C. Refleksi
C. KD
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang
harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran
tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator
kompetensi dalam suatu pelajaran. Kompetensi Dasar
(KD), merupakan penjabaran SK peserta didik yang
cakupan materinya lebih sempit dibanding dengan SK
peserta didik. Kurikulum 2013: Istilah SK-KD ini akan
digantikan menjadi Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar.
K0mpetensi Dasar merupakan K0mpetensi setiap mata
pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari
K0mpetensi Inti. K0mpetensi Dasar adalah konten atau
K0mpetensi yang terdiri atas Sikaap, pengetahuan, dan
ketrampilan yang bersumber pada K0mpetensi inti yang
harus dikuasai peserta didik. K0mpetensi tersebut
dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik
peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu
mata pelajaran
D. TAKSONOMI
Taksoinomi sebagai seperangkat prinsip klasifikasi atau
struktur dan kategori ranah kemampuan tentang
perilaku peserta didik yang terbagi ke dalam ranah
Sikaap, pengetahuan dan Ketermpilan. Pembagian
ranah perilaku belajar dilakukan untuk mengukur
perubahan perilaku seseorang selama proses
pembelajaran sampai pada pencapaian hasil belajar,
dirumuskan dalam perilaku (behaviour) dan terdapat
pada indikator pencapaian K0mpetensi.
E. INDIKATOR
Indikator adalah ukuran, karakteristik, atau ciri-ciri dari
ketercapaian KD berdasarkan taksonomi kemampuan
baik pada ranah Sikaap, pengetahuan, maupun
Ketermpilan. Oleh karena itu, indikator dirumuskan
dengan menggunakan kata kerja operasional. Kata
kerja operasional artinya adalah kata kerja yang
berimplikasi pada terjadinya (beroperasinya) suatu
perilaku pada peserta didik, sehingga perilaku tersebut
dapat dengan mudah diamati dan dinilai guru.
ndikator merupakan penanda pencapaian KD yang
ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur
yang mencakup Sikaap, pengetahuan, dan
Ketermpilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan
karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan
pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata
kerja operasional yang terukur dan/atau dapat
diobservasi. Indikator memiliki kedudukan yang sangat
strategis dalam mengembangkan pencapaian
K0mpetensi berdasarkan SK-KD.
Indikator berfungsi sebagai berikut:
1. Pedoman dalam mengembangkan materi
pembelajaran. Pengembangan materi
pembelajaran harus sesuai dengan indikator yang
dikembangkan. Indikator yang dirumuskan secara
cermat dapat memberikan arah dalam
pengembangan materi pembelajaran yang efektif
sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, potensi
dan kebutuhan peserta didik, sekolah, serta
lingkungan.
2. Pedoman dalam mendesain kegiatan
pembelajaran. Desain pembelajaran perlu
dirancang secara efektif agar K0mpetensi dapat
dicapai secara maksimal. Pengembangan desain
pembelajaran hendaknya sesuai dengan indikator
yang dikembangkan, karena indikator dapat
memberikan gambaran kegiatan pembelajaran
yang efektif untuk mencapai K0mpetensi. Indikator
yang menuntut K0mpetensi dominan pada aspek
prosedural menunjukkan agar kegiatan
pembelajaran dilakukan tidak dengan strategi
ekspositori melainkan lebih tepat dengan strategi
discovery-inquiry.
3. Pedoman dalam mengembangkan bahan ajar.
Bahan ajar perlu dikembangkan oleh guru guna
menunjang pencapaian K0mpetensi peserta didik.
Pemilihan bahan ajar yang efektif harus sesuai
tuntutan indikator sehingga dapat meningkatkan
pencapaian K0mpetensi secara maksimal.
4. Pedoman dalam merancang dan melaksanakan
penilaian hasil belajar.
5. Indikator menjadi pedoman dalam merancang,
melaksanakan, serta mengevaluasi hasil belajar,
Rancangan penilaian memberikan acuan dalam
menentukan bentuk dan jenis penilaian, serta
pengembangan indikator penilaian. Pengembangan
indikator penilaian harus mengacu pada indikator
pencapaian yang dikembangkan sesuai dengan
tuntutan SK dan KD.
2. Klasifikasi Prilaku Hasil Belajar
klasifikasi perilaku hasil belajar yang digunakan
berdasarkan taksonomi Bloom yang pada Kurikulum 2013
yang telah disempurnakan oleh Anderson dan Krathwohl
dengan pengelompokan menjadi;
a. Sikaap (affective) merupakan perilaku, emosi dan
perasaan dalam berSikaap dan merasa,
b. Pengetahuan (cognitive) merupakan kapabilitas
intelektual dalam bentuk pengetahuan atau berpikir,
c. Ketermpilan (psychomotor) merupakan Ketermpilan
manual atau motorik dalam bentuk melakukan.
Ranah Sikaap dalam Kurikulum 2013 merupakan urutan
pertama dalam perumusan K0mpetensi Lulusaan,
selanjutnya diikuti dengan rumusan ranah pengetahuan
dan Ketermpilan.
a. Ranah Sikaap dalam Kurikulum 2013 menggunakan
olahan Krathwohl, di mana pembentukan Sikaap
peserta didik ditata secara hirarkis
1. Receiving (menrima)
2. Responding (menganggapi)
3. Valuing (menghargai)
4. Organization (Mengatur diri)
5. Caracterization (menjadikan pola hidup)
b. Ranah pengetahuan pada Kurikulum 2013
menggunakan taksonomi Bloom olahan Anderson, di
mana perkembangan kemampuan mental intelektual
peserta didik.
1. C1 (Cognitive 1), mengingat (remember): peserta
didik mengingat kembali pengetahuan dari
memorinya;
2. C2, memahami (understand): kemampuan
mengonstruksi makna dari pesan pembelajaran
baik secara lisan, tulisan maupun grafik;
3. C3, menerapkan (apply): penggunaan prosedur
dalam situasi yang diberikan atau situasi baru;
4. C4, menganalisis (analyse): penguraian materi ke
dalam bagian-bagian dan bagaimana bagian-
bagian tersebut saling berhubungan satu sama
lainnya dalam keseluruhan struktur;
5. C5, mengevaluasi (evaluate): kemampuan
membuat keputusan berdasarkan kriteria dan
standar; dan
6. C6, mengkreasi (create): kemampuan
menempatkan elemen-elemen secara bersamaan
ke dalam bentuk modifikasi atau mengorgani-
sasikan elemen-elemen ke dalam pola baru
(struktur baru).
c. Ranah Ketermpilan pada Kurikulum 2013 yang
mengarah pada pembentukan Ketermpilan kongkrit
(yang dapat diindera dan lebih bersifat motorik) dan
Ketermpilan abstrak (yang tidak dapat diindera dan
lebih bersifat mental skill seperti kemampuan menyaji,
mengolah, menalar, dan mencipta).
tahapan kemampuan Ketermpilan dengan
menggunakan gradasi dari Dyers mulai dari:
1. mengamati (observing);
2. menanya (questioning);
3. mencoba (experimenting);
4. menalar (associating);
5. menyaji (communicating); dan mencipta (creating).
Sedangkan pada Ketermpilan kongkrit memiliki tahapan
dari:
1. imitasi;
2. manipulasi;
3. presisi;
4. artikulasi; dan naturalisasi.
Pembentukan Ketermpilan kongkret menggunakan
gradasi olahan Simpson dengan tingkatan:
1. persepsi,
2. kesiapan,
3. meniru,
4. membiasakan gerakan,
5. mahir,
6. menjadi gerakan alami, dan menjadi gerakan
orisinal.
3. Hubungan SKL, KI, KD, Penilaian dan Hasil Belajar
SKL adalah profil K0mpetensi Lulusaan yang akan dicapai
oleh peserta didik setelah mempelajari semua mata
pelajaran pada jenjang tertentu yang mencakup ranah
Sikaap, pengetahuan, dan Ketermpilan.