Anda di halaman 1dari 6

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.

2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) D-123

Pendekatan Regresi Nonparametrik Spline


Untuk Pemodelan Laju Pertumbuhan Ekonomi
(LPE) di Jawa Timur
Elfrida Kurnia Litawati dan I Nyoman Budiantara
Jurusan Statistika, FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
e-mail: elfridania_103@yahoo.com, i_nyoman_b@statistika.its.ac.id

Abstrak—Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah tahun dibandingkan tahun sebelumnya serta memberikan
perekonomian dan menjadi salah satu fenomena penting yang gambaran mengenai kinerja tiap kabupaten/kota dalam
dialami beberapa negara di dunia belakangan ini. Dalam memanfaatkan potensi yang ada [2]. Tinggi rendahnya laju
pembangunan, pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan
pertumbuhan ekonomi dapat dijadikan patokan untuk
sasaran yang diharapkan dapat tercapai, terutama bagi negara
berkembang. Jawa Timur merupakan salah satu provinsi di melihat maju tidaknya perekonomian suatu negara dan juga
Indonesia, yang mana pada tahun 2010, nilai LPE mencapai digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan
6,68%, masih lebih besar jika dibandingkan dengan LPE masyarakat.
nasional di tahun yang sama yaitu sebesar 6,10%. Banyak Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus mengalami
faktor yang mempengaruhi Laju Pertumbuhan Ekonomi peningkatan tiap tahunnya, namun pada krisis moneter 1998
(LPE) di Provinsi Jawa Timur, sehingga perlu dilakukan
mengalami penurunan yang cukup tajam dan pada awal
pemodelan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
secara signifikan mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi. tahun 2000, perekonomian Indonesia mulai stabil dan
Penelitian ini menggunakan 4 faktor yang diduga menunjukkan peningkatan. Jawa Timur merupakan salah
mempengaruhi Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) yaitu satu provinsi di Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi
TPAK (x1), APBD (x2), IBS (x3), dan DAU (x4). Data tersebut yang cukup baik. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur
merupakan data tahun 2011 yang diperoleh dari Badan Pusat berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 selama 3
Statistik Jawa Timur. Metode yang digunakan untuk
tahun terakhir adalah 5,94 persen (2008), 5,01 persen
memodelkan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) ialah regresi
nonparametrik spline linier dengan titik knot optimal yaitu (2009), dan 6,68 persen (2010). Pertumbuhan ekonomi
pada kombinasi knot yang mana memiliki nilai GCV Indonesia tahun 2010 yang mencapai angka 6,1 persen, hal
(Generalized Cross Validation) terkecil. Adapun variabel yang ini menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Jawa Timur
memberikan pengaruh signifikan adalah semua variabel masih lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi
dengan koefisien determinasi sebesar 85,66% yang nasional. Untuk itu penelitian ini berfokus pada laju
menunjukkan bahwa model yang terbentuk layak digunakan
pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Sehubungan dengan
untuk memodelkan pola data.
Kata Kunci—Regresi Nonparametrik Spline, Laju
hal tersebut maka penelitian ini ditujukan untuk mengetahui
Pertumbuhan Ekonomi (LPE), Knot, dan GCV. faktor-faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan
ekonomi di Jawa Timur. Sehingga diharapkan dengan
mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi
I. PENDAHULUAN pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur, pemerintah dapat

P ertumbuhan ekonomi merupakan masalah


perekonomian dan menjadi salah satu fenomena penting
yang dialami beberapa negara di dunia belakangan ini.
menggunakan atau lebih memperhatikan faktor-faktor
tersebut dalam upaya pembangunan ekonomi Jawa Timur
yang terus meningkat dan juga sebagai referensi Indonesia
Proses pertumbuhan ekonomi disebut sebagai untuk meningkatkan perekonomian nasional.
Modern Economic Growth yang mana merupakan Penelitian mengenai laju pertumbuhan ekonomi telah
suatu proses pertumbuhan output perkapita dalam jangka dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Variabel
panjang. Hal ini mengandung pengertian bahwa dalam rasio kapital tenaga kerja, tingkat pendidikan, stok kapital,
jangka panjang, kesejahteraan tercermin pada peningkatan dan pertumbuhan penduduk berpengaruh terhadap tingkat
output perkapita yang sekaligus memberikan banyak pertumbuhan ekonomi Indonesia menggunakan metode
alternatif dalam mengkonsumsi barang dan jasa, serta diikuti Ordinary Least Square (OLS) oleh Pancawati [3]. Edi [4]
oleh daya beli masyarakat yang semakin meningkat. Dalam meneliti dengan metode regresi panel spasial, studi kasus
pembangunan, pertumbuhan ekonomi yang tinggi laju pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur 2007-2009
merupakan sasaran yang diharapkan dapat tercapai, terutama menggunakan empat variabel prediktor diantaranya Tingkat
bagi negara berkembang.. Pertumbuhan ekonomi dapat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Rata-Rata Lama
dilihat dari semakin meningkatnya laju produk perkapita, Sekolah (SKLH), persentase Dana Alokasi Umum (DAU)
peningkatan arus barang dan modal, serta perubahan terhadap total penerimaan, serta jumlah Industri Besar dan
struktur dari sektor perekonomian ke sektor industri dan jasa Sedang (IBS).
[1]. Laju pertumbuhan ekonomi merupakan tingkat Untuk penelitian dengan menggunakan regresi spline,
perkembangan agregat pendapatan untuk masing-masing pernah dilakukan oleh Mubarak [5] menggunakan regresi
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) D-124

spline multivariabel untuk pemodelan kematian penderita  merupakan parameter-parameter model dengan m
DBD di Jawa Timur. Akan tetapi untuk penelitian laju merupakan orde spline [10]. Estimasi parameter model
pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur dengan menggunakan regresi spline dapat dinyatakan sebagai berikut.
metode analisis regresi spline masih belum pernah
dilakukan. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan y i  G ( xi )   i (3)
diselidiki mengenai faktor-faktor yang diduga
mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur C. Pemilihan Titik Knot Optimum
dengan menggunakan model spline. Metode spline sangat Estimator spline terbaik diperoleh dengan menggunakan
baik dalam memodelkan data yang memiliki pola yang titik knot optimal. Titik knot merupakan titik perpaduan
berubah-ubah pada sub-sub interval tertentu. Spline bersama dimana terdapat perubahan pola perilaku fungsi
merupakan model yang mempunyai interpretasi statistik dan atau kurva. Titik knot optimal dapat diperoleh dengan
interpretasi visual serta mempunyai kemampuan yang menggunakan metode Generalized Cross Validation (GCV)
sangat baik untuk digeneralisasikan pada pemodelan [9].
statistika yang kompleks dan rumit [6]. Wahba [7]
GCV ( K , K ,, K M ) 
MSE K , K ,, K M
1 2
 (4)
   
memberikan metode untuk memilih parameter penghalus 1 2 2
optimal dalam estimator spline yaitu dengan Generalized 1
n tr I  H K , K ,, K M
1 2
Cross Validation (GCV).
Terdapat dua permasalahan dalam penelitian ini yaitu
bagaimana karakteristik laju pertumbuhan ekonomi serta D. Pengujian Parameter
faktor-faktor yang diduga mempengaruhi dan bagaimanakah Pengujian parameter dilakukan untuk menentukan
pemodelan laju pertumbuhan ekonomi menggunakan regresi variabel prediktor mana saja yang memiliki hubungan nyata
nonparametrik spline. Batasan masalah dalam penelitian ini dengan variabel respon. Terdapat dua tahap pengujian yaitu
adalah menggunakan Generalized Cross Validation (GCV) sebagai berikut.
dalam pemilihan titik knot optimal pada spline linear 1 knot, 1. Uji Serentak
2 knot, 3 knot, dan 4 knot, serta kombinasi knot.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
parameter model regresi telah signifikan secara serentak.
II. TINJAUAN PUSTAKA Statistik uji yang digunakan adalah statistik uji F.
2. Uji Individu
A. Regresi Nonparametrik
Regresi nonparametrik adalah salah satu metode yang Setelah dilakukan uji serentak diperoleh kesimpulan
digunakan untuk mengetahui pola hubungan antara variabel bahwa minimal terdapat satu parameter signifikan, maka
respon dan prediktor dimana fungsi dari kurva regresi tidak perlu diketahui secara individu parameter mana yang
diketahui. Model regresi nonparamterik [8] secara umum signifikan dan mana yang tidak signifikan. Statistik uji yang
seperti pada Persamaan (1) berikut ini. digunakan adalah statistik uji t.
yi  f (t i )   i , i  1, 2, , n (1)
E. Uji Asumsi Residual
Pendekatan nonparametrik digunakan untuk Data yang akan dianalisis dengan menggunakan regresi
mengestimasi kurva regresi karena model tidak ditentukan nonparametric spline, harus memenuhi asumsi residual
terlebih dahulu seperti pada regresi parametrik. Dalam identik, independen, dan berdistribusi normal.
pandangan regresi nonparametrik data diharapkan mencari
sendiri kurva regresi tanpa dipengaruhi oleh faktor 1. Uji Identik
subyektifitas peneliti. Pengujian asumsi identik pada residual merupakan uji
B. Spline Dalam Regresi Nonparametrik homogenitas varians residual. Jika asumsi terlanggar atau
Salah satu model regresi nonparametrik yang digunakan pada kondisi heteroskedastisitas, maka varians residual tidak
adalah spline. Spline merupakan polinomial tersegmen yang konstan sehingga menyebabkan estimasi koefisien kurang
memiliki sifat fleksibilitas. Spline sangat tergantung pada akurat [11].
titik knots. Titik knots merupakan titik perpaduan bersama 2. Uji Independen
dimana terjadi pola perubahan perilaku dari suatu fungsi Pengujian independensi residual bertujuan untuk
pada selang yang berbeda [9]. Secara umum fungsi G dalam mengetahui apakah terdapat korelasi antar residual. Korelasi
ruang spline berorde m dengan titik knots k1, k2,…, kJ antar residual yaitu korelasi antara residual pada
adalah sembarang fungsi yang dapat dinyatakan seperti pengamatan ke-i dengan pengamatan ke-(i-1) yang biasa
Persamaan (2). disebut dengan autokorelasi.
m j J m 3. Uji Distribusi Normal
G( xi )    j xi    k m ( xi  K k ) 
j 0 k 1 (2)
Pengujuan asumsi distribusi normal dilakukan untuk
dengan,
mengetahui apakah residual berdistribusi normal. Pengujian

xi  K k m   xi  K k 


m
, xi  K k
ini dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov.
 0, xi  K k
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) D-125

III. METODOLOGI PENELITIAN


x1 x2

A. Sumber Data 9

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data 8

sekunder yang didapat dari publikasi BPS tahun 2011 serta 7


data hasil SUSENAS 2011, dengan unit penelitian yang
6
diamati adalah kabupaten/kota di Jawa Timur, yang terdiri 66,0 67,2 68,4 69,6 70,8 0 1200 2400 3600 4800

y
x3 x4
dari 38 wilayah administratif dengan 29 kabupaten dan 9 9
kota. y merupakan variabel respon dan x1, x2, x3, dan x4
8
merupakan variabel prediktor.
7
B. Variabel Penelitian
6
Variabel penelitian yang digunakan antara lain Laju 0 200 400 600 800200 400 600 800 1000

Pertumbuhan Ekonomi (LPE) ( ), Tingkat Partisipasi


Angkatan Kerja (TPAK) ( ), Anggaran Pendapatan dan Gambar 1. Scatterplot antara Laju Pertumbuhan Ekonomi ( y ) dengan
Belanja Daerah (APBD) ( ), Jumlah Industri Besar dan Variabel Prediktor x1 , x 2 , x3 , dan x4
Sedang (IBS) ( ), serta Dana Aliran Umum (DAU) ( ).
Tabel 1.
C. Langkah Analisis Karakteristik Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Jawa Timur dan
Langkah-langkah analisis data yang dilakukan dalam Faktor-fakor yang Diduga Mempengaruhi
penelitian ini ialah sebagai berikut. Variabel Rata-rata Varians Minimum Maksimum
1. Membuat statistika deskriptif dari masing-masing y 6,856 0,416 6,14 9,2
variabel untuk mengetahui karakteristik masing-masing
kabupaten/kota di Jawa Timur.
x1 69,359 1,179 66,03 70,91
2. Membuat scatter plot antara laju pertumbuhan ekonomi x2 1138 583565 426 5195
(y) dengan masing-masing variabel prediktor.
x3 151,3 39221,7 9 794
3. Memodelkan laju pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur
dengan menggunakan spline linier dengan beberapa titik x4 583,9 35080,2 250,2 1059,2
knot.
4. Memilih titik knots optimal berdasarkan GCV Tabel 2.
minimum. GCV Untuk 1 Titik Knot, 2 Titik knot, 3 Titik knot, 4 titik knot dan
5. Memodelkan laju pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur Kombinasi Knot
dengan variabel-variabel prediktornya menggunakan
No. Knot GCV
spline dengan knots optimal.
6. Melakukan pengujian signifikansi parameter dan 1 1 Titik Knot 0,482338
pengujian asumsi residual model spline terbaik. 2 2 Titik Knot 0,374352
7. Menghitung R2. 3 3 Titik Knot 0,277084
8. Membuat interpretasi dan kesimpulan. 4 4 Titik Knot 0,2229
5 Kombinasi Knot(1,4,3,4) 0,174193
Cetak tebal– Nilai knot yang menghasilkan GCV terendah.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Faktor yˆ  ˆ 0  ˆ1 x1  ˆ 2 x1  k1   ˆ3 x 2  ˆ 4 x 2  k 2   ˆ5 x3 
yang Diduga Mempengaruhi
ˆ 6 x3  k 3   ˆ 7 x 4  ˆ8 x 4  k 4    (5)
Karakteristik Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) beserta
faktor-faktor yang diduga mempengaruhi di Provinsi Jawa Begitu pula untuk spline dengan menggunakn 2 titik knot, 3
Timur ditunjukkan pada Tabel 1. titik knot, dan 4 titik knot.

B. Scatterplot Antara Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) D. Pemilihan Titik Knot Optimal
dengan Faktor yang diduga Mempengaruhi Pemilihan titik knot optimal dilakukan dengan mencari
Pola hubungan yang terbentuk antara Laju Pertumbuhan nilai GCV terendah yang dihasilkan. GCV yang dihasilkan
Ekonomi ( y) yang merupakan variabel respon dengan x1, dengan menggunakan 1 titik knot, 2 titik knot, 3 titik knot,
x2, x3, dan x4 divisualisasikan pada Gambar 1. dan kombinasi knot ditunjukkan pada Tabel 2.
Gambar 1. menunjukkan pola hubungan yang terbentuk Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai GCV minimum
antara Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) dengan keempat dihasilkan pada saat menggunakan kombinasi knot yakni
variabel tersebut tidak membentuk pola tertentu. Hal ini sebesar 0,174193.
mengindikasikan bahwa terdapat komponen nonparametrik E. Pemodelan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) dengan
dimana fungsi dari kurva regresi tidak diketahui. Titik Knot Optimal
Nilai GCV minimum dari nilai-nilai GCV dengan
C. Model Regresi Nonparametrik Spline menggunakan 1 titik knot, 2 titik knot, 3 titik knot, 4 titik
Model regresi nonparametrik spline untuk 1 titik knot knot, dan kombinasi knot dihasilkan pada penggunaan knot
ditunjukkan pada Persamaan (5). kombinasi yakni sebesar 0,174193. Pemodelan laju
pertumbuhan ekonomi menggunakan titik knot optimal
ditunjukkan pada Persamaan (10) berikut.
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) D-126

yˆ  0,00143  0,05849 x1  0,18078x1  67,82265  Tabel 3.


 0,00073 x 2  0,00964x 2  1084,109   ANOVA
Sumber
 0,13065x 2  1577,428  0,36487x 2  1741,867   Variasi
df SS MS F P-value

 0,35601x 2  2892,945  0,00675 x 3  Regresi 16 13,25406 0,82838


7,8406 1,30711
0,02802x 3  105,1224   0,02446x 3  169,2041  Error 21 2,218684 0,10565
6 e-05
 0,05269x 3  185,2245  0,01237 x 4  Total 37 15,47274 -
Tabel 4.
 0,00418x 4  361,8215  0,09664x 4  445,5108  Uji Individu
0,08947x 4  473,4072  0,01222x 4  668,6823 Variabel Parameter Estimator t hit P-value

F. Uji Parameter Konstan 0 0,05849 2,20719 0,03856*


Terdapat dua uji estimasi parameter yang dilakukan yakni 1 0,18078 2,03091 0,05511
uji parameter secara serentak dan uji secara individu. Hasil x1
2 -0,00073 -0,80075 0,43225
uji estimasi parameter secara serentak disajikan dalam 6,19507e-
bentuk tabel yang dapat dilihat pada Tabel 3. 3 0,00964 5,97924
06*
Nilai statistik uji F sebesar 7,84066 dengan p-value 4 -0,13065 -6,32413
2,85496e-
sebesar 1,30711e-05. Bila p-value dibandingkan dengan 06*
x2 4,61929e-
tingkat signifikansi yang digunakan yakni 0,05 maka dapat 5 0,36487 6,10917
06*
diambil keputusan tolak . Sehingga dapat disimpulkan 5,06379e-
6 -0,35601 -6,06840
bahwa minimal terdapat satu variabel yang memberikan 06*
pengaruh signifikan terhadap model. Terjadinya tolak 7 -0,00675 -2,35173 0,02852*
mengindikasikan perlu dilakukan uji individu untuk 8 0,02802 3,16906 0,00462*
mengetahui variabel mana saja yang memberikan pengaruh 9 0,02446 0,89494 0,38096
signifikan terhadap model. Hasil uji individu disajikan x3 0,02794*
dalam Tabel 4.
 10 -0,05269 -2,36149

Tabel 4 menunjukkan terdapat 10 parameter yang 11 0,01237 1,88221 0,07374


menghasilkan p-value kurang dari tingkat signifikansi yang  12 -0,00418 -0,18843 0,85235
digunakan 0,05 yakni parameter dari variabel Tingkat  13 -0,09664 -1,85106 0,07828
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Anggaran Pendapatan 0,02274*
x4  14 0,08947 2,45806
dan Belanja Daerah (APBD), jumlah Industri Besar dan
Sedang (IBS), dan Dana Aliran Umum (DAU). Jadi dapat  15 -0,01222 -4,68534 0,00013*
disimpulkan bahwa semua variabel tersebut memberikan  16 0,05849 2,20719 0,03856*
pengaruh yang signifikan terhadap model.
*variabel memberikan pengaruh yang signifikan
G. Uji Asumsi Residual
Uji asumsi residual (goodness of fit) dilakukan untuk Tabel 5.
ANOVA Uji Glejser
mengetahui apakah residual yang dihasilkan dari model
Sumber Variasi df SS MS F P-value
regresi tersebut telah memenuhi asumsi yakni identik,
independen, dan berdistribusi normal. Hasil uji identik dapat Regresi 16 0,6576 0,0411
dilihat pada Tabel 5. Error 21 0,4463 0,0213 1,9340 0,0784
Nilai statistik uji F sebesar 1,9340. P-value yang Total 37 1,1039 -
dihasilkan pada uji Glejser menunjukkan angka 0,0784. Hal
ini mengindikasikan terjadinya gagal tolak yakni tidak
terdapat heteroskesdastisitas atau dengan kata lain asumsi
identik pada residual telah terpenuhi.
Hasil uji independen residual divisualisasikan pada Gambar 1,0

0,8

3. Gambar 3 (kiri) menunjukkan bahwa tidak terdapat pola 0,6

0,4
Autocorrelation

tertentu yang terbentuk pada sebaran plot. Gambar 3 (kanan) 0,2

0,0

juga menunjukkan bahwa lag ke 1 hingga lag ke 38 berada -0,2

-0,4

dalam batas toleransi yang mengindikasikan bahwa residual


-0,6

-0,8

-1,0

memenuhi asumsi independen. 1 5 10 15 20


Lag
25 30 35

Hasil uji distribusi normal residual ditunjukkan oleh QQ


plot pada Gambar 4. Gambar 3. Scatterplot dan Plot ACF
Gambar 4 menunjukkan bahwa sebaran plot pada QQ plot sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa residual
menyebar di sekitar garis lurus yang mengindikasikan berdistribusi normal.
bahwa residual mengikuti distribusi normal. Hasil yang
sama juga dijelaskan dengan statistik uji pada uji H. Interpretasi Model
Kolmogorov Smirnov sebesar 0,134 dan p-value sebesar Nilai koefisien determinasi mencapai angka 85,66%. Hal
0,083. P-value yang dihasilkan lebih besar dibandingkan ini menunjukkan bahwa model yang terbentuk layak
dengan tingkat signifikansi yang digunakan yakni 0.05, digunakan untuk memodelkan pola data. Interpretasi dari
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) D-127

model pada Persamaan (8) dilakukan terhadap variabel yang sebesar satu milyar rupiah, Laju Pertumbuhan Ekonomi
signifikan. Adapun interpretasi dari model regresi diatas (LPE) Jawa Timur cenderung turun 0,11288 persen.
adalah sebagai berikut.
1. Apabila variabel x 2 , x 3 , dan x 4 konstan maka 99
Mean 0,0001291
StDev 0,2449

pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ( x1 ) terhadap


N 38
95
KS 0,134
90 P-Value 0.083

persentase Laju Pertumbuhan Ekonomi ( y ) adalah: 80

yˆ  0,00143  0,05849 x1  0,18078x1  67,82265


70

Percent
60
50
40
30

 0,00143  0,05849 x1 ; x1  67,82265 20

 10

  12,26241  0,23927 x1 ; x1  67,82265 5

1
Interpretasi dari model diatas adalah pada saat Tingkat -0,8 -0,6 -0,4 -0,2 0,0
residual
0,2 0,4 0,6 0,8

Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) kurang dari 67,82265


persen maka bila persentase Tingkat Partisipasi Angkatan Gambar 4. QQ PLot
Kerja (TPAK) naik sebesar satu persen, Laju Pertumbuhan
Ekonomi (LPE) Jawa Timur cenderung naik sebesar 3. Apabila variabel x1 , x 2 , dan x 4 konstan maka
0,05849 persen. Kabupaten/kota yang termasuk dalam pengaruh jumlah Industri Besar dan Sedang ( x 3 ) terhadap
wilayahnya adalah Kabupaten Bangkalan, Kota Kediri, Kota
Blitar, dan Kota Malang. persentase Laju Pertumbuhan Ekonomi ( y ) adalah:
2. Apabila variabel x1 , x 3 , dan x 4 konstan maka yˆ  0,00143  0,00675 x 3  0,02802x 3  105,1224 
pengaruh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ( x 2 ) 0,02446x 3  169,2041  0,05269x 3  185,2245
terhadap persentase Laju Pertumbuhan Ekonomi ( y )
adalah:
 0,00143  0,00675 x3 ; x3  105,1224
yˆ  0,00143  0,00073x 2  0,00964x 2  1084,109    2,94696  0,02127 x ; 105,1224  x3  169,2041
 3
 0,13065x 2  1577,428  0,36487x 2  1741,867   
  7,08569  0,04573 x 3 ; 169,2041  x3  185,2245
 0,35601x 2  2892,945  2,67379  0,00696 x3 ; x3  185,2245

  0,00143  0,00077 x 2 ; x 2  1084,109


  10,45224  0,00891x Interpretasi dari model diatas adalah pada saat jumlah
 2 ; 1084,109  x 2  1577,428 Industri Besar dan Sedang (IBS) kurang dari 105,1224 ≈
  195,63873  0,12174 x 2 ; 1577,428  x 2  1741,867 105 industri maka bila jumlah Industri Besar dan Sedang
 439,91628  0,24313x ; 1741,867  x 2  2892,945 (IBS) bertambah satu buah industri, Laju Pertumbuhan
 2
Ekonomi (LPE) Jawa Timur cenderung turun sebesar
 590,00107  0,11288 x 2 ; x 2  2892,945 0,00675 persen, meliputi daerah kabupaten/kota Ponorogo,
Interpretasi dari model diatas adalah pada saat Anggaran Trenggalek, Kediri, Bondowoso, Probolinggo, Nganjuk,
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) terletak diantara Madiun, Magetan, Ngawi, Bojonegoro, Lamongan,
segmen 1084,109 dan 1577,428 milyar rupiah maka bila Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep, Kota Kediri,
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) naik Blitar, Probolinggo, Pasuruan, Mojokerto, Madiun, dan
sebesar satu milyar rupiah, Laju Pertumbuhan Ekonomi Batu. Pada saat jumlah Industri Besar dan Sedang (IBS)
(LPE) Jawa Timur cenderung naik 0,00891 persen, berkisar antara 105-169 industri maka bila jumlah Industri
kabupaten/kota yang masuk diwilayah ini diantaranya Besar dan Sedang (IBS) bertambah satu buah industri, laju
adalah Pacitan, Tulungagung, Bondowoso, Situbondo, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur cenderung naik sebesar
Mojokerto, Madiun, Magetan, Ngawi, Sampang, 0,02127 persen, yaitu Kabupaten Blitar, Lumajang, Jember,
Pamekasan, Kota Kediri, Kota Blitar, Kota Probolinggo, Situbondo, Jombang, dan Tuban. Sedangkan pada saat
Kota Pasuruan, Kota Mojokerto, Kota Madiun, dan Kota jumlah Industri Besar dan Sedang (IBS) lebih dari 185
Batu. Sedangkan jika Anggaran Pendapatan dan Belanja industri maka bila jumlah Industri Besar dan Sedang (IBS)
Daerah (APBD) terletak diantara 1577,428 dan 1741,867 bertambah satu buah industri, Laju Pertumbuhan Ekonomi
milyar rupiah maka bila Anggaran Pendapatan dan Belanja (LPE) Jawa Timur cenderung turun sebesar 0,00696
Daerah (APBD) naik sebesar satu milyar rupiah, Laju persen, yaitu meliputi kabupaten/kota Tulungagung,
Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Jawa Timur cenderung turun Malang, Banyuwangi, Pasuruan, Sidoarjo, Mojokerto,
0,12174 persen yaitu Kabupaten Trenggalek. Jika Anggaran Gresik, Kota Malang, dan Kota Surabaya.
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) terletak diantara
1741,867dan 2892,945 milyar rupiah maka bila Anggaran 4. Apabila variabel x1 , x 2 , dan x 3 konstan maka
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) naik sebesar satu
pengaruh dana aliran umum (DAU) ( x 4 ) terhadap
milyar rupiah, Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Jawa
Timur cenderung naik 0,24313 persen yaitu Kabupaten persentase laju pertumbuhan ekonomi ( y ) adalah sebagai
Malang dan Sidoarjo. Sedangkan apabila Anggaran berikut:
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) terletak lebih dari
atau sama dengan 2892,945 milyar rupiah maka bila
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) naik
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) D-128

y  0,00143  0,01237 x 4  0,00418x 4  361,8215  [5]Mubarak, Reza. (2012). Analisis Regresi Spline Multivariabel
Untuk Pemodelan Kematian Penderita Demam Berdarah
 0,09664x 4  445,5108  0,08947x 4  473,4072 
Dengue (DBD) di Jawa Timur. Tugas Akhir, Statistika-
 0,01222x 4  668,6823 FMIPA, ITS, Surabaya.
[6] Budiantara, I. N. (2009). Spline Dalam Regresi
 0,00143  0,01237 x 4 ; x 4  361,8215 Nonparametrik dan Semiparametrik: Sebuah Pemodelan
 1,51098  0,00819 x ; 361,8215  x 4  445,5108
Statistika Masa Kini dan Masa Datang. Surabaya: ITS Press.
 4
[7] Wahba, G. (1990). Spline Models For Observasion Data.
  44,56515  0,08845 x 4 ;445,5108  x 4  473,4072 SIAM: Pensylvania.
 2,20941  0,00102 x ; 473,4072  x 4  668,6823 [8] Eubank, R.L. (1988). Spline Smoothing and Nonparametric
 4

 10,38070  0,0112 x 4 ; x 4  668,6823 Regression. Mercel Dekker, New York.


Interpretasi dari model diatas adalah pada saat Dana Aliran [9] Hardle, W. (1990). Applied Nonparametric Regression. New
Umum (DAU) berkisar antara 473,4072-668,6823 milyar York: Cambridge University Press.
rupiah maka bila Dana Aliran Umum (DAU) naik sebesar [10] Budiantara, I. N. (2001). Estimasi Parametrik dan
satu milyar rupiah, Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Jawa Nonparametrik untuk Pendekatan Kurva Regresi, Seminar
Timur cenderung naik sebesar 0,00102 persen, wilayah Nasional Statistika V, Jurusan Statistika, FMIPA, ITS,
yang termasuk dalam cakupannya adalah Kabupaten Surabaya.
Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Lumajang, Bonmdowoso, [11] Gujarati, N. D. 1992. Essensials of Econometrics. Jilid I.
Situbondo, Probolinggo, Mojokerto, Jombang, Nganjuk, Terjemahan Julius A. Mulyadi dan Yelvi Andri. Jakarta:
Madiun, Magetan, Ngawi, Tuban, Gresik, Bangkalan, Erlangga.
Sampang, Pamekasan, Sumenep, dan Kota Malang. Apabila
Dana Aliran Umum (DAU) lebih dari atau sama dengan
668,6823 milyar rupiah maka bila Dana Aliran Umum
(DAU) naik sebesar satu milyar rupiah, Laju Pertumbuhan
Ekonomi (LPE) Jawa Timur cenderung turun sebesar
0,0112 persen, yaitu meliputi Tulungagung, Kediri, Malang,
Jember, Banyuwangi, Nganjuk, Lamongan, dan Kota
Surabaya.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


Kota/kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang
memiliki laju pertumbuhan ekonomi tertinggi ialah
Kabupaten Bojonegoro sebesar 9,2%. Sedangkan
kota/kabupaten yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi
terendah ialah Kabupaten Sampang yang menunjukkan
angka 6,14%. Semua variabel signifikan terhadap model
yakni variabel tingkat patisipasi angkatan kerja ( x1),
anggaran pendapatan dan belanja daerah (x2) , jumlah
industri sedang/besar (x3), dan dana aliran umum (x4).
Model regresi spline tersebut menghasilkan koefisien
determinasi sebesar 85,66%. Adapun saran yang diberikan
untuk penelitian selanjutnya berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan adalah penambahan orde pada model regresi
nonparametrik spline dengan berbagai kombinasi titik knot
dan penambahan variabel khusunya dibidang sosial
ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Sukirno, Sadono. (2003). Pengantar Teori Makro Ekonomi.
Jakarta: PT Raja Gramedia Persada.
[2] Badan Pusat Statistik (BPS). (2011). Jatim Dalam Angka
2011. Publikasi BPS, Jawa Timur.
[3] Pancawati, N. (2000). Pengaruh Rasio Kapital-Tenaga Kerja,
Tingkat pendidikan, Stok Kapital dan Pertumbuhan Penduduk
Terhadap Tingkat Pertumbuhan GDP Indonesia. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol.15, No.02, Universitas
Gajah Mada.
[4] Edi, Y.S. (2012). Quasi-Maximum Likelihood Untuk Regresi
Panel Spasial (Studi Kasus: Laju Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur 2007-2009). Thesis,
Statistika-FMIPA, ITS, Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai