Anda di halaman 1dari 22

ISSN 2442-9422

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN STANDAR KUALIFIKASI DAN


KOMPETENSI KEPALA SMK NEGERI DI KABUPATEN ACEH
SELATAN

Habibullah Hasibuan1; Yusnadi2; Saut Purba3


Guru SMK Negeri 1 Samadua; e-mail: habib_geos@yahoo.com
2
Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan Unimed; 3Dosen Fakultas Teknik Unimed

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi kebijakan standar kualifikasi
dan kompetensi kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh Selatan, melalui (1)
mendeskripsikan faktor komunikasi dalam implementasi kebijakan standar kualifikasi
dan kompetensi kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh Selatan, (2) mendeskripsikan
faktor sumberdaya dalam implementasi kebijakan standar kualifikasi dan kompetensi
kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh Selatan, (3) mendeskripsikan faktor disposisi
dalam implementasi kebijakan standar kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Negeri
di Kabupaten Aceh Selatan, (4) mendeskripsikan faktor struktur birokrasi dalam
implementasi kebijakan standar kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Negeri di
Kabupaten Aceh Selatan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Subjek penelitian terdiri dari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten
Aceh Selatan, Kabid Dikmen, Korwas, Pengawas SMK, dan Kepala SMK Negeri di
Kabupaten Aceh Selatan. Dalam mengumpulkan data peneliti menggunakan
teknikwawancara, observasi dan studi dokumentasi. Untuk teknik analisa data
menggunakan analisa kualitatif yang mengacu kepada pendapat Miles dan Huberman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan
struktur birokrasi mempengaruhi implementasi kebijakan standar kualifikasi dan
kompetensi kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh Selatan. Pada faktor komunikasi,
pelaksanaan kebijakan standar kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Negeri di
Kabupaten Aceh Selatan belum melaksanakan sosialisasi secara khusus tentang
kebijakan standar kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh
Selatan. Untuk faktor sumberdaya, disposisi, dan struktur birokrasi dalam pelaksanaan
kebijakan standar kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh
Selatan sudah terlaksana. Penelitian merekomendasikan hal-hal sebagai berikut: (1)
Dinas Pendidikan dapat lebih meningkatkan intensitas kegiatan, pelatihan, workshop,
dan seminar sosialisasi yang fokus pada kebijakan standar kualifikasi dan kompetensi
kepala SMK secara berkesinambungan, serta memberikan reward dan punishment,(2)
Dinas Pendidikan sebagai pelaksana kebijakan dapat meningkatkan kompetensi dan
menjaga komitmen dijajarannya dalam menjalankan kebijakan regulasi yang sudah
ditetapkan, serta melakukan program pemetaan kualifikasi dan kompetensi kepala SMK,
(3) Korwasagar melakukan pembinaan bagi seluruh pengawas SMK untuk menjalankan
fungsi kepengawasan dalam melakukan monitoring dan evaluasi yang ketat terhadap
sasaran kebijakan sehingga dapat diperoleh sosok kepala sekolah yang profesional, (4)

56 Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, Vol 3 No. 2 Oktober 2016


ISSN 2442-9422

Kepala sekolah dituntut untuk bekerja secara profesional dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya sebagai kepala sekolah.
Kata Kunci : Implementasi Kebijakan, Standar Kualifikasi dan Kompetensi Kepala
SMK.
Abstract
This study aims to determine policy implementation standards for qualification and
competence of the head of State Vocational School in South Aceh district, by (1)
describing the communication factor in policy implementation standards for
qualification and competence of the head of State Vocational School in South Aceh
district, (2) describe the factors of resources in the implementation of policies standards
for qualification and competence of the head of State Vocational School in South Aceh
district, (3) describe factors disposition in policy implementation standards for
qualification and competence of the head of State Vocational School in South Aceh
district, (4) describes the factor structure of bureaucracy in policy implementation
standards for qualification and competence of the head of SMK Negeri in South Aceh
District. This research uses descriptive method with qualitative approach. Subjects
consisted of Education Office of South Aceh, Head Dikmen, Korwas, Supervisory SMK
and SMK Head of State in South Aceh District. In gathering the data the researchers
used teknikwawancara, observation and documentation. For data analysis techniques
using qualitative analysis refers to the opinion of Miles and Huberman. The results
showed that the factor of communication, resources, disposition and bureaucratic
structures influence policy implementation standards for qualification and competence
of the head of State Vocational School in South Aceh District. In the communication
factor, the implementation standards for qualification and competence of the head of
State Vocational School in South Aceh district have not implemented specific
socialization of qualification and competence standards policy chief SMK in South Aceh
District. For resource factors, disposition, and a bureaucratic structure in the
implementation of policy standards for qualification and competence of the head of State
Vocational School in South Aceh regency has been implemented. The study recommends
the following: (1) the Department of Education can further increase the intensity of
activities, training, workshops, and seminars socialization focus on standards policy
qualifications and competence of the head of SMK ongoing basis, as well as providing
reward and punishment, (2) Department of Education as the executor of policies to
upgrade the competence and maintain a commitment dijajarannya in implementing
regulatory policies that have been defined, as well as a program of mapping the
qualifications and competence of the head of the SMK, (3) Korwasagar conduct training
for all supervisors CMS to perform the function of oversight in monitoring and rigorous
evaluation of policy objectives in order to obtain a figure head professional school, (4)
the principal is required to work professionally in performing their duties and
responsibilities as head of the school.
Keywords : Implementation of Policies, Standards and Competencies Head of
Vocational Qualifications.

Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, Vol 3 No. 2 Oktober 2016 57


ISSN 2442-9422

PENDAHULUAN (SMK/MAK).
Sekolah merupakan institusi Kualifikasi dan kompetensi
paling depan dalam menjalankan proses merupakan prasyarat menciptakan
pendidikan. Sekolah sebagai lembaga Kepala SMK profesional. Profesional
pendidikan formal harus mampu menjadi jaminan penyelenggaraan
mengembangkan seluruh potensi yang pendidikan yang bermutu. Kepala SMK
dimiliki oleh peserta didik meliputi profesional harus memenuhi kriteria
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dari segi kualifikasi dan kompetensi
sesuai dengan tujuan pendidikan yang dibuktikan dengan sertifikat
nasional yang tertuang berdasarkan profesional Kepala SMK. Artinya
Undang-Undang Sistem Pendidikan Kepala SMK pada tiap satuan
Nasional Nomor 20 Tahun 2003. pendidikan harus memenuhi standar
Sekolah dipimpin oleh seorang kualifikasi dan kompetensi yang telah
kepala sekolah. Iskandar (2013:1022) ditetapkan sesuai dengan peraturan
mendefenisikan kepala sekolah adalah Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007.
pemimpin pendidikan pada tingkat Selanjutnya juga di dalam Peraturan
sekolah sehingga ia juga harus dapat Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
menghindarkan diri dari satu wacana Pasal 28 ayat 2 menyebutkan, kuali-
retorika dan perlu untuk membuktikan fikasi akademik diartikan sebagai
bahwa ia memiliki kemampuan kerja tingkat pendidikan minimal yang harus
secara profesional”.Kepala sekolah dipenuhi oleh seorang pendidik yang
bertanggung jawab atas apa-apa dibuktikan dengan ijazah dan/ atau
penyelenggaraan kegiatan pendidikan, sertifikat keahlian yang relevan sesuai
administrasi sekolah, pembinaan atas dengan ketentuan perundang-
tenaga kependidikan lainnya, dan undanangan yang berlaku saat ini.
pendayagunaan serta pemeliharaan Kompetensi adalah seperangkat ke-
sarana dan prasarana (Mulyasa, 2004 mampuan dan keahlian yang di
:25). dasarkan pengetahuan, keterampilan,
Khusus tentang standar pendidik sikap-sikap dan nilai-nilai positif untuk
dan tenaga pendidikan, Menteri melaksanakan pekerjaan secara
Pendidikan Nasional telah membuat profesional. Dan Kompetensi kepala
beberapa peraturan dalam hal ini dapat sekolah merupakan hal kemampuan/
dilihat dari adanya Peraturan Menteri kecakapan yang harus dimiliki oleh
Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun seorang kepala sekolah.
2007 tentang Standar Kepala Sekolah/ Menurut Suhardiman (2012:81).
Madrasah dan Peraturan Menteri Kompetensi kepala sekolah bisa
Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun ditingkatkan melalui berbagai upaya,
2010 tentang tentang Penugasan Guru yaitu: (1) melalui program penguatan
Sebagai Kepala Sekolah/Madrasah yang kompetensi kepala sekolah, (2) dan
tercantum pada Pasal 1 ayat (1) yaitu: pemberian penghargaan kepada kepala
Kepala sekolah/ madrasah adalah guru sekolah yang berprestasi, (3) melalui
yang ada diberi tugas tambahan untuk program magang di sekolah-sekolah
memimpin sekolah menengah yang sudah maju, (4) lalu melalui
kejuruan/madrasah aliyah kejuruan pemberian beasiswa untuk mengikuti

58 Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, Vol 3 No. 2 Oktober 2016


ISSN 2442-9422

jenjang pendidikan yang lebih tinggi (2) lalu Memiliki serifikat pendidik
terutama dalam bidang administrasi sebagi guru SMK/ MAK; dan (3)
pendidikan sekolah, dan (5) melalui Memiliki sertifikat kepala SMK/MAK
pendidikan dan pelatihan, terutama yang diterbitkan oleh lembaga yang
berkaitan dengan manajerial sekolah. sudah ditetapakan pemerintah.
Kemampuan tersebut dapat dilihat Selanjutnya di dalam Permendiknas No.
setelah diaktualisasikan dalam bentuk 13 Tahun 2007 menyebutkan ada 5
perilaku oleh kepala sekolah sebagai (lima) kompetensi yang harus dikuasai
seorang pemimpin. oleh seorang kepala sekolah yaitu; (1)
Selanjutnya kepala sekolah itu kompetensi kepribadian; (2) kompetensi
harus memiliki standar kualifikasi manajeri-al; (3) kompetensi
tertentu yaitu kualifikasi umum dan kewirausahaan; (4) kompetensi
kualifikasi khusus, serta yang harus supervisi; dan (5) kompetensi sosial.
memiliki satu kompetensi-kompetensi Upaya dalam fundamental untuk
tertentu. Berdasarkan hal tersebut meningkatkan kualitas dan mutu
pemerintah mengeluarkan peraturan pendidikan adalah dengan usaha
menteri pendidikan nasional tentang meningkatkan profesionalisme dan
standar kepala sekolah/ madrasah kinerja kepala sekolah. Untuk dapat
nomor 13 tahun 2007. Kualifikasi mencapai peningkatan satuhal yakni
umum Kepala Sekolah/ Madrasah profesionalisme buat kepala sekolah,
adalah; (a) Memiliki kualifikasi Pemerintah dalam hal ini Kementerian
akademik sarjana (S1) atau diploma Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun
empat (D-IV) kependidikan atau non 2007 telah merumuskan kebijakan
kependidikan pada perguruan tinggi berupa Peraturan Menteri Pendidikan
yang terakreditasi; (b) Pada waktu Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang
diangkat sebagai kepala sekolah berusia Standar Kepala Sekolah/Madrasah yang
setinggi-tingginya 56 tahun; (c) telah di jelaskan di atas. Lahirnya
Memiliki pengalaman mengajar sebuah aturan Permendiknas ini
sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun merupakan pelaksanaan dari amanat
menurut jenjang sekolah masing- peraturan perundang-undangan nasional
masing, kecuali di Taman Kanak-kanak yang mengarah pada upaya
/Raudhatul Athfal (TK/RA) memiliki meningkatkan mutu dan kualitas
pengalaman mengajar yang sekurang- Pendidik dan Tenaga Kependidikan,
kurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA; dan yaitu: (1) Undang- undang Nomor 20
(d) Memiliki pangkat serendah- Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
rendahnya III/c bagi seorang pegawai Nasional, (2) Undang-undang Nomor
negeri sipil (PNS) dan bagi non-PNS 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
yang disetarakan dengan kepangkatan Dosen, dan Peraturan Pemerintah
yang dikeluarkan oleh yayasan atau Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
institusi lembaga yang berwenang. Nasional Pendidikan. Dengan
Dalam Kualifikasi khusus kepala diterbitkannya Permendiknas Nomor 13
sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Tahun 2007 dengan sendirinya telah
Aliyah Kejuruan (SMK/ MAK) adalah; resmi diberlakukan sebagai peraturan
(1) Berstatus sebagai guru SMK/ MAK; yang mengatur standar Kepala Sekolah/

Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, Vol 3 No. 2 Oktober 2016 59


ISSN 2442-9422

Madrasah dan menjadi dasar bagi kepribadian, manajerial, supervisi,


Kepala Sekolah untuk dapat sosial dan kewirausahaan. Di sisi lain,
menerapkannya. Sebuah kebijakan yang hampir semua kepala sekolah lemah di
telah diputuskan tidak terlepas dari bidang kompetensi manajerial dan
problematika, termasuk pada kebijakan supervisi. Seharusnya dua kompetensi
tentang standar kualifikasi dan tersebut merupakan kekuatan kepala
kompetensi kepala sekolah. sekolah untuk mengelola sekolah
Berdasarkan realita yang ada, dengan baik (Tarsono, 2012:40). Secara
menunjukkan bahwa masih adanya empirik dapat diamati bahwa kepala
kesenjangan antara aturan yang tertuang sekolah menengah kejuruan (SMK)
dalam Permendiknas No 13 Tahun 2007 yang kompeten akan terlihat pada
tentang hal standar kualifikasi dan peningkatan kualitas sekolahnya dan
kompetensi kepala sekolah dengan ketika kepala sekolah diganti dengan
kondisi nyata yang ada di berbagai orang yang kurang kompeten maka
daerah. Hal ini terlihat dari sisi standar akan terlihat dampaknya pada
kualifikasi kepala sekolah, masih penurunan kualitas mutu sekolahnya
banyak kepala sekolah menengah (Direktorat PSMK, 2005:7).
kejuruan (SMK) yang belum memiliki Permasalahan kepala sekolah
sertifikat pendidik sebagai guru SMK menengah kejuruan (SMK) masih ada
dan tidak memiliki sertifikat kepala sebagian kepala sekolah menengah
sekolah SMK yang diterbitkan oleh kejuruan (SMK) yang tidak memiliki
sebuah lembaga yang sudah ditetapkan standar kualifikasi dan kompetensi
Pemerintah. Didalam Peneliti kepala SMK sesuai dengan regulasi
menemukan fakta didunia pendidikan, yang telah mengatur kepala sekolah.
temasuk juga pendidikan SMK, Fenomena ini merupakan akumulasi
sebagaimana diungkapkan oleh permasalahan mendasar yang masih
Siswandari, dimana Kepala Lembaga perlu diperhatikan, dikaji dan dicari
Pengembangan dan Pemberdayaan jalan pemecahan permasalahannya.
Kepala Sekolah (LPPKS) Solo, Kebijakan pendidikan memiliki
sayangnya belum ada sanksi untuk konsekuensilogis terhadap lembaga-
pemerintah daerah bupati dan atau lembaga pendidikan yang ada di
walikota yang mengangkat kepala Indonesia termasuk salah satunya di
sekolah tidak sesuai standar nasional Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di
(Kompas,2015:http://print.kompas.com/ Kabupaten Aceh Selatan. Untuk itu,
peningkatan-mutu-kepala-sekolah- pihak sekolah, maupun juga Dinas
masih-jadi-tantangan). Pendidikan Kabupaten Aceh Selatan
Selanjutnya dari sisi kompetensi harus merespon baik dan segera
kepala sekolah. Departemen Pendidi- mengambil sebuah langkah-langkahan
kan Nasional memperkirakan 70 persen tisipatif terutama berkaitan dengan
dari 250 ribu kepala sekolah di standar kualifikasi dan kompetensi
Indonesia banyak tidak kompeten. kepala SMK untuk meningkatkan dan
Berdasarkan ketentuan Departemen, menjaga mutu akademiknya. Pengakuan
setiap kepala sekolah harus memenuhi 5 masyarakat terhadap suatu lembaga
(lima) aspek kompetensi, yaitu pendidikan juga tergantung dari

60 Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, Vol 3 No. 2 Oktober 2016


ISSN 2442-9422

kualifikasi dan kompetensi kepala Terkait dengan permasalahan


sekolahnya. Dan Selanjutnya kajian implementasi kebijakan dalam kaita-nya
pemberdayaan dan upaya didalam dengan penelitian ini, peneliti hanya
pengembangan untuk meningkatkan mengambil pendapat dari teori Edward
kualifikasi dan kompetensi kepala III sesuai dengan apa-apa permasalahan
sekolah perlu dilakukan secara terus implementasi kebijakan standar kepala
menerus dan berkelanjutan. SMK dan sesuai diterapkan dengan
Fenomena dan gambaran seperti karakteristik negara Indonesia yang
yang di uraikan di atas merupakan merupakan negara berkembang dan
gambaran awal dari penelitian tentang dengan kondisi geografis yang
satu implementasi kebijakan standar merupakan negara kepulauan.
kualifikasidan kompetensi kepala SMK Selanjutnya dalam kajian tentang
Negeri di Kabupaten Aceh Selatan. implementasi kebijakan, karya Edwards
Penelitian ini diharapkan dapat paling banyak dikutip oleh peneliti dan
memberikan sewbuah gambaran pemerhati implementasi di Indonesia
menyeluruh tentang penerapan standar dibandingkan dengan model yang
kualifikasi dan kompetensi kepala SMK dikembangkan oleh Van Meter dan Van
Negeri di Kabupaten Aceh Selatan. Horn yang hanya sebuah artikel,
Selanjutnya penulis dapat memberikan paparan George C. Edwards III
rekomendasi mengenai pemecahan/ mengenai bentuk konsep-konsep yang
solusi masalah dalam implementasi dibahasnya jauh lebih dalam dan
kebijakan dalam standar kualifikasi dan operasional, meskipun ada variabel-
kompetensi kepala SMK di Kabuapetn variabel yang ia ajukan hampir serupa,
Aceh Selatan. bahkan lebih sederhana dibandingkan
Berdasarkan permasalahan yang dengan variabel-variabel yang diaju-kan
peneliti uraikan dalam latar belakang oleh pendahulunya (Anggara,
masalah penelitian, maka penelitian ini 2014:249).
memfokuskan kepada masalah Mengacu pada Grand Theory
“Implementasi Kebijakan Standar George C. Edward III dalam Agustino
Kualifikasi dan Kompetensi Kepala (2014:149) yang berperspektif top
SMK Negeri di Kabupaten Aceh down, terdapat 4 (empat) variabel yang
Selatan”. sangat menentukan keberhasilan
Fokus penelitian berdasarkan pada implementasi suatu kebijakan, yaitu:
kerangka teori implementasi (George C. komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan
Edward III). Dengan mendasarkan pada struktur birokrasi. dari Keempat variabel
kerangka teoretik tersebut, maka tersebut juga saling berhu-bungan satu
penelitian ini akan memfokuskan pada sama lain:
faktor-faktor yang sangat a. Komunikasi
mempengaruhi implementasi kebijakan Komunikasi sangat menentukan
standar kualifikasi dan kompetensi keberhasilan pencapaian tujuan dari
kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh implementasi kebijakan publik. Ko-
Selatan, yaitu : Komunikasi, munikasi yang merupakan salahsatu
Sumberdaya, Disposisi, dan Struktur variabel penting yang mempengaruhi
birokrasi sebuah implementasi kebijakan publik.

Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, Vol 3 No. 2 Oktober 2016 61


ISSN 2442-9422

Maka Implementasi yang efektif akan sosialisasi dari implementor/pelaksana


terlaksana, apabila para pembuat kebijakan.
keputusan mengetahui mengenai apa Sosialisasi merupakan salah satu
yang akan mereka kerjakan. Infromasi sarana yang bisa dipakai untuk
yang diketahui para pengambil melakukan proses komunikasi karena
keputusan hanya bisa didapat melalui informasi perlu disampaikan kepada
komunikasi yang baik (Agustino, pelaku kebijakan agar dapat pelaku
2014:150). kebijakan dapat memahami apa yang
Terdapat tiga indikator yang dapat menjadi isi, tujuan, arah, kelompok
digunakan dalam mengukur sasaran (target group) kebijakan,
keberhasilan variabel komunikasi. sehingga pelaku kebijakan dapat
Edward III dalam Agustino (2014: 150- mempersiapkan hal-hal apa saja yang
151) mengemukakan tiga variabel berhubungan dengan pelaksanaan
tersebut yaitu: kebijakan, agar proses implementasi
1. Transmisi. Penyaluran komunikasi kebijakan bisa berjalan dengan efektif
yang baik akan dapat menghasilkan serta sesuai dengan tujuan kebijakan itu
suatu implementasi yang baik pula. sendiri. Keberhasilan implementasi
Seringkali terjadi masalah dalam kebijakan mensyaratkan agar dapat
penyaluran komunikasi yaitu salah implementor mengetahui apa yang
satunya adanya salah pengertian harus dilakukan. Apa yang menjadi
(miskomunikasi) yang disebabkan tujuan dan sasaran kebijakan harus di
banyaknya tingkatan birokrasi yang transmisikan kepada semua kelompok-
harus dilalui didalam proses kelompok sasaran (target group)
komunikasi, sehingga apa yang sehingga akan mengurangi distorsi
diharapkan terdirtorsi di tengah jalan. implementasi.
2. Kejelasan. Komunikasi yang di b. Sumberdaya
terima oleh pelaksana kebijakan Menurut Mulyadi (2015:28)
(street-level bureaucrats) harus jelas Sumberdaya yaitu menekankan setiap
dan tidak membingungkan (tidak kebijakan harus didukung oleh sumber
ambigu/mendua). daya yang memadai, baik sumberdaya
3. Konsistensi. Perintah yang diberi-kan manusia maupun sumberdaya bentuk
dalam pelaksanaan suatu komunikasi finansial. Sumberdaya ini berkaitan
harus konsisten dan jelas untuk dengan segala sumber yang dapat
ditetapkan atau di jalankan. Jika digunakan untuk dapat mendukung
perintah yang di berikan sering keberhasilan implementasi kebijakan.
berubah-ubah, maka dapat Selanjutnya menurut Edward III di
menimbulkan kebingungan bagi dalam Agustino (2014:151-152),
pelaksana di lapangan. sumberdaya merupakan hal penting
Salah satu faktor penentu dalam dalam implementasi kebijakan yang
implementasi kebijakan untuk satu baik. Maka Indikator-indikator yang
penelitian imlementasi kebijakan yang digunakan untuk melihat sejauhmana
dapat dilihat dari salah satu aspek sumberdaya sangat mempengaruhi
komunikasi kecendrungan pada aspek implementasi kebijakan terdiri dari:

62 Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, Vol 3 No. 2 Oktober 2016


ISSN 2442-9422

1. Staf. Sumberdaya utama dalam para implementor di mata publik


implementasi kebijakan adalah staf. tidak terlegitimasi, sehingga dapat
Kegagalan yang sering terjadi dalam juga menggagalkan proses
implementasi kebijakan, salah- implementasi kebijakan publik.
satunya disebabkan oleh staf/pegawai Tetapi dalam konteks yang lain,
yang tidak cukup memadai, ketika wewenang formal tersedia,
mencukupi, ataupun tidak kompeten maka sering terjadi kesalahan dalam
dalam bidangnya. Penambahan melihat efektivitas sebuah
jumlah staf dan implementor saja kewenangan. Di salah satu pihak,
tidak cukup menyelesaikan adanya efektivitas kewenangan diperlukan
persoalan implementasi kebijakan, dalam implementasi kebijakan; tetapi
tetapi di perlukan sebuah kecukupan di sisi lain, efektivitas akan menyurut
staf dengan keahlian dan kemampuan manakala wewenang diselewengkan
yang diperlukan (kompeten dan oleh para pelaksana demi
kapabel) di dalam implementasi kepentingannya sendiri atau
kebijakan atau melaksanakan tugas kelompoknya.
yang diinginkan oleh kebijakan itu 4. Fasilitas. Fasilitas fisik merupakan
sendiri. faktor penting dalam implementasi
2. Informasi. Dalam implementasi kebijakan. Implementor mungkin
kebijakan, Informasi mempunyai dua mempunyai staf yang mencukupi,
hal bentuk yaitu: Pertama, informasi mengerti apa yang harus dilakukan-
yang dapat berhubungan dengan cara nya, dan memiliki wewenang untuk
melaksanakan sebuah kebijakan. melaksanakan tugasnya, tetapi tan-pa
Implementor harus mengetahui apa adanya fasilitas pendukung (sarana
yang harus mereka lakukan disaat dan prasarana) maka implementasi
mereka diberi perintah untuk kebijakan tersebut tidak akan
melakukan tindakan. Kedua, berhasil.
informasi mengenai data kepatuhan Salah satu faktor penentu
dari para pelaksana terhadap implementasi kebijakan untuk dapat
peraturan dan regulasi pemerintah penelitian imlementasi kebijakan dapat
yang telah ditetapkan. Implementor dilihat dari salah satu aspek sumberdaya
harus mengetahui apakah orang lain kecendrungan aspek pada sumberdaya
yang terlibat di dalam pelaksanaan manusia dari sebuah implementor/
kebijakan tersebut patuh terhadap pelaksana kebijakan.
hukum. Menurut Mulyadi (2015:28)
3. Wewenang. Pada umumnya Sumberdaya Manusia adalah merupa-
kewenangan harus bersifat formal kan kecukupan baik kualitas maupun
agar perintah dapat dilaksanakan kuantitas implementor yang dapat
secara efektif. Maka Kewenangan melingkupi seluruh kelompok sasaran.
merupakan otoritas atau legitimasi Sebab tanpa kehandalan implementor,
bagi para semua pelaksana dalam kebijakan menjadi kurang energik dan
melaksanakan kebijakan yang berjalan lambat. Sedangkan menurut
ditetapkan secara politik. Ketika Nawawi (2000) didalam Sunyoto
wewenang tidak nihil, maka kekuatan (2015:3) yang dimaksud Sumberdaya

Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, Vol 3 No. 2 Oktober 2016 63


ISSN 2442-9422

Manusia (SDM) adalah manusia yang dedikasi pada kebijakan yang telah
bekerja dilingkungan suatu organisasi, ditetapkan, lebih khusus lagi pada
disebut juga personel, tenaga kerja, kepentingan warga.
pegawai atau karyawan. Sumberdaya 2. Insentif, Edward menyatakan ini
manusia di sini dapat digunakan untuk bahwa salah satu teknik yang
mendukung sebuah satu keberhasilan disarankan untuk dapat mengatasi
implementasi kebijakan. masalah tentang kecendrungan para
c. Disposisi pelaksana kebijakan dengan mema-
Menurut Edward III dalam nipulasi insentif. Pada dasarnya
Winarno (2014:197) mengemukakan orang-orang bergerak berdasarkan
”kecenderungan dari para pelaksana kepentingan dirinya sendiri, maka
kebijakan merupakan faktor ketiga yang memanipulasi insentif oleh para
ada mempunyai konsekuensi- pembuat kebijakan mempengaruhi
konsekuensi penting bagi seluruh tindakan para pelaksana kebijakan.
implementasi kebijakan yang efektif”. Maka Dengan cara menambah
Jika para pelaksana mempunyai keuntungan atau biaya tertentu
kecenderungan atau sikap positif atau mungkin akan menjadi faktor
adanya hanya dukungan terhadap pendorong yang membuat para
implementasi kebijakan maka terdapat pelaksana menjalankan perintah
kemungkinan yang besar dalam dengan baik. Hal ini dilakukan
implementasi kebijakan yang akan sebagai upaya didalam memenuhi
terlaksana sesuai dengan keputusan kepentingan pribadi atau organisasi.
awal. Demikian sebaliknya, jika para Selanjutnya salah satu faktor
pelaksana bersikap negatif atau menolak penentu implementasi kebijakan untuk
terhadap satu implementasi kebijakan penelitian imlementasi kebijakan dapat
karena konflik kepentingan maka dilihat dari salah satu aspek disposisi
implementasi kebijakan akan kecendrungan aspek regulasi dari
menghadapi kendala yang serius. implementor/pelaksana kebijakan.
Faktor-faktor yang selalu menjadi Regulasi juga dapat berbentuk
perhatian utama Edward III didalam penentuan standar, prosedur peijinan,
Agustino (2006:152-153) mengenai larangan perilaku tertentu, dan perintah
bagaimana disposisi yang dalam untuk melakukan tindakan (Subarsono,
implementasi kebijakan terdiri dari: 2015:107).
1. Pengangkatan birokrat. Disposisi d. Struktur birokrasi
atau sikap pelaksana akan Menurut Mulyadi (2015:29)
menimbulkan hambatan-hambatan struktur birokrasi menekankan bahwa
yang nyata terhadap implementasi struktur birokrasi menjadi penting
kebijakan bila personel yang ada dalam implementasi kebijakan. Aspek
tidak melaksanakan kebijakan- struktur birokrasi ini mencakup dua hal
kebijakan yang diinginkan oleh penting; pertama mekanisme, dan
pejabat-pejabat tinggi. Karena itu, struktur organisasi pelaksana sendiri.
pemilihan dan pengangkatan per- Mekanisme implementasi program
sonel pelaksana kebijakan haruslah biasanya sudah ditetapkan melalui
orang-orang yang bisa memiliki standar operating procedure (SOP)

64 Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, Vol 3 No. 2 Oktober 2016


ISSN 2442-9422

yang dicantumkan dalam guideline ditetapkan (standar minimum yang


program kebijakan. dibutuhkan warga).
Selanjutnya menurut Edwards III 2. Fragmentasi. Edward III dalam
dalam Winarno (2014:206) ada 2 (dua) Winarno (2014:209) menjelaskan
karakteristik utama didalam birokrasi bahwa fragmentasi merupakan bagi
yakni: tanggung jawab suatu kebijakan
1. Standard operational procedure kepada beberapa badan yang berbeda
(SOP) merupakan sebuah prosedur- sehingga bisa memerlukan
rosedur kerja ukuran dasarnya. Yang koordinasi. Umumnya, semakin besar
pertama berkembang sebagai koordinasi yang diperlukan untuk
tanggapan internal teradap waktu melaksanakan kebijakan, semakin
yang terbatas dan sumber-sumber berkurang kemungkinan dalam
dari para pelaksana serta keinginan keberhasilan program atau kebijakan.
untuk sebuah keseragaman dalam Fragmentasi dapat mengakibatkan
bekerjanya organisasi - organisasi macam pandangan-pandangan yang
yang kompleks dan tersebar luas sempit dari banyak lembaga
(Winarno, 2014:206). Ukuran dasar birokrasi. Hal ini akan menimbulkan
SOP atau prosedur kerja ini biasa konsekuensi pokok yang merugikan
digunakan untuk menanggulangi bagi keberhasilan implementasi
keadaan-keadaan umum digunakan kebijakan. Sedangkan Menurut
dalam organisasi-organisasi publik pendapat ahli Agustino (2014:154)
dan swasta. Dengan menggunakan fragmentasi adalah upaya penyebaran
SOP, para pelaksana dapat juga tanggungjawab kegiatan-kegiatan
memanfaatkan waktu yang tersedia. atau aktivitas-aktivitas pegawai
Selain itu, SOP juga bisa dapat diantara beberapa unit kerja.
berfungsi untuk menyeragamkan Pendekatan ini dianggap lebih
tindakan-tindakan pejabat dalam relevan didalam untuk memahami
organisasi-organisasi yang sangat kompleksitas persoalan implementasi
kompleks dan tersebar luas, yang yang terjadi di dalam kegiatan dan
pada gilirannya dapat menimbulkan aktivitas implementasi kebijakan publik.
fleksibilitas yang besar (orang dapat Hal ini disebabkan karena isi/kontens
dipindahkan dengan mudah dari kebijakan yang harus disesuaikan
suatu tempat ke tempat lain) dan dengan konteksnya yakni siapa SDM
kesamaan yang besar dalam yang dituju, bagaimana persepsi dan
melakukan penerapan peraturan- tanggapan yang diberikan dan
peraturan. Menurut Agustino bagaimana sikap dan tanggapan
(2014:153) SOP adalah suatu yang diberikan birokratnya dalam
kegiatan rutin yang memungkinkan mencapai sebuah kesepahaman untuk
para pegawai (pelaksana kebijakan/ implementasi kebijakan sehingga bila
administrator/ birokrat) untuk bisa akan mencapai hasil yang maksimal.
melaksanakan bentuk kegiatan- Tujuan yang hendak dicapai merupa-
kegiatannya pada setiap harinya kan target akhir dari implementasi, dan
sesuai dengan standar yang sudah persyaratan pertama untuk implementasi
kebijakan yang efektif adalah bahwa

Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, Vol 3 No. 2 Oktober 2016 65


ISSN 2442-9422

pelaksana keputusan harus mengetahui SMK Negeri di Kabuapten Aceh Selatan


apa yang harus lakukan. karena sekolah tersebut merupakan
Berpedoman pada teori yang tempat pengimplementasi-an kebijakan
dikemukakan oleh George C. Edward standar kualifikasi dan kompetensi
III, maka implementasi kebijakan kepala SMK. Pelaksanaan penelitian
dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu: disini direncanakan mulai bulan Maret
komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan 2016 sampai datanya sudah jenuh.
struktur birokrasi. Dengan adanya empat Pada penelitian ini yang menjadi
faktor tersebut maka peneliti akan informan adalah mereka di tentukan
menggunakannya sebagai bahan atau sesuai dengan kepemilikan informasi
alat untuk mengetahui bagaimana yang kredibel tentang kebijakan standar
implementasi kebijakan standar kualifikasi dan kompetensi kepala SMK
kualifikasi dan kompetensi Kepala Negeri di Kabupaten Aceh Selatan.
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Maka Informan yang dimaksud secara
Kabupaten Aceh Selatan. terperinci dapat diuraikan sebagai
berikut: Kepala Dinas Pendidikan
METODOLOGI PENELITIAN Kabupaten Aceh Selatan, Kabid
Penelitian ini, “Implementasi Dikmen, Korwas, Pengawas SMK, dan
kebijakan standar kualifikasi dan Kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh
kompetensi Kepala SMK Negeri di Selatan.
Kabupaten Aceh Selatan” ini meng- Teknik pengumpulan data yang
gunakan metode deskriptif. Pemakaian digunakan dalam penelitian ini
pendekatan kualitatif ini disebabkan dilakukan dengan cara: observasi,
karena penelitian adalah instrumen wawancara, dan dengan dokumentasi.
utama yang akan mengamati secara Maka Penelitian kualitatif instrumen
langsung semua tingkah laku manusia utamanya adalah peneliti sendiri, namun
yang akan menjadi objek penelitian, dan selanjutnya setelah fokus penelitian
hal ini menurut peneliti sesuai untuk menjadi jelas, maka kemungkinan akan
memahami makna dan realitas dari dikembangkan instrumen penelitian
dampak kebijakan tersebut dengan sederhana, yang diharapkan dapat
mendeskripsikan fakta dan kondisi yang melengkapi data dan membandingkan
sedang berkembang. dengan data yang telah ditemukan
Maka Peneliti mengambil lokasi melalui observasi dan wawancara
penelitian di daerah Dinas Pendidikan (Sugiyono, 2014:307). Metode
Kabupaten Aceh Selatan dan seluruh wawancara dan observasi menuntut
SMK Negeri di Kabupaten Aceh keaktifan peneliti di dalam lapangan.
Selatan, dengan pertimbangan bahwa Jadi instrumen yang akan digunakan
Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh dalam pengumpulan data adalah
Selatan merupakan institusi/ lembaga merupakan peneliti sendiri (human
pelaksana untuk kebijakan standar instrumen), yang bertindak sebagai
kualifikasi dan kompetensi kepala perencana dan pelaksana dalam
sekolah, sementara untuk memperoleh pengumpulan data, melakukan analisis,
informasi yang lebih kuat maka menafsirkan data-data dan melakukan
penelitian dilaksanakan pada seluruh laporan penelitian. Ciri ciri umum

66 Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, Vol 3 No. 2 Oktober 2016


ISSN 2442-9422

manusia sebagai instrumen mencakup HASIL DAN PEMBAHASAN


segi responsif, yang dapat Paparan Data
menyesuaikan diri, menekankan pada Penelitian ini dilaksanakan di
keutuhan, mendasarkan diri atas semua wilayah Dinas Pendidikan Kabupaten
pengetahuan, memproses data-data Aceh Selatan dengan jumlah lembaga
secepatnya dan memanfaatkan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
kesempatan untuk mengklasifikasikan, Negeri sebanyak 10 lembaga yang
mengikhtisarkan, dan memanfaatkan tersebar di 10 kecamatan dan memiliki
kesempatan mencari respon yang tidak jumlah kepala SMK Negeri sebanyak 9
lazim atau idiosinkratik (Moloeng, 2013 kepala SMK Negeri laki-laki dan 1
: 169). kepala SMK Negeri perempuan (Dinas
Teknik analisis data yang Pendidikan Kabupaten Aceh Selatan).
digunakan dalam penelitian ini adalah Berikut ini data kepala SMK Negeri di
analisis kualitatif. Aktivitas yang Kabupaten Aceh Selatan menurut
dilakukan dalam analisis data ini golongan, umur, ijazah tertinggi, status
mengacu pada pendapat dari Miles and sertifikasi dan status memiliki sertifikat
Huberman (1992:16) dalam analisis data kepala SMK (cakep) berdasarkan
kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan rangkuman data sekolah menengah
yang terjadi secara bersamaan yaitu: kejuruan (SMK) Negeri di Kabupaten
reduksi data, penyajian data, penarikan Aceh Selatan tahun 2016. Dapat dilihat
kesimpulan/ verifikasi. tabel 1. dibawah ini.

Tabel 1. Hasil rekapitulasi kepala SMK Negeri di Kab. Aceh Selatan menurut
golongan,
No
umur, ijazah, Gol
Nama SMK
statusUmur
sertfifkasi dan statusSertifikat
Kualifikasi
memiliki cakep
Sertifikat Kepala
Pendidik Sekolah
S1 S2 Sudah Sudah Belum
Sertifikasi Cakep Cakep
1 SMKN 1 Labuhan Haji IV/b √ √ √ √
2 SMKN 1 Labuhan Haji Timur IV/a √ √ √ √
3 SMKN 1 Meukek IV/b √ √ √ √
4 SMKN 1 Sawang IV/a √ √ √ √
5 SMKN 1 Samadua IV/b √ √ √ √
6 SMKN 1 Tapaktuan IV/a √ √ √ √
7 SMKN 1 Pasie Raja IV/a √ √ √ √
8 SMKN 1 Kluet Timur III/d √ √ √ √
9 SMKN 1 Kluet Selatan IV/a √ √ √ √
10 SMKN 1 Trumon Timur IV/b √ √ √ √
JUMLAH 9 1 10 6 4

Dari tabel 1. di atas menunjuk-kan sertifikat kepala sekolah SMK (cakep)


bahwa seluruh kepala SMK Negeri yang ada 6 orang atau 60% dari 10 kepala
sudah memenuhistandar kualifikasi SMK Negeri di Kabupaten Aceh
umum 100%, sedangkan untuk standar Selatan. Selanjutnya selama sembilan
kualifikasi khusus yang memiliki tahun berjalan sejak pemerintah

Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, Vol 3 No. 2 Oktober 2016 67


ISSN 2442-9422

mengeluarkan kebijakan standar banyak yang memiliki nilai rendah pada


kualifikasi dan kompetensi kepala SMK, pelaksanaan UKKS akhir tahun 2015
hasilnya belum semua memiliki oleh LPMP Aceh, hal ini dapat dilihat
sertifikat cakep. pada tabel 2. berikut ini:
Selanjutnya kepala SMK Negeri
di Kabupaten Aceh Selatan masih

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Nilai Uji Kompetensi Kepala Sekolah (UKKS) Perdimensi
Kompetensi Kepala SMK di Kabupaten Asel Tahun 2015
No Nama SMK Dimensi Kompetensi Kepala Sekolah Prosen Benar
KP KW MJ SP UPS UKKS
1 SMKN 1 Labuhan Haji 53.33 66.67 50.00 40.00 56.00 53
2 SMKN 1 Labuhan Haji Timur 20.00 0.00 50.00 0.00 28.00 25
3 SMKN 1 Meukek 53.33 66.67 66.67 46.67 64.00 61
4 SMKN 1 Sawang 46.67 60.00 56.67 60.00 60.00 57
5 SMKN 1 Samadua 73.33 60.00 70.00 26.67 72.00 63
6 SMKN 1 Tapaktuan 60.00 40.00 63.33 46.67 60.00 56
7 SMKN 1 Pasie Raja 66.67 46.67 43.33 53.33 56.00 52
8 SMKN 1 Kluet Timur 66.67 60.00 46.67 26.67 48.00 49
9 SMKN 1 Kluet Selatan 60.00 60.00 63.33 33.33 72.00 60
10 SMKN 1 Trumon Timur 46.67 66.67 60.00 53.33 48.00 55
11 SMKS Hidayatul Anam 20.00 33.33 53.33 40.00 24.00 36
Jumlah Rata-rata 51.52 50.91 56.67 38.79 53.45 50.27

Dari tabel 2. di atas dapat HASIL PENELITIAN


diketahui bahwa nilai uji kompetensi Proses Implementasi kebijakan
kepala sekolah (UKKS) untuk seluruh standar kualifikasi dan kompetensi
tingkat SMK di Kabupaten Aceh kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh
Selatan dilihat dari 5 (lima) dimensi Selatan, sebagai implementor kebijakan
kompetensi kepala sekolah yaitu: adalah dari pihak Dinas Pendidikan
Kepemimpinan Pembelajaran (KP) Kabupaten Aceh Selatan yang
dengan nilai rata-rata 51.52, Kewira- selanjutnya juga melibatkan pengawas
usahaan (KW) dengan nilai rata-rata SMK di Kabupaten Aceh Selatan. Dinas
50.91, Manajerial (MJ) dengan nilai Pendidikan Kabupaten Aceh Selatan
rata-rata 56.67, Supervisi (SP) dengan sebagai pelaksana kebijakan standar
nilai rata-rata 38.79, dan Usaha kualifikasi dan kompetensi kepala SMK
Pengembangan Sekolah (UPS) dengan Negeri di tingkat daerah memilki
nilai rata-rata 53.45. Dari hasil ini dapat tangung jawab untuk meneruskan
dilihat rendahnya kompetensi supervisi informasi dalam bentuk sosialisasi
kepala SMK di Kabupaten Aceh Selatan standar kualifikasi dan kompetensi
dan beberapa dimensi kompetensi kepala SMK kepada kepala SMK Negeri
kepala SMK di Kabupaten Aceh Selatan di Kabupaten Aceh Selatan.
juga menunjukkan nilai UKKS masih Untuk mengetahui bagaimana
dibawah nilai rata-rata kelulusan implementasi satu kebijakan standar
Nasional yang telah di tetapkan dengan kualifikasi dan kompetensi kepala SMK
nilai minimal 55. Negeri di Kabupaten Aceh Selatan,
peneliti melalui penggunaan teori George
C. Edward III ditemukan proses

68 Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, Vol 3 No. 2 Oktober 2016


ISSN 2442-9422

implementasi kebijakan dalam 4 (empat) memperlihatkan masih banyak kepala


faktor yaitu: komunikasi, sumberdaya, SMK yang belum memiliki kejelasan
disposisi, dan struktur birokrasi, informasi dalam memahami isi yang ada
sebagaimana dilihat sebagai berikut: dalam Permendiknas No. 13 tahun 2007
1. Komunikasi tersebut.
Komunikasi dalam implementasi 1.3. Konsistensi
kebijakan standar kualifikasi dan Konsistensi khususnya tentang
kompetensi kepala SMK Negeri di kebijakan standar kualifikasi dan
Kabupaten Aceh Selatan dilaksanakan kompetensi kepala SMK sudah di
pada saat sosialisasi. Dalam penelitian ini jalankan meskipun pada pelaksananya
sosialisasi dilakukan antara Dinas masih belum optimal.
Pendidikan Kabupaten Aceh Selatan dan Berdasarkan dari wawancara
Korwas Kabupaten Aceh Selatan sebagai mengenai transmisi, kejelasan, dan
penyampai informasi kepada kepala konsistensi pelaksanaan kebijakan
SMK dan kepala SMK sebagai sasaran. standar kualifikasi dan kompetensi
Sosialisasi dalam konteks penelitian kepala SMK di atas dapat ditarik
berkaitan dengan transmisi, kejelasan, kesimpulan bahwa Dinas Pendidikan
dan konsistensi. Kabupaten Aceh Selatan belum me-
1.1. Transmisi laksanaan sosialisasi khusus tentang
Penyampaian informasi atau kebijakan standar kualifikasi dan
transmisi kebijakan standar kualifikasi kompetensi kepala SMK. Sosialisasi
dan kompetensi kepala SMK diketahui khusus tentang standar kualifikasi dan
bahwa, sosialisasi dilaksanakan dengan kompetensi kepala SMK tidak
cara menyisipkan materi pada saat acara dilaksanakan rutin setiap tahun namun
diklat, workshop maupun pada saat acara peneliti melihat adanya keseriusan
pertemuan-pertemuan non formal para Pemda Aceh Selatan mulai tahun 2015
kepala sekolah di Dinas Pendidikan. untuk mengimplementasikan standar
Pada kenyataannya dite-mukan kepala kepala sekolah di lingkungan Dinas
sekolah yang baru diangkat sama sekali Pendidikan Kabupaten Aceh Selatan
belum menda-patkan informasi secara dengan mengadakan diklat bagi calon
utuh tentang kebijakan standar kepala sekolah.
kualifikasi dan kompetensi kepala 2. Sumberdaya
sekolah, yakni: Kepala SMK Negeri 1 Sumberdaya yang dimaksud dalam
Sawang, Kepala SMK Negeri 1 Labuhan implementasi kebijakan adalah staf,
Haji Timur, Kepala SMK Negeri 1 Pasie informasi dan juga wewenang.
Raja, Kepala SMK Negeri 1 Meukek, Kompetensi pelaksana kebijakan me-
dan Kepala SMK Negeri 1 Samadua. nentukan kualitas dalam pelaksanaan
1.2. Kejelasan kebijakan tersebut. Pada Ketersediaan
Kejelasan informasi standar personil yang cukup untuk pelaksanaan
kualifikasi dan kompetensi kepala SMK kebijakan juga menentukan suatu
tergolong masih banyak yang lupa keberhasilan pelaksana kebijakan.
karena ada bahan bacaan Permendiknas 2.1. Staf
tersebut jarang dibaca oleh kepala SMK Berdasarkan tingkat pendidikan
sebagai sasaran kebijakan. Hal ini pelaksana didalam kebijakan standar

Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, Vol 3 No. 2 Oktober 2016 69


ISSN 2442-9422

kualifikasi dan kompetensi kepala SMK dan fasilitas pelaksanaan kebijakan


Negeri di Kabupaten Aceh Selatan standar kualifikasi dan kompetensi
cukup baik yaitu minimal tamatan kepala SMK di atas dapat ditarik
SMA. Dari 13 orang, 1 orang berlatar kesimpulan bahwa Dinas Pendidikan
belakang pendidikan S2, 6 orang S1, Kabupaten Aceh Selatan sudah
dan 6 orang berpendidikan SMA. melaksanakan sumberdaya khususnya
Tingkat pendidikan ini juga di barengi dalam pelaksanaan kebijakan standar
dengan tingkat keterampilan yang cukup kualifikasi dan kompetensi kepala SMK.
karena mayoritas sudah terampil 3. Disposisi
mengoperasikan komputer maupun Suatu kebijakan akan berhasil
menggunakan IT yang ada. diimplementasikan jika para pelaksana
2.2. Informasi kebijakan tidak hanya mengetahui
Perolehan informasi mengenai regulasi yang ada, tetapi memahami apa
program standar kualifikasi dan juga yang harus mereka lakukan dan juga
kompetensi kepala SMK ini sudah mempunyai kemampuan, serta kemauan
dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan dan sikap yang baik untuk
sebagai penyampai informasi kepada mengimplementasikan kebijakan yang
kepala SMK sebagai sasaran kebijakan ada. Dua hal penting berkenaan dengan
melalui pengawas SMK pada saat disposisi yaitu pengangkatan birokrasi
monitoring ke SMK binaannya, baik dan insentif.
penyampaian secara langsung maupun 3.1. Pengangkatan birokrasi
arahan untuk mencari informasi secara Dari pengangkatan birokrasi
mandiri seperti mencari informasinya dalam hal ini staf pelaksana kebijakan
melalui internet. standar kualifikasi dan kompetensi
2.3. Wewenang kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh
Mengenai wewenang di Dinas Selatan telah ditetapkan ataupun telah di
Pendidikan Kabupaten Aceh Selatan, SK-kan oleh pihak Dinas Pendidikan.
dapat disimpulkan bahwa masing- Selanjutnya setiap pihak memiliki
masing pihak di batasi oleh aturan yang komitmen yang kuat. Pada
berlaku, dan pada akhirnya Dinas kenyataannya komitmen saja tidak
Pendidikanlah yang menentukan hasil cukup untuk mensukseskan sebuah
akhir untuk mensukseskan kebijakan program, dalam program standarisasi
standar kualifikasi dan kompetensi kualifikasi dan kompetensi kepala SMK,
kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh dimana komitmen itu harus dibarengi
Selatan. dengan kinerja, tanpa ada kinerja yang
2.4. Fasilitas baik tidak akan bisa mendapatkan tujuan
Fasilitas baik sarana maupun yang telah akan ditetapkan.
prasarana sudah memadai, dan untuk 3.2. Insentif
fasilitas keuangan juga sudah cukup Pelaksana kebijakan standar
baik karena sudah dianggarkan dalam kualifikasi dan kompetensi kepala SMK
APBK dana OTSUS dan juga dari Negeri di Kabupaten Aceh Selatan
anggaran APBA dana MIGAS. sebagai pelaksana dan juga kepala SMK
Berdasarkan hasil wawancara Negeri di Kabupaten Aceh Selatan
mengenai staf, informasi, wewenang, sebagai sasaran program kebijakan

70 Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, Vol 3 No. 2 Oktober 2016


ISSN 2442-9422

tersebut juga ada menerima insentif standar kualifikasi dan kompetensi


berupa honor dari daerah. kepala SMK di atas dapat ditarik
Berdasarkan hasil wawancara kesimpulan bahwa Dinas Pendidikan di
mengenai pengangkatan birokrasi dan Kabupaten Aceh Selatan sudah
insentif pelaksanaan kebijakan standar melaksanakan hal struktur birokrasi
kualifikasi dan kompetensi kepala SMK khususnya melakukan pelaksanaan
di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kebijakan standar kualifikasi dan
Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh kompetensi kepala SMK Negeri di
Selatan sudah melaksanakan disposisi Kabupaten Aceh Selatan.
khususnya pengangkatan birokrasi dan Secara keseluruhan dari empat
pemberian insentif bagi pelaksana faktor implementasi kebijakan yakni
kebijakan didalam standar kualifikasi komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan
dan kompetensi kepala SMK Negeri di juga struktur birokrasi dapat
Kabupaten Aceh Selatan yang telah disimpulkan bahwa faktor komunikasi
ditetapkan ataupun telah di SK-kan oleh dalam implementasi kebijakan standar
Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh kualifikasi dan kompetensi kepala SMK
Selatan. Negeri di Kabupaten Aceh Selatan tidak
4. Struktur Birokrasi sepenuhnya berjalan, sedangkan faktor
Struktur birokasi yang baik akan sumberdaya, faktor disposisi, dan faktor
mendukung keberhasilan implementasi struktur birokrasi dalam implementasi
kebijakan. Dalam penelitian ini peneliti kebijakan standar kualifikasi dan
menilai struktur birokrasi pelaksana kompetensi untuk pelaksanaan bagi
kebijakan dilihat dari keberadaan kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh
Standar Operasional Procedures(SOP) Selatan sudah dilaksanakan.
dan ketersediaan aturan yang jelas
mengenai wewenang dan tanggung Pembahasan Hasil Penelitian
jawab masing-masing dalam pelaksana Oleh dari ituStandar kualifikasi
kebijakan. dan kompetensi buat kepala SMK
4.1. Standar Operational Procedures merupakan kebijakan Pemerintah yang
(SOP) diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan
Maka Struktur birokrasi dalam dan ditetapkan oleh Menteri pendidikan
pelaksanaan kebijakan dalam standar Nasional. Maka Dasar hukum dari
kualifikasi dan kompetensi kepala SMK penyelengaraan standar kualifikasi dan
Negeri di Kabupaten Aceh Selatan kompetensi kepala SMK ini adalah
sudah cukup baik. SOP yang digunakan Permendiknas No. 13 Tahun 2007
haruslah mengacu pada Permendiknas tentang apaitu standar kepala sekolah.
No. 13 Tahun 2007, walaupun ada Kebijakan standar bagi kepala sekolah
peraturan daerah yang terkait dengan adalah suatu bentuk pilihan tindakan
kebijakan tersebut. pemerintah dalam rangka memberikan
4.2. Pembagian Tanggung Jawab batasan minimal tingkat kualifikasi dan
Berdasarkan hasil wawancara pengunaan kompetensi kepala SMK
mengenai satuan Standar Operational sehingga bagi Kepala SMK yang
Procedures (SOP) dan pembagian bersangkutan untuk dapat melakukan
tanggungjawab pelaksanaan kebijakan tugasnya secara profesional sebagai

Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, Vol 3 No. 2 Oktober 2016 71


ISSN 2442-9422

kepala SMK. Kebijakan pemerintah Negeri tersebut melalui penggunaan teori


mengenai standar kualifikasi dan George C. Edward III, yaitu:
kompetensi kepala SMK muncul dari Komunikasi, Sumberdaya, Disposisi, dan
kebutuhan akan sosok kepala SMK yang Struktur birokrasi, sebagaimana dilihat
memang kompeten (profesional). berikut ini:
Penguasaaan kompetensi untuk seorang 1. Komunikasi
kepala SMK dibuktikan dengan adanya Faktor pertama yang sangat
sertifikat pendidik serta sertifikat kepala mempengaruhi implementasi sebuah
sekolah (cakep). Kebijakan standarisasi kebijakan standar kualifikasi dan
kepala sekolah tersebut merupakan kompetensi kepala SMK Negeri di
faktor yang paling penting bagi Kabupaten Aceh Selatan adalah hal
keberhasilan suatu kebijakan. Tanpa sosialisasi. Faktor sosialisasi ini memiliki
diimplementasikan kebijakan tersebut tiga macam dimensi, yaitu transmisi,
hanya akan untuk menjadi dokumentasi kejelasan dan konsistensi (Agustino,
belaka. 2014:150-151).
Berdasarkan penyajian data di atas Berdasarkan pembahasan di atas
diketahui proses implementasi kebijakan mengenai transmisi, kejelasan, dan
standar kuaifikasi dan kompetensi kepala dikonsistensi pelaksanaan kebijakan
SMK Negeri di Kabupaten Aceh Selatan standar kualifikasi dan dikompetensi
masih belum cukup berhasil mencapai kepala SMK di atas dapat ditarik
tujuan kebijakan tersebut. Hal ini terlihat kesimpulan bahwa Dinas Pendidikan
dari pencapaian nilai hasil uji kompetensi Kabupaten Aceh Selatan belum ada
kepala sekolah (UKKS) SMK Negeri di untuk melaksanaan sosialisasi khusus
Kabupaten Aceh Selatan yang masih di tentang kebijakan standar kualifikasi
bawah nilai rata-rata Nasional. dan kompetensi kepala SMK Negeri di
Selanjutnya dari 10 kepala SMK Negeri Kabupaten Aceh Selatan. Sosialisasi
yang ada di Kabupaten Aceh Selatan Permendiknas No.13 Tahun 2007
hanya 6 orang atau 60% kepala SMK tentang standar kualifikasi dan untuk
Negeri yang telah memenuhi standar kompetensi kepala SMK tidak dapat
kualifikasi khusus kepala SMK Negeri di dilaksanakan secara khusus hanya
Kabupaten Aceh Selatan seperti dengan cara menyisipkan materi pada
dimemiliki sertifikat kepala sekolah saat acara diklat, workshop maupun pada
(cakep) dan memiliki Nomor Unik saat acara pertemuan-pertemuan non
kepala Sekolah (NUKS). formal para kepala sekolah di Dinas
Selain hal tersebut, keberhasilan Pendidikan.
dalam implementasi kebijakan standar 2. Sumberdaya
kualifikasi dan kompetensi untuk kepala Menurut Agustino (2014:151-152)
SMK Negeri di Kabupaten Aceh Selatan mengutip pendapat Edward III,
ditentukan oleh banyak faktor dan dari mengklasifikasikan sumberdaya itu
masing-masing faktor tersebut saling kedalam empat hal yaitu: staf,
berhubungan satu sama lain. Adapun informasi, kewenangan dan fasilitas.
faktor-faktor yang dapat dijadikan Dilihat dari staf atau kemampuan para
penjelas pelaksanaan standar kualifikasi pelaksana kebijakan secara umum tidak
dan kompetensi kepala untuk SMK ada masalah. Jumlah staf khusus

72 Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, Vol 3 No. 2 Oktober 2016


ISSN 2442-9422

pelaksana untuk kebijakan standar kompetensi kepala SMK Negeri


kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Kabupaten Aceh Selatan.
Negeri di Kabupaten Aceh Selatan 4. Struktur birokrasi
sudah memadai dibandingkan dengan Winarno (2014:206) ada 2 (dua)
banyaknya beban kerja yang ada. bentuk karakteristik utama dari sebuah
Menurut beberapa informan staf khusus birokrasi yakni: Standard Operational
dalam pelaksana kebijakan ini mayoritas Procedure (SOP) dan pembagian
sudah memiliki serta bisa memahami tanggung jawab (Fragmentasi). Dalam
pengetahuan dan informasi memadai proses implementasi kebijakan standar
tentang kebijakan ini. Selain itu mereka kualifikasi dan kompetensi kepala SMK
juga memiliki keahlian dibidang Negeri pada Kabupaten Aceh Selatan,
masing-masing. Dinas Pendidkan Kabupaten Aceh
Berdasarkan hasil pembahasan Selatan memiliki alur struktur organisasi
mengenai staf, informasi, wewenang, yang jelas. Kordinasi antara Dinas
dan fasilitas pelaksanaan kebijakan Pendidikan Kabupaten Aceh Selatan
standar kualifikasi dan kompetensi dengan korwas dan juga pengawas
kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh SMK, serta pihak sekolah berjalan
Selatan dapat ditarik kesimpulan bahwa cukup efektif, hal ini dapat dilihat dari
Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh kegiatan diklat maupun workshop.
Selatan sudah melaksanakan sumber Dinas Pendidikan juga terus
daya yang khususnya dalam berkordinasi dengan korwas sekolah,
pelaksanaan dalam kebijakan standar karena dalam melakukan monitoring
kualifikasi dan kompetensi kepala SMK. terhadap penguasaan hal kompetensi
3. Disposisi kepala SMK pihak Dinas pendidikan
Disposisi dalam hal ini diartikan juga melibatkan pengawas sekolah.
sebagai sikap dan komitmen apa dari Berdasarkan hasil pembahasan
pelaksana kebijakan terhadap sebuah mengenai bentuk Standar Operational
kebijakan atau program yang harus Procedures (SOP) dan pembagian
dilaksanakan. Selanjutnya faktor-faktor tanggung jawab pelaksanaan dalam
yang menjadi perhatian Edward III kebijakan standar kualifikasi dan
mengenai disposisi dalam hal kompetensi kepala SMK Negeri di
implementasi kebijakan terdiri dari Kabupaten Aceh Selatan dapat ditarik
pengangkatan birokrat dan insentif kesimpulan bahwa Dinas Pendidikan
(Agustino, 2014:152-153). Kabupaten Aceh Selatan ini sudah
Berdasarkan hasil pembahasan melaksanakan struktur birokrasi yang
mengenai pengangkatan birokrasi dan khususnya dalam hal buat pelaksanaan
insentif pelaksanaan kebijakan standar kebijakan standar kualifikasi dan
kualifikasi dan juga kompetensi kepala kompetensi kepala SMK Negeri di
SMK Negeri di Kabupaten Aceh Selatan Kabupaten Aceh Selatan.
dapat juga ditarik kesimpulan bahwa
Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh KESIMPULAN
Selatan sudah melaksanakan disposisi Implementasi kebijakan standar
khususnya dalam sebuah pelaksanaan kualifikasi dan kompetensi kepala SMK
kebijakan standar untuk kualifikasi dan Negeri pada Kabupaten Aceh Selatan

Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, Vol 3 No. 2 Oktober 2016 73


ISSN 2442-9422

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: khusus tentang hal kebijakan standar
(1) Komunikasi, (2) Sumberdaya, (3) kualifikasi dan juga kompetensi kepala
Disposisi, dan juga (4) Struktur SMK Negeri di Kabupaten Aceh
birokrasi. Keempat faktor ini merupakan Selatan. Pada tahun 2015 Pemda Aceh
tolak ukur keberhasilan dalam Selatan mulai serius mengadakan
implementasi kebijakan standar sosialisasi tentang standarisasi
kualifikasi dan kompetensi kepala SMK kualifikasi dan juga pada kompetensi
Negeri pada Kabupaten Aceh Selatan. kepala sekolah dengan mengadakan
Dari keempat faktor ini kita bisa menilai diklat bagi calon kepala sekolah.
apakah implementasi kebijakan standar 2. Sumberdaya
kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Dalam implementasi kebijakan
Negeri di Kabupaten Aceh Selatan standar kualifikasi dan kompetensi
apakah sudah berjalan sesuai dengan kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh
arah kebijakan atau tidak. Berdasarkan Selatan, dari jumlah pelaksana
dari hasil penelitian dan pembahasan kebijakan sudah mencukupi. Selain itu
data, maka peneliti mendapatkan mereka juga memiliki keahlian dalam
kesimpulan sebagai berikut: bidang tugas masing-masing, dan
1. Komunikasi mengenai ketersediaan informasi di
Implementasi kebijakan standar lingkungan pelaksana kebijakan masih
kualifikasi dan kompetensi kepala SMK kurang memadai. Untuk itu keaktifan
Negeri di Kabupaten Aceh Selatan dari kepala sekolah sangat dibutuhkan
dilaksanakan melalui kegiatan untuk mengakses informasi secara
sosialisasi. Dengan Sosialisasi hanya mandiri. Hal lain yang juga harus
dilaksanakan pada saat pelatihan- diperhatikan dalam hal sumberdaya
pelatihan itupun hanya berupa sisipan adalah wewenang untuk menjamin atau
materi pada saat untuk pelaksanaan meyakinkan bahwa kebijakan yang
pelatihan, dan selebihnya itu melalui diimplementasikan sudah sesuai dengan
pertemuan-pertemuan informal saja. aturan yang ada. Dalam pelaksanaan
Selanjutnya untuk kejelasan informasi standar kualifikasi dan kompetensi
tentang standar kualifikasi dan juga untuk kepala SMK Dinas Pendidikan
kompetensi kepala SMK yang harus Aceh Selatan mampu itu menjalankan
disampaikan oleh pelaksana kebijakan sebuah wewenang secara efektif.
dalam hal ini Dinas Pendidikan masih Selanjutnya dari segi sarana dan
belum dipahami secara utuh oleh prasarana sudah memadai dan dari segi
sasaran kebijakan dan bahan bacaan keuangan juga sudah dianggarkan dalam
Permendiknas tersebut jarang dibaca APBK dan APBA. Pelaksanaan
oleh kepala sekolah, sehingga masih ada kebijakan standar kualifikasi dan juga
kepala sekolah yang kurang memahami kompetensi kepala SMK Negeri di
akan standar kualifikasi dan kompetensi Kabupaten Aceh Selatan sudah
yang harus dimiliki-nya. Pelaksanaan melaksanakan sumberdaya khususnya
kebijakan standar kualifikasi dan dalam pelaksanaan kebijakan standar
kompetensi kepala SMK Negeri di kualifikasi dan kompetensi kepala SMK.
Kabupaten Aceh Selatan belum
melaksanakan untuk sosialisasi secara

74 Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, Vol 3 No. 2 Oktober 2016


ISSN 2442-9422

3. Disposisi Pelaksanaan kebijakan standar


Disposisi merupakan merupakan kualifikasi dan kompetensi kepala SMK
faktor ketiga yang akan mempunyai Negeri di Kabupaten Aceh Selatan
konsekuensi penting bagi keberhasilan sudah melaksanakan struktur birokrasi
implementasi kebijakan kualifikasi dan khususnya dalam pelaksanaan sebuah
kompetensi kepala SMK Negeri di kebijakan standar kualifikasi dan
Kabupaten Aceh Selatan. Maka Sikap kompetensi kepala SMK Negeri pada
pelaksana sebuah kebijakan dalam Kabupaten Aceh Selatan.
menjalankan regulasi yang ada akan
menunjukkan komitmen yang kuat IMPLIKASI
dalam peningkatan mutu kepala sekolah Berdasarkan dari hasil temuan
menjadi kepala sekolah yang penelitian yang telah disimpulkan di
profesional. Selanjutnya maka para atas yang berkenaan dengan aturan
pelaksana kebijakan juga diberikan dalam implementasi kebijakan standar
insentif dalam pelaksanaan kebijakan kualifikasi dan kompetensi kepala SMK
tersebut yang pada akhirnya dapat Negeri pada Kabupaten Aceh Selatan
meningkatkan kinerja dan dedikasi. yang berimplikasi kepada:
Untuk Pelaksanaan kebijakan standar 1. Komunikasi
kualifikasi dan kompetensi kepala SMK Kurangnya sosialisasi dilakukan
Negeri di Kabupaten Aceh Selatan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh
sudah melaksanakan disposisi Selatan mengenai kebijakan standar
khususnya dalam pelaksanaan sebuah kualifikasi dan kompetensi kepala SMK
kebijakan standar kualifikasi dan juga Negeri di Kabupaten Aceh Selatan. Jadi
kompetensi kepala SMK Negeri di Sosialisasi hanya dilaksanakan pada
Kabupaten Aceh Selatan. saat-saat pelatihan-pelatihan itupun
4. Struktur Birokrasi hanya berupa sisipan materi pada saat
Jadi Struktur birokrasi dalam dalam pelaksanaan pelatihan, dan
pelaksanaan sebuah kebijakan standar selebihnya melalui pertemuan-
kualifikasi dan kompetensi kepala SMK pertemuan informal saja. Hal tersebut
Negeri pada Kabupaten Aceh Selatan berimplikasi pada masih adanya kepala
termasuk baik. Para pelaksana sekolah yang belum memahami secara
kebijakan menggunakan landasan utuh tentang hal kualifikasi dan
Permendiknas No.13 Tahun 2007 kompetensi yang harus dimilikinya, ini
sebagai acuan dalam melaksanakan dapat diketahui dari hasil uji kompetensi
kebijakan, walaupun ada Peraturan kepala sekolah (UKKS) SMK yang
Daerah berupa Qanun Aceh tentang cukup rendah.
penyelenggaraan pendidikan juga terkait 2. Sumberdaya
dengan standar kualifikasi dan Sumberdaya yang dimiliki oleh
kompetensi kepala sekolah, namun tidak Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh
dijadikan acuan. Selanjutnya pembagian Selatan baik dari segi staf, informasi,
tanggung jawab diantara pelaksana wewenang, dan fasilitas sudah cukup
kebijakan sudah berjalan dengan baik memadai hal ini berimplikasi pada
yang akan menyebabkan struktrur terlaksananya sumberdaya khususnya
birokrasi menjadi efektif. Oleh dari itu dalam pelaksanaan kebijakan standar

Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, Vol 3 No. 2 Oktober 2016 75


ISSN 2442-9422

kualifikasi dan kompetensi kepala SMK 1. Dinas Pendidikan dapat lebih bisa
Negeri pada Kabupaten Aceh Selatan, meningkatkan intensitas kegiatan,
ini dapat dilihat dari 10 unit Kepala pelatihan, workshop, dan seminar
SMK Negeri yang ada di Kabupaten sosialisasi yang fokus pada kebija-
Aceh Selatan 6 unit kepala SMK Negeri kan standar kualifikasi dan juga
yang telah memenuhi kualifikasi khusus kompetensi kepala SMK secara
pada kepala SMK dengan memiliki berkesinambungan. Maka untuk itu
sertifikat kepala sekolah (cakep). Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh
3. Disposisi Selatan agar dapat menciptakan
Untuk Pengangkatan birokrasi dan personil kerja yang berkualitas dan
pemberian insentif bagi pelaksana kompeten, serta harus melengkapi
kebijakan standar kualifikasi dan fasilitas dan meningkatkan dana
kompetensi kepala SMK Negeri di anggaran yang selalu dibutuhkan,
Kabupaten Aceh Selatan yang telah menggunakan wewenang secara
ditetapkan ataupun telah di SK-kan oleh profesional dan selalu memberikan
Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh reward-punishment bagi pelaksana
Selatan hal ini berimplikasi pada kebijakan maupun sasaran dari
terbentuknya komitmen yang kuat kebijakan agar tercapai tujuan yang
antara pelaksana kebijakan dan juga diinginkan yaitu peningkatan mutu
sasaran sebuah kebijakan ini dalam kepala sekolah.
meningkatkan mutu kepala sekolah. 2. Dinas Pendidikan sebagai instansi
4. Struktur birokrasi pelaksana kebijakan dapat kiranya
SOP yang jelas dan pembagian meningkatkan kompetensinya dan
tanggung jawab dalam pelaksanaan menjaga komitmen dijajarannya
kebijakan kualifikasi dan kompetensi dalam menjalankan apa kebijakan
kepala SMK Negeri di Kabupaten Aceh regulasi yang sudah ditetapkan.
Selatan sudah dilaksanakan, hal ini jelas Dinas Pendidikan seharusnya juga
berimplikasi pada kejelasan pembagian hendaknyalah melakukan program
wewenang dan tanggung jawab pada pemetaan kualifikasi bagian dan
masing-masing pelaksana kebijakan kompetensi kepala SMK untuk
standar kualifikasi dan juga kompetensi mengetahui tingkat kualifikasi dan
kepala SMK yang sudah ditetapkan oleh kompetensi kepala SMK yang sesuai
Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh dengan standar kepala SMK.
Selatan, yang pada akhirnya dapat 3. Koordinator pengawas sekolah agar
meningkatkan mutu dari sasaran melakukan pembinaan bagi seluruh
kebijakan. pengawas SMK untuk menjalankan
fungsi dari kepengawasan dalam
REKOMENDASI melakukan monitoring dan evaluasi
Berdasarkan kesimpulan dan yang ketat dan berkesinambungan
implikasi yang telah peneliti paparkan, terhadap semua sasaran kebijakan
berikut yang dapat dikemukakan sehingga dapat diperoleh sosok
beberapa rekomendasi untuk berbagai kepala sekolah yang profesional.
pihak, diantaranya adalah: 4. Kepala sekolah dituntut untuk bisa
bekerja secara profesional dalam

76 Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, Vol 3 No. 2 Oktober 2016


ISSN 2442-9422

menjalankan tugas dan tanggung Mulyadi, Deddy. 2015. Studi Kebija-kan


jawabnya sebagai kepala sekolah. Publik Dan Pelayanan Publik.
Untuk itu kepala sekolah harus Bandung: Alfabeta.
meningkatkan kualifikasi dan juga Mulyasa, E. 2004. Menjadi Kepala
harus pada kompetensinya secara Sekolah Profesional Dalam
berkelanjutan, serta proaktif dan Konteks Menyukseskan MBS Dan
kreatif dalam menggali informasi KBK. Bandung: PT. Remaja
yang dibutuhkan dari berbagai Rosdakarya.
sumber agar mampu membawa Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
sekolah yang dipimpinnya menjadi 2005, Tentang Standar Nasional
lebih baik dan berkembang. Pendidikan. Jakarta.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
DAFTAR PUSTAKA Nomor 13 Tahun 2007, Tentang
Agustino, Leo. 2014. Dasar-dasar Standar Kepala
Kebijakan Publik. Bandung: Sekolah/Madrasah. Jakarta.
Alfabeta. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Anggara, Sahya. 2014. Kebijakan Nomor 28 Tahun 2010, Tentang
Publik. Bandung: Pustaka Setia. Penugasan Guru Seba-gai Kepala
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Sekolah. Jakarta.
Peranan Kepala Sekolah sebagai Subarsono. AG. 2015. Analisis
Kunci Keberhasilan SMK. Jakarta: Kebijakan Publik: Konsep, Teori
Direktorat Pembi-naan SMK. dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka
Iskandar. 2013. Kepemimpinan Kepala Pelajar.
Sekolah Dalam Mening-katkan Suhardiman. 2012. Studi Pengemba-
Kinerja Guru. Jurnal Visi ngan Kepala Sekolah. Jakarta:
Pendidikan,Volume 10, Nomor 1: Rineka Cipta.
1018-1027.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
Kompas. 2015. Peningkatan Mutu Kombinasi (Mixed Methods).
Kepala Sekolah Jadi Tantangan, Bandung: Alfabeta.
(Online),(http://print.kompas.com/ Sunyoto, Danang. 2015. Manajemen
baca/2015/04/04/Peningkatan- Dan Pengembangan Sumber Daya
Mutu-Kepala-Sekolah-Masih- Manusia. Yogyakarta: Buku Seru.
Jadi-Tantangan, diakses 16
Novem-ber 2015). Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003, Tentang
Miles, MB, dan Huberman A,M.1992. Sistem Pendidikan Nasional.
Analisis Data Kualitatif: Buku Jakarta.
Sumber Tentang Metode-Metode
Baru. Terjemahan oleh Tjetjep Undang-Undang Republik Indonesia
Rohendi Rohidi. 2009. Jakarta: Nomor 14 Tahun 2005, Tentang
Universitas Indonesia. Guru dan Dosen. Jakarta.
Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi Winarno, Budi. 2014. Kebijakan Publik:
Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Teori, Proses dan Studi Kasus.
Bandung: Remaja Rosda-karya. Yogyakarta: Media Pressindo.

Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, Vol 3 No. 2 Oktober 2016 77

Anda mungkin juga menyukai