Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. E USIA 55 TAHUN


DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL AKIBAT
OSTEOARTRITIS GENU DEXTRA
DI RUANG MELATI RSUD AL IHSAN BANDUNG
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Praktik Klinik Keperawatan Medikal
Bedah II yang di ampu oleh bapak Dr. Asep Setawan, S.Kep., M.Kes

Disusun oleh :
Nur'aisyah (P17320119069)

JURUSAN D3 KEPERAWATAN BANDUNG


POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Allah SWT karena dengan rahmat
dan karunia-Nya saya diberi kemudahan dalam menyusun makalah sehingga dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. E USIA
55 TAHUN DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL AKIBAT
OSTEOARTRITIS GENU DEXTRA DI RUANG MELATI RSUD AL IHSAN
BANDUNG.
Makalah ini saya susun untuk pemenuhan tugas mata kuliah Praktik Klinik
Keperawatan Medikal Bedah II yang diberikan oleh bapak Dr. Asep Setawan, S.Kep., M.Kes
selaku dosen pembimbing mata kuliah Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah II serta
dijadikan wawasan bagi para pembaca. Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan. Saya menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah dibuat
dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Bandung, Juli 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Osteoartritis (OA) merupakan suatu penyakit yang berkembang dengan perlahan
tetapi merupakan penyakit aktif degenerasi kartilago artikular yang berhubungan dengan
simptom-simptom seperti nyeri sendi, kekakuan, danketerbatasan pergerakkan (Padila,
2013). Handono (2013), menambahkan gejala khas dari penyakit osteoartritis berupa
nyeri pada persendian. Nyeri sendi adalah suatu peradangan sendi yang ditandai dengan
pembengkakan sendi, warna kemerahan, panas, nyeri dan terjadinya gangguan gerak.
Pada keadaan ini pasien akan sangat terganggu, apabila lebih dari satu sendi yang
terserang. Nyeri pada persendian akan berdampak pada keterbatasan mobilitas pasien
tetapi dikhawatirkan akan terjadi hal yang paling ditakuti apabila nyeri tidak tertangani
dengan baik yaitu menimbulkan kecacatan seperti kelumpuhan dan gangguan aktivitas
hidup sehari-hari (Lukman & Ningsih, 2012).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2016, osteoartritis merupakan
penyakit muskuloskeletal yang paling sering terjadi. Prevalensi osteoartritis lutut di
dunia yaitu sebesar 3.8% dan osteoartritis pinggul sebesar 0.85%. Tidak dijumpai
perubahan yang bermakna terhadap prevalensi osteoartritis dari tahun 1990 hingga 2010.
Sementara, prevalensi rheumatoid arthritis di dunia yaitu sebesar 0.24% tanpa dijumpai
perubahan bermakna selama 20 tahun lamanya. WHO juga mengungkapkan bahwa
prevalensi nyeri rematik di beberapa negara Asean adalah, 26.3% Bangladesh, 18.2%
India, 23.6-31.3% Indonesia, 16.3% Filipina, dan 14.9% Vietnam.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, di Indonesia pada tahun 2007-
2013, prevalensi rematik dapat ditemui pada usia lebih sama dengan atau >15 tahun
terdapat 30.3 % pada tahun 2007 dan mengalami penurunan pada tahun 2013 yaitu
menjadi 24.7%. Sedangkan data penderita rematik di Indonesia berdasarkan jenis
kelamin cenderung terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki dengan prevalensi
34%. Sementara itu, di Provinsi Gorontalo, prevalensi penyakit osteoartritis ditemukan
sebanyak 79.5 dan diperkirakan data ini akan meningkat setiap tahunnya (Riskesdas,
2013).
Saat ini banyak terdapat penelitian baru yang dapat digunakan sebagai upaya dalam
penurunan skala nyeri sendi lutut yaitu dengan terapi non-farmakologi salah satunya
adalah stretching exercise. Yandri (2011) mengemukakan bahwa Stretching Exercise
merupakan salah satu terapi latihan untuk mempercepat penyembuhan dari suatu
injuri/penyakit tertentu yang dalam pelaksanaanya mengunakan latihan – latihan gerakan
tubuh baik secara aktif maupun pasif (dalam Sari dan Pamungkas, 2011). Stretching
merupakan suatu aktivitas meregangkan otot untuk meningkatkan fleksibilitas otot dan
jangkauan gerakan persendian. The Crossfit Journal Article (2016) mengemukakan
bahwa stretching sangat efektif dilakukan untuk meningkatkan fleksibilitas otot dan
sendi sehingga dapat memberikan efek penurunan atau hilangnya rasa nyeri pada
persendian. Latihan ini juga dapat meningkatkan aliran darah, juga memperkuat tulang
(dalam Rahmiati, 2017)
1.2. Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
Dapat menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah
kesehatan terutama osteoartritis.
1.2.2. Tujuan Khusus
a) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dan keluarga dengan
masalah osteoartritis.
b) Mahasiswa mampu menganalisa data dengan masalah osteoartritis.
c) Mahasiswa mampu menyusun rencana dan intervensi keperawatan terhadap
pasien dengan osteoartritis.
d) Mahasiswa mampu melakukan implementasi sesuai dengan intervensi
keperawatan yang telah disusun.
e) Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap implementasi keperawatan
yang telah dilaksanakan
1.3. Manfaat Penulisan
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak,
khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang
asuhan keperawatan Osteoartritis. Manfaat lain dari penulisan makalah ini adalah dengan
adanya penulisan makalah ini diharapkan dapat memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah II.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Konsep Dasar Penyakit
2.1.1. Pengertian
Osteorathritis merupakan penyakit sendi degenerative yang berkaitan dengan
kerusakan kartilago sendi, vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki paling
sering terkena OA (Sudoyo Aru dkk, 2009 dalam Nurarif dkk, 2015)
Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat
kronik, berjalan progresif lambat, dan abrasi rawan sendi dan adanya gangguan
pembentukan tulang baru pada permukaan persendian.
Osteoartritis adalah bentuk atritis yang paling umum, dengan jumlah pasiennya
sedikit melampui separuh jumlah pasien arthritis.Osteoartritis adalah penyakit
peradangan sendi yang sering muncul pada usia lanjut. Jarang dijumpai pada usia
dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada usia diatas 60 tahun.
Osteoartritis juga dikenal dengan nama osteoartrosi , yaitu melemahnya tulang
rawan pada engsel yang dapat terjadi di engsel manapun di sekujur tubuh. Tapi
umumnya, penyakit ini terjadi pada siku tangan, lutut, pinggang dan pinggul.
2.1.2. Etiologi
Osteoartritis terjadi karena tulang rawan yang menjadi ujung dari tulang yang
bersambung dengan tulang lain menurun fungsinya. Permukaan halus tulang
rawan ini menjadi kasar dan menyebabkan iritasi. Jika tulang rawan ini sudah
kasar seluruhnya, akhirnya tulang akan bertemu tulang yang menyebabkan
pangkal tulang menjadi rusak dan gerakan pada sambungan akan menyebabkan
nyeri dan ngilu.
Berdasarkan penyebabnya, osteoarthritis terdiri dari dua tipe yaitu :

1. Osteoartritis Primer
Pada tipe primer atau idiopatik, individu tersebut penyakit sendi degeneratif tanpa
adanya kelainan yang mengawalinya. Pada tipe ini proses penuaan terjadi secara
prematur dan dipercepat pada individu yang memiliki faktor genetik tanpa
diketahui adanya faktor lain yang berkontribusi. Faktor lain seperti penggunaan
sendi yang berlebihan dapat mempercepat proses degeneratif tersebut. Tipe
primer merupakan tipe yang paling sering pada wanita dewasa, berkembang
spontan pada usia pertengahan dan berkembang secara perlahan pada proses
penuaan dari sendi. Osteoarthritis jenis ini biasanya ditemukan pada wanita kulit
putih usia pertengahan dan umumnya bersifat poli artikuler dengan nyeri yang
akut pada bagian distal interfalangeal yang selanjutnya disertai pembengkakan
yang disebut nodus Heberden (A. Jones & Doherty).
2. Osteoartritis Sekunder
Tipe sekunder berkembang akibat adanya suatu trauma atau penyakit yang
menyebabkan kerusakan pada tulang rawan sendi. Tipe sekunder lebih sering
daripada tipe primer dan umumnya lebih sering mengenai laki-laki. Penyakit
sendi degeneratif sekunder lebih sering terjadi pada sendi penopang berat badan
badan seperti tulang panggul, lutut, dan diskus intervertebralis pada tulang
vertebra lumbar. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan terjadi degenerasi
pada tipe sekunder ini antara lain : kelainan sendi bawaan (DDH, atau clubfoot),
infeksi pada sendi (artrhitis septik), inflamasi sendi nonspesifik (arthritis
rematoid), arthritis metabolik (asam urat), hamartrosis, trauma, instabilitas sendi,
deformitas ekstra sendi, osteonekrosis dan lain-lain (A. Jones & Doherty)
Beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :
a. Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis faktor ketuaan adalah
yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan
bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada
umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
b. Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering
terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan
dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita
tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada
pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
c. Riwayat Trauma sebelumnya
Trauma pada suatu sendi yang terjadi sebelumnya, biasa
mengakibatkanmalformasi sendi yang akan meningkatkan resiko terjadinya
osteoartritis. trauma berpengaruh terhadap kartilago artikuler, ligamen ataupun
menikus yang menyebabkan biomekanika sendi menjadi abnormal dan memicu
terjadinya degenerasi premature.
d. Pekerjaan
Osteoartritis lebih sering terjadi pada mereka yang pekerjaannnya sering
memberikan tekananan pada sendi-sendi tertentu. Jenis pekerjaan juga
mempengaruhi sendi mana yang cenderung terkena osteoartritis. sebagai contoh,
pada tukang jahit, osteoartritis lebih sering terjadi di daerah lutut, sedangkan pada
buruh bangunan sering terjadi pada daerah pinggang.
e. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata
tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi
juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Pada kondisi ini
terjadi peningkatan beban mekanis pada tulang dan sendi.
f. Faktor Gaya hidup
Banyak penelitian telah membuktikan bahwa faktor gaya hidup mampu
mengakibatkan seseorang mengalami osteoartritis. contohnya adalah kebiasaan
buruk merokok.Merokok dapat meningkatkan kandungan karbon monoksida
dalam darah, menyebabkan jaringan kekurangan oksigen dan dapat menghambat
pembentukan tulang rawan
g. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari
seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat
dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya
perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan anak
perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.
h. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat
perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih
jarang diantara orang-orang kulit hitam dan Asia dari pada kaukasia. Osteoartritis
lebih sering dijumpai pada orang–orang Amerika asli (Indian) dari pada orang
kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun
perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
2.1.3. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang dan
progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi
mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru
pada bagian tepi sendi. Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan
kondrosit yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga
diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom
menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di
sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang
paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti
panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan.
Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan
penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut. Perubahan-
perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu
misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit
peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat
intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya
perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan
mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan
ronggasendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya
hipertropi atau nodulus
Osteoartritis disebabkan oleh perubahan biomekanikal dan biokimia tulang rawan
yang terjadi oleh adanya penyebab multifaktorial antara lain karena faktor umur,
stress mekanis, atau penggunaan sendi yang berlebihan, defek anatomik, obesitas,
genetik, humoral dan faktor kebudayaan, dimana akan terjadi ketidakseimbangan
antara degradasi dan sintesis tulang rawan. Ketidakseimbangan ini menyebabkan
pengeluaran enzim-enzim degradasi dan pengeluaran kolagen yang akan
mengakibatkan kerusakan tulang rawan sendi dan sinovium (sinuvitis sekunder)
akibat terjadinya perubahan matriks dan struktur. Selain itu juga akan terjadi
pembentukan osteofit sebagai suatu proses perbaikan untuk membentuk kembali
persendian sehingga dipandang sebagai kegagalan sendi yang progresif.
Dua keluarga enzim yang penting dalam degradasi matriks, baik dalam tulang
rawan yang sehat ataupun pada osteoarthritis adalah metaloproteinase dan
aggrecanases. Metaloproteinase (stromelysin, collagenase, gelatinase) akan
memecah kolagen, gelatin, dan komponen protein lain dari matriks. Enzim ini
disekresi oleh sinovial sel dan khondrosit. Aggrecanases (ADAMTS) akan
mendegradasi aggrecan. Peningkatan degradasi aggrecans oleh enzim ADAMTS
adalah salah satu indikasi dari osteoarthritis awal, dan memberikan kontribusi
yang signifikan terhadap hilangnya struktur tulang rawan dan fungsi.
Pada tulang rawan yang sehat, aktivitas degradasi enzim diseimbangkan dan
diregulasi oleh faktor pertumbuhan dan inhibitor degradasi enzim. Faktor
pertumbuhan ini menginduksi khondrosit untuk mensistesis DNA dan protein
seperti kolagen dan proteoglikan. Faktor pertumbuhan yang berperan adalah
insulin-like growth factor (IGF-1), growth hormone, transforming growth factor
b(TGF-b) dan coloni stimulating factors (CSFs). Tetapi pada keadaan inflamasi,
sel menjadi kurang sensitif terhadap efek IGF-1. Tissue inhibitor of
metalloproteinase (TIMP) dan plasminogen activator inhibitor (PAI-1) adalah
inhibitor-inhibitor enzim yang berfungsi untuk mendegradasi collagenase dan
aggrecanase.
Pembentukan dan perkembangan OA sekarang dipercayai melibatkan keradangan
bahkan pada tahap awal penyakit. Keseimbangan aktivitas sendi terganggu
melalui suatu degradative cascade dan penyebab terpenting adalah IL-1 dan TNF.
Sekresi dari factor inflamasi seperti sitokin merupakan mediator yang bisa
menyebabkan terganggunya proses metabolisme dan meningkatkan proses
katabolik pada sendi. IL-1 dan TNF yang diproduksi oleh khondrosit, sel
mononeuklear, osteoblast dan tisu sinovial menstimulasi sintesis dan sekresi
metalloproteinase dan tissue plasminogen activator serta mensupresi sintesis
proteoglikan di dalam sendi.
2.1.4. Tanda dan gejala
a. Nyeri sendi, keluhan utama dan cenderung memiliki onset yang perlahan.
b. Hambatan gerak sendi, gangguan ini biasanya semakin berat dengan pelan-pelan
sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
c. Nyeri bertambah dengan aktifitas, membaik dengan istirahat , terasa paling nyeri
pada akhir , dan seiring dengan memburuknya penyakit, menjadi semakin parah,
sampai pada tahap dimana pergerakan minimal saja sudah menimbulkan rasa
nyeri dan biasa menganggu tidur
d. Kekakuan paling ringan pada pagi hari namun terjadi berulang-ulang sepanjang
hari dengan periode istirahat.
e. Krepitasi, rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit
f. Pembesaran sendi (deformitas)
g. Perubahan gaya berjalan
h. Tanda-tanda peradangan pada sendi (nyeri tekan , gangguan gerak, rasa hangat
yang merata dan warna kemerahan). (Nurarif dkk, 2015)
i. Persendian terasa kaku dan nyeri apabila digerakkan
j. Adanya pembengkakan/peradangan pada persendian
k. Persendian yang sakit berwarna kemerahan-merahan
l. Perubahan bentuk tulang
m. LED >40 mm/jam
2.1.5. Prosedur Diagnostik
Terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk lebih mendukung adanya
Osteoartritis, antara lain sebagai berikut :
a. Foto polos sendi (Rontgent) menunjukkan penurunan progresif massa kartilago
sendi sebagai penyempitan rongga sendi, destruksi tulang, pembentukan osteofit
(tonjolan-tonjolan kecil pada tulang), perubahan bentuk sendi, dan destruksi
tulang.
b. Pemeriksaan cairan sendi dapat dijumpai peningkatan kekentalan cairan sendi.
c. Pemeriksaan artroskopi dapat memperlihatkan destruksi tulang rawan sebelum
tampak di foto polos.
d. Pemeriksaan Laboratorium: Osteoatritis adalah gangguan atritis local, sehingga
tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk menegakkan diagnosis. Uji
laboratorium adakalanya dipakai untuk menyingkirkan bentuk-bentuk atritis
lainnya. Faktor rheumatoid bisa ditemukan dalam serum, karena factor ini
meningkat secara normal paa peningkatan usia. Laju endap darah eritrosit
mungkin akan meningkat apabila ada sinovitis yang luas.
e. Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal
2.1.6. Penatalaksanaan
a. Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis,
oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan
untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak
mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan
sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau
menghentikan proses patologis osteoartritis.
b. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang
kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.
Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga
perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk
(pronatio).
c. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus
menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan
seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
d. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya
yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak
pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin
orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali
keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena factor-faktor psikologis.
e. Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada
tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai
dari dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.
f. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi
pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas
yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan
kekakuan.Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat
gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat
dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi
paraffin dan mandi dari pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat
otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric
lebih baik dari pada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi
rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena
berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot
periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi
dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
g. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan
sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan
yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau
ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang
rawan sendi, pebersihan osteofit.

2.2. Konsep Asuhan Keperawatan


2.2.1. Pengkajian
Anamnesa adalah pertanyaan terarah yang ditunjukkan kepada pasien, untuk
mengetahui keadaan pasien dan faktor yang dimiliknya. Anamnesa dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu:
a. Autoanamnesa adalah anamnesa yang dilakukan langsung kepada pasien.
Pasien sendirilah yang menjawab semua pertanyaan dan menceritakan
kondisinya.
b. Allonamnesa adalah anamnesa yang dilakukan dengan orang lain guna
mendapatkan informasi yang tepat tentang kondisi pasien.

Sumber data pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan osteoartritis


meliputi:
1) Riwayat keperawatan. Dalam pengkajian riwayat keperawatan, perawat perlu
mengidentifikasi adanya :

a. Rasa nyeri/sakit tulang punggung (bagian bawah), leher, pinggang dan lutut

b. Berat badan menurun

c. Biasanya di atas 45 tahun

d. Jenis kelamin

e. Pola latihan dan aktivitas

f. Keadaan nutrisi (mis, kurang vitamin D dan C, serta kalsium), Exercise (misal
olahraga dan berjemur di cahaya matahari), Gaya hidup (merokok,
mengonsumsi alkohol dan kafein)
h. Adanya penyakit endokrin: diabetes mellitus, hipertiroid, hiperparatiroid,
Sindrom Cushing, akromegali, Hipogonadisme.

2) Pemeriksaan fisik :

a. Lakukan penekanan pada tulang punggung terdapat nyeri tekan atau nyeri
pergerakan

b. Periksa mobilitas pasien

c. Amati posisi pasien yang nampak membungkuk


3) Riwayat Psikososial
Penyakit ini sering terjadi pada wanita. Biasanya sering timbul kecemasan, takut
melakukan aktivitas, dan perubahan konsep diri. Perawat perlu mengkaji
masalah-masalah psikologis yang timbul akibat proses ketuaan dan efek
penyakit yang menyertainya.

2.2.2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan, dan
mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan
resiko tinggi, Label dari diagnosa keperawatan memberi format untuk
mengekspresikan bagian identifikasi masalah dari proses keperawatan (Dongoes,
Gelssier, Moorhouse, 2010).
a. Nyeri akut b.d penurunan fungsi tulang, reaksi inflamasi
b. Nyeri kronis b.d reaksi inflamasi
c. Hambatan mobilitas fisik b.d kekauan sendi, kerusakan integritas struktur tulang
d. Defisit perawatan diri b.d penurunan fungsi tulang
e. Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang penyakit
f. Gangguan pola tidur b.d ketidak mampuan mengontrol nyeri
g. Gangguan citra tubuh b.d deformitas tulang dan sendi
h. Intoleran aktivitas b.d kelumpuhan
i. Ansietas b.d koping tidak efektif
j. Resiko cedera b.d penurunan fungsi tulang
2.2.3. Perencanaan Keperawatan
1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses

inflamasi, distruksi sendi.


Dengan Kriteria Hasil:
Menunjukkan nyeri berkurang atau terkontrol
Terlihat rileks, dapat istirahat, tidur dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai
kemampuan.
Mengikuti program terapi.
Menggunakan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program
kontrol nyeri.

INTERVENSI RASIONAL
Kaji keluhan nyeri, catat lokasi Membantu dalam menentukan kebutuhan
dan intensitas (skala 0-10). managemen nyeri dan keefektifan
Catat faktor-faktor yang program.
mempercepat dan tanda-tanda
rasa sakit non verbal.
Berikan matras atau kasur Matras yang lembut/empuk, bantal yang
keras, bantal kecil. Tinggikan besar akan mencegah pemeliharaan
linen tempat tidur sesuai kesejajaran tubuh yang tepat, Peninggian
kebutuhan. linen tempat tidur menurunkan tekanan
pada sendi yang terinflamasi/nyeri.

Pada penyakit berat, tirah baring mungkin


diperlukan untuk membatasi nyeri atau
Biarkan pasien mengambil cedera sendi.
posisi yang nyaman pada
waktu tidur atau duduk di
kursi. Tingkatkan istirahat di Mencegah terjadinya kelelahan umum dan
tempat tidur sesuai indikasi. kekakuan sendi. Menstabilkan sendi,
Dorong untuk sering mengurangi gerakan/rasa sakit pada sendi.
mengubah posisi. Bantu pasien
untuk bergerak di tempat tidur,
sokong sendi yang sakit di atas Panas meningkatkan relaksasi otot dan
dan di bawah, hindari gerakan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan
yang menyentak. melepaskan kekakuan di pagi hari.
Anjurkan pasien untuk mandi Sensitifitas pada panas dapat dihilangkan
air hangat atau mandi dan luka dermal dapat disembuhkan.
pancuran pada waktu bangun.
Sediakan waslap hangat untuk Meningkatkan relaksasi/ mengurangi
mengompres sendi-sendi yang tegangan otot.
sakit beberapa kali sehari.
Pantau suhu air kompres, air
mandi. Meningkatkan relaksasi, mengurangi
Berikan masase yang lembut tegangan otot, memudahkan untuk ikut
serta dalam terapi

Kolaborasi: Beri obat sebelum


aktivitas atau latihan yang
direncanakan sesuai petunjuk
seperti asetil salisilat.

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,

nyeri/ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot.

Kriteria Hasil:

Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/pembatasan kontraktor


Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari kompensasi
bagian tubuh
Mendemonstrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.

INTERVENSI RASIONAL
Pertahankan istirahat tirah Untuk mencegah kelelahan dan
baring/duduk jika diperlukan. mempertahankan kekuatan.
Bantu bergerak dengan bantuan Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot
seminimal mungkin. dan stamina umum.
Dorong klien mempertahankan Memaksimalkan fungsi sendi dan
postur tegak, duduk tinggi, mempertahankan mobilitas.
berdiri dan berjalan.
Berikan lingkungan yang aman Menghindari cedera akibat kecelakaan
dan menganjurkan untuk seperti jatuh.
menggunakan alat bantu.
Berikan obat-obatan sesuai Untuk menekan inflamasi sistemik akut.
indikasi seperti steroid.
3. Gangguan Citra Tubuh/Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan perubahan

kemampuan melakukan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,

ketidakseimbangan mobilitas.

Kriteria hasil:

Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi

penyakit, perubahan pada gaya hidup dan kemungkinan keterbatasan.

Menyusun tujuan atau rencana realistis untuk masa mendatang

INTERVENSI RASIONAL
Dorong pengungkapan mengenai Beri kesempatan untuk
masalah proses penyakit, harapan mengidentifikasi rasa takut/
masa depan. kesalahan konsep dan
menghadapinya secara langsung.

Mengidentfikasi bagaimana
Diskusikan arti dari kehilangan/ penyakit mempengaruhi persepsi
perubahan pada pasien/orang diri dan interaksi dengan orang lain
terdekat. akan menentukan kebutuhan
terhadap intervensi atau konseling
lebih lanjut.

Isyarat verbal/non verbal orang


terdekat dapat mempunyai pengaruh
mayor pada bagaimana pasien
Diskusikan persepsi pasien memandang dirinya sendiri.
mengenai bagaimana orang terdekat
menerima keterbatasan. Nyeri konstanakan melelahkan, dan
perasaan marah, bermusuhan umum
terjadi.

Akui dan terima perasaan berduka, Dapat menunjukkan emocional atau


bermusuhan, ketergantungan. metode koping mal adaptive,
membutuhkan intervensi lebih
lanjut atau dukungan psikologis.
Membantu pasien untuk
Perhatikan prilaku menarik diri, mempertahankan control diri yang
terlalu memperhatikan dapat meningkatkan perasaan harga
tubuh/perubahan. diri.

Meningkatkan perasaan
kompetensi/harga diri, mendorong
Susun batasan pada prilaku mal kemandirian, dan mendorong
adaptive. Bantu pasien untuk partisipasi dan terapi.
mengidentifikasi perilaku positif Pasien/orang terdekat mungkin
yang dapat membantu koping. membutuhkan dukungan selama
berhadapan dengan proses jangka
panjang/ketidakmampuan.
Ikut sertakan pasien dalam
merencanakan perawatan dan
membuat jadwal aktifitas.

Berikan obat-obatan sesuai petunjuk.

4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan auskuloskeletal: penurunan

kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.

Kriteria harsil :

Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten pada kemampuan

klien.

Mendemonstrasikan perubahan teknik/gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan

perawatan diri.

INTERVENSI RASIONAL
Kaji tingkat fungsi fisik. Mengidentifikasi tingkat bantuan/dukungan
yang diperlukan.
Mendukung kemandirian fisik/emosional.
Pertahankan mobilitas, kontrol.
terhadap nyeri dan program Menyiapkan untuk meningkatkan
latihan. kemandirian yang akan meningkatkan harga
Kaji hambatan terhadap diri.
partisipasi dalam perawatan diri Memberikan kesempatan untuk dapat
melakukan aktivitas secara mandiri
Identifikasikasi untuk
perawatan yang diperlukan,
misalnya; lift, peninggian
dudukan toilet, kursi roda.

2.2.4. Implementasi Keperawatan


Menurut Rohmah (2012), pelaksanaan adalah realisasi tindakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga
meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon pasien selama
dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru. Komponen
tahap implementasi diantaranya sebagai berikut:
a. Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesanan dokter
Tindakan Keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan standart practic
American nurses Assosiation undang-undang praktik perawat negara bagian
dan kebijakan institusi perawatan kesehatan.
b. Tindakan Keperawatan kolaboratif
Tindakan yang dilakukan oleh perawat biasa perawat bekerja dengan anggota
perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang
bertahap untuk mengatasi masalah pada pasien dengan Tumor Otak
2.2.5. Evaluasi
Evaluasi hasil asuhan keperawatan sebagai tahap akhir dari proses
keperawatan yang bertujuan untuk menilai hasil akhir dan seluruh tindakan
keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi ini bersifat sumatif, yaitu evaluasi
yang dilakukan sekaligus pada akhir dari semua tindakan keperawatan yang
telah dilakukan dan disebutkan juga evaluasi pencapaian jangka panjang
(Hidayat, 2004).
Ada tiga alternative dalam menafsirkan hasil evaluasi yaitu:
a. Masalah teratasi apabila klien atau keluarga menunjukkan perubahan tingkah
laku dan perkembangan kesehatan sesuai dengan kriteria pencapain tujuan
yang telah ditetapkan.
b. Masalah teratasi sebagian apabila klien atau keluarga menunjukkan
perubahan dan perkembangan kesehatan hanya sebagian dari kriteria
pencapaian tujuan yang telah diterapkan.
c. Masalah belum teratasi apabila klien atau keluarga sama sekali tidak
menunjukkan perubahan prilaku perkembangan kesehatan bahkan timbul
masalah yang baru.
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1. Pengkajian
a. Identitas Klien

Nama : Ny. E

Tgl Lahir/Umur: Magetan, 22 Mei 1966/ 55 th

Jenis Kelamin: Perempuan

Status : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Pendidikan : SLTA/Sederajat

Alamat: Baleendah

No.MR : 442594

Ruang Rawat: Fajar

Tgl Masuk : 13 Juni 2021

Tgl Pengkajian: 13 Juni 2021

b. Penanggung Jawab

Nama : Tn.A

Umur : 60 th

Hub Keluarga: Suami

c. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang

a) Keluhan Masuk RS

Pasien mengeluh lutut kanan nyeri

b) Keluhan Saat Dikaji


Pasien mengeluh lutut kanan nyeri, kemeng-kemeng, sakit kalau ditekuk, kaku

dan terasa sakit sekali, pasien mengatakan nyerinya sudah 1 mingguan. Pada

tanggal 12 Juni 2021 pasien terpeleset jatuh dan saat itu lutut kanan merasakan

sakit yang luar biasa. Nyeri dirasakan seperti terbentur benda berat. Nyeri

membaik ketika pasien beristirahat atau tidak menggerakkan kakinya dan nyeri

memburuk ketika pasien menggerakkan dan menekuk kakinya. Pasien biasanya

mengkompres lututnya dengan air hangat untuk meredakan nyeri. Nyeri

dirasakan pasien secara terus menerus dengan skala 6 (0-10).

Kemudian pada 13 Juni 2021 dibawa ke Puskesmas diperiksa Dokter dan

selanjutnya diberi rujukan ke RS lalu opname.

2) Riwayat Kesehatan Dahulu

 Pasien mengatakan pernah operasi amandel tahun 2006

 Pasien punya riwayat hipertensi, setiap bulan kontrol di Puskesmas

3) Riwayat Kesehatan Keluarga

Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit yang serupa

dan tidak ada yang memiliki penyakit keturunan dan menular.

d. Pola Aktivitas Sehari-hari

No AKTIVITAS Di Rumah Di RS
1. Nutrisi Pasien mengatakan Pasien diberikan diit
Makan makan 3× sehari, RS, makan 3× seharu
dengan menu Nasi, dan diberikan
lauk, sayur. Pasien kalsium, protein,
tidak suka minum vitamin D, vitamin C
susu dan
mengkonsumsi
Minum vitamin apapum 6-7 gelas/hari
Jumlah 8=10 gelas/hari Air putih, susu
Minuman Kesukaan Air putih Tidak ada
Pantangan Tidak ada

2. Eleminasi
BAB
Frekuensi 1x/hari 1x/hari
Warna Kuning kecoklatan Kuning
Bau Khas Khas
Konsistensi Padat Padat
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
BAK
Frekuensi 3-5x/hari 3-4 x/hari
Warna Kuning Kuning
Bau Khas Khas
Konsistensi Cair Cair
Kesulitan Tidak ada Ke WC dibantu
karena lutut sakit
3. Istirahat dan Tidur
Waktu tidur 7-8 jam sehari 5-6 jam sehari
Kesulitan tidur Tidak ada Terganggu karena
nyeri
4. Personal Hygiene
Mandi 2x/hari Di lap keluarga
Cuci rambut 2x/hari Belum ada
Gosok gigi 2x/hari 1x dibantu
Potong kuku 1x/minggu Belum ada
5. Exercise
- Olahraga 2×/hari Belum pernah
- Kontak dengan sinar Jarang Belum pernah
matahari
6. Gaya Hidup
- Merokok Tidak Tidak
- Alkohol Tidak Tidak

e. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos mentis

TB : 150 cm, BB : 45 kg, IMT : 20 (Normal)

TTV : Suhu : 36,5 oC, RR : 22x/m, Nadi : 88x/m, TD : 130/80 mmHg

Skala Nyeri : 6 (1-10)

Sistem Pernafasan

Hidung simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung, kepatenan hidung baik,

septum ditengah, fibrisae merata, mukosa lembab, concha tidak membesar, sekret

sedikit, palpasi sinus tidak ada nyeri tekan di daerah sinus frontalis, maksilaris,

ethmoidalis, bibir tidak cyanosis, uvula tergantung bebas, tidak ada pembesaran

tonsil. Leher simetris tidak ada deviasi kiri kanan, tidak ada pembesaran kelenjar

thyroid, tidak tampak penggunaan sternocleidomastoideus, Punggung simetris,

tidak ada kelainan tulang belakang, pergerakan simetris, pengembangan paru

simetris, focal fremitus teraba sama kuat kiri dan kanan, perkusi resonan. Dada

simetris, pengembangan paru kanan dan kiri simetris, tidak ada penonjolan pada

area intercostal saat ekspirasi, pergerakan dinding dada simetris, terdapat retraksi

intercostal, taktil fremitus teraba sama kuat kiri kanan, tidak ada nyeri tekan pada

sinus, bunyi nafas vesikule, perkusi paru resonan, tidak ada otot bantu pernafasan,

clubbing finger (-), frekuensi nafas 22x/mnt.

Sistem Kardiovaskuler

Konjungtiva kemerahan, tidak ada pembesaran JVP, tidak terdapat pembesaran

jantung, denyut iktus kordis tidak tampak, CRT < 3 detik, bunyi jantung regular

tidak ada bunyi tambahan, tampak distensi vena juguralis, suara jantung S1 S2

Regular. Tidak ada bunyi tambahan (s3 s4 ), tidak terdengar bunyi murmur, tidak

ada pelebaran pembuluh darah, TD : 130/80 MmHg, nadi 88 x / menit

Sistem Pencernaan
Skera tidak putih kecoklatan, mukosa bibir merah, nafas bau ammonia , stomatitis

(-), lidah tidak kotor, refleks menelan (+) keadaan abdomen tidak kembung, bising

usus 10 x / menit , tidak ada nyeri tekan,tidak ada pembesaran hepar, Perkusi

terdengar suara timpani, nyeri tekan abdomen (-), asites (-), turgor kulit < 3 detik,

BB 45 TB 150 IMT 20 (Normal 18,5-24,9)

Sistem endokrin

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak

ada poliuri, polidipsi dan polifagia

Sistem integument

Suhu : 36,5 oC , akral hangat pada lutut sebelah kanan, warna kulit lutut kanan

kebiru-biruan, Tidak terdapat lesi, terdapat pembengkakan pada lutut kanan,

tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, sekresi sedikit, selaput mukosa lembab,

turgor kulit baik.

Sistem Persyarafan

1. Ekstremitas :

- Atas : lengkap tidak ada kelainan. Terdapat Refleks bisep dan trisep.

- Bawah : Lutut sebelah kanan nyeri refleks tidak bisa dikaji. Lutut sebelah kiri baik

terdapat refleks patella dan Babunski.

2. GCS: 15

Eye (respon membuka mata)(4) : Spontan

Verbal (respon verbal)(5) : Orientasi

Motor (respon motorik)(6) : Mengikuti.

Sistem Perkemihan
Genetalia simetris, bersih, penyebaran pubis merata, tidak ada lesi, tidak terdapat

distensi pada kandung kemih, Tidak ada pembengkakan ginjal, kandung kemih

datar, tidak ada poliuri.

Wicara dan THT

Klien dapat berbicara dengan jelas, klien dapat mendengar suara detik jam, klien

dapat mendengar bisikan perawat jarak 10 cm, tidak ada serumen berlebih,

telinga tidak mengeluarkan cairan, tidak ada nyeri tekan.

Sistem Muskuloskeletal

Klien tidak dapat menggerakan lutut kanannya karena nyeri, skala nyeri 6 (0-10)

tampak ada edema lutut kanan , tidak ada sianosis, tidak ada noda nikotin, tidak

ada atrofi, jumlah jari lengkap, kekuatan otot tidak dapat dikaji karena nyeri dan

belum bisa digerakkan.

f. Data Psikologis

1. Status Emosi: Klien tampak sedikit gelisah

2. Pola Komunikasi

Sebelum dibawa ke rumah sakit hubungan antara pasien dengan keluarga


maupun tetangga nya terjalin komunikasi dengan baik, bahkan hingga
pasien di rumah sakit hubungan komunikasi dengan tenaga kesehatan
terjalin komunikasi dengan baik.

. 3. Konsep Diri

a. Body Image

Pasien terlihat bersih dan mengatakan juga bahwa ia tidak menyukai


tubuhnya yang lemah

b. Ideal Diri
Pasien berharap sembuh dan beraktivitas kembali

c. Peran

Pasien adalah seorang Ibu rumah tangga dan mempunyai 1 anak dirumah
yang sudah berumur 32 tahun

d. Identitas Diri

Pasien adalah seorang wanita yang berusia 55 tahun

e. Harga Diri

Pasien tidak merasa malu dengan penyakitnya yang diderita saat ini

f. Mekanisme Koping

Pasien diawal perawatan mengeluh lemas, merasa kelelahan hingga saat


ini, pasien sudah pernah di rawat di rumah sakit, tapi pasien tidak merasa
putus asa untuk sembuh, dan mempunyai semangat untuk sembuh. Jika
pasien memiliki masalah, pasien akan menceritakan kepada suaminya.

g. Data Sosial

Keluarga mengatakan klien tinggal bersama anaknya dan keluarga

berpenghasilan menengah, hubungan klien dengan keluarga baik, klien di rawat di RS

di tanggung oleh BPJS. Saat di lingkungan rumahnya pasien dikenal sebagai

seseorang yang ramah dan suka menolong serta dapat berbaur dengan masyarakat

dengan baik.

h. Data Spirituaal

Pasien mengatakan bahwa ia berkeyakinan agama Islam, pasien juga

mengatakan bahwa penyakit yang dideritanya adalah cobaan hidup yang diberikan

Tuhan agar senantiasa selalu sabar dan ikhlas, dan juga sebagai pasien mengatakan

ia tidak berputus asa, ia mempunyai harapan untuk hidup, hidup bersama keluarganya.

Selama di rumah sakit pasien mendirikan sholat lima waktu beserta sholat sunnah
dengan bantuan keluarga ditempat tidur, pasien selalu berdo’a setelah sholat jika

hidupnya tak lama lagi ia ingin dalam wafatnya dalam keadaan husnnul khotimah,

dam pasien selalu berdzikir di tempat tidur, berdo’a sbelum dan sesudah makan,

minum, dan tidur.

i. Data Pengetahuan

Pengetahuan dan persepsi keluarga tentang penyakit atau masalah kesehatan

keluarganya Ny, E mengatakan belum mengerti tentang penyakit osteoartritis.

Keluarga Ny. E kurang mengerti tentang bagaimana merawat anggota keluarganya

yang terkena osteoartriris, keluarga Ny. E mengerti tentang keberadaan puskesmas

dan rumah sakit serta fungsinya sebagai pusat pelayanan kesehatan.

j. Data Penunjang

1) Laboratorium

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Tanggal 13 Juni 2021
Hb 11,5 12-14
Hemetokrit 34,8 37-43
Leukosit 9.400 4000-10.000
Trombosit 284.000 150.000450.000
Eritrosit 3,66 40-46
MCV 95,1 80.0-90.0
MCH 31,4 26,5-30,5
Niferensial 63,1 40-80
Segmen 27,7 20-40
Limfosit 9,2 Normal
Gas Sewaktu 90 1-10
Gas Puasa 136 75-140
Fungsi ginjal 3,8 75-115
Kelost total 191 2,6-6,1
Kolest HDL 123,7 < 220
Kolest LDL 56 < 150
2. Progres dan Rencana Pengobatan

Tgl Obat Dosis Rute


13 Juni Santagesic 3x1 ampul IV
2021
Ranitidin 2x1 sehari/12jam IV

Methil prednisolon 62,5mg 3xtiap/8jam Oral

14 Juni Santagesic 3x1 ampul IV


2021
MTP 62,5mg 3xtiap/8 jam Oral

15 Juni Santagesic 3x1 ampul IV


2021
Ranitidin 2x tiap 12 jam

MTP Oral 62,5 mg 3xtiap/8jam

Gabapetin 3x1

Glukosamin 2x100mg

3.2. Analisa Data

No DATA MASALAH ETIOLOGI


1. DS: Cedera Nyeri Akut
- Pasien mengatakan nyeri
|
dilutut kanan sejak 1
minggu sebelum dirawat Osteoarthritis
- Pasien mengatakan nyeri
|
semakin parah pada saat dia
terjatuh 1 hari sebelum Penyempitan rongga
dibawa ke rumah sakit. sendi
- Pasien mengatakan nyeri
seperti ditimpa benda berat |
pada lutut kanannya Iskemik
DO :
|
TTV :
TD : 130/80 Metabolisme anaerob
Nadi : 88x/menit
|
Suhu : 36,50 C
RR : 22x/menit Peningkatan asam laktat
Skala nyeri : 6 (1-10) dan merangsang reseptor
Akral: Hangat
nyeri
Terdapat pembengkakan
pada lutut kanan |
Warna kulit lutut kanan
Nyeri Akut
kemerahan

2. DS : Osteoartritis Hambatan Mobilitas


Pasien mengatakan lutut | Fisik
kanan sakit untuk ditekuk Penyempitan rongga
atau digerakkan serta kaku sendi dan pembentukan
DO : osteofit
Pasien dalam berpindah |
tempat menggunakan kursi Elastisitas sendi menurun
roda |
Aktivitas dibantu Kekakuan sendi
keluarga |
Sulit menggerakkan
sendi
|
Hambatan Mobilitas
Fisik
3. DS: Reaksi peradangan Resiko Cidera
- Pasien mengatakan lutut |
kanannya kaku Sinovial menebal
DO : |
TTV : Deformitas sendi
TD : 130/80 |
Nadi : 88x/menit Infiltrasi kedalam OS
Suhu : 36,50 C subcondria
RR : 22x/menit |
Akral: Hangat Kerusakan kartilago dan
Terdapat pembengkakan tulang
pada lutut kanan |
Warna kulit lutut kanan Tendon dan ligamen
kemerahan melemah
|
Hilangnya kekuatan otot
|
Resiko cedera

3.3. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan osteoartritis dibuktikan dengan pasien mengeluh
nyeri di lutut sebelah kanan
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kaku sendi dibuktikan dengan aktivitas
pasien dibantu keluarga
3. Resiko cidera dibuktikan dengan pasien mengeluh lutut kanannya mengalami
kekakuan
3.4. Perencanaan Keperawatan

No Hari/Tgl Diagnosa NOC NIC Rasional


Keperawatan
1. Selasa / Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Ajarkan teknik relaksasi nafas 1. Teknik relaksasi nafas dalam dapat
13 Juli berhubungan asuhan keperawatan dalam menurunkan nyeri dengan merileksasikan
dengan selama 3x24 jam 2. Ajarkan teknik relaksasi ketegangan otot yang menunjang nyeri.
2021
osteoartritis diharap nyeri dapat distraksi 2. Distraksi menurunkan persepsi nyeri dengan
ditandai teratasi dengan 3. Kaji skala nyeri klien menstimulasi system control desenden yang
kriteria hasil: 4. Monitor TTV
dengan pasien mengakibatkan lebih sedikit stimulus nyeri
- Pasien tidak
mengeluh nyeri 5. Kolaborasi bersama dokter yang di transmisikan ke otak.
mengeluh nyeri
di lutut sebelah pemberian obat 3. Perubahan skala nyeri menunjukan keadaan
- Klien tidak tampak
kanan Santagesik nyeri klien sehingga dapat menentukan
mengiris kesakitan
6. Kolaborasi bersama dokter intervensi selanjutnya.
- Klien tampak
pemberian obat Ranitidine 4. Perubahan TTV klien terutama peningkatan
nyaman
7. Kolaborasi bersama dokter nadi menunjukan tingkat nyeri yang
- skala nyeri 0 ( 0-
pemberian obat dirasakan klien.
10)
Methylprednisolone 5. Santagesik mengandung Metamizole sodium
- TD 120/80 Mmhg
8. Kolaborasi bersama dokter anhydrate yang digunakan untuk mengatasi
pemberian obat MTP nyeri akut atau kronik berat, seperti nyeri
9. Kolaborasi dengan dokter pasca cedera, nyeri berat yang berhubungan
pemberian obat glukosamin dengan spasme otot polos (akut atau kronik)
10. Kolaborasi dengan dokter 6. Antagonis kompetitif reversible reseptor
pemberian infus RL histamine pada sel parietal mukosa lambung
11. Edukasi manajemen nyeri
7. Methylprednisolone bekerja dengan
menekan sistem imun, sehingga tubuh tidak
melepas senyawa kimia yang memicu terjadinya
peradangan. Methylprednisolone menghambat
kaskade respon imun awal dalam respon
inflamasi serta menginisiasi resolusi dari proses
inflamasi tersebut. Dalam fase akut,
methylprednisolone menginhibisi vasodilatasi
dan permeabilitas vaskular sehingga
menurunkan emigrasi leukosit ke jaringan.
8. Obat methylprednisolone adalah obat
golongan steroid yang bekerja mengendalikan
pelepasan zat penyebab peradangan dalam
tubuh dengan cara menekan sistem kekebalan
tubuh. Methylprednisolone digunakan untuk
mengurangi gejala pembengkakan, rasa nyeri,
dan reaksi alergi.
9. Glukosamin menghambat sintetis gli-
kosaminoglikan dan mencegah destruksi tulang
rawan. Glukosamin merangsang sel- sel tulang
rawan untuk pembentukan proteoglikan dan
kolagen yang merupakan protein esensial untuk
memperbaiki fungsi persendian
10. Cairan ringer laktat umumnya diberikan
untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang
saat mengalami luka, cedera, atau menjalani
operasi yang menyebabkan kehilangan darah
dengan cepat dalam jumlah yang banyak
11. Klien/keluarga mengetahui tentang
manajemen nyeri yang dapat dilakukan secara
mandiri

3. Selasa / Hambatan Setelah dilakukan 1. Identifikasi adanya nyeri atau 1. Mengetahui adanya nyeri yang
13 Juli mobilitas fisik asuhan selama 3 x24 keluhan fisik lainnya menghambat pergerakan pasien
2021 berhubungan jam diharapkan 2. Monitor Kebersihan tubuh 2. Memantau kebersihan tubuh pasien
Gangguan mobilitas 3. Lakukan miring kanan miring kiri
dengan kaku apakah kebutuhan personal hygiene
sendi ditandai fisik teratasi dengan setiap 2 jam sekali
terpenuhi atau tidak
Kriteria Hasil: 4. Monitor kemandirian pasien
dengan 3. Mencegah decubitus akibat penekanan
- Pasien mengatakan 5. Simpan alat yang dibutuhkan
aktivitas pasien 4. Melihat kemandirian pasien dalam
lutut kanannya pasien di dekat pasien
terganggu dan melakukan perawatan diri apakah
berkurang nyerinya 6. Fasilitasi kemandirian, bantu jika
dibantu mampu atau tidak
- Pasien bisa tidak mampu melakukan perawatan
keluarga 5. Mencegah pasien jatuh
menggerakkan diri
lututnya dengan 7. Ajarkan keluarga pasien cara 6. Memfasilitasi dan membantu memenuhi
mandiri memenuhi kebutuhan perawatan kebutuhan perawatan diri ketika tidak
mampu
- Tubuh pasien diri pasien ketika sakit
7. Meningkatkan pengetahuan keluarga
tampak bersih. 8. Jelaskan pentingnya perawatan diri
cara memenuhi kebutuhan perawatan
ketika sakit
diri ketika sakit
9. Partisipasi dalam merawat diri
8. Mobilisasi sederhana seperti duduk
sendiri sesuai kemampuan
ditempat tidur, duduk di sisi tempat
tidur, dan pindah dari tempat tidur ke
kursi dapat melatih pergerakan pasien
secara bertahap
9. Meningkatkan pengetahuan mengenai
pentingnya perawatan diri supaya selalu
memenuhi kebutuhan perawatan diri
meskipun sakit
10. Memastikan tulang yang patah berada di
posisi struktur tulang yang tepat,
sementara tulang tersebut tumbuh dan
menyambung kembali

Selasa/ Resiko cidera Setelah dilakukan 1. Kaji lingkungan fisik untuk 1. Menetapkan intervensi secara
13 Juli berhubungan tindakan memfasilitasi keamanan tepat dan benar.
2021 dengan pasien keperawatan 2. Ajarkan anggota keluarga 2. Membantu keluarga untuk mengenal
mengeluh selama 1x24 jam mengenal faktor yang penyebab jatuh dan cara menurunkan
lutut diharapkan klien risiko jatuh.
menyebabkan jatuh dan cara
kanannya terhindar dari 3.Untuk mengetahui rentang
menurunkan risiko jatuh.
mengalami jatuh. pergerakan klien sebelum melakukan
3. Pantau gaya berjalan,
kekakuan Kriteria Hasil : tindakan keperawatan.
keseimbangan
•Terciptanya
4. Pertahankan nutrisi yang adekuat,
lingkungan yang 4. Untuk memenuhi kebutuhan dasar klien.
eliminasi, hidrasi, dan higiene
aman. 5. Untuk mengetahui apakah klien memiliki
personal.
•Dapat riwayat jatuh atau tidak.
5. Kaji riwayat jatuh yang pernah
mengidentifikasi 6. Untuk mengetahui riwayat jatuh klien.
dialami klien.
risiko yang 7. Untuk mempermudah klien
6. Identifikasi karakteristik
meningkatkan menemukan benda – benda yang sering
lingkungan yang meningkatkan
kerentanan digunakannya.
potensial jatuh.
terhadap jatuh.
7. Anjurkan keluarga untuk
• Dapat
meletakkan benda – benda yang
menghindari
sering digunakan dalam
cedera fisik akibat
jangkauan pasien.
jatuh.
3.5. Implementasi Keperawatan
Implementasi Hari ke-1

No Tanggal No Jam Implementasi Paraf


Diagnosa
1 13 Juli 2021 1 07.00 Memonitor TTV Nur
E/ Suhu : 36,5 oC, RR : 22x/m, Nadi : 88x/m, TD : 130/80 mmHg
1 Berkolaborasi bersama dokter pemberian infus RL 20 tts/menit
E/ Pasien sudah dipasangkan infus RL
1 Mengkaji skala nyeri klien
E/ Skala nyeri 6(0-10)
1 Berkolaborasi bersama dokter pemberian obat
santagesik

1 E/ Pasien diberikan obat dengan cara IV dan nyeri berkurang


Tidak terjadi alergi obat
Berkolaborasi bersama dokter pemberian obat Ranitidine

E/ Pasien diberikan obat dengan cara IV

Berkolaborasi bersama dokter pemberian obat Methylprednisolone

E/ Pasien mau meminum obat dengan via oral

1 09.00 Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya Nur

E/ Nyeri hanya dirasakan pada lutut sebelah kanan


Memonitor kebersihan tubuh

2 E/ Pasien sedikit kotor karena belum mandi dan ganti pakaian

2 Melakukan miring kanan miring kiri setiap 2 jam sekali

E/ Pasien mau dimiring kanan miring kiri oleh perawat

2 10.00 Memfasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan perawatan diri Nur

E/ Pasien dibantu mandi seka oleh perawat dan keluarga karena pasien masih
belum bisa mandi sendiri

2 Memonitor kemandirian pasien

E/ Pasien masih dibantu melakukan aktivitasnya oleh keluarga dan masih


berbaring di bad pasien
2
Menyimpan alat yang dibutuhkan pasien di dekat pasien
2
E/ Kebutuhan pasiem sudah tersedia di meja dekat bed pasien

Menjelaskan pentingnya perawatan diri ketika sakit

1 E/ Keluarga dan pasien mendengarkan penjelasan perawat dan mengatakan paham


terbukti keluarga dan pasien menjelaskan kembali tentang pentingnya perawatan
diri
Mengajarkan teknik relaksasi distraksi
E/ Pasien mengatakan sakitnya sudah sedikit membaik dan merasa
rileks
3 11.00 Mengkaji lingkungan fisik untuk memfasilitasi keamanan Nur
E/ Bad pasien sudah terpasang penghalang kanan dan kiri ketika
pasien tidur di bad
3
Mempertahankan nutrisi yang adekuat, eliminasi, hidrasi, dan higiene
personal.

E/ Pasien diberikan vitamin K, protein, vitamin D Dan C, diberikan


minum 2 L/hari.
3 12.00 Memantau gaya berjalan, keseimbangan Nur
E/ Pasien menilak untuk berjalan karena merasa masih sakit lututnya
untuk digerakkan
3
Mengajarkan anggota keluarga mengenal faktor yang menyebabkan
jatuh dan cara menurunkan risiko jatuh.
E/ Keluarga mendengarkan penjelasan perawat dan setelah penjelasannya
selesai keluarga mengulang kembali poin tentang cara menurunkan resiko
jatuh
3 13.00 Mengkaji riwayat jatuh yang pernah dialami klien Nur
E/ Pasien setiap mau ke toilet selalu dibantu keluarga karena di
takutkan jatuh dikamar mandi
3 14.00 Menganjurkan keluarga untuk meletakkan benda – benda yang Nur
sering digunakan dalam jangkauan pasien
E/ Keluarga menerima anjuran perawat

Implementasi Hari-2

No Tanggal No Jam Implementasi Paraf


Diagnosa
1 14 Juli 2021 1 07.00 Memonitor TTV Nur
E/ Suhu : 36,5 oC, RR : 20x/m, Nadi : 80x/m, TD : 120/80 mmHg
1
Mengganti cairan infus RL
E/ Pasien sudah dipasang infus RL
1 Mengkaji skala nyeri klien
E/ Skala nyeri 4 (0-10)
1 Berkolaborasi bersama dokter pemberian obat
santagesik
1 E/ Pasien diberikan obat dengan cara IV dan nyeri berkurang
Tidak terjadi alergi obat
No Tanggal No Jam Implementasi Paraf
Diagnosa
Berkolaborasi bersama dokter pemberian obat MTP oral

E/ Pasien diberikan obat dengan cara oral

2 09.00 Memonitor kebersihan tubuh Nur

E/ Pasien sudah terlihat bersih

2 Membantu pasien melakukan miring kanan miring kiri setiap 2 jam sekali
E/ Pasien mau dimiring kanan miring kiri oleh perawat
1
Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
E/ Pasien mengatakan lebih rileks dan nyerinya berkurang
No Tanggal No Jam Implementasi Paraf
Diagnosa
2 10.00 Memonitor kemandirian pasien Nur

E/ Pasien sudah bisa melakukan aktivitasnya seperti duduk dan berdiri untuk jalan
ke kursi meskipun terkadang dibantu oleh keluarga
1
Melakukan teknik relaksasi nafas dalam
1
E/ Pasien mengatakan merasa lebih rileks dan nyerinya berkurang

Memberi edukasi tentang manajemen nyeri pada pasien dan keluarga


E/Keluarga dan pasien mendengarkan penjelasan dari perawat dan
menyebutkan kembali apa yang sudah dijelaskan
No Tanggal No Jam Implementasi Paraf
Diagnosa
3 11.00 Mengkaji lingkungan fisik untuk memfasilitasi keamanan Nur
E/ Bad pasien sudah terpasang penghalang kanan dan kiri ketika
pasien tidur di bad
3
Mempertahankan nutrisi yang adekuat, eliminasi, hidrasi, dan higiene
personal.

E/ Pasien diberikan vitamin K, protein, vitamin D Dan C, diberikan


minum 2 L/hari.
3 14.00 Memantau gaya berjalan, keseimbangan Nur
E/ Pasien sudah mau berjalan sedikit demi sedikit dengan di awasi
keluarga dan perawat

Implementasi Hari ke-3

No Tanggal No Jam Implementasi Paraf


Diagnosa
1 15 Juli 2021 1 07.00 Memonitor TTV Nur
E/ Suhu : 36,5 oC, RR : 20x/m, Nadi : 80x/m, TD : 120/80 mmHg
1 Mengganti cairan infus RL
E/ Pasien sudah dipasang infus RL
Mengkaji skala nyeri klien

1 E/ Skala nyeri 2 (0-10)


Berkolaborasi bersama dokter pemberian obat
santagesik
1
E/ Pasien diberikan obat dengan cara IV dan nyeri berkurang
Tidak terjadi alergi obat
1
Berkolaborasi bersama dokter pemberian obat Ranitidin IV

E/ Pasien diberikan obat dengan cara IV

Berkolaborasi bersama dokter pemberian obat MTP

E/ Pasien diberikan obat dengan oral

Berkolaborasi bersama dokter pemberian obat Glukosamin 100 mg

E/ Pasien diberikan obat dengan oral


2 09.00 Memonitor kebersihan tubuh Nur

E/ Pasien sudah terlihat bersih dan sudah ganti baju

2 Membantu pasien melakukan miring kanan miring kiri setiap 2 jam sekali
E/ Pasien mau miring kanan miring kiri dengan sendiri
1
Memonitor kemandirian pasien

E/ Pasien sudah bisa melakukan aktivitasnya seperti duduk dan


berdiri untuk jalan ke kursi meskipun terkadang dibantu oleh keluarga

Melakukan teknik relaksasi nafas dalam

E/ Pasien mengatakan merasa lebih rileks dan nyerinya berkurang

3 11.00 Mengkaji lingkungan fisik untuk memfasilitasi keamanan Nur


E/ Bad pasien sudah terpasang penghalang kanan dan kiri ketika
pasien tidur di bad
3
Mempertahankan nutrisi yang adekuat, eliminasi, hidrasi, dan higiene
personal.
E/ Pasien diberikan vitamin K, protein, vitamin D Dan C, diberikan
minum 2 L/hari.
3 14.00 Memantau gaya berjalan, keseimbangan Nur
E/ Pasien sudah mau berjalan sedikit demi sedikit dengan di awasi
keluarga dan perawat

3.6 Evaluasi

Nomor
No. Tanggal Jam Evaluasi Paraf
Diagnosa
1. 15 Juli 1 15.00 S : Pasien mengatakan nyeri pada lutut kanannya sudah Nur
2021 berkurang dan mereda
O : Skala nyeri 2
Kulit sudah tidak teraba hangat
Warna kulit sama dengan sekitar
A : Masalah sudah teratasi

P : Intervensi dihentikan
2 15 Juli 2 15.00 S : Pasien mengatakan lutut kanan sudah bisa di gerakan dan Nur
2021 ditekuk tapi masih sedikit kaku
O : Pasien sudah bisa dan mau berjalan tanpa kursi roda
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
I : Ajarkan ROM ketika di rumah
3 15 Juli 3 15.00 S : Pasien mengatakan lutut kanannya masih kaku tapi sudah Nur
2021 bisa digerakkan
O:
Bengkak pada lutut mulai membaik
Warna kulit lutut kanan sama dmegan sekitar
A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

I : Anjurkan kepada pasien untuk sering berjemur untuk


membantu pemulihan
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc, Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction.
Anonim, (2016)www.goodnerscom.files.wordpress.com (Dikases tanggal 12 Juli 2021 jam
20.00 WIB).

Herdman, T.H. 2015. Nanda Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2015-
2017. Edisi 10. Jakarta: EGC.

Huda A.N, Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda NIC NOC. Yogyakarta: Mediaction.

Anda mungkin juga menyukai