Anda di halaman 1dari 149

SKRIPSI

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM TANGERANG LIVE


TERHADAP KEPUASAN MASYARAKAT DI KOTA TANGERANG

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar


Sarjana (S1) Program Studi Administrasi Negara

OLEH:
FITRI SETIAWATI
NIM: 1601010135

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK


PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UNIVERSITAS ISLAM SYEKH-YUSUF TANGERANG
2020
TIM PENGUJI UJIAN SIDANG SKRIPSI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF TANGERANG

Penguji Tanda Tangan

1 Nanan Sujana, Drs., M.Si. ……………………………................

2 H. Ahmad Murodi, Drs., MM. ………………………………………

3 M. Ibrahim Rantau, S.Sy., M.IP. ………………………………………

i
ABSTRACT

The purpose of this research is to find out the implementation of the Tangerang
LIVE Program (Livable, Investable, Visitable and E-City) policy implemented by
the Tangerang City Government, to discover the level of public recognition of the
Tangerang LIVE Program, and to measure the level of community satisfaction
with the Tangerang Live program. This research was conducted by using a
qualitative approach and descriptive in nature. While this type of research uses
case studies. The informants of this study were 5 samples selected purposively.
The data coding analysis tool used the NVivo 12 program. The results showed
that the implementation of the Tangerang LIVE Program in Tangerang City has
been going well, and have gone through the planning stages. However, in
program formulation, it is necessary to involve all elements of the bureaucratic
leadership, starting from the top, middle and lower levels of leadership. The
Tangerang City Government also needs to carry out an overall evaluation of the
programs that are currently being run. At the introduction level of the Tangerang
LIVE Program, it was found that the Tangerang City government needed to
conduct massive outreach to the community. The socialization step is introducing
the Tangerang Live program and its application. In community satisfaction, it was
found that the Tangerang City Government must continue to maintain an enough
high level of community satisfaction, either satisfactions with the Tangerang LIVE
application service or program items which becomes indicators of the Tangerang
LIVE Program.

ii
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi kebijakan program


Tangerang Live (Livable, Investable, Visitable dan E-City) yang dilaksanakan
oleh Pemerintah Kota Tangerang, mengetahui tingkat pengenalan masyarakat
terhadap program Tangerang Live, dan mengukur tingkat kepuasan masyarakat
terhadap program Tangerang Live. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dan bersifat deskriptif. Sedangkan jenis penelitian ini menggunakan
studi kasus. Sebagai informan pada penelitian ini adalah sampel yang dipilih
secara purposive sebanyak 5 orang. Alat analisis koding data menggunakan
program NVivo 12. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi program
Tangerang Live di Kota Tangerang sudah dilaksanakan dengan baik, dan sudah
melalui tahapan perencanaan. Akan tetapi di dalam perumusan program tetap
perlu melibatkan semua unsur pimpinan birokrasi mulai dari pimpinan level atas,
menengah dan bawah. Pemerintah Kota Tangerang juga perlu melakukan langkah
evaluasi secara menyeluruh terhadap program yang sedang di jalankan selama ini.
Pada tingkat pengenalan terhadap program Tangerang Live ditemukan bahwa
pemerintah Kota Tangerang perlu melakukan sosialisasi secara masif kepada
masyarakat. Langkah sosialisasi itu berupa memperkenalkan program Tangerang
Live dan memperkenalkan aplikasi Tangerang Live. Pada kepuasan masyarakat
ditemukan bahwa pemerintah Kota Tangerang harus terus mempertahankan
tingkat kepuasan masyarakat yang sudah cukup tinggi, baik kepuasan terhadap
layanan aplikasi Tangerang Live atau item-item program yang menjadi indikator
program Tangerang Live.

iii
LEMBAR PENGESAHAN

DIAJUKAN PADA PANITIA UJIAN SKRIPSI UNTUK DIUJI

Peneliti

FITRI SETIAWATI
NIM: 1601010135
Pembimbing Utama Co. Pembimbing

Drs. H. AHMAD MURODI, MM PRI UTAMI, SPd., MSi


NIK: 410530036 NIK: 0405056806
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Islam Syekh–Yusuf Tangerang

H. YUSMEDI YUSUF, SH., M.Si


NIK: 410520123

iv
PERNYATAAN

Nama : Fitri Setiawati

NIM : 1601010135

Jurusan : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Implementasi Kebijakan Program Tangerang Live

Terhadap Kepuasan Masyarakat Di Kota Tangerang

Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan skripsi yang telah saya buat ini

merupakan hasil karya sendiri dan benar–benar keasliannya. Apabila ternyata

dikemudian hari penulisan skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan

terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggung jawabkan dan

diproses berdasarkan tata tertib di Universitas Islam Syekh-Yusuf Tangerang.

Demikian saya buat penyataan ini dengan sebenarnya.

Tangerang, 27 Agustus 2020

Peneliti

Fitri Setiawati

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian ini dengan judul: Implementasi Kebijakan Program Tangerang Live

Terhadap Kepuasan Masyarakat Di Kota Tangerang.

Peneliti sangat menyadari bahwa keberhasilan dalam penyusunan skripsi

ini adalah berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar–besarnya atas segala bantuan,

bimbingan, pengarahan, perhatian, dan dukungan yang telah diberikan di dalam

proses penyelesaian penelitian ini. Rasa terima kasih ini penulis sampaikan

kepada:

1. Bapak H. Prof. Dr. Mustofa Kamil, Dip., RSL., MPd., selaku Rektor

Universitas Islam Syekh-Yusuf Tangerang yang senantiasa telah

memberikan arahan dan perhatian kepada peneliti.

2. Bapak H. Yusmedi Yusuf, SH., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Syekh-Yusuf Tangerang

yang senantiasa telah memberikan arahan dan perhatian kepada

peneliti.

3. Bapak Drs. H. Ahmad Murodi, MM, selaku pembimbing utama yang

telah memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti.

4. Bapak Pri Utami, SPd., MSi, selaku Co. Pembimbing yang telah

memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti.

vi
5. Kepada seluruh pihak yang telah membantu di dalam proses

penyelesaian penyusunan skripsi ini. Semoga amal baik yang telah

diberikan di dalam membantu peneliti mendapatkan imbalan pahala

dari Allah SWT. Amin.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kata sempurna. Oleh karena itu, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya,

selanjutnya penulis juga sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun agar karya ilmiah ini dapat diperbaiki di kemudian hari dan

bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Tangerang, 27 Agustus 2020

Peneliti

Fitri Setiawati

vii
DAFTAR ISI

TIM PENGUJI UJIAN SIDANG SKRIPSI............................................................. i


ABSTRACT .............................................................................................................. ii
ABSTRAK ............................................................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iv
PERNYATAAN...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Penelitian ........................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 14
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................... 14
1.4. Kegunaan Penelitian ............................................................................... 14
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ........................ 16
2.1. Administrasi Negara ............................................................................... 16
2.2. Implementasi .......................................................................................... 21
2.3. Kebijakan Publik .................................................................................... 26
2.4. Proses Kebijakan Publik ......................................................................... 29
2.5. Jenis-Jenis Kebijakan Publik .................................................................. 31
2.6. Implementasi Kebijakan Publik ............................................................. 32
2.7. Program Tangerang Live ........................................................................ 37
2.7.1. Program ............................................................................................... 37
2.7.2. Livable (Layak Huni) .......................................................................... 38
2.7.3. Investable (Layak Investasi) ............................................................... 42
2.7.4. Visitable (Layak Dikunjungi) .............................................................. 44
2.7.5. E-City (Kota Pintar) ............................................................................ 47

viii
2.8. Kepuasan Masyarakat............................................................................. 51
2.9. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 53
BAB 3 METODE PENELITIAN.......................................................................... 55
3.1. Pendekatan Penelitian............................................................................. 55
3.2. Lokasi Penelitian .................................................................................... 60
3.3. Fokus Penelitian ..................................................................................... 60
3.4. Sumber Data ........................................................................................... 61
3.5. Instrumen Penelitian ............................................................................... 62
3.6. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 63
3.7. Penentuan Informan ............................................................................... 64
3.8. Uji Keabsahan Data ................................................................................ 65
3.9. Teknik Analisis Data .............................................................................. 67
3.10. Alat Analisis Data ............................................................................... 69
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 70
4.1. Hasil Wawancara .................................................................................... 70
4.2. Pembahasan ............................................................................................ 81
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 84
5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 84
5.2. Saran ....................................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 87
LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................... 98

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tahap Analisis Kebijakan ................................................................... 30

Tabel 2.2. Pendekatan Implementasi ................................................................... 36

Tabel 2.3. Sembilan Kriteria Indikator Penilaian Kota Layak Huni .................... 40

Tabel 2.4. Dimensi Layak Huni ........................................................................... 41

Tabel 2.5. Dimensi Layak Investasi ..................................................................... 44

Tabel 2.6. Dimensi Layak Dikunjungi ................................................................. 46

Tabel 2.7. Dimensi E-City .................................................................................... 51

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Survei Program Tangerang Live ....................................................... 7

Gambar 2.1. The Policy-Making Process ............................................................ 23

Gambar 2.2. Model of Strategy Implementation .................................................. 25

Gambar 2.3. Proses Kebijakan Publik ................................................................. 30

Gambar 2.4. Karakteristik Kota Layak Huni Kota Tangerang ............................ 40

Gambar 2.5. Karakteristik Kota Layak Investasi Kota Tangerang ....................... 43

Gambar 2.6. Aplikasi Perijinan Pelayanan Online............................................... 43

Gambar 2.7. Karakteristik Kota Layak Dikunjungi Kota Tangerang .................. 45

Gambar 2.8. Grafik Kunjungan Wisatawan Kota Tangerang .............................. 46

Gambar 2.9. Karakteristik Kota Pintar Kota Tangerang ...................................... 49

Gambar 2.10. Aplikasi Tangerang Live Kota Tangerang .................................... 50

Gambar 2.11. Kerangka Pemikiran Implementasi Kebijakan Program Tangerang

Live Terhadap Kepuasan Masyarakat ................................................................... 53

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Kota Tangerang memiliki luas ±184,24 km² (termasuk Bandara Soekarno-

Hatta seluas ±19,69 km²) atau sekitar 1,59% dari luas Provinsi Banten dan

merupakan wilayah yang terkecil kedua setelah Kota Tangerang Selatan.

Memiliki jarak ±65 km dari Kota Serang sebagai Ibukota Provinsi Banten dan

hanya berjarak ±27 km dari Ibukota DKI Jakarta, dengan berbatasan langsung di

sebelah utara; berbatasan dengan Kecamatan Teluknaga, Kecamatan Kosambi dan

Kecamatan Sepatan di Kabupaten Tangerang; sebelah selatan berbatasan dengan

Kecamatan Curug di Kabupaten Tangerang dan Kecamatan Serpong Utara serta

Kecamatan Pondok Aren di Kota Tangerang Selatan; sebelah timur berbatasan

dengan Jakarta Barat dan Jakarta Selatan di DKI Jakarta; sebelah barat berbatasan

dengan Kecamatan Pasar Kemis dan Kecamatan Cikupa di Kabupaten Tangerang

(Badan Pusat Statistik Kota Tangerang, 2020).

Secara geografis, Kota Tangerang terletak pada koordinat 106°36‟–

106°42‟ Bujur Timur (BT) dan 6°6‟-6°13‟ Lintang Selatan (LS). Kota Tangerang

terdiri dari 13 Kecamatan dan 104 Kelurahan yang terdiri dari 1.004 RW (Rukun

Warga) dan 5.177 RT (Rukun Tetangga). Jumlah penduduk Kota Tangerang

menurut data BPS tahun 2018 sebanyak 2.185.304 jiwa terdiri dari laki-laki

1.114.613 dan 1.070.691 perempuan. Wilayah Kota Tangerang terbagi ke dalam

13 kecamatan, yaitu Ciledug, Larangan, Karang Tengah, Cipondoh, Pinang,

Tangerang, Karawaci, Jatiuwung, Cibodas, Periuk, Batuceper, Neglasari, dan

1
2

Benda. Diantara ke-13 kecamatan tersebut, Kecamatan Larangan merupakan

kecamatan terjauh dari Ibukota Tangerang (sekitar 14 km), dan Kecamatan

Tangerang merupakan kecamatan terdekat dari Ibukota Tangerang. Jarak paling

jauh antar kecamatan adalah antara Kecamatan Larangan dengan Kecamatan

Benda, yaitu sekitar 21 km dan jarak paling dekat antar kecamatan adalah antara

Kecamatan Cibodas dengan Kecamatan Jatiuwung, yaitu sekitar 1 km (Badan

Pusat Statistik Kota Tangerang, 2020).

Kota Tangerang memiliki potensi strategis yang mampu mendorong

pertumbuhan aktivitas industri, perdagangan dan jasa yang merupakan basis

perekonomian saat ini. Kota Tangerang memiliki sumber daya di bidang

pariwisata, cagar budaya, religi, kuliner, pusat belanja, pusat bisnis dan

perkantoran, industri, pendidikan, kesehatan, event festival dan lain-lain. Kota

Tangerang juga di dukung oleh akses transportasi strategis, yakni lokasi bandara

internasional Soekarno-Hatta dengan jalur toll dan KRL yang terkoneksi antara

bandara Soekarno-Hatta, DKI Jakarta dan Provinsi Banten (Bastian, 2019).

Kota Tangerang memiliki visi sebagai berikut: “Terwujudnya Kota

Tangerang yang Sejahtera, Berakhlakul Karimah dan Berdaya Saing”. Dalam

rangka mewujudkan visi tersebut Kota Tangerang terus berupaya

merealisasikannya melalui program Tangerang LIVE. Program tersebut

merupakan akronim dari Livable (kota layak huni), Investable (kota layak

investasi), Visitable (kota layak dikunjungi), dan E-City (kota pintar) [Bastian,

2019].
3

Program Tangerang Live terdiri dari pertama, Kota Layak Huni (Livable).

Nama program: (1) Tangerang Cerdas: bangun kelas/ruang belajar, SPP gratis,

bantuan siswa Tangerang cerdas tingkat SD, tingkat SMP. (2) Tangerang Sehat:

armada Dinkes, mobil ambulance, kendaraan motor cageur jasa, mobil puskesmas

keliling. Gedung kesehatan: puskesmas rawat inap, puskesmas UGD 24 Jam,

puskesmas persalinan, puskesmas non rawat inap. Program jaminan BPJS

Kesehatan. (3) Tangerang Bebenah: bangun rumah layak huni, jamban keluarga.

(4) Tangerang Bersih: kebersihan bank sampah, armada kebersihan, penyapu

mobil otomatis, unit gerobak sampah, bentor, unit bison, amrol, unit truk sampah.

(5) Tangerang Usir Banjir: bangun pusat pengendali banjir, antisipasi genangan

banjir, bangun embung, bangun drainase, bangun turap, bangun jembatan, bangun

jalan lingkungan. (6) Tangerang Terang: penerangan jalan umum. (7) Tangerang

Bebas Macet: layanan bus Trans Tangerang. (8) Tangerang Berolahraga: sarana

olahraga, stadion mini, lapangan futsal (Bappeda Kota Tangerang, 2019).

Kedua, Kota Layak Investasi (Investable). Nama program: investasi,

realisasi investasi, Pendapatan Asli daerah (PAD), Izin usaha di kecamatan,

bangun Balai Latihan Kerja (BLK) di kecamatan, Job Fair tingkat kecamatan dan

Kota, aplikasi info lowongan kerja. Ketiga, Kota Layak Dikunjungi (Visitable).

Nama program: ayo wisata di Kota Tangerang, ruang terbuka hijau, kunjungan

wisatawan, taman tematik. Keempat, Kota Pintar (E-City). Nama program: smart

city; pembuatan 174 Aplikasi layanan masyarakat dan pemerintahan, Tangerang

Smart City Partnership (diadopsi 30 Kabupaten/Kota), kota percontohan

pengembangan smart city (Bappeda Kota Tangerang, 2019).


4

Dalam mengimplementasikan program Tangerang Live, Kota Tangerang

juga telah meluncurkan aplikasi layanan masyarakat bernama Aplikasi Tangerang

Live. Di luncurkan sejak tahun 2016 dan dapat diunduh melalui Playstore.

Beberapa aplikasi antara lain Layanan Gawat Darurat 112, LAKSA (Layanan

Aspirasi Kotak Saran Anda), Pencaker (Pencari Kerja), Si Warga, dan aplikasi-

aplikasi layanan masyarakat lainnya (Bappeda Kota Tangerang, 2019).

Program Tangerang Live tentu saja menjadi core dan nafas pembangunan

di kota seribu industri dan sejuta jasa, yang diharapkan melalui dukungan dan

kerjasama dari semua pihak bisa terwujud sehingga Kota Tangerang bisa menjadi

sebuah kota yang nyaman untuk di tinggali, aman untuk investasi, menarik untuk

di kunjungi dan menjadi sebuah kota cerdas yang terintegrasi dengan sistem

pelayanan yang transparan dan akuntabel (Wismansyah, 2017).

Perencanaan pembangunan daerah bertujuan untuk mewujudkan

pembangunan daerah dalam rangka peningkatan dan pemerataan pendapatan

masyarakat, kesempatan kerja, lapangan berusaha, meningkatkan akses dan

kualitas pelayanan publik dan daya saing daerah. Pemerintah daerah sesuai

dengan kewenangannya menyusun rencana pembangunan daerah dengan prinsip-

prinsip, sebagai berikut: (a) merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan

pembangunan nasional; (b) dilakukan pemerintah daerah bersama para pemangku

kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing; (c)

mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana pembangunan daerah; (d)

dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang dimiliki masing-masing


5

daerah, sesuai dengan dinamika perkembangan daerah dan nasional (RPJMD,

2019).

Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses untuk menentukan

kebijakan masa depan, melalui urutan pilihan, yang melibatkan berbagai unsur

pemangku kepentingan, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang

ada dalam jangka waktu tertentu di daerah. Perencanaan pembangunan daerah

diperlukan untuk menjamin agar kegiatan pembangunan daerah berjalan efektif,

efisien, dan berkelanjutan. Hal ini merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan

dalam mendukung pencapaian target kinerja pembangunan daerah. Perencanaan

pembangunan daerah juga disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi

antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan evaluasi (RPJMD, 2019).

Pendekatan perencanaan pembangunan daerah didasarkan pada

pendekatan yang berorientasi pada proses dan pendekatan yang berorientasi pada

substansi. Pendekatan perencanaan pembangunan daerah yang berorientasi pada

proses, menggunakan pendekatan: (a) teknokratik; (b) partisipatif; (c) politis; (d)

atas-bawah dan bawah-atas. Sedangkan pendekatan perencanaan pembangunan

Daerah yang berorientasi pada substansi menggunakan pendekatan: (a) holistik-

tematik; (b) integratif; (c) spasial (RPJMD, 2019).

Paradigma dan pendekatan dalam perencanaan pembangunan nasional

yang dicanangkan melalui penetapan kebijakan peraturan perundang-undangan

(UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, UU

No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, PP No. 8 Tahun 2008 tentang

Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan


6

Rencana Pembangunan Daerah, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86

Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi

Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah, serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan

Rencana Kerja Pemerintah Daerah). Regulasi perencanaan pembangunan tersebut

pada prinsipnya merupakan upaya untuk menata kembali dan mengedepankan

penyusunan perencanaan pembangunan nasional dan daerah secara sistematis,

terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan, serta menjamin

keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, pelaksanaan, serta pengendalian

dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan (RPJMD, 2019).

Berdasarkan hasil survei Alvara Research Center 2016 tentang City

Branding Kota Tangerang, program Tangerang Live yang digulirkan sejak tahun

2015 itu kurang dikenal oleh masyarakat Kota Tangerang. Responden yang

menyatakan tahu (awareness) terhadap program Tangerang Live hanya mencapai

10 persen. Artinya sebanyak 90 persen responden tidak mengetahui program

tersebut (Alvara, 2016).

Namun demikian pada survei Alvara Research Center 2017 tingkat

pengenalan masyarakat terhadap program Tangerang Live meningkat hingga 25

persen. Data tersebut menunjukkan selain mengalami selisih kenaikan sebesar 15

persen dari tahun sebelumnya, maka ada 75 persen responden yang menyatakan

tidak tahu program Tangerang Live. Meski demikian dukungan masyarakat Kota
8

Berdasarkan gambar 1.1 diatas dapat dijelaskan bahwa program Tangerang

Live yang dipersepsikan sebagai kebijakan yang sudah tepat sasaran sebagai

upaya di dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat terbukti masih memiliki

tingkat awareness yang sangat rendah di masyarakat. Hal itu dibuktikan

berdasarkan dua hasil survei yang dilakukan oleh dua lembaga yang berbeda di

mana keduanya menyatakan bahwa program Tangerang Live belum optimal

diketahui oleh masyarakat.

Kemudian data survei menunjukkan tingkat kepuasan publik Kota

Tangerang yang paling tertinggi adalah tempat wisata kuliner sebesar 96,9 persen,

taman kota 95,2 persen, pelayanan pendidikan 94,9 persen, fasilitas kesehatan

94,7 persen, tempat rekreasi wisata 94,0 persen. Namun demikian terdapat juga

masalah yang kompleks di Kota Tangerang, yaitu tingkat kepuasan publik yang

rendah terhadap penanganan banjir sebesar 41,7 persen, lapangan pekerjaan

sebesar 40,9 persen dan penanganan kemacetan 25,3 persen. Angka tersebut jelas

menunjukkan tingkat kepuasan masyarakat terhadap penanganan masalah tersebut

masih sangat rendah (Alvara, 2018).

Dengan demikian, dapat di simpulkan bahwa terdapat ketimpangan yang

cukup tinggi atas tingkat kepuasan masyarakat dalam menilai implementasi

program Tangerang Live di Kota Tangerang. Dari empat variabel program yaitu

Livable, Investable, Visitable dan E-City menunjukkan taraf kepuasan masyarakat

terhadap program tersebut belum merata. Di satu sisi tingkat dukungan

masyarakat atas program Tangerang Live yang tengah dijalankan tinggi, tetapi di

sisi lain terdapat tingkat kepuasan masyarakat atas program tersebut rendah. Tidak
9

hanya itu, tingkat pengenalan masyarakat atas program Tangerang Live juga

sangat rendah.

Sebagai kota urban dengan populasi penduduk sangat tinggi dan secara

geografis berdekatan langsung dengan DKI Jakarta, Kota Tangerang memiliki

tantangan berat. Oleh karena itu, diperlukan sebuah rumusan strategi kebijakan

publik yang efektif agar program Tangerang Live sebagai upaya peningkatkan

kesejahteraan masyarakat dapat terimplementasi dengan baik (Bastian, 2019).

Implementasi secara klasik merupakan accomplishing, fulfillng, carrying

out, producing, and completing a policy (menyelesaikan, memenuhi,

melaksanakan, memproduksi, serta menyelesaikan sebuah kebijakan) [Pressman

& Wildavsky, 1984].

Implementasi adalah mencakup proses bergerak menuju tujuan kebijakan

dengan cara langkah administratif dan politik. Keberhasilan atau kegagalan

implementasi sebagaimana demikian itu, dapat di evaluasi dari sudut

kemampuannya secara nyata dalam meneruskan atau mengoperasionalkan

program-program yang telah dirancang sebelumya (Cleaves, 1980).

Jones, (1977) mengatakan implementasi program dipengaruhi oleh tiga

indikator, yaitu: (1) Pengorganisasian; struktur oganisasi yang jelas diperlukan

dalam mengoperasikan program sehingga tenaga pelaksana dapat terbentuk dari

sumber daya manusia yang kompeten dan berkualitas; (2) Interpretasi; para

pelaksana harus mampu menjalankan program sesuai dengan petunjuk teknis dan

petunjuk pelaksana agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai; (3) Penerapan

atau aplikasi; perlu adanya pembuatan prosedur kerja yang jelas agar program
10

kerja dapat berjalan sesuai dengan jadwal kegiatan sehingga tidak berbenturan

dengan program lainnya.

Kebijakan publik menurut Jones, (1977) memiliki komponen-komponen

sebagai berikut:

“(1) Goal atau tujuan yang di inginkan; (2) Plan atau proposal, yakni
pengertian yang spesifik untuk menuju tujuan; (3) Program, ialah upaya
pihak berwenang untuk mencapai tujuan; (4) Decision atau keputusan,
adalah tindakan-tindakan untuk menentukan tujuan, membuat rencana,
melaksanakan dan mengevaluasi program; (5) Efek, berupa akibat-akibat
dan program (baik disengaja atau tidak, primer atau sekunder)”.

Menurut Chandler and Plano, (1988) kebijakan publik adalah pemanfaatan

yang strategis terhadap sumber daya-sumber daya yang ada untuk memecahkan

masalah-masalah publik atau pemerintah. Selanjutnya Chandler and Plano, (1988)

mengatakan administrasi publik merupakan proses yang terkait sumber daya dan

personel publik yang di organisir dan di koordinasikan dalam rangka

memformulasikan, mengimplementasikan dan mengelola (manajerial) keputusan-

keputusan di dalam kebijakan publik. Menurut Chandler and Plano, (1988)

menjelaskan bahwa administrasi publik bermkasud memecahkan masalah-

masalah publik melalui perbaikan khususnya bidang organisasi, sumber daya

manusia dan keuangan.

Menurut Oni, (2019) karakteristik kebijakan publik memiliki beberapa

elemen dasar yang membedakan antara kebijakan publik dengan kebijakan swasta

atau bentuk kebijakan lainnya. Ciri-ciri perbedaan itu adalah:

“(1) Kebijakan publik merupakan tindakan yang bertujuan atau yang


berorientasi pada tujuan umum dan bukan perilaku tertentu dari seseorang.
(2) Kebijakan publik terdiri dari pola tindakan yang dilakukan oleh pejabat
pemerintah. (3) Kebijakan publik adalah apa yang sebenarnya dilakukan
pemerintah, bukan apa yang ingin mereka lakukan atau katakan. Tetapi hal
11

ini masih menjadi perdebatan sebab perencanaan pemerintah di masa yang


akan datang merupakan komitmen untuk menyelesaikan suatu masalah. (4)
Kebijakan publik melibatkan beberapa bentuk tindakan pemerintah secara
terbuka untuk mempengaruhi masalah tertentu; hal itu melibatkan
keputusan dari pejabat pemerintah dalam mengambil atau tidak melakukan
tindakan, atas beberapa masalah yang melibatkan–keterlibatan
pemerintah. (5) Kebijakan publik didasarkan pada hukum dan otoritatif.
Dengan kata lain, kebijakan publik memiliki kualitas yang otoritatif,
berpotensi secara hukum (paksaan) dan tidak memiliki kebijakan pribadi
seperti di organisasi swasta. (6) Kebijakan publik terkadang merupakan
hasil dari tawar-menawar dan kompromi di antara para aktor
politik/kebijakan dan berbagai kelompok kepentingan di dalam proses
pengambilan kebijakan”.

Kemudian menurut Suryono, (2014) kebijakan publik yang berorientasi

kepada pencapaian tujuan kesejahteraan rakyat, perlu dimaknai kepada dua hal

pokok, yaitu:

“Memecahkan masalah kesejahteraan rakyat dan memenuhi kebutuhan


sosialnya. Kebijakan publik pada dimensi menuju kesejahteraan rakyat
adalah: (1) mengidentifikasi dan menentukan tujuan kesejahteraan rakyat;
(2) memecahkan masalah kesejahteraan rakyat; (3) merumuskan kebijakan
publik untuk kesejahteraan rakyat; (4) memenuhi kebutuhan sosial secara
keseluruhan”.

Kebijakan publik adalah serangkaian keputusan kebijaksanan yang diambil

seorang atau sekelompok orang untuk mewujudkan tujuan-tujuan tertentu di

dalam masyarakat (Taufiqurokhman, 2014). Kebijakan publik di mana segala

sesuatu yang dikerjakan pemerintah, mengapa mereka melakukan, dan hasil yang

membuat sebuah kehidupan bersama tampil berbeda (Dye, 1995).

Kebijakan publik di artikan dengan “a project program of goals, values,

and practices”, yakni sebuah program yang diproyeksikan melalui tujuan-tujuan

tertentu, nilai-nilai tertentu, dan praktik-praktik tertentu (Lasswell & Kaplan,

1952). Kebijakan publik sebagai hubungan antara unit pemerintah dengan

lingkungannya (Eyestone, 2007).


12

Sementara kebijakan menurut Anderson, (2003) adalah serangkaian

tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh

seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah

tertentu. Kebijakan publik ialah sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan

masalah di tengah masyarakat, baik secara langsung maupun melalui berbagai

lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat (Woll, 1993).

Hadist dari Ibn Umar r.a. Sesungguhnya Rasulullah SAW. Berkata:

‫سئ ُو ٌل ع َْن َر ِعيﱠتِ ِه‬ ْ ‫سلﱠ َم َيقُو ُل ُكلﱡ ُك ْم َراعٍ َو ُكلﱡ ُك ْم َم‬
َ ‫ع َل ْي ِه َو‬
َ ُ ‫ص ﱠلى ﱠ‬ َ ِ ‫سو َل ﱠ‬ ُ ‫ع ْن ُه َما أَنﱠ َر‬
َ ُ ‫ع َم َر َر ِض َي ﱠ‬ ُ ‫ع َْن اب ِْن‬
‫ت‬ ِ ‫سئ ُو ٌل ع َْن َر ِع ﱠي ِت ِه َوا ْل َم ْرأَةُ َرا ِع َيةٌ ِفي َب ْي‬ ‫م‬ ‫ُو‬
ْ َ َ َ ِِ‫ه‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ل‬‫ه‬ْ َ ‫أ‬ ‫ي‬ ‫ف‬ ‫اع‬ ‫ر‬ ‫ل‬
ُ ‫ج‬ ‫الر‬ ‫و‬
ِ ٍ َ ُ ‫َ ِﱠِ ِ َ ﱠ‬‫ه‬ ‫ت‬ ‫ي‬ ‫ع‬ ‫ر‬ ْ
‫َن‬ ‫ع‬ ‫ل‬
ٌ ‫ُو‬ ‫ئ‬‫س‬ْ َ َ ٍ ‫اﻹ َما ُم َر‬
‫م‬ ‫و‬ ‫اع‬ ِْ
‫سئ ُو ٌل ع َْن‬ ‫ﱡ‬
ْ ‫سئ ُو ٌل ع َْن َر ِعيﱠتِ ِه َو ُكل ُك ْم َراعٍ َو َم‬ ْ ٌ
َ ‫سئ ُولة ع َْن َر ِع ﱠيتِهَا َوال َخا ِد ُم َراعٍ فِي َما ِل‬
ْ ‫سيِّ ِد ِه َو َم‬ َ ْ ‫َز ْو ِجهَا َو َم‬
‫َر ِعيﱠتِ ِه‬
Artinya:

“Kalian adalah pemimpin, yang akan dimintai pertanggungjawaban. Penguasa


adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.
Suami adalah pemimpin keluarganya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin dirumah suaminya, dan akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Pelayan adalah pemimpin dalam
mengelola harta tuannya, dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang
kepemimpinannya. Oleh karena itu kalian sebagai pemimpin akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya“.

Sedangkan hadist dari Abdurrahman Ibn Sammurah r.a. Ia berkata:

Rasulullah bersabda:

َ‫ارة‬ ِ ْ ‫سأ َ ْل‬


َ ‫اﻹ َم‬ ْ َ ‫س ُم َرةَ َﻻ ت‬
َ َ‫الرحْ َم ِن ْبن‬
‫ع ْب َد ﱠ‬ َ ‫سلﱠ َم َيا‬َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ ‫صلﱠى ﱠ‬َ ‫س ُم َرةَ قَا َل َقا َل ال ﱠن ِب ﱡي‬ َ ُ‫الرحْ َم ِن ْبن‬
‫ع ْب ُد ﱠ‬ َ ‫َح ﱠدثَنَا‬
ٍ ‫ع َلى َي ِم‬
‫ين‬ َ
َ َ‫علَ ْيهَا َوإِذا َح َل ْفت‬ ُ َ
َ َ‫سأ َل ٍة أ ِع ْنت‬ َ ُ ْ
ْ ‫سألَ ٍة ُو ِكلتَ إِلَ ْيهَا َوإِ ْن أوتِيتَهَا ِم ْن غي ِْر َم‬ َ ْ ‫فَ ِإنﱠكَ إِ ْن أوتِيتَهَا ع َْن َم‬
ُ
‫ت الﱠذِي ه َُو َخي ٌْر‬ِ ْ‫غي َْر َها َخي ًْرا ِم ْنهَا َف َك ِّف ْر ع َْن َي ِمي ِنكَ َوأ‬َ َ‫فَ َرأَيْت‬
Artinya:

”Wahai Abdurrahman Ibn Sammurah, janganlah kamu meminta jabatan. Apabila


kamu diberi dan tidak memintanya, kamu akan mendapat pertolongan Allah
dalam melaksanakannya. Dan jika kau diberi jabatan karena memintanya, jabatan
itu diserahkan sepenuhnya. Apabila kamu bersumpah terhadap satu perbuatan,
kemudian kamu melihat ada perbuatan yang lebih baik, maka kerjakanlah
perbuatan yang lebih baik itu”.
13

Pemerintah Kota Tangerang sebagai penyelenggara negara di daerah sudah

melakukan proses kebijakan publik sesuai peraturan dan perundang-undangan.

Bahkan rancangan program pemerintah daerah termasuk program Tangerang Live

sudah tertuang ke dalam RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah) Kota Tangerang Tahun 2019-2023.

Berdasarkan hasil pengamatan sementara yang dilakukan oleh peneliti dan

berdasarkan fenomena yang terjadi serta didukung oleh hasil temuan survei

tentang persepsi kepuasan publik masyarakat Kota Tangerang diketahui bahwa di

dalam implementasi program Tangerang Live masih ditemukan beberapa masalah

khususnya dalam hal, yaitu: implementasi kebijakan program Tangerang Live

(Livable, Investable, Visitable dan E-City) belum optimal; tingkat pengenalan

masyarakat terhadap program Tangerang Live masih sangat rendah; tingkat

kepuasan masyarakat pada indikator program, yaitu penanganan banjir, lapangan

pekerjaan, dan penanganan kemacetan yang merupakan variabel dari program

Tangerang Live masih sangat rendah. Atas dasar itu, pelaksanaan program

Tangerang Live dinilai belum memberikan dampak kepuasan kepada masyarakat

secara optimal dan merata, meskipun dukungan dan harapan masyarakat Kota

Tangerang terhadap program Tangerang Live sangat tinggi.

Berdasarkan hal tersebut, implementasi program Tangerang Live di Kota

Tangerang dalam rangka memberikan kepuasan kepada masyarakat merupakan

masalah yang menarik untuk diteliti. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian secara mendalam dengan judul Implementasi Program

Tangerang Live terhadap Kepuasan Masyarakat di Kota Tangerang.


14

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah implementasi kebijakan program Tangerang Live

(Livable, Investable, Visitable dan E-City) dilaksanakan oleh

Pemerintah Kota Tangerang ?

2. Bagaimanakah tingkat pengenalan masyarakat Kota Tangerang

terhadap program Tangerang Live ?

3. Bagaimanakah tingkat kepuasan masyarakat Kota Tangerang terhadap

program Tangerang Live ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui implementasi kebijakan program Tangerang Live

(Livable, Investable, Visitable dan E-City) dilaksanakan oleh

Pemerintah Kota Tangerang.

2. Untuk mengetahui tingkat pengenalan masyarakat Kota Tangerang

terhadap program Tangerang Live.

3. Untuk mengetahui tingkat kepuasan masyarakat Kota Tangerang

terhadap program Tangerang Live.

1.4. Kegunaan Penelitian

a. Manfaat Teoritis
15

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi atau

sumbangan pemikiran dalam rangka mengembangkan kerangka

konsep-konsep, teori-teori dan model-model pemikiran ilmu

pengetahuan, khusunya bidang ilmu administrasi negara dan kebijakan

publik.

b. Manfaat Praktis

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi

praktis sekaligus menjadi referensi bagi pelaksanaan kegiatan

penyelenggara negara khususnya pemerintah daerah, terutama dalam

hal proses-proses implementasi kebijakan publik.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Administrasi Negara

Konsep administrasi negara berada pada persinggungan istilah

administrasi negara atau administrasi publik. Hal itu karena ada pergeseran titik

fokus, yakni administration of public ke adminsitrtion by public di mana dalam

administration of public negara sebagai agen tunggal di dalam menjalankan

fungsi-fungsi ketata negaraan atau kepemerintahan. Konsep ini mempertegas

fungsi negara/pemerintahan lebih berfokus sebagai public service (pelayanan

publik) atau disebut adminsitration for public (Tahir, 2011).

Menurut Tahir, (2011) administration by public berorientasi bahwa publik

demand are differetianted, yang artinya fungsi negara/pemerintah berperan

sebagai fasilitator, katalisator yang berpatokan kepada putting the customers in the

driver set. Di mana determinasi negara/pemerintahan tidak lagi sebagai faktor

utama ataupun berperan sebagai driving forces.

Pfiffner & Presthus, (1967) mengatakan bahwa administrasi negara

meliputi implementasi kebijaksanaan pemerintah yang telah ditetapkan oleh

badan-badan perwakilan politik; administrasi negara bisa di defenisikan yaitu

merupakan koordinasi usaha-usaha perorangan dan kelompok di dalam

melaksanakan kebijakan pemerintah. Hal itu khususnya meliputi pekerjaan sehari-

hari pemerintah; administrasi negara yaitu suatu proses yang berkaitan dengan

pelaksanaan kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah, pengarahan kecakapan dan

16
17

teknik yang tak terhingga jumlahnya, memberikan arah dan maksud terhadap

usaha sejumlah orang.

Menurut Chandler and Plano, (1988) administrasi publik merupakan

proses di mana sumberdaya dan personil publik diorganisir dan dikoordinasikan

guna memformulasikan, mengimplementasikan dan mengelola (manage)

keputusan-keputusan dalam kebijakan publik. Sementara menurut Dubnick &

Romzek, (1991) praktik administrasi kebijakan publik melibatkan rekonsiliasi

dinamis berbagai kekuatan dalam upaya untuk mengelola publik dan program.

Sedangkan Siagian, (1996) mengatakan administrasi negara adalah keseluruhan

kegiatan yang dilakukan oleh seluruh aparatur pemerintahan dari suatu negara

dalam usaha mencapai tujuan negara.

Sedangkan Fox et al. (2003) administrasi publik dikatakan sebagai berikut:

(1) sistem struktur dan proses; (2) beroperasi di dalam lingkungan masyarakat

tertentu; (3) bertujuan memfasilitasi perumusan kebijakan pemerintah yang tepat;

(4) pelaksanaan kebijakan yang dirumuskan secara efisien.

Sedangkan menurut Keban, (2004) menjelaskan irisan administrasi publik

sebagai berikut:

“Sebagai administrasi of public menunjukkan pemerintah berperan sebagai


agen tunggal yang berkuasa atau sebagai regulator, sedangkan administrasi
for public menunjukkan konteks yang lebih maju dari sebelumnya di mana
pemerintahan lebih berperan dalam mengemban misi pemberian pelayanan
publik (service provider), dan administrasi by public merupakan suatu
konsep yang sangat berorientasi kepada pemberdayan masyarakat”.

Kemudian Nigro & Nigro, (2006) menyatakan bahwa administrasi negara

merupakan suatu kerja sama kelompok dalam lingkungan pemerintahan, dan


18

administrasi negara juga meliputi ketiga cabang pemerintahan, yaitu eksekutif,

legislatif, dan yudikatif serta hubungan di antara mereka.

Coetzee, (2008) menyatakan definisi administrasi publik adalah sebagai

berikut:

1. Administrasi publik merupakan ranah lembaga eksekutif pemerintah,


pamong praja, birokrasi; perumusan, implementasi, evaluasi dan
modifikasi kebijakan publik.
2. Administrasi publik adalah pengambilan keputusan, perencanaan
pekerjaan yang harus dilakukan, perumusan tujuan dan sasaran,
bekerja dengan badan legislatif dan organisasi warga untuk
mendapatkan dukungan publik dan dana untuk program pemerintah,
membangun dan merevisi organisasi, mengarahkan dan mengawasi
karyawan, memberikan kepemimpinan, berkomunikasi dan menerima
komunikasi, menentukan metode dan prosedur kerja, menilai kinerja,
melakukan kontrol, dan fungsi lain yang dilakukan oleh eksekutif dan
pengawas pemerintah.
3. Administrasi publik adalah bidang kegiatan yang komprehensif dan
khas, yang terdiri dari berbagai kegiatan, proses atau fungsi yang
dilakukan oleh pejabat publik yang bekerja di lembaga-lembaga
publik, dan bertujuan untuk menghasilkan barang dan memberikan
layanan untuk kepentingan masyarakat.

Administrasi publik merupakan beragam aktivitas manajemen yang

dikerjakan pemerintah (eksekutif) mulai dari perumusan, pengimplementasian,

serta pengawasan program pembangunan yang melibatkan legislatif, yudikatif dan

partisipasi masyarakat demi melahirkan kebijakan publik (Tahir, 2011).

Teori administrasi publik juga merupakan teori politik, di mana penerapan

teori administrasi publik selalu sulit, terutama dalam konteks pemerintahan

demokratis. Tetapi teori administrasi publik semakin canggih dan dapat

diandalkan, karena dengan demikian ia memegang beberapa janji untuk terus

memberikan kontribusi penting bagi efektivitas pemerintahan demokratis

(Frederickson et al. 2012).


19

Administrasi publik adalah implementasi kebijakan pemerintah di mana

tujuan dasarnya adalah untuk memajukan manajemen dan kebijakan sehingga

pemerintah dapat berfungsi dalam manajemen program publik, pengambilan

keputusan pemerintah, analisis kebijakan itu sendiri, dan berbagai input yang telah

menghasilkannya, serta input yang diperlukan untuk menghasilkan kebijakan

alternatif (Morenikeji & John, 2014).

Menurut Morenikeji & John, (2014) administrasi publik dijelaskan pada

ruang lingkup sebagai berikut:

“Administrasi publik tidak memiliki definisi yang dapat diterima secara


umum karena ruang lingkup subjeknya yang sangat besar dan masih bisa
diperdebatkan, sehingga lebih mudah untuk dijelaskan daripada
didefinisikan. Administrasi publik adalah bidang studi dan pekerjaan. Ada
banyak ketidaksepakatan tentang apakah studi administrasi publik dapat
dengan tepat disebut disiplin ilmu, sebagian besar karena perdebatan
mengenai apakah administrasi publik adalah bidang ilmu politik atau
bidang ilmu administrasi. Dengan demikian administrasi publik dapat
dilihat sebagai sub-bidang dalam ilmu politik. Administrasi publik terdiri
dari perusahaan-perusahaan yang terutama bergerak dalam kegiatan yang
bersifat pemerintahan, yaitu pemberlakuan dan interpretasi yudisial dari
undang-undang dan peraturan yang sesuai, serta administrasi berdasarkan
program kegiatan. Hal itu meliputi kegiatan legislatif, perpajakan,
pertahanan nasional, ketertiban umum dan keselamatan, layanan imigrasi,
urusan luar negeri dan bantuan internasional, serta administrasi program
pemerintah di mana sebagai suatu kegiatan yang murni bersifat
pemerintahan”.

Menurut Gumede, (2015) Konstitusi Afrika Selatan menetapkan sembilan

nilai dan prinsip untuk pelayanan publik yang demokratis:

1. Promosi dan pemeliharaan standar etika profesi yang tinggi.


2. Promosi penggunaan sumber daya secara efisien, ekonomis dan
efektif.
3. Administrasi publik harus bersifat perkembangan.
4. Layanan publik harus disediakan secara parsial, adil, dan tanpa bias.
5. Kebutuhan masyarakat harus ditanggapi dan publik harus didorong
untuk berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan.
6. Administrasi publik harus bertanggung jawab.
20

7. Transparansi harus dipupuk dengan menyediakan informasi yang tepat


waktu, dapat diakses, dan akurat kepada publik.
8. Manajemen sumber daya manusia yang baik dan praktik
pengembangan karir untuk memaksimalkan potensi manusia harus
dikembangkan.
9. Administrasi publik harus mewakili rakyat Afrika Selatan secara luas.

Administrasi publik adalah bagian tak terhindarkan dari kehidupan

kontemporer masyarakat. Namun, perannya terus berubah sebagai hasil dari

redefinisi fungsi dan tugas negara dan otoritas dalam kaitannya dengan warga

negara, bisnis, organisasi non-pemerintah dan anggota lain di masyarakat (Kovac

& Jukic, 2016).

Menurut Hill, (2017) reformasi administrasi publik dan akuntabilitas

memiliki prinsip dasar sebagai berikut: Pertama, pemerintah telah

mengembangkan dan menetapkan agenda reformasi administrasi publik yang

efektif yang membahas tantangan-tantangan utama. Kedua, reformasi administrasi

publik dilaksanakan dengan sengaja; target hasil reformasi ditetapkan dan

dipantau secara teratur. Ketiga, keberlanjutan keuangan dari reformasi

administrasi publik terjamin. Keempat, reformasi administrasi publik memiliki

struktur manajemen dan koordinasi yang kuat dan berfungsi baik di tingkat politik

maupun administratif untuk mengarahkan desain reformasi dan proses

implementasi.

Menurut Bauer, (2018) hubungan antara administrasi publik dan ilmu

politik dapat dikategorikan sebagai ilmu yang beririsan dekat, kompetitif,

berdasarkan pada pembagian kerja, dan hirarki, hingga pada bagian level struktur

terakhir.
21

2.2. Implementasi

Menurut Webster's Dictionary, (1979) dalam Tachjan, (2006) menjelaskan

bahwa implementasi bermakna sebagai berikut: Pertama, to implement

dimaksudkan membawa ke suatu hasil (akibat); melengkapi dan menyelesaikan.

Kedua, to implement dimaksudkan menyediakan sarana (alat) untuk melaksanakan

sesuatu; memberikan hasil yang bersifat praktis terhadap sesuatu. Ketiga, to

implement dimaksudkan menyediakan atau melengkapi dengan alat.

Dengan demikian berdasarkan etimologis implementasi bermakna sebagai

suatu aktivitas yang berkaitan dengan penyelesaian suatu pekerjaan melalui

penggunaan sarana (alat) untuk mendapatkan hasil (Tachjan, 2006). Implementasi

adalah suatu abstraksi atau pengejewantahan sebuah kebijakan yang pada

dasarnya secara disengaja dilakukan guna meraih kinerja implementasi kebijakan

secara optimal dan berlangsung pada suatu hubungan beberapa variabel (Van

Meter & Van Horn, 1975).

Menurut Van Meter & Van Horn, (1975) mengatakan bahwa:

“Keberhasilan kinerja implementasi kebijakan dipengaruhi oleh enam


variabel, yaitu: (1) standar dan tujuan kebijakan (2) sumber daya (3)
Komunikasi (4) interorganisasi dan aktivitas pengukuhan (5) karakteristik
agen pelaksana; (6) kondisi sosial, ekonomi, dan politik, serta karakter
pelaksana”.

Sedangkan Edward III & Sharkansky, (1978) mengatakan implementasi

kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yaitu: (1) komunikasi (2) sumberdaya

(3) disposisi (4) struktur birokrasi. Ripley & Franklin, (1986) menjelaskan

implementasi adalah apa yang terjadi pasca undang-undang ditetapkan yang


22

memberi otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit), atau sebuah bentuk

keluaran yang terlihat (tangible output).

Hogwood & Gunn, (1986) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi

implementasi kebijakan, yaitu:

1. Kondisi eksternal yang dihadapi oleh badan/instansi pelaksana.


2. Tersedia waktu dan sumber daya.
3. Keterpeduan sumber daya yang diperlukan.
4. Implementasi didasarkan pada hubungan kausalitas yang handal.
5. Hubungan kausalitas bersifat langsung dan hanya sedikit mata rantai
penghubung.
6. Hubungan ketergantungan harus dapat diminimalkan.
7. Kesamaan persepsi dan kesepakatan terhadap tujuan.
8. Tugas-tugas diperinci dan diurutkan secara sistematis.
9. Komunikasi dan koordinasi yang baik.

Perumusan proses implementasi berupa tindakan-tindakan yang

dilaksanakan oleh personal individu/pejabat-pejabat atau kelompok pemerintah

dan atau swasta yang mengarahkan kepada terwujudnya tujuan-tujuan yang sudah

di tetapkan sebagai keputusan kebijakan (Van Meter & Van Horn, 1975). Lester

& Stewart, (2000) menjelaskan bahwa implementasi merupakan tahapan yang

dilaksanakan pasca peraturan hukum yang ditetapkan dengan melewati proses

politik.

Implementasi merupakan bentuk operasionalisasi atau pelaksanaan

kegiatan yang telah ditentukan menurut undang-undang dan telah berbentuk

kesepakatan bersama di antara berbagai pemangku kepentingan (stakeholders),

aktor, organisasi (publik atau swasta), prosedur, dan teknik dengan sinergitas yang

digerakkan guna bekerjasama demi menerapkan kebijakan pada arah tertentu yang

di inginkan. Logika dan alasan di balik upaya seperti itu bertujuan agar sikap,
24

demonstrasi, aksi massa dan lain-lain. Tetapi jika positif akan berdampak
kepada sikap solidaritas, kegembiraan, pujian, dan lain-lain”.

Menurut Alharthy, (2017) implementasi, yaitu "implement" yang diartikan

sebagai penyelesaian tugas, kinerja suatu tugas atau melaksanakan tugas,

sementara "mengeksekusi" bermakna sebagai tindakan menindaklanjuti dengan,

atau melakukan, suatu tindakan. Jadi pada dasarnya, implementasi dan eksekusi

dapat dikatakan memiliki arti yang sama.

Sedangkan menurut Khan, (2017) implementasi dapat dipandang sebagai

proses, output dan hasil, dengan melibatkan sejumlah aktor, organisasi, dan teknik

kontrol. Ini adalah proses interaksi antara menetapkan tujuan dan tindakan yang

diarahkan untuk mencapainya.

Sementara Simon, (2010) memandang implementasi sebagai penerapan

kebijakan oleh perangkat administrasi pemerintah untuk mencapai tujuan.

Sedangkan menurut Tahir, (2011) proses implementasi pelaksanaan kebijakan

adalah salah satu tahapan penting pada proses rumusan kebijakan berikutnya,

karena sukses atau tidaknya suatu kebijakan demi mencapai tujuannya ditentukan

kepada pelaksanaannya. Sebuah kebijakan yang dirumuskan tidak akan memiliki

arti apapun apabila tidak di implementasikan.

Bempah, (2012) mengatakan studi implementasi menekankan pada

pemahaman keberhasilan atau kegagalan kebijakan publik dengan menguraikan

faktor-faktor yang mempengaruhinya. Konsep implementasi ini membantu

menarik perhatian para pembuat kebijakan dan pelaksana untuk mempelajari

proses yang mempengaruhi dan menetapkan hasil kebijakan publik. Disposisi

diperlukan untuk implementasi kebijakan publik (Marume, et al. 2016).


26

2.3. Kebijakan Publik

Menurut Jenkins, (1978) menjelaskan definisi kebijakan publik (public

policy) adalah sebagai berikut:

“Kebijakan publik adalah rangkaian keputusan yang saling terkait di mana


diambil oleh seorang aktor politik atau sekelompok aktor, perihal
mengenai tujuan yang sudah di pilih berikut pola-pola guna meraihnya di
saat sebuah situasi. Keputusan-keputusan tersebut pada dasarnya masih
berada pada batasan-batasan kewenangan kekuasaan dari seorang aktor itu
sendiri “.

Sedangkan menurut Anderson, (1979) kebijakan publik adalah arah

tindakan yang memiliki maksud yang ditentukan oleh seorang aktor atau beberapa

aktor di dalam mengatasi sebuah masalah atau sebuah persoalan. Kebijakan publik

mencakup berbagai hal yang dinyatakan dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan

oleh pemerintah. Kebijakan publik juga dibangun atau dibuat oleh badan-badan

dan pejabat-pejabat pemerintah (Anderson, 1979). Kebijakan publik adalah

sebuah tindakan sanksi yang berarah kepada sebuah tujuan tertentu yang satu

sama lain berkaitan dengan memengaruhi sebagian besar warga masyarakat

(Udoji, 1981).

Menurut Dunn, (1994) kebijakan publik merupakan bentuk

ketergantungan yang kompleksitas atas berbagai alternatif-alternatif kolektifitas

yang satu sama lain bergantung, termasuk hal-hal keputusan untuk tidak

bertindak, yang dilakukan oleh lembaga atau institusi pemerintahan.

Kebijakan publik menjadi wewenang pemerintah dalam pembuatan sebuah

kebijakan dengan menggunakan perangkat peraturan hukum. Kebijakan itu

dimaksudkan sebagai media aspirasi di dalam dinamika sosial pada masyarakat


27

yang sekaligus menjadi acuan rumusan kebijakan demi terwujudnya hubungan

sosial secara harmonis (Nasucha, 2004).

Sedangkan pendapat Wilson, (2006) kebijakan publik adalah berupa

tindakan-tindakan, tujuan-tujuan, dan pernyataan-pernyataan pemerintah tentang

problem-problem tertentu, langkah-langkah yang sudah/sedang diambil (atau

tidak diambil) guna diaplikasikan, dengan penjelasan-penjelasan yang diberikan

oleh mereka terkait sesuatu yang sudah terjadi (atau tidak terjadi).

Definisi kebijakan publik menurut Agustino, (2016) adalah sebagai

berikut:

“Kebijakan publik merupakan suatu rangkaian tindakan/aktivitas yang


dilakukan oleh individu, kelompok atau pemerintah pada sebuah
lingkungan tertentu yang mana di dapat hambatan-hambatan (rintangan-
rintangan), dan kemungkinan-kemungkinan (peluang-peluang), di mana
kebijakan itu disampaikan agar bermanfaat di dalam mengatasinya demi
meraih tujuan yang dimaksud”.

Sementara Khan & Khandaker, (2016) menjelaskan kebijakan publik

adalah panduan untuk bertindak, dan itu berkaitan dengan kerangka kerja yang

lebih luas dengan melibatkan pandangan filosofi, prinsip, visi dan keputusan yang

diterjemahkan ke dalam berbagai program, proyek, dan kegiatan. Suatu kebijakan

mensyaratkan pernyataan luas tentang tujuan dan tindakan untuk masa depan, dan

mengekspresikan cara untuk mencapainya. Ini adalah kerangka intervensi

pemerintah yang mencakup berbagai kegiatan.

Kebijakan publik di definisikan sebagai tindakan yang bertujuan tertentu

melalui seorang aktor dalam menangani masalah yang terjadi. Ini adalah

serangkaian pola kegiatan atau keputusan pemerintah yang dirancang untuk

memperbaiki masalah sosial tertentu. Kebijakan publik harus diterapkan dengan


28

benar untuk mendapatkan manfaat bagi warga negara, dan keberhasilannya

berkorelasi positif dengan cara penerapannya (Khan & Khandaker, 2016).

Analisis kebijakan publik adalah bantuan atau alat yang berguna bagi

pemegang jabatan politik terpilih maupun yang ditunjuk sebagai pembuat

kebijakan publik untuk membuat keputusan dan akhirnya mengkonsep, mencerna,

dan mengadopsi kebijakan yang akan menjadi kepentingan publik (Marume et al.

2016).

Istilah kebijakan publik di dalam ilmu administrasi negara begitu populer

sebab cakupannya yang luas karena menangani area substantif, di mana di

dalamnya terdapat sebuah program guna mencapai tujuan, nilai-nilai, dan praktik-

praktik yang terarah, di mana merupakan praktik sosial. Pada prinsipnya

kebijakan berupa kajian atas peraturan atau program guna mencapai tujuan

tertentu. Kebijakan juga selalu di identikan pada usaha penyelesaian masalah

(Hermana et al. (2019).

Kebijakan publik merupakan keputusan yang dirumuskan oleh pemerintah

atau suatu lembaga yang memiliki kewenangan guna memecahkan problem atau

mewujudkan tujuan yang diharapkan masyarakat (Abidin, 2019). Paradigma

kebijakan mengkondisikan pilihan kebijakan dengan memengaruhi apa yang

dianggap oleh pembuat kebijakan dapat dipikirkan, mungkin atau dapat diterima,

karena paradigma berisi gagasan normatif yang memengaruhi pilihan kebijakan

apa yang dipertimbangkan (Alons, 2019).

Kebijakan publik merupakan bentuk tindakan, peluang, sanksi atau

tindakan kebijakan lainnya di ruang publik untuk mencapai hasil yang di


29

inginkan. Salah satu gagasan paling umum dari pembuatan kebijakan, yaitu

sebagai proses rasional yang melibatkan proses kreatif dalam merancang solusi

terkait masalah-masalah kebijakan publik (Lejano, 2020).

2.4. Proses Kebijakan Publik

Proses kebijakan publik adalah proses yang sangat rumit dan kompleks.

Oleh sebab itu, dalam menelaahnya para pakar kemudian memilah proses

kebijakan publik menjadi beberapa tahapan. Tujuannya demi memudahkan

pemahaman atas proses tersebut (Lindblom, 1986).

Proses kebijakan publik merupakan rangkaian kegiatan intelektual yang

dilakukan pada suatu proses aktivitas yang bernuansa politis. Aktivitas politis itu

tampak pada serangkaian kegiatan yang meliputi penyusunan agenda, formulasi

kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan.

Sementara aktivitas perumusan masalah, peramalan (forecasting), rekomendasi

kebijakan, monitoring, dan evaluasi kebijakan merupakan aktivitas yang

bercirikan intelektual (Taufiqurokhman, 2014).

Proses kebijakan dilaksanakan sebagai daya kritis di dalam menilai, dan

mengkomunikasikan pengetahuan yang relevan pada proses perumusan kebijakan.

Pada tahap formulasi, implementasi, dan evaluasi semestinya melihat input,

process, output, dan outcome dari kebijakan publik itu (Kadji, 2015).

Menurut Dunn, (1994) pada teori sistem dalam perumusan kebijakan

publik menekankan tiga elemen penting, yakni pelaku kebijakan, kebijakan publik

dan lingkungan kebijakan, di mana kesemuanya saling berhubungan dan saling

mengikat.
31

Howlett & Ramesh, (1995) menyebutkan bahwa proses kebijakan publik

memiliki lima tahapan di antaranya: (a) Penyusunan agenda (agenda setting),

yaitu berupa proses agar supaya sebuah masalah mendapat perhatian dari

pemerintah; (b) Formulasi kebijakan (policy formulation), yaitu proses di dalam

perumusan dan alternatif pilihan-pilihan kebijakan oleh pemerintah; (c)

Pembuatan kebijakan (decision making), yaitu proses di saat pemerintah memilih

untuk melakukan sebuah tindakan atau tidak melakukan tindakan; (d)

Implementasi kebijakan (policy implementation), yaitu proses di dalam

melaksanakan kebijakan supaya meraih hasil; (e) Evaluasi kebijakan (policy

evaluation), yaitu proses di dalam memonitor dan menilai hasil atau kinerja

kebijakan.

Kebijakan publik dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: kebijakan publik

makro (umum atau dasar); kebijakan publik meso (menengah atau pelaksanaan);

kebijakan publik mikro (implementasi dari (di) atasnya). (a) Makro: UUD 1945,

Undang-Undang, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peraturan

Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Daerah; (b) Meso: Peraturan Menteri,

Surat Edaran Menteri, Peraturan Gubernur, Peraturan Bupati, Peraturan Walikota,

Keputusan Bersama atau SKB antar-Menteri, Gubernur dan Bupati atau Walikota;

(c) Mikro: peraturan yang dikeluarkan oleh aparat-aparat publik tertentu yang

berada di bawah Menteri, Gubernur, Bupati dan Walikota (Tangkilisan, 2003).

2.5. Jenis-Jenis Kebijakan Publik

Menurut Oni, (2019) jenis-jenis kebijakan publik adalah sebagai berikut:

(1) Foreign policies: yaitu kebijakan luar negeri yang membentuk orientasi dan
32

cara interaksi yang terjadi antara negara tertentu dan negara-negara lain di dunia;

(2) Distributive policy: kebijakan ini dirumuskan oleh pemerintah untuk

mengalokasikan sumber daya kepada masyarakat umum; (3) Re-Distributive

policy: kebijakan ini biasanya disebut sebagai transfer sosial sumber daya

material. Kebijakan tersebut melibatkan alokasi sumber daya dengan cara

mentransfer sumber daya tersebut dari satu bagian masyarakat ke bagian lainnya;

(4) Regulatory policy: kebijakan ini dirumuskan sebagai langkah kontrol dalam

pelaksanaan urusan kemanusiaan dan masyarakat; (5) Constituent policy:

kebijakan ini memiliki orientasi nasional karena tidak hanya melayani individu,

organisasi, atau bagian dari masyarakat. Kebijakan tersebut melayani warga

negara secara keseluruhan dengan melindungi dan memberitahukan kegiatan

tertentu yang vital bagi keamanan dan kelangsungan kehidupan nasional.

Menurut Anderson, (2003) kategori kebijakan publik antara lain sebagai

berikut:

1. Kebijakan substanstif versus kebijakan prosedural.


2. Kebijakan distributif versus kebijakan reulatori versus kebijakan
redistributif.
3. Kebijakan materal versus kebijakan simbolik.
4. Kebijakan yang berhubungan dengan barang umum (public goods)
dan barang privat (privat goods).

Di dalam pelaksanaan good governance, maka pelaksanaan kebijakan

dapat diukur/dievaluasi berdasarkan dimensi-dimensi: konsistensi, transparansi,

akuntabilitas, keadilan, efektivitas, dan efisiensi (Ramdhani & Ramdhani, 2017).

2.6. Implementasi Kebijakan Publik

Menurut Grindle, (1980) derajat implementability dari suatu kebijakan

adalah sebagai berikut: (a) Kepentingan yang terpengaruh oleh suatu kebijakan;
33

(b) Jenis manfaat yang dapat dihasilkan; (c) Tingkat perubahan yang diharapkan;

(d) Kedudukan perumus kebijakan; (e) Pelaksana program; (f) Sumber daya

dikerahkan. Kemudian pada konteks implementasinya, yaitu: (a). Kekuasaan,

kepentingan, strategi aktor yang terlibat; (b) Karakteristik lembaga dan penguasa;

(c) Ketaatan dan daya tanggap.

Implementasi kebijakan publik yakni memahami sesuatu yang secara

nyata terjadi pasca suatu program dipastikan berlaku atau dirumuskan berbentuk

fokus perhatian implementasi kebijakan, yaitu hal-hal yang terjadi dan aktivitas-

aktivitas yang timbul setelah disahkannya pedoman-pedoman kebijakan publik

yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikan maupun untuk

menimbulkan akibat/dampak nyata terhadap masyarakat atau hal-hal yang terjadi

(Mazmanian & Sabtier, 1981).

Kemudian implementasi kebijakan publik adalah proses aktivitas

administratif yang dilaksanakan pasca kebijakan ditetapkan/disetujui. Aktivitas

tersebut terletak di antara perumusan kebijakan dengan evaluasi kebijakan.

Implementasi kebijakan bercirikan logika secara top-down–yang artinya

menurunkan/menafsirkan berbagai alternatif yang nampak masih abstraksi atau

makro menjadi alternatif yang lebih konkrit atau mikro. Sementara formulasi

kebijakan bercirikan logika bottom-up–yang artinya proses tersebut diawali

melalui pemetaan kebutuhan publik atau pengakomodiran tuntutan lingkungan,

yang selanjutnya di ikuti dengan mencari dan memilih alternatif solusinya,

sebagaimana berikutnya diusulkan agar ditetapkan (Tachjan, 2006).


34

Dengan demikian makna implementasi kebijakan publik mengandung

pengertian sebagai aktivitas penyelesaian atau pelaksanaan sebuah kebijakan

publik yang sudah ditetapkan/disetujui dengan menggunakan sarana (alat) untuk

meraih tujuan kebijakan (Tachjan, 2006).

Enam kriteria untuk implementasi yang efektif: (1) tujuan kebijakan yang

jelas dan konsisten; (2) program didasarkan pada teori kausal yang valid; (3)

proses implementasi terstruktur secara memadai; (4) pejabat pelaksana

berkomitmen untuk tujuan program; (5) kelompok kepentingan dan (eksekutif dan

legislatif) berdaulat mendukung; (6) tidak ada perubahan yang merugikan dalam

kondisi kerangka sosial ekonomi (Fischer et al. 2007).

Menurut Rahmat, (2015) menjelaskan ruang lingkup implementasi

kebijakan publik yang lebih luas, yakni birokrasi sebagai cabang eksekutif dari

pemerintah berperan mengendalikan personel, sumber daya, dan kekuatan hukum

yang sekaligus menegaskan bahwa institusi inilah yang menerima sebagian besar

arahan implementasi dari pembuat keputusan eksekutif, legislatif dan yudikatif.

Implementasi kebijakan publik merupakan proses pada serangkaian

kebijakan publik di mana dipastikan akan menentukan apakah kebijakan tersebut

realistis pada sasaran kebijakan. Implementasi kebijakan semestinya dilakukan

secara sebaik mungkin, karena sebuah formulasi kebijakan sudah dinyatakan

benar akan tetapi bila masuk kepada tahap implementasi, dan tidak

memperhatikan faktor masalah teknis atau pun non teknis, maka dari itu bisa

dipastikan suatu produk kebijakan publik apapun diyakini akan memperoleh


35

kegagalan di dalam mencapai suatu harapan dan tujuan yang sudah ditetapkan

(Kadji, 2015).

Implementasi kebijakan publik dapat disebut sebagai fase efektif kedua

dari kebijakan publik dan tidak kalah pentingnya dengan pembuatan kebijakan.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi implementasi kebijakan publik, yaitu

lembaga pemerintah (kementerian/departemen) yang menyangkut komunikasi,

sumber daya, dan disposisi pelaksana (Marume et al. 2016).

Sedangkan menurut Khan, (2017) implementasi kebijakan publik adalah

tahap penting dari proses pembuatan kebijakan karena itu pelaksanaan hukum di

mana berbagai pemangku kepentingan, organisasi, prosedur, dan teknik bekerja

sama untuk memberlakukan kebijakan dengan maksud untuk mencapai tujuan

kebijakan.

Sementara itu implementasi kebijakan publik adalah kemampuan untuk

menjalin hubungan berikutnya dalam rantai sebab-akibat sehingga mendapatkan

hasil yang diinginkan. Implementasi juga merupakan pelaksanaan keputusan

kebijakan dasar, yang biasanya dimasukkan ke dalam undang-undang tetapi juga

dapat mengambil bentuk perintah eksekutif yang penting atau melalui keputusan

pengadilan (Signe, 2017).

Implementasi sebuah kebijakan publik pada prinisipnya berupa

transformasi yang multiorganisasi. Maka dari itu, strategi implementasi

mengaitkan bermacam lapisan dan kelompok pada masyarakat. Semakin tinggi

kepentingan yang bisa di akomodir, maka akan bertambah besar kemungkinan

sebuah kebijakan sukses di realisasikan (Abidin, 2019).


36

Berikut ini adalah Tabel 2.2. Pendekatan Implementasi.

Tabel 2.2.
Pendekatan Implementasi

Top Down Bottom Up

Tujuan di definisikan dengan jelas dan Tujuan di definisikan secara longgar.


kebijakan di konfirmasi pada domain
waktu yang koheren.
Kebijakan terdiri dari pernyataan Kebijakan adalah domain independen
otoritas. yang menghitung sumber daya.
Perancang kebijakan-mengalokasikan Sumber daya dan keahlian tidak
sumber daya dengan cara yang sangat dialokasikan dengan benar.
terorganisir di setiap tingkat
implementasi.
Faktor umum yang menarik ada di Implementasi melalui komunikasi dan
semua tingkatan. kompromi.
Struktur yang melakukan kontrol Birokrat jalanan memiliki garis lintang
adalah dari atas ke bawah. dalam penegakkan-nya.
Membutuhkan regulasi yang ketat Mengakomodasi faktor norma lokal
untuk kepatuhan. untuk menemukan kesamaan prosedur.
Sumber: Chand, (2019)

Menurut Chand, (2019) pendekatan top down lebih bermanfaat ketika

tujuan dan sasaran lebih jelas dan kebijakan dirancang secara komprehensif. Ini

merupakan sebuah domain tunggal, di mana kebijakan komprehensif dan

perencanaan visi dan keterampilan teknis serta sumber daya yang luas jarang

terjadi di negara-negara berkembang.

Sementara pendekatan bottom up tampaknya lebih layak di negara–negara

yang memiliki perspektif lokal, di mana berkontribusi untuk keberhasilan atau

kegagalan kebijakan publik. Pendekatan bottom-up juga membantu implementasi

jika tujuannya tidak jelas dan kebijakan dipandang sebagai domain non tunggal

(Chand, 2019).
37

2.7. Program Tangerang Live

2.7.1. Program

Menurut KBBI program adalah rancangan mengenai asas serta usaha

(dalam ketatanegaraan, perekonomian, dan sebagainya) yang akan dijalankan.

Program juga merupakan suatu rencana yang melibatkan berbagai unit yang

berisi kebijakan dan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam kurun

waktu tertentu. Sedangkan menurut Jones, (1977) program adalah salah satu

komponen pada suatu kebijakan dan sebagai upaya pihak berwenang dalam

mencapai tujuan.

Program di definisikan Muhaimin et al. (2009) adalah sebagai berikut:

“Program berbentuk pernyataan di mana isinya berupa kesimpulan dari


beberapa harapan dan tujuan dengan satu sama lain saling tergantung serta
terkait, dalam rangka meraih sebuah target yang sama. Pada dasarnya
sebuah program melingkupi semua aktivitas yang berada pada bagian
bawah unit administrasi yang serupa, atau target-target yang saling terkait
dan saling melengkapi, di mana kesemuanya perlu dilakukan secara
bersamaan dan atau berurutan”.

Menurut Arifin, (2010) program merupakan perencanaan sebuah kegiatan

yang akan dilaksanakan. Program juga berupa sebuah unit atau kesatuan aktivitas

sebagai berikut: (1) realisasi atau pelaksanaan dari sebuah kebijakan; (2) berjalan

pada proses yang berkesinambungan; (3) terjadi pada sebuah organisasi yang

melibatkan sejumlah orang. Suatu program tidak saja berbentuk kegiatan tunggal

di mana bisa diselesaikan pada waktu cepat akan tetapi berupa aktivitas yang

berkelanjutan atau sambung-menyambung. Karakteristik program: terencana,

sistemik, sistematik, dan adanya aktivitas jamak-berangkai. Program kerja berisi

rencana kegiatan organisasi yang telah disepakati bersama (Bastian, 2019).


38

2.7.2. Livable (Layak Huni)

Menurut Wheeler, (2004) livable adalah bermakna sebagai layak huni.

Kota layak huni atau the livable city adalah gambaran dari suatu lingkungan dan

suasana kota yang nyaman sebagai tempat untuk tinggal dan sebagai tempat buat

beraktivitas di mana dilihat dari bermacam-macam variabel seperti fisik atau pun

non-fisik.

Variabel fisik mencakup beragam penyediaan sarana prasarana secara

lengkap di perkotaan. Kemudian struktur ruang bisa menghubungkan beberapa

lokasi secara mudah, dan pola ruang ditata berdasarkan kepada kemampuan dan

potensi lahan. Sementara variabel non fisik dapat dikaji dari segi–aspek sosial dan

budaya masyarakat perkotaan. Konsep kota layak huni akan menjadi tantangan

bagi pemerintah, masyarakat dan pihak swasta untuk menciptakan atau

mewujudkan kota dengan status livable city (kota layak huni) [Wheeler, 2004].

Livable city merupakan faktor utama di dalam perencanaan tata kota,

karena bisa menyelesaikan beragam persoalan perkotaan–yang menjadi

pengganggu kenyamanan kota. Melalui peningkatan kualitas hidup masyarakat

yang tinggal di perkotaan–di mana memiliki akses dan kemampuan untuk

memperoleh fasilitas infrastruktur transportasi, komunikasi, air, sanitasi,

makanan, udara bersih, perumahan yang terjangkau, lapangan kerja dan ruang

terbuka hijau (taman). Konsep livable city digunakan dalam representasi

sustainable city, yakni keberlanjutan dalam mempertahankan kualitas hidup yang

dibutuhkan oleh masyarakat perkotaan (Wheeler, 2004).


39

Disebut sebagai kota layak huni atau livable city, yaitu apabila masyarakat

bisa hidup secara nyaman dan tenang pada sebuah kota,–di mana sekaligus kota

tersebut mampu menampung semua aktivitas masyarakat perkotaan dengan aman

bagi seluruh masyarakatnya (Hahlweg, 1997). Menurut Evans, (2002) konsep

livable city digunakan guna mewujudkan suatu ide pembangunan dalam

meningkatkan kualitas hidup, di mana sangat membutuhkan fasilitas fisik atau

pun komunitas sosial untuk merealisasikannya.

Menurut Lennard, (1997) faktor-faktor paling mendasar di dalam livable

city adalah sebagai berikut:

1. Tersedianya berbagai macam kebutuhan dasar masyarakat perkotaan


seperti: hunian yang layak, air bersih, listrik, dan lain-lain.
2. Tersedianya berbagai jenis fasilitas umum dan fasilitas sosial seperti:
transportasi publik, taman kota, fasilitas tempat ibadah dan fasilitas
kesehatan.
3. Tersedianya ruang terbuka hijau dan ruang publik untuk bersosialisasi
dan berinteraksi sosial.
4. Terjaminnya rasa aman, sehingga bebas dari rasa takut.
5. Memiliki daya dukung fungsi ekonomi, sosial dan budaya.
6. Memiliki sanitasi lingkungan dan keindahan lingkungan fisik.

Menurut Douglass, (2015) konsep livable city bertumpu kepada 4 (empat)

pilar, yaitu: (1) Meningkatkan sistem kesempatan hidup demi kesejahteraan

masyarakat; (2) Menyediakan lapangan pekerjaan; (3) Lingkungan yang aman,

nyaman, bersih demi kesehatan, kesejahteraan dan guna mempertahankan serta

meningkatkan pertumbuhan ekonomi; (3) Good governance.

Kota layak huni yaitu di mana masyarakatnya bisa hidup secara nyaman

dan tenang pada sebuah kota dan sekaligus kota tersebut mampu menampung

seluruh aktivitas dan kegiatan masyarakatnya dengan aman dan nyaman

(Kristarani & Fajarwati, 2020).


41

Nomor Indikator
6 Aspek Infrastruktur–Utilitas (Listrik, Air, Telekomunikasi)
7 Aspek Ekonomi (Lapangan Kerja, Lokasi Kerja),
8 Aspek Keamanan
9 Aspek Sosial (Kebudayaan, Interaksi Warga)
Sumber: IAP, (2020)

Berikut ini adalah Tabel 2.4. Dimensi Layak Huni.

Tabel 2.4.
Dimensi Layak Huni

Nomor Livable
1 Pelayanan kesehatan
2 Fasilitas kesehatan
3 Akses terhadap rumah sakit
4 Biaya kesehatan
5 Pelayanan pendidikan
6 Fasilitas pendidikan lengkap
7 Mutu pendidikan
8 Biaya pendidikan
9 Kondisi fisik gedung sekolah
10 Penanganan kebersihan
11 Pengelolaan sampah
12 Penanganan terhadap polusi udara
13 Pelayanan kependudukan
14 Telekomunikasi dan internet
15 Pelayanan air bersih/air minum
16 Telekomunikasi
17 Penyediaan listrik
18 Tata kota
19 Kondisi jalan/infrastruktur jalan
20 Penanganan kemacetan
21 Keberadaan taman
22 Kebersihan dan keindahan taman
23 Keberadaan pedestrian
24 Lampu penerangan jalan
25 Sarana transportasi umum
26 Kelengkapan fasilitas publik
27 Perawatan fasilitas publik
28 Pembangunan daerah
29 Ekonomi daerah
30 Lapangan pekerjaan
Sumber: Alvara, (2014)
42

Untuk menuju kota yang layak huni Kota Tangerang terus berbenah. Hal

itu dimulai dari program-program pembangunan, seperti infrastruktur, sarana dan

prasarana di ruang terbuka seperti taman-taman, trotoar yang di tata apik sehingga

lokasi-lokasi tersebut membuat masyarakat merasa aman dan nyaman. Untuk

menjawab tantangan di dalam membangun suatu kota yang layak huni maka harus

dimulai dari lingkungan yang terkecil, yaitu lingkungan sekitar yang menjadi

tempat tinggal (Wismansyah, 2017).

2.7.3. Investable (Layak Investasi)

Investable adalah bermakna sebagai layak investasi. Kota layak investasi

menurut Wismansyah, (2017) merupakan bentuk kemudahan layanan bagi

pengusaha untuk berinvestasi. Kota Tangerang sebagai salah satu kawasan satelit

ibu kota terus meningkatkan performanya, agar mampu menarik lebih banyak

investasi. Salah satu kemudahan investasi itu adalah melalui sistem pelayanan

online yang terintegrasi secara terpadu (satu pintu) kepada 10 dinas/badan.

Menurut Tandelilin, (2010) untuk meraih sebuah efektivitas dan efisiensi

di dalam keputusan investasi terdapat sejumlah tujuan sebagai berikut: (a) Akan

memperoleh kesejahteraan atau kehidupan yang lebih baik dimasa depan.

Mereka berpikiran tentang bagaimana cara meningkatkan taraf hidupnya guna

meraih kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang; (b) Membantu

menekan atau mengurangi tekanan inflasi; (c) Terciptanya suatu keuntungan di

dalam investasi secara berkesinambungan (continuity); (d) Penghematan pajak.

Berikut ini adalah Gambar 2.5. Karakteristik Kota Layak Investasi Kota

Tangerang.
44

Berdasarkan gambar 2.6 di atas dapat dijelaskan bahwa Kota Tangerang

telah memiliki aplikasi perijinan. Aplikasi tersebut merupakan salah satu inovasi

pemerintah Kota Tangerang di dalam bidang perijinan dan penanaman modal.

Berkat kemudahan pelayanan yang diberikan melalui aplikasi tersebut, tampak

capaian nilai investasi Kota Tangerang sejak tahun 2014 hingga tahun 2018

menunjukkan angka sebesar 6,48 triliun rupiah. Layanan aplikasi perijinan

tersebut secara sistem terintegrasi dengan aplikasi Tangerang Live yang

memberikan pelayanan publik secara online kepada masyarakat.

Berikut ini adalah Tebel 2.5. Dimensi Layak Investasi.

Tabel 2.5.
Dimensi Layak Investasi

Nomor Investable
1 Daya listrik untuk industri
2 Ketersediaan air bersih untuk industri
3 Bebas konflik ketenaga kerjaan
4 Kemudahan perijinan usaha
5 Bebas pungutan liar
6 Jaringan telekomunikasi dan internet
Sumber: Alvara, (2014)

2.7.4. Visitable (Layak Dikunjungi)

Visitable adalah bermakna sebagai layak dikunjungi. Kota layak

dikunjungi menurut Wismansyah, (2017) adalah kota yang strategis dengan

memiliki potensi akses yang menarik sebagai kota tujuan/destinasi wisata. Potensi

tersebut di miliki Kota Tangerang sebagai kota industri, jasa, perdagangan dan

pariwisata budaya yang layak untuk di kunjungi.

Ada 4 indikator dalam sebuah destinasi kota yang layak untuk di kunjungi.

Menurut Crescent Rating ACES (Access, Communication, Environment, Service):


47

Nomor Visitable
9 Tata letak kota bagus dan rapi
10 Bebas polusi udara
11 Penanganan kemacetan
Sumber: Alvara, (2014)

2.7.5. E-City (Kota Pintar)

Menurut Sutriadi, (2015) e-city adalah bermakna pintar. Kota pintar/cerdas

atau smart city adalah identik dengan model pembangunan kota yang berbasis

kepada pemanfaatan sumber daya manusia, secara kolektif, dan menjadikan

teknologi sebagai modal bagi peningkatan pembangunan dan kesejahteraan

masyarakat dalam konteks aglomerasi pada suatu kota.

Smart city adalah suatu konsep kota cerdas/pintar yang memberikan

bantuan kepada masyarakat di dalamnya dengan mengelola sumber daya yang

tersedia secara efisien dengan memberikan informasi tepat terhadap

masyarakat/lembaga di dalam melakukan aktivitasnya atau pun menjaga/antisipasi

kejadian yang tidak di duga sebelumnya (Sutriadi, 2015).

Konsep kota pintar yang dikembangkan akan terwujud apabila melibatkan

aspek: perkotaan (pemerintah), masyarakat dan teknologi. Melalui teknologi

informasi berbagai permasalahan perkotaan dapat terpantau secara real time,

misalnya melalui teknologi berbasis jaringan sensor. Kemudian pemerintahan

yang smart, yaitu apabila perangkat aparatur pemerintah mampu mengakses

penggunaan fasilitas aplikasi/software/website secara baik sehingga mendukung

kegiatan pekerjaan menjadi efisien. Selanjutnya, masyarakat yang smart, yaitu

apabila kemandirian dan kreativitas dalam mengakses teknologi, terutama dalam


48

rangka mendukung pembangunan berjalan baik dan mampu bersinergi, hal itu

guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat (Wismansyah, 2017).

Menurut Sukmatama et al. (2019) smart city adalah kota dengan investasi

modal manusia dan sosial, termasuk transportasi (tradisional), serta infrastruktur

komunikasi modern dan pembangunan ekonomi secara berkelanjutan, di mana

kualitas hidup tinggi, disertai manajemen sumber daya yang bijaksana melalui tata

kelola pemerintahan yang partisipatif.

Kemudian menurut Albino et al. (2015) kota pintar adalah sebagai kota

berteknologi tinggi yang intensif dan maju yang menghubungkan orang,

informasi, dan elemen kota menggunakan teknologi baru untuk menciptakan kota

yang berkelanjutan, lebih hijau, perdagangan yang kompetitif dan inovatif, dan

peningkatan kualitas hidup.

Menjadi kota pintar berarti menggunakan semua teknologi dan sumber

daya yang tersedia dengan cara yang cerdas dan terkoordinasi untuk

mengembangkan pusat-pusat kota yang sekaligus terintegrasi, layak huni, dan

berkelanjutan (Albino et al. 2015).

Smart city dimaknai secara sederhana, yaitu sebagai kota pintar atau kota

cerdas yang bisa menawarkan kualitas hidup dengan lebih baik dan memberi rasa

nyaman untuk masyarakatnya. Smart city dinilai sebagai sebuah kota yang

menjungjung tinggi derajat kemanusiaan bagi warganya. Smart city adalah sebuah

konsep perencanaan, penataan dan pengelolaan kota dengan satu sama lain saling

terintegrasi pada seluruh aspek kehidupan, demi mendukung masyarakat yang

cerdas, berpendidikan, memiliki moral dan meningkatkan kualitas kehidupan yang


51

yang simpel bagi masyarakat. Melalui perangkat smartphone, masyarakat dapat

menyampaikan keperluan dan keinginan dengan lebih mudah dan cepat

(Wismansyah, 2019).

Konten aplikasi Tangerang Live, yaitu: LAKSA (Layanan Aspirasi Kotak

Saran Anda), Pencaker (Pencari Kerja), daftar harga bahan pokok di pasar,

kumpulan berita tentang Kota Tangerang, dan lain-lain. Aplikasi Tangerang Live

juga banyak di adopsi oleh pemerintah daerah lainnya di Indonesia (Wismansyah,

2019).

Berikut ini adalah Tabel 2.7. Dimensi E-City.

Tabel 2.7.
Dimensi E-City
Nomor E-City
1 Fasilitas koneksi internet (wifi) di lokasi publik
2 Kecepatan koneksi internet
3 Keberadaan fasilitas internet (wifi) di lokasi publik merata
4 Mengakses website
Sumber: Alvara, (2014)

2.8. Kepuasan Masyarakat

Kepuasan masyarakat menjadi faktor paling penting di dalam menentukan

keberhasilan perusahaan publik sebab masyarakat merupakan konsumen dari

produk atau jasa yang dihasilkan. Hal ini tersebut diperkuat oleh pernyatan

Hoffman & Bateson, (1997), yakni: “Without customers, the service firm has no

reason to exist”. Hal kepuasan masyarakat dinyatakan Mowen & Minor, (2013):

“Customers satisfaction is defined as the overall attitudes regarding good or

service after its acquisition and uses”. Oleh sebab itu, suatu badan usaha harus
52

bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat guna memenuhi kepuasan

masyarakat dan memenuhi hal yang menjadi keinginannya.

Menurut Supranto, (1997) kepuasan merupakan tingkatan perasaan dari

seseorang pasca menyandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan melalui

harapannya. Kepuasan masyarakat yaitu perasaan senang atau kecewa dari hasil

membandingkan antara prestasi atau produk yang dirasakan, diinginkan atau yang

diharapkan.

Sedangkan Walle, (2017) mengatakan ketidakpuasan warga terhadap

pelayanan publik telah menjadi perhatian konstan dalam inisiatif reformasi pada

sektor publik. Banyak inisiatif reformasi administratif secara eksplisit

menghubungkan antara kebutuhan untuk mereformasi pelayanan publik,

meningkatkan kepuasan warga negara dengan layanan publik, dan

mempertahankan atau mengembalikan kepercayaan publik pada pemerintah.

Reformasi administrasi pada 1980-an dan 1990-an memperkenalkan

gagasan memperlakukan warga negara sebagai klien dan membuat layanan publik

lebih berorientasi pada klien. Ini berarti, antara lain memisahkan proses

pengiriman layanan dari hasilnya, dan mencoba untuk memberikan klien

pengalaman layanan yang menyenangkan dan mengubah keadaan birokrasi

tradisional menjadi pelayanan online (Walle, 2017).

Menurut Dan, (2017) kepuasan memiliki pengertian yang dapat dijelaskan

sebagai berikut:

“Kepuasan sebagai perasaan baik yang dimiliki oleh seseorang di mana


telah mencapai sesuatu atau ketika sesuatu yang diinginkan terjadi. Hal itu
menyangkut sesuatu yang memberi seseorang perasaan untuk
mendapatkan/memperoleh kepuasan dari sesuatu. Kepuasan diartikan
54

Berdasarkan gambar 2.11 di atas kerangka konsep pemikiran yang

dikembangkan dapat di jelaskan bahwa penelitian ini memiliki dua research gap

(kesenjangan penelitian), yaitu tingkat pengenalan (awareness) masyarakat Kota

Tangerang terhadap program Tangerang Live masih sangat rendah. Artinya,

masyarakat Kota Tangerang hanya sedikit yang mengetahui adanya program

Tangerang Live. Kemudian implementasi program Tangerang Live secara

keseluruhan belum secara optimal dan merata memberikan kepuasan kepada

masyarakat. Terdapat beberapa indikator program Tangerang Live memiliki

tingkat kepuasan masyarakat yang masih sangat rendah.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah

kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan tradisi tertentu pada ilmu pengetahuan

sosial di mana secara fundamental bergantung kepada pengamatan manusia di

dalam kawasannya sendiri dan berhubungan bersama orang-orang tersebut

melalui bahasanya dan dalam peristilahannya (Kirk & Miller, 1986).

Penelitian kualitatif memberikan kesempurnaan dan menggambarkan

kompleksitas dalam keunikan data (Wilkinson & Birmingham, 2003). Menurut

Taylor & Bogdan (2007) penelitian kualitatif merupakan prosedur atau tahapan

penelitian yang memberi hasil data deskriptif berbentuk kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang, dan perilaku yang diamati. Metode penelitian kualitatif

merupakan jenis penelitian yang hasil temuan-temuannya tidak diperoleh melalui

prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya (Corbin & Strauss, 2007).

Penelitian kualitatif melibatkan pengorganisasian, akuntansi untuk

menjelaskan data; pendeknya, bagaimana memahami definisi data dari segi situasi

peserta, memperhatikan pola, tema, kategori dan keteraturan (Cohen et al. 2007).

Tujuan penelitian kualitatif dapat dikatakan sebagai rancangan penelitian yang

dipilih dan di tulis menggunakan istilah-istilah teknis penelitian yang bersumber

dari bahasa penelitian kualitatif (Schwandt, 2007).

Penelitian kualitatif menyajikan data yang dikumpulkan dalam bentuk

kata-kata atau gambar. Jenis-jenis data di dalam penelitian kualitatif, seperti

55
56

transkrip wawancara, catatan lapangan, foto, rekaman audio, rekaman video, buku

harian, komentar pribadi, memo pejabat, catatan keuangan, bagian buku teks, dan

yang lainnya (Fraenkel et al. 2012).

Menurut Fraenkel et al. (2012) penelitian kualitatif mempunyai

karakteristik sebagai berikut:

1. Sumber data secara langsung menjadi latar belakang secara alamiah


dan peneliti menjadi instrumen kunci penelitian.
2. Data penelitian kualitatif lebih berbentuk kata-kata atau deskripsi
dibandingkan berbentuk angka-angka atau bilangan.
3. Peneliti lebih terfokus pada proses sebagaimana hasil penelitian.
4. Peneliti cenderung menganalisis data secara induktif.
5. Perhatian umum berpusat pada bagaimana peneliti keluar dari masalah
dalam hidupnya.

Hal-hal yang berkaitan dengan pengamatan, wawancara, kuesioner,

panggilan telepon, dokumen pribadi dan resmi, foto, rekaman, gambar, jurnal,

pesan dan respons email, dan percakapan informal adalah semua sumber data

kualitatif (Gay et al. 2012).

Sedangakan Zikmund et al. (2013) mengatakan penelitian kualitatif

merupakan data yang tidak dikarakterisasi dengan angka, tetapi sebaliknya

tekstual, visual, atau lisan; fokus aktif cerita, penggambaran visual, bermakna

penokohan, interpretasi, dan ekspresif deskripsi lainnya.

Lodico et al. (2006) menjelaskan karakteristik utama dari penelitian

kualitatif adalah sebagai berikut:

1. Studi dilakukan dalam suasana naturalistik.


2. Peneliti mengajukan pertanyaan penelitian luas yang dirancang untuk
mengeksplorasi, menafsirkan, atau memahami konteks sosial.
3. Peserta dipilih melalui metode non-acak berdasarkan pada apakah
individu memiliki informasi penting untuk pertanyaan yang diajukan.
4. Teknik pengumpulan data melibatkan observasi dan wawancara yang
membawa peneliti dalam kontak dekat dengan para peserta.
57

5. Peneliti cenderung untuk mengambil peran interaktif di mana dia


mengenal peserta dan konteks sosial di mana mereka tinggal.
6. Hipotesis dibentuk setelah peneliti memulai pengumpulan data dan
dimodernisasi sepanjang penelitian saat data baru dikumpulkan dan
dianalisis.
7. Studi melaporkan data dalam bentuk naratif.

Menurut Vanderstoep & Johnston, (2009) menjelaskan penelitian kualitatif

sebagai berikut:

“Penelitian kualitatif lebih deskriptif daripada sebagai prediksi, selain itu


bertujuan memahami secara mendalam menurut sudut pandang peneliti.
Peran peneliti yang berbeda akan memiliki interpretasi yang berbeda pula,
khusunya dari pengalaman mereka sendiri, dan sistem sosial di mana
mereka berinteraksi. Peneliti akan memaksakan identitas budaya, sosial,
dan pribadinya pada setiap interpretasi pengalaman peserta penelitian.
Pendekatan kualitatif biasanya kurang mementingkan generalisasi
agregat”.

Metode penelitian kualitatif dikembangkan dalam ilmu sosial untuk

memungkinkan peneliti mempelajari fenomena sosial dan budaya. Contoh metode

kualitatif adalah penelitian tindakan, penelitian studi kasus dan etnografi. Sumber

data kualitatif termasuk observasi dan observasi partisipan (kerja lapangan),

wawancara dan kuesioner, dokumen dan teks, dan kesan dan reaksi peneliti

(Myers, 2013).

Menurut Afrizal, (2014) metode penelitian kualitatif dapat diartikan

sebagai metode penelitian ilmu-ilmu sosial di mana mengumpulkan dan

menganalisis data berbentuk kata-kata (lisan atau tulisan) dari perbuatan atau

perilaku manusia, dengan peneliti tidak berupaya menghitung atau

mengkuantifikasikan data kualitatif yang sudah di peroleh, yang dengan begitu

maka tidak menganalisis angka-angka.


58

Sedangkan Neuman, (2014) menyebutkan di dalam studi kualitatif data

terkadang datang dalam bentuk angka; lebih sering data ditulis atau diucapkan

berupa kata-kata, tindakan, suara, simbol, objek fisik, atau gambar visual, seperti

peta, foto, video. Penelitian kualitatif tidak mengubah semua pengamatan menjadi

media tunggal yang umum seperti angka tetapi meninggalkan data dalam berbagai

bentuk, ukuran, dan bentuk yang tidak standar.

Penelitian kualitatif adalah metode riset yang tidak terstruktur dan bersifat

menjelaskan yang didasarkan kepada sampel yang kecil yang memberikan

wawasan dan pemahaman mengenai setting masalah (Malhotra et al. 2017).

Penelitian kualitatif secara umum mencakup informasi terkait fenomena utama

(central phenomenon) yang dieksplorasi di dalam penelitian, partisipan penelitian,

dan lokasi penelitian (Creswell, 2017).

Jenis penelitian kualitatif adalah terdiri dari: phenomenology,

ethnography; grounded theory, case studies (Zikmund et al. 2013; Creswell,

2017; Fraenkel et al. 2012; Lodico et al. 2006; Cohen et al. 2007; action research

Malhotra et al. 2017; textual analysis, applied research Vanderstoep & Johnston,

2009).

Menurut Rahardjo, (2011) setidaknya ada delapan jenis penelitian

kualitatif, yakni etnografi (ethnography), studi kasus (case studies), studi

dokumen/teks (document studies), observasi alami (natural observation),

wawancara terpusat (focused interviews), fenomenologi (phenomenology),

grounded theory, studi sejarah (historical research).


59

Jenis penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah studi kasus

(case studies). Studi kasus digunakan untuk memberikan pemahaman akan

sesuatu yang menarik perhatian, proses sosial yang terjadi, peristiwa konkrit, atau

pengalaman orang yang menjadi latar dari sebuah kasus. Studi kasus memiliki

fokus pada satu unit tertentu, yang dapat berupa individu, kelompok, organisasi,

masyarakat (Prihatsanti et al. 2018).

Sebagai pendekatan, kunci penelitian studi kasus memungkinkan untuk

menyelidiki suatu peristiwa, situasi, atau kondisi sosial tertentu dan untuk

memberikan wawasan dalam proses yang menjelaskan bagaimana peristiwa atau

situasi tertentu terjadi (Hodgetts & Stolte, 2012). Studi kasus adalah sejarah yang

di dokumentasikan dari orang tertentu, kelompok, organisasi, atau acara (Zikmund

et al. 2013). Sebuah studi kasus penelitian bertujuan untuk menguji pertanyaan

dan masalah penelitian, yang tidak dapat dipisahkan antara fenomena dan konteks

di mana fenomena tersebut terjadi (Yin, 2017).

Tujuan dari studi kasus adalah untuk memahami karakteristik yang

mendefenisikan sistem tertentu, dan untuk menggambarkan suatu peristiwa atau

proses suatu sistem yang terjadi di dalamnya (Vanderstoep & Johnston, 2009).

Penelitian studi kasus adalah bentuk penelitian kualitatif yang berusaha untuk

menemukan makna, untuk menyelidiki proses, dan untuk mendapatkan wawasan

dan pemahaman mendalam seorang individu, kelompok, atau situasi (Lodico et al.

2006). Studi kasus adalah apa yang mereka sebut sebagai objek kasus penelitian

mereka, dan mereka memfokuskannya atas penelitian tentang studi kasus tersebut

(Fraenkel et al. 2012).


60

Penelitian studi kasus sering digambarkan sebagai metodologi yang

fleksibel, menantang dan paling umum digunakan dalam penelitian ilmu sosial.

Namun demikian dukungan dan perhatian terhadap studi kasus paling sedikit

karena tidak adanya protokol yang terdefinisi dengan baik (Cope, 2015).

Pendekatan ini bermanfaat untuk penelitian dalam mengembangkan teori,

mengevaluasi program, dan mengembangkan intervensi karena fleksibilitas dan

ketelitiannya (Baxter & Jack, 2008).

Merriam & Tisdell, (2015) mendefinisikan studi kasus sebagai deskripsi

dan analisis mendalam dari bounded system: (a) mengembangkan sebuah analisis

mendalam dari sebuah kasus yang tunggal atau ganda; (b) studi/kajian mendalam

terhadap kasus atau kasus-kasus; (c) biasa digunakan dalam ilmu politik,

sosiologi, evaluasi, studi masyarakat urban, dan ilmu sosial lainnya.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di kantor pusat pemerintahan (Puspem) Kota

Tangerang, Jalan Satria-Sudirman No.1, RT.002/RW.001, Suka Asih, Kecamatan

Tangerang, Kota Tangerang, Provinsi Banten, 15111.

3.3. Fokus Penelitian

Di dalam penelitian kualitatif penetapan fokus penelitian bersifat

keseluruhan dari situasi sosial yang diteliti di mana meliputi aspek tempat (place),

pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis (Sugiyono,

2009).

Penelitian ini difokuskan kepada implementasi kebijakan program

Tangerang Live terhadap kepuasan masyarakat di Kota Tangerang, yang meliputi


61

bagaimana implementasi kebijakan program Tangerang Live (livable, investable,

visitable dan e-city,) tingkat pengenalan masyarakat terhadap program Tangerang

Live, dan tingkat kepuasan masyarakat terhadap program Tangerang Live.

3.4. Sumber Data

Di dalam penelitian kualitatif, data kualitatif adalah data yang berbentuk

kata-kata. Contoh data kualitatif adalah catatan wawancara, transkrip kelompok

fokus (FGD), jawaban atas pertanyaan terbuka, transkripsi rekaman video, akun

pengalaman dengan produk di internet, artikel berita, dan sejenisnya. Data

kualitatif dapat berasal dari berbagai sumber primer dan/atau sumber sekunder,

seperti individu, kelompok fokus, catatan perusahaan, publikasi pemerintah, dan

internet. Analisis data kualitatif bertujuan untuk membuat kesimpulan yang valid

dari jumlah data yang dikumpulkan yang seringkali sangat besar (Sekaran &

Bougie, 2016).

Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data bisa

diperoleh. Jika menggunakan wawancara pada pengumpulan datanya maka

sumber datanya disebut informan, yakni orang yang merespon atau menjawab

pertanyaan-pertanyaan baik dengan cara tertulis atau lisan. Jika menggunakan

observasi maka sumber datanya adalah berbentuk benda, gerak, atau proses

sesuatu. Jika menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatanlah yang

menjadi sumber datanya (Arikunto, 2011).

Teknik pengumpulan data yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:
62

1. Data Primer

Sumber data primer diperoleh dari hasil studi lapangan, yaitu proses

pengumpulan informasi, data, dan fakta secara langsung pada objek

penelitian melalui observasi dan wawancara secara mendalam (in-

depth interview).

2. Data Sekunder

Sumber data sekunder diperoleh melalui hasil tinjauan kepustakaan

dan literatur; buku, karya ilmiah, artikel ilmiah (jurnal

nasional/internasional), surat kabar cetak/elektronik (online), situs

internet (website/media sosial). Bahan atau dokumen tertulis yang

memiliki relevansi dengan topik yang diteliti, termasuk data-data

tertulis lainnya yang berasal dari objek penelitian.

3.5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data di dalam sebuah penelitian. Di dalam penelitian kualitatif

yang bertindak sebagai instrumen atau alat penelitian yaitu peneliti itu sendiri.

Peran peneliti di dalam penelitian kualitatif adalah sebagai human instrument,

yang mana menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,

melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan

data, dan membuat kesimpulan atas temuan penelitiannya (Sugiyono, 2009).

Maka dari itu instrumen penelitian yang digunakan di dalam penelitian kualitatif

ini, yaitu peneliti sendiri.


63

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Di dalam teknik pengumpulan data peneliti menggunakan metode sebagai

berikut:

1. Metode wawancara

Wawancara adalah suatu percakapan dengan maksud tertentu yang

dilakukan oleh dua pihak, yakni pewawancara (interviewer) yang

berperan menyampaikan pertanyaan, dan yang diwawancarai

(interviewee) yang memberi jawaban atas pertanyaan yang

disampaikan (Moleong, 2017). Menurut Esterberg, (2002) terdapat

tiga jenis wawancara, diantaranya adalah wawancara terstruktur,

semiterstruktur, dan tidak terstruktur. Jenis wawancara yang akan

dilakukan di dalam penelitian ini adalah semiterstruktur, yakni

termasuk ke dalam wawancara mendalam (in-depth interview), di

mana teknis pelaksanaannya lebih bebas untuk menemukan

permasalahan dengan terbuka, yang mana pihak yang di wawancara

dapat dimintakan pendapat, dan ide-idenya (Sugiyono, 2009).

2. Metode observasi

Observasi dapat dimaknai sebagai pengamatan dan pencatatan dengan

cara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian

(Sugiyono, 2009). Di dalam observasi partisipatif peran peneliti

adalah melakukan pengamatan atas apa yang dilakukan atau

dikerjakan orang, mendengar apa yang di ucapkan mereka, dan

berapartisipasi di dalam aktivitas mereka (Stainback & Stainback,


64

1989). Observasi yang akan dilakukan peneliti adalah observasi

partisipatif pasif (passive participation), di mana peneliti hadir ke

tempat kegiatan orang yang diamati, namun tidak ikut terlibat di

dalam kegiatan itu.

3. Metode dokumentasi

Dokumen adalah catatan kejadian yang sudah berlalu. Dokumen dapat

berupa tulisan, gambar, atau karya-karya munumental (Sugiyono,

2009). Metode dokumentasi adalah mencari data yang berbentuk

catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

legger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2011). Nawawi, (2005)

mengatakan studi dokumentasi merupakan cara mengumpulkan data

melalui peninggalan tertulis khususnya berupa arsip-arsip, dan juga

termasuk buku tentang pendapat, dalil yang berhubungan dengan

masalah penelitian. Melalui metode dokumentasi, peneliti akan

menggali data berupa dokumen-dokumen yang terkait dengan objek

penelitian.

3.7. Penentuan Informan

Di dalam melakukan wawancara mendalam, peneliti menentukan beberapa

sumber atau informan yang dinilai paling representatif dan memiliki kompetensi

untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan fokus penelitian.

Penentuan informan dilakukan berdasarkan pertimbangan jabatan, pengalaman

dan pemahaman atas objek yang diteliti.


65

Menurut Suyanto & Sutinah, (2005) informan penelitian memiliki tiga ciri

sebagai berikut:

1. Informan kunci (key informan), yakni mereka yang tahu dan


mempunyai berbagai informasi pokok yang dibutuhkan di dalam
penelitian.
2. Informan utama, yakni mereka yang terlibat secara langsung di dalam
interaksi sosial yang diteliti.
3. Informan tambahan, yakni mereka yang bisa memberi informasi
meskipun tidak secara langsung terlibat di dalam interaksi sosial yang
diteliti.

Penentuan informan digunakan pendekatan purposive, yaitu orang yang

dianggap mempunyai pengetahuan yang cukup luas dan bisa menjelaskan kondisi

atau keadaan yang sebenarnya terutama terkait obyek penelitian guna memperoleh

data yang spesifik. Sampel purposive yaitu teknik penentuan sampel atas

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009).

Di dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah sebagai berikut:

1. H. Arief Rachadiono Wismansyah (Walikota Tangerang).


2. Tb. Yudi Muhtadi (Dosen/Akademisi UNIS Tangerang).
3. Dirman (Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kota Tangerang).
4. Dwiyana Langlang Nugraha (Lurah Sangiang Jaya).
5. Edy Hamdy (Koordinator Badan Keswadayaan Masyarakat Amanah,
Kelurahan Batujaya, Kecamatan Batuceper, Kota Tangerang).

3.8. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data di dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan kriteria

kredibilitas. Menurut Sugiyono, (2009) untuk uji kredibilitas data atau

kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitiatif terdiri dari: perpanjangan

pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, Triangulasi, diskusi

dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member chek.


66

Untuk memperoleh data yang relevan, maka peneliti melakukan

pengecekan keabsahan data melalui tiga cara yang sesuai dengan kebutuhan

penelitian, yaitu:

1. Perpanjangan pengamatan

Peneliti tinggal di lapangan hingga mencapai titik kejenuhan

pengumpulan data tercapai. Melalui perpanjangan pengamatan

peneliti, akan memungkinan peningkatan derajat kepercayaan data

yang dikumpulkan (Moleong, 2017). Melalui perpanjangan

pengamatan tersebut, peneliti akan mengecek kembali apakah data

yang telah diperoleh sejauh ini, dan setelah dicek kembali kepada

sumber data asli, dan atau sumber data lain dinyatakan tidak benar,

maka peneliti melakukan pengamatan kembali secara lebih luas dan

mendalam sehingga didapat data yang dipastikan kebenarannya

(Sugiyono, 2009).

2. Peningkatan ketekunan

Meningkatkan ketekunan artinya melakukan pengamatan secara lebih

cermat, seksama dan berkesinambungan. Melalui cara tersebut maka

kepastian data serta runtutan peristiwa/kejadian akan bisa direkam

dengan pasti dan sistematis (Sugiyono, 2009). Dengan meningkatkan

ketekunan maka peneliti bisa melakukan pengecekan ulang apakah

data yang sudah ditemukan itu ada kesalahan atau tidak, selain itu

dengan ketekunan maka peneliti bisa memberikan deskripsi data


67

secara akurat dan sistematis terkait hal yang diamati (Sugiyono,

2009).

3. Triangulasi

Triangulasi pada pengujian kredibilitas bermaksud sebagai

pengecekan data dari beragam sumber dengan berbagai cara, dan

berbagai waktu. Oleh karena itu, terdapat triangulasi sumber,

triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu (Sugiyono, 2009).

Pada penelitian ini akan dipergunakan triangulasi sumber di mana

untuk pengecekan data terkait keabsahannya, membandingkan hasil

wawancara dengan isi sebuah dokumen dengan cara memanfaatkan

berbagai sumber data informasi untuk bahan pertimbangan. Peneliti

akan membandingkan data dari hasil observasi dengan data hasil

wawancara, dan juga akan membandingkan data hasil wawancara

dengan hasil wawancara lainnya.

3.9. Teknik Analisis Data

Menurut Cohen at al. (2000) analisis data kualitatif adalah serangkaian

proses dan prosedur di mana seorang peneliti memberikan penjelasan,

pemahaman dan interpretasi dari fenomena yang diteliti berdasarkan konten

bermakna dan simbolis dari data kualitatif. Hal ini menyediakan cara untuk

membedakan, memeriksa, membandingkan dan menafsirkan pola dan tema yang

bermakna. Makna ditentukan oleh tujuan dan sasaran spesifik dari topik yang ada

di mana set data yang sama dapat dianalisis dan disintesis dari berbagai sudut

tergantung pada topik penelitian. Ini didasarkan pada filosofi interpretatif.


68

Data kualitatif bersifat subjektif, lunak, kaya, dan deskripsi mendalam

yang biasanya disajikan dalam bentuk kata-kata. Bentuk paling umum untuk

memperoleh data kualitatif termasuk wawancara semi-terstruktur dan tidak

terstruktur, pengamatan, riwayat hidup dan dokumen, sedangkan untuk proses

analisisnya sangat sulit (Cohen et al. 2000).

Miles & Huberman, (1994) mengatakan bahwa aktivitas di dalam

menganalisis data kualitatif dilaksanakan dengan cara interaktif dan berlangsung

secara terus menerus sampai dengan tuntas, hingga datanya sudah jenuh. Aktivitas

dalam analisis data adalah sebagai berikut: data reduction, display data, dan

conclution drawing/verification.

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data dimaknai sebagai proses atau tahapan pemilihan,

pemusatan perhatian dalam penyederhanaan, pengabstrakan, dan

transformasi data kasar yang muncul dari catatan lapangan. Reduksi

dilakukan sejak awal pengumpulan data, diawali dari membuat

ringkasan, mengkode, menelusuri tema, menulis memo, dan lain-lain,

yang maksudnya untuk menyisihkan data atau informasi yang tidak

sesuai/relevan, dan selanjutnya data tersebut diverifikasi.

2. Penyajian Data (Display Data)

Penyajian data merupakan bentuk mendeskripsikan kumpulan-

kumpulan informasi tersusun, yang memberi kemungkinan adanya

penarikan kesimpulan dan pengambil alihan tindakan. Penyajian data

kualitatif ditampilkan dengan bentuk teks naratif, yang bertujuan–


69

dirancang untuk menggabungkan informasi yang tersusun dalam

bentuk yang padu serta mudah untuk dipahami.

3. Verifikasi dan Kesimpulan (Conclution Drawing and Verification)

Penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah kegiatan akhir penelitian

kualitatif. Peneliti harus tiba kepada kesimpulan dengan melakukan

verifikasi, baik dari segi makna ataupun kebenaran kesimpulan yang

disepakati oleh tempat penelitian dilakukan. Rumusan makna yang

dibangun peneliti berdasarkan data harus diuji kebenaran, kecocokan,

dan kekokohannya. Peneliti harus sadar bahwasanya di dalam mencari

makna tersebut, harus menggunakan pendektan emik, yakni dari sudut

pandang key information, dan bukan penafsiran makna menurut

persepsi atau pendapat peneliti (pandangan etik).

3.10. Alat Analisis Data

Alat analisis data yang digunakan di dalam pengolahan data menggunakan

software NVivo 12.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 1 Yudi Muhtadi sebagai

akademisi Universitas Islam Syekh-Yusuf (Unis) Tangerang menyatakan bahwa

Program Tangerang Live sangat identik dengan aplikasi Tangerang Live. Menurut

Yudi Muhtadi program tersebut sudah diketahuinya sejak pertama kali

diluncurkan pada tahun 2016, yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan

publik kepada masyarakat.

“Tangerang LIVE itu di luncurkan pada tahun 2016, bahkan pada saat itu
Menpannya Pak Yudi Krisnandi memberikan apresiasi kepada pemerintah Kota
Tangerang yang telah membuat aplikasi Tangerang LIVE dalam rangka
meningkatkan pelayanan publik. Jadi secara program saya sudah mengetahui dari
awal” (Informan 1).

Menurut Yudi Muhtadi pada tahap implementasi dijelaskan bahwa tugas

pemerintah Kota Tangerang adalah memberikan pelayanan publik kepada

masyarakat. Program Tangerang Live dinilai sangat baik untuk kepentingan

masyarakat. Kehadiran aplikasi Tangerang Live adalah bentuk pelayanan kepada

publik karena dapat memberikan kemudahan di dalam mengakses informasi

seperti layanan ambulan gratis, mencari lowongan pekerjaan, dan lain-lain.

“Pemerintah Kota Tangerang salah satu tugasnya memberikan pelayanan


publik, dan menurut saya itu program yang sangat baik bagi masyarakat di mana
program Tangerang LIVE ini dapat meningkatkan pelayanan publik, artinya
publik bisa terlayani, misalnya tentang bagaimana publik ingin mendapatkan
ambulan bisa melalui aplikasi Tangerang LIVE, termasuk untuk pencarian kerja
bisa melalui aplikasi ini. Jadi saya pikir ini adalah terobosan terbaik dari
pemerintah Kota Tangerang dalam rangka meningkatkan pelayanan publik”
(Informan 1).

70
71

Yudi Muhtadi juga menjelaskan bahwa selain program berteknologi

seperti aplikasi Tangerang Live terdapat program lainnya, seperti kampung terang.

Program ini berupa pemasangan lampu-lampu penerangan jalan perkampungan

pada wilayah permukiman warga di Kota Tangerang. Program Tangerang Live di

nilainya sudah baik tetapi perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat agar

setiap warganya mengetahui implementasi dari program tersebut. Layanan akses

seperti bidang kesehatan, tenaga kerja, pendidikan, sudah tersedia. Diketahui

jumlah kunjungan studi banding dari luar daerah untuk mengetahui program

Tangerang Live juga cukup tinggi.

“...ada beberapa program diantaranya program kampung terang, di mana


pemerintah membuat titik-titik lampu di sudut pemukiman warga, dan di
Tangerang LIVE itu saya pikir segala informasi-informasi yang dibuat oleh
pemerintah Kota Tangerang sudah bisa di akses di Tangerang LIVE dan berkaitan
program itu sudah bagus, seperti di bidang kesehatan, tenaga kerja, pendidikan
dan lain-lain. Hanya mungkin yang harus diperhatikan sosialisasinya dikalangan
masyarakat harus ditingkatkan terutama bagi masyarakat di wilayah kelurahan.
Programnya itu sudah bagus dan saya pernah lihat ada pemerintah daerah yang
belajar seperti Purwokerto, terus ada juga daerah lainnya yang studi banding…”
(Informan 1).

Berkaitan dengan program yang tepat sasaran, Yudi Muhtadi menegaskan

bahwa pemerintah Kota Tangerang sebenarnya selalu cepat dalam merespon

masalah-masalah yang ada di masyarakat, seperti dalam penanganan banjir dan

masalah lainnya. Hanya saja informasi pelayanan tersebut tidak semua sampai

kepada masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah Kota Tangerang harus berpikir

bagaimana caranya agar masyarakatnya minimal 70 persen bisa mengakses

informasi-informasi yang ada di Tangerang Live.

Yudi Muhtadi menilai bahwa dengan adanya program Tangerang Live

sudah memberikan kepuasan kepada masyarakat di Kota Tangerang. Hal itu dapat
72

ditunjukkan dari sikap pribadinya ketika membutuhkan informasi-informasi

tentang Tangerang yang selalu membuka atau mengunjungi Tangerang Live.

Bahkan sebagai pengurus dan sekretaris DKM Mesjid di komplek rumahnya ia

selalu menghubungi layanan ambulan untuk memperolah pelayanan menghantar

jenazah bagi yang meninggal dunia.

Layanan aplikasi Tangerang Live menurut Yudi Muhtadi sangat

memberikan kemudahan dalam mengakses informasi yang dibutuhkan. Hanya

saja harus ada peran dari Dinas Infokom (Informasi dan Komunikasi) agar terus

melakukan sosialisasi tentang pentingnya Tangerang Live. Informasi yang

disampaikan juga harus secara detail, seperti info bagaimana cara mendownload

termasuk memberikan pemahaman dan manfaat dari Tangerang Live dalam

rangka memenuhi kebutuhan informasi di masyarakat.

Menurut Yudi Muhtadi perumusan program Tangerang Live sudah

memenuhi beberapa indikator implementasi seperti perencanaan. Unsur

perencanaan program menjadi penting sebab tidak mungkin sebuah program dapat

terlaksana dengan baik jika tidak melalui suatu perencanaan yang baik. Namun

demikian ketika proses perencanaan program dan implementasi sudah berjalan

diperlukan langkah selanjutnya, yaitu evaluasi. Pada konteks ini yang harus di

lakukan oleh pemerintah Kota Tangerang adalah melakukan evaluasi

berkaitan dengan sosialisasi program Tangerang Live.

“…kalau implementasinya sudah bagus, perencanaannya sudah bagus,


programnya sudah bagus, maka yang harus di evaluasi ya sosialisasinya, soalnya
implementasi itu dilihat dari proses output-nya, ketika pelaksanaannya
mendapatkan respon baik dari pemerintah pusat maka itu sudah baik. Tapi tentu
setiap kebijakan itu harus ada yang dibenahi maka perlu ada evaluasi kebijakan
73

agar dapat dibenahi oleh pemerintah daerah, termasuk sosialisasi tentang


Tangerang Live...” (Informan 1).

Yudi Muhtadi menegaskan bahwa upaya sosialisasi tentang program

Tangerang Live selain melibatkan Dinas Informasi dan Komunikasi juga

diperlukan peran serta dari masyarakat. Caranya dengan melibatkan pelajar,

mahasiswa dan pemuda yang ada di Kota Tangerang. Sosialisasi tersebut harus

dengan cara yang kreatif agar lebih mudah di pahami, tepat sasaran, dan sesuai

dengan segmen kebutuhan informasi di masyarakat.

“…sudah rekrut saja pelajar, mahasiswa, tokoh pemuda, mereka suruh


jalan di kelurahan untuk mensosialisasikan Tangerang LIVE. Saya pikir kalau
mahasiswa diajak bicara dengan tokoh pemuda atau masyarakat lainnya pasti mau
untuk menyampaikan pesan. Jadi peran mereka nanti sebagai duta Tangerang
LIVE. Tinggal cari saja yang ganteng, cakep, cantik, cerdas, dan yang pasti paham
tentang program ini. Kemudian dinas Infokom juga perlu mengikuti
perkembangan jaman, misalnya informasi untuk segmen kalangan millenial,
sebenarnya apa keinginan mereka tentang kebutuhan informasi ? Jadi sosialisasi
tidak hanya melalui atribut banner, brosur, atau pamflet, tapi melalui cara yang
kreatif…” (Informan 1).

Informan 2 adalah Dirman sebagai Ketua LPM (Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat) Kota Tangerang. Di dalam wawancara menjelaskan bahwa salah satu

program Tangerang Live adalah program aplikasi Laksa (layanan aspirasi kotak

saran anda). Aplikasi tersebut dapat memudahkan masyarakat untuk mengetahui

program-program yang dilaksanakan oleh pemerintah Kota Tangerang. Secara

spesifik Dirman menyebutkan bahwa program Tangerang Live untuk

memudahkan masyarakat dalam pelayanan pembuatan e-KTP, membuat surat

keterangan tanda kematian, pengurusan ijin, dan lain-lain. Melalui layanan

aplikasi tersebut diharapkan pelayanan kepada masyarakat menjadi lebih mudah

dan cepat selesai. Pada aspek implementasi program pemerintah Kota Tangerang
74

tersebut dinilai baik, meskipun masyarakat sendiri dinilai belum banyak

mengetahui secara menyeluruh tentang adanya aplikasi itu.

“…jadi implementasi program yang dilaksanakan oleh pemerintah itu


memang sepertinya sudah bagus, tapi untuk masyarakatnya sendiri masih belum
banyak yang mengetahuinya sehingga memang harus di sosialisasikan terus agar
masyarakat bisa cepat tahu. Kegiatan sosialisasi dari pemerintah harus di mulai
dari kecamatan, kelurahan sampai ke tingkat bawah RT/RW…” (Informan 2).

Dirman manyatakan ada sejumlah program yang menjadi bagian dari

program Tangerang Live, yaitu program maghrib mengaji. Program ini bertujuan

agar anak-anak pada waktu maghrib di rumah melakukan pengajian dan tidak

bermain keluyuran. Kemudian program kampung tematik yang awal mulanya di

adopsi dari kampung PHBS (program hidup bersih dan sehat). Kehadiran

kampung tematik dapat dirasakan oleh masyarakat khususnya di wilayah-wilayah

yang tadinya berkondisi permukiman kumuh. Kampung tematik di Kota

Tangerang sebagian besar sudah menjadi tujuan/destinasi wisata bagi masyarakat.

“…di Karawaci terdapat kampung tematik namanya Kampung


Hidroponik. Itu sudah bagus dan bisa dijadikan destinasi untuk kunjungan
masyarakat luas. Itu sama seperti di Kecamatan Tangerang ada Kampung Bekelir
yang sudah bisa dikunjungi oleh masyarakat dari luar Kota Tangerang, termasuk
sudah cukup banyak yang berkunjung untuk studi banding...” (Informan 2).

Dirman berpendapat aspek kepuasan yang dirasakan terletak pada

pencarian informasi di aplikasi Tangerang Live. Apabila hal itu di ukur dari

tingkat kepuasannya bisa mencapai angka 70 persen. Namun demikian, tingkat

kepuasan lainnya belum dapat di rasakan secara merata dikarenakan pelaksanaan

pembangunan seperti halnya kampung tematik belum berjalan optimal. Oleh

karena itu, program Tangerang Live pada level tertentu dapat di klaim sudah

banyak diketahui, namun pada level setingkat RT/RW masih rendah.


75

Informan 3 adalah Edy Hamdy sebagai Koordinator BKM (Badan

Keswadayaan Masyarakat) Amanah, Kelurahan Batujaya, Kecamatan Batuceper,

Kota Tangerang. Berdasarkan hasil wawancara menjelaskan bahwa Tangerang

Live merupakan simbol baru Kota Tangerang yang bermakna livable, investable,

visitable, dan e-city. Munculnya makna baru itu bukan berarti menghilangkan

makna Akhlakul Karimah, tapi sebaliknya konsep Tangerang Live untuk

memudahkan masyarakat agar bisa melihat desain atau program yang

disampaikan Walikota Tangerang H. Arief R. Wismansyah.

Melalui makna itu, masyarakat bisa memahami bahwa itu artinya layak

huni, layak investasi, layak dikunjungi, dan kota pintar. Langkah tersebut

merupakan upaya walikota dalam memberikan lompatan-lompatan inovasi.

Masyarakat dapat dengan mudah melihat beberapa program yang di luncurkan

oleh Walikota Tangerang, seperti program Tangerang Berbenah. Melalui program

tersebut masyarakat menjadi sangat terbantu.

“…akhirnya masyarakat melihat pada era walikota H. Arief R.


Wismansyah sudah ribuan rumah yang di renovasi, jamban sehat dibangun, dan
perbaikan sanitasi untuk kebutuhan MCK masyarakat. Jadi jelas konsep livable
(layak huni) ini tepat sasaran…” (Informan 3).

Terkait kota layak di kunjungi ini sangat jelas bahwa Kota Tangerang

sangat berdekatan dengan bandara Soekarno-Hatta. Ini tentu menjadi daya tarik

sebab pada waktu sebelumnya nama bandara kerap disebut bandara Jakarta, tetapi

pada era walikota saat ini berubah menjadi bandara Tangerang, Banten. Pada

konteks Tangerang Live maka kehadiran bandara menjadi aset bagi Kota

Tangerang.
76

Menurut Edy Hamdy pada implementasinya program Tangerang Live

sangat memberikan manfaat sebab program pembangunan yang menggunakan

anggaran APBD tersebut dapat terserap langsung di masyarakat, bahkan tidak

hanya pembangunan yang bersifat fisik, tapi juga menyangkut pembangunan

jasmani dan rohani, seperti program Tangerang Mengaji.

Terkait kepuasan masyarakat dijelaskan Edy Hamdy, bahwa bisa saja

masyarakat puas dan tidak puas terhadap program Tangerang Live. Tapi

menurutnya, masyarakat yang puas pasti lebih dominan sehingga jika

dipersentasikan bisa mencapai angka 90 persen puas. Alasannya, karena program

Tangerang Live sangat tepat guna.

“…layanan aplikasi Laksa misalnya jelas menjadi saluran aspirasi


masyarakat untuk memperoleh informasi dan menyampaikan keluhan, seperti
jembatan atau jalan rusak, tempat pembuangan sampah tidak baik, pencarian
lowongan kerja. Hal ini jelas bentuk implementasi dari kota pintar (e-city) yang
berbasis teknologi dan memberikan manfaat dalam hal informasi…” (Informan 3).

Edy Hamdy menegaskan program Tangerang Live tidak hanya menjadi

jargon program pembangunan, tapi sepatutnya dapat memberi manfaat untuk

masyarakat Kota Tangerang, mampu meningkatan kehidupan yang lebih

sejahtera, sikap toleransinya lebih terbangun sehingga tercipta sebuah masyarakat

yang kondusif “gemah ripah loh jinawi”. Di Kota Tangerang sudah terdapat

lokasi-lokasi menarik yang bisa memberi implikasi positif dan menjadi destinasi

bagi masyarakat Kota Tangerang, mulai dari kampung bekelir, taman pramuka,

taman gajah tunggal, dan jembatan barendeng. Dengan adanya lokasi tersebut

diharapkan bisa membawa dampak kebaikan bagi masyarakat Kota Tangerang,

khususnya di bidang ekonomi.


77

Informan 4 adalah Dwiyana Langlang Nugraha, Lurah Kelurahan

Sangiang Jaya Kecamatan Periuk Kota Tangerang. Dalam wawancaranya

menjelaskan bahwa mengetahui program Tangerang Live yang merupakan

akronim dari livable, investable, visitable, dan e-city. Pada implementasinya di

Kota Tangerang di nilai sudah baik dan memang sangat terasa di masyarakat.

Untuk menjadi kota layak huni pemerintah kota saat ini sedang gencar membuat

taman-taman dan ruang terbuka hijau yang memang masih sangat dibutuhkan oleh

masyarakat di tengah kota industri.

“…masyarakat sangat membutuhkan program Tangerang Live, selain itu


ada juga kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan kampung tematik, program
UMKM, dan lain sebagainya. Itu memang sangat dirasakan sekali oleh
masyarakat, khususnya di alami oleh warga masyarakat level bawah, seperti di
Kelurahan Sangiang Jaya…” (Informan 4).

Berkaitan dengan kepuasan masyarakat, Dwiyana Langlang Nugraha

menegaskan bahwa sebetulnya belum banyak masyarakat yang memahami

program Tangerang Live, tapi dari beberapa program kegiatan yang sudah ada

dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Adanya fasilitas seperti taman dan

ruang terbuka hijau adalah bentuk dukungan dalam rangka menjadikan Kota

Tangerang sebagai kota layak huni. Kemudian di dalam mendukung kota layak

investasi maka sudah sepatutnya tersedia fasilitas seperti apartemen, hotel dan

lain-lain. Fasilitas tersebut sebagaimana terdapat di wilayahnya, yaitu di

Kelurahan Sangiang Jaya.

“…di masyarakat sudah banyak berjalan program kampung tematik yang


memang di dukung oleh pemerintah daerah. Jadi warga menjalankan programnya,
sementara pemerintah menyediakan dananya dalam rangka mendukung kegiatan
tersebut…” (Informan 4).
78

Terkait tahapan perumusan program kebijakan dijelaskan Dwiyana

Langlang Nugraha, bahwa ia kurang memahmi seperti apa rumusan dari program

tersebut, karena yang di rasakan pada level teknis adalah implementasi dan

evaluasi. Artinya tahapan perumusan berada di level atas, yaitu pimpinan sebagai

pengambil kebijakan, sementara tugas di wilayah bersifat teknis dan hanya

berpedoman kepada implementasi dan evaluasi saja.

Dijelaskan Dwiyana Langlang Nugraha program paling menonjol adalah

livable (kota layak huni). Artinya ketika bicara kota layak huni pemerintah kota

sudah mencoba membuat kebijakan yang diharapkan bisa memberikan rasa

nyaman bagi setiap warga masyarakatnya, yang tinggal di Kota Tangerang. Hal

itu di dukung oleh berbagai kegiatan, seperti perbaikan jalan lingkungan,

pemasangan lampu-lampu PJU dan pembenahan kampung di wilayah kumuh,

yang belum dilengkapi oleh penerangan jalan. Maka dengan hadirnya program

Tangerang Live, melalui program Kampung Terang penerangan lampu-lampu

PJU di wilayah permukiman kumuh menjadi lebih baik.

“Dengan kondisi saat ini masyarakat seharunya sudah puas atas program
yang digulirkan pemerintah. Sebab jalan rusak sudah diperbaiki, ada penerangan
lampu, disediakan RPH, dan lain-lain. Tetapi ya begitu masyarakat tetap saja
sangat berharap lebih, artinya masih menginginkan program yang lebih dirasakan
langsung, terlebih saat ini sedang menghadapi pandemi. Mungkin masyarakat
berharap ada program yang memang berkaitan langsung dengan perekonomian.
Tetapi untung saja, saat ini pemerintah Kota Tengerang telah memiliki program
Tangerang Bisa, yaitu program yang berkaitan dengan pengkoordiniran dan
penyertaan modal bagi UMKM”. (Informan 4).

Menurut Dwiyana Langlang Nugraha adanya aplikasi Tangerang Live

tentu saja menjadi icon sekaligus opsi bagi pelaporan masyarakat. Melalui aplikasi

itu masyarakat bisa menyampaikan keluhan terkait dengan program pemerintah.


79

Termasuk kaitan masalah covid ini, apabila masyarakat memang di rasa tidak

mampu, maka bisa mengusulkan bantuan secara pribadi untuk mendapat bantuan

sosial dari pemerintah. Kemudian untuk membangun sinergitas kerjasama antara

kelurahan dan masyarakat terdapat anggaran DAU, yang dapat di kelolakan

bersama kelompok masyarakat seperti BKM, forum RW, dan lain-lain.

Informan 5 adalah H. Arief R. Wismansyah (Walikota Tangerang).

Berdasarkan hasil wawancara menjelaskan bahwa latar belakang merumuskan

program Tangerang Live, yaitu karena Kota Tangerang memiliki potensi dan aset,

seperti bandara internasional Soekarno Hatta yang merupakan bandara terbesar

dan tersibuk di Indonesia. Saat sebelum pandemik tercatat jumlah penumpang bisa

mencapai 65 juta orang. Lokasi ini menjadi strategis sebab selain menjadi pintu

gerbang Indonesia juga menjadi pintu masuk ke Kota Tangerang. Sejalan dengan

itu maka kota ini harus di angkat dan di dorong ke arah yang berstandar

internasional. Maka atas dasar pemikiran itulah dipilih sebutan “Tangerang Live”

yang merupakan singkatan dari liveable, investable, visitable, dan e-city. Liveable,

yakni bagaimana mewujudkan kota yang layak huni. Esensi dari kota layak huni,

yaitu dapat di nikmati oleh warganya, dan bisa membahagiakan serta

mensejahterakan masyarakatnya.

Kemudian investable, yaitu kota layak investasi, artinya kota ini ingin

memiliki perekonomian yang tumbuh dan berkembang sehingga memiliki nilai

kompetitif advantage dibandingkan kota-kota lain di Indonesia. Keberadaan

bandara internasional dan kemudahan pada akses tol tentu sangat memudahkan

orang untuk melakukan investasi di Indonesia, termasuk di Kota Tangerang.


80

“…dengan lokasi yang sangat strategis itulah seharusnya Kota Tangerang


menjadi daya tarik tersendiri bagi investor. Betul bahwa Kota Tangerang tidak
memiliki sumber daya alam, tetapi lihat banyak kota-kota maju di dalam negeri
yang bisa lebih maju karena faktor destinasi wisatanya. Artinya, jika Kota
Tangerang ini “didandanin” hingga cantik maka akan dapat dinikmati sebagai
daerah tujuan/destinasi wisata (visitable). Oleh karena itu, kita mulai merapihkan
taman dan ruang-ruang publik lainnya. Kemudian tidak hanya itu, potensi natural
dari warga masyarakat nampak terlihat, seperti kemampuan warga di dalam
memasak. Lihat saja kawasan Pasar Lama yang sampai saat ini masih menjadi
pusat kuliner, dan selalu menarik pengunjung. Jadi intinya kita kemas kota ini
agar tercipta kota yang layak dikunjungi…” (Informan 5).

Menurut H. Arief R. Wismansyah konsep e-city atau kota pintar memiliki

makna lain, yaitu kota “cergas”. Artinya “cerdas dan gegas”. Momentumnya saat

ini sudah masuk era Revolusi Industri 4.0, yakni eranya era global dan era online,

maka dari itu Kota Tangerang pun saat ini sudah menggunakan e-government dan

sarana prasarana online lainnya.

“…makanya saya tegaskan lagi kalau pengertian Live di Indonesia, yaitu


‘hidup’. Jadi hidup untuk layak huni, layak investasi, layak dikunjungi, dan juga
kota pintar. Nah jadi itu yang mendasari program Tangerang Live tersebut ada
sebagaimana tertuang di dalam RPJMD, dengan di singkat menjadi LIVE. Ini
sangat simpel, eye catching, dan menarik. Harapannya supaya masyarakat bisa
“LIVE” tinggal di Kota Tangerang…” (Informan 5).

Pada tahapan implementasi dijelaskan H. Arief R. Wismansyah konsep

mewujudkan kota layak huni dimulai dari program-program kampung sejahtera

mandiri, kampung hijau, kampung sehat, taman tematik, kampung-kampung

tematik, kampung terang, mengatasi masalah banjir, penyediaan fasilitas sarana

prasarana sekolah: program 1000 ruang belajar, bedah rumah hingga 7000-an KK,

jalan lingkungan, perbaikan saluran air, dan lain-lain. Program tersebut dilakukan

secara TMS (terstruktur, masif, sistematis), di Kota Tangerang mulai dari

kecamatan, kelurahan, RW dan RT. Menuju kota layak investasi di mulai dari

layanan perijinan online, keringanan relaksasi pajak bagi investor di Kota


81

Tangerang. Menginformasikan beragam akses fasilitas publik, seperti kereta

bandara, kereta KRL, bis, pesawat dan lain-lain. Kemudian menuju kota layak

dikunjungi konsepnya dengan mendorong masyarakat untuk membuat oleh-oleh

khas Tangerang, mendorng pendirian kampung-kampung tematik dan

menjadikannya sebagai kampung destinasi wisata. Selanjutnya menuju kota

pintar, yaitu dengan mengembangkan aplikasi online. Layanan aplikasi tersebut

sudah digunakan oleh 34 kabupaten kota di Indonesia, dan diberikan secara gratis

untuk memudahkan pelayanan pemerintahan dan pelayanan publik lainnya.

Berkaitan dengan sejauhmana tingkat kepuasan masyarakat terhadap

program Tangerang Live, H. Arief R. Wismansyah menjelaskan bahwa tentu ada

pandangan subjektif tetapi jika merujuk kepada hasil survei tingkat kepuasan

masyarakat terhadap program Tangerang Live yang di jalankan oleh pemerintah

Kota Tangerang, khususnya masing-masing program yang menjadi indikator dari

kota layak huni, layak investasi, layak di kunjungi, dan kota pintar hasilnya

mencapai angka kepuasan hingga 70 persen sampai dengan 80 persen.

4.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil temuan wawancara dengan beberapa informan dapat

dijelaskan bahwa pada prinsipnya program Tangerang Live yang dilaksanakan

oleh pemerintah Kota Tangerang sudah terimplementasi dengan baik, tetapi tetap

diperlukan langkah evaluasi yang komprehensif untuk mengukur tingkat

efektivitas program yang di jalankan. Mulai dari ketepatan sasaran program atau

berkaitan dengan tingkat kepuasan masyarakat. Tahapan dalam perumusan

penyusunan program sebagaimana dikatakan Dunn, (1994), yaitu penyusunan


82

agenda, formulasi kebijakan, pembuatan kebijakan, implementasi kebijakan,

evaluasi kebijakan. Evaluasi kebijakan secara praktik lebih dapat dipahami pada

tahapan implementasi kebijakan. Hal itu dapat di maklumi sebab pada tahapan

implementasi itulah pelaksanaan program kegiatan yang bersifat teknis dapat

terlihat dan dirasakan langsung oleh masyarakat. Namun demikian pada tahapan

implementasi dapat di sepakati bahwa suatu implementasi yang baik bermula dari

suatu perencanaan yang baik, dan ketika program dilaksanakan dengan baik maka

diperlukan langkah evaluasi yang optimal.

Berkaitan dengan tingkat pengenalan masyarakat terhadap program

Tangerang Live menurut pendapat sebagian besar informan dapat digambarkan

bahwa kehadiran program Tangerang Live yang terdiri dari livable, investable,

visitable, dan e-city belum secara komprehensif dipahami. Hal itu terlihat dari

penjelasan yang disampaikan bahwa program Tangerang Live lebih identik

dengan fasilitas aplikasi Tangerang Live. Padahal jika merujuk kepada indikator

program yang menjelaskan kota layak huni, kota layak investasi, kota layak di

kunjungi, dan kota pintar di sebutkan dengan jelas bahwa aplikasi Tangerang Live

yang di dalamnya terdapat layanan aplikasi online merupakan bagian dari

pengembangan e-city (kota pintar). Hal itu dimungkinkan terjadi karena ada

sebuah dikotomi di dalam penyebutan nama program, yaitu program Tangerang

Live yang menjadi rujukan dasar untuk menuju kesuksesan pelaksanaan program

pembangunan dalam rangka mewujudkan visi dan misi di Kota Tangerang, dan

ada program aplikasi layanan online yang juga bernama aplikasi Tangerang Live.

Pada konteks persepsi publik, dalam hal ini masyarakat Kota Tangerang sudah
83

dapat di pastikan akan lebih banyak mengenal aplikasi Tangerang Live di banding

program Tangerang Live itu sendiri. Namun demikian beberapa pernyaatan dari

informan menjelaskan bahwa mengetahui dan mengenal sebagian dari program-

program yang menjadi indikator program Tangerang Live.

Berkenaan dengan tingkat kepuasan masyarakat terhadap program

Tangerang Live menurut penilaian informan dinyatakan bahwa program-program

yang dijalankan melalui program Tangerang Live sudah memberikan kepuasan

kepada masyarakat. Ada dua hal yang menyebutkan bahwa program tersebut

memberikan kepuasan kepada masyarakat. Pertama, kepuasan tersebut dinyatakan

dalam menggunakan layanan aplikasi Tangerang Live. Kedua, kepuasan terhadap

jenis-jenis program yang menjadi indikator program Tangerang Live. Jika

demikian dapat dikemukakan bahwa tingkat kepuasan masyarakat terhadap

program Tangerang Live justru lebih bermakna kepada jenis-jenis program yang

menjadi indikator program Tangerang Live.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil wawancara dan pembahasan yang disampaikan dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Implementasi program Tangerang Live di Kota Tangerang sudah

dilaksanakan dengan baik dan sudah melalui tahapan perencanaan

yang dilakukan oleh level pimpinan sebagai pengambil kebijakan.

Namun demikian tahapan penyusunan agenda, formulasi kebijakan,

pembuatan kebijakan, implementasi kebijakan, evaluasi kebijakan,

pada praktiknya masing-masing memiliki peran berbeda. Dalam

proses penyusunan agenda, formulasi kebijakan dan pembuatan

kebijakan yang memiliki peran dominan, yaitu pimpinan sebagai

pengambil kebijakan. Sedangkan pada tahap implementasi kebijakan

dan evaluasi kebijakan, peran yang paling dominan berada pada

tingkatan birokrasi menengah dan bawah.

2. Tingkat pengenalan masyarakat terhadap program Tangerang Live

telah terjadi faktor dikotomi, yaitu pertama: program Tangerang Live

yang terdiri dari livable, investable, visitable, dan e-city jelas sebagai

variabel program pembangunan. Kedua, program aplikasi Tangerang

Live yang notabene menjadi bagian dari indikator kota pintar (e-city).

Kemudian yang menjadi konsekwensi dari faktor dikotomi tersebut,

84
85

adalah publik lebih mengenal aplikasi Tangerang Live dibanding

program Tangerang Live itu sendiri.

3. Tingkat kepuasan masyarakat terhadap program Tangerang Live

terbagi kepada dua hal, yaitu pertama: masyarakat menyatakan puas

terhadap layanan aplikasi Tangerang Live. Kedua, masyarakat

menyatakan puas atas item-item program yang berperan sebagai

indikator program Tangerang Live. Artinya, kepuasan masyarakat atas

program Tangerang Live lebih dimaknai kepada item-item program di

Tangerang Live.

5.2. Saran

1. Di dalam merumuskan program Tangerang Live, sebaiknya

pemerintah Kota Tangerang tetap melibatkan semua unsur pimpinan

birokrasi mulai dari pimpinan level atas, menengah dan bawah. Hal itu

bertujuan agar terjadi sinergitas kebijakan antar pimpinan pada level

pengambil keputusan dengan pimpinan pada level teknis

implementasi. Pemerintah Kota Tangerang juga perlu melakukan

langkah evaluasi secara menyeluruh terhadap program yang sedang di

jalankan selama ini.

2. Untuk meningkatkan pengenalan terhadap program yang dijalankan

sebaiknya pemerintah Kota Tangerang melakukan upaya sosialisasi

secara masif kepada masyarakat. Langkah sosialisasi itu bisa

memperkenalkan program Tangerang Live dan memperkenalkan

aplikasi Tangerang Live.


86

3. Pemerintah Kota Tangerang sebaiknya terus mempertahankan tingkat

kepuasan masyarakat yang cukup tinggi. Baik kepuasan atas layanan

aplikasi Tangerang Live atau pun item-item program yang menjadi

indikator program Tangerang Live. Semakin baik program dan

pelayanan yang diberikan, maka tingkat kepuasan masyarakat akan

semakin tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, S. Z. (2019). Kebijakan Publik (4th ed.). Salemba Humanika.


Afrizal. (2014). Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung
Penggunaan Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu (1st ed.).
Rajawali Pers.
Agustino, L. (2016). Dasar-Dasar Kebijakan Publik (6th ed.). Alfabeta.
Albino, V., Berardi, U., & Dangelico, R. M. (2015). Smart Cities : Definitions,
Dimensions, Performance, and Initiatives. Journal of Urban Technology,
22(1), 3–21. https://doi.org/10.1080/10630732.2014.942092
Alharthy, A. H. (2017). Identification of Strategy Implementation Influencing
Factors and Their Effects on the Performance. 8(1), 34–44.
Alons, G. (2019). The Advantage of Paradigmatic Contestation in Shaping and
Selling Public Policies. Journal of Public Policy, X, 1–21.
https://doi.org/10.1017/S0143814X19000060
Alvara. (2016). Survei City Branding Survey: Kota Tangerang: Pendekatan Riset
Kuantitatif. Alvara Research Center.
Alvara. (2017). Survei Kota Tangerang: Pendekatan Riset Kuantitatif. Alvara
Research Center.
Alvara. (2018). Laporan Riset Jaring Aspirasi Masyarakat Kota Tangerang.
Alvara Research Center.
Anderson, J. E. (1979). Publik Policy Making (Chapter 4.). Holt, Rinehart and
Winston.
Anderson, J. E. (2003). Public Policy Making: An Introduction Fifth Edition.
Houghton Mifflin Company.
Arifin, Z. (2010). Evaluasi Program. Jurusan Kurikulum dan Teknologi
Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.
Arikunto, S. (2011). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Ed. Rev. V).
Rineka Cipta.
Badan Pusat Statistik Kota Tangerang. (2020). Kota Tangerang Dalam Angka.
BPS Kota Tangerang.
Bappeda Kota Tangerang. (2019). Rencana Pembangunan Jangka Menengah

87
88

Daerah Kota Tangerang Tahun 2019-2023. Pemerintah Kota Tangerang.


Bastian, A. F. (2018). Profil Visi & Misi H. Arief R. Wismansyah & H. Sachrudin
Pasangan Calon Walikota & Wakil Walikota Tangerang Periode 2018-2023.
Tim Pemenangan Pasangan Calon Walikota & Wakil Walikota Tangerang.
Bastian, A. F. (2019). Perencanaan Pembangunan Berdaya Saing. Forum
Konsultasi Publik Rancangan Awal RPJMD Kota Tangerang, 2019-2023.
Bauer, M. W. (2018). Public Administration and Political Science Publication in:
Ongaro, Eduardo und van Thiel, Sandra (eds.). The Palgrave Handbook of
Public Administration and Public Management in Europe. London: Palgrave
MacMillan. https://doi.org/10.1057/978-1-137-55269-3
Baxter, P., & Jack, S. (2008). Qualitative Case Study Methodology: Study Design
and Implementation for Novice Researchers. The Qualitative Report, 13(4),
544–559.
Bempah, B. S. O. (2012). Policy Implementation: Budgeting and Financial
Management Practices of District Health Directorates in Ghana. Doctoral
Dissertation, National Institute of Development Administration (NIDA).
Chand, B. (2019). Public Policy : Implementation Approaches Introduction : The
Statesman Institute Islamabad, 1–5.
Chandler and Plano. (1988). The Public Administration Dictionary. ABC. CLIO.
Cleaves S., P. (1980). Implementation Amidst Scarcity and Apathy: Political
Power and Policy Design. Politics and policy implementation in the Third
World. - Princeton, NJ : Princeton Univ.
Coetzee, W. A. J. (2008). Public Administration: A South African Introductory
Perspective. J. Van Schaik.
Cohen, L., Manion, L., & Morrison, and K. (2007). Research Methods in
Education (Sixth edit). USA and Canada by Routledge 270 Madison Avenue,
New York, NY 10016.
Cohen, L., Manion, L., & Morrison, K. (2000). Research Methods in Education
(Fifth Edit). Routledge Falmer 11 New Fetter Lane, London EC4P 4EE
Simultaneously.
Cope, D. (2015). Case Study Research Methodology in Nursing Research.
89

Oncology Nursing, 42(6), 681–882. https://doi.org/10. 1188/15.ONF


Corbin, J., & Strauss, A. (2007). Basics of Qualitative Research: Techniques and
Procedures for Developing Grounded Theory (3rd Editio). SAGE
Publications, Inc.
Creswell, J. W. (2017). Research Design: Pendekatan Metode Kualitatif,
Kuantitatif dan Campuran (Edisi Bahs). Pustaka Pelajar.
Dan, A. P. (2017). Satisfaction. Department of Urban and Regional Planning
School of Environmental Planning The Federal Polytechnic, September.
Douglass, M. (2015). From Global Intercity Competition to Cooperation for
Livable Cities and Economic Resilience in Pacific Asia. Environment and
Urbanization, 14(1). https://doi.org/10.1177/095624780201400105
Dubnick, M. J., & Romzek, B. S. (1991). American Public Administration:
Politics and the Management of Expectations. Prentice Hall PTR.
Dunn, W. N. (1994). Public Policy Analysis: An Introduction. Pearson Education.
Dye, T. R. (1995). Understanding Public Policy. Englewood Cliffs, N.J: Prentice
Hall.
Edward III, G. C., & Sharkansky, I. (1978). The Policy Predicament. Freeman and
Company.
Egonmwan, J. A. (1991). Public Policy Analysis: Concepts and Applications. Aka
and Brothers Press.
Esterberg, K. G. (2002). Qualitative Methods in Social Research. McGraw Hill.
Evans, P. (2002). Livable Cities? The Politics of Urban Livelihood and
Sustainability. University of California Press, Berkeley.
Eyestone, R. (2007). From Social Issues to Public Policy. Wiley.
Fischer, F., Miller, G. J., & Sidney, M. S. (2007). Public Policy Handbook of
Analysis:Theory, Politics, and Methods. Taylor & Francis Group, LLC CRC
Press is an imprint of Taylor & Francis Group, an Informa business.
Fox, W., Schwelle, E., & Wissink, H. (2003). Public Management. AFRICAN
SUN MeDIA.
Fraenkel, J. R., Wallen, N. E., & Hyun, H. H. (2012). How to Design and
Evaluate Research in Education (Eighth Edi). McGraw-Hill, a business unit
90

of The McGraw-Hill Companies, Inc., 1221 Avenue of the Americas, New


York, NY 10020.
Frederickson, H. G., Smith, K. B., Larimer, C. W., & Licari, M. J. (2012). The
Public Administration Theory Primer (Second Edi). Westview Press, A
Member of the Perseus Books Group.
Gay, L. R., Mills, G. E., & Airasian, P. (2012). Educational Research:
Competencies for Analysis and Applications (Tenth Edit). Pearson
Education, Inc. All rights reserved.
Grindle, M. (1980). Politics and Policy Implementation in the Third Word.
Princeton University Press.
Gumede, W. (2015). Administrative Culture of the South African Public Service:
A Finity of Transformation. Journal of Public Administration, 50(3), 589–5.
Hahlweg, D. (1997). The City as a Family” In Lennard, S. H., S von Ungern
Sternberg, H. L. Lennard, eds. Making Cities Livable. International Making
Cities Livable Conferences. California, USA: Gondolier Press.
Hasibuan, A., & Sulaiman, O. K. (2019). Smart City, Konsep Kota Cerdas
Sebagai Alternatif Penyelesaian Masalah Perkotaan Kabupaten/Kota Di
Kota-Kota Besar Provinsi Sumatera Utara. Buletin Utama Teknik, 14(2).
Hermana, D., Ulumudin, A., & Yudiardi, Y. (2019). Kebijakan Publik.
Universitas Garut.
Hill, K. (2017). The Principles of Public Administration. Sigma: Creating Change
Together.
Hodgetts, D., & Stolte, O. E. E. (2012). Case-Based Research in Community and
Social Psychology: Introduction to the Special Issue. Journal of Community
& Applied Social Psychology, 22(5), 379–389.
Hoffman, K. ., & Bateson, J. E. G. (1997). Essentials of Services Marketing.
Dryden Press Series In Marketing.
Hogwood, B. W., & Gunn, L. A. (1986). Policy Analysis for the Real World.
Oxford University Press.
Howlett, M., & Ramesh, M. (1995). Studying Public Policy: Policy Cyclesand
Policy Subsystem. Oxford University Press.
91

IAP. (2020). Kriteria Indikator Penilaian Kota Layak Huni. Ikatan Ahli
Perencanaan Indonesia.
Indikator. (2017). Peluang Menang Calon-calon Walikota Pilkada Kota
Tangerang. Lembaga Survei Indikator Politik Indonesia.
Jenkins, W. I. (1978). Policy Analysis: A Political and Organisational
Perspective. Martin Robertson.
Jones, C. O. (1977). An Introduction to the Study of Public Policy. Duxbury Press.
Kadji, Y. (2015). Formulasi Dan Implementasi Kebijakan Publik: Kepemimpinan
dan Perilaku Birokrasi dalam Fakta Realitas. Universitas Negeri Gorontalo
Press.
Keban, Y. T. (2004). Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik: Konsep, Teori
dan Isu. Gava Media.
Khan, A. R. (2017). Policy Implementation: Some Aspects And Issues. Journal of
Community Positive Practices, XVI(3), 3–12.
Khan, A. R., & Khandaker, S. (2016). A Critical Insight into Policy
Implementation and Implementation Performance. Viesoji Politika Ir
Administravimas Public Policy And Administration, 15(4), 538–548.
https://doi.org/10.13165/VPA-16-15-4-02
Kirk, J., & Miller, M. L. (1986). Qualitative Research Methods: Reliability and
validity in qualitative research. Newbury Park, CA: SAGE Publications, Inc.
https://doi.org/10.4135/9781412985659
Kovac, P., & Jukic, T. (2016). Development of Public Administration and its
Research in Slovenia through the Lenses of Content Analysis of the
International Public Administration Review. International Public
Administration Review, 14(1), 75–114.
https://doi.org/10.17573/ipar.2016.1.04
Kristarani, H., & Fajarwati, A. (2020). Kajian Kota Layak Huni Ditinjau dari
Aspek Lingkungan Hidup di Kota Tegal Jawa Tengah.
Lasswell, Harold D. (Harold Dwight) & Kaplan, A. (1952). Power and Society : a
Framework for Political Inquiry. Routledge & K. Paul, London.
Lejano, R. P. (2020). Relationality : An Alternative Framework for Analysing
92

Policy. Journal of Public Policy, 1–24.


https://doi.org/10.1017/S0143814X20000057
Lennard. (1997). Making Cities Livable. International Making Cities Livable
Conferences. California, USA: Gondolier Press.
Lester, J., & Stewart, J. J. (2000). Public Policy: An Evolution Approach.
Wadsworth.
Lindblom, C. E. (1986). Who Needs What Social Research for Policymaking?
Knowledge, 7(4), 345–366.
Lodico, M. G., Spaulding, D. T., & Voegtle, K. H. (2006). Methods in
Educational Research: From Theory to Practice. Jossey-Bass. by John
Wiley & Sons, Inc. All rights reserved.
Malhotra, N. K., Nunan, D., & Birks, D. F. (2017). Marketing Research: An
Applied Approach (Fifth Edit). Prentice Hall Inc., a Pearson Education
company.
Marume, S. B. M., Jubenkanda, R. R., Namusi, C. W., & Madziyire, N. C. (2016).
The Concept of Public Policy Analysis. IOSR Journal of Business and
Management (IOSR-JBM), 18(4), 52–58. https://doi.org/10.9790/487X-
1804055258
Marume, S. B. M., Mutongi, C., & Madziyire, N. C. (2016). An Analysis of
Public Policy Implementation. IOSR Journal of Business and Management,
18(4), 86–93. https://doi.org/10.9790/487X-1804018693
Mazmanian, D., & Sabtier, P. A. (1981). Effective Policy Implementation.
Lexington, Mass, D.C: Heath.
Merriam, S. B., & Tisdell, E. J. (2015). Qualitative Research: A Guide to Design
and Implementation. John Wiley & Sons Ltd.
Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1994). Qualitative Data Analysis: An
Expanded Sourcebook (SAGE (ed.); illustrate).
Moleong, L. J. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif (37 (Revisi). PT Remaja
Rosdakarya.
Morenikeji, A. A., & John, O. O. (2014). Towards A Theoretical Definition of
Public Administration. IOSR Journal of Business and Management (IOSR-
93

JBM), 16(3), 65–70. https://doi.org/10.9790/487X-16356570


Mowen, J. C., & Minor, M. (2013). Perilaku Konsumen (Jilid 1 da). Penerbit
Erlangga.
Muhaimin, Suti’ah, & Prabowo, S. L. (2009). Manajemen Pendidikan. Kencana.
Myers, M. D. (2013). Qualitative Research in Business and Management (2
Edition). SAGE Publications Ltd.
Nasucha, C. (2004). Reformasi Administrasi Publik: Teori dan Praktik. Grasindo.
Nawawi, H. (2005). Penelitian Terapan. Gajah Mada University Press.
Neuman, W. L. (2014). Social Research Methods: Qualitative and Quantitative
Approaches (Seventh Ed). Pearson New International Edition.
Nigro, F. A., & Nigro, L. G. (2006). Modern Public Administration (3rd ed.).
Harper & Row.
Oni, E. O. (2019). Public Policy Analysis. Fundamentals of Politics and
Governance, July.
Pfiffner, J. M., & Presthus, R. V. (1967). Public Administration (5th ed.).
Pressman, J. L., & Wildavsky, A. (1984). Implementation (Third Edit).
Prihatsanti, U., Suryanto, & Hendriani, W. (2018). Menggunakan Studi Kasus
sebagai Metode Ilmiah dalam Psikologi. Buletin Psikologi, 26(2), 126–136.
https://doi.org/10.22146/buletinpsikologi.38895
Pryor, M. G., Anderson, D., Toombs, L. A., & Humphreys, J. H. (2019). Strategic
Implementation as a Core The 5P ’ s Model. Journal of Management
Research, 7(December), 1.
Rahardjo, M. (2011). Metode Pengumpulan Data Kualitatif.
Rahmat, A. A. (2015). Policy Implementation : Process and Problems.
International Journal of Social Science and Humanities Research, 3(3), 306–
311.
Ramdhani, A., & Ramdhani, M. A. (2017). Konsep Umum Pelaksanaan
Kebijakan Publik. Jurnal Publik, 11(01), 1–2.
Ripley, R. B., & Franklin, G. A. (1986). Policy Implementation and Bureaucracy.
The Dorsey Press.
RPJMD. (2019). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota
94

Tangerang Tahun 2019-2023. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah


(Bappeda).
Schwandt, T. A. (2007). The SAGE Dictionary of Qualitative Inquiry (3rd Editio).
Thousand Oaks, CA: SAGE Publications, Inc.
https://doi.org/https://dx.doi.org/10.4135/9781412986281
Sekaran, U., & Bougie, R. (2016). Research Methods for Business (Seventh Ed).
John Wiley & Sons Ltd.
Siagian, S. P. (1996). Filsafat Administrasi. Gunung Agung.
Signe, L. (2017). Policy Implementation – A synthesis of the Study of Policy
Implementation and the Causes of Policy Failure. OCP Policy Center.
Simon, C. A. (2010). Public Policy: Preferences and Outcomes (2nd edt). Pearson
Educations.
Stainback, W., & Stainback, S. (1989). Using Qualitative Data Collection
Procedures to Investigate Supported Education Issues. Journal of the
Association for Persons with Severe Handicaps, 14(4), 271–277.
https://doi.org/https://doi.org/10.1177/154079698901400405
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis: Pendekatan Kuantitif, Kualitatif dan
R & D. Alfabeta.
Sukmatama, W. P., Ashadi, & Prayogi, L. (2019). Penerapan Konsep Smart City
pada Desain Kawasan di Cibubur. Jurnal Arsitektur PURWARUPA, 3(1).
Supranto. (1997). Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan
Pangsa Pasar. Rineka Cipta.
Suryono, A. (2014). Kebijakan Publik Untuk Kesejahteraan Rakyat.
TRANSPARANSI Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi . Universitas Brawijaya.
ISSN 2085-1162, VI(02, September), 98–102.
Sutriadi, R. (2015). Smart City: Inovasi, Kota Komunikatif dan Kota Berkeadilan.
Inside Publisher.
Suyanto, B., & Sutinah. (2005). Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif
Pendekatan (3rd ed.). Prenada Media Group.
Tachjan. (2006). Implementasi Kebijakan Publik (Dede Mariana dan Caroline
Paskarina (ed.); 1st ed.). Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) dan Puslit
95

KP2W Lembaga Penelitian Unpad Editor.


Tahir, A. (2011). Kebijakan Publik dan Transparansi Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (1st ed.). PT. Pustaka Indonesia Press.
Tandelilin, E. (2010). Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi (1st ed.).
Kanisius.
Tangkilisan, H. N. S. (2003). Kebijakan Publik yang Membumi, Konsep, Strategi
dan Kasus. Lukman Offset dan YPAPI.
Taufiqurokhman. (2014). Kebijakan Publik: Pendelegasian Tanggungjawab
Negara Kepada Presiden Selaku Penyelenggara Pemerintahan. Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Moestopo Beragama (Pers).
Taylor, S. J., & Bogdan, R. (2007). Introduction to Qualitative Research
Methods: The Search for Meanings. Wiley Interscience Publication.
Udoji, C. J. O. (1981). The African Public Servant As A Pubic Policy In Africa.
African Association For Public Administration And Management.
Van Meter, D. S., & Van Horn, C. E. (1975). The Policy Implementation Process:
A Conceptual Framework. Administration & Society, 6(4), 445–488.
https://doi.org///doi.org/10.1177/009539977500600404
Vanderstoep, S. W., & Johnston, D. D. (2009). Research Methods for Everyday
Life: Blending Qualitative and Quantitative Approaches (1st ed.). Jossey-
Bass. by John Wiley & Sons, Inc. All rights reserved.
Wahab, S. A. (2017). Analisis Kebiajakan Publik: Dari Formulasi ke Penyusunan
Model-Model Implementasi Kebijakan Publik (6th ed.). PT. Bumi Aksara.
Walle, S. Van De. (2017). Explaining Citizen Satisfaction and Dissatisfaction
With Public Services. In: Ongaro, E. & Van Thiel.S. (Eds). The Palgrave
Handbook of Public Administration and Management in Europe. London:
Palgrave Macmillan, Pp. 227-241., December. https://doi.org/10.1057/978-
1-137-55269-3
Wheeler, S. M. (2004). Planning for Sustainability: Creating Livable, Equitable,
and Ecological Communities. Simultaneously published in the USA and
Canada by Routledge 270 Madison Ave, New York NY 10016 Routledge is
an imprint of the Taylor & Francis Group This edition published in the
96

Taylor & Francis e-Library, 2004. ©.


Wilkinson, D., & Birmingham, P. (2003). Using Research Instruments A Guide
for Researchers. Routledge Falmer 11 New Fetter Lane, London EC4P 4EE.
Wilson, C. A. (2006). Public Policy: Continuity and Change. McGraw-Hill
Companies, Inc., 1221 Avenue of the Americas, New York, NY 10020.
Wismansyah, A. R. (2017). Majalah LIVE Tangerang Magazine. 5.
Woll, P. (1993). Public Policy. Cambridge, Mass: Winthrop Publishers.
Yin, R. K. (2017). Case Study Research and Applications: Design and Methods
(6th ed.). SAGE Publications, Inc.
Zikmund, W. G., Babin, B. J., Carr, J. C., & Griffin, M. (2013). Business
Research Methods (9thed ed.). South-Western, Cengage Learning.
Dokumen:
1. Sumber Hadist Riyadus Sholihin.
2. UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
3. UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
4. PP No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian
dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara
Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara
Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, serta
Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah.
6. RPJMD Kota Tangerang Tahun 2019.
Website:
1. https://kbbi.web.id/program
2. https://missgayatripw.wordpress.com/2012/03/08/konsep-livable-city/
3. https://www.liputan6.com/news/read/3768967/pemerintah-kota-tangerang-
jadikan-tangerang-kota-layak-investasi
4. https://www.redaksi24.com/untuk-menjadi-kota-layak-huni-pemkot-
97

tangerang-terus-berbenah/
5. https://www.tangerangkota.go.id/jadi-kota-layak-dikunjungi-angka-
wisatawan-di-kota-tangerang-meningkat-pesat
6. https://jatman.or.id/saatnya-liburan-ini-4-indikator-sebuah-destinasi-disebut-
wisata-halal/
7. https://www.bacatangerang.com/kota-tangerang-dengan-smart-city-nya-yang-
fenomenal/
8. https://www.tangerangkota.go.id/arsip/berita-kota
9. Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si. 2011. Metode pengumpulan data
kualitatif.(online). (http://.www.mudjiarahardjo.com)
98

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Surat permohonan penelitian

2. Surat permohonan kepada nara sumber dan biodata responden (informan)

3. Lembar pertanyaan dan keabsahan data

4. Foto wawancara dengan informan (key informan)

5. Transkrip wawancara (data verbatim)

6. Hasil analisis koding data menggunakan program NVivo 12


99

Lampiran 1

1. Surat permohonan penelitian


100
101

Lampiran 2

2. Surat permohonan kepada nara sumber dan biodata responden


(informan)
102
103
104
105
106

Lampiran 3

3. Lembar pertanyaan dan keabsahan data


107
108
109
110
111

Lampiran 4

4. Foto wawancara dengan informan (key informan)

Wawanacara dengan Bapak TB. Yudi Muhtadi (Dosen/Akademisi Unis


Tangerang).
112

Wawancara dengan Bapak H. Dirman Ketua LPM (Lembaga Pemberdayaan


Masyarakat) Kota Tangerang.
113

Wawancara dengan Bapak Edy Hamdy Koordinator BKM (Badan


Keswadayaan Masyarakat) Amanah, Kel. Batujaya, Kec. Batuceper, Kota
Tangerang.
114

Wawancara dengan Bapak Dwiyana Langlang Nugraha (Lurah Kel.


Sangiang Jaya, Kec. Periuk, Kota Tangerang).
115

Wawancara dengan Bapak H. Arief R. Wismansyah (Walikota Tangerang).


116

Lampiran 5

5. Transkrip Wawancara

Wawancara Responden 1
(Pengambilan Data 01)

Nama : TB. Yudi Muhtadi


Usia : 51 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Hari/Tanggal
Pengambilan Data : Kamis, 25 Juni 2020
Pukul : 15.30 s.d 17.00 WIB
Tempat : Ruang LPPM UNIS Tangerang

Cetak Tebal : Interview


Cetak Tegak : Responden
Cetak Miring : Istilah-Istilah dalam Bahasa Asing
Garis Bawah : Orang Lain atau Rekan Responden

Baris Verbatim Koding


1 Ya yang pertama...saya langsung...apakah...bapak NVivo 12
mengetahui tentang program Tangerang LIVE yang
ada di kota Tangerang ?
Okey kita mulai ya dengan berkaitan dengan
pertanyaan, apakah bapak mengetahui tentang
program Tangerang LIVE ?
Sejak peluncurannya saya mengikuti ya Tangerang
LIVE itu kalau tidak salah 2016 tuh, bahkan pada saat
itu Menpannya Pak Yudi Krisnandi itu memberikan
apresiasi ya kepada pemerintah Kota Tangerang...yang
telah membuat...aplikasi...Tangerang LIVE dalam
rangka meningkatkan...pelayanan publik, jadi secara
program saya sudah mengetahui dari awal...
2 Pada dasarnya bapak mengetahui ya kalo...
ada...ada...Tangerang LIVE gitu ya di kota
Tangerang?
Ada…iya mengetahui…
3 Nah...menurut bapak sendiri... dari program itu
implementasinya seperti apa sih yang dilaksanakan
oleh pemerintah Kota Tangerang ?
Oke, kalo implementasinya...se...pemerintah Kota
Tangerang itu kan...apa...salah satu...itu apa...tugasnya
itu kan memberikan pelayanan publik ya dan menurut
saya ini kan program yang sangat baik ya bagi
masyarakat dimana program Tangerang LIVE ini...tadi
dapat meningkatkan pelayanan publik gitu ya, dimana
publik kan bisa terlayani ya...misalkan tentang
bagaimana publik yang ringan saja ya misalkan ingin
mendapatkan ambulan ya kan itu bisa melalui
117

Baris Verbatim Koding


aplikasi...Tangerang LIVE...terus yang kedua misalkan
tentang...orang mencari kerja ya kan ada juga ya kalau
tidak salah ya jadi saya pikir ini adalah trobosan terbaik
dari pemerintah kota Tangerang dalam rangka
meningkatkan pelayanan publik.
4 Selain itu ya programnya sendiri kan ada...ini kan
lebih ke program pemerintahnya ya pak, betul
memang aplikasi itu salah satu yang...apa alat
teknologi yang mudah? Tapi ini...programnya
sendiri…di...wilayah-wilayah RT RW misalkan ada
seperti kampung terang...apa...dan lain-lainnya, nah
itu di masyarakatnya sendiri menurut bapak sudah
seperti apa?
....kan ada beberapa program ya kalo tidak salah tuh
program kampung terang ya itu kan...salah satu
program di mana pemerintah...apa namanya membuat
titik-titik lampu kan ya di sudut...pemukiman warga ya
dan itu kan…sub data x plus kan ya...di apa namanya
di...Tangerang LIVE tuh ya..saya pikir...apa namanya
segala informasi-informasi yang dibuat oleh pemerintah
kota Tangerang kan sudah bisa diakses ya di..di
Tangerang LIVE…cu…cuman nanti ada beberapa yang
mungkin masukan dari bapa ya berkaitan kalo program
itu sudah bagus lho Tangerang LIVE itu ya, disemua
sektor dibidang kesehatan sudah bisa diakses kan ya,
tenaga kerja pendidikan dan lain-lain cuma mungkin
yang harus diperhatikan sosialisasinya nih dikalangan
masyarakat ya...yang masih harus ditingkatkan gitu kan
ya kalo dikalangan kampus kaya kemarin kita
bagaimana bisa pa wali ketika ada apa
pemberangkatan pelepasan K3 ya kan sempet pa wali
menyampaikan Tangerang LIVE ya bahkan pa wali
sendiri kan coba mengetes apakah betul ngga...petugas
ambulan stand by nih kalo ditelepon, ternyata kan akses
ya bisa langsung ya cuma barangkali tidak semua ni
yang harus di…yang bapa yang harus ditingkatkan dari
Tangerang LIVE ini adalah sosialisasinya ya terutama
bagi masyarakat tadi di kelurahan, di desa ya…mungkin
di tingkat pelajar juga di tingkat mahasiswa harus lebih
ditingkatkan lagi sistemnya. Prinsipnya programnya
bagus tuh ya, cuman bapa belum dapatkan survey
tentang apa namanya kira-kira...apa namanya survey
berapa persen masyarakat Tangerang sudah
mengetahui Tangerang LIVE sudah ada hasil ngga
surveynya? kecil ya bahkan kecil ya padahal
programnya bagus ya bahkan saya lihat ada
pemerintah daerah Purwokerto belajar nih bahkan ada
beberapa daerah kalau tidak salah studi banding kan ya
berarti kan…programnya sudah bagus dan ini juga
118

Baris Verbatim Koding


dalam rangka meningkatkan pelayanan publik mungkin
ada dinas yang ini nih harus berperan ya kalau ini kan
infokom ya kalau ngga salah ya yang membuat tapi kan
harus sosialisasinya infokom ya itu nanti kita tinggal
nanti kita tinggal…apa meningkatkan di sosialisasinya
ya sedikit untuk Tangerang LIVE itu…
5 …nah terkait itu pak ya…implementasi
artinya…program ini sudah jalan lalu…sudah tepat
sasaran kah apa belum gitu ya nah artinya…kaya
misalkan…ada program usir banjir tapi ternyata
ada beberapa yang apa…ada beberapa lagi yang
memang…untuk penanganan banjir tapi faktanya
kan masih ada gitu pak, itu menurut bapak gimana
pak apakah itu implementasinya seperti apa?
Kalo liat ini kan sebenernya…apa pemerintah kota
Tangerang itu cepat merespon ya tentang apa
namanya...masalah-masalah yang ada di masyarakat
misalnya penanganan banjir direspon tuh bagaimana
mengatasinya di…di…di publish kan ya di website Kota
Tangerang ya di LIVE cuman tadi lagi-lagi tidak semua
orang bisa apa namanya bukan bisa, tidak semua orang
tadi berkunjung ke apa Tangerang LIVE nya dan
sekarang setelah di pemerintah barangkali yang harus
di pikirkan bagaimana tadi apa namanya…masyarakat
Tangerang minimal 70% lah bisa mengakses informasi-
informasi yang ada di apa Tangerang LIVE ya caranya
dengan cara apa? Sosialisasi barangkali ya sosialisasi
gitu nanti apa dikaitkan aja
dengan…apa…implementasi kan ada teori
implementasi nah ntar dikaitkan tuh bagaimana strategi
implementasinya.
6 iya lanjut ke berikutnya pak, menurut bapa dengan
adanya program Tangerang LIVE apakah sudah
memberikan kepuasan kepada masyarakat Kota
Tangerang?
Kalo mungkin…kalo saya sendiri kan apa namanya
karena setiap apa setiap nyari informasi kan di
Tangerang LIVE ya kalo secara…saya sih sudah puas
ya sudah puas.
7 bisa…dikatakan puas yang menjadi ini nya apa
pak?
…apa namanya…ketika saya mencari tadi tentang apa
namanya….informasi-informasi tentang Tangerang ya
itu saya kadang-kadang mengunjungi itu tuh terus
bagaimana kemaren tuh saya…ke yang paling kecil itu
ambulan gitu ya kan bisa diakses dari situ tuh kebetulan
saya kan di komplek itu tuh kan sekretaris DKM ya jadi
kalo cari apa namanya...meninggal pasti kesana.
8 …ohh gitu, itu gampang ya pak ya?
119

Baris Verbatim Koding


Iya gampanglah ga terlalu ribet. Cuman tadi itu ya apa
namanya tadi kan karena harus di download dulu ya
makanya nanti tuh bapak inginkan dari hasil apa
namanya skripsi ini harus ada nanti memberikan
rekomendasi-rekomendasi terhadap infokom agar tadi
sosialisasi begitu tentang pentingnya Tangerang LIVE
bagaimana cara men-download nya dan yang lebih
penting begini...mereka diberi pemahaman ada manfaat
yang besar loh gitu ya ketika masyarakat Tangerang
mengetahui tentang kebutuhan-kebutuhan yang ada di
Tangerang LIVE gitu ya cuman tadi lagi-lagi kita harus
meningkatkan apa….sosialisasinya ya karna kan baru
berapa persen tadi? Nahkan 29% ya. Kenapa mereka
tidak puas? Karena mereka tidak mengetahui, betul
ngga? Karena kalo mereka mengetahui ditanya ‘ohh iya
saya pernah merasakan’ gitu ya.
9 …kemudian lanjut ke empat ya. Menurut bapak
perumusan program-program Tangerang LIVE oleh
pemerintah kota Tangerang apakah sudah
memenuhi unsur tahapan sebagai berikut: yang
pertama penyusunan agenda, formulasi kebijakan,
tiga pembuatan kebijakan, empat implementasi
kebijakan, lima evaluasi kebijakan?
…kalo ngeliat saya kan Tangerang LIVE itu kan udah
saya sudah mengikuti indikator implementasi ya mulai
dari perencanaan kan kalo perencanaannya tidak baik
tidak mungkin loh bisa dilaksanakan baik, itu saya pikir
sudah apa namanya Tangerang LIVE ini sudah
memenuhi kriteria sebagai implementasi atau indikator-
indikator teori implementasinya sudah dilalui gitu ya.
Cuman tadi kan setiap implementasi kan harus di
evaluasi ya, nah kemungkinan nih yang harus di
evaluasi oleh pemerintah daerah yaitu tadi berkaitan
dengan sosialisasinya yang harus…kalo
implementasinya sudah bagus, perencanaannya sudah
bagus gitu kan programnya sudah bagus tapi yang
harus di evaluasi ya itu tadi sosialisasinya ya. Itu masuk
ke indikator mana tuh.
10 …jadi pada prinsipnya udah semua ya pak ya
melalui proses tahapannya ya pak ya?
…kalo prosesnya kan kalo bapak kan melihat hasil
output ya, kalo implementasi kan diliat dari output ya
ketika pelaksanaannya oh ada gitu ya dan bahkan
mendapatkan respon dari terutama dari kalangan
pemerintah pusat maupun menengah keatas kan itu
sudah baik mendapat respon. Tapi tadi lagi-lagi setiap
kebijakan itu pasti…ada hal yang harus dibenahi
makanya kan ada evaluasi kebijakan berarti itu yang
harus di apa…dibenahi oleh pemerintah daerah tentang
120

Baris Verbatim Koding


sosialisasi daerahnya ke masyarakat gitu ya…kalo saya
pikir kalo implemen-nya udah bagus.
…kan di Tangerang LIVE itu kan ada salah satu
program mengatasi banjir kalau tidak salah ya? Nah itu
yang belum bisa diakses karena kan pemahaman
masyarakat terhadap Tangerang LIVE ini belum tahu
gitu ya. Nah tadi tugas camat di periuk tuh ‘ini
loh…warga saya ada program bagaimana mengatasi
banjir di Tangerang LIVE, betul ngga? Kalian akses
untuk mengatasinya.’ Menyampaikan keluhan kan ada
ya. Kan ini terbantu loh kaya mingkin apa ya, laksa ya?
Bagaimana misalkan masyarakat itu bisa mengusulkan
kepada pemerintah tentang apa yang terjadi dibawah
kan ya gitu, misalnya ada jalan rusak. Lagi-lagi teh tadi
masyarakat harus dikasih tahu tentang manfaat ini.
11 …bapak sendiri ada aplikasi Tangerang LIVE?
soalnya dari aplikasi aja udah tau, kalo dia tidak
men-download artinya kan bagaimana dia mau tahu
tentang pemerintah kan…
…ada ada, makanya kata bapa tadi, infokom itu tadi
harus, pertama di kota Tangerang itu ada program ini
loh…apa Tangerang LIVE, isinya sampaikan tentang
pelayanan ini, pelayanan ini, bagaimana cara
mengaksesnya? Bapak harus men-download dulu.
Yang penting ada seseorang lah duta, duta Tangerang
LIVE ya bisa menyampaikan ke publik gitu kan ya.
Udah rekrut aja pelajar, mahasiswa misalkan apa
namanya…tokoh pemuda mereka jalan tuh misalnya
agendakan di kelurahan ini tanggal berapa, kelurahan
ini, untuk tadi mensosialisasikan ini saya pikir kalau
anak mahasiswa diajak bicara gitu ya terus tokoh
pemuda gitu ya atau masyarakat, mereka aja yang
menyampaikan. Kalau yang menyampaikan orang
seragam gitu kadang-kadang orang ini ya kaku gitu ya.
Boleh juga itu nanti kesana. Makanya nanti mah harus
ada merekrut dari mahasiswa sebagai duta Tangerang
LIVE gitu ya cari aja yang ganteng yang cakep yang
cantik gitu kan ya tapi cerdas gitu paham tentang
program ini. Tapi tetep euu…maksud bapa gini, infokom
itu harus mengikuti perkembangan jaman misalnya
dikalangan millennium tuh apa sih keinginan mereka
tentang kebutuhan informasi? Sosialisasi tidak hanya
lewat fisik ya banner, brosur gitu sih ya atau pamflet.
Terutama banner di kelurahan ya pasang aja
Tangerang LIVE.
121

Wawancara Responden 2
(Pengambilan Data 02)

Nama : H. Dirman
Usia : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Hari/Tanggal
Pengambilan Data : Rabu, 12 Agustus 2020
Pukul : 16.00 s.d 17.00 WIB
Tempat : Kantor LPM Kota Tangerang

Cetak Tebal : Interview


Cetak Tegak : Responden
Cetak Miring : Istilah-Istilah dalam Bahasa Asing
Garis Bawah : Orang Lain atau Rekan Responden

Baris Verbatim Koding


1 Eeee…yang pertama apakah bapak mengetahui NVivo 12
program Tangerang LIVE di Kota Tangerang ?
Hmm…program Tangerang LIVE di Kota
Tangerang…kan salah satu…program aplikasi laksa
yang berguna layanan aspirasi kotak saran anda itu sih
jawabannya tapi memang memudahkan masyarakat
agar mengetahui apa saja program-program yang
dilaksanakan di Kota Tangerang.
2 …pak itu aja ?
Banyak sih sebenernya yang hehehe….
3 Apa…program jadi kalo ada kan aplikasi itu kan
lebih ke ini ya pak E-City nya ya, jadi E-City nya ada
ga layanan aplikasi tapi program itu sendiri yang di
masyarakat itu…bapak tau? Yang berlangsung di
masyarakat atau yang dirasakan oleh masyarakat ?
sebenarnya program…di Tangerang LIVE itu kan agar
untuk memudahkan pembuatan E-KTP yang langsung
deket bisa membantu…pembuatan E-KTP nya super
cepat dan ngga terlalu bertele-tele karena sekarang
langsung, dulu dengan catatan sipilnya langsung bisa
dibuatkan sehingga tidak…terlalu banyak…membuat
peraturan atau apa dari peraturan lain…surat
keterangan atau dari RT ke RW sehingga itu membuat
banyak waktu yang tersita dan juga ada…seperti
membikin surat keterangan tanda kematian kan kita
tinggal telfon ke 112 itu langsung dilayani secepatnya
dan ada juga program di Tangerang LIVE
itu…kepengurusan ijin itu juga sudah mulai memakai
aplikasi itu. Ya jadi sebenernya memang masyarakat
sekarang di…supaya cepat selesai lah untuk
pengurusan tersebut.
4 Lanjut ya pak ? Pertanyaan yang kedua, bagaimana
menurut bapak implementasi kebijakan program
122

Baris Verbatim Koding


Tangerang LIVE yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Kota Tangerang ?
Implementasinya ya ? Jadi…implementasinya itu
sehingga apapun program yang dilaksanakan oleh
Pemerintah itu memang udah di…sepertinya sudah
memang bagus tapi…untuk masyarakatnya sendiri
yang belom banyak ya belom banyak yang
mengetahuinya sehingga memang harus
disosialisasikan terus dalam artian biar percepatan
masyarakat itu bisa mengetahui lebih cepat,
lebih…mengerti dengan aplikasi tersebut. Karena
implementasinya itu supaya dapat selesai semua, kan?
Tentunya…banyak harus disosialisasikan terutama dari
pemerintah mulai dari kecamatan, kelurahan sampai ke
tingkat bawah RT RW karena gitu mba.
5 Terus yang ke ketiga ni pak, menurut bapak
program Tangerang LIVE ini kan…program
Tangerang LIVE ini salah satunya yang ada di
masyarakat Kampung Terang, Kampung
Tematik…Ayo Mengaji yah salah satunya itu, nah
apakah program…program-program Tangerang
LIVE itu sudah memberikan kepuasan kepada
masyarakat di Kota Tangerang, menurut bapak ?
Ya kalo seperti program yang tadi disebutkan bahwa
ada…bukan Tangerang Mengaji ya? Ada program
‘Maghrib Mengaji’…Ayo Mengaji-Maghrib Mengaji gitu
ya sehingga anak-anak yang dirumah pada waktu saat
Maghrib terutama Maghrib dia ngga main keluyuran
atau main di…dia khusus untuk mengaji sementara gitu
diberikan jam waktu tertentu dan ada juga program tadi
yang disebutkan bahwa…mengenai Kampung Tematik
itu namanya program pemerintah…itu di…adopsi dari
Kampung PHBS dan sekarang sampai ke Kampung
Tematik tersebut. Ini juga dirasakan oleh masyarakat
khususnya untuk di wilayahnya masing-masing
diberikan apa namanya kegiatan dari pemerintah untuk
mengelola apa aja yang ada di wilayahnya yang artinya
bisa dibuatkan seperti Kampung Tematik tadi contoh di
Karawaci kampung tematik yang sekarang
adalah…Kampung Hidroponik itu udah bagus dan bisa
dijadikan destinasi untuk kunjungan...masyarakat luas
dan juga seperti di Tangerang ada Kampung Bekelir ya
memang ya diantaranya udah bisa dikunjungilah untuk
masyarakat di luar dari Kota Tangerang banyak yang
berkunjung dan banyak yang datang untuk apa
namanya studi banding.
6 iya lanjut ke berikutnya pak, menurut bapa dengan
adanya program Tangerang LIVE apakah sudah
memberikan kepuasan kepada masyarakat Kota
123

Baris Verbatim Koding


Tangerang ?
Kalo mungkin…kalo saya sendiri kan apa namanya
karena setiap apa setiap nyari informasi kan di
Tangerang LIVE ya kalo secara…saya sih sudah puas
ya sudah puas.
7 Berarti…sudah memberikan kepuasan ya kepada
masyarakat program tersebut ?
Kalo kepuasan ya mungkin sudah bisa
dijadikan…diitung nilai dengan 70% lah kepuasannya
itu karena di wilayah Kota Tangerang ini belum rata
artinya pembangunannya atau kampung-kampung
tematiknya yang sudah kelihatan artinya bisa dijadikan
studi banding atau di…kunjungi gitu.
8 Yang nomor empat, apakah menurut bapak
perumusan program Tangerang LIVE eh
engga…engga itu aja deh pak. Atau statement
terakhir pak untuk program Tangerang LIVE di Kota
Tangerang ?
Yaa…jadi untuk program LIVE atau Tangerang LIVE di
Kota Tangerang artinya memang sudah banyak
diketahui oleh masyarakat tapi tentunya dikalangan
bawahnya seperti yang di RT RW atau di…masih di
ada di wilayah namanya perkampungan bukan di
perumahan ya mohon map karena memang…daya
daya pemikirannya yah ngga sama dengan yang di
perumahan khususnya mungkin ada yang di daerah
Karawaci juga masih ada artinya bukan di komplek
bukan perumahan akhirnya masih…belum terlalu
memahami dengan program atau yang ada di
Tangerang LIVE tapi mudah-mudahan dengan adanya
Tangerang LIVE ini juga Pemerintah Kota Tangerang
meluncurkan aplikasi-aplikasi yang…yang cepet atau
yang…supaya cepet dipahami oleh masyarakat karena
program LIVE ini memang memudahkan juga tapi bagi
yang paham Tangerang LIVE karena dia memakai
aplikasi pakai Android sehingga ya kita ini udah di
jaman moderen begini mungkin masih ada juga yang
belum paham dengan program tersebut.
124

Wawancara Responden 3
(Pengambilan Data 03)

Nama : Edy Hamdy


Usia : 41 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Hari/Tanggal
Pengambilan Data : Rabu, 12 Agustus 2020
Pukul : 17.00 s.d 18.00 WIB
Tempat : Kantor BKM Kota Tangerang

Cetak Tebal : Interview


Cetak Tegak : Responden
Cetak Miring : Istilah-Istilah dalam Bahasa Asing
Garis Bawah : Orang Lain atau Rekan Responden

Baris Verbatim Koding


1 Pertanyaannya cuma empat pak. Yang NVivo 12
pertama…apakah bapak mengetahui tentang
program Tangerang LIVE di Kota Tangerang ?
Iya…Kota Tangerang sebelumnya…dengan simbol
‘Akhlakul Karimah’ tapi bukan berarti sekarang menjadi
Tangerang LIVE bukan berarti menghilangkan konteks
Akhlakul Karimah tersebut tapi kalau Tangerang LIVE
disini adalah bagaimana memudahkan…agar
masyarakat bisa melihat desain atau program yang
disampaikan pak walikota Pak Haji Arief R
Wismansyah. Nah hal ini kan…masyarakat sering
mendengar kata ‘LIVE’ Livable, Investable, Visitable,
dan E-City walaupun juga ‘Apaan sih itu bahasa itu?’
tapi mereka sebenernya juga memahami misalnya
layak huni, layak dikunjungi ya kan kota berbasis wisata
kemudian…E-City dengan menggunakan
apa…tehnologi tinggi tehnologi tinggi makanya…pak
walikota ini dalam hal ini memberikan lompatan-
lompatan sih sehingga masyarakat yang yang dulu gitu
kan…men contoh misalkan…masyarakat bisa melihat
beberapa program yang pak wali luncurkan misalnya
dengan program Tangerang Berbenah akhirnya melihat
‘Oh ya di jaman pak walikota ini berapa ribu rumah
yang dibangun’ ya kan yang kemudian akhirnya
masyarakat yang tidak mampu merasa alhamdulillah
dengan program tersebut dengan Tang program Tang
Ber ini Tangerang Berbenah ini…ada juga yang tidak
punya jamban dengan adanya apa namanya perbaikan
sanitasi masyarakat yang maap yang dulu sebagian
masyarakat buang…air besarnya kemana tapi dengan
program TangBer ini yang kemudian tadi sangat jelas
ketika dilihat dari Livable tadi ‘oh oh ini loh layak huni’
kemudian ini loh kenapa layak di kunjungin oh ternyata
125

Baris Verbatim Koding


dikunjunginya emang Tangerang selain Tangerang
adalah berdekatan dengan apa dengan bandara Su
bandara apa Soekarno-Hatta ya di jadi daya tarik juga
kita sih dulu sih sebenarnya dulu ada di Jakarta
sekarang kan bandara di Tangerang, Banten dulu kan
dulu mah sering kita denger Bandara Jakarta tapi
sekarang kan jaman pak Arief alhamdulillah itu…apa
gambaran tentang Tangerang LIVE yang saya cermati
dan yang saya lihat dari kondisi Kota Tangerang saat
ini.
2 Baik pak, terus kemudian yang kedua, lalu
bagaimana menurut bapak…secara pribadi
implementasi kebijakan program Tangerang LIVE
yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota
Tangerang ? Implementasinya di masyarakat
seperti apa ?
Implementasinya yah sangat bermanfaat sekali, sangat
bermanfaat. Oke saya ulang kembali, kenapa saya
jelaskan sangat bermanfaat ? Dengan program
Tangerang LIVE ini kan masyarakat akhirnya…tau ya
‘oh iya di kecamatan ini ada beberapa pembangunan
dengan dengan dari APBD yang kemudian diserap oleh
masyarakat melalui program ya istilahnya selain
program yang berbentuk fisik ada juga program yang
berbentuk jasmani misalnya kita sering mendengar
istilah Tangerang meng apa…Tangerang Mengaji
bahkan salah satu musik di wilayah kecamatan Batu
Ceper tepatnya di Batu Sari namanya ‘Sabit Band’
sampai membuat lagu yang judulnya “Tangerang
Mengaji” itu mengimplementasikan program dari…pak
walikota yang…Tangerang Mengaji tadi dari jam 6
sampai jam 8 karna biasanya nih anak-anak sekarang
kan mereka itu…biasanya kalau jam 6 harusnya kita
udah ngaji abis sholat maghrib ngaji baca baca Al-
Qur’an kemudian tadarus kemudian belajar ini kan
mereka udahlah liat sinetron mereka liat TV melihat apa
gitu ya mangkanya mudah-mudahan program ini terus
berjalan sehingga…khususnya masyarakat Kota
Tangerang ini…bisa memanfaatkan dan kemudian
menjadi cerdas.
3 Ya lalu kemudian pak yang ketiga ini kan tadi juga
kaya…pertanyaannya udah ngga dari tadi
ya…apakah…program Tangerang LIVE ini sudah
memberikan kepuasan kepada masyarakat tadi kan
bapak udah sampaikan tapi apakah itu
hanya…secara garis besarnya seperti apa ? Apakah
memang masyarakat betul-betul puas gitu dengan
program tersebut atau memang masih ada
kelemahan-kelemahan atau kekurangan-
126

Baris Verbatim Koding


kekurangan ?
Ya, kalo bicara puas mungkin masyarakat…tidak
semua masyarakat tidak apa…pu…apa maksudnya
tidak semua masyarakat menjadi puas tapi kalau
dipersentasikan mungkin pada angka 90% masyarakat
puas, kenapa saya bilang begitu ? Karna saya
melihat…programnya tepat guna gitu…dari mulai
program apa ya belum lagi kan ada Laksa ya kan apa
namanya Laksa itu Layanan Aplikasi dan Saran, di
Laksa itu kan akhirnya ‘Pak ini punten pak wilayah ini
jembatannya apa jalannya bocor-bocor dirapihin pak.’
Ya udahkan disampaikanlah akhirnya pihak pak
walikota mengintruksikan kepada dinas terkait segera
merapihkannya akhirnya kan masyarakat atau misalnya
‘Pak ditempat ini ko TPS nya tempat sampahnya ngga
rapih ?. Akhirnya kan atau penampungan sampahnya
nambah akhirnya disampaikan kepada pak wali ke
dinas terkait untuk…menanggulangi tersebut atau juga
sekitaran ini banyak apa yang terkait dengan para
pencari kerja dengan program tadi yang apa namanya
melalui…E-City tadi berbasis teknologi akhirnya kan
masih ada ‘oh ya dinas di wilayah ini masih ada
lowongan kerjaan’ diliat darimana? di database nya kan
ada apa persyaratannya jadi mereka bukan tau dari
mulut ke mulut tapi sudah sudah ter-detect langsung
gitu loh di program tadi makanya apa banyak sekali
masyarakat yang akhirnya memanfaatkan…tentu
menuju ke arah informasi-informasi tadi itu.
4 Iya, yang terakhir pak, statement bapak statement
terakhir untuk Tangerang LIVE.
Ya saya berharap Tangerang LIVE ini bukan
hanya…mudah-mudahan bukan hanya menjadi jargon
tapi juga harus tetep dilaksanakan kemudian perlu juga
di…apa ditingkatkan sehingga…apa harapan pak
walikota sebagai pemimpin bisa…apa namanya
mengena dan bermanfaat buat masyarakat Kota
Tangerang karena sejatinya kan ini masyarakat Kota
Tangerang itu…kehidupannya lebih sejahtera,
toleransinya lebih terbangun sehingga dengan
terbangun dan sejahtera akan apa akan tercipta sebuah
masyarakat yang kondusif kalau dalam istilah saya itu
apa kota yang…kota yang “gemah ripah loh jinawi”
artinya…kota dimana orang tuh berbondong-bondong
dateng di Tangerang berbuat kebaikan menoreh
prestasi kemudian bisa memberikan…mem
apa…memberi implikasi yang positif kepada
masyarakat Kota Tangerang apalagi sekarang ini kan
misalnya…apa…pak wali menggalakan…menggalakan
destinasi-destinasi yang mungkin bisa di kita perhatikan
127

Baris Verbatim Koding


salah satu contohnya adalah…apa Tangerang Bekelir
jadi apalagi sekarang ditambah ni masyarakat kita nih
lagi lagi seneng-senengnya naik sepeda jadi kalau dari
saya nih dari temen-temen dari Batu Ceper kita mampir
ke Taman Pramuka liat pemandangannya ini kiri butek
berarti ya kemudian dari Taman Pramuka kita meluncur
ke apa ke…sana tu ke…Taman Gajah Tunggal
dibangun darimana dari PT. Gajah Tunggal terus balik
muter lagi ke Jembatan Barendeng ‘Oh Barendeng tuh
apa?’ Barendeng itu adanya di pertengahan Grendeng
kan jadi…saya selaku pemerhati kalau ini berharap
mudah-mudahan program ini tetap berjalan, program ini
bisa membawa dampak…kebaikan buat masyarakat
Kota Tangerang pada khususnya. Mungkin itu saja
sedikit dari apa…saya, saya melihat bedasarkan
objektifitas bukan bedasarkan subjektifitas. Makasih.
128

Wawancara Responden 4
(Pengambilan Data 04)

Nama : Dwiyana Langlang Nugraha


Usia : 28 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Hari/Tanggal
Pengambilan Data : Minggu, 16 Agustus 2020
Pukul : 13.30 s.d 14.30 WIB
Tempat : Rumah Kediaman Bapak Dwiyana Langlang N.

Cetak Tebal : Interview


Cetak Tegak : Responden
Cetak Miring : Istilah-Istilah dalam Bahasa Asing
Garis Bawah : Orang Lain atau Rekan Responden

Baris Verbatim Koding


1 Mulai aja ya pak…Untuk yang pertama…pertanyaan NVivo 12
yang pertama, apakah bapak mengetahui program
Tangerang LIVE yang ada di Kota Tangerang ?
Yah mengetahui tentang program Tangerang LIVE.
Jadi, Tangerang LIVE memang akronim yah dari
Livable, Investable, Visitable, dan E-City.
2 Oh berarti mengetahui ya pak ya ?
Iya mengetahui.
3 Lalu yang kedua, bagaimana menurut bapak
implementasinya ?...kebijakan tersebut yang
dilaksanakan di Pemerintah Kota Tangerang ?
Di Pemerintah Kota implementasinya saya rasa sudah
baik apalagi yang memang terasa sangat terasa di
masyarakat itu terkait dengan program Livable ya kota
layak huni dimana pemerintah kota saat ini sedang
gencar membuat taman-taman ruang terbuka hijau
yang memang masih sangat dibutuhkan oleh
masyarakat di tengah kota industri, ya masyarakat
sangat membutuhkan itu kemudian juga ada kebijakan-
kebijakan kaitan kampung tematik kemudian program
UMKM dan lain sebagainya itu memang dirasakan
sekali oleh masyarakat arah informasi-informasi tadi
itu.
4 Artinya sudah dampaknya ada ya pak ya ?
Ada dan sangat dirasakan kalo untuk level bawah ya
khususnya di Kelurahan Sangiang Jaya lah.
5 Lalu kemudian menurut bapak dengan adanya
program Tangerang LIVE ini apakah ini sudah
memberikan kepuasan kepada masyarakat di Kota
Tangerang khusunya ?
Ya, sudah. Sudah memberikanlah yaa…meskipun
kalau boleh jujur memang belum banyak masyarakat
yang memahami Tangerang LIVE tapi beberapa
129

Baris Verbatim Koding


kegiatan ini kan sudah dirasakan oleh masyarakat
seperti saya sebutkan tadi bahwa adanya dibukanya
taman-taman, ruang terbuka hijau dalam rangka
mendukung kota yang layak huni kemudian juga kota
layak investasi di wilayah saya juga kebetulan ada
dibuat apartemen yah seperti itu kurang lebih.
6 Berarti…di masyarakat Sangiang itu programnya
banyak ? Atau sudah banyak yang berjalan ?
Di masyarakat sudah, sudah banyak yang berjalan
seperti adanya kampung tematik karena adanya
kampung tematik ini merupakan dukungan dari
pemerintah walaupun memang yang berjalan
masyarakat tapi ada dana dari pemerintah untuk
mendukung kegiatan tersebut.
7 Okey, sekarang nomor empat ya pak…menurut
bapak ini, perumusan program Tangerang LIVE
oleh Pemerintah Kota Tangerang apakah sudah
memenuhi unsur tahapan-tahapan seperti
misalkan, satu: penyusunan agenda, dua: formulasi
kebijakan, tiga: pembuatan kebijakan, empat:
implementasi kebijakan, dan lima: evaluasi
kebijakan ?
Kalo…tahapan-tahapan saya sendiri kurang paham ya
rumusan karena yang kami rasakan itu kan
implementasi kemudian juga setelah implementasi ada
evaluasi nah evaluasi dari pemerintah nah berapa
tahapan yang kita rasakan secara langsung,
implementasinya kita rasakan tapi ketika bicara
perumusan mungkin perumusan kita kita juga belum
tau ya seperti apa.
8 Lalu di…di kelurahan Sangiang sendiri ni pak
misalnya, apakah memang…selain program-
program yang disebutkan tadi yang paling
menonjol di…kelurahan bapak itu apa ?
Yang paling menonjol ? Yang paling menonjol itu
program Livable kota layak huni. Kalo bicara kota layak
huni itu kan pemerintah kota mencoba membuat
kebijakan dimana masyarakat itu merasa nyaman
untuk tinggal di Kota Tangerang nah sebenernya kalo
berbicara kegiatan pun banyak sekali lah pemerintah
kota sudah menyediakan seperti perbaikan jalan
lingkungan kemudian pemasangan lampu-lampu PJU,
wilayah Sangiang Jaya ini wilayah yang agak kumuh
dulunya memang agak kumuh. Banyak perkampungan
yang memang di kampung tersebut belum dilengkapi
dengan penerangan. Itu semenjak ada program
Tangerang LIVE barulah terisi lampu-lampu PJU
dengan program Kampung Terang kemudian
Tangerang Terang dan juga ada jalan lingkungan
130

Baris Verbatim Koding


seperti itu.
9 Nah lalu itu dari masyarakatnya sendiri itu
responnya seperti apa pak ?
Tentu masyarakat berharap lebih ya. Berharap lebih
dalam arti dengan kondisi saat ini masyarakat…juga
sudah puaslah, sudah puas dengan pemerintah, jalan
yang tadinya rusak diperbaiki, penerangan, kemudian
juga disediakan RPH tapi masyarakat masih
menginginkan program yang dirasa apalagi masalah
apa…terkait dengan pandemi ini ya, masyarakat ingin
ada program yang memang…berkaitan langsung
dengan perekonomian tapi pemerintah juga menjawab
dengan adanya Tangerang Bisa, Tangerang Bisa itu
program berkaitan dengan pengkoordiniran dan juga
penyertaan modal bagi UMKM itu saat ini sedang
dilaksanakan.
10 Ohh gitu, lalu…apa namanya setelah ya kan
masyarakat…tadi sudah merasa puas gitu ya pak
ya, lalu sebetulnya apakah masyrakat di wilayah
Sangiang itu…terlibat tidak sih untuk…untuk
misalkan ‘butuh ini nih pak, pak lurah saya butuh
ini.’ Jadi mengakomodir semua kebutuhan-
kebutuhan masyarakat ?
Iya sejauh ini, menurut saya berimbang. Berimbang
antara apa yang diharapkan bisa dipenuhin dan tidak
bisa dipenuhin. Jadi maksud saya ketika misalkan saat
ini kan ada aplikasi Tangerang LIVE, aplikasi tersebut
ada icon ya atau opsi pelaporan masyarakat. Nah
masyarakat disitu bisa menyampaikan keluhan terkait
dengan program pemerintah diantaranya misalkan di
jalan raya jalan yang berlubang nah masyarakat bisa
langsung menyampaikan kepada aplikasi tersebut, nah
keluhan tersebut memang biasa direspon sangat cepat
oleh pemerintah. Nah untuk kerjasama dengan
masyarakat juga kita saat ini kan di kelurahan ada
anggaran yang namanya DAU, DAU ini kita kelolakan
dengan kelompok masyarakat diantaranya ada BKM,
forum RW, dan lain-lain.
11 Tapi apa menurut bapak sendiri ni aplikasi ini
masyarakat daerah sini udah tau ?
Sebagian besar sudah tau, sebagian besar. Terlebih ya
tadi terkait dengan Covid ini kan masyarakat bisa
mengusulkan secara pribadi jika memang dirasa tidak
mampu, kemudian diusulkan untuk mendapat bantuan
sosial.
131

Wawancara Responden 5
(Pengambilan Data 05)

Nama : H. Arief R. Wismansyah


Usia : 43 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Hari/Tanggal
Pengambilan Data : Senin 24 Agustus 2020
Pukul : 17.00 s.d 17.30 WIB
Tempat : Rumah Kediaman Bapak H. Arief R. Wismansyah

Cetak Tebal : Interview


Cetak Tegak : Responden
Cetak Miring : Istilah-Istilah dalam Bahasa Asing
Garis Bawah : Orang Lain atau Rekan Responden

Baris Verbatim Koding


1 Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh. NVivo 12
Terima kasih pak atas waktunya. Langsung aja ya
pak…kebetulan judulnya adalah “Implementasi
Kebijakan Program Tangerang LIVE Terhadap
Kepuasan Masyarakat di Kota Tangerang”.
Pertanyaan yang pertama…apasih yang
melatarbelakangi bapak membuat program
Tangerang LIVE ini ?
Wa’alaikumsalam warrahmatullahi wabarakatuh. Yaa
jadi, latar belakangnya sih kita membuat sebuah
program yang mudah diingat dan kita melihat Kota
Tangerang itu kan punya bandara ya kan, bandara
internasional, bandara terbesar di Indonesia dan
tersibuk kurang lebih sebelum pandemik covid tu bisa
sampe 65 juta penumpang begitu, nah karna
kita…menjadi pintu gerbang Indonesia maka kita harus
angkat kota ini mendorong ke arah standar internasional
makanya dipilihlah disebut ‘Tangerang LIVE’. LIVE itu
kan singkatan dari Liveable, bagaimana mewujudkan
kota yang layak huni…kota yang layak huni tu
sebenernya kota yang layak dinikmati warganya, kota
yang bisa membahagiakan gitu ya ngga cuma
mensejahterakan tapi juga membahagiakan
masyarakatnya. Terus kota Investable, kota yang layak
investasi begitu, jadi kita pengen perekonomian kita
tumbuh berkembang ya terus kita punya sebuah value
edit…yang merupakan apa ya tambahan kompetitif
advantage dibandingkan kota-kota lain dengan
keberadaan bandara, ada akses tol ya sekarang
kedepan akses tolnya jadi tiga begitu…ini tentu sangat
memudahkan orang-orang yang ingin berinvestasi di
Indonesia, bukan cuma di Tangerang, di Indonesia.
Kenapa? Karena jarak Tangerang ke Jakarta
132

Baris Verbatim Koding


sebenernya cuman kurang lebih ga nyampe setengah
jam udah nyampe Jakarta ya berbatasan langsung.
Terus kaya kita ke Semarang cuman 45 menit naik
pesawat, ke Singapur cuman kurang lebih sejam
setengah. Nah dengan jarak-jarak yang sangat strategis
itulah Kota Tangerang menurut saya harusnya menjadi
daya tarik tersendiri bagi investor begitu. Yang kedua
adalah…visitable city begitu. Kota Tangerang tuh kan
ngga punya sumber daya alam, ya kan masalahnya,
tapi saya melihat banyak kota-kota maju…karena
menjadi daerah tujuan wisata ya kaya Kute, terus apa
namanya…ya Kota Malang, Kota Batu ya kan, Kota
Semarang, Kota Jogja dan ibukota provinsi
Bandung…tapi saya melihat Kota Tangerang ni kalo di
dandanin gitu toh cakep juga dan bisa dinikmati
masyarakatnya. Nah kita mulai ngerapihin yang dulunya
jadi taman berubah jadi ruang publik sehingga taman-
tamannya bisa dinikmati masyarakatnya terus…orang
Tangerang tu pinter-pinter masak gitu ya jadi saya
ngeliatnya tuh kaya Pasar Lama pusat kuliner itu orang
darimana-mana datang begitu…jadi makanya yang
namanya wisata itu kan ngga cuma pemandangan gitu
ya bisa kuliner, bisa pakaian dan lain sebagainya lah,
jadi makanya itu…kita kemas dalam bagaimana
menciptakan kota yang…layak dikunjungi begitu ya.
Yang terakhir ini kota E-City gitu kota ‘Cergas’
sebenernya ‘Cerdas dan Gegas’. Nah… karna trend-
nya sekarang ini adalah Era masuk ke Revolusi Industri
4.0, terus eranya era global, era online, nah maka kita
ingin Kota Tangerang ini juga mudah diakses, mudah
dilayanin ya yang ribet-ribet dipangkas-pangkasin
menggunakan E-Government ya dan sarana prasarana
online lainnya lah gitu, jadi makanya kalo di Indonesia
yang sama juga Live di Indonesia ‘hidup’, hidup itu layak
huni, layak dikunjungi, layak investasi, juga kota pintar.
Nah jadi itu yang mendasari kenapa kita coba kemas
begitu banyaknya program dalam RPJMD dalam visi
misi…kan ga mungkin, apa program Kota Tangerang?
Visinya adalah mewujudkan kota yang sejahtera apa
akhlakul karimah, misinya…kan ribet. Ya sudah
singkatnya LIVE begitu. Simple, Eye Catching, dan
menarik ya supaya masyarakat bisa LIVE tinggal di
Kota Tangerang. Gitu sih sebenernya.
2 Lalu kemudian…menurut bapak,
implementasinya…implementasi pelaksanaan
kebijakan program Tangerang LIVE ini yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Tangerang
seperti apa ?
…gimana gimana? Implementasinya ya? Oke, jadi kita
133

Baris Verbatim Koding


break down tuh jadi bagaimana kita mewujudkan kota
yang layak huni. Layak huni tu kita punya program-
program kampung sejahtera mandiri, ada kampung
hijau, ada kampung sehat…pokoknya bagaimana
membuat lingkungan makin nyamanlah ya kan? Terus
kita bikin apa taman tematik, kampung-kampung
tematik, kita rangkul juga swasta untuk bisa bikin CSR
mereka bikin ruang-ruang publik begitu…itu untuk yang
program apa namanya program layak huni termasuk
kita selesaikan juga masalah banjir, terus sarana
prasarana kaya sekolah kita bikin program ‘1000 Ruang
Belajar’ begitu terus kita bedah rumah sampe hampir
7000-an lah udah ya kurang lebih ya, terus jalan
lingkungan, saluran air, pokoknya programnya harus
TMS ‘Terstruktur, Masif, Sistematis’, jadi
artinya…semua wilayah di Kota Tangerang harus
terbangun begitu tidak lagi tersentralistik semuanya
terdesentralistik, semua wilayah, semua kecamatan,
semua kelurahan, semua RW, semua RT kasarnya
merasakan pembangunan termasuk program kampung
terang. Kampung terang tuh sampai berapa ribu titik ya
60.000 titik ya PJU itu kampung terang begitu. Terus
untuk kota yang layak investasi ya kita permudah
birokrasi. Jadi kita kalo ngajuin perijinan apa segala
macam pake online. Sekarang nih kita ngasih relaksasi
pajak gitu ya terus kita yakinkan kepada investor Kota
Tangerang tu mudah diakses, ada kereta bandara, ada
kereta KRL, ada bis, lengkaplah ada pesawat begitu
dan lain sebagainya. Terus yang layak apa tadi ya, yang
kota…layak dikunjungi ya kita mendorong masyarakat
bikin oleh-oleh khas Tangerang terus bagaimana
kampung-kampung tematik itu menjadi kampung-
kampung wisata begitu ya terus apa namanya…bikin
kampung wisata terus taman-taman dibikin jadi
kampong destinasi wisata begitu…terus yang kota
pintar ya kita kembangin banyak aplikasi ya sampe 120-
an lah bahkan kita kerjasama hampir dengan 34
kabupaten kota yang akhirnya mereka melakukan
aplikasi Kota Tangerang gratis untuk
memudahkan…pelayanan pemerintahan dan juga
pelayanan publik begitu.
3 …dari…yang bapak sampaikan…apakah program-
program itu sudah memberikan kepuasan kepada
masyarakat ?
Wallahu a’lam bishowab sih sebenernya kalo saya
bilang mereka udah puas kan subjektif orang saya yang
bikin programnya begitu ya tapi kita evaluasi kita ada
tuh hasil survey begitu ya kepuasan-kepuasan
masyarakat…sebenernya angka kepuasan mereka
134

Baris Verbatim Koding


sampe 70% begitu ya oh 80%.
4 Lalu apa pak…apa kendala-kendala yang dirasakan
Pemerintah Kota Tangerang dalam melaksanakan
program tersebut ?
Yaa kendalanya ada internal dan eksternal sama
birokrasi. Nah birokrasi ini kan…apa ya sekarang itu kita
ajaknya…bukan cuma lari ya kita ngajaknya lompatan-
lompatan, terobosan-terobosan, saya tuh menginginkan
masyarakat tuh yang terlayani banyak begitu karena
tanggung jawab kita itu terhadap rakyat 2 juta orang jadi
makanya ‘bikin rehab sekolah pak berapa yang direhab
ini dulu itu dulu?’ saya bilang bikin di itung berapa
kebutuhannya 1000 Ruang Belajar begitu kan. Jadi…
berapapun kebutuhan masyarakat itu yang dilayani.
Mangkanya yang…mereka temen-temen ketika awal
merencanakan dan melaksanakan sempet kaget juga
tapi kalo kita liat beberapa tahun kebelakang ni jalan
berapa 7 tahun lah ya ‘wah kok bisa ya bedah rumah
sampe 6000 unit ? Kok bisa ya naikin ruang belajar
sampe 1000 lebih ? Terus kok bisa ya bikin kampung
terang udah 60.000 jalan, lingkungan, saluran dan lain
sebagainya gitu lah’. Semua yang dinikmati masyarakat
ini. Jadi…dan kita juga mendorong partisipasi
masyarakat makanya melalui program kampung-
kampung, kampung sehat mandiri ada kampung tematik
itu semua sebenernya kerjanya masyarakat yang kita
fasilitasi karna mindset nya pemerintah sekarang itu
kembali ke dua hal sebenernya yang kita lagi dorong
sebagai fasilitator dan regulator. Jadi…jangan dijadikan
masyarakat itu sebagai ‘obyek’ gitu loh mereka harus
dijadikan sebagai ‘subyek’ pembangunan. Makanya kita
mendorong sekali jangan sampe masyarakat Kota
Tangerang itu cuma jadi penonton dikampungnya
sendiri. Nah makanya yaa dengan banyaknya sekarang
dengan kampung-kampung tematik yak an…ini
membuat masyarakat tergerak lah, termotivasi begitu
untuk bagaimana yaa menikmati kampungnya sendiri
akhirnya. Mungkin itu ya.
5 ada ngga pak…supaya karnakan kita ini kota
industri lalu kemudian masyarakatnya…
Dulu sih, kalo sekarang saya ngga bisa ngga bisa
mendefinisakan sekarang tuh Kota Tangerang cuma
jadi industri, itu mindset jaman dulu itu sekarang tuh
sebenernya agak shifting kita agak shifting ke arah
bisnis dan jasa, kenapa? Karena UMR kita tinggi. Jadi
salah satu kendala di Kota Tangerang tuh UMR nya
tinggi. Jadi kita harus update kualitas sumber daya
manusia kita supaya mereka bayar agak tinggi
pegawainya memang memiliki kompetensi, memang
135

Baris Verbatim Koding


memiliki kapabilitas begitu ya, kalo ngga yaa masa
bayar gaji sama dengan Jakarta 4 juta sekian dapetnya
segitu-gitu aja SDM-nya, nah itu juga salah satu
challenge tantangan ya yang kita hadapi makanya
setiap permasalahan tuh selalu kita jadikan
tantanganlah termasuk birokrasi itu sendiri gitu ya.
Sekarang kita targetin di tahun ini harus online ya kan
Alhamdulillah dapet pandemik kan semuanya harus
online begitu, akhirnya begitu ya. Jadi makanya dengan
demikian kita berharap sekali iya semua proses
beradaptasilah…saya selalu punya prinsip mau gabung
untuk membangun Kota Tangerang yuk silahkan, yang
ngga mau minggir, jangan ngeribetin, jangan
ngerecokin, gitu aja kalo saya sih. Ya karena memang
semuanya berubah prosesnya bertransformasi yaa
apaya, sebenernya di ilmu manajemen ada istilahnya
apa…berubah atau mati ya istilahnya kalo ga berubah
ya kita stuck dan…pertumbuhannya ngga ada.
Makanya ya sekarang ini pinter-pinternya kita
beradaptasi selama pandemi aja. Sekarang retail sepi
nih penjualan gitu kan tapi kan yang rame kan online
400% pertumbuhannya begitu. Itu alih budaya, sosial.
Jadi sebenernya pandemik ini merubah kehidupan
masyarakat yang luar biasa begitu. Jadi yaa kita
yakinlah bahwa semuanya Allah punya rencana yang
lebih baik begitu dan pasti akan indah pada waktunya.
Kurang lebih begitu.
6 Lalu ini pak kalo masyarakatnya kan ini semua
kembali ke masyarakat ya, lalu bagaimana
memotivasi masyarakat agar mau membangun
kotanya sendiri ?
Yaa, memang ngga semuanya aktif. Kalo di kampung-
kampung tuh ada motor-motor penggeraklah begitu dan
biasanya setiap kampung ada. Nah terus kita fasilitasi
ya baik dari sisi anggaran, dari sisi insentif dan lain
sebagainya. Terus…dan kita upgrade nih kualitas-
kualitas pelayanan publik kita ya lebih mudah, lebih
nyaman gitu kan akhirnya kan masyarakat apa yaa
istilahnya ‘wah yang kaya gitu kurang keren, kurang
bagus’ akhirnya mereka nuntut sendiri. Gitu sih rasanya
ya,…jadi…apa ya akhirnya mereka termotivasi
sendirilah begitu.
7 Ya pertanyaan terakhir ya pak…pada saat bapak
merumuskan program ini atau program Tangerang
LIVE ini apakah sudah memenuhi unsur tahapan
sebagai berikut: 1. Penyusunan agenda, 2.
Formulasi kebijakan, 3. Pembuatan kebijakan, 4.
Implementasi, 5. Evaluasi ?
Ya pastinya ya apalagi ni kan kita lagi ada di Tangerang
136

Baris Verbatim Koding


LIVE 2.0 gitu ya karena ni periode kedua. Ya kita
mengevaluasi apa yang kita lakukan di tahun periode
pertama itu sebenernya saya fokus di infrastruktur dasar
di masyarakat ya itu tadi jalanan, lingkungan, saluran
air, penerangan jalan dan bedah rumah, sekarang tuh
yang lebih masif ke publik kaya mau bikin sport center,
kita rehab stadion Benteng, kita mau bikin stadion baru,
kita mau bikin sarana semacam kaya wisma haji kayak
begitu ya dan lain sebagainyalah…jadi tantangan fokus
yang kedua ini memang ngga mudah gitu apalagi
sekarang kita ngadepin pandemi dimana anggaran
dipotong abis begitu, tapi ya kita yakin lah Insya Allah
mudah-mudahan Allah memberikan kemudahan dan
kelancaran supaya kita bisa ngejalanin itu semua.
Jadi…ya…hasil evaluasi kita di periode pertama 1.0 ya
sekarang kita harus upgrading…apa sarana prasana
infrastruktur begitu dan arahnya sekarang pada
peningkatan kompetensi masyarakat sebenernya cuma
kan ya masalahnya kendalanya tertimpa anggaran, tapi
tetep saya minta temen-temen bikin kegiatan ya bikin
webinar, bikin itu, ya ga perlu pake anggaran begitu,
bisa kok, ngga ada kata ga bisa sebenernya.
137

Lampiran 6

6. Hasil analisis koding data menggunakan program NVivo 12

Anda mungkin juga menyukai