Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“Audit Plan, Audit Program, Audit Prosedur, Audit Teknik, Risiko Audit
dan Materialitas”
Mata Kuliah : Audit Perbankan syari’ah
Dosen Pengampu : Zulkhairl hadisyam,SE.I,.M.E.Sy

DISUSUN OLEH :

ANDRIYANI (2017181004/6361206137001 )

Abdul Khalik (2017101058/6361206137058)

Siti aisyah (2017101014/6361206137014)

ACHSHAVIN (2017101057/63611206137057)

PERBANKAN SYARIAH / SEMESTER 4

STES BHAKTI NUGRAHA

Jl. Dr Cipto Mangunkusumo (H.Mencong) No. 62

Peninggilan Utara Ciledug – Kota Tangerang

Audit Plan, Audit Program, Audit Prosedur, Audit Teknik, Risiko Audit dan Materialitas1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala karunia
nikmatnya sehingga makalah manajemen syariah yang berjudul “Audit Plan,
Audit Program, Audit Prosedur, Audit Teknik, Risiko Audit dan
Materialitas” ini dapat diselesaikan.

Makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya tidak lepas dari
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang tidak bisa kami sebutkan
satu persatu dan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Audit Perbankan Syari’ah”Untuk itu kami ucapkan terima kasih.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam


penyusunan makalah ini, baik dari segi EYD, kosa kata, tata bahasa, etika
maupun isi. Oleh karenanya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sekalian untuk kami jadikan sebagai bahan
evaluasi.

Demikian, semoga makalah ini dapat diterima sebagai ide atau


gagasan yang menambah kekayaan intelektual teman-teman.

TANGERANG, 15 februari 2019

Penulis

Audit Plan, Audit Program, Audit Prosedur, Audit Teknik, Risiko Audit dan Materialitas2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
............................................................................................... ii
Daftar isi
............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................... 2
C. Tujuan
............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Audit Plan
............................................................................................... 3
B. Audit Program
............................................................................................... 8
C. Audit Procedures……….……………………………………………………. 8
Audit Teknik…………........................................................ 8
D. RisikoAuditdanMaterialitas………….……............................. 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
.............................................................................................. 18
B. Saran
.............................................................................................. 18
Daftar Pustaka
…................................................................................. 19

Audit Plan, Audit Program, Audit Prosedur, Audit Teknik, Risiko Audit dan Materialitas3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Auditing merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan secar kritis dan
sistematis, oleh pihak yang indeoenden terhadap laporan keuangan yang telah
disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukunnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapatan mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut.
Dalam melakukan pemeriksaannya, akuntanpublik berpedoman pada
standar professional akuntan public ( di USA: Generally Accepted Auditing
Standards ), menaati kode etik IAI dan aturan etika profesi akuntan public serta
mematuhi standar pengendalian mutu.
Agar pemeriksaan dapat dilakukan secara sistematis, akuntan publik harus
merencanakan pemeriksaannya sebelum proses pemeriksaan dimulai, dengan
membuat apa yang disebut rencana pemeriksaan ( audit plan ). Dalam audit plan
antara lain dicantumkan kapan pemeriksaan dimulai, berapa lama jangka waktu
pemeriksaan diperkirakan, kapan laporan harus selesai, berapa orang audit staf
yang ditugaskan, masalah-maslah yang diperkirakan akan dihadapi di bidang
auditing, akuntansi (accounting), perpajakan dan lain-lain. Selain itu dalam audit
plan , akuntan public harus menetapkan batas materialitas dan memperhitungkan
resiko audit.
Selain audit plan, terdapat jenis audit lain seperti audit program, audit
procedures dan audit teknik, serta resiko audit dan materialitas. Audit program
membantu auditor dalam memberikan perintah kepada asisten mengenai
pekerjaan yang harus dilaksanakan. Dan audit procedures dilakukan dalam rangka
mendapatkan bahan-bahan bukti ( audit avidence ) yang cukup untuk mendukung
pendapat auditor atas kewajaran laporan keuangan, serta risiko audit dan
materialitas dalam PSA No. 25 diberikan pedoman bagi auditor dalam
mempertimbangkan risiko dan materialitas pada saat perencanaan dan pelaksaan
audit atas laporan keuangan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan ikatan
akuntan Indonesia.

B. Rumusan Masalah
a. Apa itu audit plan?
b. Apa yang dimaksud Audit Program?
c. Apa itu audit procedures dan audit teknik?
d. Apa risiko audit dan materialitas?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa itu audit plan, audit program, audit procedures
dan audit teknik
b. Untuk mengetahui resiko audit dan materialitas.

Audit Plan, Audit Program, Audit Prosedur, Audit Teknik, Risiko Audit dan Materialitas4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Audit Plan (Perencanaan Pemeriksaan)
Perencanaan dan supervisi berlangsung terus-menerus selama
audit, dan prosedur yang berkaitan sering kali tumpang
tending(overlap). Audior sebagai penanggung jawab akhir atas staf lain
dalam kantor akuntannya (asisten).
Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi
menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan. Sifat, luas,
dan saat perencanaan bervareasi dengan ukuran dan kompleksitas suatu
usaha, pengalaman mengenai satuan usaha, dan pengetahuan tentang
bisnis satuan usaha. Dalam perencanaan audit, auditor harus
mempertimbangkan antara lain:
a. Masalah yang berkaitan dengan bisnis satuan usaha tersebut dan
industry dimana satuan usaha tersebut beroperasi didalamnya.
b. Kebijakan dan prosedur akuntansi satuan usaha tersebut
c. Metode yang digunakan oleh satuan usaha tersebut dalam mengolah
informasi akuntansi yang segnifikan, termasuk penggunaan organisasi
jasa dari luar untuk mengolah informasi akuntansi pokok perusahaan
d. Penetapantingkat resiko pengendalian yang direncanakan
e. Pertimbangan awal tentang tingkat meterialitas untuk tujuan audit
f. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian
(adjustment)
g. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan
pengujian audit, seperti resiko kekeliruan dan ketidakberesan yang
material atau adanya transaksi antar pihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa
h. Sifat laporan audit yang diharapkan akan diserahkan kepada pemberi
tugas (sebagai contoh, laporan audit tentang laporan keuangan
konsolidasi, laporan khusus untuk menggambarkan kepatuhan klien
terhadap kontrak/perjanjian).
Prosedur yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam
perencanaan dan supervise biasanya mencakup review terhadap catatan
auditor yang berkaitan dengan satuan usaha dan diskusi dengan staf
laindalam kantor akuntan dan pegawai satuan usaha tersebut. Contoh
prosedur tersebut meliputi:
a. Mereview arsip korespondensi, kertas kerja, arsip permanen, laporan
keuangan, laporan audit tahun lalu
b. Membahas masalah-masalah yang berdampak terhadap audit dengan
staf kantor akuntan yang bertanggung jawab atas jasa non audit bagi
satuan usaha
c. Mengajukan pertanyaan terhadap perkembangan bisnis saat ini yang
berdampak terhadap satuan usaha

Audit Plan, Audit Program, Audit Prosedur, Audit Teknik, Risiko Audit dan Materialitas5
d. Membaca laporan keuangan interim tahun berjalan
e. Membicarakan tipe, luas, dan waktu audit dengan manajemen, dewan
komisaris, atau komite audit
f. Mempertimbangkan dampak diterapkannya pernyataan standar
akuntansi dan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia, terutama yang baru
g. Mengkoordinasi bantuan dari pegawai satuan usaha dalam penyiapan
data
h. Menentukan luasanya keterlibatan jika ada konsultan, spesialis, dan
auditor intern
i. Membuat jadwal pekerjaan audit ( time schedule)
j. Menentukan dan mengkoordinasikan kebutuhan staf audit
k. Melaksanakan diskusi dengan pihak pemberi tugas untuk memperoleh
tambahan informasi tentang tujuan audit yang akan dilakasanakan
sehingga auditor dapat mengartisipasi dan memberikan perhatian
terhadap hal-hal yang berkaitan yang dipandang perlu Agar dapat
membuat perencanaan audit dengan sebaik-baiknya, auditor harus
memahami bisnis lien dengan sebaik-baiknya (understanding client
business), termasuk sifat dan jenis usaha klien, struktur organisasinya,
struktur permodalan, metode produksi, pemasaran, distribusi dan lain-
lain.
Pengetahuan mengenai bisnis satuan usaha biasanya diperoleh
auditor melalui pengalaman dengan satuan usaha atau industrinya serta
dari pengajuan pertanyaan kepada pegawai perusahaan. Kertas kerja
audit dari tahun sebelumnya dapat berisi informasi yang bermanfaat
mengenai sifat bisnis, struktur organisasi, dan karateristik operasi, serta
auditor adalah publikasi yang dikeluarkan oleh industry, laporan
keuangan satuan usaha lain dalam industry, buku teks, majalah, dan
perorangan yang memiliki pengetahuan mengenai industry.
Pengetahuan tentang bisnis klien, membantu auditor dalam:
a. Mengidentifikasikan bidang yang memerlukan pertimbangan khusus
b. Menilai kondisi yang didalamnya dat akuntansi yang dihasilkan, diolah,
di-review dan dikumpulkan dalam organisasi
c. Menilai kewajaran estimasi, seperti penilaian atas persediaan,
depresiasi, penyisihan piutang ragu-ragu persentase penyelesaian
kontrak jangka panjang
d. Menilai kewajaran representasi manajemen
e. Mempertimbangkan kesesuaian standar akuntansi yang diterapkan dan
kecukupan pengungkapanya
Supervisi mencakup pengaraha usaha asisten yang terkait dalam
pencapaian tujuan audit dan menentukan apakah tujuan tersebut
tercapai. Unsur supervise adalah memberikan instruksi kepada asisten,
tetatp menjaga penyampaian informasi masalah-masalah penting yang
dijumpai dalam audit, me-review pekerjaan yang dilaksanakannya, dan

Audit Plan, Audit Program, Audit Prosedur, Audit Teknik, Risiko Audit dan Materialitas6
menyelesaikan perbedaan pendapat di antara staf audit kantor akuntan.
Luasnya supervise yang memadai bagi suatu keadaan tergantung atas
banyak factor, termasuk kompleksitas masalah dan kualifikasi orang
yang kutan dengan melaksanakan audit.
Para asisten harus di beritahu tanggung jawab mereka dan
tujuan prosedur audit yang mereka laksanakan. Mereka harus di
beritahu hal-hal yang kemungkinan berpengaruh terhadap sifat, luas,
dan saat prosedur yang harus dilaksanakan, seperti sifat bisnis satuan
usaha yang bersangkutan dengan penugasan dan masalah-masalah
akuntansi dan audit. Auditor dengan tanggung jawab akhir untuk setiap
audit harus mengarahkan asisten untuk mengemukakan pertanyaan
akuntansi dan auditing signifikan yang muncul dalam audit sehingga
auditor dapat menetapkan seberapa signifikan masalah tersebut.
Pekerjaan yang dilaksanakan oleh asisten hrus direview untuk
menentukan apakah pekerjaan tersebut telah dilaksanakan secara
memadai dan menilai apakah hasilnya sejalan dengan kesimpulan yang
disajikan dalam laporan audit.
Auditor harus menyusun Audit Plan, segera setelah Engagement
Letter disetujui oleh klien.
Isi dari Audit Plan mencakup:
a. Hal-hal yang mengenai klien
1. Bidang usaha Klien, Alamat, Nomor Telephon, facsimile dan lain-lain
2. Status Hukum Perusahaan ( berdasar akta Pendirian )
3. Accounting policy ( kebijakan akuntansi )
4. Neraca ( laporan posisi keuangan) komparatif dan perbandingan
penjualan Laba/Rugi tahun lalu dan sekarang. Perbandingan antara
Neraca tahun lalu dan Neraca tahun sekarang/ bulan terakhir tahun
sekarang agar diperoleh gambaran mengenai ukuran besar kecilnya
perusahaan
5. Client contact yaitu mengenai nama dari orang-orang yang akan
sering dihubungi auditor misalnya:
 Presiden Direktur
 Controller, Chief Accountant
 Dewan komisaris dan komite Audit
6. Accounting, Auditing & Tax Problem, harus dijelaskan persoalan-
persoalan yang ( mungkin) akan dihadapi oleh klien, seperti:
 Accounting Problem, misalnya:
i. Perubahan metode pencatatan dari menual ke computer
ii. Revaluasi fixed asset
iii. Perubahan metode atau tarif penyusutan
 Auditing Problem, misalnya:
i. Hasil konfirmasi tahun lalu tidak memuaskan
ii. Perubahan accounting policy
 Tax Problem, misalnya:

Audit Plan, Audit Program, Audit Prosedur, Audit Teknik, Risiko Audit dan Materialitas7
i. Masalah restitusi, kekurangan penyetoran
ii. Adanya 2 pembukuan
b. Hal-hal yang mempengaruhi Klien, bias didapat dari majalah-majalah
ekonomi/surat kabar, antara lain:Business News, ekonomi keuangan
Indonesia
c. Rencana Kerja Auditor
Hal-hal yang penting antara lain:
 Staffing
 Waktu Pemeriksaan
 Jenis jasa yang diberikan
 Bantuan-bantuan yang dapat diberikan klien
 Time Schedule
B. Audit Program
Setelah audit plan disusun, tetapi sebelum pemeriksaan lapangan dimulai,
auditor harus menyusun audit program yang merupakan kumpulan dari prosedur
audit yang akan dijalankan dan dibuat secara tertulis.
Audit program membantu auditor dalam memberikan perintah kepada
asisten mengenai pekerjaan yang harus dilaksanakan
Audit program harus menggariskan dengan rinci, prosedur audit yang
menurut keyakinan auditor diperlukan untuk mencapai tujuan audit
Audit program yang baik harus mencantumkan:
a) Tujuan pemeriksaan
b) Prosedur audit yang akan dijalankan
c) Kesimpulan pemeriksaan
Sebagian KAP menggunakan audit program yang sudah distandarisasi dan
digunakan di setiap kliennya, sebagian lagi menggunakan audit program yang
disusun sesuai kondisi dan situasi di perusahaan (tailor made). Akan lebih baik jika
audit program dibuat terpisah untuk Compliance test dan substantive test.
C. Audit Procedures dan Audit Teknik
Audit Procedures adalah langkah-langkah yang harus dijalankan oleh
auditor dalam melaksanakan pemeriksaannya dan sangat di perlukan oleh asisten
agar tidak melakukan penyimpangan dan dapat bekerja secar efisien dan efektif.
Audit procedures dilakukan dalam rangka mendapatkan bahan-bahan bukti
(audit avidence) yang cukup untuk mendukung pendapat auditor atas kewajaran
laporan keuangan
Untuk itu di perlukan audit teknik, yaitu cara-cara untuk memperoleh audit
evidence seperti : konfirmasi, observasi, inspeksi, Tanya jawab(inquiry) dan lain-lain
D. Resiko Audit dan Materialitas
Dalam PSA No.25, diberikan pedoman bagi auditor dalam
mempertimbangkan resiko dan materialitas pada saat perencanaan dan
pelaksanaan audit atas laporan keuangan berdasar standar auditing yang
ditetapakan Ikatan Akuntan Indonesia:
a. Resiko audit dan materialita mempengaruhi penerapan standar
auditing, khususnya standar pekerjaan lapangan dan standar
pelaporan, serta tercermin dalam laporan audit bentuk baku. Resiko

Audit Plan, Audit Program, Audit Prosedur, Audit Teknik, Risiko Audit dan Materialitas8
audit dan materialaitas, bersama dengan hal-hal lain, perlu
dipertimbangkan dalam menentukan sifat, saat, dan luas prosedur
audit serta dalam mengevaluasi hasil prosedur tersebut
b. Adanya resiko audit diakui dengan pernyataan dalam penjelasan
tentang tanggung jawab dan fungsi auditor independen yang
berbunyi sebagai berikut :”karena sifat bukti audit karakteristik
kecurangan, auditor dapat memperoleh keyakinan memadai, bukan
mutlak, bahwa salah saji material terdeteksi. Resiko audit adalah
resiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak
memodifikasikan pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu
laporan keuangan yang mengandung salah saji material.
c. Konsep materialitas mengakui bahwa beberapa hal, baik secara
individual atau keseluruhan, adalah penting bagi kewajaran penyajian
laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia, sedangkan beberapa hal lainnya adalah tidak
penting. Frasa”menyajikan secar wajar, dalam semua hal yang
material, keyainan auditor bahwa laporan keuangan secara
keseluruhan tidak mengandung salah saji material.
d. Laporan keuangan yang mengandung salah saji material apabila
laporan keuangan tersebut mengandung salah saji yang dampaknya
secra individual atau keseluruhan, cukup signifikan sehingga dapat
mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar dalam
semua hal material, sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia. Salah saji dpat terjadi sebagai akibat dari
kekeliruan atau kecurangan
e. Dalam perencanaan audit, auditor berkepentingan dengan masalah-
masalah yang mungkin material terhadap laporan keuangan, auditor
tidak bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan
auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa salah saji
yang di sebabkan karena kekeliruan atau kecurangan, tidk material
terhadap laporan keuangan
f. Istilah kekliruan berarti salah saji atau penghilangan yang tidak di
sengaja jumlahnya atau pengungkpan dalam laporan keuangan.
Kekliruan mencakup :
1. Kesalahan dalam pengumpulan atau pengolahan data yang
menjadi sumber penyusun laporan keuangan
2. Estimasi akuntansi yang tidak masuk akal yang timbul dari
kecerobohan atau salah tafsir fakta
3. Kekeliruan dalam penerapan standar akuntansi yang berkaitan
dengan jumlah klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan
g. Meskipun kecurangan merupakan pengertia yang luas dari segi
hokum, kepentingan auditor secara khusus berkaitan dengan
tindakan curang yang menyebabkan salah saji material dalam laporan
keuangan. Dua tipe salah saji relevan dengan pertimbangan auditor

Audit Plan, Audit Program, Audit Prosedur, Audit Teknik, Risiko Audit dan Materialitas9
dalam audit laporan keuangan yangsalah saji timbul dari kecurangan
dalam pelaporan keuangan dan salah saji yang timbul dari perlakuan
tidak semestinya terhadap asset. Dua tipe salah saji ini dijelaskan
lebih lanjut dalam SA seksi 316 ( PSA No. 32 dan PSA No. 70 )
pertimbangan atas kecurangan dalam audit laporan keuangan. Fakta
utam yang membedakan kecurangan dengan kekeliruan adalah
apakah tindakan yang mendasarinya yang berakibat pada salah saji
dalam laporan keuangan merupakan tindakan yang disengaja atau
tidak disengaja
h. Pada waktu pempertimbangkan tanggung jawab auditor memperoleh
keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas salah saji
material, tidak ada perbedaan penting antara kekliruan dan
kecurangan. Namun, terdapat perbedaan, dalam hal tanggapan
auditor terhadap salah saji yang terdeteksi. Umumnya kekeliruan
terisolasi, tidak material dalam pengolahan data akuntansi atau
penerapan standar akuntansi tidak signifikan terhadap audit.
Sebaliknya, bila kecurangan di deteksi, auditor harus
mempertimbangkan implikasi integritas manajemen atau karyawan
dan kemungkinan dampaknya terdapat aspek audit
i. Pada waktu menyimpulkan apakah dampak salah saji, secar individual
atau secara gabungan, material, auditor biasanya arus
mempertimbangkan sifat dan jumlah dalam kaitannya dengan sifat
dan jumlah pos dalam lapora keuangan yang tdiaudit. Sebagai
contoh, suatu jumlah yang material bagi laporan keuangan di suatu
entitas mungkin tidak material bagi laporan keuangan entitas lain
dengan ukuran dan sifat yang berbeda. Begitu juga, apa yang
material bagi laporan keuangan entitas lain dengan ukuran atau sifat
yang berbeda. Begitu juga, apa yang material bagi laporan keuangan
entitas tertentu kemungkinan berubah dari satu priode ke priode
yang lain
j. Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan
pertimbangan professional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor
atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadai dan yang
akan meletakkan kepercayaan terhadap laporan keuangan.
Pertimbangan mengenai materialitas yang digunakan oleh ouditor
dihubungkan dengan keadaan sekitarnya dan mencakup
pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif. Materialitas adalah
besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penglihatan atau
salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, mungkin dapat
mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang
meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut. Defenisi tersebut
mengakui pertimbangan materialitas dilakukan dengan
memperhitungkan keadaan yang melingkupi dan perlu melibatkan
baik pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif

Audit Plan, Audit Program, Audit Prosedur, Audit Teknik, Risiko Audit dan
Materialitas10
k. Auditor harus mempertimbangkan resiko audit dan materialitas baik
dalam :
1. Merencakan audit dan merancang prosedur audit
2. Mengevaluasi pakah laporan keungan secara keseluruhan
disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
L. Auditor harus merencanakan auditnya sedemikian rupa, sehingga
resiko audit dapat di batasi pada tingkat yang rendah, yang menurut
pertimbangan profesionalnya, memadai untuk menyatakan pendapat
atas laporan keuangan. Resiko audit dapat di tentukan dalam ukuran
kuantitatif dan kualitatif
M.Dalam merencakan audit, auditor harus menggunakan
pertimbangannya dalam menentukan tingkat resiko audit yang cukup
rendah dan pertimbngan awal mengenai tingkat materialitas dengan
suatu cara di harapkan, dalam keterbatasan bawahan dalam proses
audit, dapat memberikan bukti audit yang cukup untuk mencapai
keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji
material.
Tingkat materialitas mencakup tingkat yang menyeluruh
untuk masing-masing laporan keuangan pokok. Namun, karena
laporan keuangan asli saling berhubungan dengan lebih dari satu
jenis laporan keuangan, agar efisien untuk tujuan perencanaan,
auditor biasanya mempertimbangkan materialitas pada tingkat
kumpulan salah saji terkecil yang dapat di anggap material untuk
salah satu laporan keuangan pokok.
Sebagai contoh, jika auditor berkeyakinan bahwa salah saji
secara keseluruhan yang berjumlah kurang lebih Rp. 100.000.000,-
akan memberi pengaruh material terhadap pos pendapatan, namun
baru akan mempengaruhi neraca secara material apabila mencapai
angka Rp. 200.000.000,- adalah tidak memadai baginya untuk
merancang suatu prosedur audit yang diharapkan dapat mendeteksi
salah saji yang berjumlah Rp. 200.000.000,- saja.
N. Auditor merencanakan audit untuk mencapai keyakinan memadai
guna mendeteksi salah saji yang diyakini jumlahnya cukup besar,
secara individual atau keseluruhan yang secra kuantitatif berdampak
material terhadap laporan keuangan. Walaupun auditor harus
waspada terhadap salah saji yang mungkin material secara
kuantitatif, pada umumnya adalah tidak praktis untuk merancang
prosedur pendeteksiannya. SA Seksi 326 (PSA No. 07) , Bukti audit
paragraph 20 menyatakan bahwa, “ auditor pada hakikatnya bekerja
dalam batas-batas ekonomi, agar mempunyai manfaat ekonomi,
pendapat auditor harus dirumuskan dalam jangka waktu dan biaya
yang wajar”.

Audit Plan, Audit Program, Audit Prosedur, Audit Teknik, Risiko Audit dan
Materialitas11
O. Dalam situasi tertentu, untuk perencanaan audit, auditor
mempertimbangkan materialitas sebelum laporan keuangan yang
akan di auditnya selesai di susun. Dalam situasi lain, namun ia
mungkin menyadari bahwa laporan tersebut masih memerlukan
modifikasi yang signifikan. Dalam kedua keadaan tersebut,
pertimbangan awal auditor tentang materialitas mungkin didasarkan
atas laporan keuangan interim entitas tersebut yang disatukan atau
laporan keuangan tahunan satu priode atau lebih sebelumnya,
asalkan ia pengaruh perubahan besar dalam entitas tersebut (contoh
merger) dan perubahan lain yang relevan dalam perekonomian
secara keseluruhan atau industry yang merupakan tempat entitas
tersebut berusaha
P. Pada tingkat saldo akun atau golongan transaksi, resiko audit terdiri
ats (a) resiko yang meliputi resiko bawaan (inherent risk) dan resiko
pengendalian (control risk) bahwa saldo akun atau golongan transaksi
mengandung salah saji ( disebabkan oleh kekliruan atau kecurangan )
yang dapat menjadi material terhadap laporan keuangan apabila
digabungakan dengan salah saji pada saldo akun atau golongan
transaksi lainnya, dan (b) resiko deteksi (detection risk) bahwa
auditor tidak akan mendeteksi salah saji tersebut. Penjelasan berikut
menjelaskan resiko audit dalam konteks tiga komponen resiko di atas.
Cara yang digunakan auditor untuk mempertimbangkan komponen
tersebut dan kombinasinya melibatkan pertimbangan professional
auditor tergantung pada pendekatan audit yang dilakukannya
1. Resiko Bawaan
Resiko bawaan adalah kerntanan suatu saldo akunatau golongan
transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak
terdapat pengendalain yang terkait. Resiko salah saji demikian adalah
lebih besar pada saldo akun atau golongan transaksi tertentu
dibandingkan dengan yang lain. Sebagai contohnya, perhitungan yang
rumit lebih mungkin disajikan salah jika di bandingkan dengan
perhitungan yang sederhana. Uang tunai lebih mudah dicuri sediaan batu
bara. Akun yang terdiri atas jumlah yang berasal dari estimasi akuntansi
cenderung mengandung resiko lebih besar dibanding dengan akun yang
sifatnya relative rutin dan berisi dat berupa fakta. Factor ekstern juga
mempengaruhi resiko bawaan. Sebagai contonya, perkembangan
teknologi mungkin menyebabkan produk tertentu menjadi usang,
sehingga mengakibatkan sediaan cenderung dilaporkan lebih besar.
Disamping itu, terhadap factor-faktor tersebut yang khusus menyangkut
saldo akun atau golongan transaksi tertentu, factor-faktor yang
berhubungan dengan beberapa atau seluruh saldo akun atau golongan
transaksi mungkin mempengaruhi resiko bawaan yang berhunbungan
dengan saldo akun atau golongan transaksi tertentu. Factor akhir ini
mencakup, misalnya kekurangan modal kerja untuk melanjurkan usaha

Audit Plan, Audit Program, Audit Prosedur, Audit Teknik, Risiko Audit dan
Materialitas12
atau penurunan aktifitas industry yang di tandai oleh banyanya kegagalan
usaha. Lihat SA Seksi 316 (PSA No. 32 dan PSA No. 70) pertimbangan atas
kecurangan dalam audit laporan keuangan, paragraph 10.
2. Resiko pengendalian
Resiko pengendalian adalah resiko bahwa suatu salah saji material
yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi
secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas. Resiko ini
merupakan fungsi efektivitas desain dan operasi pengendalian intern
untuk mencapai tujuan entitas yang relevan dengan penyusunan laporan
keuangan entitas. Beberapa risiko pengendalian akan selalu ada karena
keterbatasan bawaan dalam setiap pengendalian intern
3. Resiko deteksi
Resiko deteksi adalah resiko bahwa auditor tidak dapat
mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Resiko
deteksi merupakan fungsi efektivitas prosedur audit dan penerapannya
oleh auditor. Resiko ini timbul sebagian karena ketidakpastian yang ada
pada tidak memeriksa 100% saldo akun atau golongan transaksi, dan
sebagian lagi karena ketidakpastian lain yang ada, walaupun saldo akun
atau golongan transaksi tersebut diperiksa 100%. Ketidakpastian lain
semacam itu timbul karena auditor mungkin memilih suatu prosedur
audit yang tidak sesuai, menerapkan secara keliru prosedur yang
semstinya, atau menafirkan secara keliru hasil audit. Ketidakpastian lain
ini dapat dikurangi sampai pada tingkat yang dapat diabaikan melalui
perencanaan dan supervise yang memadai dan pelaksanaan Pratik audit
yang sesuai dengan standar pengendalian mutu.

Resiko bawaan dan resiko pengendalian berbeda dengan resiko


deteksi. Kedua resiko yang disebut terdahulu ada, terlepas dari dulakukan
atau tidaknya audit atas laporan keuangan, sedangkan resiko deteksi
berhunbungan dengan prosedur audit dan dapat di ubah oleh keputusan
auditor itu sendiri. Resiko deteksi mempunyai hubungan yang terbalik
dengan resiko bawaan dan resiko pengendalian. Semakin kecil resiko
bawaan dan ressiko pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin
besar resiko deteksi yang dapat diterima. Sebaliknya, semakin besar
adanya resiko bawaan dan resiko pengendalian yang diyakini auditor,
semakin kecil tingkat resiko deteksi yang diterima. Komponen resiko audit
ini ditentukan secara kuantitatif, seperti dalam bentuk persentase atau
secara non kuantitatif yang berkisar. Misalnya, dari minimum sampai
maksimun.
AR=IR×CR×DR atau DR= AR/IR×CR
Dimana :
AR = overall audit risk
IR = inherent risk
CR = control risk

Audit Plan, Audit Program, Audit Prosedur, Audit Teknik, Risiko Audit dan
Materialitas13
DR = detection risk
Resiko deteksi yang dapat diterima oleh auditor dalam
merangsang prosedur audit tergantung pada tingkat yang diinginkan
untuk membatasi risiko ausit suatu saldo akun atau golongan transaksi
dan tergantung atas penetapan auditor terhadap resiko bawaan dan
resiko pengendalian. Apabila penetapan auditor terhadap resiko bawaan
dan resiko pengdalian menurun, resiko deteksi yang dapat di terimanya
akan meningkat. Namun, auditor tidak boleh sepenuhnya mengandalkan
resiko bawaan dan resiko pengendalian denga tidak melakukan
pengujian substantive terhadap saldo akunatau golongan transaksi, yang
di dalamnya mungkin terkandung salah saji yangmungkin material jika
digabungkan dengan salah saji yang ada pada saldo akun atau golongan
transaksi lain.

Audit Plan, Audit Program, Audit Prosedur, Audit Teknik, Risiko Audit dan
Materialitas14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat di simpulkan bahwa Perencanaan audit meliputi
pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang
diharapkan. Sifat, luas, dan saat perencanaan bervareasi dengan ukuran
dan kompleksitas suatu usaha, pengalaman mengenai satuan usaha, dan
pengetahuan tentang bisnis satuan usaha.

B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan
sampaikan kepada kami. Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat
mema'afkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang
tak luput dari salah khilaf, Alfa dan lupa.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno, 2014, Auditing ( petunjuk praktis pemeriksaan akuntan oleh


akuntan public ) edisi 4 hal 141, Jakarta : Salemba Empat.

Audit Plan, Audit Program, Audit Prosedur, Audit Teknik, Risiko Audit dan
Materialitas15

Anda mungkin juga menyukai