Anda di halaman 1dari 9

19

A. LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL


1. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.
Pasienmungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain (Nurhalimah,2016).
isolasi sosial adalah kondisi ketika individu atau kelompok mengalami, atau
merasakan kebutuhan, atau keinginan untuk lebih terlibat dalam aktivitas bersama
orang lain, tetapi tidak mampu mewujudkannya. (Doenges, Townsend dan Moorhouse
2017)
Isolasi sosial adalah keadaan ketika individu atau kelompok mengalami atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang
lain tetapi tidak mampu membuat kontak (Carpenito, 2018).
Dari defenisi di atas maka isolasi sosial adalah keadaan ketika individu atau
kelompok mengalami ketidakmampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang
lain dan lingkungan sekitarnya secara wajar, sehingga menimbulkan kecemasan pada
diri sendiri dengan cara menarik diri secara fisik maupun psikis.

2. Etiologi
a. Faktor predisposisi 
Faktor predisposisi adalah aspek biologis, psikologis, genetik, sosial dan biokimia.
Penyebab isolasi sosial berdasarkan faktor predisposisi antara lain sebagai berikut:
1) Faktor perkembangan. Dalam pencapaian tugas perkembangan dapat
mempengaruhi respon sosial maladaptif pada setiap individu.
2) Faktor biologis. Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif,
keterlibatan neurotransmitter dalam perkembangan gangguan ini.
3) Faktor sosiokultural. Norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang
lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang kurang produktif, seperti
lanjut usia, orang cacat, dan penderita penyakit kronis dapat menyebabkan
terjadinya isolasi sosial.
20

4) Faktor keluarga. Komunikasi dalam keluarga dapat mengantar seseorang dalam


gangguan berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal-hal yang
negatif akan mendorong anak mengembangkan harga diri rendah.
b. Faktor presipitasi 
Faktor presipitasi adalah faktor pencetus terjadinya suatu masalah. Penyebab
isolasi sosial berdasarkan faktor presipitasi antara lain sebagai berikut:
1) Stres sosiokultural. Stres dapat ditimbulkan oleh karena menurunnya stabilitas
unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti, misalnya karena dirawat di
rumah sakit.
2) Stressor psikologis. Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan
dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya.

3. Patofisiologi/mekanisme gangguan
Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau
isolasi sosial yang tidak disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa dialami
klien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan ,
kekecewaan, kecemasan.Perasaan tidak berharga dapat menyebabkan indi$idu makin
sulitdalam mengembangkan hubungan dengan orang lain. akibatnya klien menjadi
mundur, mengalami penurunan dalam aktifitas dan kurangnya perhatian terhadap
penampilan dan keberhasilan diri. Sehingga indi$idusemakin tenggelam dalam
perjalanan dan tingkah laku masa lalu sertatingkah laku primitif antara lain tingkah
laku yang tidak sesuai dengankenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi halusinasi
halusinasi melatarbelakangi adanya komplikasi.

4. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala isolasi sosial dapat dinilai dari ungkapan pasienyang
menunjukkan penilaian negatif tentang hubungan sosial dan didukung dengan data
hasil observasi.
No Data Subjekif Data Objektif
1 Pasien mengungkapkan tentang 1) Banyak diam
1) Perasaan sepi 2) Tidak mau bicara
2) Perasaan tidak aman 3) Menyendiri
3) Perasan bosan dan waktu terasa lambat 4) Tidak mau berinteraksi
4) Ketidakmampun berkonsentrasi 5) Tampak sedih
21

5) Perasaan ditolak 6) Ekspresi datar dan dangkal


7) Kontak mata kurang

5. Komplikasi
Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya perubahan persepsi
sensori halusinasi. Perubahan persepsi sensori halusinasi adalah persepsi sensori yang
salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau persepsi sensori yang tidak sesuai
dengan realita/kenyataan seperti melihat bayangan atau mendengarkan suara-suara
yang sebenarnya tidak ada.
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun dari panca indera, di
mana orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang dapat disebabkan oleh
psikotik, gangguan fungsional, organik atau histerik.Halusinasi merupakan
pengalaman mempersepsikan yang terjadi tanpa adanya stimulus sensori eksternal
yang meliputi lima perasaan (pengelihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman,
perabaan), akan tetapi yang paling umum adalah halusinasi pendengaran.

6. Pemeriksaan diagnostik / Penunjang


a. Minnesolla Multiphasic Personality Inventory (MMPI) Adalah suatu bentuk
pengujian yang dilakukan oleh psikiater dan psikolog dalam menentukan
kepribadian seseorang yang terdiri dari 556  pernyataan benar atau salah.
b.  Elektroensefalografik (EEG) Suatu pemeriksaan dalam psikiatri untuk membantu
membedakan antara etiologi fungsional dan organik dalam kelainan mental.
c. Test laboratorium kromosom darah untuk mengetahui apakah gangguan jiwa
disebabkan oleh genetik.
d. Rontgen kepala untuk mengetahui apakah gangguan jiwa disebabkan kelainan
struktur anatomi tubuh.

7. Penatalaksaan Medis
a. Obat anti psikotik
1) Clorpromazine (CPZ)
Indikasi: Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan
menilai realitas,    kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik
diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi -fungsi mental: waham, halusinasi,
22

gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau, tidak terkendali, berdaya berat
dalam fungsi kehidupan sehari -hari, tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan
melakukan kegiatan rutin.
Efek samping: Sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/
parasimpatik,mulut kering, kesulitan dalam miksi, dan defikasi, hidung
tersumbat,mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama ja
ntung),gangguan ekstra piramidal (distonia akut, akatshia,
sindromaparkinson/tremor, bradikinesia rigiditas), gangguan endokrin,
metabolik, hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka
panjang.
2) Haloperidol (HLD)
Indikasi: Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi netral
serta dalam fungsi kehidupan sehari –hari.
Efek samping: Sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan otonomik
(hipotensi,   antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan miksi dan
defikasi,    hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi,
gangguan    irama jantung).
3) rihexy phenidyl (THP)
Indikasi:Segala jenis penyakit parkinson,termasuk paska ensepalitis dan
idiopatik,sindrom parkinson akibat obat misalnya reserpin dan fenotiazine.
Efek samping:  Sedasi dan inhibisi psikomotor Gangguan otonomik
(hypertensi, anti kolinergik/ parasimpatik, mulut kering, kesulitanmiksi dan
defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra oluker meninggi,
gangguan irama jantung)
b. Therapy Farmakologi
c.  Electro Convulsive Therapi
Electro Convulsive Therapi (ECT) atau yang lebih dikenal dengan
Elektroshock adalah suatu terapi psikiatri yang menggunakan energy shock listrik
dalam usaha pengobatannya. Biasanya ECT ditujukan untuk terapi pasien
gangguan jiwa yang tidak berespon kepada obat psikiatri pada dosis terapinya.
ECT pertama kali diperkenalkan oleh 2 orang neurologist italia Ugo Cerletti dan
23

Lucio Bini pada tahun 1930. Diperkirakan hampir 1 juta orang didunia mendapat
terapi ECT setiap tahunnya dengan intensitas antara 2-3 kali seminggu.
d. ECT bertujuan untuk menginduksi suatu kejang klonik yang dapat memberi efek
terapi (Therapeutic Clonic Seizure) setidaknya 15 detik. Kejang yang dimaksud
adalah suatu kejang dimana seseorang kehilangan kesadarannya dan mengalami
rejatan. Tentang mekanisme pasti dari kerja ECT sampai saat ini masih belum
dapat dijelaskan dengan memuaskan. Namun beberapa penelitian menunjukkan
kalau ECT dapat meningkatkan kadar serum Brain-Derived Neurotrophic Factor
(BDNF) pada pasien depresi yang tidak responsive terhadap terapi farmakologis.
e. Therapy Kelompok
Therapy kelompok merupakan suatu psikotherapy yang dilakukan sekelompok
pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau
diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa. Therapy ini bertujuan
memberi stimulus bagi klien dengan ganggua interpersonal.
f. Therapy Lingkungan
Manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sehingga aspek lingkungan harus
mendapat perhatian khusus dalam kaitannya untuk menjaga dan memelihara
kesehatan manusia. Lingkungan berkaitan erat dengan stimulus psikologi seseorang
yang akan berdampak pada kesembuhan, karena lingkungan tersebut akan
memberikan dampak baik pada kondisi fisik maupun kondisi psikologis
seseorang (Deden Dermawan dan Rusdi,2013).
24

A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
Pengkajian pasien isolasi sosial dapat dilakukan melalui wawancara dan observasi
kepada pasiendan keluarga. Tanda dan gejala isolasi sosial dapat ditemukan dengan
wawancara, melelui bentuk pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana perasaan Anda saat berinteraksi dengan orang lain?
b. Bagaimana perasaan Anda ketika berhubungan dengan orang lain? Apa yang Anda
rasakan? Apakah Anda merasa nyaman ?
c. Bagaimana penilaian Anda terhadap orang-orang di sekeliling Anda (keluarga atau
tetangga)?
d. Apakah Anda mempunyai anggota keluarga atau teman terdekat? Bila punya siapa
anggota keluarga dan teman dekatnya itu?
e. Adakah anggota keluarga atau teman yang tidak dekat dengan Anda? Bila punya
siapa anggota keluarga dan teman yang tidak dekatnya itu?
f. Apa yang membuat Anda tidak dekat dengan orang tersebut?
Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan melalui observasi adalah
sebagai berikut:
a. Pasien banyak diam dan tidak mau bicara
b. Pasien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
c. Pasien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
d. Kontak mata kurang

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Isolasi Sosial
b. Harga Diri Rendah Kronik
c. Resiko Gangguan Persepsi Sensori: Halusinas

3. INTERVENSI
a. Diagnosa 1
1) Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi
Terapeutik
2) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
3) Perkenalkan diri dengan sopan
25

4) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
5) Jelaskan tujuan pertemuan
6) Jujur dan menepati janji
7) Tunjukkan sifat empati dari menerima klien apa adanya
8) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien

b. Diagnosa 2
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
2) Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi nilai negatif
3) Utamakan memberi pujian yang realistik

c. Diagnosa 3
1)  Bantu klien mengenal halusinasinya.
2) Jika menemukan yang sedang halusinasi, tanyakan apakah ada suara yang
didengar.
3) Jika klien menjawab ada, lanjutkan apa yang dikatakan.
4) Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, namun perawat
sendiri tidak mendengarnya (dengan nada bersahabat tanpa menuduh atau
menghakimi).
5) Katakan bahwa klien ada juga yang seperti klien.

4. RASIONAL TINDAKAN
a. Mengenal halusinasi memungkinkan klien untuk menghindarkan  faktor pencetus
timbulnya halusinasi
b. Diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realistis,
c. Kontrol diri atau integritas ego sebagai dasar  asuhan keperawatan.
d. Pujian yang realistis tidak menyebabkan melakukan kegiatan hanya karna ingin
mendapat pujian

5. EVALUASI
a. Evaluasi kemampuan pasienisolasi sosial berhasil apabila pasiendapat:
1) Menjelaskankebiasaan keluarga berinteraksi dengan klien.
2) Menjelaskanpenyebabpasientidak mau berinteraksi dengan orang lain.
3) Menyebutkan keuntungan bergaul dengan orang lain.
4) Menyebutkan kerugian tidak bergaul dengan orang lain.
26

5) Memperagakan cara berkenalan dengan orang lain,dengan perawat, keluarga,


tetangga.
6) Berkomunikasi dengan keluarga saat melakukan kegiatan sehari-hari
7) Berkomunikasi saat melakukan kegiatan social
8) Menyampaikan perasaan setelah interaksi dengan orang tua.
9) Mempunyai jadwal bercakap-cakap dengan orang lain.
10) Merasakan manfaat latihan berinteraksi dalam mengatasi isolasi sosial
c. Evaluasi kemampuan keluarga dengan pasien isolasi sosial berhasil apabila
keluarga dapat:
1) Mengenal Isolasi sosial (pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya
isolasi sosial) dan mengambil keputusan untuk merawat klien
2) Membantu pasienberinteraksi dengan orang lain
3) Mendampingi pasiensaat melakukan aktivitas rumah tangga dan kegiatan
social sambil berkomunikasi.
4) Melibatkan pasienmelakukan kegiatan harian di rumah dan kegiatan sosialisasi
di lingkungan
5) Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung pasien untuk
meningkatkan interaksi social
6) Memantau peningkatan kemampuan pasiendalam mengatasi Isolasi social
7) Melakukan follow up ke Puskesmas, mengenal tanda kambuh dan melakukan
Rujukan
27

REFRENSI

Gordon Mayor.2018. NANDA International Nursing Diagnoses Definition and


Classification, 2018-2020. Newyork: Sophia Hengst
Jumaini, Keliat, B. A. & Hastono, S. P. (2010).Pengaruh cognitive behavioral social
skills training (CBSST) terhadap kemampuan bersosialisasi klien isolasi sosial di BLU RS
DR. H. Marzoeki Mahdi. Tesis. Depok: UI ANA.
Keliat, B.A., dkk.2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas (CMHN Basic
Course). Jakarta: EGC
Kusumawati dan Hartono.2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba
Nurhalimah.2016.Modul bahan ajarcetak keperawatan jiwa.Jakarta:Kemenkes RI
Syafrini, R. O. , Keliat, B. A. , & Putri, Y. S. E.2015. Efektifitas implementasi asuhan
keperawatan isolasi sosial dalam MPKP jiwa terhadap kemampuan klien. JurnalNers.
10(1): 175-182
.PPNI. (2017). Standar Diagnosisi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Tim Prokja
SDKI DPP PPNI..

Anda mungkin juga menyukai