Anda di halaman 1dari 10

IMPLEMENTASI PROGRAM BINA KELUARGA REMAJA (STUDI PADA KELOMPOK BKR

MENTIKAN II KELURAHAN MENTIKAN KECAMATAN PRAJURIT KULON KOTA


MOJOKERTO)

Mochamad Dohan

S1 Ilmu Administrasi Negara, Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya
ahmaddohan9@gmail.com

Tjijik Rahayu, S.Sos., M.,Si.

S1 Ilmu Administrasi Negara, Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya
tjijikrahaju@unesa.ac.id

Abstrak
Permasalahan remaja menjadi isu kompleks dan memerlukan kajian pemerintah untuk penyelesaiannya.
Salah satu respon pemerintah dalam mengatasi permasalahan remaja yakni dengan membentuk Program
Bina Keluarga Remaja (BKR) melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) dengan berlandaskan hukum pada Peraturan Kepala BKKBN 109/PER/F2/2012 tentang
Pedoman Pengelolaan Program BKR. Pelaksanaan Program BKR pada BKR Mentikan II diketahui masih
terdapat kendala yakni keterbatasan hubungan kerja sama / MoU kelompok BKR dengan lembaga terkait,
keterbatasan alat peraga dan keterbatasan kemampuan kader membuat materi penyuluhan yang menarik.
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan Implementasi Program BKR (Studi pada Kelompok BKR
Mentikan II Kelurahan Mentikan Kecamatan Prajuritkulon Kota Mojokerto). Penelitian ini termasuk
penelitian deskriptif kualitatif. Fokus penelitian ini yaitu ketepatan kebijakan, ketepatan pelaksanaan,
ketepatan target dan ketepatan lingkungan. Subyek penelitian ini yaitu Kepala sub bidang ketahanan
keluarga sejahtera dan pengarusutamaan gender kantor BKBPP Kota Mojokerto, PKB Kelurahan
Mentikan, Ketua BKR Mentikan II, dan Anggota BKR Mentikan II. Hasil penelitian secara umum masih
belum berhasil. Pada Indikator ketepatan kebijakan, BKKBN kurang mengatur secara terperinci mengenai
MoU lembaga terkait dengan kelompok BKR sehingga menyebabkan keterbatasan layanan penyelesaian
kasus anggota BKR. Pada Indikator ketepatan pelaksanaan, menunjukkan kesesuaian pelaksanaan dengan
Peraturan Kepala BKKBN 109/PER/F2/2012. Sedangkan pada indikator ketepatan target, tingkat
kesiapan target sasaran masih rendah. Pencapaian target sasaran hanya mencapai 57% dari total
keseluruhan target. Pada kriteria ketepatan lingkungan, variabel endogen mampu menunjang dengan baik
Program BKR. Namun pada variabel eksogen diketahui Program BKR tidak diuntungkan ataupun tidak
dirugikan dengan adanya variabel eksogen.

Kata Kunci: Implementasi Kebijakan, Program BKR, Remaja

Abstract
Adolescent problems become complex issues and require government studies to solve them. One of the
government's responses in overcoming adolescent problems is by establishing the Youth Family
Development Program (BKR) through the National Population and Family Planning Agency (BKKBN)
based on the law based on the Regulation of the Head of BKKBN 109 / PER / F2 / 2012 concerning
Guidelines for Management of the BKR Program. The implementation of the BKR Program at the BKR
Mentikan II is known to still have constraints, namely the limited cooperation or MoU cooperation
between BKR groups with related institutions, limited props and the limited ability of cadres to make
interesting counseling material. This study aims to describe the Implementation of the BKR Program
(Study in the BKR Mentikan II Group, Mentikan Sub District, Prajuritkulon District, Mojokerto City).
This research is a qualitative descriptive study. The focus of this research is the accuracy of the policy,
the accuracy of implementation, the accuracy of the target and the accuracy of the environment. The
subjects of this study were the Head of Sub-Division of Prosperity in Prosperous Families and Gender
Mainstreaming of the Mojokerto City BKBPP Office, PKB Kelurahan Mentikan, Chairman of BKR
Mentikan II, and Members of BKR Mentikan II. Research results in general are still unsuccessful. In

1
terms of policy accuracy, the BKKBN does not regulate in detail the relationship between the MoU of
institutions related to the BKR group, which results in limited services for resolving BKR members'
cases. The indicator of the accuracy of the implementation shows the suitability of the implementation
with the Regulation of the Head of BKKBN 109 / PER / F2 / 2012. Whereas in the target accuracy
indicator, the level of target readiness is still low. Achievement of targets is only 57% of the total target.
In terms of environmental accuracy, endogenous variables are able to support the BKR program well.
However, in the exogenous variables it is known that the BKR Program is neither disadvantaged nor
disadvantaged by the exogenous variable.

Keywords: Policy Implementation, BKR Program, Adolescent

penurunan di tahun 2018 yakni mencapai 5,8%. Jumlah


PENDAHULUAN kasus narkoba memang terjadi penurunan pada tahun
Permasalahan remaja di Indonesia masih menjadi isu 2016 hingga 2018, namun sayangnya angka prevalensi
kompleks dan memerlukan kajian khusus dari pemerintah pelajar dan mahasiswa yang terkena kasus narkoba masih
untuk penyelesaiannya. Beragam permasalahan remaja sangat tinggi yakni mencapai 3,21 % dari total 5,8%
mulai dari penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, kasus atau setara dengan 2,297,492 orang dari total
Psikotropika dan Zat Adiktif lainya) hingga seks bebas 15.440.000 orang, dimana penggunaan narkoba paling
menjadi isu yang mengkhawatirkan terutama bagi orang tinggi dilakukan melalui suntikan yakni sebesar 0,04%
tua yang memiliki anak usia remaja. Kasus permasalahan atau setara dengan 286,292 orang. Adapun jenis narkoba
remaja yang mengarah pada kategori kenakalan bersifat yang paling banyak dikonsumsi adalah ganja, obat sakit
melanggar hukum tergolong cukup tinggi terutama pada kepala yang dikonsumsi secara berlebih dan inhalent.
kasus narkoba dan seks bebas. Dihimpun data dari laman Dihimpun data dari Pusat Penelitian Data dan
Badan Narkotika Nasional (BNN) menerangkan bahwa Informasi Badan Narkotika Nasional (Pusditlatin BNN)
angka penyalahgunaan Narkoba di kalangan pelajar di yang diperoleh dari hasil survei yang dilakukan di 13
tahun 2018 (Di 13 Provinsi) mencapai angka 2,29 juta Provinsi di Indonesia, diketahui jumlah terbesar angka
orang. Salah satu kelompok yang rawan terpapar terpapar narkoba pada tahun 2018 ditempati oleh Provinsi
penyalahgunaan narkoba adalah mereka yang berada Jawa Timur, adapun jumlah prevalensi angka terpapar
pada usia 15-35 tahun atau generasi milenial. narkoba di Provinsi Jawa Timur yakni mencapai 7.5%
Jumlah kasus narkoba di Indonesia sebenarnya atau setara dengan 1.243.825 jiwa.
sempat mengalami penurunan pada tahun 2006 hingga Sedangkan di tingkat daerah, Kota Mojokerto menjadi
2011, namun mulai terjadi peningkatan di tahun 2011 salah satu kota yang termasuk dalam kategori darurat
hingga 2016 dan sedikit penurunan di tahun 2018 seperti narkoba. Dilansir dari suatu laman berita, menerangkan
pada grafik berikut ini: bahwa Data Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK)
Grafik Mojokerto menyebutkan, sejak Januari – November
Prevalensi Kasus Narkoba oleh Pelajar & Mahasiswa 2019, sebanyak 523,49 gram narkoba jenis sabu dapat
(2006 – 2018) diamankan petugas. Sasaran peredaran narkoba tidak
20 hanya kaum pria namun kalangan pelajar tingkat SMP
dan SMA tak luput dari target.
10 Mengenai kasus permasalahan remaja di Indonesia,
pemerintah sebenarnya telah membuat aturan dan
kerangka hukum yang jelas sebagai acuan untuk
0 mengatasi kasus permasalahan remaja yang seringkali
2006 2009 2011 2016 2018 terjadi. Dasar hukum yang dibuat sebagai upaya
laki-laki Perempuan pembinaan remaja untuk menghindarkan remaja dari
Sumber : https://www.bnn.go.id beragam permasalahan remaja telah dituangkan melaui
berbagai program dan kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah sebagaimana yang telah diatur dalam
Pada tahun 2006 total jumlah kasus narkoba di peraturan perundang-undangan yakni Undang-Undang
Indonesia memang cukup tinggi yakni mencapai 8,1%. No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Jumlah kasus tersebut terus mengalami penurunan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.
sampai pada tahun 2011 yang mencapai 4,1% total kasus, Sebagai bentuk respon pemerintah terhadap
kemudian terjadi peningkatan lagi di tahun 2016 yakni permasalahan remaja yang terjadi & upaya pemenuhan
sebanyak 6,4% total kasus dan sedikit mengalami amanat dari Peraturan Perundang-Undangan, Pemerintah

2
melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana adalah untuk memberikan pembinaan terhadap orang tua
Nasional (BKKBN) membuat suatu program yang yang masih memiliki anak remaja agar mampu
bernama Generasi Berencana (GenRe). Program Generasi memberikan pendidikan, edukasi dan arahan yang baik
Berencana (GenRe) merupakan suatu program untuk anak remajanya. Program Bina keluarga remaja
pembinaan remaja dimana tujuan dari program tersebut (BKR) ini lebih menyasar pada para orang tua yang
untuk menghindarkan remaja dari permasalahan remaja masih memiliki anak remaja dengan misi untuk
serta berbagai prilaku menyimpang lainnya melalui meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan para
pemberian pemahaman terkait bahaya penggunaan orang tua dalam mendidik dan membina tumbuh
narkotika, edukasi seksual hingga pendewasaan usia kembang anak remaja melaui komunikasi efektif yang
perkawinan yang diharapkan melalui pemberian dilakukan antara orang tua dan anak. (Pedoman
pemahaman tersebut mampu mengarahkan remaja pada Pengelolaan Bina Keluarga remaja Tahun 2017)
kualitas hidup yang baik, mampu melangsungkan jenjang Salah satu landasan hukum hukum yang mendasari
pendidikan secara terencana, berkarir dalam pekerjaan dilaksanakannya program BKR dan digunakan peneliti
secara terencana juga menikah dengan penuh sebagai acuan penelitian ini yaitu Undang-Undang No.
perencanaan. (http://www.genreindonesia.com). 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan
Program Generasi Berencana (GenRe) ini dilakukan dan Pembangunan Keluarga yang selanjutnya dari
melalui 2 jenis pendekatan yakni jenis pendekatan yang Undang-Undang tersebut diatur lebih lanjut dengan
secara langsung ditujukkan terhadap remaja melalui peraturan terkait pelaksanaan program Bina Keluarga
Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja) Remaja (BKR) melalui Peraturan Kepala BKKBN
yang dilaksanakan di setiap sekolah-sekolah, serta jenis Nomor: 109/PER/ F2/ 2012 tentang pedoman
pendekatan yang ditujukan terhadap orang tua yang pengelolaan Program Bina Keluarga Remaja (BKR).
masih memiliki anak dengan usia remaja melalui Program Bina Keluarga Remaja ini mulai
program Bina Keluarga Remaja (BKR) yang dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1992 seiring
dilaksanakan dengan pembentukan kelompok-kelompok dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 10 Tahun
BKR . (http://www.genreindonesia.com). 1992 Juncto Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009
Peneliti justru memilih untuk memfokuskan tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
penelitian pada jenis program yang menyasar ke Keluarga. Berdasarkan Data Dalap Januari 2017, jumlah
pendekatan keluarga yakni program Bina Keluarga Kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR) yang tersebar di
Remaja (BKR) atas dasar pertimbangan adanya seluruh wilayah Indonesia mencapai 42.825 kelompok
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Puspitawati dimana Kota Mojokerto merupakan salah satu kota yang
(2009), dimana pada hasil penelitian yang dilakukan juga melaksanakan Program Bina Keluarga Remaja
mengungkapkan bahwa orang tua dan keluarga memiliki (BKR). Pelaksanaan program BKR di Kota Mojokerto
perananan penting dalam pengasuhan anak remajanya. dilaksanakan di 3 kecamatan yakni Kecamatan Kranggan,
Pola pengasuhan anak remaja dengan gaya pengasuhan Kecamatan Magersari dan Kecamatan Prajuritkulon.
yang cenderung hangat dapat mendukung remaja agar Hingga saat ini, berdasarkan data dari Badan Keluarga
terhindar dari peluang melakukan tindak kenakalan baik Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Kota
kenakalan umum maupun yang bersifat kriminal. Mojokerto total ada sekitar 34 kelompok Bina Keluarga
Didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Remaja yang tersebar di 3 Kecamatan yang ada di Kota
Magdalena, dkk (2013), dalam penelitiannya Mojokerto.
mengungkapkan bahwa hasil uji regresi yang dilakukan Peneliti justru memilih melakukan penelitian dengan
menunjukkan gaya pengasuhan serta metode sosialisasi studi pada Kelompok BKR Mentikan II yang ada di
yang dilakukan oleh orang tua menjadi variabel-variabel Kecamatan Pruritkulon karena berdasarkan informasi
yang mempengaruhi karakter remaja. Dari penelitian- yang diperoleh dari Badan Keluarga Berencana dan
penelitian yang telah dipaparkan pada bagian Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Kota Mojokerto,
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa keluarga dan dari total jumlah 34 kelompok BKR yang ada di Kota
orang tua memiliki perananan yang sangat penting dalam Mojokerto, kelompok BKR Mentikan II merupakan satu-
pembentukan karakter remaja. Proses pola asuh yang satunya kelompok yang ditunjuk sebagai kelompok
meliputi pengawasan orang tua, kedekatan orang tua dan percontohan atau Central Of Excelent (COE) dimana
komunikasi yang dilakukan dengan tepat dipercaya dapat pemilihan kelompok percontohan tersebut atas dasar
mehindarkan remaja dari berbagai permasalahan remaja pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan
yang ada. oleh kelompok BKR Mentikan II sudah banyak
Sehubungan dengan pembahasan pada bagian melakukan pengembangan-pengembangan program
sebelumya, adapun tujuan dari adanya program BKR kerja, misalnya program “Sekolah Unik” dan “Sembako

3
Murah”. Adanya inovasi program tersebut membuat para baik lingkungan kebijakan (variabel endogen) yang
anggota Kelompok BKR semakin antusias dalam meliputi interaksi lembaga perumus kebijakan dengan
mengikuti kegiatan BKR, oleh karena itu Kelompok lembaga penyelenggara dan lingkungan eksternal
BKR Mentian II dipandang layak dan pantas untuk kebijakan (variabel eksogen) yang berkaitan dengan
dijadikan contoh bagi kelompok-kelompok BKR yang sikap kelompok strategis seperti media massa dan
ada di Kota Mojokerto. kelompok kepentingan. .
Kemudian aspek kedua yakni kelompok BKR Berdasarkan penjelasan latar belakang adanya
Mentikan II memiliki sistem pelaksanaan kegiatan yang beberapa pertimbangan-pertimbangan aspek yang telah
lebih terstruktur dan tidak digabungkan dengan kegiatan disebutkan diatas, maka peneliti tertarik untuk
lain, meskipun pada pelaksanannya Kelompok BKR mengetahui, mendalami dan menganalisis Program Bina
serigkali membuat kolaborasi program kegiatan dengan Keluarga Remaja pada kelompok BKR Mentikan II di
komunitas JPPRI (Jaringan Perempuan Pekerja Rumahan Kelurahan Mentikan Kecamatan Prajurit Kulon Kota
Indonesia) namun secara garis besar pelaksanaan Mojokerto dengan judul penelitian “Implementasi
kegiatan diantara keduanya tetap dilakukan secara Program Bina Keluarga Remaja (Studi pada Kelompok
mandiri, berbeda jika dibandingkan dengan kelompok- BKR Mentikan II Kelurahan Mentikan Kecamatan
kelompok BKR lain yang dalam pelaksanaan kegiatannya Prajurit Kulon Kota Mojokerto)”.
sebagian besar masih digabungkan dengan kegiatan lain Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
seperti kegiatan jama’ah pengajian, arisan dan lain-lain. terkait hasil implementasi Program Bina Keluarga
Aspek yang ketiga adalah kelompok BKR Mentikan Remaja (Studi pada Kelompok BKR Mentikan II
II juga tidak luput dari kendala-kendala implementasi. Kelurahan Mentikan Kecamatan Prajurit Kulon Kota
Adapun beberapa kendala yang ada pada kelompok BKR Mojokerto
Mentikan II adalah keterbatasan penyediaan fasilitas
METODE
pendukung berupa alat peraga untuk penyuluhan.
Jenis penelitian yang dipergunakan adalah deskriptif
Masalah lain yang masih meliputi implementasi program
dengan pendekatan kualitatif. Fokus penelitian merujuk
BKR yakni keterbatasan kemampuan para kader untuk
pada teori implementasi kebijakan menurut Richard
membuat materi yang menarik dalam kegiatan
Matland dalam Kadjie (2015:77) yang terdiri dari 4
penyuluhan serta adanya keterbatasan hubungan kerja
(empat) indikator yakni ketepatan kebijakan, ketepatan
sama atau MoU (Memorandum Of Understanding)
pelaksanaan, ketepatan target. dan ketepatan lingkungan.
dengan lembaga profesional seperti KUA, BNN,
Proses pengumpulan data dilakukan dengan observasi,
Puskesmas seehingga menyebabkan kendala bagi para
wawancara terstruktur, dan studi dokumen, kemudian
kader dalam upaya penyelesaian kasus permasalahan
dianalisis menggunakan model interaktif Miles dan
remaja anggota kelompoknya yang membutuhkan
Huberman yang dikutip dalam Sugiyono (2014:246).
rujukan bantuan lembaga profesional.
Penelitian ini mengambil lokasi di wilayah Kelurahan
Hal ini tentunya menjadi bahan kajian yang menarik
Mentikan Kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto..
untuk peneliti dalam mengungkap bagaimana realitas
Partisipan dalam penelitian ini ditentukan dengan teknik
yang terjadi di lapangan serta sebagai bahan pembanding
purposive sampling atas dasar kesesuaian serta
dengan teori-teori yang ada. Berdasarkan dari beberapa
keterlibatan dalam fokus yang diangkat. Adapun
aspek yang telah diungkapkan, maka penelitian ini sesuai
informan-informan tersebut adalah sebagai berikut:
dengan teori implementasi kebijakan menurut Richard
1. Bapak Junaidi selaku Kepala sub bidang ketahanan
Matland (1995) yang menyatakan bahwa terdapat 4
keluarga sejahtera dan pengarusutamaan gender
indikator dalam implementasi suatu kebijakan. Pertama,
kantor Badan Keluarga Berencana dan Perlindungan
ketepatan kebijakan yakni berkaitan dengan sejauh mana
Perempuan (BKBPP) Kota Mojokerto. Dari
kabijakan yang ada telah bermuatan hal-hal yang
informan ini akan digali informasi yang berkaitan
memang memecahkan masalah yang hendak dipecahkan.
dengan penyelenggaraan program Bina Keluarga di
Kedua, adalah ketepatan pelaksanaan yakni menyangkut
Kota Mojokerto.
kesesuaian teknis pelaksanaan dengan apa yang sudah
2. Ibu Zaenab Nuraini selaku Penyuluh Keluarga
dirumuskan dan tertuang dalam kebijakan yang telah
Berencana (PKB) wilayah Kelurahan Mentikan. Dari
memiliki legalitas hukum. Ketiga, ketepatan target yaitu
informan ini akan digali informasi teknis pelaksanaan
bagaimana pemerintah membuat atau merancang suatu
kegiatan yang ada pada kelompok BKR Mentikan II
program/kebijakan yang harus disesuaikan dengan
3. Ibu Pitra selaku Ketua kelompok BKR Mentikan II.
sasaran target yang dituju. Keempat, ketepatan
Dari informan ini akan digali informasi terkait
lingkungan yakni sejauh mana program atau kebijakan
karakteristik kelompok BKR Mentikan II serta
yang dirancang dapat diterima oleh kondisi lingkungan

4
pengalaman dalam menjalankan program BKR orang tua yang memiliki anak usia remaja atau usia
sebagai ketua kelompok. sekolah mengenai kelangsungan dalam perkembangan
4. Ibu Mulyati dan Santi selaku Anggota kelompok kehidupan anak usia remaja, sehingga remaja bisa
BKR Mentikan II kelurahan Mentikan Kecamatan terhindar dari risiko yang umumnya mengarah pada
Magersari Kota Mojokerto. Melalui informan ini akan masalah kenakalan remaja. Melihat dari upaya
digali informasi terkait pengalaman dan manfaat yang pengimplementasian program BKR pada kelompok
didapatkan selama tergabung menjadi anggota Mentikan II, maka hasil implementasi diketahui bahwa
kelompok BKR. aspek pertama dari indikator ketepatan kebijakan yakni
tingkat kapasitas program BKR dalam mencakup segala
HASIL DAN PEMBAHASAN
permasalahan pada remaja dapat ditunjang dengan baik
Pada pelaksanaannya, Implementasi Program BKR
melalui upaya-upaya yang dilakukan oleh kelompok
studi pada kelompok BKR Mentikan II Kota Mojokerto
BKR Mentikan II terutama usaha dari para kader dalam
dirasa seseua dan memenuhi unsur-unsur implementasi
melakukan pembinaan, penyuluhan hingga pengawalan
kebijakan, dimana terdapat 3 aspek yang harus ada
penyelesaian kasus yang dimiliki oleh remaja ataupun
dalam implementasi kebijakan yakni unsur pelaksana
orang tua.
yang dalam hal ini adalah BKBPP Kota Mojokerto
Hasil kesimpulan tersebut didapat dengan mengaacu
beserta lembaga terkait. Aspek kedua yakni unsur
pada respon yang disampaikan oleh anggota BKR yang
program, dimana program yang dibuat dan dilaksanakan
menyatakan bahwa program tersebut membawa
dalam hal ini adalah program Bina keluarga remaja
manfaat yang baik bagi dirinya dan anak remaja nya,
(BKR). Aspek Ketiga adalah kelompok sasaran, dimana
selain pengetahuan baru yang ia dapatkan, hubungan
target yang dituju oleh program BKR adalah keluarga
yang semakin baik juga tercipta antara beliau dengan
yang memiliki anak usia remaja yakni berkisar 10-24
anak remajanya. Banyak juga aspek permasalahan
tahun.
ataupun persoalan terkait dengan remaja misal kasus
Penelitian ini tergolong kedalam jenis penelitian
bullying, penyalahgunaan narkoba dan pernikahan dini
deskriptif kualitatif dimana hasil penelitian akan
yang dapat diselesaikan melalui kelompok BKR,
dianalisis dengan menggunakan teori implementasi
tentunya dengan dibantu oleh para kader serta
kebijakan menurut Richard Matland yang meliputi 4
melibatkan beberapa lembaga profesional dibidangnya.
indikator implementasi kebijakan yakni ketepatan
Sedangkan pada kriteria tingkat ketepatan
kebijakan, ketepatan pelaksanaan, ketepatan target dan
perumusan program kebijakan yang disesuaikan dengan
ketepatan lingkungan. Berikut ini yang merupakan hasil
karakter persoalan, idealnya kebijakan harus
dari penjelasan penelitian Implementasi Program Bina
dirumuskan dengan mempertimbangkan segala aspek
Keluarga Remaja (BKR) Studi pada Kelompok BKR
baik karakter persoalan yang ingin diselesaikan maupun
Mentikan II Kota Mojokerto yang tedapat empat
perumusan teknis secara keseluruhan yang akan
indikator implementasi yakni :
diimplementasikan oleh lembaga pelaksana. Hal
1. Ketepatan Kebijakan
tersebut dilakukan agar dengan adanya pertimbangan
Ketepatan kebijakan merupakan suatu indikator
secara matang dan perumusan kebijakan secara tepat
dalam implementasi kebijakan yang merujuk kepada
diharapkan pada saat proses implementasi berjalan,
lembaga perumus kebijakan dalam usaha membuat atau
kendala-kendala dalam pelaksanaan program dapat
merumuskan kebijakan sesuai dengan jenis
diantisipasi sehingga tidak sampai mengganggu
permasalahan yang ingin diselesaikan sehingga ketika
jalannya penyelenggaraan program atau kebijakan.
kebijakan diimplementasikan, dapat secara efektif
Melihat kondisi-kondisi pada saat proses implementasi
mengurangi atau bahkan menanggulangi masalah yang
Program BKR studi pada Kelompok BKR Mentikan II
selinkup dengan kebijakan yang telah dirumuskan. Pada
dilapangan, diketahui hasil bahwa perumusan program
indikator ketepatan kebijakan terdapat tiga kriteria yang
kebijakan yang disesuaikan dengan karakter persoalan
harus dipenuhi yakni Tingkat kapasitas kebijakan atau
yang ingin dipecahkan belum tercakupi dengan baik
program dalam mencakup permasalahan yang ingin
melalui perumusan kebijakan program BKR.
diselesaikan, tingkat ketepatan perumusan program
Terdapat beberapa hal yang dirasa kurang tepat
kebijakan yang disesuaikan dengan karakter persoalan
dalam perumusan kebijakan yakni pada pokok urusan
dan kesesuaian kewenangan (misi kelembagaan) dengan
MoU antara kelompok BKR dengan lembaga terkait
karakter kebijakan
dinilai masih keterbatasan sehingga menyebabkan pihak
Program Bina Keluarga Remaja (BKR) merupakan
dari lembaga terkait relatif memberikan layanan sesuai
suatu program yang dibuat dengan tujuan untuk
dengan apa yang tertera pada MoU yang sebenarnya
meningkatkan pengetahuan keluarga khususnya kepada
kurang mencakup fasilitas layanan yang sebenarnya

5
lebih dibutuhkan oleh Kelompok BKR. Hal ini tentunya organisasi tingkat daerah yaitu Badan Keluarga
menyebabkan kendala pada saat kader BKR Berencana dan Perlindungan Perempuan (BKBPP) Kota
mengupayakan untuk penyelesaian permasalahan Mojokerto.
anggotanya yang memerlukan rujukan ke lembaga BKBPP (Badan Keluarga Berencana dan
profesional seperti BNN, KUA dan Puskesmas. Pemberdayaan Perempuan) Kota Mojokerto merupakan
Sehingga kader yang membantu penyelesaian masalah lembaga yang memilliki tugas pokok melaksanakan
diharuskan membuat MoU secara mandiri dengan kebijakan daerah di bidang keluarga berencana dan
lembaga profesional terkait yang biasanya dibantu pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
dengan Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) di wilayah sebagaimana yang telah termuat pada Peraturan Daerah
kelompoknya. Kota Mojokerto Nomor 5 Tahun 2014 tentang Rincian
Selain itu perumusan masalah anggaran dinilai tidak Tugas Pokok dan Fungsi BKBPP. Dari beberapa
sebanding dengan kompleksnya kegiatan operasional penjelasan pada bagian sebelumnya maka dapat
kelompok BKR. Diketahui bahwa terkait anggaran, diketahui bahwa kriteria kesesuaian kewenangan (misi
BKKBN tidak memiliki wewenang untuk memberikan kelembagaan) yang dalam hal ini BKKBN dan BKBPP
dana dan fasilitas apapun. Hal tersebut sesuai dengan selaku lembaga yang memilliki kewenangan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dimana perumusan serta penyelenggaraan program BKR dinilai
anggaran dana sudah menjadi ranah Pemerintah Daerah telah sesuai dengan karakter kebijakan yang dibentuk
sehingga terkait besaran dana operasional kelompok yaitu kebijakan program BKR.
BKR yang diberikan disesuaikan dengan kebijakan 2. Ketepatan Pelaksanaan
Pemerintah Daerah setempat. Hal ini memicu kendala Ketepatan pelaksanaan menyangkut dengan
pada minimnya ketersediaan fasilitas pendukung seperti kesesuaian teknis pelaksanaan dengan apa yang sudah
alat peraga dalam kegiatan operasional pada kelompok dirumuskan dan tertuang dalam kebijakan yang telah
BKR di Mentikan II Kota Mojokerto. memiliki legalitas hukum.. Idealnya implementasi
Pada kriteria kesesuaian kewenangan (misi kebijakan juga bukan selalu pemerintah saja yang
kelembagaan) dengan karakter kebijakan ini idealnya menjadi aktornya, namun harus disesuaikan dengan
kebijakan harus dirumuskan dan diselenggarakan oleh jenis kebijakan yang akan diimplementasikan. Disini
lembaga yang benar-benar memiliki kewenangan serta aktor-aktor lain yang dimaksud bisa mengacu pada
kesesuaian misi kelembagaan dengan karakter swasta maupun masyarakat. Kriteria implementasi pada
kebijakan. Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya indikator ketepatan pelaksanaan dinyatakan dapat
kebijakan yang tumpang tindih dengan kebijakan tercapai apabila dalam proses implementasi kebijakan,
lainnya sehingga dapat mengurangi risiko teknis penyelenggaraan secara garis besar telah sesuai
ketidakefektifan dalam implementasi sebuah kebijakan. dengan apa yang dirumuskan pada peraturan kebijakan
Untuk melihat apakah kriteria ini terpenuhi pada serta pemilihan aktor pelaksana dinyatakan sesuai
implementasi Program Bina Keluarga Remaja (BKR) dengan jenis kebijakan yang akan diimplementasikan
studi pada Kelompok BKR Mentikan II Kota Pada implementasi Program Bina Keluarga Remaja
Mojokerto, maka diketahui bahwa Program Bina (BKR) studi pada Kelompok BKR Mentikan II Kota
Keluarga Remaja (BKR) merupakan program yang Mojokerto diketahui bahwa penyelenggaraan program
dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas BKR di Mojokerto sudah dimulai sejak tahun 1995
remaja dan menghindarkan remaja dari berbagai bentuk secara bertahap dengan teknis penyelenggaraan program
permasalahan remaja hal tersebut sebagai wujud BKR masih mengacu pada Peraturan Kepala BKKBN
pelaksanaan amanat Undang-Undang Nomor 52 Tahun Nomor 109/PER/F2/2012 tentang Pedoman Pengelolaan
2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Program Bina Keluarga Remaja. Penyelenggaraan
Pembangunan Keluarga. program BKR pada kelompok BKR Mentikan II
Sedangkan yang menjadi perumus kebijakan diketahui baru dilaksanakan sekitar tahun 2015 dengan
program BKR adalah lembaga Badan Kependudukan mekanisme penyelenggaraan yang diawali kegiatan
dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). BKKBN sosialisasi di kelurahan Mentikan dengan melibatkan
merupakan lembaga yang mempunyai tugas beberapa tokoh masyarakat sehingga masyarakat
pemerintahan di bidang pengendalian penduduk dan mengetahui akan adanya program BKR yang akan
penyelenggaraan keluarga berencana, hal itu sesuai diselenggarakan di wilayahnya. Jika merujuk pada
dengan yang tertera pada Peraturan Presiden Republik jurnal yang dikemukakan oleh Sasmito Cahyo dan Ertin
Indonesia Nomor 62 Tahun 2010 pasal 2 yang berkaitan Rining Nawangsri (2019:71) proses komunikasi
dengan kedudukan, tugas dan fungsi BKKBN. lembaga seharusnya dibangun dengan baik dalam implementasi,
yang menjadi pelaksana program BKR merupakan hal tersebut rupanya sesuai dengan usaha yang

6
dilakukan oleh BKKBN yakni kegiatan sosialisasi akan dibantu penyelesaian masalah oleh kader dengan
sebagai bentuk usaha komunikasi yang dilakukan. melakukan mediasi-mediasi serta rujukan ke lembaga
Kegiatan sosialisasi dilakukan bersamaan dengan profesional seperti psikolog, BNN atau puskesmas dll
pendataan keluarga yang memiliki anak usia remaja untuk mendapatkan penanganan secara lebih lanjut.
yakni rentang usia 10 – 24 tahun. Pada tahap ini Pada proses pelaksanaannya diketahui yang berperan
pendataan masih bersifat pasif dan belum dilakukan penting sebagai aktor adalah para kader yang
secara masif. notabennya berasal dari kalangan masyarakat yang
Tahap selanjutnya dimulai pembentukan kelompok secara sukarela berkenan untuk ikut dalam pelaksanaan
yang diiringi dengan identifikasi permasalahan yang ada program. Jika merujuk pada jurnal yang dikemukakan
diwiilayah mentikan dilanjutkan dengan penggalangan oleh Nisa Nida Khoirun dan Roy Valiant Salomo
kesepakatan terkait pemilihan 1 ketua dan pengurus (2019:5) peran pemimpin sangat penting dalam
kader lainnya. Pada kelompok BKR Mentikan II, Bu penyelenggaraan suatu program atau kegiatan rupanya
Pitra merupakan seorang masyarakat yang menjadi sesuai dengan peran keterlibatan para kader BKR yang
relawan dan mengajukan diri untuk menjadi ketua bisa diibaratkan sebagai poros penggerak kegiatan.
kelompok BKR Mentikan II, hal ini bermakna bahwa Pelaksanaan program BKR pada kelompok BKR
pemilihan kelompok bisa dilakukan berdasarkan Mentikan II Kota Mojokerto, pastinya memiliki kendala
penunjukan dari petugas Penyuluh Keluarga Berencana atau hambatan yang seringkali dialami oleh para kader
(PKB) atau secara sukarela mengajukan diri menjadi atau anggota kelompok. Adapun hambatan yang paling
ketua kelompok BKR. Sebelum kegiatan BKR benar- sering muncul adalah minimnya fasilitas berupa alat
benar dimulai, akan dilakukan pelatihan yang ditujukan peraga dalam kegiatan penyuluhan. Setiap kegiatan
hanya kepada satu orang yakni ketua kelompok untuk penyuluhan sebenarnya harus dilakukan dengan dibantu
mengikuti kegiatan yang pelatihan yang langsung alat peraga agar penyampaian materi bisa dilakukan
diselenggarakan oleh Badan Keluarga Berencana dan secara efektif, namun karena terkendala minimnya
Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Kota Mojokerto. anggaran dana operasional yang disediakan untuk
Kegiatan pelatihan dan trainning hanya dilakukan kelompok BKR sehingga tak jarang Penyuluh Keluarga
satu kali dengan diikuti oleh perwakilan-perwakilan Berencana (PKB) mencoba meminjamkan alat peraga
(diwajibkan ketua kelompok) kelompok BKR yang yang dimiliki oleh PIK-R (Program Informasi Konseling
sudah ditunjuk untuk mengikuti kegiatan tersebut. Remaja) yang ada di sekolah-sekolah. Untuk mensiasati
Kegiatan pelatihan juga terus diadakan secara terbatasnya alat peraga, terkadang para kader juga
berkelanjutan selama sekurang-kurangnya 1 kali dalam berinisiatif membuat alat peraga secara mandiri berupa
setahun. Setalah perwakilan kelompok mendapatkan lukisan atau menggunakan barang-barang yang
pelatihan, kegiatan rutin kelompok baru bisa dianggap hampir memiliki kesamaan dengan alat peraga
dilaksanakan. Kegiatan rutin yang dilakukan oleh yang dibutuhkan.
kelompok BKR Mentikan II Kota Mojokerto dilakukan Masalah lain yang seringkali muncul adalah
sebanyak 1 kali dalam satu bulan. Adapun bentuk keterbatasan para kader dalam membuat sebuah materi
kegiatan kelompok berupa penyuluhan, diskusi topik yang menarik. Pembuatan dan penyampaian materi
dan permasalahan, sharing informasi dan memang menjadi tanggung jawab para kader..
cerita/permasalahan dengan para anggota, serta Sedangkan untuk masalah diluar kegiatan penyuluhan,
kegiatan bermain games yang dilakukan antara orang para kader juga mengeluhkan terkait dengan hubungan
tua remaja. kerja sama dengan lembaga profesional dalam upaya
Kegiatan pada kelompok BKR Mentikan II Kota penyelesaian kasus yang terjadi pada anggotanya. Para
tidak hanya sebatas pada penyuluhan saja, namun juga kader mengeluhkan pelayanan yang diberikan yang
terdapat kegiatan kunjungan ke rumah-rumah anggota relatif menjadi kepentingan yang sedikit
kelompok yang berhalangan hadir atau sedang berada dikesampingkan, sehingga tak jarang upaya
dalam masalah, untuk menanyakan dan mengkonfirmasi penyelesaian kasus berjalan lumayan lama.
alasan ketidakhadiran pada waktu pertemuan rutin. Disamping keterbatasan adanya kendala-kendala
Apabila alasan ketidakhadiran karena adanya yang dialami oleh kelompok BKR Mentikan II Kota
permasalahan yang berkaitan dengan remaja, maka Mojokerto, Kelompok BKR Mentikan II Kota
pihak kader akan melakukan pendampingan untuk Mojokerto masih terus melakukan upaya-upaya
membantu menyelesaikan permasalahan. Kegiatan pelaksanaan kegiatan BKR secara maksimal. Salah
pendampingan merupakan kegiatan yang dikhususkan satunya adalah dengan membuat berbagai inovasi kreatif
untuk seluruh anggota kelompok BKR yang memiliki melalui program kerja yang dibuat oleh para kadernya
permasalahan berkaitan dengan remaja , yang kemudian dengan berkolaborasi bersama Komunitas JPPRI

7
(Jaringan Pekerja Perempuan Rumahan Indonesia). menghambat pelaksanaan program BKR , justru dengan
Adapun beberapa program kerja inovasi hasil kolaborasi keberadaan komunitas tersebut, program BKR pada
Kelompok BKR Mentikan II dengan Komunitas JPPRI kelompok BKR Mentikan II Kota Mojokerto mengalami
adalah program “Sekolah Unik” dan “Sembako banyak inovasi pengembangan dimana inovasi
Murah”yang ditujukan secara khusus untuk anggota pengembangan diketahui hasil adanya kolaborasi antara
kelompok BKR. kelompok BKR Mentikan II Kota Mojokerto dengan
Sekolah unik merupakan sebuah program Komunitas JPPRI.
penyediaan fasilitas belajar bersama tenaga pengajar Pada implementasi Program BKR studi Kelompok
yang dikhususkan untuk anak-anak dari para anggota BKR Mentikan II Kota Mojokerto diketahui bahwa
khususnya pada jenjang pendidikan SD hingga SMP. kesiapan target sasaran untuk diintervensi oleh
Sedangkan sembako murah merupakan kegiatan kebijakan masih rendah. Hal tersebut merujuk pada data
penyediaan sembako dengan harga murah yang laporan perbandingan antara target keluarga yang
dikhususkan untuk anggota kelompok BKR. Kedua disasar dengan jumlah anggota keluarga yang sudah
program tersebut sebenernya juga hasil dari kolaborasi tergabung dalam kelompok kegiatan BKR terdapat
dengan komunitas Jaringan Pekerja Perempuan selisih yang cukup jauh, dimana pada Kelurahan
Rumahan Indonesia (JPPRI) yang diketuai oleh ketua Mentikan target sasaran yang dicapai baru 57%.
yang sama pada kelompok BKR Mentikan II yakni Ibu Pada implementasi Program BKR studi pada
Pitra. Kelompok BKR Mentikan II diperoleh kesimpulan
3. Ketepatan Target bahwa jenis kebijakan program BKR yang
Indikator ketepatan target berhubungan dengan diimplementasikan pada kelompok BKR Mentikan II
kesesuaian pemilihan subjek yang akan diintervensi Kota Mojokerto merupakan jenis kebijakan lama
(atau bisa disebut sebagai target sasaran kebijakan) dimana proses penyelenggaraannya juga masih
dengan apa yang telah dirumuskan dalam kebijakan. didasarkan oleh kebijakan lama yakni mengacu pada
Pemilihan target yang tepat akan memungkinkan tujuan Peraturan Kepala BKKBN Nomor 109/PER/F2/2012
kebijakan dapat tercapai secara efektif. Pada indikator tentang Pedoman Pengelolaan Program Bina Keluarga.
ketepatan target terdapat 3 kriteria untuk menentukan Implementasi Program BKR yang masih
tolak ukur sejauh mana indikator ketepatan target dapat diselenggarakan hingga saat ini dikarenakan adanya
dicapai. Adapun 3 kriteria tersebut yakni kesesuaian evaluasi dan monitoring yabg yang selalu dilakukan
target sasaran dengan apa yang sudah direncanakan, secara berkala hingga saat ini guna memastikan bahwa
kesiapan target untuk diintervensi oleh kebijakan, dan program tetap berjalan dengan baik
Jenis kebijakan 4. Ketepatan Lingkungan
Pada implementasi Program Bina Keluarga Remaja Ketepatan lingkungan merupakan indikator yang
studi pada Kelompok BKR Mentikan II Kota berkaitan dengan kondisi lingkungan yang menjadi
Mojokerto, melihat dari hasil observasi dan wawancara ruang lingkup pada saat kebijakan diimplementasikan.
yang dilakukan kepada sumber-sumber yang telah Pada indikator ketepatan lingkungan, terdapat 2 jenis
dipilih maka pada kriteria pertama yakni kesesuaian lingkungan yang memiliki pengaruh terhadap
target sasaran dengan apa yang sudah direncanakan implementasi kebijakan, sehingga lingkungan dianggap
diketahui pada kriteria pertama masih belum dapat menjadi faktor pendukung kesuksesan dalam usaha
dicapai dengan baik. Hal ini sebagaimana yang telah implementasi kebijakan. Adapun 2 jenis lingkungan
diungkapkan oleh beberapa responden, terkait target yakni Lingkungan kebijakan / Variabel endogen dan
sasaran program yang dirasa sudah tepat dengan apa lingkungan eksternal kebijakan (variabel eksogen).
yang dirumuskan oleh kebijakan , adapun target sasaran lingkungan kebijakan (variabel endogen) merupakan
merujuk pada seluruh keluarga yang memiliki anak usia lingkungan yang mencakup ruang lingkup hubungan
remaja yakni rentang 10-24 tahun. interaksi antara lembaga perumus dengan pelaksan
Namun terkait dengan adanya intervensi yang kebijakan. Pada implementasi Program BKR studi
mengarah pada target sasaran program BKR ditemukan Kelompok BKR Mentikan II Kota Mojokerto diketahui
bahwa intervensi bukan berasal dari kebijakan bahwa lingkungan kebijakan atau variabel endogen telah
pemerintah, tetapi intervensi target sasaran yang sama menunjang dengan baik program BKR, hal tersebut
diketahui berasal pada komunitas yang saat ini berjalan karena adanya interaksi yang telah dibangun dengan
berdampingan dengan kelompok BKR Mentikan II Kota cukup baik antara lembaga perumus kebijakan dengan
Mojokerto yakni Komunitas Jaringan Perempuan lembaga pelaksana kebijakan. Lembaga perumus
Pekerja Rumah Indonesia (JPPRI). Adanya intervensi kebijakan juga dirasa responsif terkait adanya masalah
dari komunitas tersebut tidak memicu hal-hal yang bisa yang dialami oleh lembaga pelaksana.

8
Lingkungan eksternal kebijakan atau variabel ini, BKR Mentikan II diketahui telah banyak mencapai
eksogen berkaitan dengan bagaimana lembaga strategis keberhasilan dan pengembangan-pengembangan program
seperti kelompok kepentingan dan media massa kerja yang beberapa diantaranya adalah hasil kolaborasi
menginterpretasikan manfaat suatu kebijakan, sehingga dengan Komunitas JPPRI (Jaringan Pekerja Perempuan
hal ini nantinya akan berpengaruh pada dukungan yang Rumahan Idonesia) seperti “Sekolah Unik” dan
diberikan oleh lembaga strategis pada saat implementasi “Sembako Murah”. Namun disamping keberhasilan yang
kebijakan berlangsung. Pada lingkungan eksternal dicapai, pada kelompok BKR mentikan II masih terdapat
kebijakan atau variabel eksogen, diketahui bahwa banyak hambatan, diantaranya adalah keterbatasan alat
implementasi Program BKR studi pada Kelompok BKR peraga, keterbatasan kader dalam membuat materi yang
Mentikan II Kota Mojokerto tidak diuntungkan maupun menarik, serta pelayanan dari lembaga terkait dalam
tidak dirugikan dari adanya keberadaan variabel upaya penyelesaian kasus permaslahan remaja dirasa
eksogen. Hal tersebut diindiksi karena kebijakan kurang maksimal.
program dirasa sudah sangat lama, sehingga program Implementasi Program BKR pada indikator ketepatan
BKR jarang diketahui eksistensinya oleh kelompok- target juga dinilai masih belum dapat dicapai dengan
kelompok kepentingan, oleh karena itu program BKR baik. Meskipun beberapa kriteria terpenuhi seperti halnya
juga dapat dikatakan kurang mendapatkan atensi dari tidak adanya tumpang tindih target sasaran dengan
kelompok kepentingan intervensi kebijakan lain, namun hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat kesiapan target sasaran yang
PENUTUP dalam hal ini adalah keluarga yang memiliki anak usia
Simpulan remaja 10-24 tahun, untuk diintervensi oleh kebijakan
Merujuk pada hasil penelitian mengenai implementasi program BKR masih sangat rendah. Hal tersebut merujuk
program Bina Keluarga Remaja (BKR) studi pada pada laporan bulanan dari kader BKR yang menunjukan
Kelompok BKR Mentikan II Kota Mojokerto yang hasil pencapaian target sasaran keluarga yang telah
dilakukan melalui pengamatan secara langsung, menjadi anggota kelompok BKR sekitar 57% dari total
wawancara dan dokumentasi, maka kesimpulan keseluruhan jumlah keluarga yang memiliki anak usia
implementasi program BKR dilihat dari indikator remaja di wilayah Kelurahan Mentikan.
ketepatan kebijakan menunjukkan bahwa secara garis Sedangkan implementasi Program BKR berdasarkan
besar belum dapat dicapai secara maksimal. Beberapa indikator ketepatan ligkungan diketahui bahwa variabel
diantaranya masih ditemukan persoalan yakni pada endogen (lingkungan kebijakan) yakni hubungan
perumusan kebijakan, BKKBN kurang mengatur secara interaksi antara lembaga perumus dengan lembaga
terperinci mengenai hubung kerja sama antara lembaga penyelenggara kebijakan berjalan dengan baik. Namun
terkait dengan kelompok BKR. Hal tersebut untuk variabel eksogen (lingkungan eksternal kebijakan)
menyebabkan layanan yang seharusnya dibutuhkan oleh diketahui bahwa implementasi program BKR pada
Kelompok BKR terutama untuk membantu penyelesaian Kelompok BKR Mentikan II tidak diuntungkan ataupun
kasus remaja menjadi terbatas dan layanan yang tidak dirugikan dengan adanya keberadaan variabel
diberikan oleh lembaga terkait seperti KUA, BNN, dan eksogen. Hal ini dikarenakan faktor kebijakan program
Puskesmas hanya sebatas apa yang tertuang pada Mou BKR merupakan jenis kebijakan lama sehingga
yang telah disepakati. Masalah keterbatasan dana dan eksistensinya jarang ketahui oleh kelompok-kelompok
fasilitas juga ditemukan pada implementasi program strategis seperti media masa dan kelompok kepentingan.
BKR pada Kelompok BKR Mentikan II. Hal tersebut Saran
dilatarbelakangi kebijakan Pemerintah Daerah yang Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti
memberikan besaran dana dengan jumlah terbatas. memberikan saran terhadap pelaksanaan program BKR
Impelementasi Program BKR pada Kelompok BKR pada kelompok BKR Mentikan II sebegai berikut:
Mentikan II pada indikator ketepatan pelaksanaan 1. Diperlukan adanya akomodasi usulan kebijakan
menunjukkan telah adanya kesesuaian pelaksanaan terhadap Pemerintah Daerah melalui BKBPP Kota
dengan apa yang dirumuskan pada kebijakan. Mojokerto untuk menambah anggaran dana
Impelementasi Program BKR pada Kelompok BKR operasional Program BKR yang dinilai sangat
Mentikan II diketahui masih mengacu pada kebijakan terbatas
lama yakni Peraturan Kepala BKKBN Nomor 2. Diperlukan perumusan kebijakan terkait hubungan
109/PER/F2/ 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Bina kerja atau MoU yang lebih terperinci antar
Keluarga Remaja. Pada pelaksanaan Program BKR di Kelompok BKR dengan lembaga terkait seperti
Kelompok BKR Mentikan II, dari awal Kelompok BKR KUA,BNN, Puskesmas, dan sebagainya.
Mentikan II berdiri tepatnya pada tahun 2015 hingga saat

9
3. Diperlukan peningkatan intensitas pembinaan para Pengelolaan Bina Keluarga Remaja (BKR).
kader, agar kader memiliki kualitas dan ketrampilan Jakarta: BKKBN
yang mumpuni dalam usaha pengelolaan Kelompok Cahyono Sasmito dan Ertien Rining Nawangsari. 2019.
BKR. Implementasi Program Keluarga Harapan
4. Diperlukan adanya penggalakan sosialisasi terkait dalam Upaya Mengentaskan Kemiskinan di
Program BKR untuk meningkatkan eksistensi Kota Batu. JPSI (Journal of Public Sector
kebijakan Program BKR sehingga Program BKR Innovation). Vol. 3, No. (2): hal.68-74. (Online),
(https://journal.unesa.ac.id/index.php/jpsi/article
dapat lebih dikenal oleh masyarakat sekaligus
/view/4847 Diakses pada 18 Juni 2020)
mempermudah para kader untuk mencapai target
sasaran. Gunarsa. 1986. Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
5. Diperlukan adanya pengembangan program yang
mengarah pada strategi pelaksanaan kegiatan BKR Genre Indonesia. Apa itu Program Generasi Berencana.
secara digitalisasi serta fokus materi penyuluhan (Online), (http://www.genreindonesia.com/bina-
terkait pandemi COVID-19 sebagai upaya agar keluarga-remaja/ Diakses pada 21 Januari 2020)
BKR tetap dapat bertahan ditengah keadaan new Harymawan. 2007. Peran Dukungan Sosial dan
normal dan ancaman wabah bencana dunia. Kesehatan Keluarga. Bandung: Remaja Rosda
Karya
Ucapan Terima Kasih Jatim Sindo News. Kota Mojokerto Darurat Narkoba,
Ucapan terima kasih diucapkan kepada pihak-pihak pelajar dan IRT Jadi Target. (Online),
yang berkontribusi dalam penulisan jurnal ini diantaranya: (https://jatim.sindonews.com/newsread/16874/1/
1. Para dosen S1 Ilmu Administrasi Negara FISH kota-mojokerto-darurat-narkoba-pelajar-dan-irt-
Unesa, jadi-target-1575015081 Diakses pada 14 Maret
2020)
2. Tjijik Rahayu, S.Sos., M.,Si. selaku dosen
pembimbing, Nisa Nida Khoirun dan Roy Valiant Salomo. 2019.
3. Indah Prabawati, S.Sos., M.,Si. dan Dr. Suci Keterlibatan Masyarakat dalam Program
Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di Desa
Megawati, S.IP., M.Si. selaku dosen penguji,
Pabedilankulon Kecamatan Pabedilan
4. dan pihak-pihak lainnya yang memberi dukungan Kabupaten Cirebon. JPSI (Journal of Public
baik secara finansial maupun dukungan moral Sector Innovation). Vol. 4, No. (1): hal.1-7.
kepada peneliti sehingga penulisan jurnal ini dapat (Online)
terselesaikan. (https://journal.unesa.ac.id/index.php/jpsi/article
/view/4580/ Diakses pada 18 Juni 2020)
DAFTAR PUSTAKA Puslitdatin BNN. 2019. Indoneia Drugs Report 2019.
Jakarta: Puslitdatin BNN
BKKBN. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Puspitawati, H. 2009. Kenakalan Pelajar Dipengaruhi
(SDKI). (Online). oleh Sistem Sekolah dan Keluarga. Bogor: IPB
(http://sdki.bkkbn.go.id/?lang=id&what=news- Press.
detail&id=9&type=news Diakses pada 12
Januari 2020) Pasaribu RM, Hastuti D, Alifiasari. 2013. Gaya
Pengasuhan Permisif dan Rendahnya Sosialisasi
BNN. 2016. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Nilai dalam Keluarga Berisiko Terhadap
Pemerintahan (LAKIP). Jakarta: Badan Penurunan Karakter Remaja. Bogor: IPB Press.
Narkotika Nasional. (Online),
BNN. Penggunaan Narkotika Di kalangan Pelajar. https://journal.ipb.ac.id/index.php/jikk/article/vi
(Online), ew/9984 Diakses pada 21 Januari 2020)
(https://bnn.go.id/penggunaan-narkotika-
kalangan-remaja-meningkat/ Diakses pada 12
Januari 2020)
BKKBN. 2012. Evaluasi Pelaksanaan Program
Keluarga Berencana Nasional Materi Rakernas
Program KB Nasional Tahun 2009. Jakarta:
BKKBN
BKKBN. 2012. Peraturan Kepala Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional Nomor :
109/PER/F2/2012 tentang Pedoman

10

Anda mungkin juga menyukai