KAJIAN PUSTAKA
(2001: 189) merupakan upaya untuk memahami dan mengartikan (1) apa
pengaruh dan dampak dari kebijakan publik tersebut. Edward III dan
publik adalah apa yang pemerintah katakan dan dilakukan, atau tidak
program-program pemerintah.
daya yang ada untuk memecahkan masalah publik atau pemerintah. Bahkan
yang tidak berdaya dalam masyarakat agar mereka dapat hidup dan ikut
berhubungan yang dibuat oleh lembaga atau pejabat pemerintah pada bidang-
bidang yang menyangkut tugas pemerintahan, seperti pertahanan keamanan,
suatu proses kegiatan atau tindakan yang bersifat administrative, ilmiah dan
politis yang dibuat oleh pembuat kebijakan (policy maker) dan pemangku
publik sebagai “getting the job done “and” doing it”. Pengertian yang
atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang
terlibat, dan pada akhirnya berpengaruh pada terhadap dampak-baik yang
secara tegas tujuan/sasaran yang ingin dicapai dan berbagai cara untuk
mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu
sendiri. Hal ini sesuai pula dengan apa yang diungkapkan oleh Lester dan
suatu implementasi kebijakan dapat diukur atau dilihat dari proses dan
yang ingin diraih. Ada beberapa model implementasi kebijakan publik yang
dikemukakan oleh para ahli, dimana dari setiap model yang di kemukaan
2.2.1 Model Implementasi Donald Van Metter dan Carl Van Horn
Van Meter dan Van Horn dalam (Mulyadi, 2016:72) menyatakan enam
gambar berikut.
yaitu:
1. Jaminan bahwa kondisi eksternal yang dihadapi oleh
lembaga/badan pelaksana tidak akan menimbulkan masalah besar.
2. Sumber daya yang memadai
3. Sumber-sumber yang diperlukan benar-benar ada
4. Kebijakan yang akan diimplementasikan didasari hubungan kasual
yang andal
5. Seberapa banyak hubungan kausilitas yang terjadi
6. Seberapa besar hubungan kausalitas yang terjadi
7. Pemahaman yang mendalam dan kesepakatan yang mendalam
terhadap tujuan
8. Tugas-tugas telah dirinci dan ditempatkan dalam urutan yang
benar.
9. Komunikasi dan koordinasi yang sempurna
10. Pihak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat menuntut
dan mendapatkan kepatuhan yang sempurna.
Communication
Resource
Implementation
Performance
Disposition
Bureaucratic
Structure
Gambar 1.1 Model Hubungan Antar Variabel Implementasi Kebijakan Edward III
1. Komunikasi
Komunikasi memiliki peran/fungsi yang cukup penting untuk
menentukan keberhasilan kebijakan publik dalam implementasinya.
Salah satu kelemahan dalam proses kebijakan publik ini, khususnya
yang terjadi di Indonesia, adalah masalah implementasinya. Salah
satu faktornya adalah komunikasi yang lemah. Agustino dalam
Anggara (2014:251) mengemukakan bahwa kebijakan yang
dikomunikasikan pun harus tepat, akurat, dan konsisten. Komunikasi
diperlukan agar para pembuat keputusan dan para implementor
semakin konsisten dalam melaksanakan setiap kebijakan yang akan
diterapkan dalam masyarakat.
2. Sumber Daya
Sumber daya yang diperlukan dalam implementasi menurut
Edward III yaitu sebagai berikut :
a. Staf, yang jumlah dan kemampuannya sesuai dengan yang
dibutuhkan
b. Informasi, yaitu berkaitan dengan cara melaksanakan kebijakan
dan data yang berkaitan dengan kebijakan yang akan
dilaksanakan.
c. Kewenangan, artinya kewenangan yang dibutuhkan bagi
implementor sangat bervariasi bergantung pada kebijakan yang
harus dilaksanakan. Kewenangan dapat berwujud membawa
kasus ke meja hijau, menyediakan barang dan jasa, kewenangan
untuk memperoleh dan menggunakan dana, kewenangan untuk
meminta kerja sama dengan badan pemerintah yang lain, dan
lain-lain.
d. Fasilitas, Fasilitas fisik termasuk hal yang penting bagi
keberhasilan implementasi kebijakan oleh para implementor.
Fasilitas fisik sebagai sarana dan prasarana pendukung
diperlukan untuk memperlancar proses komunikasi kebijakan.
Tanpa fasilitas fisik yang memadai, implementasi juga tidak
akan efektif. Fasilitas fisik ini beragam bergantung pada
kebutuhan kebijakan.
3. Disposisi
Disposisi adalah sikap dan komitmen dari pelaksana terhadap
kebijakan atau program yang harus dilaksanakan karena setiap
kebijakan membutuhkan pelaksana-pelaksana yang memiliki hasrat
kuat dan komitmen tinggi agar mampu mencapai tujuan kebijakan
yang diharapkan. Ada tiga unsur utama yang mempengaruhi
kemampuan dan kemauan aparat pelaksana untuk melaksanakan
kebijakan, diantaranya:
a. Kognisi, yaitu seberapa jauh pemahaman pelaksana terhadap
kebijakan. Apabila sistem nilai yang mempengaruhi sikapnya
berbeda dengan system nilai pembuat kebijakan, implementasi
kebijakan tidak akan berjalan dengan efektif.
b. Arahan dan tanggapan pelaksana. Hal ini meliputi penerimaan,
ketidakberpihakan ataupun penolakan pelaksana dalam menyikapi
kebijakan.
4. Struktur Birokrasi
Struktur birokrasi Edward III adalah mekanisme kerja yang
dibentuk untuk mengelola pelaksanaan sebuah kebijakan. Ia
menekankan perlu adanya Standart Operating Procedure (SOP)
yang mengatur tata aliran pekerjaan di antara para pelaksana,
terlebih jika pelaksanaan program melibatkan lebih dari satu
institusi. Ia juga mengingatkan bahwa adakalanya fragmentasi
diperlukan ketika implementasi kebijakan memerlukan banyak
program dan melibatkan banyak institusi untuk mencapai tujuannya.
menyeluruh
yaitu pada abad ke-5 Masehi. Aktivitas masyarakat dalam jual beli semakin
ramai ketika masuknya para pelaut dari negeri China yang juga melakukan
tirai bambu itu sebagai alat legalitas jual beli. Pasar kemudian bukan hanya
menjadi tempat untuk menjual dan membeli barang, tapi meluas pada
Pasar pun menjadi ajang pertemuan dari segenap penjuru desa bahkan
digunakan sebagai alat politik untuk menukar informasi penting. Pada saat
digunakan sebagai alat untuk berdakwah. Para wali mengajarkan tata cara
berdagang yang benar menurut ajaran islam. Areal pasar juga merupakan
pedagang waktu itu. Pasar pada masa lalu sebagian besar dibangun di tepi
tempat yang layak dengan didirikannya bangunan yang cukup besar pada
dan Pasar Gede di Solo. Pasar didirikan sebagai sentra penjualan bahan
pangan dan sandang di kota besar agar para penjajah lebih mudah untuk
bermakna sosial.
satu orang. Penjual satu masih bisa berbagi dengan penjual lain, meski
dengan jenis dagangan sama. hal inilah yang kita tidak temukan di
keadilan ekonomi.
Pasar Tradisional.
Penentuan lokasi:
Lokasi pendirian Pasar Tradisional wajib mengacu pada Rencana Tata
Ruang Wilayah dan Rencana Detail Tata Ruang, termasuk peraturan
zonasi.
pada kebijakan Pasar tradisional namun dengan fokus dan lokus yang
Sumber Buku :
Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Alfabeta. Bandung.
Mulyadi, Deddy. 2016. Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik. Alfabeta.
Bandung.
Widodo, Joko. 2001. Good Governance Telaah Dari Dimensi: Akuntabilitas Dan
Control Birokrasi Pada Era Desentralisasi Dan Otonomi Daerah. Insan
Cendekia. Surabaya.
Peraturan Perundang-Undangan:
Peraturan Daerah Kabupaten Pamekasan Nomor 22 Tahun 2013 Tentang
Penataan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, Dan Toko Modern
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan
Dan Pembinaan Pasar Tradisional Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
Sumber lain :
Avinda Rahmawati. “Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Semarang Dalam
Penataan Pasar Bulu Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun
2013 Tentang Pengaturan Pasar Tradisional.” Skripsi. Fakultas Ilmu
Sosial. Unniversitas Negeri Semarang. 2019