Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

PujisyukurkehadiratTuhan Yang
MahaEsaatassegalarahmatNYAsehinggamakalahinidapattersusunhinggaselesai .
Tidaklupa kami juga mengucapkanbanyakterimakasihatasbantuandaripihak yang
telahberkontribusidenganmemberikansumbanganbaikmaterimaupunpikirannya.

Dan harapan kami semogamakalahinidapatmenambahpengetahuan dan


pengalamanbagi para pembaca,
Untukkedepannyadapatmemperbaikibentukmaupunmenambahisimakalah agar
menjadilebihbaiklagi.

Karena keterbatasanpengetahuanmaupunpengalaman kami, Kami


yakinmasihbanyakkekurangandalammakalahini, Oleh karenaitu kami
sangatmengharapkan saran dan kritik yang membangundaripembaca demi
kesempurnaanmakalahini.

Palu, 02 November 2018


Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
B.TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN
B.KEWASPADAAN UNIVERSAL DI PELAYANAN KESEHATAN
C.CONTOH KASUS TERKAIT KEWASPADAAN UNIVERSAL DI
PELYANAN KESEHATAN
BAB III PENUTUP
A.KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Infeksi adalah suatu keadaan saat tubuh kemasukan bibit penyakit (kuman)
sehingga menimbulkan gejala demam atau panas tubuh sebagai suatu reaksi
tubuh menolak antigen (kuman) agar dapat melumpuhkan atau mematikan
kuman tersebut. Dalam Kamus Besar Bahasa ndonesia, infeksi merupakan
peradangan; kemasukan bibit penyakit; ketularan penyakit.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas dalam rangka meningkatkan
efektifitas penanganan PONED (Obstetri Neonatal Emergensi Dasar) di
Puskesmas, maka pengendalian penyakit infeksi penting dilaksanakan,
mengingat dewasa ini di Indonesia telah memasuki epidemi HIV/AIDS
gelombang kelima yang ditandai dengan munculnya kasus HIV/AIDS pada ibu
rumah tangga/para isteri, bahkan Ibu dengan janin yang sedang dikandungnya.
Data sampai 2001 tercatat 2000 kasus HIV/AIDS yang dilaporkan di
Indonesia dan sepertiga diantaranya adalah wanita. Ternyata kasus infeksi HIV
bertambah lebih cepat diantara wanita dan dalam waktu yang tidak terlalu lama
akan menyusul jumlah infeksi pada laki-laki. Kasus HIV (+) tidak menampilkan
gejala dan tanda klinik yang spesifik, tetapi dapat menularkan penyakit
sebagaimana kasus Hepatitis B(+). Sementara itu dalam melakukan pengelolaan
kasus HIV/AIDS, petugas mesehatan dapat terinfeksi bila terjadi kontak dengan
cairan tubuh/darah pasien.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil, bersalin dan
nifas, ataupun diluar masa itu, petugas kesehatan selalu memiliki risiko
terinfeksi oleh mikroorganisme melalui darah/cairan tubuh. Maka setiap petugas
pelaksana pelayanan kesehatan perlu memegang prinsip-prinsip pencegahan
infeksi, khususnya prinsip Kewaspadaan Universal (KU). Kewaspadaan
Universal adalah pedoman yang ditetapkan untuk mencegah penyebaran
berbagai penyakit yang ditularkan melalui darah/cairan tubuh di lingkungan
rumah sakit atau sarana kesehatan lainnya. Konsep yang dianut adalah bahwa
semua darah/cairan tubuh harus dikelola sebagai sumber yang dapat menularkan
HIV, Hepatitis B dan berbagai penyakit lain yang ditularkan melalui
darah/cairan tubuh.

B.TUJUAN
Ada beberapatujuandalmpenulisanmakalahini, diantaranya:
a.Mahasiswamampumenjagadiridaripenyebaraninfeksi dan
mampumencegahinfeksi.
b.MengetahuitentangKewaspadaan Universal di PelayananKesehatan.
c.MahasiswadapatmenerapkanKewaspadaan Universal
untukmencegahterjadinyainfeksi dan mengurangipenularanpenyakit yang
diakibatkan oleh infeksi.
BAB II

PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN
Kewaspadaan Universal merupakan (Universal Precaution)
adalahkewaspadaanterhadapdarah dan cairantubuh yang
tidakmembedakanperlakuanterhadapsetiappasien, dan tidaktergantung pada
diagnosis penyakitnya (kamus-medis) .
Kewaspadaan universal merupakanbagiandariupayapengendalianinfeksi di
saranapelayanankesehatan. Merupakan salah
satucarauntukmencegahpenularanpenyakitdaricairantubuh,
baikdaripasienkepetugaskesehatanatausebaliknya.
Dasar Kewaspadaan Universal inimeliputipengelolaanalatkesehatan,
cucitangangunamencegahinfeksisilang,
pemakaianalatpelindungdiantaranyasarungtanganuntukmencegahkontakdengand
arahsertacairaninfeksius yang lain, pengelolaanjarum dan
alattajamuntukmencegahperlukaan, sertapengelolaanlimbah (Depkes RI, 2003).
DalammenggunakanKewaspadaan Universal
petugaskesehatanmemberlakukansemuapasiensama,
tanpamemandangpenyakitataudiagnosanyadenganasumsibahwarisikoatauinfeksi
berbahaya.
Dalam semua sarana kesehatan, termasuk rumah sakit, puskesmas dan
praktek dokter gigi, tindakan yang dapat mengakibatkan luka atau tumpahan
cairan tubuh, atau penggunaan alat medis yang tidak steril, dapat menjadi
sumber infeksi penyakit tersebut pada petugas layanan kesehatan dan pasien
lain. Jadi seharusnya ada pedoman untuk mencegah kemungkinan penularan
terjadi.
Pedomaninidisebutsebagaikewaspadaan universal.
Harusditekankanbahwapedomantersebutdibutuhkantidakhanyauntukmelindungit
erhadappenularan HIV, tetapi yang tidakkalahpentingterhadapinfeksi lain yang
dapatberat dan sebetulnyalebihmudahmenular.

B.KEWASPADAAN UNIVERSAL DI PELAYANAN KESEHATAN


a.PenerapanKewaspadaan Universal di PelayaananKesehatan
Sebelumkewaspadaan universal pertamadikenalkan di AS pada 1987,
semuapasienharusditesuntuksemuainfeksitersebut. Bila diketahuiterinfeksi,
pasiendiisolasikan dan kewaspadaankhusus lain dilakukan,
misalnyawaktubedah.
Banyak petugaslayanankesehatan dan
pemimpinrumahsakitmasihmenuntuttes HIV wajibuntuksemuapasien yang
dianggapanggota ‘kelompokberisikotinggi’ infeksi HIV,
misalnyapenggunanarkobasuntikan.
Karena akansulituntukmengetahuiapakahpasienterinfeksiatautidak,
petugaslayanankesehatanharusmenerapkankewaspadaan universal
secarapenuhdalamhubungandengansemuapasien,
denganmelakukantindakanberikut:
 Cucitangansetelahberhubungandenganpasienatausetelahmembukasarungtang
an.
 Segeracucitangansetelahadahubungandengancairantubuh.
 Menggunakansarungtanganbilamungkinadahubungandengancairantubuh.
 Menggunakan masker dan
kacamatapelindungjikakemungkinanterdapatpercikancairantubuh.
 Buangjarumsuntik dan alattajam lain secaraaman (yang sekalipakai,
tidakbolehdipakaiulang).
 Bersihkantumapahancairantubuhdenganbahan yang cocok.
 Patuhistandarsterilisasialatmedis.
 Tanganisemuabahan yang tercemardengancairantubuhsesuaidenganprosedur.
 Buanglimbahsesuaidenganprosedur.
PenerapanKewaspadaan Universal (Universal Precaution) didasarkan
pada keyakinanbahwadarah dan
cairantubuhsangatpotensialmenularkanpenyakit, baik yang
berasaldaripasienmaupunpetugaskesehatan. ProsedurKewaspadaan Universal
ini juga dapatdianggapsebagaipendukungprogran K3 bagipetugaskesehatan.
Denganmenerapkan KU,
setiappetugaskesehatanakanterlindungsecaramaksimaldarikemungkinanterken
ainfeksipenyakit yang ditularkanmelaluidarah/cairantubuh, baikdarikasus
yang terdiagnosismaupun yang tidakterdiagnosis.

b.AlasanKewaspadaan Universal Sering Diabaikan


Ada banyakalasanmengapakewaspadaan universal tidakditerapkan,
termasuk :
ØKurangnyapengetahuanpetugaspelayankesehatan
ØKurang dana untukmenyediakanpasokan yang dibutuhkan,
misalnyasarungtangan dan masker
ØKurangnyapasokanpennyedia yang dibutuhkan

c. Risiko jikaKewaspadaan Universal KurangDiterapkan


Kewaspadaan universal diciptakanuntukmelindungiterhadapkecelakaan
yang dapatterjadi. Kecelakaan yang paling umumadalahtertusukjarumsuntik,
yaitujarumsuntik yang dipakai pada
pasienmenusukkulitseorangpetugaslayanankesehatan.
Penelitian menunjukkan bahwa risiko penularan rata-rata dalam kasus
pasien yang bersangkutan terinfeksi HIV adalah kurang lebih 0,3%,
dibandingkan dengan 3% untuk hepatitis C dan lebih dari 30% untuk
hepatitis B. Jika darah dari pasien yang terinfeksi mengenai selaput mukosa
(misalnya masuk mata) petugas layanan kesehatan, risiko penularan HIV
adalah kurang lebih 0,1%. Walaupun belum ada data tentang kejadian serupa
dengan darah yang dicemar hepatitis B, risiko jelas jauh lebih tinggi.
Kewaspadaan Universal yang
tidaksesuaidapatmenghasilkanbukanhanyarisiko pada
petugaslayanankesehatan dan pasienlain, tetapi juga peningkatan pada stigma
dan diskriminasi yang dihadapi oleh ODHA.
C. CONTOH KASUS TERKAIT KEWASPADAAN UNIVERSAL DI
PELYANAN KESEHATAN
Contohkasus yang ditemukanterkaitpenerapankewaspadaan universal
dalampelayanankesehatanyaituInfeksi nosokomial.
Infeksinosokomialadalahinfeksi yang terdapatdalamsaranakesehatan.
Nosokomialberasaldari kata Yunani nosocomium, yang berartirumahsakit.
Maka, kata nosokomialartinya "yang berasaldarirumahsakit" kata
infeksicukupjelasartinya, yaituterkenahamapenyakit.
Menurut Patricia C Paren,
pasiendikatakanmengalamiinfeksinosokomialjika pada
saatmasukbelummengalamiinfeksikemudiansetelahdirawatselama 48-72 jam
klienmenjaditerinfeksiInfeksinosokomialbisabersumberdaripetugaskesehatan,
pasien yang lain, alat dan bahan yang
digunakanuntukpengobatanmaupundarilingkunganrumahsakit.
Infeksi nosokomial mulai dengan penyebab (di bagian tengah gambar
berikut), yang ada pada sumber. Kuman keluar dari sumber melalui tempat
tertentu, kemudian dengan cara penularan tertentu masuk ke tempat tertentu di
pasien lain. Karena banyak pasien di rumah sakit rentan terhadap infeksi
(terutama ODHA yang mempunyai sistem kekebalan yang lemah), mereka
dapat tertular dan jatuh sakit tambahan. Selanjutnya, kuman penyakit ini keluar
dari pasien tersebut dan meneruskan rantai penularan lagi.
Pada 1847, seorang dokter bernama Ignaz Semmelweis bekerja di bagian
kebidanan di sebuah rumah sakit di Vienna, Austria. Semmelweis mengamati
bahwa angka kematian di antara ibu di bangsal yang dilayani oleh mahasiswa
kedokteran tiga kali lebih tinggi dibandingkan bangsal yang dilayani oleh bidan.
Semmelweis mendalilkan bahwa hal ini terjadi karena mahasiswa langsung ke
bangsal kebidanan setelah belajar otopsi (bedah mayat), dan membawa infeksi
dari mayat ke ibu yang melahirkan. Dia memerintahkan dokter dan mahasiswa
untuk mencuci tangannya dengan larutan klorin sebelum memeriksakan ibu
tersebut. Setelah aturan ini diterapkan, angka kematian menurun menjadi serupa
dengan bangsal yang dilayani oleh bidan.
Denganmasalahinfeksinosokomialmenjadisemakinjelas,
dicarikebijakanbaruuntukmenguranginya. Solusipertama pada 1877
adalahmendirikanrumahsakitkhususuntukpenyakitmenular.
Pengenalansarungtanganlateks pada 1887 membantumengurangipenularan.
Tetapidenganpeningkatanmortalitas (angkakematian) di 1960-an,
DepartemenKesehatan di Amerika Serikat pada tahu 1970
mengeluarkankebijakanuntukmengisolasikansemuapasien yang
diketahuitertularinfeksimenular.
Namunkebijakaninikurangberhasilsertamenimbulkanbanyakmasalahlain.
Perhatian pada masalahinimenjadisemakintinggidenganmunculnya HIV pada
1985, kebijakankewaspadaan universal dikenalkan pada 1985.
Sesuai dengan kebijakan ini yang dikembangkan pada 1970, semua pasien
yang diketahui terinfeksi penyakit menular melalui tes wajib diisolasi.
Kebijakan ini menentukan tujuh kategori isolasi berdasarkan sifat infeksinya
(daya menular, ganas, dll.). Kewaspadaan khusus (sarung tangan dsb.) dengan
tingkat yang ditentukan oleh kategori hanya dipakai untuk pasien ini.
Teknik isolasimengurangijumlahinfeksinosokomial,
tetapitimbulbeberapatantangan:
-Peningkatandalamjenis dan jumlahinfeksimenular,
sehinggasemakinbanyaktesharusdilakukan, dan
semakinbanyakpasienharusdiisolasi.
-Hasiltesseringditerimaterlambat, seringsetelahpasienpulang.
-Biayasangattinggi, bilasemua orang ditesuntuksetiapinfeksi
-Stigma dan diskriminasimeningkatbilahanyapasien yang
dianggapberisikotinggiditesuntukmenenkankanbiaya.
-Hasiltesdapatnegatifpalsu (hasilnegatifwalauterinfeksi), terutamadalam
masa jendela, denganakibatpetugaslayanankesehatankurangwaspada.
-Sebaliknyahasiltespositifpalsu (hasilpositifwalautidakterinfeksi),
denganakibatkegelisahanuntukpasien dan petugaslayanankesehatan .
-Perhatian pada hakasasimengharuskanpasienmemberi informed consent
(disertai oleh konselinguntuk HIV).
Sejak AIDS diketahui, kebijakan baru yang bernama kewaspadaan
universal (KU) dikembangkan. Kebijakan ini menganggap bahwa setiap
darah dan cairan tertentu lain dapat mengandung infeksi, tidak memandang
status sumbernya. Lagipula, semua alat medis harus dianggap sebagai
sumber penularan, dan penularan dapat terjadi pada setiap layanan
kesehatan, termasuk layanan kesehatan gigi dan persalinan, pada setiap
tingkat (klinik dan puskesmas sampai dengan rumah sakit rujukan).
Harusditekankanbahwakewaspadaan universal
dibutuhkantidakhanyauntukmelindungiterhadappenularan HIV tetapi yang
tidakkalahpentingterhadapinfeksi lain yang dapatparah dan
sebetulnyalebihmudahmenular, misalnya virus Hepatitis B dan C.
Petugaslayanankesehatanharusmenerapkankewaspadaan universal
secarapenuhdalamhubungandengansemuapasien.
Kita biasanya menganggap cairan yang dapat menular HIV sebagai
darah, cairan kelamin dan ASI saja. Namun ada cairan lain yang dapat
mengandung kuman lain, dan dalam sarana kesehatan, lebih banyak cairan
tubuh biasanya tersentuh. Contohnya, walaupuntinjatidakmengandung HIV,
cairanberikutmengandungbanyakkuman lain nanah, cairanketuban,
cairanlimfa, ekskreta (air seni, tinja).
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN
Kewaspadaan Universal yaitu tindakan pengendalian infeksi yang
dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi risiko penyebaran
infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat
berpotensi menularkan penyakit, baik berasal dari pasien maupun petugas
kesehatan.
Perawatsebagaipetugaskesehatan yang memberikanpelayanankeperawatan
dan melakukanprosedurkeperawatanbaik yang invansivemaupun non
invansiveuntukmemenuhikebutuhan passion
akankontaklangsungdengandarahataucairantubuhpasien.
Hal inisangatberisikoterpaparinfeksi yang
secarapotensialmembahayakanjiwanya dan
menjaditempatdimanaageninfeksiusdapatberkembangbiak yang
kemudianmenularkaninfeksidarisatupasienkepasienlain. Oleh karenaitu,
tindakanKewaspadaanUniveersalsangatpentingdilakukan.
Jadi kita harus mengerti dasar pemikiran kewaspadaan universal dan terus
menerus mengadvokasikan untuk penerapannya. Kita harus mengajukan keluhan
jika kewaspadaan universal diterapkan secara pilih-pilih (‘kewaspadaan Odha’)
dalam sarana medis. Kita harus protes dan menolak bila ada tes HIV wajib
sebelum kita diterima di rumah sakit. Kita mungkin juga harus beradvokasi pada
pemerintah daerah melalui KPAD dan pada DPRD agar disediakan dana yang
cukup untuk menerapkan kewaspadaan universal dalam sarana medis
pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA

http://kbbi.web.id/infeksi
http://kamuskesehatan.com/arti/infeksi/
http://deaulfiah.wordpress.com/2013/10/15/pencegahan-infeksi/
http://www.diskes.baliprov.go.id/id/PENGENDALIAN-PENYAKIT-
INFEKSI---PPI--PADA-PELAYANAN-OBSTETRI-NEONATAL-
EMERGENSI-DASAR--PONED-

Anda mungkin juga menyukai