Disusun oleh :
Johanes Jethro Nugroho S
22010118220198
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
1
LEMBAR PENGESAHAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari studi kasus ini adalah memahami dan
melaksanakan diagnosis holistik serta penanganan komprehensif
pasien dengan benda asing di telinga kiri berdasarkan pendekatan
keluarga.
1.2.2. Tujuan Khusus
Mengatahui diagnosis holistik pasien dan keluarga pasien
3
Terlaksananya penatalaksanaan pasien secara komprehensif
1.3. Manfaat
Studi kasus ini diharapkan dapat menjadi media belajar bagi
mahasiswa agar dapat melaksanakan praktik kedokteran keluarga termasuk
diagnostik holistik dan penanganan komprehensif secara langsung kepada
pasien dengan benda asing di telinga kiri.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Kasus benda asing di telinga umumnya terjadi pada pasien pediatri,
namun tidak jarang juga terjadi pada pasien dewasa. Pada pasien pediatri,
biasanya ditemukan pada saat usia anak lebih dari 9 bulan, karena di usia
tersebut, anak sudah dapat menggenggam benda-benda kecil yang
mungkin masuk kedalam telinga.5-6 Pada pasien dewasa benda asing yang
sering ditemukan adalah bagian dari ABD, serangga, dan umumnya lebih
sering terjadi di meatus akustikus eksternus.7
2.1.3. Gambaran Klinis
Anamnesis1
o Riwayat jelas memasukan benda asing masuk ke telinga secara
sengaja maupun tidak
o Telinga terasa tersumbat atau penuh
o Telinga berdengung
o Nyeri pada telinga
o Keluar cairan telinga yang dapat berbau
o Gangguan pendengaran
Pemeriksaan fisik1 :
Pemeriksaan MAE dengan senter/lampu kepala/otoskop menunjukkan
adanya benda asing, edema, dan hiperemis liang telinga luar, serta dapat
ditemukan adanya sekret.
Pemeriksaaan Penunjang1-2
Pemeriksaan pendengaran dilakukan untuk mengkonfirmasi keluhan
kurang dengar tipe CHL.
o Test penyaringan sederhana
a. Lepaskan semua alat bantu dengar
b. Uji satu telinga secara bergiliran dengan cara tutup salah satu
telinga
c. Berdirilah dengan jarak 30 cm
d. Tarik nafas dan bisikan angka secara acak (tutup mulut)
o Uji Ketajaman Dengan Garpu Tala
6
Uji weber
a. Menguji hantaran tulang (tuli konduksi)
b. Pegang tangkai garpu tala, pukulkan pada telapak tangan
c. Letakan tangkai garpu tala pada puncak kepala pasien.
d. Tanyakan pada pasien, letak suara dan sisi yang paling
keras.
Interpretasi
- Normal: suara terdengar seimbang (suara terpusat pada
ditengah kepala)
- Tuli kondusif: suara akan lebih jelas pada bagian yang sakit
(obstruksi: otosklerosis, OM) akan menghambat ruang
hampa.
- Tuli sensorineural: suara lateralisasi kebagian telinga yang
lebih baik.
Uji Rine
a. Membandingkan konduksi udara dan tulang
b. Pegang garpu tala, pukulkan pada telapak tangan
c. Sentuhkan garpu tala pada tulang prosesus mastoid, apabila
bunyi tidak terdengar lagi pindahkan kedepan lubang
telinga (2 cm)
d. Tanyakan pasien, kapan suara tak terdengar (hitungan detik)
e. Ulangi pada telinga berikutnya
Interpretasi
- Normal: terdengar terus suara garpu tala.
- Klien dengan tuli kondusif udara: mendengar garpu tala
lebih jelas melalui konduksi tulang (Rinne negatif).
2.1.4. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tidak ada
pemeriksaan laboratorium ataupun radiologi yang direkomendasikan
sebagai pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik adalah alat diagnostik
yang utama. Otoskop dapat digunakan sambil menarik pinna ke arah
7
posterosuperior. Pada pasien yang dicurigai terdapat gangguan
pendengaran dapat dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni. CT
scan dapat dilakukan untuk menentukan lokasi dan komplikasi akibat
benda asing.
2.1.5. Tatalaksana
Tatalaksana Non-medikamentosa
Tatalaksana utama untuk kasus benda asing pada telinga adaah ekstraksi
benda asing tersebut. Berdasarkan penyebabnya, ekstraksi dilakukan
dengan cara1 :
Pada kasus benda asing yang baru, ekstraksi dilakukan dalam
anestesi lokal
Pdaa kasus benda asing reaktif, pemberian cairan dihindari karena
dapat mengakibatkan korosi.
Pada kasus benda asing berupa serangga :
Dilakukan penetesan alkohol, obat anestesi lokal (Lidokai spray atau
tetes), atau minyak mineral selama 10 enit untuk membuat serangga
tidak bergerak dan melubrikasi dinding meatus akustikus eksterna.
Setelah serangga mati, serangga dipegang dan dikeluarkan dengan
forceps alligator atau irigasi menggunakan air sesuai suhu tubuh.
8
Edukasi
Pada kasus yang terjadi pada anak-anak, orangtua disarankan untuk
menjaga lingkungan anak dari benda-benda yang berpotensi dimasukkan
ke telinga atau hidung.
2.1.6. Komplikasi
Benda asing baik hidup maupun mati yang tajam dapat melukai
dinding MAE sehingga dapat menyebabkan inflamasi (otitis eksterna)
maupun perdarahan. Benda asing yang tidak segera di ambil dapat
menyebabkan tuli konduktif bila sumbatan tersebut menutupi sebagian
besar MAE. Komplikasi yang dapat terjadi adalah ruptur membran
timpani, perdarahan liang telinga, otitis eksterna, dan tuli konduktif.1,7
2.2. Kedokteran Keluarga
2.2.1. Hakikat Kedokteran Keluarga
Kedokteran keluarga merupakan disiplin akademik profesional,
yaitu pengetahuan klinik yang dimplementasikan pada komunitas
keluarga. Dokter harus mmahami manusia bukan hanya sebagai makhluk
biologik, tetapi juga makhluk sosial. Dalam hal ini harus memahami
hakikat biologik, psikologik, sosiologik, ekologik, dan medik.
a. Hakikat biologik
9
perihal yang berkenaan dengan organ sistem terpadu dari individu
dan anggota keluarga lainnya yang mempunyai risiko, meliputi:
adanya faktor keturunan, kesehatan keluarga, dan reproduksi
keluarga; yang semuanya berpengaruh terhadap kualitas hidup
keluarga.
b. Hakikat psikologik
Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai aktivitas dan
tingkah laku yang meerupakan gambaran sikap manusia yang
menentukan penampilan dan pola perilaku dan kebiasaannya.
c. Hakikat sosiologik
Dalam kehidupannya manusia berhubungan dengan sesama
baik lingkup keluarga, pekerjaan, budaya, dan geografis, yang
menimbulkan berbagai proses dan gejolak. Kebijaksanaan yang
digunakan dokter keluarga adalah yang berorientasikan penyakit/
permasalahan yang berhubungan dengan:
Proses dinamika dalam keluarga
Potensi keluarga
Kualitas hidup yang dipengaruhi oleh budaya positif
Pendidikan dan lingkungannya
d. Hakikat ekologik
Ekologi dalam kedokteran keluarga membahas manusia
seutuhnya dalam interaksinya dengan sesamanya dan spesies
lainnnya juga hubungannya dengan lingkungan fisik dalam rumah
tangganya.
e. Hakikat medik
Temuan-tmuan di bidang teknologi kedokteran akan juga
mempengaruhi ilmu kedokteran keluarga. Pergeseran pola perilaku
dan pola penyakit, akan mempengaruhi pola pelayanan kedokteran.
Karena itu, kedokteran keluarga sebagai ilmu akan berkembanga
dalam bidang yang mempengaruhi kesehatan, kesejahteraan, dan
kebahagiaan keluarga.
10
2.2.2. Pendekatan Kedokteran Keluarga
11
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. Identitas
3.1.1. Identitas Pasien
Nama : Ny. AH
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 40 tahun
Tanggal lahir : 31/01/1980
Agama : Islam
Alamat : Jln. Kelengan Besar No. 939, Kembang Sari
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Karyawan Swasta
No. CM : 000066xxx
3.2. Resume Penyakit dan Penatalaksanaan yang Telah Diberikan
3.2.1. Anamnesis
Autoanamnesis dengan penderita pada 21 November 2020.
Keluhan Utama : kurang dengar telinga kiri
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluh kurang dengar pada telinga kiri sejak 1 minggu
yang lalu. Keluhan dirasakan setelah pasien membersihkan telinga
menggunakan pembersih kapas. Keluhan semakin berat apabila
telinga pasien kemasukan air. Pasien merasa seperti ada sesuatu
ditelinga kirinya. Keluhan keluar cairan disangkal, nyeri di sangkal,
demam disangkal. Pasien lalu diantar memeriksakan diri ke Klinik.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat keluhan serupa disangkal
Riwayat keluar cairan dari telinga disangkal
Riwayat sakit telinga kiri disangkal
Riwayat DM disangkal
12
Riwayat HT disangkal
13
Leher : Simetris, trakhea di tengah, pembesaran KGB (-/-)
Thoraks :
Paru
- Inspeksi: Simetris saat statis dan dinamis, retraksi (-)
- Palpasi: Stem fremitus kanan=kiri
- Perkusi: Sonor seluruh lapangan paru
- Auskultasi: Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
Jantung
- Inspeksi : Iktus kordis tak tampak
- Palpasi : Iktus Cordis teraba di SIC V 2 cm medial LMCS,
kuat angkat, tidak melebar.
- Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, reguler, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : Datar, supel
- Auskultasi : Bising usus (+) normal
- Perkusi : Timpani, pekak alih (-), pekak sisi (+) normal
- Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien tidak
teraba
Ekstremitas Superior Inferior
Edema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Akral Dingin -/- -/-
Capillary Refill Time <2”/<2 <2”/<2
14
Bagian
Telinga Kanan Telinga Kiri
Telinga
Hiperemis (-), nyeri tekan Hiperemis (-), nyeri tekan
Mastoid (-), nyeri ketok (-), fistula (-), nyeri ketok (-), fistula
(-), abses (-) (-), abses (-)
Hiperemis (-), edema (-), Hiperemis (-), edema (-),
Pre – aurikula fistula (-), abses (-), fistula (-), abses (-),
nyeri tekan tragus (-) nyeri tekan tragus (-)
Hiperemis (-), edema (-), Hiperemis (-), edema (-),
Retro –
fistula (-), abses (-), nyeri fistula (-), abses (-), nyeri
aurikula
tekan (-) tekan (-)
Normotia, hiperemis (-), Normotia, hiperemis (-),
Aurikula
edema (-), nyeri tarik (-) edema (-), nyeri tarik (-)
Serumen (+), edema (-), Benda asing (+), Serumen
hiperemis (-), furunkel (+), edema (-), hiperemis
CAE / MAE
(-), discharge (-), (-), furunkel (-), discharge
granulasi (-) (-), granulasi (-)
Warna putih mengkilat, Warna putih mengkilat,
Membran retraksi (-), perforasi (-), retraksi (-), perforasi (-),
timpani reflek cahaya (+), reflek cahaya (+),
granulasi(-) granulasi(-)
3.2.3. Diagnosis Kerja
Benda asing telinga kiri
3.2.4. Rencana Penatalaksanaan
Terapi Nonmedikamentosa
Ekstraksi benda asing menggunakan pinset alligator
Edukasi untuk berhati-hati menggunakan pembersih kapas
telinga
3.3. Data Tambahan
15
o dalam (th)
Keluarga
1. Tn. AA KK L 42 S1 Swasta Sehat
2. Ny. AH Istri P 40 S1 Karyawan Swasta Sehat
3. An. HR Anak L 12 SD Pelajar Sehat
4. Tn. AG Bapak L 68 S1 Pensiunan Sehat
6. Ny. SA Ibu P 66 S1 IRT Sehat
Gambar 5. Genogram
Keterangan:
- Tanggal pembuatan : 24 November 2020, pukul 15.00
- Pemberi informasi : Ny. AH
- Jenis keluarga : Extended Family
- Keterangan genogram :
: Laki-laki : Pasien
: Perempuan : Satu rumah
: Hamil : Meninggal
16
: Abortus
Ab : Abortus
B : Lahir
D : Meninggal
M : Menikah
3.4.2. Family Map
Keterangan:
Ny. AH : pasien
Tn. AA : suami pasien
Tn. AG : bapak pasien
Ny. SA : ibu pasien
: Laki-laki
: Perempuan
17
: Hamil
: fungsional
3.4.5. APGAR
Tabel 6. Family APGAR
18
No Pertanyaan Hampir Kadang- Hampir
selalu kadang tidak
(2) (1) pernah
(0)
1 Addaptation: Saya puas dengan √
keluarga saya karena masing-
masing anggota keluarga sudah
menjalankan kewajiban sesuai
dengan seharusnya
2 Partnership: Saya puas dengan √
keluarga saya karena dapat
membantu memberikan solusi
terhadap permasalahan yang saya
hadapi
3 Growth: Saya puas dengan √
kebebasan yang diberikan keluarga
saya untuk mengembangkan
kemampuan yang saya miliki
4 Affection: Saya puas dengan √
kehangatan/kasih sayang yang
diberikan keluarga saya
5 Resolve: Saya puas dengan waktu √
yang disediakan keluarga untuk
menjalin kerjasama
Dari tabel di atas, bila dijumlahkan mempunyai total 9 poin yang berarti fungsi
dalam keluarga ini baik.
19
3.4.6. SCREEM
Variabel Resource Pathology
Social Komunikasi pasien dengan anggota Tidak ada
keluarga dalam keadaan yang cukup baik.
Pasien dapat bersosialisasi dengan baik
dengan tetangga sekitar rumah
Cultural Pasien merupakan suku Jawa. Pasien tidak Tidak ada
terlalu percaya dengan hal yang berbau
mistis.
Religion Pasien menganut agama Islam. Anggota Tidak ada
keluarga lain juga menganut agama Islam.
Pasien dan anggota keluarga melakukan
sholat 5 waktu dan terkadang mengikuti
pengajian.
Economic Pasien dan suami bekerja sebagai karyawa Tidak ada
karyawan swasta. Penghasilan total kurang
lebih Rp 10.000.000,00. Pasien tinggal
bersama suami, anak lakilaki, ayah, dan
ibu. Pembiayaan kesehatan dengan JKN
Non PBI. Kesan social ekonomi cukup
Educatio Pasien, suami adalah lulusan S1. Tidak ada
n Pendidikan anggota keluarga cukup untuk
dapat memecahkan atau memahami
sebagian besar permasalahan yang muncul
dalam keluarga.
Medical Perawatan kesehatan datang ke fasilitas Tidak ada
kesehatan.
20
3.5.2. Fungsi Psikologis
Pasien tinggal bersama suami, satu orang anak dan kedua orang
tuanya. Hubungan antara pasien dan keluarga baik. Pasien memiliki
kepribadian yang terbuka, tidak mudah tersinggung, dan ramah
terhadap orang lain. Apabila terdapat masalah dalam keluarga, pasien
membicarakan dan merundingkannya. Setiap hari keluarga inti
menyediakan waktu untuk berkumpul bersama.
3.5.3. Fungsi Sosial dan Budaya
Pasien dan keluarga tinggal di daerah Kelengan, Semarang.
Komunikasi keluarga pasien dengan tetangga tampak baik. Keluarga
pasien cukup aktif dalam kegiatan di lingkungan dengan tetangga
sekitar seperti arisan dan pengajian. Tidak ada mitos yang dipercayai
dalam keluarga.
3.5.4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Biaya kebutuhan sehari-hari dipenuhi oleh pasien dan suami.
Pendapatan keluarga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
primer, sekunder, dan tersier. Biaya kesehatan keluarga ditanggung
oleh JKN NON PBI.
3.5.5. Fungsi Pendidikan
Pasien merupakan seorang karyawan swasta. Pendidikan terakhir
pasien, suami, ibu pasien dan ayah pasien adalah S1. Anak pasien saat
ini sudah lulus SD dan saat ini sedang menempuh pendidikan SMP.
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang kesehatan baik.
3.5.6. Fungsi Religius
Pasien sejak kecil menganut agama Islam, seluruh anggota keluarga
beragama Islam, taat dalam menjalankan ibadah.
3.6. Perilaku Hidup Sehat
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan yang ditemukan:
Faktor Perilaku
Pasien seorang karyawan swasta. Pasien menyadari pentingnya
kesehatan dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
21
Kebersihan pribadi pasien baik. Pasien memiliki pengetahuan
mengenai kesehatan reproduksi baik. Pengetahuan mengenai
NAPZA dan rokok baik. Apabila menderita suatu penyakit,
keluarga pasien langsung berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Pasien terlalu lama menghabiskan waktu di depan alat elektronik
dikarenakan pekerjaan.
Faktor Lingkungan
Pasien menyadari pentingnya kesehatan dan menerapkan perilaku
hidup bersih dan sehat. Kebersihan pribadi pasien baik. Apabila
menderita suatu penyakit, keluarga pasien langsung berobat ke
fasilitas pelayanan kesehatan. Pasien terbiasa membersihkan rumah
di waktu luangnya.
Faktor Sarana Pelayanan Kesehatan
Terdapat Klinik Derla yang berjarak tempuh lebih kurang 5-10
menit dari rumah berjalan kaki dan RS Hermina Pandanaran yang
berjarak tempuh lebih kurang 5 – 10 menit dari rumah apabila
menggunakan kendaraan bermotor.
Faktor Genetik
Tidak terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit jantung,
asma, maupun alergi dan penyakit keturunan lainnya.
3.7. Lingkungan Rumah
o Komponen Rumah
Tabel 12. Komponen rumah
Komponen Keterangan
Langit-langit Ada
Dinding Pasangan bata, diplester, dicat
Lantai Ubin keramik
Jendela kamar tidur Ada, luas ventilasi >10% dari luas lantai
Jendela ruang Ada
keluarga
22
Lubang asap dapur Ada
Pencahayaan Cukup, memungkinkan untuk membaca
Hewan ternak Tidak ada
23
Gambar 1. Denah Rumah
3.8. Lingkungan Pekerjaan
Pasien adalah seorang karyawan swasta. Pasien banyak melakukan
kegiatan duduk, menulis, dan menggunakan alat elektronik. Risiko
penyakit yang didapatkan adalah kelainan postur tulang belakang dan
gangguan penglihatan.
3.9. Pengetahuan Kedokteran Wisata
Apabila hendak berwisata, biasanya keluarga pasien sudah merencanakan
terlebih dahulu dan diakomodasi oleh kendaraan bermotor. Pasien dan
keluarga sudah mengerti pentingnya penggunaan helm, sabuk pengaman,
dan berkendara yang aman. Keluarga memperhatikan makanan yang akan
dibeli. Keluarga tidak ada yang memiliki penyakit risiko tinggi sehingga
tidak membawa obat-obat khusus namun tetap menyediakan obat umum
seperti untuk mabuk darat. Keluarga mengetahui dan mencari tahu ada
tidaknya fasilitas kesehatan di tempat wisata yang dikunjungi. Selama
berwisata anggota keluarga jarang jatuh sakit.
3.10. Diagnostik Holistik
Aspek I (Personal)
Keluhan : Kurang dengar telinga kiri
Kekhawatiran : Khawatir keluhan tersebut menetap
Harapan : Dapat sehat kembali dan beraktivitas seperti biasa
24
Aspek II (Diagnosis Kerja)
Benda asing telinga kiri
Aspek III (Faktor Internal)
Pasien merupakan dewasa perempuan berusia 40 tahun. Frekuensi
pasien makan sebanyak 3 kali sehari. Jenis makanan dalam
keluarga cukup bervariasi. Pasien memiliki TB.
Aspek IV (Faktor Eksternal)
Lingkungan rumah dengan langit-langit, dinding rumah diplester
dan dicat, lantai rumah ubin keramik, ventilasi cukup. Interaksi
pasien dengan keluarga cukup. Stabilitas ekonomi keluarga cukup.
Aspek V
Derajat fungsional 1 (pasien beraktivitas mandiri)
3.11. Rencana Penatalaksanaan Komprehensif
Patient Centered Care
1. Promotif :
o Mengedukasi untuk menjaga higiene diri dan keluarga
o Edukasi menggenai cara pembersihan telinga yang baik
2. Preventif
o Mengedukasi pasien untuk menggurangi kebiasaan
membersihkan telinga dengan kapas pembersih
o Mengedukasi pasien untuk mencegah Computer Vision
Syndrome, mengistirahatkan mata dengan melihat jauh dan
menggerak-gerakkan tubuh setelah 20 menit di depan
handphone.
3. Kuratif
o Mengedukasi untuk makan makanan bergizi dan istirahat cukup
untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
o Mengedukasi pasien untuk kontrol 1 minggu kemudian guna
mengevaluasi apakah perlu terapi lanjutan
25
4. Rehabilitatif
o Karena belum ditemukan adanya kelainan kesehatan pada
pasien, maka belum diperlukan tindakan rehabilitatif.
Family focused
1. Promotif :
Community Oriented
1. Promotif :
o Mengedukasi tetangga agar membersihkan lingkungan sekitar
rumah secara teratur.
o Mengedukasi untuk tidak membuang dan menumpuk sampah di
depan rumah
2. Preventif
26
3. Kuratif
Perlunya motivasi yang diberikan oleh tetangga dan teman
bermain agar pasien dapat istirahat cukup dan menggunakan
obat secara teratur.
4. Rehabilitatif
Karena belum ditemukan adanya kelainan kesehatan pada
pasien, maka belum diperlukan tindakan rehabilitatif.
- Faktor penghambat :
Tidak bertemu dengan anggota keluarga lain.
- Indikator keberhasilan :
27
Pasien mengetahui dan dapat mengulang edukasi yang
diberikan dan akan mengupayakan perubahan kebiasaan ke
arah yang lebih sehat
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Penatalaksaan pasien seorang perempuan dewasa usia 40 tahun dengan
benda asing telinga kiri menggunakan pendekatan kedokteran keluarga
adalah sebagai berikut:
Non medikamentosa :
o Edukasi pasien mengenai benda asing pada telinga dan
komplikasi yang mungkin terjadi .
o Edukasi pasien dan keluarga untuk mengurangi penggunaan
kapas pembersih telinga untuk membersihkan telinga.
o Menyarankan untuk melakukan perubahan pola hidup dengan
meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan.
o Menganjurkan untuk kontrol kembali apabila gejala tidak
membaik.
Pembinaan terhadap pasien dan keluarga
Mengedukasi keluarga menggenai pembersihan telinga dan
edukasi menggenai penggunaan pembersih telinga kapas.
Mengedukasi keluarga cuci tangan menggunakan sabun setelah
beraktivitas dan sebelum makan.
Mengedukasi keluarga agar membersihkan rumah secara teratur
4.2. Saran
Untuk menurunkan angka kejadian benda asing di telinga diperlukan
pendekatan keluarga dalam menatalaksana pasien secara komprehensif.
28
DAFTAR PUSTAKA
3. Iskandar, N., Soepardi, E., & Bashiruddin, J., et al (ed). 2007. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher. Edisi ke-
6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
4. Lucente, F.E. & Har-El, G. 2011. Ilmu THT Esensial ed. 5. Jakarta: EGC.
29