Disusun oleh :
Nur'aisyah (P17320119069)
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Allah SWT karena dengan rahmat
dan karunia-Nya saya diberi kemudahan dalam menyusun makalah sehingga dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. E USIA
55 TAHUN DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL AKIBAT
OSTEOARTRITIS GENU DEXTRA DI RUANG MELATI RSUD AL IHSAN
BANDUNG.
Makalah ini saya susun untuk pemenuhan tugas mata kuliah Praktik Klinik
Keperawatan Medikal Bedah II yang diberikan oleh bapak Dr. Asep Setawan, S.Kep., M.Kes
selaku dosen pembimbing mata kuliah Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah II serta
dijadikan wawasan bagi para pembaca. Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan. Saya menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah dibuat
dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. Osteoartritis Primer
Pada tipe primer atau idiopatik, individu tersebut penyakit sendi degeneratif tanpa
adanya kelainan yang mengawalinya. Pada tipe ini proses penuaan terjadi secara
prematur dan dipercepat pada individu yang memiliki faktor genetik tanpa
diketahui adanya faktor lain yang berkontribusi. Faktor lain seperti penggunaan
sendi yang berlebihan dapat mempercepat proses degeneratif tersebut. Tipe
primer merupakan tipe yang paling sering pada wanita dewasa, berkembang
spontan pada usia pertengahan dan berkembang secara perlahan pada proses
penuaan dari sendi. Osteoarthritis jenis ini biasanya ditemukan pada wanita kulit
putih usia pertengahan dan umumnya bersifat poli artikuler dengan nyeri yang
akut pada bagian distal interfalangeal yang selanjutnya disertai pembengkakan
yang disebut nodus Heberden (A. Jones & Doherty).
2. Osteoartritis Sekunder
Tipe sekunder berkembang akibat adanya suatu trauma atau penyakit yang
menyebabkan kerusakan pada tulang rawan sendi. Tipe sekunder lebih sering
daripada tipe primer dan umumnya lebih sering mengenai laki-laki. Penyakit
sendi degeneratif sekunder lebih sering terjadi pada sendi penopang berat badan
badan seperti tulang panggul, lutut, dan diskus intervertebralis pada tulang
vertebra lumbar. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan terjadi degenerasi
pada tipe sekunder ini antara lain : kelainan sendi bawaan (DDH, atau clubfoot),
infeksi pada sendi (artrhitis septik), inflamasi sendi nonspesifik (arthritis
rematoid), arthritis metabolik (asam urat), hamartrosis, trauma, instabilitas sendi,
deformitas ekstra sendi, osteonekrosis dan lain-lain (A. Jones & Doherty)
Beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :
a. Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis faktor ketuaan adalah
yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan
bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada
umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
b. Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering
terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan
dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita
tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada
pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
c. Riwayat Trauma sebelumnya
Trauma pada suatu sendi yang terjadi sebelumnya, biasa
mengakibatkanmalformasi sendi yang akan meningkatkan resiko terjadinya
osteoartritis. trauma berpengaruh terhadap kartilago artikuler, ligamen ataupun
menikus yang menyebabkan biomekanika sendi menjadi abnormal dan memicu
terjadinya degenerasi premature.
d. Pekerjaan
Osteoartritis lebih sering terjadi pada mereka yang pekerjaannnya sering
memberikan tekananan pada sendi-sendi tertentu. Jenis pekerjaan juga
mempengaruhi sendi mana yang cenderung terkena osteoartritis. sebagai contoh,
pada tukang jahit, osteoartritis lebih sering terjadi di daerah lutut, sedangkan pada
buruh bangunan sering terjadi pada daerah pinggang.
e. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata
tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi
juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Pada kondisi ini
terjadi peningkatan beban mekanis pada tulang dan sendi.
f. Faktor Gaya hidup
Banyak penelitian telah membuktikan bahwa faktor gaya hidup mampu
mengakibatkan seseorang mengalami osteoartritis. contohnya adalah kebiasaan
buruk merokok.Merokok dapat meningkatkan kandungan karbon monoksida
dalam darah, menyebabkan jaringan kekurangan oksigen dan dapat menghambat
pembentukan tulang rawan
g. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari
seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat
dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya
perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan anak
perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.
h. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat
perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih
jarang diantara orang-orang kulit hitam dan Asia dari pada kaukasia. Osteoartritis
lebih sering dijumpai pada orang–orang Amerika asli (Indian) dari pada orang
kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun
perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
2.1.3. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang dan
progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi
mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru
pada bagian tepi sendi. Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan
kondrosit yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga
diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom
menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di
sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang
paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti
panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan.
Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan
penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut. Perubahan-
perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu
misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit
peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat
intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya
perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan
mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan
ronggasendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya
hipertropi atau nodulus
Osteoartritis disebabkan oleh perubahan biomekanikal dan biokimia tulang rawan
yang terjadi oleh adanya penyebab multifaktorial antara lain karena faktor umur,
stress mekanis, atau penggunaan sendi yang berlebihan, defek anatomik, obesitas,
genetik, humoral dan faktor kebudayaan, dimana akan terjadi ketidakseimbangan
antara degradasi dan sintesis tulang rawan. Ketidakseimbangan ini menyebabkan
pengeluaran enzim-enzim degradasi dan pengeluaran kolagen yang akan
mengakibatkan kerusakan tulang rawan sendi dan sinovium (sinuvitis sekunder)
akibat terjadinya perubahan matriks dan struktur. Selain itu juga akan terjadi
pembentukan osteofit sebagai suatu proses perbaikan untuk membentuk kembali
persendian sehingga dipandang sebagai kegagalan sendi yang progresif.
Dua keluarga enzim yang penting dalam degradasi matriks, baik dalam tulang
rawan yang sehat ataupun pada osteoarthritis adalah metaloproteinase dan
aggrecanases. Metaloproteinase (stromelysin, collagenase, gelatinase) akan
memecah kolagen, gelatin, dan komponen protein lain dari matriks. Enzim ini
disekresi oleh sinovial sel dan khondrosit. Aggrecanases (ADAMTS) akan
mendegradasi aggrecan. Peningkatan degradasi aggrecans oleh enzim ADAMTS
adalah salah satu indikasi dari osteoarthritis awal, dan memberikan kontribusi
yang signifikan terhadap hilangnya struktur tulang rawan dan fungsi.
Pada tulang rawan yang sehat, aktivitas degradasi enzim diseimbangkan dan
diregulasi oleh faktor pertumbuhan dan inhibitor degradasi enzim. Faktor
pertumbuhan ini menginduksi khondrosit untuk mensistesis DNA dan protein
seperti kolagen dan proteoglikan. Faktor pertumbuhan yang berperan adalah
insulin-like growth factor (IGF-1), growth hormone, transforming growth factor
b(TGF-b) dan coloni stimulating factors (CSFs). Tetapi pada keadaan inflamasi,
sel menjadi kurang sensitif terhadap efek IGF-1. Tissue inhibitor of
metalloproteinase (TIMP) dan plasminogen activator inhibitor (PAI-1) adalah
inhibitor-inhibitor enzim yang berfungsi untuk mendegradasi collagenase dan
aggrecanase.
Pembentukan dan perkembangan OA sekarang dipercayai melibatkan keradangan
bahkan pada tahap awal penyakit. Keseimbangan aktivitas sendi terganggu
melalui suatu degradative cascade dan penyebab terpenting adalah IL-1 dan TNF.
Sekresi dari factor inflamasi seperti sitokin merupakan mediator yang bisa
menyebabkan terganggunya proses metabolisme dan meningkatkan proses
katabolik pada sendi. IL-1 dan TNF yang diproduksi oleh khondrosit, sel
mononeuklear, osteoblast dan tisu sinovial menstimulasi sintesis dan sekresi
metalloproteinase dan tissue plasminogen activator serta mensupresi sintesis
proteoglikan di dalam sendi.
2.1.4. Tanda dan gejala
a. Nyeri sendi, keluhan utama dan cenderung memiliki onset yang perlahan.
b. Hambatan gerak sendi, gangguan ini biasanya semakin berat dengan pelan-pelan
sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
c. Nyeri bertambah dengan aktifitas, membaik dengan istirahat , terasa paling nyeri
pada akhir , dan seiring dengan memburuknya penyakit, menjadi semakin parah,
sampai pada tahap dimana pergerakan minimal saja sudah menimbulkan rasa
nyeri dan biasa menganggu tidur
d. Kekakuan paling ringan pada pagi hari namun terjadi berulang-ulang sepanjang
hari dengan periode istirahat.
e. Krepitasi, rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit
f. Pembesaran sendi (deformitas)
g. Perubahan gaya berjalan
h. Tanda-tanda peradangan pada sendi (nyeri tekan , gangguan gerak, rasa hangat
yang merata dan warna kemerahan). (Nurarif dkk, 2015)
i. Persendian terasa kaku dan nyeri apabila digerakkan
j. Adanya pembengkakan/peradangan pada persendian
k. Persendian yang sakit berwarna kemerahan-merahan
l. Perubahan bentuk tulang
m. LED >40 mm/jam
2.1.5. Prosedur Diagnostik
Terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk lebih mendukung adanya
Osteoartritis, antara lain sebagai berikut :
a. Foto polos sendi (Rontgent) menunjukkan penurunan progresif massa kartilago
sendi sebagai penyempitan rongga sendi, destruksi tulang, pembentukan osteofit
(tonjolan-tonjolan kecil pada tulang), perubahan bentuk sendi, dan destruksi
tulang.
b. Pemeriksaan cairan sendi dapat dijumpai peningkatan kekentalan cairan sendi.
c. Pemeriksaan artroskopi dapat memperlihatkan destruksi tulang rawan sebelum
tampak di foto polos.
d. Pemeriksaan Laboratorium: Osteoatritis adalah gangguan atritis local, sehingga
tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk menegakkan diagnosis. Uji
laboratorium adakalanya dipakai untuk menyingkirkan bentuk-bentuk atritis
lainnya. Faktor rheumatoid bisa ditemukan dalam serum, karena factor ini
meningkat secara normal paa peningkatan usia. Laju endap darah eritrosit
mungkin akan meningkat apabila ada sinovitis yang luas.
e. Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal
2.1.6. Penatalaksanaan
a. Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis,
oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan
untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak
mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan
sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau
menghentikan proses patologis osteoartritis.
b. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang
kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.
Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga
perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk
(pronatio).
c. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus
menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan
seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
d. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya
yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak
pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin
orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali
keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena factor-faktor psikologis.
e. Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada
tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai
dari dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.
f. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi
pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas
yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan
kekakuan.Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat
gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat
dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi
paraffin dan mandi dari pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat
otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric
lebih baik dari pada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi
rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena
berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot
periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi
dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
g. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan
sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan
yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau
ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang
rawan sendi, pebersihan osteofit.
a. Rasa nyeri/sakit tulang punggung (bagian bawah), leher, pinggang dan lutut
d. Jenis kelamin
f. Keadaan nutrisi (mis, kurang vitamin D dan C, serta kalsium), Exercise (misal
olahraga dan berjemur di cahaya matahari), Gaya hidup (merokok,
mengonsumsi alkohol dan kafein)
h. Adanya penyakit endokrin: diabetes mellitus, hipertiroid, hiperparatiroid,
Sindrom Cushing, akromegali, Hipogonadisme.
2) Pemeriksaan fisik :
a. Lakukan penekanan pada tulang punggung terdapat nyeri tekan atau nyeri
pergerakan
INTERVENSI RASIONAL
Kaji keluhan nyeri, catat lokasi Membantu dalam menentukan kebutuhan
dan intensitas (skala 0-10). managemen nyeri dan keefektifan
Catat faktor-faktor yang program.
mempercepat dan tanda-tanda
rasa sakit non verbal.
Berikan matras atau kasur Matras yang lembut/empuk, bantal yang
keras, bantal kecil. Tinggikan besar akan mencegah pemeliharaan
linen tempat tidur sesuai kesejajaran tubuh yang tepat, Peninggian
kebutuhan. linen tempat tidur menurunkan tekanan
pada sendi yang terinflamasi/nyeri.
Kriteria Hasil:
INTERVENSI RASIONAL
Pertahankan istirahat tirah Untuk mencegah kelelahan dan
baring/duduk jika diperlukan. mempertahankan kekuatan.
Bantu bergerak dengan bantuan Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot
seminimal mungkin. dan stamina umum.
Dorong klien mempertahankan Memaksimalkan fungsi sendi dan
postur tegak, duduk tinggi, mempertahankan mobilitas.
berdiri dan berjalan.
Berikan lingkungan yang aman Menghindari cedera akibat kecelakaan
dan menganjurkan untuk seperti jatuh.
menggunakan alat bantu.
Berikan obat-obatan sesuai Untuk menekan inflamasi sistemik akut.
indikasi seperti steroid.
3. Gangguan Citra Tubuh/Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan perubahan
ketidakseimbangan mobilitas.
Kriteria hasil:
INTERVENSI RASIONAL
Dorong pengungkapan mengenai Beri kesempatan untuk
masalah proses penyakit, harapan mengidentifikasi rasa takut/
masa depan. kesalahan konsep dan
menghadapinya secara langsung.
Mengidentfikasi bagaimana
Diskusikan arti dari kehilangan/ penyakit mempengaruhi persepsi
perubahan pada pasien/orang diri dan interaksi dengan orang lain
terdekat. akan menentukan kebutuhan
terhadap intervensi atau konseling
lebih lanjut.
Meningkatkan perasaan
kompetensi/harga diri, mendorong
Susun batasan pada prilaku mal kemandirian, dan mendorong
adaptive. Bantu pasien untuk partisipasi dan terapi.
mengidentifikasi perilaku positif Pasien/orang terdekat mungkin
yang dapat membantu koping. membutuhkan dukungan selama
berhadapan dengan proses jangka
panjang/ketidakmampuan.
Ikut sertakan pasien dalam
merencanakan perawatan dan
membuat jadwal aktifitas.
Kriteria harsil :
Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten pada kemampuan
klien.
perawatan diri.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji tingkat fungsi fisik. Mengidentifikasi tingkat bantuan/dukungan
yang diperlukan.
Mendukung kemandirian fisik/emosional.
Pertahankan mobilitas, kontrol.
terhadap nyeri dan program Menyiapkan untuk meningkatkan
latihan. kemandirian yang akan meningkatkan harga
Kaji hambatan terhadap diri.
partisipasi dalam perawatan diri Memberikan kesempatan untuk dapat
melakukan aktivitas secara mandiri
Identifikasikasi untuk
perawatan yang diperlukan,
misalnya; lift, peninggian
dudukan toilet, kursi roda.
TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : Ny. E
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA/Sederajat
Alamat: Baleendah
No.MR : 442594
b. Penanggung Jawab
Nama : Tn.A
Umur : 60 th
c. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Masuk RS
dan terasa sakit sekali, pasien mengatakan nyerinya sudah 1 mingguan. Pada
tanggal 12 Juni 2021 pasien terpeleset jatuh dan saat itu lutut kanan merasakan
sakit yang luar biasa. Nyeri dirasakan seperti terbentur benda berat. Nyeri
membaik ketika pasien beristirahat atau tidak menggerakkan kakinya dan nyeri
Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit yang serupa
No AKTIVITAS Di Rumah Di RS
1. Nutrisi Pasien mengatakan Pasien diberikan diit
Makan makan 3× sehari, RS, makan 3× seharu
dengan menu Nasi, dan diberikan
lauk, sayur. Pasien kalsium, protein,
tidak suka minum vitamin D, vitamin C
susu dan
mengkonsumsi
Minum vitamin apapum 6-7 gelas/hari
Jumlah 8=10 gelas/hari Air putih, susu
Minuman Kesukaan Air putih Tidak ada
Pantangan Tidak ada
2. Eleminasi
BAB
Frekuensi 1x/hari 1x/hari
Warna Kuning kecoklatan Kuning
Bau Khas Khas
Konsistensi Padat Padat
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
BAK
Frekuensi 3-5x/hari 3-4 x/hari
Warna Kuning Kuning
Bau Khas Khas
Konsistensi Cair Cair
Kesulitan Tidak ada Ke WC dibantu
karena lutut sakit
3. Istirahat dan Tidur
Waktu tidur 7-8 jam sehari 5-6 jam sehari
Kesulitan tidur Tidak ada Terganggu karena
nyeri
4. Personal Hygiene
Mandi 2x/hari Di lap keluarga
Cuci rambut 2x/hari Belum ada
Gosok gigi 2x/hari 1x dibantu
Potong kuku 1x/minggu Belum ada
5. Exercise
- Olahraga 2×/hari Belum pernah
- Kontak dengan sinar Jarang Belum pernah
matahari
6. Gaya Hidup
- Merokok Tidak Tidak
- Alkohol Tidak Tidak
e. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos mentis
Sistem Pernafasan
Hidung simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung, kepatenan hidung baik,
septum ditengah, fibrisae merata, mukosa lembab, concha tidak membesar, sekret
sedikit, palpasi sinus tidak ada nyeri tekan di daerah sinus frontalis, maksilaris,
ethmoidalis, bibir tidak cyanosis, uvula tergantung bebas, tidak ada pembesaran
tonsil. Leher simetris tidak ada deviasi kiri kanan, tidak ada pembesaran kelenjar
simetris, focal fremitus teraba sama kuat kiri dan kanan, perkusi resonan. Dada
simetris, pengembangan paru kanan dan kiri simetris, tidak ada penonjolan pada
area intercostal saat ekspirasi, pergerakan dinding dada simetris, terdapat retraksi
intercostal, taktil fremitus teraba sama kuat kiri kanan, tidak ada nyeri tekan pada
sinus, bunyi nafas vesikule, perkusi paru resonan, tidak ada otot bantu pernafasan,
Sistem Kardiovaskuler
jantung, denyut iktus kordis tidak tampak, CRT < 3 detik, bunyi jantung regular
tidak ada bunyi tambahan, tampak distensi vena juguralis, suara jantung S1 S2
Regular. Tidak ada bunyi tambahan (s3 s4 ), tidak terdengar bunyi murmur, tidak
Sistem Pencernaan
Skera tidak putih kecoklatan, mukosa bibir merah, nafas bau ammonia , stomatitis
(-), lidah tidak kotor, refleks menelan (+) keadaan abdomen tidak kembung, bising
usus 10 x / menit , tidak ada nyeri tekan,tidak ada pembesaran hepar, Perkusi
terdengar suara timpani, nyeri tekan abdomen (-), asites (-), turgor kulit < 3 detik,
Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak
Sistem integument
Suhu : 36,5 oC , akral hangat pada lutut sebelah kanan, warna kulit lutut kanan
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, sekresi sedikit, selaput mukosa lembab,
Sistem Persyarafan
1. Ekstremitas :
- Atas : lengkap tidak ada kelainan. Terdapat Refleks bisep dan trisep.
- Bawah : Lutut sebelah kanan nyeri refleks tidak bisa dikaji. Lutut sebelah kiri baik
2. GCS: 15
Sistem Perkemihan
Genetalia simetris, bersih, penyebaran pubis merata, tidak ada lesi, tidak terdapat
distensi pada kandung kemih, Tidak ada pembengkakan ginjal, kandung kemih
Klien dapat berbicara dengan jelas, klien dapat mendengar suara detik jam, klien
dapat mendengar bisikan perawat jarak 10 cm, tidak ada serumen berlebih,
Sistem Muskuloskeletal
Klien tidak dapat menggerakan lutut kanannya karena nyeri, skala nyeri 6 (0-10)
tampak ada edema lutut kanan , tidak ada sianosis, tidak ada noda nikotin, tidak
ada atrofi, jumlah jari lengkap, kekuatan otot tidak dapat dikaji karena nyeri dan
f. Data Psikologis
2. Pola Komunikasi
. 3. Konsep Diri
a. Body Image
b. Ideal Diri
Pasien berharap sembuh dan beraktivitas kembali
c. Peran
Pasien adalah seorang Ibu rumah tangga dan mempunyai 1 anak dirumah
yang sudah berumur 32 tahun
d. Identitas Diri
e. Harga Diri
Pasien tidak merasa malu dengan penyakitnya yang diderita saat ini
f. Mekanisme Koping
g. Data Sosial
seseorang yang ramah dan suka menolong serta dapat berbaur dengan masyarakat
dengan baik.
h. Data Spirituaal
mengatakan bahwa penyakit yang dideritanya adalah cobaan hidup yang diberikan
Tuhan agar senantiasa selalu sabar dan ikhlas, dan juga sebagai pasien mengatakan
ia tidak berputus asa, ia mempunyai harapan untuk hidup, hidup bersama keluarganya.
Selama di rumah sakit pasien mendirikan sholat lima waktu beserta sholat sunnah
dengan bantuan keluarga ditempat tidur, pasien selalu berdo’a setelah sholat jika
hidupnya tak lama lagi ia ingin dalam wafatnya dalam keadaan husnnul khotimah,
dam pasien selalu berdzikir di tempat tidur, berdo’a sbelum dan sesudah makan,
i. Data Pengetahuan
j. Data Penunjang
1) Laboratorium
Gabapetin 3x1
Glukosamin 2x100mg
3. Selasa / Hambatan Setelah dilakukan 1. Identifikasi adanya nyeri atau 1. Mengetahui adanya nyeri yang
13 Juli mobilitas fisik asuhan selama 3 x24 keluhan fisik lainnya menghambat pergerakan pasien
2021 berhubungan jam diharapkan 2. Monitor Kebersihan tubuh 2. Memantau kebersihan tubuh pasien
Gangguan mobilitas 3. Lakukan miring kanan miring kiri
dengan kaku apakah kebutuhan personal hygiene
sendi ditandai fisik teratasi dengan setiap 2 jam sekali
terpenuhi atau tidak
Kriteria Hasil: 4. Monitor kemandirian pasien
dengan 3. Mencegah decubitus akibat penekanan
- Pasien mengatakan 5. Simpan alat yang dibutuhkan
aktivitas pasien 4. Melihat kemandirian pasien dalam
lutut kanannya pasien di dekat pasien
terganggu dan melakukan perawatan diri apakah
berkurang nyerinya 6. Fasilitasi kemandirian, bantu jika
dibantu mampu atau tidak
- Pasien bisa tidak mampu melakukan perawatan
keluarga 5. Mencegah pasien jatuh
menggerakkan diri
lututnya dengan 7. Ajarkan keluarga pasien cara 6. Memfasilitasi dan membantu memenuhi
mandiri memenuhi kebutuhan perawatan kebutuhan perawatan diri ketika tidak
mampu
- Tubuh pasien diri pasien ketika sakit
7. Meningkatkan pengetahuan keluarga
tampak bersih. 8. Jelaskan pentingnya perawatan diri
cara memenuhi kebutuhan perawatan
ketika sakit
diri ketika sakit
9. Partisipasi dalam merawat diri
8. Mobilisasi sederhana seperti duduk
sendiri sesuai kemampuan
ditempat tidur, duduk di sisi tempat
tidur, dan pindah dari tempat tidur ke
kursi dapat melatih pergerakan pasien
secara bertahap
9. Meningkatkan pengetahuan mengenai
pentingnya perawatan diri supaya selalu
memenuhi kebutuhan perawatan diri
meskipun sakit
10. Memastikan tulang yang patah berada di
posisi struktur tulang yang tepat,
sementara tulang tersebut tumbuh dan
menyambung kembali
Selasa/ Resiko cidera Setelah dilakukan 1. Kaji lingkungan fisik untuk 1. Menetapkan intervensi secara
13 Juli berhubungan tindakan memfasilitasi keamanan tepat dan benar.
2021 dengan pasien keperawatan 2. Ajarkan anggota keluarga 2. Membantu keluarga untuk mengenal
mengeluh selama 1x24 jam mengenal faktor yang penyebab jatuh dan cara menurunkan
lutut diharapkan klien risiko jatuh.
menyebabkan jatuh dan cara
kanannya terhindar dari 3.Untuk mengetahui rentang
menurunkan risiko jatuh.
mengalami jatuh. pergerakan klien sebelum melakukan
3. Pantau gaya berjalan,
kekakuan Kriteria Hasil : tindakan keperawatan.
keseimbangan
•Terciptanya
4. Pertahankan nutrisi yang adekuat,
lingkungan yang 4. Untuk memenuhi kebutuhan dasar klien.
eliminasi, hidrasi, dan higiene
aman. 5. Untuk mengetahui apakah klien memiliki
personal.
•Dapat riwayat jatuh atau tidak.
5. Kaji riwayat jatuh yang pernah
mengidentifikasi 6. Untuk mengetahui riwayat jatuh klien.
dialami klien.
risiko yang 7. Untuk mempermudah klien
6. Identifikasi karakteristik
meningkatkan menemukan benda – benda yang sering
lingkungan yang meningkatkan
kerentanan digunakannya.
potensial jatuh.
terhadap jatuh.
7. Anjurkan keluarga untuk
• Dapat
meletakkan benda – benda yang
menghindari
sering digunakan dalam
cedera fisik akibat
jangkauan pasien.
jatuh.
3.5. Implementasi Keperawatan
Implementasi Hari ke-1
2 10.00 Memfasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan perawatan diri Nur
E/ Pasien dibantu mandi seka oleh perawat dan keluarga karena pasien masih
belum bisa mandi sendiri
Implementasi Hari-2
2 Membantu pasien melakukan miring kanan miring kiri setiap 2 jam sekali
E/ Pasien mau dimiring kanan miring kiri oleh perawat
1
Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
E/ Pasien mengatakan lebih rileks dan nyerinya berkurang
No Tanggal No Jam Implementasi Paraf
Diagnosa
2 10.00 Memonitor kemandirian pasien Nur
E/ Pasien sudah bisa melakukan aktivitasnya seperti duduk dan berdiri untuk jalan
ke kursi meskipun terkadang dibantu oleh keluarga
1
Melakukan teknik relaksasi nafas dalam
1
E/ Pasien mengatakan merasa lebih rileks dan nyerinya berkurang
2 Membantu pasien melakukan miring kanan miring kiri setiap 2 jam sekali
E/ Pasien mau miring kanan miring kiri dengan sendiri
1
Memonitor kemandirian pasien
3.6 Evaluasi
Nomor
No. Tanggal Jam Evaluasi Paraf
Diagnosa
1. 15 Juli 1 15.00 S : Pasien mengatakan nyeri pada lutut kanannya sudah Nur
2021 berkurang dan mereda
O : Skala nyeri 2
Kulit sudah tidak teraba hangat
Warna kulit sama dengan sekitar
A : Masalah sudah teratasi
P : Intervensi dihentikan
2 15 Juli 2 15.00 S : Pasien mengatakan lutut kanan sudah bisa di gerakan dan Nur
2021 ditekuk tapi masih sedikit kaku
O : Pasien sudah bisa dan mau berjalan tanpa kursi roda
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
I : Ajarkan ROM ketika di rumah
3 15 Juli 3 15.00 S : Pasien mengatakan lutut kanannya masih kaku tapi sudah Nur
2021 bisa digerakkan
O:
Bengkak pada lutut mulai membaik
Warna kulit lutut kanan sama dmegan sekitar
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc, Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction.
Anonim, (2016)www.goodnerscom.files.wordpress.com (Dikases tanggal 12 Juli 2021 jam
20.00 WIB).
Herdman, T.H. 2015. Nanda Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2015-
2017. Edisi 10. Jakarta: EGC.
Huda A.N, Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda NIC NOC. Yogyakarta: Mediaction.