“Perjalanan terbaik dalam hidup yaitu belajar dari pengalaman,namun tidak terlarut
dalam kelampauan.”
Saat ini aku menduduki sekolah tingkat atas,yang dirundung oleh beberapa alam
sadar serta candu dan imajinasi yang tinggi.Aku tak lagi dikelilingi sayap,tapi aku
yang menjadi sayapnya.Oksigenku sudah terhirup dengan acak,mataku sudah
bergurat merah sejak pertama tingkat atas.Canduku sudah berkeliaran
bebas,imajinasi melayang tinggi tanpa ingin kembali.Emosiku perlahan membesar
dan fikiranku terpenjara secara senyap tak terlihat.
Lambat laun 2 nyawa yang bersinonim dapat merangkul 32 nyawa yang lainnya,kita
berbaur dengan riang saat itu yang tak lagi memikirkan masalah hati.Keegoisan
yang pertama kali terpapar dengan berhamburan,kini mejadi keluarga sekunder
yang membuat penjara menjadi nyaman.Putih abu membuat diriku menjadi semakin
berubah,kini pola fikirku semakin dewasa yang diiringi dengan sikap dan sifatku
yang mengikutinya.Kita yang mecari cahaya masa depan dengan bersama,membuat
kita semakin erat untuk menjarak.Langit yang kita tatap sejak dulu saling
berbeda,namun kini kita menatap langit yang sama.
Tingkat kedua kita redup,lelucon kita semakin meluas dan raga kita kembali
berputar.Hingga ruangan penjara kita semakin mengekang,kita memilih berdominan
melepaskan semua keluhan yang tak terhitung.Udara semakin pengap untuk
dihirup,raga kita terkalahkan dengan semua kekangan.Sikap antar individu yang
sedang berproses mendewasa menjdi tak beraturan untuk ditanggap,sedikit
memudar rasa hangat itu.Ego yang telah hilang,kini kembali diundang dengan
perlahan oleh setiap individu diantara kita.Nyawa yang kian hidup menjadi
berantonim seperti semula,34 nyawa tak utuh.Ada yang hilang diantara kita dan ada
yang berpulang karena telah hanyut oleh semua kekangan yang ada.
Hati kita terjarak di tingkat kedua,yang lebih mementingkan keegoisan masing-
masing dan berantonim mengenai kebersamaan.Kita jatuh bersama,dan kita tak bisa
saling merangkul saat itu.Terbaring rapuh,dan terpejam lelah.Nyawa yang kian hidup
dengan hangat,tak disangka redup secara pesat terlihat.Hembusan oksigen
terdengar sangat berat dengan raut wajah yang kian melelah.
“Kita tak boleh seperti ini,hangat yang kita buat sejak dulu terkalahkan oleh konflik
yang baru hadir begitu saja.Mari kita kembalikan kehangatan itu,aku percaya kita
pasti bisa mempereratnya lagi.” Ucap sahabatku yang gila itu.
Aku yang sempat rapuh dan jatuh,kini dibuat untuk kembali bangkit oleh ucapan
itu.Nyawaku yang kian berhenti berdetak,tersambat oleh ucapan yang menusuk
hingga membuat kembali berjalan detakanku yang lemah.
”Jika yang terucap oleh lisanmu itu terbisik dari lubuk hati,aku akan sangat
membantu untuk hal ini.Mari kita lakukan,aku pun percaya kita pasti bisa.” Ucapku
penuh kobaran api membara.
Semenjak itu,kita kembali menunjukan aksi yang pernah terdiam membisu.Dan tak
disangka,apa yang kita rencanakan itu terlaksana dengan lancar dan fakta.Kita
kembali dalam kehangatan dengan sedikit kelembapan dalam bola mata,yang tak
tertahan atas semua yang kita lakukan secara bersama.Nyawa kita sunyi dalam
keramaian,tak banyak perbincangan melainkan lebih dominan dalam berbuat namun
tak terlalu terlihat.
Tak terasa,kita selesai dalam semua keacuhan di tingkat kedua dan melanjutkan
tingkat terakhir yang ada dalam tahapan tingkat atas.Kita semakin menjelma dalam
kehangatan,dan kita semakin klimaks dalam definisi sebuah raga.Yang tak sadar
semakin kita meningkat dalam sebuah tahapan,semakin rapuh untuk raga yang kian
untuk berjalan.
Tingkat ketiga membuat dunia malam semakin melarut,wajah bertopeng tebal agar
tak terlihat fakta.Raga dengan terpaksa sangat minimalis untuk merebah,imajinasi
dibiarkan melayang untuk sebuah hiburan.Mata yang pertama kali melihat dengan
lembut,kini tergurat merah menantang semua tugas yang tersebar oleh atasan
pemilik penjara pendidikan.Oksigen terhirup dengan berat dengan terpaksa belajar
untuk ikhlas,tapi tak mengurangi rasa semangat untuk mencari secercah cahaya
masa depan.
“Kita harus tetap menjaga kehangatan ini,dan kita harus tetap berusaha untuk
menjelma agar menjadi keluarga yang terkenang suatu saat nanti.” Ucap sahabatku.
“Menurutku,kita samakan antar raga dan rasa dari setiap individu menjadi satu.Kita
harus menatap langit dengan tujuan yang sama,dan kita tidak boleh saling
menjatuhkan.Melainkan kita harus berantonim dari itu,kita harus saling mendorong
agar tak terjadi kerapuhan,kita harus saling mengingatkan atas semua alam sadar
yang kita miliki masing-masing,dan yang terpenting kita lakukan secara bersama
tanpa ada keraguan dan rasa tersinggung dalam hati.Percaya satu sama lain adalah
kunci dari segala drama yang ada di dunia,aku sangat percaya kita bisa
melakukannya tanpa ada hambatan sedikitpun” Ucapku.
12 tahun tekanan yang berujung keikhlasan membuat kita belajar banyak tentang
hidup dan semua tersimpulkan dengan sendirinya.Aku yang sejak lampau lemah tak
berdaya,kini menjadi antonimnya saat menemui penjara pendidikan yang
menyebalkan namun mengesankan.Kini aku bisa mendefinisakan tentang
kehidupan,dimana semua yang bertaburan dengan acak bisa tersusun rapih dengan
banyak warna layaknya pelangi.Aku sangat bersyukur atas takdir Tuhan yang telah
diberikan,dan kini aku bisa merasakan semua titik kepahitan dan kemanisan tentang
hidup.
“Tuhan tidak menciptakan dunia dan
seisinya dengan sia-sia.Ia telah
merangkainya sejak lama dengan
segala keragaman dan keindahan.Dan
tak ada takdir yang tertukar dari setiap
makhluk yang diciptakan-Nya.”