1
Ika Tan Hanna Dharma Mangrua, artinyawalaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua, sebab
tidak ada agama yang mempunyai tujuan yang berbeda.
Kuatnya faham keagamaaan dalam formasi kebangsaan Indonesiamembuat arus besar
pendiri bangsa tidak dapay membayangkan ruang publikhampa Tuhan. Sejak dekade 1920-an,
ketika indonesia mulai dibayangkansebagai komunitas politik bersama, mengatasi komunitas
kulutular dari ragametnis dan agam, ide kebangsaan tidak terlepas dari ketuhanan.
Secara lengkap pentingnya dasar ketuhanan ketika dirumuskan oleh founding fathers negarakita
dapat dibaca pada pidato Ir.Soekarno pada 1 juni 1945, ketika berbicara mengenai dasar negara
(philosophisce grondslag) yang menyatakan, “
PrinsipKetuhanan ! bukan saja bangsa indonesia ber-tuhan, tetapi masing-masingorang indonesia
hendaknya bertuhan, tuhannya sendiri.
Dalam hubungan antara agama Islam dan Pancasila, keduanya
dapat berjalan saling mengokohkan. Keduanya tidak bertentangan dan tidak bolehdi
pertentangkan. Juga tidak harus dipilih salah satu dengan sekaligus membuang atau
menanggalkan yang lain. Selanjutnya Kyai Achmad Shiddiq menyatakan bahwa salah satu
hambatan utama bagi proporsionalisasi
ini berwujud hambatan psikologis, yaitu kecurigaan dan kekhawatiran yangdatang dari dua arah.
Hubungan negara dengan agama menurut NKRI yang berdasarkan pancasila adalah sebagai
berikut.
Negara adalah berdasar atas ketuhanan yang Maha Esa.
Bangsa Indonesia ialah sebagai bangsa yang ber-Ketuhanan yangMaha Esa. Konsekuensinya
setiap warga memiliki hak asasiuntuk memeluk dan menjalankan ibadah sesuai dengan
agamamasing-masing.
Tidak ada tempat atheisme dan sekularisme karena hakikatnya manusia berkedudukan kodrat
sebagai makhluk tuhan.
Tidak ada paksaan bagi setiap agama karena ketakwaan itu bukan hasil paksaan bagi siapapun
juga.
Memberikan toleransi terhadap orang lain dalam menjalankanagama dalam negara.
Segala aspek dalam melaksanakan dan menyelenggarakan Negara harus sesuai dengan nilai-
nilai Ketuhanan yang Maha Esa terutama norma-norma hukum positif maupun norma moral
baikmoral agama maupun moral para penyelenggara negara.
Negara adalah pada hakikatnya merupakan “...berakhmat Allah yang Maha Esa”.
Berdasarkan kesimpulan Kongres Pancasila (Wahyudi (ed.), 2009: 58),dijelaskan bahwa
bangsa Indonseia adalah bangsa yang religius.
Religiusitas bangsa indonesia ini, secara filosofis merupakan nilai fundamental yang
meneguhkan eksistensi negara indonesia sebagai negara yang ber-KetuhananYang Maha Esa.
Ketuhanan yang merupakan dasar kerohanian bangsa dan menjadi penopang utama bagi
2
persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangkamenjamin keutuhan NKRI. Karena itu, agar terjalin
hubungan selaras danharmonisantara agama dan negara, maka negara sesuai dengan Dasar
negaraPancasila wajib memberikan perlindungan pada agama-agama di Indonesia.
3
dan berkerakyatan. Ini berarti bahwa sila-sila lain dalam Pancasila harus bermuatan Ketuhanan
Yang Maha Esa dan sebaliknya Ketuhanan Yang Maha Esa harus mampu mengejewantah dalam
soal kebangsaan (persatuan), keadilan, kemanusiaan, dan kerakyatan.
Keempat, “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa” juga harus dimaknai bahwa
negara melarang ajaran atau paham yang secara terang-terangan menolak Ketuhanan Yang Maha
Esa, seperti komunisme dan atheisme. Karena itu, Ketetapan MPRS No. XXV Tahun 1966
tentang Larangan Setiap Kegiatan untuk Menyebarkan atau Mengembangkan Faham atau Ajaran
Komunis/Marxisme Leninisme masih tetap relevan dan kontekstual. Pasal 29 ayat 2 UUD
bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing …” bermakna bahwa negara hanya menjamin kemerdekaan untuk beragama. Sebaliknya,
negara tidak menjamin kebebasan untuk tidak beragama (atheis). Kata “tidak menjamin” ini
sudah sangat dekat dengan pengertian “tidak membolehkan”, terutama jika atheisme itu hanya
tidak dianut secara personal, melainkan juga didakwahkan kepada orang lain
Sebagai negara yang bermayoritas penduduk agama islam, Pancasila sendiri yang sebagai
dasar negara Indonesia tidak bisa lepas dari pengaruh agama yang tertuang dalam sila
pertama yang berbunyi sila “Ketuhanan yang Maha Esa”. yang pada awalnya berbunyi
“… dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluknya” yang sejak saat itu
dikenal sebagai Piagam Jakarta.
Namun dua ormas Islam terbesar saat itu dan masih bertahan sampai sekarang yaitu
Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah menentang penerapan Piagam Jakarta tersebut,
karena dua ormas Islam tersebut menyadari bahwa jika penerapan syariat Islam
diterapkan secara tidak langsung namun pasti akan menjadikan Indonesia sebagai negara
Islam dan secara “fair” hal tersebut dapat memojokkan umat beragama lain. Yang lebih
buruk lagi adalah dapat memicu disintegrasi bangsa terutama bagi provinsi yang
mayoritas beragama nonislam. Karena itulah sampai detik ini bunyi sila pertama adalah
“ketuhanan yang maha esa” yang berarti bahwa Pancasila mengakui dan menyakralkan
keberadaan Agama, tidak hanya Islam namun termasuk juga Kristen, Katolik, Budha dan
Hindu sebagai agama resmi negara pada saat itu.
6
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang, pembahasan di atas, maka dapat di simpulkansebagai
berikut:Pancasila adalah ideologi yang sangat baik untuk di terapkan di negara Indonesiayang
terdiri dari berbagai macam agama, suku, ras dan bahasa. sehingga
jika bangsa indonesia mengaplikasikannya dengan bijaksana maka negara Indonesiaakan
menjadi negara yang makmur dan sejahtera.
2. Saran
Untuk mengembangkan nilai-nilai Pancasila dan memadukannya denganagama, diperlukan
rasa nasionalisme yang tinggi . selain itu juga harusmempunyai kemauan yang keras guna
mewujudkan negara Indonesia yangaman, makmur dan nyaman
7
DAFTAR PUSTAKA
https://suraya-atika.blogspot.com/2014/11/pancasila-dan-agama.html
https://www.academia.edu/37980798/pancasila_dan_agama
https://boneeta2012.blogspot.com/2012/09/hubungan-negara-pancasila-dan-agama.html
https://unikpol.blogspot.com/2012/09/hubungan-pancasila-dengan-agama-di.html