dia adalah anak ke empat, klien mengatakan hanya tamat

SMA.

3) Peran

Klien mengatakan bahwa dia ibu dari seorang anak merasa belom bisa

membahagiankan membantu kakak kandungnya, Klien merasa belum bisa

membahagiakan kakak kandung nya, Klien merasa sedih tidak bisa bertemu.

4) Ideal Diri

Klien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakitnya, klien mengatakan ingin

cepat pulang dari RSJ Prof. HB. Saanin Padang dan pasien beharap dapat membantu

pekerjaan rumah baik , Klien juga mengatakan ingin bekerja.

5) Harga Diri
Klien mengatakan klien memiliki teman, klien merasa minder jika ingin bergaul

dengan teman-temannya, dan klien menatakan tidak suka keramaian dan tidak mau

dilihat orang dan merasa malu untuk berhubungan dengan orang lain, klien

mengatakan tidak mampu menjadi seorang ibu yang baik bagi anaknya

Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

B. Hubungan Sosial

1) Orang terdekat

Klien mengatakan yang dekat dengan dirinya adalah anaknya. Klien mengatakan

tinggal bersama kakak kandungnya

2) Peran serta dalam dalam kegiatan kelompok/masyarakat

Klien mengatakan tidak pernah ikut serta dalam sebuah kegiatan / kelompok

3) Hambatan hubungan dengan orang lain

Klien mengatakan ada hambatan, karena klien tidak suka bergaul dengan keramaian

dan malas untuk berbicara.

Masalah Keperawatan : Isolasi sosial

4) Spiritual

a) Nilai keyakinan

Klien mengatakan agamanya islam, dan yakin dengan agamanya

b) Kegiatan ibadah

Klien mengatakan ada mengerjakan sholat tetapi masih ada yang bolong atau

tidak sepenuhnya dilaksanakan

Masalah keperawatan : Distress spiritual

3.6. Status Mental


1) Penampilan

Pasein mengatakan mandi 2x sehari tapi jarang pakai sabun, klien tampak kurang

rapih dan kusut.

Masalah keperwatan : Defisit keperawatan diri

2) Pembicaraan

Pasie lambat, pasien mampu menjawab pertanyaan yang diberikan, klien

bicaranya lambat, klien bisa memulai percakapan, saat melakukan pengkajian

klien menatap mata sesekali saat interaksi dengan perawat.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

3) Aktivitas motorik

Selama dirawat klien tampak lesu. Klien tidak ada tampak gemetar ketika klien

menjulurkan tangan dan merentakan jari-jari.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

4) Alam perasaan

Klien mengatakan sedih ketika masuk rumah sakit jiwa dan tidak dapat bertemu

dengan anaknya. Klien tampak sedih dan klien tidak komunikatif dan asik dengan

pikirannya sendiri.

Masalah keperawatan : Ansietas isolasi sosial

5) Afek
Klien bicara lambat dan tampak lesu, terlihat murung, wajah ekspresi datar, afek

tunggal.

Masalah keperawatan : Hambatan komunikasi

6) Interaksi selama wawancara

Selama sesi wawancara dilaksanakan klien tampak kontak mata kurang, dan

sering menghindari kontak mata perawa, tidak bisa memulai pembicaraan.

Masalah keperawatan : Isolasi sosial

7) Persepsi

Klien mengatakan ada mendengar suara- suara yang mengajak nya bicara, klien

juga mengatakan ada melihat bayangan,

Masalah keperawatan : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi

8) Proses/arus pikir

Klien saat diajak berkomunikasi, suka melompat-lompat atau lebih dari topik yang

di bahas

Masalah keperawatan : Gangguan proses pikir

9) Isi pikir

Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan ingin cepat pulang.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

10) Tingkat kesadaran

Tingkat kesadaran klien baik.Klien sadar dan tahu bahwa dia sekarang di RSJ,

orientasi waktu juga baik dimana klien mengatakan di siang hari saat bercakap-

cakap dengan perawat, klien mampu menjawabnya

Masalah keperawtaan : Tidak ada masalah


11) Memori

a. Gangguan daya ingat jangka panjang

Klien mengatakan tidak ingat kenapa sampai dibawa ke rumah sakit jiwa prof. Hb.

Sa`anin padang

Masalah keperawatan : Gangguan proses pikir

b. Gangguan daya ingat jangka pendek

Klien tidak mengalami gangguan jangka pendek karena ketika ditanya kegiatan yang

dilakukan sehari-hari 1 minggu yang lalu, klien tampak tidak bisa menjawabnya

c. Gangguan daya ingat saat ini

Klien mengalami gangguan memori saat ini, klien saat ditanya apapun klien dapat

menjawab pertanyaan dengan baik dan mampu menjawab pertanyaannya dengan

benar, seperti klien masih bisa mengingat kejadian yang dialaminya tidi pagi.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

12) Tingkat konsentrasi dan berhitung

Klien dapat berkonsentrasi saat berinteraksi, dan data berhitung dengan baik, dengan

cara mengobservasi klien tampak mampu berhitung semua jari tangan dan jari kaki

dan klien mampu membaca nama name take perawat.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

13) Kemampuan penilaian


Klien mampu mengambil keputusan yang seerhana dengan sendiri, pada saat klien

sebelum makan akan diberi pilihan oleh perawat untuk memilih mandi dulu setelah

itu makan atau makan dulu lalu mandi, klien bisa memilih dengan benar yaitu

manddi dulu setelah itu makan.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

13) Daya tarik diri

Klien menyadari masalah penyakit yang dialaminya saat ini, dan klien ingin cepat

pulang kerumah, ketika ditanya apakah klien menyalahkan orang lain/ lingkungan

yang menyebabkan kondisi saat ini, klien hanya menjawab tidak ada

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

3.7 Kebutuhan Persiapan Pulang

1. Makan

Pasien mampu makan secara mandiri, ketika ditanya frekuensi makan dalam sehari

ia makan 3x sehari yaitu pagi, siang dan malam. Namun klien tidak nafsu makan

karena ingin segera pulang. Berdasarkan observasi sebelum makan klien cuci tangan

dahulu dan mengambil gelas serta mengisi gelasutuk di minumdan selalu membaca

doa sebelum makan. Stelah makan klien juga memcuci tangan, membersihkan tempat

makan.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

2. BAB/BAK
Klien mengatakan BAB 1x sehari, BAK kurang lebih 6x sehari dan klien

mengatakan BAB dan BAK dikamar mandi dapat melakukan secara mandiri, saat

dirawat , berdasarkan observasi klien mampu menggunakan dan membersihkan wc.

Setelah menggunakan wc, klien bisa membersihkan dan merapikan diri/pakaian

setelah kembalinya dari wc. Klien mampu BAB/BAK secara mandiri.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

3. Mandi

Klien mengatakan mandi 2x sehari dan keramas 1x sehari di waktu pagi hari.

Berdasarkan observasi, klien mandi 2x sehari, kalau keramas 1x sehari. Klien tahu

cara mandi yang benar, kebersihan gigi klien bersih karena klien sering menggosok

gigi.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

4. Berpakaian/berhias

Klien mengatakan mampu dalam mengmbil, memilih dan mengenakan pakaian

dengan benar, klien mampu mengganti pakaian setelah mandi, dan meletakan

pakaian kotor pada tempatnya.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

5. Istirahat dan tidur

Klien mengatakan tidur dengan nyenyak. Klien mengatakan ada tidur siang dan

malam

Maslah keeprawatan : Tidak ada masalah

6. Pengobatan
Klien mengatakan selalu meminum obatnya dan klien tidak pernah menolak untuk

minum obatnya.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

7. Pemeliharaan kesehatan

Klien mempunyai sistem pendukung yaitu keluarga dan perawat yang akan memberi

dukungan dan mengingatkan klien dalam minum obat serta memfasilitasi klien dalam

mendapatkan pelyanan kesehatan.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

8. Kegiatan di dalam rumah

Klien mengatakan mampu membersihkan tempat tidur, merapikan tempat makan dan

mencuci gelas sendiri.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

9. Kegiatan di luar rumah

Klien mengatakan bahwa ia di luar rumah bekerja apa saja dari pagi sampe sore.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

3.8 Mekanisme Koping

Koping maladaptif : klien mengatakan kalau ada masalah klien suka menciderai diri.

Masalah keperawatan : Ketidakefektifan koping individu

3.9 Masalah Psikososial dan Lingkungan

1) Masalah dengan lingkungan kelompok

Klien tidak ada masalah dengan teman-teman yang ada di RSJ. Klien sering

berkomunikasi dengan yang lain.

2) Masalah dengan lingkungan


Klien sering berinteraksi dengan lingkungan, klien sering di kucilkan oleh lingkungan,

dan di ejek oleh temannya.

3) Masalah dengan pendidikan

Klien mengatakan ada masalah saat sekolah. Klien mengatakan ia hanya tamat SMA,

klien dulunya sering di kucilkan oleh teman-teman nya.

4) Masalah dengan pekerjaan

Klien mengatakan tidak ada memiliki masalah pekerjaan, tetapi selama di RSJ klien tidak

bekerja.

5) Masalah dengan perumahan

Klien mengatakan tinggal bersama orang tuanya dan bersama adek-adeknya dan tidak

memiliki masalah dengan perumahan.

6) Masalah dengan ekonomi

Klien mengatakan memiliki masalah dengan ekonominya karena selama sakit klien tidak

ada bekerja.

7) Masalah dengan pelayanan kesehatan

Klien mengatakan tidak memiliki masalah dengan pelayanan kesehatan.

Masalah keperawatan :Harga diri rendah

3.10 Pengetahuan

Klien mengatakan ia tidak mengetahui mengapa dibawa ke RSJ, klien mengatakan bahwa

dirinya masuk ke RSJ dibawa oleh ambulan tapi klien tidak emnegtahui alasnnya. Klien

mengatakan tidak mengetahui tentang obat yang diminumnya.

Masalah keperawatan : Kurang pengetahuan


3.11 Apek Medik

1. Risperidone 1mg 2x sehari

2. Lorazepam 2mg 1x sehari

3.12Analisa Data

NO DATA MASALAH
1. Ds : Harga Diri Rendah

1. Klien mengatakan mengalami penolakan dari

keluarga dan lingkungan masyarakat

2. Klien mengatakan di bully oleh teman-temannya

karena alis klien yang tidak rapi

3. Klien mengatakan kalau klien merasa gagal

mempertahankan rumah tangganya

4. Klien mengatakan merasa minder saat bergaul

dengan yang lain

5. Klien mangatakan tidak suka keramaian

6. Klien mengatakan takut menatap orang

Do :

1. Klien tampak bersedih saat di tanya mengenai

keluarganya

2. Klien terkadang tampak merenung dengan

pandangan yang kosong

3. Klien tampak lesu, dan murung

4. Klien tidak bersemangat


5. Klien tidak ada inisiatifnya

6. Klien tidak berani menatap lawan bicara

2 Do : Gangguan persepsi

1. Klien tampak menyendiri dan suka bermurung, sensori : Halusinasi

kadang tertawa dan berbicara sendiri

2. Klien tampak melihat ke arah tertentu dengan

tatapan kosong

3. Klien mengatakan suara itu sering muncul pada

jam 18.00 WIB

4. Klien mengtakan takut dengan suara itu

Ds :

1. Klien mengatakan ada mendengar suara yang

mengajak berbicara

2. Klien mengatakan sering melihat bayangan-

bayangan

3. Klien tampak bingung

4. Klien tampak sendiri


3 Ds : Ketidakefektifan

1. Klien mengatakan kalau ada masalah yang serius Koping individu

klien hanya menceritakannya hanya kepada

kakaknya

2. Klien mengatakan apalabila menghadapi masalah

kadang-kadang suka memendam dan mencoba


menghindar

Ds :

1. Klien menghindar jika ditanya tentang

masalahnya

2. Klien tidak suka bila ditanya terlalu lama


4 Ds : Isolasi Sosial

1. Klien mengatakan malas bergaul dengan

keramaian

2. Klien mengatakan malas untuk berbicara

3. Klien mengatakan lebih suka menyendiri

4. Klien mengatakan setelah sakit tidak pernah

mengikuti kegiatan dimasyarakat dan kelompok

karena klien malu pada masyarakat

Do :

2. Klien tampak kontak mata kurang

3. Klien tampak tidak bisa memulai pembicaraan

4. Klien tampak sedih ketika ditanya keluarganya

5. Klien tampak sering tidur

6. Klien terlihat menghindar dari orang lain

3.13 DAFTAR MASALAH

1. Harga diri rendah


2. Perubahan persepsi sinsori : halusinasi

3. Isolasi social

4. Koping individu tidak efektif

3.14 Pohon Masalah

Pohon masalah yang muncul menurut Fajariyah (2012) :

Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

Akibat

Isolasi Sosial : Menarik Diri

HARGA DIRI RENDAH


Core Problem

Koping Individu Tidak Efektif


Penyebab

3.15 Diagnosa Keperawatan

1. Harga diri rendah

2. Halusinasi

3. Isolasi sosial
3.16 Intervensi Keperawatan

No DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL

EVALUASI
1 Harga Diri Rendah Setelah dilakukan Setelah pertemuan pasien Sp 1 pasien :

. tindakan keperawatan :  Identifikasi kemampuan

selama 4x pertemuan  Dapat yang dimiliki pasien

diharapkan pasien mengidentifikasi  Identifikasi kemampuan

dapat melatih kegiatan aspek positif yang bisa di lakukan di

yang bisa dilakukan pasien rumah sakit

 Dapat menilai  Pilih kemampuan yang

kegiatan yang akan dilatih

dapat dilakukan  Latih kemampuan yang

telah dipilih

 Masukkan kejadwal

kegiatan harian

Sp 2 pasien :
Setelah pertemuan
 Klien mampu  Evaluasi jadwal kegiatan

mempraktekkan harian

aspek positif  Latih kemampuan ke 2

kedua yang  Masukkan ke jadwal

dimiliki pasien kegiatan harian

Sp 3 pasien :
Setelah pertemuan
 Evaluasi jadwal kegitan
 Pasien mampu
harian
mempraktekkan
 Latih kemampuan ke 3
aspek positif ke

tiga yang dimiliki  Masukkan ke jadwal

kegiatan harian

Setelah pertemuan
Sp 4 Pasien :
 Pasien mampu
 Evaluasi jadwal kegiatan
mempraktekkan
harian
aspek positif
 Latih kemampuan ke 4
keempat yang  Masikkan kejadwal

dimiliki kegiatan harian

keluarga mampu : Setelah pertemuan Sp 1 keluarga :

 Merawat dan keluarga mampu  Diskusikan masalah yang

terlibat dalam membimbing klien untuk dirasakan keluarga dalam

perawatan melakukan kemampuan merawat klien

klien baik di klien yang masih bisa  Jelaskan pengertian,

RS maupun dilakukan tanda dan gejala, proses

dirumah terjadinya

 Menjadi  Jelaskan cara merawat

pendukung HDR

yang efektif  Latih cara membimbing

bagi klien klien melakukan

kemampuan 1

 Anjurkan membantu

klien sesuai jadwal


Sp 2 keluarga :

 Evaluasi kegiatan

keluarga, beri pujian

 Latih cara membimbing

klien melakukan

kemampuan 2

 Anjurkan membantu

klien sesuai jadwal

Sp 3 keluarga :

 Evaluasi kegiatan

keluarga, beri pujian

 Latih cara membimbing

klien melakukan

kemampuan 3

 Anjurkan membantu
klien sesuai jadwal

Sp 4 keluarga :

 Evaluasi kegiatan

keluarga,beri pujian

 Latih cara membimbing

klien melakukan

kemampuan 4

 Anjurkan membantu

klien sesuai jadwal

2. Gangguan sensori Pasien mampu : Setelah dilakukan Sp 1 pasien :

persepsi : halusinasi  Mengenali pertemuan pertama  Bantu klien mengenali

halusinasi yang pasien dapat : halusinasi :

dialaminya  Dapat - Jenis

 Mengontrol menyebutkan - Isi

halusinasinya jenis, isi, waktu, - Waktu terjadi


 Mengikuti frekuensi, situasi - Frekuensi

program pencetus, - Situasi pencetus

pengobatan perasaan saat - Perasaan dan respon

secara optimal helusinasi saat terjadi halusinasi

muncul  Jelaskan cara mengontrol

 Mampu halusinasi : menghardik,

menjelaskan dan minum obat bercakap-

memperagakan cakap, dan melakukan

cara mengontrol aktivitas.

halusinasi.  Latih cara mengontrol

halusinasi dengan cara

menghardik, tahapan

tindakan meliputi :

jelaskan cara menghrdik

halusinasi, peragakan

cara menghardik.

 Masukkan ke jadwal
kegiatan harian.
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : Ny. Y


Ruang : Melati
No. MR : 009868

Tangga Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf

l keperawatan

26 mei Dx 1 : harga diri rendah S:


2021
1. Harga Diri Rendah DO: - Klien mengatakan

- Klien tampak lebih suka perasaannya masih sedih


menyendiri di kamar
- Klien mengatakan belum
- Klien tampak bersedih saat
mampu menatap lawan
ditanya mengenai
keluarganya biacaranya
- Klien terkadang tampak
- Klien mengatakan belum
merenung dengan pandangan
mampu bertemu dengan
yang kosong
- Klien tampak tidak orang lain
bersemangat
- Klien mengatakan belum
DS : ikhlas berpisah dengan

- Klien mengatakan jika klien suaminya


merasa gagal - Klien mengatakan tidak
mempertahankan rumah
percaya diri
tangganya
- Klien mengatakan tidak
O:
percaya diri
- Klien mengatakan mengalami - Klien tampak tidak percaya

penolakan dari keluarga dan diri

lingkungan masyarakat - Klien tampak tidak bisa

- Klien mengatakan di bully bergabung dengan temannya

oleh teman-temannya karena yang lain

alis klien yang tidak rapi - Klien tampak tidak mampu

- Klien mengatakan merasa menatap lawan bicaranya

minder saat bergaul dengan - Klien tampak tidak ceria saat

yang lain berbincang dengan temannya

- Klien mangatakan tidak suka


A:
keramaian
- Klien mengatakan takut - Klien mampu melakukan SP

menatap orang 1 HDR (memilih kegiatan

SP 1 sesuai kemampuan)

- Mengidentifikasi kemampuan
P:
positif yang dimiliki klien
- Membantu klien dalam - Klien
menilai kemampuan yang
SP 1 HDR sesuai dengan
dapat digunakan
- Membantu klien dalamn jadwal kegiatan

memilih kegiatan yang akan - Perawat


dilatih sesuai kemampuan
Lanjutkan SP 1 HDR
- Melatih kegiatan yang dipilih
sesuai kemampuan Topik : melatih melakukan

- Memberikan pujian yang kegiatan yang dipilih


wajar terhadap keberhasilan
klien
- Menganjurkan klien
memasukan ke dalam jadwal
kegiatan harian
DX 3: Harga Diri Rendah

DO :
S:
- Klien tampak mulai senang
- Klien mengatakan
- Klien tampak sudah mulai
mau berbicara dengan orang perasannya mulai senang
selain perawat
- Klien mengatakan sudah
- Klien tampak sudah mulai
mulai mampu menatap lawan
mau menatap lawan bicaranya
saat mengobrol biacaranya

DS : - Klien mengatakan sudah

mulai mampu bertemu


- Klien mengatakan merasa
dengan orang lain
minder saat bergaul dengan

yang lain

- Klien mangatakan sudah O :

mulai suka keramaian


- Klien tampak sudah mulai
- Klien mengatakan sudah
percaya diri
mulai percaya diri
- Klien tampak sudah bisa
SP 2 HDR :
- Mengevaluasi jadwal kegiatan bergabung dengan temannya
harian
- Klien tampak sudah mampu
- Melatih kemampuan kedua
menatap lawan bicaranya
(merapikan tempat tidur)
- Masukkan ke dalam jadwal
A:
kegiatan harian

- Klien mampu melakukan SP

2 HDR (melatih kemampuan

kedua) dengan mandiri

P:

- Lanjut SP 3 HDR

DX 3: Harga Diri Rendah S:

DO : - Klien mengatakan

- Klien kadang-kadang masih perasaannya mulai senang

suka menyendiri di kamar - Klien mengatakan sudah

- Klien tampak sudah mulai mulai ikhlas berpisah dengan

ceria suaminya

- Klien tampak sudah mampu - Klien mengatakan sudah


bicara lama dengan temannya mulai percaya diri

DS : O:

- Klien mengatakan sudah mau - Klien tampak mulai mau

bertemu dengan teman- bertemu dengan orang lain

temannya selain perawat

- Klien mengatakan sudah - Klien tampak sudah bisa

mampu berbicara lama bergabung dengan temannya

dengan temannya yang lain

- Klien tampak sudah mampu


SP 3 HDR :
menatap lawan bicaranya
- Mengevaluasi jadwal kegiatan
- Klien tampak ceria saat
harian
berbincang dengan temannya
- Melatih kemampuan ketiga
A:
(menyapu)

- Masukkan ke dalam jadwal - Klien mampu melakukan SP

kegiatan harian klien 3 HDR ( latih kemampuan ke


tiga) dengan mandiri

P:

- Lanjut SP 4 HDR
DX 4 : Harga Diri Rendah
S:
DO:
- Klien mampu melakukan
- Klien tampak ceria
kegiatan pertama sampai
- Klien tampak sudah tidak
keempat dengan mandiri
murung lagi
- Klien mengatakan
- Klien tampak sudah mampu
perasaannya senang
melakukan aktivitas dengan
- Klien mengatakan sudah
baik
mampu menatap lawan
- Klien tampak rutin
biacaranya
melakukan kegitan harian
- Klien mengatakan mampu
dengan rasa semangat
bertemu dengan orang lain

- Klien mengatakan sudah


DS : ikhlas berpisah dengan

suaminya
- Klien mengatakan rutin

setiap hari melakukan O:

kegiatannya secara terjadwal


- Klien tampak sudah percaya
- Klien mengatakan tidak
diri
merasa minder saat bergaul
- Klien tampak sudah bisa
dengan yang lain
bergabung dengan temannya
- Klien mengatakan mau
yang lain
bersemangat untuk menjalani
- Klien tampak mampu
hidup
menatap lawan bicaranya

- Klien tampak ceria saat

berbincang dengan temannya

A:

- Klien mampu melakukan

kegiatan ke empat dengan


mandiri

P:

- Melaksanakan SP 4

halusinasi sesuai jadwal

kegitan harian
BAB IV

PENUTUP

3.17 Kesimpulan

1. Pengkajian Keperawatan

Pada pengkajian penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus. Pada tanda gejala di

sebutkan pasien terkadang sering menarik diri dengan orang lain, terkadang sering menyendiri, merasa sedih ketika

membahas keluarganya. Berdasarkan hasil pengkajian pada Ny. Y di temukan data yang sama dengan teori.

2. Analisa Data

Dari data yang di dapatkan penyebab masalah utama Harga Diri Rendah : Koping individu tidak efektif.

3. Intervensi Keperawatan

perencanaan berdasarkan masalah utama pada teori adalah sebagai masalah utama. Jadi dapat di simpulkan

tidak ada perbedaan yang muncul antara teori dan kasus yang di temukan.

4. Implementasi

Tahap ini tindakan keperawatan di sesuaikan dengan perancanaan yang telah penulis susun pada Asuhan

Keperawatan terlampir dan teori. Pelaksanaan keperawatan yang di lakukan pada pasien adalah diagnosa Harga Diri

Rendah, Perilaku Kekerasan, Halusinasi, Defisit Perawatan Diri. Pada tahap pelaksanaan ini penulis menemukan
hambatan berupa tidak terleksananya strategi pelaksanaan pada keluarga karena tidak adanya kunjungan keluarga

selama pasien di rawat. Penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang di temukan.

4.2 Saran

Untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan jiwa yang akan datang, kami sebagai penulis memberikan

beberapa saran yang mungkin dapat di terima, yaitu :

1. Mahasiswa

Di harapkan agar Mahasiswa/I sebelum berdinas dapat lebih memahami konsep asuhan keperawatan

jiwa sehingga dalam pelaksanaan nya lebih mudah untuk dapat memahami kasus yang di lapangan.

2. Perawat

Di butuhkan kerja sama antara perawat ruangan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.

Khusunya untuk memberi tahukan kepada keluarga tentang cara perawatan pasien dengan Harga Diri Rendah,

pentingnya untuk mempraktikkan kemampuan dalam membuat asuhan keperawatan jiwa dengan cara mengikuti

pelatihan-pelatihan jiwa.

3. Rumah Sakit

Penulis mengharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi dan asuhan keperawatan ini dapat di

jadikan salah satu bahan acuan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan memberikan asuhan

keperawatan sesuai dengan standart cpeasional procedure kepada pasien dengan Harga Diri Rendah.
4. Institusi

Penulis mengharapkan dapat bermanfaat untuk institusi pendidikan sebagai masukan dan menambah

referensi untuk mempersiapkan mahasiswa/I Akademi Keperawatan Kesdam I/BB Padang sebagai calon

perawat yang professional dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa Harga Diri Rendah.

Anda mungkin juga menyukai