Anda di halaman 1dari 8

“HUBUNGAN PANCASILA DAN AGAMA”

1. Pengertian Pancasila dan Agama


Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari
Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan
dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.Pancasila adalah
pedoman luhur yang wajib di ta’ati dan dijalankan oleh setiap warga negara Indonesia untuk
menuju kehidupan yang sejahtera tentram,adil,aman,sentosa.
Agama adalah ajaran sistem yang mengatur tata keimanan kepada Tuhan Yang Maha kuasa
serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta  lingkungan.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia)
2. Hubungan pancasila dan agama
Hubungan Negara/ Pancasila dan agama  seringkali menjadi ”rumit”. Agama seringkali
dipergunakan untuk bertentangan dengan pemerintahan atau pemerintahan sering dijadikan
kekuatan untuk menekan agama. Dalam diskursus politik dan ketatanegaraan serta agama jalinan
tersebut masih diperdebatkan dan dikaji baik di (negara) Barat maupun di (negara) Timur.
Agar hubungan antar agama dan negara tetap harmonis di tengah-tengah dinamika kehidupan
politik, ekonomi, dan budaya kita perlu mendiskusikannya terus menerus, sehingga kita sampai
pada pemahaman bahwa agama dan negara bagai dua sisi mata uang, di mana keduanya bisa
dibedakan, namun tidak bisa dipisahkan satu sama lain karena keduanya saling membutuhkan.
Pancasila yang ada didalamnya terkandung dasar filsafat hubungan negara dan agama
merupakan karya besar bangsa Indonesia melalui TheFounding Fathers negara Republik
Indonesia.
Menurut Notonegoro,asal muasal pancasila secara langsung salah satunya asal mula
bahan (kuasa materialis) yang menyatakan bahwa “bangsa indonesia adalah sebagai asal dari
nilai-nilai pancasila, yang di gali dari bangsa indonesia yang berupa nilai-nilai adat istiadat
kebudayaaan serta nilai-nilai religius yang terdapat kehidupan sehari-hari bangsa indonesia”.
  Sejak zaman purbakala hingga pintu gerbang (kemerdekaan) negaraIndonesia,
masyarakat nusantara telah melewati ribuan tahun pengaruh agama-agama lokal, (sekitar) 14
abad pengaruh hinduisme dan budhisme,(sekitar) tujuh abad pengaruh islam, dan sekitar empat
abad pengaruh kristen.
 Dalam buku Sutasoma karangan Empu Tantular di jumpai kalimat yangkemudia di kenal
Bhinneka Tunggal Ika. Sebenarnya kalimat tersebut secaralengkap berbunyi Bhinneka tunggal

1
Ika Tan Hanna Dharma Mangrua, artinyawalaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua, sebab
tidak ada agama yang mempunyai tujuan yang berbeda.
Kuatnya faham keagamaaan dalam formasi kebangsaan Indonesiamembuat arus besar
pendiri bangsa tidak dapay membayangkan ruang publikhampa Tuhan. Sejak dekade 1920-an,
ketika indonesia mulai dibayangkansebagai komunitas politik bersama, mengatasi komunitas
kulutular dari ragametnis dan agam, ide kebangsaan tidak terlepas dari ketuhanan.
Secara lengkap pentingnya dasar ketuhanan ketika dirumuskan oleh founding fathers negarakita
dapat dibaca pada pidato Ir.Soekarno pada 1 juni 1945, ketika berbicara mengenai dasar negara
(philosophisce grondslag) yang menyatakan, “
PrinsipKetuhanan ! bukan saja bangsa indonesia ber-tuhan, tetapi masing-masingorang indonesia
hendaknya bertuhan, tuhannya sendiri.
Dalam hubungan antara agama Islam dan Pancasila, keduanya
dapat berjalan saling mengokohkan. Keduanya tidak bertentangan dan tidak bolehdi
pertentangkan. Juga tidak harus dipilih salah satu dengan sekaligus membuang atau
menanggalkan yang lain. Selanjutnya Kyai Achmad Shiddiq menyatakan bahwa salah satu
hambatan utama bagi proporsionalisasi
ini berwujud hambatan psikologis, yaitu kecurigaan dan kekhawatiran yangdatang dari dua arah.
Hubungan negara dengan agama menurut NKRI yang berdasarkan pancasila adalah sebagai
berikut.
 Negara adalah berdasar atas ketuhanan yang Maha Esa.
 Bangsa Indonesia ialah sebagai bangsa yang ber-Ketuhanan yangMaha Esa. Konsekuensinya
setiap warga memiliki hak asasiuntuk memeluk dan menjalankan ibadah sesuai dengan
agamamasing-masing.
 Tidak ada tempat atheisme dan sekularisme karena hakikatnya manusia berkedudukan kodrat
sebagai makhluk tuhan.
 Tidak ada paksaan bagi setiap agama karena ketakwaan itu bukan hasil paksaan bagi siapapun
juga.
 Memberikan toleransi terhadap orang lain dalam menjalankanagama dalam negara.
 Segala aspek dalam melaksanakan dan menyelenggarakan Negara harus sesuai dengan nilai-
nilai Ketuhanan yang Maha Esa terutama norma-norma hukum positif maupun norma moral
baikmoral agama maupun moral para penyelenggara negara.
 Negara adalah pada hakikatnya merupakan “...berakhmat Allah yang Maha Esa”.
Berdasarkan kesimpulan Kongres Pancasila (Wahyudi (ed.), 2009: 58),dijelaskan bahwa
bangsa Indonseia adalah bangsa yang religius.
Religiusitas bangsa indonesia ini, secara filosofis merupakan nilai fundamental yang
meneguhkan eksistensi negara indonesia sebagai negara yang ber-KetuhananYang Maha Esa.
Ketuhanan yang merupakan dasar kerohanian bangsa dan menjadi penopang utama bagi

2
persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangkamenjamin keutuhan NKRI. Karena itu, agar terjalin
hubungan selaras danharmonisantara agama dan negara, maka negara sesuai dengan Dasar
negaraPancasila wajib memberikan perlindungan pada agama-agama di Indonesia.

3. Hubungan Negara dan Agama dalam Pancasila dan UUD 1945


  “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa” [Pasal 29 ayat (1) UUD 1945] serta
penempatan “Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai sila pertama dalam Pancasila mempunyai
beberapa makna, yaitu:
Pertama, Pancasila lahir dalam suasana kebatinan untuk melawan kolonialisme dan
imperialisme, sehingga diperlukan persatuan dan persaudaraan di antara komponen bangsa. Sila
pertama dalam Pancasila ”Ketuhanan Yang Maha Esa” menjadi faktor penting untuk mempererat
persatuan dan persaudaraan, karena sejarah bangsa Indonesia penuh dengan penghormatan
terhadap nilai-nilai ”Ketuhanan Yang Maha Esa.”
Kerelaan tokoh-tokoh Islam untuk menghapus kalimat “dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya” setelah “Ketuhanan Yang Maha Esa” pada saat pengesahan
UUD, 18 Agustus 1945, tidak lepas dari cita-cita bahwa Pancasila harus mampu menjaga dan
memelihara persatuan dan persaudaraan antarsemua komponen bangsa. Ini berarti,  tokoh-tokoh
Islam yang menjadi founding fathers bangsa Indonesia telah menjadikan persatuan dan
persaudaraan di antara komponen bangsa sebagai tujuan utama yang harus berada di atas
kepentingan primordial lainnya.
Kedua, Seminar Pancasila ke-1 Tahun 1959 di Yogyakarta berkesimpulan bahwa sila
”Ketuhanan Yang Maha Esa” adalah sebab yang pertama atau causa prima dan sila ”Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan” adalah
kekuasaan rakyat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara untuk melaksanakan amanat negara
dari rakyat, negara bagi rakyat, dan negara oleh rakyat.[12] Ini berarti, ”Ketuhanan Yang Maha
Esa” harus menjadi landasan dalam melaksanakan pengelolaan negara dari rakyat, negara bagi
rakyat, dan negara oleh rakyat.
Ketiga, Seminar Pancasila ke-1 Tahun 1959 di Yogyakarta juga berkesimpulan bahwa
sila ”Ketuhanan Yang Maha Esa” harus dibaca sebagai satu kesatuan dengan sila-sila lain dalam
Pancasila secara utuh. Hal ini dipertegas dalam kesimpulan nomor 8 dari seminar tadi bahwa:
Pancasila adalah (1) Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab,
yang berpersatuan Indonesia (berkebangsaan) yang berkerakyatan dan yang berkeadilan sosial;
(2) Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berpersatuan
Indonesia (berkebangsaan), yang berkerakyatan dan yang berkeadilan sosial; (3) Persatuan
Indonesia (kebangsaan) yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil
dan beradab, berkerakyatan dan berkeadilan sosial; (4) Kerakyatan, yang ber-Ketuhanan Yang
Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia
(berkebangsaan) dan berkeadilan sosial; (5) Keadilan sosial, yang ber-Ketuhanan Yang Maha
Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang bepersatuan Indonesia (berkebangsaan)

3
dan berkerakyatan. Ini berarti bahwa sila-sila lain dalam Pancasila harus bermuatan Ketuhanan 
Yang Maha Esa dan sebaliknya Ketuhanan Yang Maha Esa harus mampu mengejewantah dalam
soal kebangsaan (persatuan), keadilan, kemanusiaan, dan kerakyatan.
Keempat, “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa” juga harus dimaknai bahwa
negara melarang ajaran atau paham yang secara terang-terangan menolak Ketuhanan Yang Maha
Esa, seperti komunisme dan atheisme. Karena itu, Ketetapan MPRS No. XXV Tahun 1966
tentang Larangan Setiap Kegiatan untuk Menyebarkan atau Mengembangkan Faham atau Ajaran
Komunis/Marxisme Leninisme masih tetap relevan dan kontekstual. Pasal 29 ayat 2 UUD
bahwa  “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing …” bermakna bahwa negara hanya menjamin kemerdekaan untuk beragama. Sebaliknya,
negara tidak menjamin kebebasan untuk tidak beragama (atheis). Kata “tidak menjamin” ini
sudah sangat dekat dengan pengertian “tidak membolehkan”, terutama jika atheisme itu hanya
tidak dianut secara personal, melainkan juga didakwahkan kepada orang lain

4. Makna Sila Pancasila dalam Agama


Keterkaitan hubungan antara rukun Islam sebagai landasan agama Isalam dan Pancasila
sebagai landasan negara Indonesia. Adapun hubungan itu yaitu pertama dari segi jumlah, rukun
Islam berjumlah lima begitupun pancasila. Kedua, dari segi makna yaitu:
1.      Ketuhanan Yang Maha Esa, sila ini kerat aitannya denagn rukun Islam yang pertama yaitu
syahadat. Secara umum, sila ini menerangkan tentang ketuhanan begitu pun syahadat yang
mempunyai makna pengakuan terhadap tuhan yaitu Allah SWT. Selain itu, kata Esa sendiri
berarti tunggal, yang sebagaimana yang kita ketahui bahwa Isalm sebagai agama mayoritas
penduduk negeri ini mempunyai tuhan tunggal Allah SWT.  
2.  Kemanusiaan yang adil dan beradab sila kedua pancasila, berkaitan dengan rukun Islam
kedua yaitu Shalat. Shalat dalam Islam selain sebagai ibadah wajib juga dilakukan untuk
mendidik manusia menjadi manusia yang beradab. Sholat adalah sebuah media untuk mencegah
perbuatan yang tidak terpuji, sebagai mana yang di firmankan oleh Allah bahwa Shalat itu
mencegah perbuatan keji dan mungkar.
3. Persatuan Indonesia yang artinya seluruh elemen rakyat yang ada di Indonesia yang
terdiri dari berbagai macam suku dan adat bersatu dan membentuk kesatuan dalam wadah bangsa
Indonesia. Kaitannya dengan itu, persatuan terbentuk ketika jurang pemisah sudah tidak ada lagi
di masyarakat. salah satu jurang pemisah yang paling nyata yaitu jurang antara yang miskin dan
yang kaya. Untuk menyatukan jurang pemisah tersebut maka di agama Islam diwajibkan
membayar zakat bagi orang-orang kaya yang akan disalurkan untuk kepentingan kaum miskin
dan duafa. Zakat yang notabennya adalah rukun Islam ketiga sangat erat kaitannya dengan poin
pancasila ketiga tersebut. Dengan zakat akan terbentuk rasa kasih sayang pada umat yang akan
menghasilkan persatuan yang di cita-citakan.
4. Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat, kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan sangat erat kaitannya dengan rukun islam keempat yaitu puasa. Dengan pusas akan
4
terbentuk sifat bijaksana dan kepemimpinan. Ciri orang bijaksana, yaitu ia mampu merasakan
dan mempumnyuai rasa kasih sayang sesame, semua itu adalah hikmah dari puasa. Selain itu,
dalam menentukan waktu puasa, perlu dilakukan suatu musyawarah yang dikenal dengan siding
istbat.
5. Keadialan sosial bagi seluruh rakyat Indionesia. Pada rukun Islam, terdapat yang
namanya haji. Haji adalah proses sosial yang terbesar di dunia ini, dimana setiap orang datang
dari berbagai negara dengan berbagai bahasa dan kebiasaan bergabung menjadi satu dalam satu
tempat dan waktu dalam kedudukan yang sama. Di dalalam haji, tidak memandang itu siapa dan
siapa, semuanya sama, pakaiannya sama dan peraturan dan hukumnya sama. Semua itu adalah
cerminan dari keadilan tuhan.

5. Peran pancasila dalam beragama di Negara pancasila


Kebebasan Beragama dalam Pancasila ialah diperjelas dalam beberapa Pasal-pasal
dalam UUD 1945, yaitu Pasal 28E “bahwa setiap orang bebas Memeluk agama dan beribadah
menurut agamanya” serta Pasal 29 ayat (1) UUD “bahwa
Negara berdasar atas Ketuhanan yang Maha Esa” dan Pasal 29 ayat (2)“bahwa Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk Agamanya masing-masing dan untuk beribadah
menurut agamanya dan Kepercayaannya itu” Konsekuensi dari keilmuan di atas adalah:
1. Negara hanya menjamin kebebasan warga Negara untuk memelukAgama masing-masing
ini berarti, kebebasan untuk tidak memeluk Agama tidakdijamin, bahkan bisa dikatakan
dilarang jika disertai Dengan upaya mengajak oranglain untuk melakukan hal yang Sama,
karena secara tidak langsung merusakjaminan Negara Kepada warganya untuk memeluk
agamnya masing-masing.
2. Setiap warga Negara harus patuh pada ketentuan peribadatanBerlaku pada agamanitya
masing-masing. Kalau memeluk Agama Islam
harus beribadah menurut Islam, bukan berdasarkan cara lain. Begitu pula kalu memelukK
atolik, Protestan, Hindu, Budha, Khonghucu, Kristen.
3. Ritus-ritus keagamaan yang dijalankan ististusi agama bersamaPemeluknya harus dapat
mempertegas pelaksanaan prinsip Ketuhanan yang MahaEsa dalam segala aspeknya serta
dapat Memperteguh persatuan dan persaudaraan dikalangan masyarakat Indonesia,bukan
sebaliknya menjadi pemicu terjadinya konflik Horizontal.

6. Keberadaan Pancasila dan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

A.  ARTI PENTING KEBERADAAN PANCASILA


Pancasila sebagai dasar negara memang sudah final. Menggugat Pancasila hanya akan
membawa ketidakpastian baru. Bukan tidak mungkin akan timbul chaos (kesalahan) yang
memecah-belah eksistensi negara kesatuan. Akhirnya Indonesia akan tercecer menjadi
negara-negara kecil yang berbasis agama dan suku. Untuk menghindarinya maka
penerapan hukum-hukum agama (juga hukum-hukum adat) dalam sistem hukum negara
5
menjadi urgen untuk diterapkan. Sejarah Indonesia yang awalnya merupakan kumpulan
Kerajaan yang berbasis agama dan suku memperkuat kebutuhan akan hal ini. Pancasila
yang diperjuangkan untuk mengikat agama-agama dan suku-suku itu harus tetap
mengakui jati diri dan ciri khas yang dimiliki setiap agama dan suku.
B. SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

Sebagai negara yang bermayoritas penduduk agama islam, Pancasila sendiri yang sebagai
dasar negara Indonesia tidak bisa lepas dari pengaruh agama yang tertuang dalam sila
pertama yang berbunyi sila “Ketuhanan yang Maha Esa”. yang pada awalnya berbunyi
“… dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluknya” yang sejak saat itu
dikenal sebagai Piagam Jakarta.
Namun dua ormas Islam terbesar saat itu dan masih bertahan sampai sekarang yaitu
Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah menentang penerapan Piagam Jakarta tersebut,
karena dua ormas Islam tersebut menyadari bahwa jika penerapan syariat Islam
diterapkan secara tidak langsung namun pasti akan menjadikan Indonesia sebagai negara
Islam dan secara “fair” hal tersebut dapat memojokkan umat beragama lain. Yang lebih
buruk lagi adalah dapat memicu disintegrasi bangsa terutama bagi provinsi yang
mayoritas beragama nonislam. Karena itulah sampai detik ini bunyi sila pertama adalah
“ketuhanan yang maha esa” yang berarti bahwa Pancasila mengakui dan menyakralkan
keberadaan Agama, tidak hanya Islam namun termasuk juga Kristen, Katolik, Budha dan
Hindu sebagai agama resmi negara pada saat itu.

6
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang, pembahasan di atas, maka dapat di simpulkansebagai
berikut:Pancasila adalah ideologi yang sangat baik untuk di terapkan di negara Indonesiayang
terdiri dari berbagai macam agama, suku, ras dan bahasa. sehingga
jika bangsa indonesia mengaplikasikannya dengan bijaksana maka negara Indonesiaakan
menjadi negara yang makmur dan sejahtera.
2. Saran
Untuk mengembangkan nilai-nilai Pancasila dan memadukannya denganagama, diperlukan
rasa nasionalisme yang tinggi . selain itu juga harusmempunyai kemauan yang keras guna
mewujudkan negara Indonesia yangaman, makmur dan nyaman

7
DAFTAR PUSTAKA
https://suraya-atika.blogspot.com/2014/11/pancasila-dan-agama.html
https://www.academia.edu/37980798/pancasila_dan_agama
https://boneeta2012.blogspot.com/2012/09/hubungan-negara-pancasila-dan-agama.html
https://unikpol.blogspot.com/2012/09/hubungan-pancasila-dengan-agama-di.html

Anda mungkin juga menyukai