Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS DEWASA

Diajukan Guna Melengkapi Tugas Kedokteran Keluarga


Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

SEORANG DEWASA PEREMPUAN USIA 40 TAHUN


DENGAN
BENDA ASING DI TELINGA KIRI

Disusun oleh :
Johanes Jethro Nugroho S
22010118220198

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Seorang Dewasa Perempuan Usia 40 Tahun


Dengan Benda Asing di Telinga Kiri telah disajikan guna melengkapi tugas
Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro pada tanggal
xx November 2020

Semarang, xx November 2020


Mengesahkan,
Pembimbing

Dr. dr. Stefani Candra Firmanti, M.Sc

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Benda asing adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari
dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing di liang
telinga dapat bervariasi, baik berupa benda mati reaktif, benda mati
nonreaktif, dan benda asing serangga.1
Benda asing di telinga merupakan kasus yang sering ditemukan
pada instalasi gawat darurat THT. Insidensinya mencapai 11% untuk
semua kasus benda asing termasuk di hidung dan tenggorok. Dalam
pelayanan darurat THT di rumah sakit di Sao Paulo, benda asing
menyumbang 827 kunjungan (5,3%) dari semua kasus, 386 adalah
perempuan (46,7%) dan 441 adalah laki-laki (53,3%). Dari seluruh kasus
benda asing di bidang THT, sebanyak 94,8% terletak di telinga.2
Benda asing baik hidup maupun mati yang tajam dapat melukai
dinding MAE sehingga dapat menyebabkan inflamasi (otitis eksterna)
maupun perdarahan. Benda asing yang tidak segera di ambil dapat
menyebabkan tuli konduktif bila sumbatan tersebut menutupi sebagian
besar MAE. Komplikasi yang dapat terjadi adalah ruptur membran
timpani, perdarahan liang telinga, otitis eksterna, dan tuli konduktif. 1-2

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari studi kasus ini adalah memahami dan
melaksanakan diagnosis holistik serta penanganan komprehensif
pasien dengan benda asing di telinga kiri berdasarkan pendekatan
keluarga.
1.2.2. Tujuan Khusus
 Mengatahui diagnosis holistik pasien dan keluarga pasien

3
 Terlaksananya penatalaksanaan pasien secara komprehensif
1.3. Manfaat
Studi kasus ini diharapkan dapat menjadi media belajar bagi
mahasiswa agar dapat melaksanakan praktik kedokteran keluarga termasuk
diagnostik holistik dan penanganan komprehensif secara langsung kepada
pasien dengan benda asing di telinga kiri.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Benda Asing Telinga


2.1.1. Definisi
Benda asing adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari
dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing di liang
telinga dapat bervariasi, baik berupa benda mati reaktif, benda mati
nonreaktif, dan benda asing serangga. Benda asing reaktif berbahaya
karena dapat bereaksi dengan epitel meatus akustikus eksternus dan
menyebabkan edema serta obstruksi hingga menimbulkan infeksi
sekunder. Sementara benda asing nonreaktif tidak beraksi di dalam MAE
dan biasanya tidak menimbulkan gejala dan infeksi. Benda asing serangga
dapat menyebabkan iritasi dan nyeri akibat pergerakannya. Sampai saat ini
benda asing merupakan salah satu kasus gawat darurat yang utama dan
menjadi masalah besar yang sering ditemukan oleh dokter bagian Telinga
Hidung Tenggorok (THT).1,3
2.1.2. Epidemiologi
Benda asing di telinga merupakan kasus yang sering ditemukan
pada instalasi gawat darurat THT. Insidennya mencapai 11% untuk semua
kasus benda asing termasuk di hidung dan tenggorok. Dalam pelayanan
darurat THT di rumah sakit di Sao Paulo, benda asing menyumbang 827
kunjungan (5,3%) dari semua kasus, 386 adalah perempuan (46,7%) dan
441 adalah laki-laki (53,3%). Benda asing (94,8%) terletak di telinga.2
Benda asing paling sering ditemukan di liang telinga luar, tetapi
dapat masuk ke dalam telinga tengah dan dapat juga di telinga dalam
namun lebih jarang ditemukan. Benda asing yang paling sering ditemukan
antara lain, manik-manik plastik, ujung cotton bud, anting dan lain-lain.4

5
Kasus benda asing di telinga umumnya terjadi pada pasien pediatri,
namun tidak jarang juga terjadi pada pasien dewasa. Pada pasien pediatri,
biasanya ditemukan pada saat usia anak lebih dari 9 bulan, karena di usia
tersebut, anak sudah dapat menggenggam benda-benda kecil yang
mungkin masuk kedalam telinga.5-6 Pada pasien dewasa benda asing yang
sering ditemukan adalah bagian dari ABD, serangga, dan umumnya lebih
sering terjadi di meatus akustikus eksternus.7
2.1.3. Gambaran Klinis
Anamnesis1
o Riwayat jelas memasukan benda asing masuk ke telinga secara
sengaja maupun tidak
o Telinga terasa tersumbat atau penuh
o Telinga berdengung
o Nyeri pada telinga
o Keluar cairan telinga yang dapat berbau
o Gangguan pendengaran
Pemeriksaan fisik1 :
Pemeriksaan MAE dengan senter/lampu kepala/otoskop menunjukkan
adanya benda asing, edema, dan hiperemis liang telinga luar, serta dapat
ditemukan adanya sekret.
Pemeriksaaan Penunjang1-2
Pemeriksaan pendengaran dilakukan untuk mengkonfirmasi keluhan
kurang dengar tipe CHL.
o Test penyaringan sederhana
a. Lepaskan semua alat bantu dengar
b. Uji satu telinga secara bergiliran dengan cara tutup salah satu
telinga
c. Berdirilah dengan jarak 30 cm
d. Tarik nafas dan bisikan angka secara acak (tutup mulut)
o Uji Ketajaman Dengan Garpu Tala

6
Uji weber
a. Menguji hantaran tulang (tuli konduksi)
b. Pegang tangkai garpu tala, pukulkan pada telapak tangan
c. Letakan tangkai garpu tala pada puncak kepala pasien.
d. Tanyakan pada pasien, letak suara dan sisi yang paling
keras.
Interpretasi
- Normal: suara terdengar seimbang (suara terpusat pada
ditengah kepala)
- Tuli kondusif: suara akan lebih jelas pada bagian yang sakit
(obstruksi: otosklerosis, OM) akan menghambat ruang
hampa.
- Tuli sensorineural: suara lateralisasi kebagian telinga yang
lebih baik.
Uji Rine
a. Membandingkan konduksi udara dan tulang
b. Pegang garpu tala, pukulkan pada telapak tangan
c. Sentuhkan garpu tala pada tulang prosesus mastoid, apabila
bunyi tidak terdengar lagi pindahkan kedepan lubang
telinga (2 cm)
d. Tanyakan pasien, kapan suara tak terdengar (hitungan detik)
e. Ulangi pada telinga berikutnya
Interpretasi
- Normal: terdengar terus suara garpu tala.
- Klien dengan tuli kondusif udara: mendengar garpu tala
lebih jelas melalui konduksi tulang (Rinne negatif).
2.1.4. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tidak ada
pemeriksaan laboratorium ataupun radiologi yang direkomendasikan
sebagai pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik adalah alat diagnostik
yang utama. Otoskop dapat digunakan sambil menarik pinna ke arah

7
posterosuperior. Pada pasien yang dicurigai terdapat gangguan
pendengaran dapat dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni. CT
scan dapat dilakukan untuk menentukan lokasi dan komplikasi akibat
benda asing.

2.1.5. Tatalaksana
Tatalaksana Non-medikamentosa
Tatalaksana utama untuk kasus benda asing pada telinga adaah ekstraksi
benda asing tersebut. Berdasarkan penyebabnya, ekstraksi dilakukan
dengan cara1 :
 Pada kasus benda asing yang baru, ekstraksi dilakukan dalam
anestesi lokal
 Pdaa kasus benda asing reaktif, pemberian cairan dihindari karena
dapat mengakibatkan korosi.
 Pada kasus benda asing berupa serangga :
Dilakukan penetesan alkohol, obat anestesi lokal (Lidokai spray atau
tetes), atau minyak mineral selama 10 enit untuk membuat serangga
tidak bergerak dan melubrikasi dinding meatus akustikus eksterna.
Setelah serangga mati, serangga dipegang dan dikeluarkan dengan
forceps alligator atau irigasi menggunakan air sesuai suhu tubuh.

Indikasi tindakan ekstraksi benda asing adalah benda asingnya dapat


terlihat dari pemeriksaan fisik, peralatan yang tersedia adekuat, dan pasien
dapat koperatif selama tindakan. Apabila diperlukan maka pasien dapat
diberikan sedasi.7
Kontraindikasi dari tindakan ekstraksi benda asing adalah
Tatalaksana Medikamentosa
 Tetes telinga antibiotik hanya diberikan bila telah dipastikan tidak
ada ruptur membran timpani.
 Analgetik untuk megurangi rasa nyeri

8
Edukasi
Pada kasus yang terjadi pada anak-anak, orangtua disarankan untuk
menjaga lingkungan anak dari benda-benda yang berpotensi dimasukkan
ke telinga atau hidung.
2.1.6. Komplikasi
Benda asing baik hidup maupun mati yang tajam dapat melukai
dinding MAE sehingga dapat menyebabkan inflamasi (otitis eksterna)
maupun perdarahan. Benda asing yang tidak segera di ambil dapat
menyebabkan tuli konduktif bila sumbatan tersebut menutupi sebagian
besar MAE. Komplikasi yang dapat terjadi adalah ruptur membran
timpani, perdarahan liang telinga, otitis eksterna, dan tuli konduktif.1,7
2.2. Kedokteran Keluarga
2.2.1. Hakikat Kedokteran Keluarga
Kedokteran keluarga merupakan disiplin akademik profesional,
yaitu pengetahuan klinik yang dimplementasikan pada komunitas
keluarga. Dokter harus mmahami manusia bukan hanya sebagai makhluk
biologik, tetapi juga makhluk sosial. Dalam hal ini harus memahami
hakikat biologik, psikologik, sosiologik, ekologik, dan medik.

a. Hakikat biologik

Kedokteran keluarga memperhatikan pula perihal dinamika


kehidupan keluarga sebagai makhluk biologis, yaitu masuk
keluarnya seseorang anggota keluarga dalam organisasi keluarga.
Mulai dari proses pra-konsepsi/ pra-nikah sampai lahirnya anak,
atau bertambahnya jumlah anggota keluarga. Bertambahnya usia
kemudian meninggal, atau anggota keluarga yang pindah tempat,
sehingga berkurang jumlah anggota keluarga. Untuk lebih terinci
menilai permasalahan keluarga, dinilai dari kualitas hidup keluarga
serta fungsi keluarga, yaitu peranan fungsi biologis keluarga

9
perihal yang berkenaan dengan organ sistem terpadu dari individu
dan anggota keluarga lainnya yang mempunyai risiko, meliputi:
adanya faktor keturunan, kesehatan keluarga, dan reproduksi
keluarga; yang semuanya berpengaruh terhadap kualitas hidup
keluarga.
b. Hakikat psikologik
Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai aktivitas dan
tingkah laku yang meerupakan gambaran sikap manusia yang
menentukan penampilan dan pola perilaku dan kebiasaannya.
c. Hakikat sosiologik
Dalam kehidupannya manusia berhubungan dengan sesama
baik lingkup keluarga, pekerjaan, budaya, dan geografis, yang
menimbulkan berbagai proses dan gejolak. Kebijaksanaan yang
digunakan dokter keluarga adalah yang berorientasikan penyakit/
permasalahan yang berhubungan dengan:
 Proses dinamika dalam keluarga
 Potensi keluarga
 Kualitas hidup yang dipengaruhi oleh budaya positif
 Pendidikan dan lingkungannya
d. Hakikat ekologik
Ekologi dalam kedokteran keluarga membahas manusia
seutuhnya dalam interaksinya dengan sesamanya dan spesies
lainnnya juga hubungannya dengan lingkungan fisik dalam rumah
tangganya.
e. Hakikat medik
Temuan-tmuan di bidang teknologi kedokteran akan juga
mempengaruhi ilmu kedokteran keluarga. Pergeseran pola perilaku
dan pola penyakit, akan mempengaruhi pola pelayanan kedokteran.
Karena itu, kedokteran keluarga sebagai ilmu akan berkembanga
dalam bidang yang mempengaruhi kesehatan, kesejahteraan, dan
kebahagiaan keluarga.

10
2.2.2. Pendekatan Kedokteran Keluarga

Prinsip dalam kedokteran keluarga adalah pendekatan keluarga.


Pendekatan keluarga merupaka serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan
yang terencana, terarah, untuk menggali, meningkatkan, dan mengarahkan
peran serta keluarga agar dapat memanfaatkan potensi yang ada guna
menyembukan anggota keluarga dan menyelesaikan masalah kesehatan
keluarga yang mereka hadapi. Dalam pendekatan ini diberdayakan apa
yang dimiliki oleh keluarga dan anggota keluarga untuk menyembukan
dan menyelesaikan masalah keluarga. Hal ini dapat dilakukan bila
memahami profil dan fungsi keluarga.

Pelayanan kedokteran keluarga merupakan pelayanan yang bersifat


komprehensif, meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Materi kedokteran keluarga pada hakikatnya merupakan
kepedulian dunia kedokteran perihal masalah-masalah ekonomi dan sosial,
di samping masalah organobiologik, yaitu ditujukan terhadap pengguna
jasa sebagai bagian dalam lingkungan keluarga. Demikian pula
pemanfaatan ilmunya yang bersifat menyeluruh, yaitu pelayanan terhadap
masalah organ, mental-psikologikal dan sosial keluarga.

11
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1. Identitas
3.1.1. Identitas Pasien
Nama : Ny. AH
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 40 tahun
Tanggal lahir : 31/01/1980
Agama : Islam
Alamat : Jln. Kelengan Besar No. 939, Kembang Sari
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Karyawan Swasta
No. CM : 000066xxx
3.2. Resume Penyakit dan Penatalaksanaan yang Telah Diberikan
3.2.1. Anamnesis
Autoanamnesis dengan penderita pada 21 November 2020.
Keluhan Utama : kurang dengar telinga kiri
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluh kurang dengar pada telinga kiri sejak 1 minggu
yang lalu. Keluhan dirasakan setelah pasien membersihkan telinga
menggunakan pembersih kapas. Keluhan semakin berat apabila
telinga pasien kemasukan air. Pasien merasa seperti ada sesuatu
ditelinga kirinya. Keluhan keluar cairan disangkal, nyeri di sangkal,
demam disangkal. Pasien lalu diantar memeriksakan diri ke Klinik.
Riwayat Penyakit Dahulu:
 Riwayat keluhan serupa disangkal
 Riwayat keluar cairan dari telinga disangkal
 Riwayat sakit telinga kiri disangkal
 Riwayat DM disangkal

12
 Riwayat HT disangkal

 Riwayat alergi disangkal

 Riwayat TB (Selesai pengobatan Oktober 2020)

Riwayat Penyakit Keluarga:


 Riwayat keluhan serupa disangkal
 Riwayat alergi disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien bekerja sebagai karyawan swasta. Suami pasien bekerja
sebagai karyawan swata. Penghasilan total lebih kurang Rp
10.000.000,00. Pasien tinggal bersama ayah, ibu, suami, dan anak
laki-laki pasien. Pembiayaan kesehatan dengan JKN NON-PBI. Kesan
social ekonomi cukup.
3.2.2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksan fisik dilakukan pada tanggal 21 November 2020.
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital :
 Tekanan darah: 130/65 mmHg
 Nadi : 74x/menit
 Pernapasan : 20x/menit
 Suhu : 36,70 C
Status Generalis
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), eksoftalmus
(-/-)

Telinga : Discharge (-), nyeri tekan (+)


Hidung : Deviasi septum (-), nafas cuping (-), epistaksis (-),
discharge (-)
Bibir : pucat (-), sianosis (-)
Tenggorok : T1-T1, faring hiperemis (-), granulasi (-), nyeri telan (-)

13
Leher : Simetris, trakhea di tengah, pembesaran KGB (-/-)
Thoraks :
Paru
- Inspeksi: Simetris saat statis dan dinamis, retraksi (-)
- Palpasi: Stem fremitus kanan=kiri
- Perkusi: Sonor seluruh lapangan paru
- Auskultasi: Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
Jantung
- Inspeksi : Iktus kordis tak tampak
- Palpasi : Iktus Cordis teraba di SIC V 2 cm medial LMCS,
kuat angkat, tidak melebar.
- Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, reguler, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : Datar, supel
- Auskultasi : Bising usus (+) normal
- Perkusi : Timpani, pekak alih (-), pekak sisi (+) normal
- Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien tidak
teraba
Ekstremitas Superior Inferior
Edema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Akral Dingin -/- -/-
Capillary Refill Time <2”/<2 <2”/<2

Status Lokalis Aurikula

14
Bagian
Telinga Kanan Telinga Kiri
Telinga
Hiperemis (-), nyeri tekan Hiperemis (-), nyeri tekan
Mastoid (-), nyeri ketok (-), fistula (-), nyeri ketok (-), fistula
(-), abses (-) (-), abses (-)
Hiperemis (-), edema (-), Hiperemis (-), edema (-),
Pre – aurikula fistula (-), abses (-), fistula (-), abses (-),
nyeri tekan tragus (-) nyeri tekan tragus (-)
Hiperemis (-), edema (-), Hiperemis (-), edema (-),
Retro –
fistula (-), abses (-), nyeri fistula (-), abses (-), nyeri
aurikula
tekan (-) tekan (-)
Normotia, hiperemis (-), Normotia, hiperemis (-),
Aurikula
edema (-), nyeri tarik (-) edema (-), nyeri tarik (-)
Serumen (+), edema (-), Benda asing (+), Serumen
hiperemis (-), furunkel (+), edema (-), hiperemis
CAE / MAE
(-), discharge (-), (-), furunkel (-), discharge
granulasi (-) (-), granulasi (-)
Warna putih mengkilat, Warna putih mengkilat,
Membran retraksi (-), perforasi (-), retraksi (-), perforasi (-),
timpani reflek cahaya (+), reflek cahaya (+),
granulasi(-) granulasi(-)
3.2.3. Diagnosis Kerja
Benda asing telinga kiri
3.2.4. Rencana Penatalaksanaan
Terapi Nonmedikamentosa
 Ekstraksi benda asing menggunakan pinset alligator
 Edukasi untuk berhati-hati menggunakan pembersih kapas
telinga
3.3. Data Tambahan

Tabel 1. Profil Anggota Keluarga Satu Rumah


N Nama Kedudukan JK Umur Pendidikan Pekerjaan Keterangan

15
o dalam (th)
Keluarga
1. Tn. AA KK L 42 S1 Swasta Sehat
2. Ny. AH Istri P 40 S1 Karyawan Swasta Sehat
3. An. HR Anak L 12 SD Pelajar Sehat
4. Tn. AG Bapak L 68 S1 Pensiunan Sehat
6. Ny. SA Ibu P 66 S1 IRT Sehat

Bentuk Keluarga : keluarga besar (extended family)


3.4. Dinamika Keluarga
3.4.1. Genogram

Gambar 5. Genogram

Keterangan:
- Tanggal pembuatan : 24 November 2020, pukul 15.00
- Pemberi informasi : Ny. AH
- Jenis keluarga : Extended Family
- Keterangan genogram :

: Laki-laki : Pasien
: Perempuan : Satu rumah
: Hamil : Meninggal

16
: Abortus

Ab : Abortus
B : Lahir
D : Meninggal
M : Menikah
3.4.2. Family Map

Gambar 6. Family Map

Keterangan:
Ny. AH : pasien
Tn. AA : suami pasien
Tn. AG : bapak pasien
Ny. SA : ibu pasien

: Laki-laki
: Perempuan

17
: Hamil
: fungsional

3.4.3. Family Life Line


Berikut garis riwayat hidup pasien ditinjau dari aspek psikologis yang
mempengaruhi kesehatan :
Tabel 5. Family Life Line
Tahun Usia Life Event Severity of Illness
1980 0 Lahir di Semarang
1984 4 th Masuk TK
1987 6 th Masuk SD
1992 12 th Masuk SMP
1995 15 th Masuk SMA
1998 18 th Masuk Kuliah
2002 22 th Lulus Kuliah
2002 22 th Kerja
2005 25 th Menikah
2008 28 th Hamil anak I
2020 40 th TB Paru
2020 40 th Benda asing telinga

3.4.4. Family Life Cycle


Menurut siklus kehidupan keluarga oleh Evelyn Duvall, keluarga
pasien termasuk ke dalam siklus keempat yakni orang tua dengan anak
tertua yang telah masuk sekolah dasar. Hubungan antar anggota
keluarga dan tetangga baik. Setiap hari keluarga menyediakan waktu
untuk berkumpul bersama-sama.

3.4.5. APGAR
Tabel 6. Family APGAR

18
No Pertanyaan Hampir Kadang- Hampir
selalu kadang tidak
(2) (1) pernah
(0)
1 Addaptation: Saya puas dengan √
keluarga saya karena masing-
masing anggota keluarga sudah
menjalankan kewajiban sesuai
dengan seharusnya
2 Partnership: Saya puas dengan √
keluarga saya karena dapat
membantu memberikan solusi
terhadap permasalahan yang saya
hadapi
3 Growth: Saya puas dengan √
kebebasan yang diberikan keluarga
saya untuk mengembangkan
kemampuan yang saya miliki
4 Affection: Saya puas dengan √
kehangatan/kasih sayang yang
diberikan keluarga saya
5 Resolve: Saya puas dengan waktu √
yang disediakan keluarga untuk
menjalin kerjasama
Dari tabel di atas, bila dijumlahkan mempunyai total 9 poin yang berarti fungsi
dalam keluarga ini baik.

19
3.4.6. SCREEM
Variabel Resource Pathology
Social Komunikasi pasien dengan anggota Tidak ada
keluarga dalam keadaan yang cukup baik.
Pasien dapat bersosialisasi dengan baik
dengan tetangga sekitar rumah
Cultural Pasien merupakan suku Jawa. Pasien tidak Tidak ada
terlalu percaya dengan hal yang berbau
mistis.
Religion Pasien menganut agama Islam. Anggota Tidak ada
keluarga lain juga menganut agama Islam.
Pasien dan anggota keluarga melakukan
sholat 5 waktu dan terkadang mengikuti
pengajian.
Economic Pasien dan suami bekerja sebagai karyawa Tidak ada
karyawan swasta. Penghasilan total kurang
lebih Rp 10.000.000,00. Pasien tinggal
bersama suami, anak lakilaki, ayah, dan
ibu. Pembiayaan kesehatan dengan JKN
Non PBI. Kesan social ekonomi cukup
Educatio Pasien, suami adalah lulusan S1. Tidak ada
n Pendidikan anggota keluarga cukup untuk
dapat memecahkan atau memahami
sebagian besar permasalahan yang muncul
dalam keluarga.
Medical Perawatan kesehatan datang ke fasilitas Tidak ada
kesehatan.

3.5. Identifikasi Fungsi Keluarga


3.5.1. Fungsi Biologis
Hasil wawancara dengan pasien didapatkan pasien mengeluh
kurang dengar pada telinga kiri sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan
dirasakan setelah pasien membersihkan telinga menggunakan
pembersih kapas. Keluhan semakin berat apabila telinga pasien
kemasukan air. Pasien merasa seperti ada sesuatu ditelinga kirinya.

20
3.5.2. Fungsi Psikologis
Pasien tinggal bersama suami, satu orang anak dan kedua orang
tuanya. Hubungan antara pasien dan keluarga baik. Pasien memiliki
kepribadian yang terbuka, tidak mudah tersinggung, dan ramah
terhadap orang lain. Apabila terdapat masalah dalam keluarga, pasien
membicarakan dan merundingkannya. Setiap hari keluarga inti
menyediakan waktu untuk berkumpul bersama.
3.5.3. Fungsi Sosial dan Budaya
Pasien dan keluarga tinggal di daerah Kelengan, Semarang.
Komunikasi keluarga pasien dengan tetangga tampak baik. Keluarga
pasien cukup aktif dalam kegiatan di lingkungan dengan tetangga
sekitar seperti arisan dan pengajian. Tidak ada mitos yang dipercayai
dalam keluarga.
3.5.4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Biaya kebutuhan sehari-hari dipenuhi oleh pasien dan suami.
Pendapatan keluarga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
primer, sekunder, dan tersier. Biaya kesehatan keluarga ditanggung
oleh JKN NON PBI.
3.5.5. Fungsi Pendidikan
Pasien merupakan seorang karyawan swasta. Pendidikan terakhir
pasien, suami, ibu pasien dan ayah pasien adalah S1. Anak pasien saat
ini sudah lulus SD dan saat ini sedang menempuh pendidikan SMP.
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang kesehatan baik.
3.5.6. Fungsi Religius
Pasien sejak kecil menganut agama Islam, seluruh anggota keluarga
beragama Islam, taat dalam menjalankan ibadah.
3.6. Perilaku Hidup Sehat
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan yang ditemukan:
 Faktor Perilaku
Pasien seorang karyawan swasta. Pasien menyadari pentingnya
kesehatan dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

21
Kebersihan pribadi pasien baik. Pasien memiliki pengetahuan
mengenai kesehatan reproduksi baik. Pengetahuan mengenai
NAPZA dan rokok baik. Apabila menderita suatu penyakit,
keluarga pasien langsung berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Pasien terlalu lama menghabiskan waktu di depan alat elektronik
dikarenakan pekerjaan.
 Faktor Lingkungan
Pasien menyadari pentingnya kesehatan dan menerapkan perilaku
hidup bersih dan sehat. Kebersihan pribadi pasien baik. Apabila
menderita suatu penyakit, keluarga pasien langsung berobat ke
fasilitas pelayanan kesehatan. Pasien terbiasa membersihkan rumah
di waktu luangnya.
 Faktor Sarana Pelayanan Kesehatan
Terdapat Klinik Derla yang berjarak tempuh lebih kurang 5-10
menit dari rumah berjalan kaki dan RS Hermina Pandanaran yang
berjarak tempuh lebih kurang 5 – 10 menit dari rumah apabila
menggunakan kendaraan bermotor.
 Faktor Genetik
Tidak terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit jantung,
asma, maupun alergi dan penyakit keturunan lainnya.
3.7. Lingkungan Rumah
o Komponen Rumah
Tabel 12. Komponen rumah
Komponen Keterangan
Langit-langit Ada
Dinding Pasangan bata, diplester, dicat
Lantai Ubin keramik
Jendela kamar tidur Ada, luas ventilasi >10% dari luas lantai
Jendela ruang Ada
keluarga

22
Lubang asap dapur Ada
Pencahayaan Cukup, memungkinkan untuk membaca
Hewan ternak Tidak ada

Jendela rumah cukup sering dibuka. Rumah dan halaman


dibersihkan hampir setiap hari. Setiap hari sampah dibuang di
tempat sampah yang tersedia di depan rumah. Kebiasaan memasak
dengan kompor gas.
o Sarana sanitasi
Sarana pembuangan air limbah (SPAL) di rumah keluarga ini
diallirkan ke selokan tertutup. Pembuangan sampah pada tempat
sampah dalam rumah kedap air dan tertutup. Sarana air bersih dari
sumur gali. Jarak antara sarana air bersih dan tempat pembuangan
kotoran cukup jauh. Jamban keluarga menggunakan jamban leher
angsa. Tempat penampungan air dikuras 2 kali seminggu,
penampungan air tidak ditutup.
o Akses ke sarana kesehatan
Rumah sakit terdekat adalah RS Hermina Pandanaran yang
berjarak tempuh lebih kurang 10 – 15 menit dari rumah apabila
menggunakan kendaraan bermotor.
o Denah rumah

23
Gambar 1. Denah Rumah
3.8. Lingkungan Pekerjaan
Pasien adalah seorang karyawan swasta. Pasien banyak melakukan
kegiatan duduk, menulis, dan menggunakan alat elektronik. Risiko
penyakit yang didapatkan adalah kelainan postur tulang belakang dan
gangguan penglihatan.
3.9. Pengetahuan Kedokteran Wisata
Apabila hendak berwisata, biasanya keluarga pasien sudah merencanakan
terlebih dahulu dan diakomodasi oleh kendaraan bermotor. Pasien dan
keluarga sudah mengerti pentingnya penggunaan helm, sabuk pengaman,
dan berkendara yang aman. Keluarga memperhatikan makanan yang akan
dibeli. Keluarga tidak ada yang memiliki penyakit risiko tinggi sehingga
tidak membawa obat-obat khusus namun tetap menyediakan obat umum
seperti untuk mabuk darat. Keluarga mengetahui dan mencari tahu ada
tidaknya fasilitas kesehatan di tempat wisata yang dikunjungi. Selama
berwisata anggota keluarga jarang jatuh sakit.
3.10. Diagnostik Holistik
 Aspek I (Personal)
Keluhan : Kurang dengar telinga kiri
Kekhawatiran : Khawatir keluhan tersebut menetap
Harapan : Dapat sehat kembali dan beraktivitas seperti biasa

24
 Aspek II (Diagnosis Kerja)
Benda asing telinga kiri
 Aspek III (Faktor Internal)
Pasien merupakan dewasa perempuan berusia 40 tahun. Frekuensi
pasien makan sebanyak 3 kali sehari. Jenis makanan dalam
keluarga cukup bervariasi. Pasien memiliki TB.
 Aspek IV (Faktor Eksternal)
Lingkungan rumah dengan langit-langit, dinding rumah diplester
dan dicat, lantai rumah ubin keramik, ventilasi cukup. Interaksi
pasien dengan keluarga cukup. Stabilitas ekonomi keluarga cukup.
 Aspek V
Derajat fungsional 1 (pasien beraktivitas mandiri)
3.11. Rencana Penatalaksanaan Komprehensif
Patient Centered Care
1. Promotif :
o Mengedukasi untuk menjaga higiene diri dan keluarga
o Edukasi menggenai cara pembersihan telinga yang baik
2. Preventif
o Mengedukasi pasien untuk menggurangi kebiasaan
membersihkan telinga dengan kapas pembersih
o Mengedukasi pasien untuk mencegah Computer Vision
Syndrome, mengistirahatkan mata dengan melihat jauh dan
menggerak-gerakkan tubuh setelah 20 menit di depan
handphone.
3. Kuratif
o Mengedukasi untuk makan makanan bergizi dan istirahat cukup
untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
o Mengedukasi pasien untuk kontrol 1 minggu kemudian guna
mengevaluasi apakah perlu terapi lanjutan

25
4. Rehabilitatif
o Karena belum ditemukan adanya kelainan kesehatan pada
pasien, maka belum diperlukan tindakan rehabilitatif.
Family focused
1. Promotif :

o Mengedukasi keluarga cuci tangan menggunakan sabun setelah


beraktivitas dan sebelum makan.
2. Preventif
o Mengedukasi keluarga agar mencari fasilitas kesehatan saat
berwisata sehingga mengetahui informasi kesehatan yang perlu
diperhatikan dan akses terdekat pelayanan kesehatan wisata.
3. Kuratif
 Mengedukasi keluarga pasien yang memiliki kebiasaan serupa
dalam hal membersihkan telinga.
4. Rehabilitatif
 Karena belum ditemukan adanya kelainan kesehatan pada
pasien, maka belum diperlukan tindakan rehabilitatif.

Community Oriented
1. Promotif :
o Mengedukasi tetangga agar membersihkan lingkungan sekitar
rumah secara teratur.
o Mengedukasi untuk tidak membuang dan menumpuk sampah di
depan rumah
2. Preventif

o Mengedukasi tetangga untuk mendukung pasien dan orang lain


yang sakit serupa untuk menjaga kebersihan dan segera
memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.

26
3. Kuratif
 Perlunya motivasi yang diberikan oleh tetangga dan teman
bermain agar pasien dapat istirahat cukup dan menggunakan
obat secara teratur.
4. Rehabilitatif
 Karena belum ditemukan adanya kelainan kesehatan pada
pasien, maka belum diperlukan tindakan rehabilitatif.

3.12. Tindak Lanjut

Tabel 11. Intervensi dan follow-up

Risiko dan Masalah


Intervensi Follow-up
Kesehatan
Benda Asing Edukasi untuk Pasien memahami
Telinga pembersihan telinga penyakitnya dan
menggurangi
frekuensi
pembersihan telinga
dengan kapas
pembersih

Kesimpulan tindak lanjut:


- Tingkat pemahaman : baik
- Faktor pendukung :
Pasien menerima informasi yang diberikan. Pasien bersifat
kooperatif dan memiliki kemauan untuk hidup sehat.

- Faktor penghambat :
Tidak bertemu dengan anggota keluarga lain.
- Indikator keberhasilan :

27
Pasien mengetahui dan dapat mengulang edukasi yang
diberikan dan akan mengupayakan perubahan kebiasaan ke
arah yang lebih sehat

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Penatalaksaan pasien seorang perempuan dewasa usia 40 tahun dengan
benda asing telinga kiri menggunakan pendekatan kedokteran keluarga
adalah sebagai berikut:
 Non medikamentosa :
o Edukasi pasien mengenai benda asing pada telinga dan
komplikasi yang mungkin terjadi .
o Edukasi pasien dan keluarga untuk mengurangi penggunaan
kapas pembersih telinga untuk membersihkan telinga.
o Menyarankan untuk melakukan perubahan pola hidup dengan
meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan.
o Menganjurkan untuk kontrol kembali apabila gejala tidak
membaik.
 Pembinaan terhadap pasien dan keluarga
 Mengedukasi keluarga menggenai pembersihan telinga dan
edukasi menggenai penggunaan pembersih telinga kapas.
 Mengedukasi keluarga cuci tangan menggunakan sabun setelah
beraktivitas dan sebelum makan.
 Mengedukasi keluarga agar membersihkan rumah secara teratur
4.2. Saran
Untuk menurunkan angka kejadian benda asing di telinga diperlukan
pendekatan keluarga dalam menatalaksana pasien secara komprehensif.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas


Pelayanan Kesehatan Primer. Kementerian Kesehatan RI. 2014;4.
2. Fornaziere MA, Cutolo D, Moreira JH, Navarro PL, Takemoto LE, Hesiki
RE, et. al. Foreign-body ini External Auditory Meatus : Evalation of 462
Cases. Int. Arch. Otorhinolaryngol. 2010:14(1):45-49

3. Iskandar, N., Soepardi, E., & Bashiruddin, J., et al (ed). 2007. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher. Edisi ke-
6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

4. Lucente, F.E. & Har-El, G. 2011. Ilmu THT Esensial ed. 5. Jakarta: EGC.

5. Olajide, T., Ologe, F.E., Arigbede, O., Management of Foreign Bodies in


the Ear: A Retrospective Review of 123 Cases in Nigeria. Sage Journals.
2020;15(6):57-59
6. Oyewole, EA . Safe methods of removing foreign bodies from the ear.
Niger Med Pract. 2003; 43(6):132–134. 
7. Lotterman S, Sohal M. Ear Foreign Body Removal. [Updated 2020 Mar
25]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing;
2020 Jan.

29

Anda mungkin juga menyukai