Anda di halaman 1dari 18

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ektraksi adalah proses pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan.


Ekstraksi menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solute) diantara dua fasa cair
yang tidak saling bercampur. Teknik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan
secara cepat dan bersih, baik untuk zat organik ataupun anorganik, untuk analiss
makro maupun mikro. Alat yang digunakan berupa corong pisah (paling
sederhana), alat ekstraksi sokhlet, sampai yang paling rumit berupa alat counter
current craig.

Ekstraksi terbagi atas dua yaitu ekstraksi padat-cair (Leaching) dan


ekstraksi cair-cair (Ekstraksi pelarut). Ekstraksi padat-cair yaitu ketika bahan
ekstraksi dicampur dengan pelarut, maka pelarut menembus kapiler-kapiler dalam
bahan padat dan melarutkan ekstrak. Sedangkan ekstraksi cair-cair (ekstraksi
pelarut) adalah proses pemindahan suatu komponen campuran cairan dari suatu
larutan ke cairan yang lain (yaitu pelarutnya).

Sokletasi adalah suatu metode atau proses pemisahan suatu komponen


yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang-ulang dengan
menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan
terisolasi. Adapun prinsip sokletasi ini adalah penyaringan yang berulang-ulang
sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit.
Bila penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya
adalah zat yang tersari. Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah
menguap dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan
tersebut.

Minyak atau lemak merupkan komponen bahan makanan yang penting.


Istilah minyak atau lemak sebenarnya tergantung apakah pada suhu kamar bahan
tersebut dalam keadaan cair atau padat. Bila pada suhu kamar dalam keadaan cair,
maka disebut minyak, sebaliknya bila dalam keadaan padat disebut lemak. Lipid
atau lipida lebih merupakan istilah ilmiah, yang mencakup baik minyak maupun
lemak. Dalam pustaka asing, lipida yang kita makan umumnya disebut ditery fat,
yang dapat kita terjemahkan lemak pangan. Lemak secara kimiawi tersusun oleh
sekelompok senyawa yang berbeda. Dalam bahan makanan lemak dapat terdiri
dari dua bentuk, yaitu yang tampak (visible) dan yang tidak tampak (invisible).
Lemak yang tampak misalnya mentega, margarin, minyak goreng dan sebagainya.
Lemak yang tidak tampak misalnya yang terdapat dalam berbagai bahan makanan
seperti daging, kacang tanah, susu, telur, dan sebagainya.

Mengekstaksi lemak secara murni sulit dilakukan sebab sewaktu


mengekstraksi lemak, akan terekstraksi pula zat-zat yang larut dalam lemak
seperti sterol,phospholemak, asam lemak bebas, pigmen karotenoid dan lain-lain.
Pelarut yang digunakan harus bebas air agar bahan-bahan yang larut dalam air
tidak terekstrak. Salah satu metode pengekstrakan yaitu dengan metode sokletasi
yaitu menggunakan pelarut tertentu secara berulang-ulang.

Oleh karena itu, dilakukan praktikum ini agar mengetahui kadar lemak pada
suatu sampel menggunakan metode sokletasi dan mengetahui hasil rendemen
sampel dangan perlakuan pemanasan dan enzimatis.

1.2 Tujuan
1. Menganalisis kadar lemak dalam suatu sampel
2. Membandingkan kadar lemak dari beberapa sampel dengan berat berbeda
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Yang Digunakan

2.1.1 Buah Kelapa

Buah Kelapa berbentuk bulat panjang dengan ukuran lebih kurang sebesar
kepala manusia. Buah terdiri dari sabut (ekskarp dan mesokarp), tempurung
(endokarp),daging buah (endosperm) dan air buah. Tebal sabut kelapa lebih
kurang 5 cm dan tebal daging buah 1 cm atau lebih. Bunga betina tanaman kelapa
akan dibuahai 18 – 25 hari setelah bunga berkembang dan buah akan menjadi
masak (ripe) setelah 12 bulan. (Pyke, 1977)

2.1.2 Petroleum Eter

Petroleum eter juga dikenal sebagai bensin adalah sekelompok berbagai


volatile, mudah terbakar , cairan hidrokarbon campuran yang digunakan terutama
sebagai  pelarut nonpolar. Petroleum eter bukan merupakan eter seperti dietil eter,
namun sejenis hidrokarbon ringan. Petroleum eter diperoleh dari minyak kilang
sebagai bagian dari distilat yang merupakan penengah antara ringan nafta dan
berat minyak tanah. Memiliki berat jenis antara 0,6 dan 0,8 tergantung pada
komposisinya. (Williamson, 1986)

2.1.3 Air

Air adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau, yang
terdiri dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimiawi H2O. Karena air
merupakan suatu larutan yang hampir-hampir bersifat universal, maka zat-zat
yang paling alamiah maupun buatan manusia hingga tingkat tertentu terlarut di
dalamnya. Dengandemikian, air di dalam mengandung zat-zat terlarut. Zat-zat ini
sering disebut pencemar yang terdapat dalam air. (Santika, 1987)
2.2 Metode Yang Digunakan

2.2.1 Metode Sokletasi

Sokletasi atau Ekstraksi Soxhlet adalah metode ekstraksi untuk bahan


yang tahan pemanasan dengan cara meletakkan bahan yang akan diekstraksi
dalam sebuah kantung ekstraksi (kertas saring) di dalam sebuah alat ekstraksi dari
gelas yang bekerja kontinu. Secara umun sokletasi adalah suatu metode / proses
pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam zat padat dengan
cara penyaringan berulang ulang dengan menggunakan pelarut tertentu, sehingga
semua komponen yang diinginkan akan terisolasi. (Swaile. 2000)

2.3 Jenis – Jenis Metode Ekstraksi

2.3.1 Marerasi

Maserasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan pelarut dengan


perendaman dan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan (kamar). Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya perbedaan
kosentrasi larutan zat aktif didalam sel dan diluar sel maka larutan terpekat
didesak keluar. Proses ini berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi
antara larutan didalam dan diluar sel. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa
air, etanol, metanol, etanol-air atau pelarut lainnya. Remaserasi berarti dilakukan
penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan
seterusnya. Remaserasi berarti dilakukan penambahan pelarut setelah dilakukan
penyaringan maserat pertama, dan seterusnya. (Williamson. 1986)

2.3.2 Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan


cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang
berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan
permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan gesekan (friksi). Cara
perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena aliran cairan
penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang
konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan
konsentrasi. (Dijten POM, 1990)

2.3.3 Refluks

Prinsip dari metode refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan
menguap pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga
pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan
turun lagi ke dalam wadah reaksi 12 sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi
berlangsung. Sedangkan aliran gas N2 diberikan agar tidak ada uap air atau gas
oksigen yang masuk terutama pada senyawa organologam untuk sintesis senyawa
anorganik karena sifatnya reaktif. (Adrian, 2000)

2.4 Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Kadar Lemak

1. Nilai pH
pH pelarut akan mempengaruhi selektivitas ekstraksi. Selektivitas
berhubungan dengan nilai kualitatif dan kuantitatif substansi aktif yang
terekstraksi maupun substansi asing lain. Dimana pH harus berada pada
rentan pH substansi aktif tersebut, jika tidak sesuai maka proses ekstraksi
akan sulit dan bisa jadi substansi lain dapat terekstraksi. (Thoha, 2008)
2. Jumlah proses ekstraksi
Jumlah proses ekstraksi juga meningkatkan efisiensi ekstraksi. Misalnya,
empat ekstraksi dengan 50 ml pelarut lebih efisien dibanding satu ekstraksi
dengan 200 ml pelarut. Biasanya, rendemenen dapat maksimal dengan 3-5
proses ekstraksi bahan secara berturut-turut (Teresa, 2003).
3. Waktu ekstraksi
Waktu merupakan parameter penting dalam ekstraksi. Umumnya, waktu
ekstraksi berkorelasi positif terhadap jumlah senyawa target, walaupun
terdapat resiko terjadinya degradasi senyawa target itu sendiri. Waktu
ekstraksi tergantung pada bahan yang diekstrak. (Setiasih, 2008)
4. Temperatur
Secara umum, kenaikan temperatur akan meningkatkan jumlah zat terlarut
ke dalam pelarut. Temperatur pada proses ekstraksi terbatas hingga suhu
titik didih pelarut yang digunakan dan perlu diperhatikan sifat
termostablitas senyawa yang akan di ekstraksi. Ekstraksi akan lebih cepat
dilakukan pada suhu tinggi. Suhu tinggi meningkatkan pengeluaran
(desorption) senyawa dari bagian aktif (active sites) karena perusakan sel
bahan meningkat. Suhu ekstraksi meningkatkan suhu pelarut secara
konvektif. (Tejasari, 2005)
5. Difusi dari sel utuh (intact cell)
Pelarut harus dapat berdifusi ke dalam sel utuh terlebih dahulu sebelum
dapat melarutkan substansi ekstraknya. Substansi yang diinginkan harus
dapat larut dalam pelarutnya untuk dapat menghasilkan suatu konsentrasi
tinggi di dalam sel sehingga keseimbangan konsentrasi dengan pelarut
sekitar dapat terjadi dengan cara difusi. (Setiasih, 2008)
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
1. Sokhlet
2. Gunting
3. Eksikator
4. Oven
5. Loyang
6. Pisau
7. Timbangan Analitik
8. Kertas Saring
9. Benang
10. Cawan Aluminium
11. Kertas/Tisu
12. Kain Lap
3.1.2 Bahan
1. Buah kelapa
2. Air
3. Petroleum Eter
3.2 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
3.2.1 Metode Sokletasi

Daging buah kelapa

Perajangan

Penimbangan 1gram,2gram dan 3 gram

Pembungkusan sampel dengan kertas saring dan tali

Penimbangan

Sokletasi (3jam)

Pendinginan suhu ruang


(5menit)

Pengeringan dengan oven (1jam, 1050C)

Pemasukan ke eksikator (15 menit)

Penimbangan hingga konstan (3x ulangan)

Perhitungan kadar lemak


Kadar lemak

3.2.2 Fungsi Perlakuan

Pada praktikum ini diperlukan daging buah kelapa yang telah dipisahkan
dengan tempurung dan dibersihkan. Daging buah kelapa kemudian dipotong kecil
dan berbeda hingga beratnya mencapai 1 gram,2gram dan 3gram. Selanjutnya
potong kertas saring dan tali menjadi 3 bagian kemudian timbang kertas saring
dan tali di timbangan analitik setelah itu dilakukan pembungkusan daging buah
kelapa dengan kertas saring dan diikat dengan tali. Timbang kembali daging buah
kelapa yang telah dibungkus dan diikat dengan timbangan analitik setelah itu
sampel dimasukkan ke tabung soklet untuk diekstraksi selama 3 jam. Setelah
dilakukan sokletasi kemudian sampel dikeluarkan dan didinginkan dengan suhu
ruang selama 5 menit. Hal tersebut bertujuan untuk menurunkan suhu sampel.
Selanjutnya dilakukan pengeringan dengan oven selama 1 jam dengan suhu 1050C
yang bertujuan untuk mengeringkan sampel dari pelarut. Selanjutnya sampel
dimasukkan ke dalam eksikator yang bertujuan menyerap air yang ada pada
sampel dan mempertahankan kelembaban. Perlakuan ini dilakukan selama 15
menit.setelah itu dilakukan penimbangan sampel dengan timbangan analitik
dengan pengulangan 3 kali hingga konstan. Sehingga dapat ditentukkan kadar
lemak sampel.
BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

4.1 Hasil Pengamatan

Pada praktikum ini tidak ada pengamatan

4.2 Hasil Perhitungan

4.2.1 Perhitungan kadar lemak metode sokletasi

Perhitungan Berat sampel


1 gram 2 gram 3 gram
Kadar lemak 60% 66% 70%
BAB 5. PEMBAHASAN

5.1 Sokletasi

Berdasarkan hasil praktikum didapatkan kadar lemak dengan hasil yang


berbeda-beda. Pada perhitungan kadar lemak didapatkan sebesar 60%,66% dan
70%. Hasil tersebut diperoleh dari sampel daging kelapa sebanyak 1gram
ditambah dengan kertas saring dan tali sehingga berat keseluruhan sampel
menjadi 1.5 gram. Pada sampel sebanyak 2 gram ditambah dengan kertas saring
dan tali sehingga berat keseluruhan sampel menjadi 2.6 gram. Dan Pada sampel
sebanyak 3 gram ditambah dengan kertas saring dan tali sehingga berat
keseluruhan sampel menjadi 3.5 gram. Setelah dilakukan sekletasi selama 3 jam
maka diperoleh hasil akhir sampel masing-masing berat sampel yang berbeda
yaitu 1.1 gram dari sampel 1 gram,1.9 gram dari sampel 2 gram dan 2.6 gram dari
sampel 3 gram.

Untuk menghitung rumus kadar lemak yaitu :

Berat lemak −berat kertas saring∧tali


x 100 % maka, didapatkan kadar lemak
berat sampel
sebesar 60% dari sampel 1gram,66% dari sampel 2gram dan 70% dari sampel 3
gram. Menurut Rindengan (1995) kadar lemak pada daging buah kelapa sekitar
63,70% -72,30% dari data tersebut maka kadar lemak dari praktikum kami telah
sesuai dengan literatur yang ada. Perbedaan kadar lemak diantara berat sampel
yang berbeda yaitu di pengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya disebabkan
oleh sampel berkontak lebih lama dengan pelarut dari pada sampel lainnya
sehingga beberapa sampel akan terekstraksi lebih banyak dari pada sampel yang
lainnya.(sudarmadji, 1996). Jenis kelapa dan umur kelapa juga mempengaruhi
kadar lemak dalam kelapa. Kelapa berumur tua lebih banyak kadar lemak dari
pada berumur muda (Ketaren, 1986). Pengaruh suhu mempengarihu ekstraksi
kadar lemak suhu tinggi meningkatkan pengeluaran (desorption) senyawa dari
bagian aktif (active sites) karena perusakan sel bahan meningkat. Suhu ekstraksi
meningkatkan suhu pelarut secara konvektif. (Tejasari, 2005)

BAB 6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka didapatkan kesimpulan


sebagai beikut:

1. Pada praktikum praktikan menjadi mengerti tentang pengukuran kadar


lemak buah kelapa dengan metode sokletasi. Sehingga didapatkan kadar
lemak buah kelapa yaitu 60%,66% dan 70%
2. Pada praktikum praktikan menjadi mengetahui tentang perhitungan
rendemen dari hasil ekstraksi sokletasi. Dengan perhitungan dan konsep
rendemen yang benar menggunakan perhitungan dari berat lemak
dikurangi berat kertas saring dan tali di bagi berat sampel dikalikan
dengan 100%. Dan dapat mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi
ekstaksi sokletasi

6.2 Saran

Saran yang diberikan untuk praktikum. Adalah kedisiplinan waktu dan


ketelitian praktikan dalam menjalankan kegiatan praktikum agar praktikum dapat
berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Adrian, P. 2000. Analisa Ekstraktif Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan


Obat. Pusat Penelitian Universitas Negeri Andalas. Padang.

Dijten POM, 1990. Cara Pembuatan Simplisia. Departemen Kesehatan Republik


Indonesia. Jakarta.

Fesenden. 1998. Kimia Organik. Erlangga. Jakarta.

Gayo, I. 1991. Prosedur Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Aneka ilmu.
Semarang

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Universitas


Indonesia. Jakarta

Pyke, M. success in nutrion. John nutrion Ltd., 50 Albemarle S London

Rindengan, B. 1995. Karakterisasi Daging Buah Kelapa Hirbida Untuk Bahan


Baku Industri Makanan. Laporan Hasil Penelitian. Kerjasama Proyek Pembinaan
Kelembagaan Penelitian Pertanian Nasional, Badan Litbang. Jakarta

Santika, S. 1987. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya

Setiasih, I. 2008. Teknologi Pengolahan Lemak dan Minyak. Widya Padjadjaran.


Bandung

Sudarmadji. S .1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty


Yogyakarta. Yogyakarta.

Swaile. 2000. Student Handout Soxhlet Extraction of Fat from French Fries.
University of Cincinnati, Cincinnati, OH.
Tejasari. 2005. Nilai Gizi Pangan. Graha Ilmu. Yogyakarta

Teresa, 2003. Prosedur Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty.
Yogyakarta

Thoha, M. 2008. Pengaruh Suhu, Waktu dan Konsentrasi Pelarut pada Ekstraksi


Minyak Kacang Kedelai sebagai Penyedia Vitamin E. Fakultas Teknik.
Universitas Sriwijaya. Palembang

Williamson. 1986. Metode Pemisahan. UGM Press. Yogyakarta


LAMPIRAN GAMBAR

Daging buah Proses pemisahan kulit


Pengecilan ukuran
kelapa dan daging

Proses pencucian Penimbangan Penimbangan


bahan sampel 1 sampel 2

Penimbangan sampel Penimbangan kertas Penimbangan tali


3 saring
Pembungkusan Penimbangan Penimbangan
sampel dengan sampel 1 setelah sampel 2 setelah
kertas saring + dibungkus dibungkus
tali

Penimbangan Pemasukan sampel Proses penyokletasian


sampel 3 setelah kedalam alat sampel selama 3 jam
dibungkus soklet
Proses pendinginan Pemasukan
Proses pengeringan
sampel pada suhu sampel kedalam
menggunakan oven
ruang selama 5 eksikator selama
selama 1 jam
menit 15 menit

Penimbangan Penimbangan Penimbangan


sampel 1 hingga sampel 2 hingga sampel 3 hingga
konstan konstan konstan
LAMPIRAN PERHITUNGAN

 Sampel 1 (1 gram) = (Berat lemak – Berat kertas saring + tali)


X 100%
Berat sampel
Sampel 1 (1 gram) = (1,1 gram – 0,5 gram)
1 X 100%

Sampel 1 (1 gram) = 60%

 Sampel 2 (2 gram) = (Berat lemak – Berat kertas saring + tali)


X 100%
Berat sampel
Sampel 1 (1 gram) = (1,9 gram – 0,6 gram)
2 X 100%

Sampel 1 (1 gram) = 65%

 Sampel 3 (3 gram) = (Berat lemak – Berat kertas saring + tali)


X 100%
Berat sampel
Sampel 1 (1 gram) = (2,6 gram – 0,5 gram)
3 X 100%

Sampel 1 (1 gram) = 70%

Anda mungkin juga menyukai