Anda di halaman 1dari 27

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

PROGRAM PASCA SARJANA UIN RADEN INTAN TAHUN 2021

Nama               : RODIYATI

NPM                : 2088104014                      

Mata kuliah     : Bina’ Manhaj

Tim Dosen       : Prof. Dr. Agus Pahrudin, M.Pd & Dr. Erlina, M.A

Prodi                : Pendidikan Bahasa Arab

1. Suatu kurikulum yang komponen-komponennya terdiri atas: (1) tujuan (aims.


goals, objectives), (2) isi/bahan (content), (3) aktivitas belajar (learning activities),
dan (4) evaluasi (evaluation), agar memiliki tingkat relevansi dan fleksibilitas yang
tinggi perlu ditopang oleh lima landasan. Landasan dari kurikulum tersebut dikenal
dengan “an eclectic model of the curriculum and its foundation”, yaitu (1) landasan
filosofis (philosophical assumption), (2) hakikat ilmu pengetahuan (epistemology),
(3) masyarakat dan kebudayaan (Society and culture), (4) Psikologis/peserta didik
(the psychology
/individual/the learner), dan (5) Teori-teori belajar (Learning Theories).

a. Jelaskan orientasi dari masing-masing landasan tersebut disertai contoh !


b. Jelaskan pula kontribusi dari masing-masing landasan tersebut dalam
pengembangan kurikulum: apakah kontribusinya ke: Tujuan, Content,
Aktivitas Pembelajaran atau ke Evaluasi (penilaian) !

Jawabannya:
a. Jelaskan orientasi dari masing-masing landasan tersebut disertai contoh !

Orientasi landasan pengembangan kurikulum dikelompokkan ke dalam empat


jenis, yaitu: landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosiologis, dan
landasan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Keempat jenis landasan
pengembangan kurikulum tersebut diuraikan di bawah ini. Kurikulum baik
pada tahap kurikulum sebagai ide, rencana, pengalaman maupun kurikulum
sebagai hasil dalam pengembangannya harus mengacu atau menggunakan
landasan yang kuat dan kokoh, agar kurikulum tersebut dapat berfungsi serta
berperan sesuai dengan tuntutan pendidikan yang ingin dihasilkan seperti
tercantum dalam rumusan tujuan pendidikan nasional yang telah digariskan
dalam UU no. 20 tahun 2003. Pada prinsipnya ada empat landasan pokok yang
harus dijadikan dasar dalam setiap pengembangan kurikulum, yaitu:
1) Landasan Filosofis, yaitu asumsi-asumsi tentang hakikat realitas, hakikat
manusia, hakikat pengetahuan, dan hakikat nilai yang menjadi titik tolak
dalam mengembangkan kurikulum. Asumsi-asumsi filosofis tersebut
berimplikasi pada permusan tujuan pendidikan, pengembangan isi atau
materi pendidikan, penentuan strategi, serta pada peranan peserta didik dan
peranan pendidik.
Contoh: Sebagai contoh pada waktu Bangsa Indonesia dijajah oleh
Belanda, maka kurikulum yang dianut pada masa itu sangat berorientasi
pada kepentingan politik Belanda. Demikian pula pada saat negara kita
dijajah Jepang, maka orientasi kurikulumnya disesuaikan dengan
kepentingan dan sistem nilai yang dianut oleh negara Matahari Terbit
tersebut. Setelah Indonesia mencapai kemerdekaannya yang secara bulat
dan utuh menggunakan Pancasila sebagai dasar dan falsafah hidup dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, maka kurikulum pendidikan pun
disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Perumusan tujuan
pendidikan, penyusunan program pendidikan, pemilihan dan penggunaan
pendekatan atau strategi pendidikan, peranan yang harus dilakukan
pendidik/peserta didik senantiasa harus sesuai dengan falsafah hidup bangsa
Indonesia, yaitu Pancasila.
2) Landasan psikologis, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari psikologi
yang dijadikan titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Ada dua jenis
psikologi yang harus menjadi acuan yaitu psikologi perkembangan
dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan
mempelajari proses dan karaktersitik perkembangan peserta didik sebagai
subjek pendidikan, sedangkan psikologi belajar mempelajari tingkah laku
peserta didik dalam situasi belajar. Ada tiga jenis teori belajar yang
mempunyai pengaru besar dalam pengembangan kurikulum,
yaitu teori belajar kognitif, behavioristik, dan humanistic.
Contoh: Melalui pendidikan diharapkan adanya perubahan perilaku peserta
didik menuju kedewasaan, baik dewasa dari segi fisik, mental, emosional,
moral, intelektual, maupun sosial. Harus diingat bahwa walaupun
pendidikan dan pembelajaran adalah upaya untuk mengubah perilaku
manusia, akan tetapi tidak semua perubahan perilaku manusia/peserta didik
mutlak sebagai akibat dari intervensi program pendidikan.
3) Landasan sosial budaya, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari
sosiologi dan antrofologi yang dijadikan titik tolak dalam mengembangkan
kurikulum. Karakterstik sosial budaya di mana peserta didik hidup
berimplikasi pada program pendidikan yang akan dikembangkan.
Contoh: Contoh kurikulum muatan lokal yang saat ini sudah dilaksanakan di
sebagian besar sekolah adalah Mata Pelajaran Keterampilan, Kesenian, dan
Bahasa Daerah. Tujuan pengembangan kurikulum muatan lokal dapat dilihat
dari kepentingan nasional dan kepentingan peserta didik. Dalam
hubungannya dengan kepentingan nasional muatan lokal bertujuan: (a).
Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan yang khas daerah. (b).
Mengubah nilai dan sikap masyarakat terhadap lingkungan kea rah yang
positif. Jika dilihat dari sudut kepentingan peserta didik pengemangan
kurikulum muatan lokal bertujuan: (a). Meningkatkan pemahaman
peserta didik terhadap lingkungannya (lingkungan alam, sosial, dan
budaya). (b). Mengakrabkan peserta didik dengan lingkungannya sehingga
mereka tidak asing dengan lingkungannya. (c). Menerapkan pengetahuan dan
keterampilan yang dipelajari untuk memecahkan masalah yang ditemukan di
lingkungan sekitarnya1

4) Landasan ilmiah dan teknologi, adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari


hasil-hasil riset atau penelitian dan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang
menjadi titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Pengembangan
kurikulum membutuhkan sumbangan dari berbagai kajian ilmiah dan
teknologi baik yang bersifat hardware maupun software sehingga
pendidikan yang dilaksanakan dapat menyesuaikan diri dengan
perkembangan ilmu pngetahuan dan teknologi.
Contoh: Dewasa ini banyak dihasilkan temuan-temuan baru dalam berbagai
bidang kehidupan manusia seperti kehidupan sosial, ekonomi, budaya,
politik, dan kehidupan lainnya. Kegiatan pendidikan membutuhkan
dukungan dari penggunaan alat-alat hasil industri seperti televisi, radio,
video, komputer, dan peralatan lainnya.

b. Jelaskan pula kontribusi dari masing-masing landasan tersebut dalam


pengembangan kurikulum: apakah kontribusinya ke: Tujuan, Content,
Aktivitas Pembelajaran atau ke Evaluasi (penilaian) !

 Tujuan. Dalam kegiatan pengembangan kurikulum, baik pada level makro


maupun mikro. peran tujuan sangatlah menentukan. Ivor K. Davies (Hasan,
1990) mengemukakan bahwa tujuan dalam suatu kurikulum akan
menggambarkan kualitas manusia yang diharapkan terbina dari suatu proses
pendidikan. Dengan demikian, suatu tujuan memberikan petunjuk mengenai
arah perubahan yang dicita-citakan dari suatu kurikulum yang sifatnya harus
merupakan sesuatu yang final. Tujuan memberikan pegangan mengenai apa
yang harus dilakukan, bagaimana cara melakukannya, dan merupakan patokan
untuk mengetahui hingga mana tujuan itu telah dicapai (Nasution, 1987).
Tujuan memegang peranan sangat penting, akan mewarnai komponen-
komponen lainnya dan akan mengarahkan semua kegiatan mengajar (Syaodih,
1988). Tujuan kurikulum yang dirumuskan menggambarkan pula pandangan
para pengembang kurikulum mengenai pengetahuan, kemampuan, serta sikap
yang ingin dikembangkan (Hasan, 1990).
 Content/Isi. Komponen kedua setelah tujuan yaitu isi atau materi kurikulum.
Pengkajian masalah isi kurikulum ini menempati posisi yang penting dan turut
menentukan kualitas suatu kurikulum lembaga pendidikan. Dengan demikian,
isi kurikulum ini harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat menunjang
tercapainya tujuan kurikulum. Saylor dan Alexander (Zais. 1976)
mengemukakan bahwa isi kurikulum itu meliputi fakta-fakta, observasi, data.
persepsi, penginderaan, pemecahan masalah, yang berasal dari pikiran
manusia dan pendalamannya yang diatur dan diorganisasikan dalam bentuk
gagasan (ideas), konsep (concept), generalisasi (generalization), prinsip-
prinsip (principles), dan pemecahan masalah (solution). Sementara itu, Hyman
(Zais, 1976) mendefinisikan isi/konten kurikulum ke dalam tiga elemen, yaitu
pengetahuan/knowledge (misalnya fakta-fakta, eksplanasi, prinsip-prinsip,
definisi), keterampilan dan proses (misalnya membaca, menulis, menghitung,
1
Umar Tirtarahardja, La Sula, Pengantar Pendidikan (Jakarta: Rineka 2000), h. 276.
berpikir kritis, pengambilan keputusan, berkomunikasi), dan nilai/values
(misalnya keyakinan tentang baik-buruk, benar-salah, indah-jelek). Zais
(1976) menentukan empat kriteria dalam melakukan pemilihan isi/materi
kurikulum, yaitu sebagai berikut: (1). Isi kurikulum memiliki tingkat
kebermaknaan yang tinggi (significance). (2). Isi kurikulum bernilai guna bagi
kehidupan (utility). (3). Isi kurikulum sesuai dengan minat siswa (interest).
(4). Isi kurikulum harus sesuai dengan perkembangan individu (human
development).
 Aktivitas Pembelajaran. Strategi pembelajaran sangat penting dikaji dalam
studi tentang kurikulum, baik secara makro maupun mikro. Strategi
pembelajaran ini berkaitan dengan masalah cara atau sistem penyampaian isi
kurikulum (delivery system) dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
dirumuskan. Pengertian strategi pembelajaran dalam hal ini meliputi
pendekatan, prosedur, metode, model, dan teknik yang dipergunakan dalam
menyajikan bahan/isi kurikulum. Sudjana (1988) mengemukakan bahwa
strategi pembelajaran pada hakikatnya adalah tindakan nyata dari guru dalam
melaksanakan pembelajaran melalui cara tertentu yang dinilai lebih efektif dan
lebih efisien. Dengan kata lain, strategi ini berhubungan dengan siasat atau
taktik yang digunakan guru dalam melaksanakan kurikulum secara sistemik
dan sistematik. Sistemik mengandung arti adanya saling keterkaitan di antara
komponen kurikulum sehingga terorganisasikan secara terpadu dalam
mencapai tujuan, sedangkan sistematik mengandung pengertian bahwa
langkah•-langkah yang dilakukan guru secara berurutan sehingga mendukung
tercapainya tujuan.
 Evaluasi. Kegiatan evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan di dalam
pengembangan suatu kurikulum, baik pada level makro maupun mikro.
Komponen evaluasi ini ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan- tujuan
yang telah ditentukan, serta menilai proses implementasi kurikulum secara
keseluruhan, termasuk juga menilai kegiatan evaluasi itu sendiri. Hasil dari
kegiatan evaluasi ini dapat dijadikan sebagai umpan balik (feedback) untuk
mengadakan perbaikan dan penyempurnaan pengembangan komponen-
komponen kurikulum. Pada akhirnya hasil evaluasi ini dapat berperan sebagai
masukan bagi penentuan kebijakan- kebijakan dalam pengambilan keputusan
kurikulum khususnya, dan pendidikan pada umumnya, baik bagi para
pengembang kurikulum dan para pemegang kebijakan pendidikan, maupun
bagi para pelaksana kurikulum pada tingkat lembaga pendidikan (seperti guru,
kepala sekolah, dan sebagainya).

2. Istilah kurikulum sekurang-kurangnya memiliki empat dimensi pengertian, di mana


satu dimensi dengan dimensi lainnya saling berhubungan. Keempat dimensi
kurikulum tersebut adalah: Kurikulum sebagai ide, kurikulum sebagai
rencana/dokumen, kurikulum sebagai suatu proses/implementasi, dan kurikulum
sebagai suatu hasil/product.
a. Jelaskan masing-masing dimensi tersebut disertai contoh masing-masing !
b. Kemukakan definisi kurikulum preskriptif dan Deskriptif menurut para ahli
kurikulum
c. Kemukakan pula disertai contoh yang dimaksud “Hidden Curriculum” Dalam
Pendidikan Agama Islam untuk SD, SMP dan SMA dan Madrasah untuk
Qur’an-Hadis, Aakidah- Akhlak, Fiqh dan SKI !
Jawabannya:
a. Jelaskan masing-masing dimensi tersebut disertai contoh masing- masing!
S.Hamid Hasan (1988), berpendapat bahwa ada empat dimensi kurikulum yang
saling berhubungan, yaitu “ kurikulum sebagai suatau ide atau konsepsi,
kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, kurikulum sebagai suatu kegiatan
(proses), dan kurikulum sebagai suatu hasil belajar”. Selanjutnya Nana Sy.
Sukmadinata (2005) meninjau kurikulum dari tiga dimensi, yaitu “ kurikulum
sebagai ilmu, kurikulum sebagai sistem, dan kurikulum sebagai rencana”. Dari
beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa paling tidak ada enam
dimensi kurikulum, yaitu:

 Kurikulum Sebagai Suatu Ide


Ide atau konsep kurikulum bersifat dinamis, dalam arti akan selalu berubah
mengikutip perkembangan zaman, minat dan kebutuhan peserta didik, tuntutan
masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Ide atau gagasan tentang
kurikulum hanya ada dalam pemikiran seseorang yang terlibat dalam proses
pendidikan, baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti kepala dinas
pendidikan, pengawas, kepala sekolah, guru, peserta didik, dan orang tua.
Ketika orang berpikir tentang tujuan sekolah, materi yang harus disampaikan
kepada peserta didik, kegiatan yang dilakukan oleh guru, orang tua, dan peserta
didik, objek evaluasi, maka itulah dimensi kurikulum sebagai suatu ide atau
konsepsi. Paling tidak itulah konsep kurikulum menurut mereka. Ide atau
konsepsi kurikulum setiap orang tentu berbeda, sekalipun orang-orang tersebut
berada dalam satu keluarga. Perbedaan ide dari orang-orang tersebut sangat
penting untuk dianalisis bahkan dapat dijadikan landasan pengembangan
kurikulum.

 Kurikulum Sebagai Suatu Rencana Tertulis


Dimensi kurikulum sebagai rencana biasanya dituangkan dalam suatu dokumen
tertulis. Dimensi ini menjadi banyak perhatian orang, karena wujudnya dapat
dilihat, mudah dibaca dan dianalisis. Dimensi kurikulum ini pada dasarnya
merupakan realitas dari dimensi kurikulum sebagai ide. Aspek-aspek penting
yang perlu dibahas, antara lain: mengembangkan tujuan dan kompetensi,
struktur kurikulum, kegiatan dan pengalaman belajar, organisasi kurikulum,
manajemen kurikulum, hasil belajar, dan sistem evaluasi. Kurikulum sebagai
suatu ide harus mengikuti pola dan ketentuan-ketentuan kurikulum sedagai
rencana banyak mengalami kesulitan, karena ide-ide yang ingin disampaikan
terlalu umum dan banyak yang tidak dimengerti oleh para pelaksana kurikulum.
 Kurikulum Sebagai Suatu proses implementasi
Kurikulum dalam dimensi ini merupakan kurikulum yang sesungguhnya terjadi
dilapangan (real curriculum). Kurikulum harus dimaknai dalam satu kesatuan
yang utuh. Jika suatu kegiatan tidak termasuk kurikulum berarti semua kegiatan
di sekolah atau di luar sekolah (seperti program pelatihan profesi, kuliah kerja
nyata, dan lain-lain) tidak termasuk kurikulum. Dengan demikian, hasil belajar
peserta didik di sekolah maupun diluar sekolah merupakan refleksi dan realisasi
dari dimensi kurikulum sebagai rencaana tertulis. Apa yang dilakukan peserta
didik dikelas juga merupakan implementasi kurikulum. Artinya, antara
kurikulum sebagai ide dengan kurikulum sebagai kegiatan (proses) merupakan
suatu rangkaian yang berkesinambungan, suatu kesatuan yang utuh. Tidak ada
alasan untuk mengatakan dimensi kurikulum sebagai suatu kegiatan bukan
merupakan kurikulum, karena semua kegiatan di sekolah maupun di luar
sekolah atas tanggung jawab sekolah merupakan bagian dari kurikulum.
 Kurikulum Sebagai Hasil belajar
Hasil belajar adalah kurikulum, tetapi kurikulum bukan hasil dari belajar.
Pernyataan ini perlu dipahami sejak awal, karena banyak orang tahu bahwa hasil
belajar merupakan bagian dari kurikulum, tetapi kurikulum bukan hanya hasil
belajar. Banyak juga orang tidak tahu bahwa pengertian kurikulum dapat dilihat
dari dimensi hasil belajar, karena memang tidak dirumuskan secara formal.
Begitu juga ketika dilakukan evaluasi secara formal tentang kurikulum, pada
umumnya orang selalu mengaitkannya dengan hasil belajar. Sekalipun, evaluasi
kurikulum sebenar jauh lebih luas dari pada penilaian hasil belajar. Artinya,
hasil belajar bukan satu-satunya objek evaluasi kurikulum. Meskipun demikian,
hasil belajar dapat dijadikan sebagai salah satu dimensi pengertian kurikulum.
Evaluasi kurikulum ditunjukan untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi
kurikulum, sedangkan fungsinya adalah untuk memperbaiki, menyerpurnakan
atau mengganti kurikulum dalam dimensi sebagai rencana.

b. Kemukakan definisi kurikulum preskriptif dan Deskriptif menurut para ahli


kurikulum

 Definisi Kurikulum Presfektif. “Prescriptive (curriculum) definitions provide us


with what “ought” to happen, and they more often than not take the form of a
plan, an intended program, or some kind of expert opinion about what needs to
take place in the course of study”. - “Definisi (kurikulum) preskriptif
membicarakan apa yang "seharusnya" terjadi, dan lebih sering berupa rencana,
program yang dimaksudkan, atau semacam pendapat ahli tentang apa yang perlu
terjadi dalam proses studi. (Ellis, 2004,
h. 4) Seperti paparan definisi para ahli berikut:
1) Curriculum is a continuous reconstruction, moving from the child’s present
experience out into that represented by the organized bodies of truth that
we call studies… the various studies… are themselves

experience-they are that of the race” -“Kurikulum adalah rekonstruksi


berkelanjutan yang bertransisi dari pengalaman anak saat ini yang diwakili
oleh badan, kebenaran terorganisir ini yang kami sebut studi… studi yang
berbeda adalah pengalaman mereka sendiri - mereka adalah pemain”.11
2) “Curriculum is the entire range of experiences, both directed and
undirected, concerned in unfolding the abilities of the individual”. -
“Kurikulum adalah seluruh rangkaian pengalaman, baik yang diarahkan dan
tidak terarah, yang berkaitan dengan pengembangan kemampuan individu”.
3) The curriculum is a succession of experiences and enterprises having a
maximum lifelikeness for the learner… giving the learner that development
most helpful in meeting and controlling life situations”. - “Kurikulum adalah
sebuah kesuksesan pengalaman dan kegigihan yang menawarkan pelajar
kualitas hidup tertinggi. . . memberikan pembelajar perkembangan yang
paling membantunya untuk menguasai dan mengendalikan situasi
kehidupan”.
4) The curriculum is composed of all the experiences children have under the
guidance of teachers…Thus, curriculum considered as a field of study
represents no strictly limited body of content, but rather a process or
procedure”. - “Kurikulum terdiri dari semua pengalaman yang dimiliki
anak-anak di bawah bimbingan guru…Dengan demikian, kurikulum
dianggap sebagai bidang studi, karena itu bukan konten yang sangat
terbatas, melainkan merupakan sebuah proses atau prosedur”.14
5) “The curriculum is all the learning experiences planned and directed by the
school to attain its educational goals”. - “Kurikulum adalah semua
pengalaman belajar yang direncanakan dan diarahkan oleh sekolah untuk
mencapai tujuan pendidikannya”.
6) “Curriculum is a sequence of content units arranged in such a way that the
learning of each unit may be accomplished as a single act, provided the
capabilities described by specified prior units (in the sequence) have
already been mastered by the learner”. - “Kurikulum terdiri dari urutan unit
konten yang disusun sedemikian rupa sehingga setiap unit dapat dipelajari
sebagai proses tunggal, asalkan keterampilan yang dijelaskan oleh unit yang
ditentukan sebelumnya (dalam urutan) telah dikuasai oleh pelajar”.2
7) “Curriculum is all planned learning outcomes for which the school is
responsible…Curriculum refers to the desired consequences of instruction”.
- “Kurikulum terdiri dari urutan unit konten yang disusun sedemikian rupa
sehingga setiap unit dapat dipelajari sebagai prosestunggal, asalkan
keterampilan yang dijelaskan oleh unit yang ditentukan sebelumnya (dalam
urutan) telah dikuasai oleh pelajar".
8) Curriculum refers to a written plan outlining what students will be taught (a
course of study). Curriculum may refer to all the courses offered at a given
school, or all the courses offered at a school in a particular area of study”. -
“Kurikulum adalah semua hasil pembelajaran terencana yang menjadi
tanggung jawab sekolah… Kurikulum berhubungan dengan konsekuensi
yang diinginkan dari pelajaran".
9) Curriculum means the planned interaction of pupils with instructional
content, materials, resources, and processes for evaluating the attainment of
educational objectives”. - “Kurikulum berarti interaksi siswa yang
direncanakan dengan konten pembelajaran, bahan, sumber daya, dan proses
untuk mengevaluasi pencapaian tujuan pendidikan”.19
 Definisi Kurikulum Deskriptif. “the curriculum “not merely in terms of how
things ought to be… but how things are in real classrooms”. Another term that
could be used to define the descriptive curriculum is “experience”. The
experienced curriculum provides “glimpses” of the curriculum in action. Several
examples, in chronological order, of descriptive definitions of curriculum.
Kurikulum “tidak hanya dalam hal bagaimana hal-hal seharusnya… tetapi
bagaimana segala sesuatunya ada di ruang kelas nyata ”. (Ellis, 2004, h. 5).
Istilah lain yang dapat digunakan untuk mendefinisikan kurikulum deskriptif
adalah pengalaman. Kurikulum yang berpengalaman memberikan "pandangan
sekilas" dari kurikulum dalam tindakan. Beberapa contoh, dalam urutan
kronologis, definisi deskriptif dari kurikulum, adalah sebagai berikut:
1) “All the experiences children have under the guidance of teachers”. -
“Semua pengalaman yang dimiliki anak-anak di bawah bimbingan guru”.
(Hollis Caswell & Doak Campbell 1935)
2) “Those learnings each child selects, accepts, and incorporates into himself
2
Robert M. Gagne, The Conditions of Learning, (New York: Holt, 1967), h. 23.
to act with, on, and upon, in subsequent experiences”. - “Pembelajaran
yang masing-masing anak pilih, menerimanya dan menggabungkannya
untuk bertindak bersama mereka dalam pengalaman kemudian dan
sesudahnya”. (Thomas Hopkins 1941)
3) “All experiences of the child for which the school accepts responsibility”. -
“Semua pengalaman anak yang menjadi tanggung jawab sekolah”. (W. B.
Ragan 1960)
4) “The set of actual experiences and perceptions of the experiences that each
individual learner has of his or her program of education”. - “Serangkaian
pengalaman aktual dan persepsi tentang pengalaman yang dimiliki masing-
masing peserta didik terhadap program pendidikannya”. (Glen Hass 1987)
5) The reconstruction of knowledge and experience that enables the learner to
grow in exercising intelligent control of subsequent.3
knowledge and experience”. - “Rekonstruksi pengetahuan dan pengalaman
yang memungkinkan pelajar untuk tumbuh dalam melakukan kontrol cerdas
atas pengetahuan dan pengalaman berikutnya”. (Daniel Tanner & Laurel
Tanner, 1995)
6) “All student school experiences relating to the improvement of skills and
strategies in thinking critically and creatively, solving problems, working
collaboratively with others, communicating well, writing more effectively,
reading more analytically, and conducting research to solve problems”. -
“Semua pengalaman sekolah siswa berkaitan dengan peningkatan
keterampilan dan strategi berpikir kritis dan kreatif, menyelesaikan
masalah, bekerja/berkolaborasi sama dengan orang lain, berkomunikasi
dengan baik, menulis lebih efektif, membaca lebih analitis, dan melakukan
penelitian untuk menyelesaikan masalah”. (D.F. Brown 2006)
7) “An emphasis on what students can do with knowledge, rather than what
units of knowledge they have, is the essence of 21st-century skills”. -
“Penekanan pada apa yang dapat dilakukan siswa dengan pengetahuan
daripada unit pengetahuan apa yang mereka miliki adalah inti dari
keterampilan abad ke-21”. (E. Silva 2009)

c. Kemukakan pula disertai contoh yang dimaksud hidden curriculum dalam


Pembelajaran Bahasa Arab untuk tingkat Madrasah Aliyah?

 Kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) menurut secara bahasa “hidden”


berasal dari bahasa Inggris yaitu “hide” yang berarti tersembunyi atau
terselubung. Sedangkan “curriculum” yaitu suatu mata pelajaran atau
serangkaian pengalaman belajar yang harus diselesaikan oleh peserta didik
untuk menyelesaikan satuan pendidikannya. Jadi, “hidden curriculum”
berarti kurikulum yang tidak tercantum didalam kurikulum tertulis. Menurut
Gattron dalam Caswita “hidden curriculum” adalah kurikulum yang tidak
menjadi bagian yang harus dipelajari, yang digambarkan sebagai aspek yang
ada di sekolah diluar kurikulum tertulis, tetapi mampu memberikan pengaruh
dalam perubahan nilai, persepsi, serta perilaku siswa. Misalnya mematuhi
peraturan- peraturan sekolah, melaksanakan aturan atau acara keagamaan dan
mematuhi peraturan-peraturan lainnya.
Menurut Ebadi kurikulum tersembunyi menyangkut ajaran implisit
dan faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya pengalaman siswa saat
3
Indiana, Department of Education, 2010
belajar di sekolah. Tinjauan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pendidikan yang paling penting yang diangkat dari kurikulum tersembunyi
dan memberikan solusi yang berlaku terhadap kerja optimal

dari konsekuensi positif dan menghindari dari yang negatif. Selama ini guru
hanya terpaku pada pedoman kurikulum yang telah ditetapkan oleh
pengambil kebijakan (formal kurikulum), dan kurang memanfaatkan faktor
lain diluar yang telah ditetapkan (hidden curriculum). Kebanyakan guru tidak
mengetahui bahwa hidden curriculum sangat penting dilaksanakan di dalam
pembelajaran, mereka hanya memperhatikan core curriculum (kurikulum
inti) saja, padahal pada kenyataannya hidden curriculum mempunyai dampak
postif di dalam pembelajaran.4

 Contoh “Hidden Curriculum” dalam Mata Pelajaran Bahasa Arab pada


Aliyah:
a. Dalam pelaksanaan “hidden curriculum” antara lain terbentuknya
pembiasaan diri terhadap siswa, siswa menjadi terbiasa walaupun tidak
dengan bimbingan guru diluar kelas untuk:
1) Membaca, menghafal, menulis, dan memahami surat- surat pendek dalam
Al-Qur’an seperti surat al-Fatihah, an-Naas sampai dengan surat ad-
Dhuha.
2) Menghafal, memahami arti, dan mengamalkan hadis- hadis pilihan
tentang akhlak dan amal salih.
3) Memahami dan mencintai Al-Qur’an dan hadis sebagai pedoman
hidup umat Islam.
4) Meningkatkan pemahaman Al-Qur’an, al-Fatihah, dan surat pendek
pilihan melalui upaya penerapan cara membacanya, menangkap
maknanya, memahami kandungan isinya, dan mengaitkannya dengan
fenomena kehidupan.
5) Menghafal dan memahami makna hadis-hadis yang terkait dengan tema
isi kandungan surat atau ayat sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
6) Memahami isi pokok Al-Qur’an, fungsi, dan bukti-bukti kemurniannya,
istilah-istilah hadis, fungsi hadis terhadap Al-Qur’an, pembagian hadis
ditinjau dari segi kuantitas dan kualitasnya, serta memahami dan
mengamalkan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis tentang manusia dan
tanggung jawabnya di muka bumi, demokrasi serta pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

3. Manajemen merupakan salah satu hal penting dalam implementasi kurikulum,


terutama kurikulum baru. Implementasi kurikulum merupakan salah satu bagian
penting dari manajemen kurikulum. Implementasi merupakan bagian dari
keseluruhan manajemen kurikulum yang mencakup (1) pengembangan kurikulum
(curriculum development), (2) implementasi (implementation), (3) umpan balik
(feedback), (4) evaluasi (evaluation), (5) modifikasi (modification) dan (6) konstruksi
kurikulum (curriculum construction).
a. Jelaskan keenam konsep tersebut !
4
Caswita, Op. Cit., h. 8. Lihat juga, Ika Maryani, Fitria Dewi, Pelaksanaan Hidden Curriculum Pada
Mata Pelajaran Pendidikan Al-Islam Di Sekolah Dasar, Jurnal EduHumaniora, Vol. 10 No. 1, Januari,
Universitas Ahmad Dahlan, 2018., h. 9-10.
b. Mengapa manajemen implementasi kurikulum sangat strategis ? Jelaskan !
Jawabannya:
a. Pengembangan kurikulum adalah proses atau kegiatan yng disengaja dan
dipikirkan untuk menghasilkan sebuah kurikulum sebagai pedoman dalam proses
dan penyelenggaraan pembelajaran oleh guru disekolah. Sedangkan menurut
Seller dan Miller mengemukakan proses Pengembangan kurikulum adalah
rangkaian kegiatan yang dilakukan terus menerus yang dimulai dari menentukan
orientasi kurikulum.

Pada dasarnya Pengembangan kurikulum ialah mengarahkan kurikulum sekarang


ketujuan pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai pengaruh yang
sifatnya positif yang datangnya dari luar atau dari dalam sendiri, dengan harapan
agar peserta didik dapat menghadapi masa depannya  dengan baik. Oleh karena itu
Pengembangan kurikulum hendaknya bersifat antisipatif, adaptif, dan aplikatif.
Dengan kata lain Pengembangan kurikulum merupakan perubahan dari satu
kurikulum ke kurikulum lain. Misalnya dari kurikulum KTSP menuju kurikulum
2013.5

4. Kurikulum memiliki kedudukan dan posisi sangat sentral dalam keseluruhan


proses pendidikan, karena dia sebagai core dalam pendidikan. Atas dasar itu,
maka di antara prinsip- prinsip yang harus dimiliki kurikulum adanya relevansi
internal dan eksternal.
a. Jelaskan disertai contoh yang dimaksud relevansi internal kurikulum dalam
mata pelajaran PAI di sekolah (SD, SMP dan SMA) dan Al-Qur’an- Hadis,
Akidah-Akhlak, Fiqh dan SKI di Madrasah (MI, MTs an MA) !
b. Jelaskan disertai contoh yang dimaksud relevansi eksternal kurikulum dalam
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah dan Madrasah untuk
Al-Qur’an- Hadis, Akidah Akhlak, Fiqh dan SKI !
c. Apakah proses Pendidikan/Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada
jenjang SD, SMP dan SMA dan Madrasah (MI, MTs, MA) sekarang ini sudah
memenuhi relevansi internal dan eksternal ? Jelaskan disertai contoh !

Jawabannya:

a. Jelaskan disertai contoh yang dimaksud relevansi internal kurikulum dalam


mata pelajaran PAI di sekolah (SD, SMP dan SMA) dan Al- Qur’an-Hadis,
Akidah-Akhlak, Fiqh dan SKI di Madrasah (MI, MTs an MA) !

Relevansi Internal, yaitu kesesuaian antar komponen kurikulum itu sendiri.


Kurikulum merupakan suatu sistem yang dibangun oleh subsistem atau
komponen tujuan, isi, metode, dan evaluasi untuk mencapai tujuan tertentu,
belajar dan kemampuan siswa. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yag
memenuhi syarat relevansi internal, yaitu adanya koherensi dan konsistensi
antar komponenya. Hal ini harus diperhatikan karena setiap tujuan tertentu akan

5
Wina Sanjaya, 2010. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Kencana,
menuntut adanya isi, metode, dan sistem evaluasi tersendiri. Ketidakseuaian
dalam komponen-komponen ini akan menyebabkan kurikulum tidak akan bisa
mencapai tujuan secara optimal. Implikasi dari prinsip ini adalah para
pengembang kurikulum harus memahami betul tentang jenis dan hakikat dari
tujuan kurikulum, isi kurikulum, metode pembelajaran, dan sistem evaluasi.26
 Contohnya: antara isi, metode, dan sistem evaluasi harus memiliki
kesinambungan/keterkaitan antar mata pelajaran Al-Qur’an Hadist, Akidah
Akhlak, Fiqh dan SKI.

b. Jelaskan disertai contoh yang dimaksud relevansi eksternal kurikulum dalam


mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah dan Madrasah untuk
Al-Qur’an Hadist, Akidah Akhlak, Fiqh dan SKI !

 Relevansi Eksternal artinya kurikulum harus sesuai dengan tuntutan masyarakat


yang ada pada masa kini maupun kebutuhan yang diprediksi pada masa yang
akan datang. Kurikulum harus bisa menyiapkan program belajar bagi anak
untuk menyiapkan anak agar bisa beradaptasi dengan masyarakat, memenuhi
harapan dan kebutuhan masyarakat serta situasi dan kondisi kehidupan
masyarakat tempat dimana ia berada. Kurikulum bisa memenuhi relevansi
eksternal apabila para pengembang kurikulum memiliki pengetahuan dan
wawasan tentang kehidupan masyarakat pada masa kini dan masa
datang.Prinsip relevansi eksternal dalam pengembangan kurikulum dibagi
menjadi tiga, yaitu: (1) Relevansi sosiologis, artinya proses pengembangan
kurikulum harus relevan/sesuai dengan kondisi lingkungan hidup peserta didik.
(2) Relevansi epistomologis, artinya isi kurikulum harus sesuai dengan
tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi.
(3) Relevansi Psikologis, artinya isi kurikulum harus sesuai dengan tuntutan
dunia pekerjaan dan profesi peserta didik.6
 Contoh: Al-Qur’an Hadist: misalnya, dapat membaca, menghafal, dan
mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dilamnya dalam setiap aktivitas
sehari-hari, Akidah Akhlak: mislanya, menjadi teladan, pelopor kebaikan,
mengetahui dan membedakan perbuatan yang baik dan buruk. Fiqh: misalnya,
dapat memperaktekkan tata cara bertaharoh yang baik dan benar sesuai dengan
tuntunan syara’. dan SKI: misalnya, dapat meneladani sifat, sikap dan semangat
perjuangan Rasulullah, para sahabat, umat terdahulu dan lainnya.

c. Apakah proses Pendidikan/Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada


jenjang SD, SMP dan SMA dan Madrasah (MI, MTs, MA) sekarang ini sudah
memenuhi relevansi internal dan eksternal ? Jelaskan disertai contoh !

Sebagaimana kita ketahui, bahwa suatu kurikulum diterapkan sesuai dengan


situasi dan kondisi pada masanya artinya relevansi kurikulum harus dapat
menjawab tantangan zaman. Kurikulum yang berlaku pada masanya itu dapat

6
Tim Pengembang MKDK Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan Pembelajaran (Bandung :
Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UPI, 2011. Lihat Juga,Tyler R.W., Basic
Principles of Curriculum and Instruction (London : Lowe andBrydone, 1973).
dipandang telah memiliki kesesuaian dengan situasi dan kondisi pada waktu
itu dan memiliki tujuan-tujuan ideal yang telah dipertimbangkan dengan
matang. Namun Menurut saya kurikulum PAI di sekolah sekarang belum
menjadi kurikulum yang relevan dengan kondisi sekarang dan belum mampu
menyelesaikan permasalahan pendidikan karena didalam tahap peng
implementasiannya, kurikulum berbasis PAI masih sangat jauh dari konsep
yang ada yaitu adanya beberapa kekurangan dalam pelaksanaannya,
Contohnya: yaitu dalam hal keterlibatan guru dalam penyusunan Kurikulum
PAI sendiri, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
5. Ada empat model konsep kurikulum, yaitu: Kurikulum Subyek Akademik,
Kurikulum Humanistik, Kurikulum Rekonstruksi Sosial dan Kurikulum Berbasis
Kompetensi.
a. Jelaskan orientasi keempat model konsep kurikulum tersebut !
b. Jelaskan perbedaan dari keempat model konsep kurikulum tersebut !
c. Model konsep kurikulum yang manakah yang saat ini digunakan di Indonesia?
Jelaskan !

Jawabannya:

a. Jelaskan orientasi keempat model konsep kurikulum tersebut !

Mc Niel (1981) mengkategorikan konsep rikulum menjadi empat yaitu:


 Subjek Akademik (Subject Academic Curriculum). Konsep kurikulum akademis
melahirkan bentuk-bentuk kurikulum yang berorientasi pada mata pelajaran.
Bahan-bahan pelajaran yang menjadi isi kurikulum diseleksi dari disiplin ilmu
terkait yang dipandang dapat mengembangkan kemampuan melakukan proses
kognitif. Bentuk lain kurikulum spiral (Bruner, 1961) yakni kurikulum yang
berisi sejumlah struktur disiplin ilmu yang secara berulang-ulang dipelajari oleh
siswa pada berbagai jenjang pendidikan. Core curriculum berisi mata pelajaran
yang bersifat fundamental yang dianggap paling penting untuk dikuasai oleh
setiap siswa.
 Humanistic Curriculum, Konsep ini memandang bahwa kurikulum sebagai alat
untuk mengembangkan diri setiap individu siswa. Kurikulum hendaknya
menberi kesempatan kepada setiap siswa untuk mewujudkan diri sesuai dengan
potensi yang dimilikinya. Konsep kurikulum humanistic melahirkan bentuk
kurikulum yang berpusat pada anak didik atau child centered curriculum. Dalam
kurikulum ini setiap siswa diberi kesempatan untuk belajar sesuai dengan minat
dan kebutuhannya masing-masing.
 Technological/Competences Based Curriculum, Kurikulum merupakan suatu
system yang dikembangkan dengan pendekatan system. Sebagai suatu system
kurikulum mempunyai sejumlah komponen yang saling ketergantungan dan
keterkaitan dalam mengefektifkan pencapaian tujuan. Konsep kurikulum
teknologi menekankan pada perancangan system belajar mengajar berdasarkan
pendekatan system. Dalam prakteknya setiap individu dapat memilih bahan
pelajaran sendiri, yang dapat dipelajari sendiri, dan mengevaluasi sendiri.

 Social Reconstruction Curriculum, Kurikulum yang menekankan pentingnya


kurikulum sebagai alat untuk melakukan rekonstruksi atau penyusunan kembali
corak kehidupan dan kebudayaan masyarakat. Dampak dari penerapan
kurikulum ini (1) untuk kepentingan penyususnan kurikulum perlu dilakukan
analisis kebutuhan, (2) menentukan prioritas, (3) proses pendidikan
menekankan pada problem solving, (4) masyarakat dijadikan sebagai sumber
belajar. Konsep kurikulum rekonstruksi social melahirkan bentuk kurikulum
yang berpusat pada kegiatan atau aktivitas kurikulum. Dapat pula disebut
kurikulum proyek, atau kurikulum pengalaman (experience curriculum).7

b. Jelaskan perbedaan dari keempat model konsep kurikulum tersebut !

 Subjek Akademik (Subject Academic Curriculum). Berfokus pada bahan ajar


yang berasal dari disiplin ilmu, kedudukan guru sangat penting sebagai expert
(Ahli) dan model. Model pembelajaran semisal pada KBM SD tempo lama yang
mana lebih terbilang monoton.
 Humanistic Curriculum, Menekankan keutuhan pribadi. Kurikulum didasarkan
atas minat-kebutuhan siswa, siswa aktif belajar. Kurikulum ini lebih mengarah
kurikulum berbasis karakter dan kebutuhan siswa.
 Technological/Competences Based Curriculum, Menekankan penguasaan
kompetensi, pembelajaran dibantu alat-alat teknologis. Kurikulum ini lebh
mengarah kepada kurikulum berbasis kompetensi (KBK).
 Social Reconstruction Curriculum, Berfokus pada masalah sosial, menekankan
belajar kelompok

c. Model konsep kurikulum yang manakah yang saat ini digunakan di Indonesia?
Jelaskan !

 Menurut penulis jika melihat dan meninjau kembali apa yang sudah dipaparkan
diatas maka penulis berkesimpulan bahwa kurikulum yang digunakan saat ini
yaitu, Kurikulum 2013 (K13) menggunakan perpaduan dari seluruh model
konsep yang ada mulai dari subjek akademik, humanistik,
teknologi/kompetensi, dan rekonstruksi sosial. Sebagaimana yang dipaparkan
Omar Hamalik dalam bukunya:
Model konsep kurikulum subjek akademik bertujuan mengajak peserta didik
untuk masuk ke dunia pengetahuan, dengan konsep dasar dan metode untuk
mengamati, hubungan antar sesama, analisis data dan penarikan kesimpulan.
Selanjutnya, tujuan pendidikan menurut kurikulum humanistik adalah suatu
proses atas diri individu yang dinamis yang berkaitan dengan pemikiran,
integritas, dan otonomnya. Model kurikulum rekonstruksi sosial juga turut
mewarnai pengembangan kurikulum 2013. Oemar Hamalik dalam bukunya
memaparkan bahwa, kurikulum rekonstruksi sosial sangat memerhatikan
hubungan kurikulum dengan sosial masyarakat dan politik serta perkembangan
ekonomi.

Tujuan kurikulum rekonstruksi sosial yaitu untumenghadapkan peserta


didikpada berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan. Yang terakhir

7
Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah (Jakarta: Depdikbud, 1992).
ialah perspektif teknologi sebagai kurikulum ditekankan pada efektivitas
program metode dan material untuk mencapai manfaat dan keberhasilan.
Teknologi juga dapat meningkatkan kualitas kurikulum dengan berkontribusi
pada keefektifan instruksional, tahapan instruksional dan memantau
perkembangan peserta didik. Intinya dari kurikulum teknologi adalah keyakinan
bahwa materi kurikulum yang digunakan peserta didik seharusnya dapat
menghasilkan kompetensi khusus bagi mereka.8
Oleh karenanya jika ditinjau dari pemaparan diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan
kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional di kembangkan
melalui penentuan struktur kurikulum, Standar Kemampuan (SK) dan
Kemampuan Dasar (KD) serta silabus. Kepentingan daerah dikembangkan
untuk membangun manusia yang tidak tercabut dari akar budayanya dan mampu
berkontribusi langsung kepada masyarakat di sekitarnya. Kedua kepentingan ini
saling mengisi dan memberdayakan keragaman dan kebersatuan yang
dinyatakan dalam Bhinneka Tunggal Ika untuk membangun Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

6. Model desain kurikulum diklasifikasikan ke dalam dua hal penting, yaitu (1) Fokus
dan (2) Organisasi isi kurikulum.
a. Meliputi apa saja terkait fokus ? jelaskan disertai contoh masing masing !
b. Meliputi apa saja terkait organisasi isi kurikulum ? Jelaskan disertai contoh !

Jawabannya:

a. Meliputi apa saja terkait focus ? jelaskan disertai contoh masing masing !

Fokus kurikulum dalam model desain kurikulum, namun demikian secara garis
besar focus kurikulum dapat dikelompokan menjadi tiga macam, yaitu:

 Subject Centered Design atau yang lebih dikenal dengan desain kurikulum yang
berpusat pada mata pelajaran yang terpisah-pisah, yang mana mata pelajaran
tersebut tidak berhubungan satu sama lain. merupakan bentuk desain kurikulum
yang paling populer, paling tua dan paling banyak digunakan. Dalam subject
centered design, kurikulum dipusatkan pada sejumlah isi atau materi yang akan
diajarkan. Kurikulum ini dibagi menjadi: (a). Subjec matter design (b).
Disciplines design (c). Broad-field design. Contohnya: misalnya mata pelajaran
berhitung, aljabar dan ilmu ukur disajikan secara terpisah.
 Correlated Centered Curriculum pada model ini tidak disajikan terpisah, akan
tetapi mata pelajaran yang memiliki kedekatan/sejenis dikelompokkan sehingga
menjadisuatu bidang studi (broadfield). Contohnya: mata pelajaran geografi,
sejarah, ekonomi dikelompokkan menjadi bidang studi
IPS. Demikian juga dengan mata pelajaran biologi, kimia, fisika dikelompokkan

8
Oemar Hamalik, Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: Remaja
RosdaKarya, 2013), h.146-149.
menjadi bidang studi IPA. pelajaran berhitung, ilmu ukur dan aljabar
dikorelasikan menjadi matematika dan lain sebagainya.
 Integrated Centered Curriculum, pada pengorganisasiannya kurikulum ini tidak
lagi menampakkan nama-nama mata pelajaran atau bidang studi, akan tetapi
proses pembejalarannya berangkat dari suatu pokok masalah yang harus
dipecahkan.Masalah tersebut kemudian dinamakan unit. Belajar berdasarkan
unit bukan hanya menghafal sejumlah fakta, akan tetapi juga mencari dan
menganalisis fakta sebagai bahan untuk memecahkan masalah. Belajar melalui
pemecahan masalah itu diharapkan perkembangan siswa tidak hanya terjadi
pada segi intelektual saja akan tetapi seluruh aspek seperti sikap, emosi, atau
keterampilan. Contohnya: mata pelajaran dalam kurikulum ini sudah
dirumuskan dalam bentuk masalah atau unit, sehingga menjadi kebulatan yang
utuh.

b. Meliputi apa saja terkait organisasi isi kurikulum ? Jelaskan disertai contoh !

 Separated Subject Curriculum (Kurikulum Mata Pelajaran Terpisah- pisah).


Kurikulum ini menyajikan segala bahan pelajaran dalam berbagai macam mata
pelajaran (subjects) yang terpisah-pisah satu sama lain, seakan- akan ada batas
pemisah antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain juga antara suatu
kelas dengan kelas yang lain.9 Kurikulum ini mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut: (1) Terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang terpisah satu sama lain,
dan masing-masing berdiri sendiri; (2) Tiap mata pelajaran seolah-olah
tersimpan dalam kotak tersendiri dan diberikan dalam waktu tertentu; (3) Hanya
bertujuan pada penguasaan sejumlah ilmu pengetahuan dan mengabaikan
perkembangan aspek tingkah laku lainnya;
(4) Tidak didasarkan pada kebutuhan, minat, dan masalah yang dihadapi para
siswa; (5) Bentuk kurikulum yang tidak mempertimbangkan kebutuhan,
masalah, dan tuntutandalam masyarakatbyang senantiasa berubah dan
berkembang; (6) Pendekatan metodologi mengajar yang digunakan adalah
sistem penuangan (imposisi) dan menciptakan perbedaan individual di kalangan
para siswa; (7) Guru berperan paling aktif, dengan pelaksanaan sistem guru
mata pelajaran dan mengabaikan unsur belajar aktif di kalangan para siswa; (8)
Para siswa sama sekali tidak dilibatkan dalam perencanaan kurikulum secara
kooperatif.
Contohnya: mata pelajaran berhitung, aljabar dan ilmu ukur disajikan secara
terpisah.

 Correlated Curriculum (Kurikulum dengan Mata Pelajaran


Berkorelasi/Gabungan). Organisasi kurikulum ini menghendaki agar mata
pelajaran itu satu sama lain ada hubungan, bersangkut paut (correlated)
walaupun mungkin batas-batas yang satu dengan yang lain masih
dipertahankan.
Prinsip berhubungan satu sama lain (korelasi) ini dapat dilaksanakan
dengan beberapa cara : (1) Antara dua mata pelajaran diadakan hubungan

secara insidental. (2) Memperbincangkan masalah-masalah tertentu dalam


9
B. Suryosubroto, Tata Laksana Kurikulum (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 1.
berbagai macam mata pelajaran. (3) Mempersatukan beberapa mata pelajaran
dengan menghilangkan batas masing-masing.
Ciri-ciri kurikulum ini di antaranya adalah sebagai berikut: (1) Berbagai
mata pelajaran dikorelasikan satu dengan yang lainnya; (2) Sudah dimulai
adanya usaha untuk merelevansikan pelajaran dengan permasalahan kehidupan
sehari-hari, kendatipun tujuannya masih penguasaan pengetahuan; (3) Sudah
mulai mengusahakan penyesuian pelajaran dengan minat dan kemampuan para
siswa, meski pelayanan terhadap perbedaan individual masih sangat terbatas; (4)
Metode menyampaikan menggunakan metode korelasi, meski masih banyak
menghadapi kesulitan; (5) Meski guru masih memegang peran aktif, namun
aktivitas siswa sudah mulai dikembangkan.33 Contohnya: mata pelajaran
berhitung, ilmu ukur dan aljabar dikorelasikan menjadi matematika. Sejarah,
ekonomi, geografi, sosiologi disajikan dalam IPS. Fisika, kimia, biologi menjadi
IPA/Sain.

 Integrated Curriculum (Kurikulum Terpadu/Terintegrasi). Integrated curriculum


meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan
pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan. Dengan kebulatan bahan
pelajaran diharapkan mampu membentuk kepribadian murid yang integral,
selaras dengan kehidupan sekitarnya, apa yang diajarkan di sekolah disesuaikan
dengan kehidupan anak di luar sekolah.10
Ciri-ciri kurikulum terintegrasi ini adalah sebagai berikut: (1) Berdasarkan
filsafat pendidikan demokrasi; (2) Berdasarkan psikologi belajar Gestalt atau
organismik; (3) Berdasarkan landasan sosiologis dan sosial kultural; (4)
Berdasarkan kebutuhan, minat, dan tingkat perkembangan atau pertumbuhan
siswa; (5) Bentuk kurikulum ini tidak hanya ditunjang oleh semua mata
pelajaran atau bidang studi yang ada, tetapi lebih luas. Bahkan, mata pelajaran
atau bidang studi baru dapat saja muncul dan dimanfaatkan guna pemecahan
masalah; (6) Sistem penyampaian menggunakan sistem pengajaran unit, baik
unit pengalaman (experience unit) atau unit pelajaran (subject matter unit); (7)
Peran guru sama aktifnya dengan peran murid. Bahkan, peran murid lebih
menonjol dalam kegiatan belajar-mengajar, dan guru bertindak selaku
pembimbing.Contohnya: berdasarkan kebutuhan anak, teori pelajaran modern,
minat anak seperti sekolah Al-Muthahari Bandung milik Jalaluddin Rahmat.

 Broadfield Curriculum. Ada juga korelasi antar beberapa mata pelajaran


(interdisipliner) yang lebih jauh sehingga tidak tampak lagi batas-batas mata
pelajaran dalam satu rumpun. Korelasi semacam ini merupakan fungsi antara
beberapa mata pelajaran serumpun dan memiliki ciri-ciri yang sama. Organisasi
kurikulum ini disebut dengan bidang studi (broadfield). Contohnya: antara mata
pelajaran sejarah, geografi, ekonomi difungsikan menjadi bidang studi ilmu
pengetahuan sosial (IPS), mata pelajaran kimia,
fisika dan biologi difungsikan menjadi bidang studi ilmu pengetahuan alam, dan
mata pelajaran aljabar, ilmu ukur dan geometri difungsikan menjadi bidang
studi matematika. Tujuan kurikulum bidang studi adalah untuk
mengintegrasikan pengetahuan anakdan mencegah penguasaan bahan yang
banyak, dangkal, dan terlepas-lepas sehingga mudah dilupakan dan tidak
10
B. Suryosubroto, Tata Laksana Kurikulum (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 4-5
difungsional. Bentuk organisasi kurikulum ini mulai digunakan di Indonesia
sejak tahun 1975.

 Fused Curriculum adalah bentuk struktur program (kurikulum) yang


menghilangkan batas-batas antarmata pelajaran. Semua mata pelajaran dilebur
menjadi satu keseluruhan dalam bentuk unit. Oleh karena itu, kurikulum ini
disebut juga sebagai kurikulum unit. Isi kurikulum dengan melebur mata
pelajaran. Contohnya: erdasarkan kebutuhan anak, teori pelajaran modern, minat
dan bakat anak.

7. Menurut R.W. Tyler, ada 4 langkah yang harus diperhatikan dalam Pengembangan
Kurikulum. Empat langkah tersebut bertolak pada pertanyaan- pertanyaan
filosofs/mendasar dan harus dijawab oleh siapapun yang melakukan
pengembangan kurikulum dari berbagai jenjang pendidikan, yaitu:
(1) What educational purposes should the school seek to attain? (2) What
educational experiences can be provided that are likely to attain these purposes?
(3) How can these educational experiences be effectively organized?

(4) How can we determine wether these purposes are being attained?

a. Jelaskan arah keempat pertanyaan tersebut disertai contoh !


b. Jelaskan disertai contoh relevansi di antara masing-masing komponen tersebut !
c. Jelaskan criteria dalam Proses Pengembangan Kurikulum untuk masing- masing
komponen tersebut !

Jawabannya:

a. Jelaskan arah keempat pertanyaan tersebut disertai contoh !

 Model Ralph Tyler, Ralph Tyler berupaya menjelaskan tentang


pentingnyapendapat secara rasional, mengnlisis, mengintrepretasikan
kurikulum dan program pengajaran dari suatu lembaga pendidikan. Model
pengembangan yang dikemukakan oleh Ralph Tyler diajukan berdasarkan
pada beberapa pertanyaan yang mana menurutnya dalam mengembangkan
kurikulum, perlu menempatkan empat pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut adalah:
 Tujuan pendidikan apa yang harus dicapai oleh sekolah?
 Pengalaman-pengalaman pendidikan apakah yang semestinya diberikan
untuk mencapai tujuan pendidikan?
 Bagaimanakah pengalaman-pengalaman pendidikan sebaiknya di
organisasikan?
 Bagaimanakah menentukan bahwa tujuan telah tercapai?

Oleh karena itu menurut Tyler ada empat tahap yang harus dilakukan
dalam pengembangan kurikulum yang meliputi:
 Merumuskan/Menentukan tujuan pendidikan, Tujuan pendidikan merupakan
arah atau sasaran akhir yang harus dicapai dalam program pendidikan dan
pembelajaran. Tujuan pendidikan harus menggambarkan perilaku akhir setelah
peserta didik mengikuti program pendidikan, sehingga tujuan tersebut harus
dirumuskan secara jelas sampai pada rumusan tujuan khusus guna
mempermudah pencapaian tujuan tersebut.
 Memilih Pengalaman Belajar. Pengalaman belajar adalah segala aktivitas
siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan. Pengalaman belajar menunjuk
pada aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, yang harus
dipertanyakan dalam pengalaman ini adalah “apa yang akan atau telah
dikerjakan oleh siswa” bukan “apa yang akan atau telah dikerjakan oleh guru”.
Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam penentuan proses
pembelajaran adalah presepsi dan latar belakang kemampuan peserta didik.
Artinya, pengalaman yang sudah dimiliki siswa harus menjadi bahan
pertimbangan dalam menentukan proses pembelajaran selanjutnya.
 Menentukan Organisasi Pengalaman Belajar, Pengalaman belajar di dalamnya
mencakup tahapan-tahapan belajar dan isi atau materi. Bahan yang harus
dipelajari peserta didik dan pengalaman belajar apa yang harus dilakukan,
diorganisasi sedemikianrupa sehingga dapat memudahkan dalam pencapaian
tujuan. Kejelasan tujuan, materi belajar dan proses pembelajaran serta urutan-
urutan, akan mempermudah untuk memperoleh gambaran tentang evaluasi
pembelajaran apa yang sebaiknya digunakan.
 Menentukan Evaluasi Pembelajaran. Menentukan jenis evaluasi apa yang
cocok digunakan, merupakan kagiatan akhir dalam model Tyler. Jenis
penilaian yang akan digunakan, harus disesuaikan dengan jenis dan sifat dari
tujuan pendidikan atau pembelajaran, materi pembelajaran, dan proses belajar
yang telah ditetapkan sebelumnya. Agar penetapan jenis evaluasi bisa tepat,
maka para pengembang kurikulum disamping harus memerhatikan komponen-
komponen kurikulum lainnya, juga harus memerhatikan prinsip-prinsip
evaluasi yang ada.11

b. Jelaskan disertai contoh relevansi di antara masing-masing komponen tersebut !

 Pertanyaan pertama pada hakikatnya merupakan arah dari suatu program atau
tujuan kurikulum, pertanyaan kedua berkenaan dengan isi/bahan ajar yang harus
diberikan untuk mencapai tujuan, pertanyaan ketiga berkenaan dengan strategi
pelaksanaan, dan pertanyaan keempat berkenaan dengan penilaian (evaluasi)
pencapaian tujuan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi komponen utama
yang harus dipenuhi dalam suatu kegiatan pengembangan kurikulum.
Komponen-komponen yang dipaparkan diatas tidaklah berdiri sendiri, tetapi
saling pengaruh-mempengaruhi, berinteraksi, berinterelasi satu sama lain dan
membentuk suatu sistem (system).

c. Jelaskan criteria dalam Proses Pengembangan Kurikulum untuk masing-masing


komponen tersebut !

1. Komponen tujuan.berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan.


Dalam sekala macro rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan
filsafat atau system nilai yang dianut masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan
menggambarkan suatu masyarakat yang dicita-citakan. Tujuan pendidikan
memiliki klasifikasi, dari mulai tujuan yang sangat umum sampai tujuan
11
Trianto Ibnu Badar At-Taubany, Hadi Suseno, Desain Pengembangan Kurikulum 2013 di Madrasah,
(Kencana: Depok, 2017), h. 75-74.
khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur,yang kemudian dinamakan
kompetensi. Tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi 4, yaitu: (a).
Tujuan Pendidikan Nasional (TPN) adalah tujuan yang bersifat paling umum
dan merupakan sasaran yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usaha,
yang bersumber dari system nilai pancasila dirumuskan dalam UU No. 20
Tahun 2003 Pasal 3, (b). Tujuan Institusional (TI) tujuan yang harus
dicapai oleh setip lembaga pendidikan. Tujuan institusional merupan tujuan
antara untuk mencapai tujuan umum yang dirumuskan dalam bentuk
kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan, misalnya standar kompetensi
pendidikan dasar, menengah, kejuruan, dan jejnjang pendidikan tinggi. (c).
Tujuan Kurikuler (TK) tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang setudi
atau mata pelajaran. Tujuan kurikuler juga pada dasarnya merupakan tujuan
antara untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan. Dengan demikian, setiap
tujuan kurikuler harus dpat mendukung dan diarahkan untuk mencapai
tujuan institusional. (d). Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran
(TP) merupakan bagian dari tujuan kurikuler,dapat didefinisikan sebagai
kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka mempelajari
bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan.
Karena hanya guru yang memahami kondisi lapangan, termasuk memahami
karakteristik siswa yang akan melakukan pembelajaran disuatu sekolah,
maka menjabarkan tujuan pembelajaran adalah tugas guru.
2. Komponen Isi/Materi Pelajaran, Isi kurikulum merupakan komponen yang
berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi
kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan
pengetahuan atau mteri pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi
setiap mta pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan siswa.
Baik materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai
tujuan yang ditentukan.
3. Komponen Metode/Strategi, Strategi dan metode merupakan komponen
ketiga dalam pengembangan kurikulum. Komponen ini merupakan
komponen yang memiliki peran yang sangat penting, sebab berhubungan
dengan implementasi kurikulum. Begitu pula dengan pendapat T. Rakjoni
yang mengartikan strategi pembelajaran sebagai pla dan urutan umum
perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
4. Komponen Evaluasi, Tujuan evaluasi yang komprehensif dapat ditinjau dari
tiga dimensi, yakni diemnsi I (formatif-sumatif), dimensi II (proses- produk)
dan dimensi III ( operasi keseluruhan proses kurikulum atau hasil belajar
siswa). Dengan adanya tiga dimensi itu, maka dapat diga,mbarkan

sebagai kubus. Selain itu dapat lagi kurikulum ditinjau dari segi historis,
yakni bagaimanakah kurikulum sebelumnya yang dipandang oleh
anteseden.12

8. Model pendekatan implementasi kurikulum meliputi (1) Pendekatan Fidelity,


12
Ending Rusyani, Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum (Bandung: direktorat UPI, 2019).
h. 3-9
(2) Pendekatan Mutual Adaptive dan (3) Enactment.
a. Jelaskan pengertian dan tahapan implementasi kurikulum !
b. Jelaskan karakteritstik dari masing-masing pendekatan implementasi
tersebut !
c. Pendekatan implementasi yang manakah yang paling sering dilakukan di
Indonesia ?

Jawabannya:

a. Jelaskan pengertian dan tahapan implementasi kurikulum !

Implementasi dalam kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai


pelaksanaan atau penerapan. Sedangkan Fullan sebagaimana yang dikutip oleh
Abdul Majid mengemukakan bahwa implementasi adalah suatu proses
peletakan dalam praktik tentang suatu ide, program, atau seperangkat aktivitas
baru bagi orang lain dalam mencapai atau mengharapkan suatu perubahan.
Saylor dan Alexander sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Majid
mengemukakan bahwa implementasi kurikulum merupakan proses menerapkan
rencana kurikulum (program) dalam bentuk pembelajaran, melibatkan interaksi
siswa dengan guru dan dalam konteks persekolahan. Sedangkan implementasi
kurikulum menurut Murray Print yaitu proses penerimaan dan penggunaan hal-
hal baru dalam kurikulum serta pelaksanaan dokumen kurikulum ke dalam
tataran praktis. (Abdul Majid, 2014 : 6). Menurut Tyler ada 4 tahap yang harus
dilakukan dalam pengembangan kurikulum yang meliputi, (1) Menentukkan
tujuan pendidikan, (2) Menentukan proses pembelajaran yang harus dilakukan,
(3) Menentukan organisasi pengalaman belajar, (4) Menentukan evaluasi
pembelajaran.

b. Jelaskan karakteritstik dari masing-masing pendekatan implementasi tersebut !

Jenis Model Karakteristik

1. Pendekatan Impl. 1.1. Implementasi kurikulum sesuai dengan desain yang telah


standar
1.1. Fidelity
1.2. Pelaksana kurikulum mengadakan penyesuaian-penyesuaian
1.2. Mutual Adaptive berdasarkan kondisi, kebutuhan, tuntutan setempat
1.3. Enactment 1.3. Pelaksana kurikulum melakukan berbagai upaya
mengoptimalkan pelaksanaan kurikulum.

c. Pendekatan implementasi yang manakah yang paling sering dilakukan di


Indonesia ?

Implementasi kurukulum pendidikan yang sering digunakan di Indonesia ialah


kurikulum berbasis kompetensi. Mengapa demikian? kurikulum ini seringkali
disebut sebagai separated subject curriculum, dan sering pula disebut sebagai
subject-centered curriculum, karena menjadikan mata pelajaran sebagai
porosnya (Nasution, 1988: 143). Adapun Puskurnas (2002:2) menyebutkan
bahwa implementasi dan pengembangan KBK di Indonesia
mempertimbangkan prinsip-prinsip (1) keimanan, nilai, dan budi pekerti luhur
perlu digali, dipahami, dan diamalkan oleh siswa; (2) penguatan integritas
nasional dicapai melalui pendidikan yang memberikan pemahaman tentang
masyarakat Indonesia yang majemuk dan kemajuan peradaban bangsa
Indonesia dalam tatanan peradabandunia yang multikultur dan multibahasa;
(3) keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika diperhitungkan dalam
penyusunan kurikulum dan hasil belajar; (4) kesamaan memperoleh
kesempatan bagi semua siswauntuk memperoleh pengetahuan, keterampilan,
dan sikap sangat diutamakan. Siswa kurang beruntung secara ekonomi dan
sosial, berbakat, dan unggul berhak menerima pendidikan yang tepat sesuai
kemampuan dan kecepatannya; (5) abad pengetahuan dan teknologi informasi.
Belajar mengakses, memilih, dan menilai pengetahuan untuk mengatasi situasi
yang cepat berubah dan penuh ketidakpastian; (6) pengembangan keterampilan
hidup dengan memasukkan unsur keterampilan hidup agar siswa memiliki
keterampilan, sikap, dan perilaku adaptif, kooperatif, dan kompetitif dalam
menghadapitantangan dan tuntutan kehidupan sehari-hari secara efektif; (7)
belajar sepanjang hayat dilakukan melalui pendidikan formal dan nonformal
serta pendidikan alternative yang diselenggarakan pemerintah maupun
masyarakat; (8) berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan
komprehensif. Memandirikan siswa untuk belajar, bekerja sama, dan menilai
diri sendiri agar siswa mampu membangun pemahaman dan pengetahuannya;
dan (9) pendekatan menyeluruh dan kemitraan.13

9. Kurikulum 2013 (Kurtilas) :


a. Jelaskan Pengertian dan Karakteristik Kurtilas dalam pembelajaran PBA di
sekolah dan Madrasah !
b. Jelaskan tujuan dan Prinsip Pengembangan Kurtilas dalam mata pelajaran PBA
di sekolah dan Madrasah !
c. Jelaskan perbedaan yang paling mendasar antara Kurtilas dengan kurikulum
sebelumnya (KTSP) !
d. Pendekatan Saintifik adalah yang paling menonjol dalam kurtilas. Berikan
contoh Sintaks Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran PBA di sekolah dan
Madrasah !

Jawabannya:

a. Pengertian K13:
Pengertian kurikulum 2013 atau K13 secara umum adalah langkah lanjutan
pengembangan yang berdasarkan kompetensi yang sudah dirintis tahun 2004
dan KTSP 2006 yang mengandung kompetensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan terpadu. Pengertian kurikulum 2013 adalah kurikulum yang
mengintegrasikan kemampuan,tema, konsep, dan topic yang di bentuk dalam
disiplin tunggal, mengandung beberapa disiplin dan mengandung beberapa
13
Saiful Sagala, Engembangan Dan Implementasi Kurikulum Penting Untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran, Jurnal UNIMED, 2019.
pembelajaran. Menurut Mulyasa pengertian kurikulum 2013 adalah lebih
menekan pendidikan karakter, terutama tingkat dasa, yang menjadi pondasi
bagi tingkat berikutnya. Pengertian kurikulum Menurut penulis benar bahwa
kurikulum 2013 merupakan inovasi kurikulum dalam pembelajaran karena jika
ditinjau dari karakteristiknya maka kurikulum 2013 termasuk dalam inovasi
kurikulum, adapun cirri- cirinya sebagai berkut:

Karakteristik :
1) peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja;
2) adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik;
3) peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas
permasalahan atau tantangan yang diajukan;
4) peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan
mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan;
5) Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu;
6) Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah
dijalankan;
7) Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif; dan
8) Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.
2013 adalah pedoman mengajar terdiri 4 aspek penilaian yaitu pengetahuan,
keterampilan, sosial dan spiritual.

Karakteristik K13:
i. peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja;
ii. adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta
didik;
iii.peserta didik mendesain proses untuk
menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang
diajukan;
iv. peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk
mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan
permasalahan;
v. Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu;
vi. Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang
sudah dijalankan;
vii. Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif; dan
viii. Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan
perubahan.

b. Prinsip K13
Pembelajaran berdasarkan Kurikulum 13 mengacu pada sejumlah prinsip-
prinsip pembelajaran seperti yang tertulis pada Permendikbud Nomor 22 Tahun
2016. Berikut adalah prinsip-prinsip pembelajaran yang tertulis dalam
Permendikbud tersebut: (1). Peserta didik mencari tahu; (2). Pembelajaran
berbasis aneka sumber belajar; (3). Pembelajaran berbasis proses untuk penguatan
pendekatan ilmiah; (4) Pembelajaran berbasis kompetensi; (5) Pembelajaran
terpadu; (6). Pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;
(7). Pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan keterampilan aplikatif;
(8). Pembelajaran yang menjaga pada keseimbangan antara keterampilan fsikal
(hardskills) dan keterampilan mental (sofskills); (9). Pembelajaran yang
mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai
pembelajar sepanjang hayat; (10). Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai
dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan
(ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam
proses pembelajaran (tut wuri handayani); (11). Pembelajaran yang berlangsung
di rumah di sekolah, dan di masyarakat; (12). Pembelajaran yang menerapkan
prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah peserta didik, dan di mana
saja adalah kelas; (13). Pembelajaran yang memanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi untuk meningkatkan efsiensi dan efektivitas pembelajaran; dan
(14) Pembelajaran yang mengakomodasi perbedaan individual dan latar
belakang budaya peserta didik.

 Tujuan K13:
Tujuan Kurikulum 2013 adalah mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif,
kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa,bernegara, dan peradaban dunia. Tujuan dan alasan
utama pengembangan kurikulum 2013 oleh pemerintah adalah sebagai berikut.
1) Menciptakan lulusan yang memiliki kemampuan berkomunikasi
2) Menciptakan lulusan yang memiliki kemampuan berpikir kritis dan
jernih
3) Menciptakan lulusan yang memiliki kemampuan mempertimbangkan
segi moral suatu permasalahan
4) Menciptakan lulusan yang mampu menjadi warga negara yang
bertanggung jawab
5) Menciptakan lulusan yang memiliki kemampuan mengerti dan toleran
terhadap pandangan yang berbeda
6) Menciptakan lulusan yang memiliki
kemampuanhidup dalam masyarakat yang mengglobal
7) Menciptakan lulusan yang memiliki minat luas dalam kehidupan
8) Menciptakan lulusan yang memiliki kesiapan untuk bekerja
9) Menciptakan lulusan yang memilik
kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya
10) Menciptakan lulusan yang memiliki rasa tanggung jawab terhadap
lingkungan..14

C. Perbedaan Kurikulum KTSP dan K13


Kurikulum Lama Kurikulum Baru
1) KTSP: Materi disusun untuk memberikan pengetahuan kepada siswa
sedangkan K13: Materi disusun seimbang mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
2) KTSP: Pendekatan pembelajaran adalah siswa diberitahu tentang materi yang
harus dihafal [siswa diberi tahu]. K13: Pendekatan pembelajaran berdasarkan
pengamatan, pertanyaan, pengumpulan data, penalaran, dan penyajian hasilnya
14
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, Bahan Tayang Implementasi Kurikulum
2013(Jakarta: Kemendikbud, 2013).
melalui pemanfaatan berbagai sumber-sumber belajar [siswa mencari tahu].
3) KTSP: Penilaian pada pengetahuan melalui ulangan dan ujian K13: Penilaian
otentik pada aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan
berdasarkan portofolio.

D.  Contoh pendekatan Saintifik dalam pemebelajaran bahasa Arab

N KEGIATAN INTI KETERANGAN


O
1. Peserta didik membaca teks qira’ah dengan cara Mengamati
membacanya dalam hati
2. Tiap peserta didik mengajukan satu pertanyaan tentang Menanya
teks qira’ah (terjemah kata, terjemah ungkapan/idiom,
istilah, qawaid maupun isi teks)
3. Tiap peserta didik menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh peserta didik yang lain secara bergantian
4. Pendidik menyatakan bahwa teks qira’ah memiliki  
struktur isi, qawa’id, dan tujuan komunikasi (pesan)
yang berbeda dengan teks yang lain. 
5. Melalui diskusi kelompok, peserta didik dengan Mencoba/mengumpulkan
bimbingan pendidik mencoba mengidentifikasi data
struktur isi, qawa’id, dan tujuan komunikasi (pesan)
dari teks qira’ah yang dibaca
6. Melalui diskusi kelompok, peserta didik dengan Menganalisis data dan
bimbingan pendidik mendiskusikan dan merumuskan menyimpulkan (1)
temuannya tentang struktur isi, qawa’id, dan tujuan
komunikasi (pesan) dari teks qira’ah yang dibaca
7. Satu kelompok menyajikan hasil diskusinya, Menalar
sedangkan kelompok lain memberikan tanggapan
8. Dengan bimbingan pendidik, peserta didik Menganalisis data dan
menyimpulkan struktur isi, qawa’id, dan tujuan menyimpulkan (2)
komunikasi (pesan) dari teks qira’ah yang dibaca
9. Peserta didik memajang temuannya dalam bentuk Mengkomunikasikan
poster di papan tempel yang telah disediakan
10. Jelaskan pandangan dan arah kedua pakar kurikulum (taner dan tanner dan marsh
Stafford) tentang guru sebagi pengembang kurikulum ? bagaimana kenyataan
dilapangan? Manakah yang paling dominan di perankan oleh guru disekolah ? jelaskan
menurut Pakar!

a. Jelaskan pandangan   dan arah kedua pakar kurikulum (taner dan tanner dan marsh
Stafford)  tentang guru sebagi  pengembang kurikulum ?

Jawab:

Colin Marsh dan Ken Stafford (1984:22-23) menyatakan bahwa: Granted that theory
building in the field of curriculum is very difficult, it is worth considering wheather
succesful theories have been produced in other fields of endeavor Scientific theories,
such as in the physical and biological sciences, have been developed over many
decades. Such theories usually contain wriable which systematize or unify research
findings from seemingly unrelated phenomena, to generate research hypotheses, to
make prediction and to provide explanation to Danniel Tanner and Laurel N. Tanner in
Oliva, 1991: 7  menyatakan bahwa The curriculum is a reconstruction of the
knowledge and experience systematically developed by schools (or universities), so
that students can improve their knowledge and experience

b. Berdasarkan  pandangan pakar tersebut bagaimana kenyataan dilapangan? Manakah


yang paling dominan di perankan oleh guru disekolah ?

Jawab:

Kurikulum memiliki dua sisi yang sama pentingnya yakni kurikulum sebagai dokumen
dan kurikulum sebagai implementasinya. Sebagai sebuah dokumen kurikulum
berfungsi sebagai pedoman bagi guru dan kurikulum sebagai implementasi adalah
realisasi dari pedoman tersebut dalam kegiatan pembelajaran. Guru merupakan salah
satu faktor penting dalam implementasi kurikulum. Bagaimanapun idealnya suatu
kurikulum tanpa ditunjang oleh kemampuan guru untuk mengimplementasikannya,
maka kurikulum itu tidak akan bermakna sebagai suatu alat pendidikan, dan sebaliknya
pembelajaran tanpa kurikulum sebagai pedoman tidak akan efektif.

Dengan demikian peran guru dalam hal ini adalah sebagai posisi kunci dan dalam
pengembangnnya guru lebih berperan banyak dalam tataran kelas. Oleh karena itu saya
sependapat dengan Marsh dan Ken Stafford bahwa guru bertugas sebagi receiver
(penerima), modifier(pengubah) and developer (pengembang) kurikulum.
Daftar pustaka

Annisah Suryaningtyas, Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Kurikulum Tersembunyi


“Hidden Curriculum” di SDIT Muhammadiyah Sinar Cawas, Klaten. Skripsi,
Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), 2014.

B. Suryosubroto, Tata Laksana Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta, 2005.


Caswita, The Hidden Curriculum. Yogyakarta: LeutikaPrio, 2013.

Daniel Tanner, Laurel Tanner, Curriculum Development: Theory into Practice

Departemen Agama RI, (1999), Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta :


Direktorat Jenderal Pembinaan Agama Islam dan Iniversitas Terbuka

Ebadi, S, Hidden Curriculum an Apparent Challenge or an Uesplored Opprtunity.


Internasional Jounal Of Academic Research in Progressive Education an
Development, 2013.

Ending Rusyani, Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum. Bandung:


direktorat UPI, 2019.

Hikmatul Mustaghfiroh, Hidden Curriculum Dalam Pembelajaran PAI, Jurnal


Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, Vol. 9, No. 1, Februari, Jawa
Tengah: COIN (Conge Institute), 2014.

Hilda Taba, Curriculum Development Theorry and Practices. New York: Harcour,
1962..

Ika Maryani, Fitria Dewi, Pelaksanaan Hidden Curriculum Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Al-Islam Di Sekolah Dasar, Jurnal EduHumaniora, Vol. 10 No. 1,
Januari, Universitas Ahmad Dahlan, 2018..

Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, Bahan Tayang Implementasi Kurikulum


2013. Jakarta: Kemendikbud, 2013.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Panduan Pembelajaran untuk Sekolah


Menengah Pertama. Jakarta: Kemendikbud Dirjen Pendidikan Dasar dan
Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. 2016.

Masitoh, Ocih Setiasih, Rita Mariyana, Landasan Pengembangan Kurikulum

Direktori File UPI, 2019.


Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Jakarta: Depdikbud, 1992.

Nasution, S, Asas-Asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.


Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung: Remaja
RosdaKarya, 2013.

Robert M. Gagne, The Conditions of Learning, (New York: Holt, 1967),

Trianto Ibnu Badar At-Taubany, Hadi Suseno, Desain Pengembangan Kurikulum


2013 di Madrasah, (Kencana: Depok, 2017),

Anda mungkin juga menyukai