Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)


2.1.1 Pengertian Limbah B3
Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu
kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri,
pertambangan dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan debu,
cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat beracun atau
berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Definisi dari limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan
sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya
dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity)
serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan
kesehatan manusia. Contoh limbah B3 ialah logam berat seperti Al, Cr, Cd, Cu,
Fe, Pb, Mn, Hg, dan Zn serta zat kimia seperti pestisida, sianida, sulfide, fenol dan
sebagainya.

Limbah Beracun Terdiri Dari:


• Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat
menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat
merusak lingkungan.
• Limbah mudah terbakar adalah limbah yang bila berdekatan dengan api,
percikan api, gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau
terbakar dan bila telah menyala akan terus terbakar hebat dalam waktu lama.
• Limbah reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena
melepaskan atau menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak
stabil dalam suhu tinggi.
• Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi
manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau sakit
bila masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, kulit atau mulut.

Universitas Sumatera Utara


• Limbah yang menyebabkan infeksi adalah limbah laboratorium yang terinfeksi
penyakit atau limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh
manusia yang diamputasi dan cairan tubuh manusia yang terkena infeksi.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1999 tentang


pengelolaan limbah B3 disebutkan bahwa daftar limbah dari jenis kegiatan industri
kilang minyak dan gas bumi dengan kode limbah D221 antara lain sludge minyak
(oil sludge), katalis bekas, karbon aktif bekas, limbah laboratorium dan lain-lain.

2.1.2 Limbah Pertamina (Oil Sludge)

Perindustrian telah mengalami kemajuan yang sangat pesat sejak terjadinya


revolusi industri di daratan Eropa pada abad pertengahan. Seluruh Negara maju di
dunia berpacu untuk mendirikan pabrik-pabrik, tentu saja dengan konsep untuk
kemudahan bagi manusia. Perkembangan yang sangat pesat ini kemudian
memberikan efek yang buruk bagi manusia. Kontrol yang hampir tidak pernah
dilakukan terhadap limbah industri telah mengakibatkan terjadinya pencemaran
yang sangat luas dan merupakan limbah yang berbahaya, salah satunya adalah
limbah oil sludge yang dihasilkan pertamina.

Oil Sludge dihasilkan dari berbagai kegiatan operasi perminyakan mulai


dari kegiatan hulu sampai hilir yaitu dari eksplorasi dan produksi, kegiatan
pengolahan, kegiatan pengangkutan dan perkapalan serta pemasaran. Oil Sludge
merupakan hasil samping dari kegiatan tersebut, sehingga jenis limbah ini perlu
mendapat perhatian khusus karena limbah ini termasuk kriteria limbah B3.
Minyak hasil penyulingan (refines) dari minyak mentah biasanya disimpan dalam
tangki penyimpanan. Oksidasi proses yang terjadi akibat kontak antara minyak,
udara dan air menimbulkan adanya sedimentasi pada dasar tangki penyimpanan,
endapan ini adalah oil sludge.

Oil sludge terdiri dari minyak (hydrocarbon), air, abu, karat tangki, pasir,
dan bahan kimia lainnya. Kandungan dari hydrocarbon antara lain benzene,
toluene, ethylbenzene, xylenes dan logam berat seperti timbal (Pb). Oil Sludge

Universitas Sumatera Utara


rata-rata dihasilkan sebanyak 2,11 m3/hari oleh satu perusahaan minyak dan tidak
memenuhi salah satu persyaratan sebagai feed maupun salah satu produk minyak.
Oil Sludge selama ini hanya dibiarkan menumpuk, dianggap sebagai limbah yang
tak bermanfaat dan harus dimusnahkan. Namun sebenarnya oil sludge adalah salah
satu sumber alternatif yang belum tersentuh oleh kita. Oleh karena itu, harus ada
aplikasi teknik pengolahan limbah atau daur ulang yang tepat dan murah untuk
menangani masalah limbah oil sludge tersebut.

Selain limbah padat, proses penyulingan minyak mentah (crude oil) dalam
industri perminyakan juga menghasilkan limbah gas dan cair. Kandungan limbah
gas buangan seperti, volatile hydrocarbon, CO, NOx dan SOx dapat mencemari
lingkungan dan berbahaya bagi kesehatan masyarakat disekitarnya. Begitu pula
dengan limbah cair dari sisa proses penyulingan umumnya memiliki kandungan
minyak, bahan-bahan kimia seperti, timbal, sulphide, phenol dan chloride yang
merupakan limbah beracun berbahaya.

Limbah pertamina yang digunakan dalam pembuatan sampel ini berasal


dari Pertamina Pangkalan Susu yang berada di Jalan Samudra. Unit pengolahan
pertamina Pangkalan Susu merupakan sumber minyak yang sudah ada sejak tahun
1883. Penyimpanan limbah dilakukan dengan sistem blok dan tiap blok terdiri dari
bangunan dengan ukuran persegi yang dibuat dengan lantai yang kedap air, tidak
berlubang agar terlindung dari masuknya air hujan dan memiliki ventilasi udara
yang baik.

2.1.3 Unsur-unsur yang terkandung dalam oil sludge

Limbah pertamina (oil Sludge) mengandung unsur-unsur logam berat


seperti Pb, Cd dan lain sebagainya. Logam berat adalah logam dengan massa jenis
lima atau lebih, dengan nomor atom 22 sampai dengan 92. Diantara semua unsur
logam berat, Hg menduduki urutan pertama dalam hal sifat racunnya,
dibandingkan dengan logam berat lainnya, kemudian diikut i oleh logam berat
antara lain Cd, Ag, Ni, Pb, As, Cr, Sn, Zn.

Universitas Sumatera Utara


Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria-kriteria yang
sama dengan logam-logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang
dihasilkan bila logam berat ini berikatan dan atau masuk ke dalam tubuh
organisme tubuh. (Heryando Palar, 2008)

Logam berat dianggap berbahaya bagi kesehatan bila terakumulasi secara


berlebihan di dalam tubuh. Beberapa di antaranya bersifat membangkitkan kanker
(karsinogen). Demikian pula dengan bahan pangan dengan kandungan logam berat
tinggi dianggap tidak layak konsumsi. Kasus-kasus pencemaran lingkungan
menyebabkan banyak bahan pangan mengandung logam berat berlebihan. Kasus
yang populer adalah sindrom Minamata, sebagai akibat akumulasi raksa (Hg)
dalam tubuh ikan konsumsi. Berikut adalah tabel komposisi unsur-unsur logam
berat yang terkandung dalam limbah pertamina.

Tabel 2.1 Unsur-unsur logam berat yang terkandung dalam limbah pertamina.

No. Parameter mg/l

1 Arsen (As) 0,18

2 Barium (Ba) 80,73

3 Boron (B) 448,64

4 Chromium (Cr) 34,69

5 Cadmium (Cd) 21,76

6 Mercury (Hg) No Detection

7 Timbal (Pb) 407,79

8 Zinkum (Zn) 142,97

Universitas Sumatera Utara


1. Arsen (As)

Arsen, arsenik, atau arsenikum adalah unsur kimia dalam tabel periodik
yang memiliki simbol As dan nomor atom 33. Ini adalah bahan metaloid yang
terkenal beracun dan memiliki tiga bentuk alotropik; kuning, hitam dan abu-abu.
Arsenik dan senyawa arsenik digunakan sebagai pestisida, herbisida insektisida
dan beragam aloy.

Arsenik secara kimiawi memiliki karakteristik yang serupa dengan Fosfor


dan sering dapat digunakan sebagai pengganti dalam berbagai reaksi biokimia
dan juga beracun. Ketika dipanaskan, arsenik akan cepat teroksidasi menjadi
oksida arsenik yang berbau seperti bau bawang putih. Arsenik dan beberapa
senyawa arsenik juga dapat langsung tersublimasi, berubah dari padat menjadi
gas tanpa menjadi cairan terlebih dahulu. Zat dasar arsenik ditemukan dalam dua
bentuk padat yang berwarna kuning dan metalik dengan berat jenis 1,97 dan 5,73.

Arsenik dan sebagian besar senyawa arsenik adalah racun yang kuat.
Arsenik membunuh dengan cara merusak sistem pencernaan yang menyebabkan
kematian oleh karena shock. Beberapa tempat di bumi mengandung Arsen yang
cukup tinggi, termasuk pada penggalian sumber minyak dari dalam tanah yang
terkontaminasi.

2. Barium

Barium adalah salah satu unsur yang termasuk logam alkali tanah,
biasanya ditemukan dalam bentuk barium sulfat (BaSO4). Barium Sulfat dalam
bentuk mineral yang bernama barite dengan bentuk serbuk halus berwarna putih
dan kekunigan-kuningan dan tidak berbau. Barium adalah unsur yang sangat
reaktif, artinya mudah bereaksi dengan unsur lainnya sehingga jarang sekali
ditemukan Barium murni di alam. Biasanya barium akan berbentuk BaO, BaO2,
BaCl2. Sifat kimia dan fisikanya hampir mirip dengan kalsium, yaitu sedikit larut
dalam air dan mudah bereaksi.

Universitas Sumatera Utara


3. Boron

Boron adalah suatu unsur esensial yang diperlukan dalam pertumbuhan


biota laut tetapi berakibat toksis jika berlebihan sehingga dapat berpengaruh
terhadap pertumbuhan, reproduksi atau kelangsungan hidup. Konsentrasi
maksimum boron total untuk proteksi bagi kehidupan ekosistem perairan
direkomendasikan tidak lebih 1,2 mg/l.
Boron banyak terdapat di batu borax. Ada dua alotrop boron; boron
amorfus adalah serbuk coklat dan boron metalik berwarna hitam. Bentuk
metaliknya keras dan konduktor yang buruk dalam suhu ruang. Tidak pernah
ditemukan bebas dalam alam.

4. Kromium (Cr)
Kromium merupakan logam kristalin yang berwarna putih, bentuknya
alloy dengan logam lain. Umumnya paling banyak berasal dari kegiatan-kegiatan
perindustrian dan rumah tangga. Bentuknya seperti debu atau partikel yang dapat
masuk ke dalam tubuh manusia atau hewan, yang terhirup melalui rongga hidung
sehingga dapat mengganggu peredaran darah di paru-paru. Kromium memiliki
titik lebur pada suhu 1765o C. logam ini mengandung karbon yang tinggi
sehingga sangat mudah bereaksi dengan silika yang mempunyai sifat sama
dengan pasir.
Logam Cr murni tidak pernah ditemukan bebas di alam. Logam ini
ditemukan dalam bentuk persenyawaan padat atau mineral dengan unsur-unsur
lain. Sebagai bahan mineral, Cr paling banyak ditemukan dalam bentuk
“Chromite” (FeOCr2O3). (Heryando Palar, 2008)

5. Kadmium (Cd)
Kadmium merupakan logam lunak berwarna putih seperti putih perak.
Logam ini akan kehilangan kilapnya bila berada dalam udara yang basah atau
lembab serta akan cepat mengalami kerusakan bila dikenai oleh uap ammonia
(NH3) dan Sulfur hidroksida (SO2). (Heryando Palar, 2008)

Universitas Sumatera Utara


Penggunaan cadmium sebagian besar untuk alloy dengan tembaga, perak
atau nikel. Dalam jumlah sedikit saja sudah mampu memperbaiki alloy tersebut
menjadi lebih keras, mengurangi perkaratan, tahan geseran dan kuat tekan tinggi
sehingga dimanfaatkan untuk membuat bagian-bagian mesin yang bergerak.
Penggunaan lain sebagai bahan electro plating, batu batere serta bahan
chemikalia. (Sukandarrumidi, 2007)
Gejala akut dan kronis akibat keracunan Cd (Kadnium) adalah sesak dada,
kerongkongan kering dan dada terasa sesak (constriction of chest), nafas pendek,
nafas terengah-engah, distress dan bisa berkembang ke arah penyakit radang
paru-paru, sakit kepala dan menggigil, mungkin dapat diikuti kematian,
kemampuan mencium bau menurun, berat badan menurun, gigi terasa ngilu dan
berwarna kuning keemasan. Selain menyerang pernafasan dan gigi, keracunan
yang bersifat kronis menyerang juga saluran pencernaan, ginjal, hati dan tulang.

6. Merkuri (Hg).
Merkuri merupakan unsur golongan logam transisi yang berwarna
keperakan dan merupakan satu dari lima unsur (bersama cesium, fransium,
galium dan brom) yang berbentuk cair dalam suhu kamar. Raksa banyak
digunakan sebagai bahan amalgam gigi, termometer, barometer dan peralatan
ilmiah lain, walaupun penggunaannya untuk bahan pengisi termometer telah
digantikan (oleh termometer alkohol, digital atau termistor) dengan alasan
kesehatan dan keamanan karena sifat toksik yang dimilikinya. Densitasnya yang
tinggi menyebabkan benda-benda seperti bola biliar menjadi terapung jika
diletakkan di dalam cairan raksa.

Keracunan yang disebabkan merkuri bisa berupa gangguan pada


pencernaan dan sistem syaraf. Radang gusi merupakan gangguan yang terjadi
pada sistem pencernaan. Radang gusi akan merusak jaringan penahanan gigi
sehingga gigi mudah lepas. Gangguan terhadap sistem syaraf dapat
mengakibatkan gangguan emosional korban, seperti cepat marah yang diluar
kewajarannya dan mental hiperaktif yang berat.

Universitas Sumatera Utara


7. Timbal (Pb)

Timbal merupakan logam yang berwarna abu-abu kebiruan dalam bentuk


logam murni. Timbal sangat tahan pada reaksi kimia, kurang tahan terhadap asam
cuka dan kapur, kurang tahan terhadap getaran, tahan korosi, dan mempunyai
titik cair 274 oC dengan titik didih 1560oC. Timbal banyak digunakan untuk kabel
listrik dan juga konstruksi pabrik kimia karena tidak bersifat korosi.

Meskipun jumlah Pb yang diserap oleh tubuh hanya sedikit, logam ini
ternyata sangat berbahaya karena dapat memberikan efek racun terhadap fungsi
organ yang terdapat dalam tubuh. Logam ini beracun dan efek dari racun ini
antara lain menurunkan daya ingat otak, menurunkan kuat tekan darah dan berat
badan, insomnia dan lain-lain. Keracunan akut yang cukup berat dapat
mengakibatkan koma bahkan kematian.

8. Zinkum (Zn)

Seng memiliki warna putih kebiruan. Logam ini rapuh pada suhu biasa
tetapi mudah dibentuk pada suhu 100oC - 150oC. Ia dapat mengalirkan listrik
walau tidak seefektif tembaga dan terbakar di udara pada suhu tinggi merah
menyala dengan evolusi awan putih oksida.

Unsur ini juga menunjukkan sifat yang sangat mudah dibentuk


(superplasticity). Seng maupun zirkonium tidak memiliki sifat magnet. Tetapi
ZrZn2 menunjukkan sifat kemagnetan pada suhu dibawah 35 Kelvin. Senyawa ini
memiliki sifat-sifat kelistrikan, panas, optik dan solid-state yang unik tetapi
belum sepenuhnya dimengerti.

Seng dipakai sebagai pelindung dari karat, karena lebih tahan terhadap
karat daripada besi. Pelapisan dengan seng dilakukan secara galvanis seperti
tembaga. Seng juga mudah dituang dan sering dipakai sebagai pencampur bahan
lain yang sukar dituang, missal tembaga. (Sumanto, 1996)

Universitas Sumatera Utara


Seng tidak dianggap beracun, tetapi jika senyawa ZnO yang baru dibentuk
terhirup, penyakit yang disebut oxide shakes atau zinc chills kadang-kadang bisa
muncul. Perlu ventilasi yang cukup untuk ruangan yang menyimpan seng oksida
untuk menghindari konsentrasi yang lebih dari 5 mg/l .

2.2 Paving Block

Paving block merupakan produk bahan bangunan dari semen yang


digunakan sebagai salah satu alternatif penutup atau pengerasan permukaan
tanah. Paving blok dikenal juga dengan sebutan bata beton (concrete block) atau
cone blok.

Berdasarkan SNI 03-0691-1996 paving blok (bata beton) adalah suatu


komposisi bahan bangunan yang dibuat dari campuran semen portland atau bahan
perekat hidrolis sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan lainnya yang
tidak mengurangi mutu bata beton. Klasifikasi paving block (bata beton)
dibedakan menurut kelas penggunaannya. Mutu A digunakan untuk jalan dengan
kuat tekan 35 MPa – 40 MPa, mutu B digunakan untuk pelataran parkir dengan
kuat tekan 17 MPa – 20 MPa, mutu C digunakan untuk pejalan kaki dengan kuat
tekan 12,5 MPa – 15 MPa dan mutu D digunakan untuk taman dan penggunaan
lain dengan kuat tekan 8,5 MPa – 10 MPa. Dan menurut ASTM C 134-95,
densitas untuk beton konvensional adalah 2,3 gr/cm3. Persyaratan mutu untuk
masing-masing jenis dapat dilihat pada tabel 2.2

Tabel 2.2 Persyaratan mutu setiap jenis bata beton menurut SNI 03-0691-1996

Jenis Kuat Tekan (MPa) Ketahanan Aus (mm/mnt) Penyerapan air(%)


Rata-rata Minimum Rata-rata Minimum (Rata-rata max)
A 40 35 0,090 0,103 3
B 20 17 0,130 0,149 6
C 15 12,5 0,160 0,184 8
D 10 8,5 0,219 0,251 10

Universitas Sumatera Utara


Paving block yang dikerjakan dengan mesin dan otomatis
(preprogrammed) hasilnya tentu lebih baik, lebih kuat dan lebih rapat disbanding
secara manual karena adanya getaran dan pemadatan serta kontinuitas produksi
yang terpercaya.

Paving block mulai dikenal di Indonesia pada tahun 1976 sebagai bahan
penutup dan pengerasan permukaan tanah. Paving blok sangat luas
penggunaannya untuk berbagai keperluan, mulai dari keperluan yang sederhana
sampai penggunaan yang memerlukan spesifikasi khusus. Paving blok dapat
digunakan untuk pengerasan dan memperindah trotoar jalan di kota-kota,
pengerasan jalan di komplek perumahan atau kawasan pemukiman, memperindah
taman, pekarangan dan halaman rumah, pengerasan areal parkir, areal
perkantoran, pabrik, taman dan halaman sekolah, serta di kawasan hotel dan
restoran. Paving blok bahkan dapat digunakan pada areal khusus seperti pada
pelabuhan peti kemas, bandar udara, terminal bis dan stasiun kereta. Di
Indonesia penggunaan paving blok sudah banyak dijumpai, seperti pada trotoar
jalan dan alun-alun di ibu kota provinsi atau kabupaten terlihat menggunakan
paving blok.

Diantara berbagai macam allternatif penutup permukaan tanah, paving


blok lebih memiliki banyak variasi baik dari segi bentuk, ukuran, warna, corak
dan tekstur permukaan, serta kekuatan. Penggunaan paving blok juga dapat
divariasikan dengan jenis paving atau bahan bangunan penutup tanah lainnya.
Paving block untuk lantai dapat berwarna seperti warna aslinya atau diberi zat
pewarna pada komposisinya atau dicoating (dikapsul) bagian luarnya, selain
memperindah juga dapat mengurangi daya serap air dan dapat digunakan dalam
ruangan maupun di luar ruangan. Bentuk umum paving block yang ada di pasaran
adalah seperti gambar di bawah ini.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.1 Bentuk paving block. (http:images.googles.co.id/imagres?imgurl)

Proses pembuatan paving blok relatif mudah untuk dilakukan dan tidak
memerlukan persyaratan khusus lokasi. Karena itu untuk melakukan usaha
pembuatan paving blok hampir merata dapat di lakukan di seluruh wilayah
Indonesia yang memiliki sumber bahan baku.

2.3 Semen

Semen adalah suatu jenis bahan yang memiliki sifat adhesif (adhesive)
dan kohesif (cohesive) yang memungkinkan melekatnya fragmen-fragmen
mineral menjadi suatu massa yang padat. Semen merupakan hasil industri yang
sangat kompleks, dengan campuran serta susunan yang berbeda-beda. Semen
dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: semen non hidrolik dan semen
hidrolik.

Semen non-hirolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, akan
tetapi dapat mengeras di udara. Contoh utama dari semen non hidrolik adalah
kapur. Sedangkan semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan
mengeras di dalam air. Contoh semen hidrolik antara lain kapur hidrolik, semen
pozzolan, semen terak, semen alam, semen Portland, semen Portland pozzolan,
semen Portland terak tanur tinggi, semen alumina dan semen expansif. (Tri
Mulyono, 2004)

Universitas Sumatera Utara


2.3.1 Jenis-Jenis Semen

- semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-
biruan, dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium
tinggi yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan berkuat tekan tinggi. Bahan
utama pembentuk semen portland adalah : kapur (CaO), silika (SiO3),
alumina (Al2O3), magnesium oksida (MgO) dan besi oksida (Fe2O3). Semen
ini biasa digunakan sebagai perekat untuk memplester. Semen ini berdasarkan
persentase kandungan penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I-V.

a. Tipe I, semen Portland yang dipergunakan secara luas untuk konstruksi


umum, seperti: bangunan perumahan, jembatan, jalan raya dan lain-lain.

b. Tipe II, semen Portland yang dalam pengunaannya memerlukan ketahanan


terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. Misalnya untuk bangunan di
pingggir laut, tanah rawa, bendungan dan saluran irigasi.

c. Tipe III, semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan


awal yang tinggi setelah proses pengecoran dilakukan dan memerlukan
penyelesaian secepat mungkin. Misalnya pembuatan jalan raya, bangunan
tingkat tinggi dan bandar udara.

d. Tipe IV, semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas


hidrasi yang rendah. Misalnya untuk bendungan.

e. Tipe V, semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan


ketahanan yang tinggi terhadap sulfat. Misalnya untuk konstruksi dalam air,
terowongan, pelabuhan.

- Semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan
digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau
pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit
(calcite) limestone murni.

Universitas Sumatera Utara


- Oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang
digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat
maupun di lepas pantai.
- Mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan
(fly ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari
pembakaran batubara yang mengandung amorphoussilika, aluminium oksida,
besi oksida dan oksida lainnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini
digunakan sebagai campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih
keras.

2.3.2 Semen Portland Pozzolan

Pozzolan yaitu bahan yang mengandung silika atau senyawanya dan alumina,
yang tidak mempunyai sifat mengikat seperti semen, akan tetapi dalam bentuknya
yang halus dan dengan adanya air, senyawa tersebut akan bereaksi secara kimia
dengan kalsium hidroksida pada suhu kamar membentuk senyawa yang mempunyai
sifat seperti semen.
Semen Portland Pozzolan adalah suatu semen hidrolis yang terdiri dari
campuran yang homogen antara semen portland dengan pozzolan halus yang
diproduksi dengan menggiling klinker semen portland dan pozzolan bersama-sama,
atau mencampur secara merata bubuk semen Portland dengan bubuk pozzolan, atau
gabungan antara menggiling dan mencampur, dimana kadar pozzolan 15% sampai
40% massa semen portland pozzolan.

Jenis dan penggunaan semen portland pozzolan :


1. Jenis IP-U yaitu semen portland pozzolan yang dapat dipergunakan untuk
semua tujuan pembuatan adukan beton.
2. Jenis IP-K yaitu semen portland pozzolan yang dapat dipergunakan untuk
semua tujuan pembuatan adukan beton, semen untuk tahan sulfat sedang dan
panas hidrasi sedang.
3. Jenis P-U yaitu semen portland pozzolan yang dapat dipergunakan untuk
pembuatan beton dimana tidak disyaratkan kekuatan awal yang tinggi.

Universitas Sumatera Utara


4. Jenis P-K yaitu semen porland pozzolan yang dapat dipergunakan untuk
pembuatan beton dimana tidak disyaratkan kekuatan awal yang tinggi, serta
untuk tahan sulfat sedang dan panas hidrasi rendah.

Pengaruh dari semen pada kekuatan bata konstruksi untuk suatu perbandingan
bahan ditentukan oleh kehalusan butiran-butiran dan komposisi kimianya melalui
hidrasi untuk mengikat dan menyatukan agregat menjadi padat. Faktor semen sangat
mempengaruhi karakteristik campuran bata konstruksi. Kandungan semen hidrolik
yang tinggi akan memberi banyak keuntungan, antara lain dapat membuat campuran
menjadi lebih kuat, lebih padat, lebih tahan air, lebih cepat mengeras dan memberikan
rekatan yang lebih baik. Kerugiannya dapat menyebabkan susut kering yang lebih
tinggi karena campuran lebih cepat mengeras.

2.4 Pasir

Pasir merupakan agregat halus yang terdiri dari butiran sebesar 0,14mm-5 mm,
diperoleh dari batuan alam (natural sand) atau dapat juga dengan memecahnya
(artificial sand), tergantung dari kondisi pembentukan tempat terjadinya. Pasir alam
dapat dibedakan atas pasir galian, pasir sungai dan pasir laut.

Umumnya pasir yang digali dari dasar sungai cocok digunakan untuk
pembuatan bata konstruksi. Pasir ini terbentuk ketika batu-batu dibawa arus sungai
dari sumber air ke muara sungai. Pasir dan kerikil dapat juga digali dari laut asalkan
pengotoran serta garam-garamnya (khlorida) dibersihkan dan kulit kerang disisihkan.

Batu pasir tahan terhadap cuaca tapi mudah untuk dibentuk. Hal ini membuat
jenis batuan ini merupakan bahan umum untuk bangunan dan jalan. Pasir yang
digunakan dalam sampel ini adalah pasir sungai yang ukuran butirannya sangat halus
dan lolos ayakan 100 mesh. Butiran pasir yang halus ditambah semen akan mengisi
rongga butiran yang halus sehingga diperoleh hasil yang baik. Tetapi jika butiran pasir
kasar, hasilnya akan kurang memuaskan karena rongga antara butiran cukup lebar
sehingga tegangan tidak dapat menyebar secara merata. Selain itu, pasir juga

Universitas Sumatera Utara


berpengaruh tehadap sifat tahan susut dan keretakan pada produk bahan bangunan
campuran semen.

2.5 Air

Air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi semen,
membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton. Air yang
berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung air setelah proses hidrasi selesai,
sedangkan air yang terlalu sedikit akan menyebabkan proses hidrasi tidak tercapai
seluruhnya sehingga akan mempengaruhi kekuatan beton. (Tri Mulyono, 2004)

Air yang digunakan dapat berupa air tawar, air laut maupun air limbah, asalkan
memenuhi syarat mutu yang telah ditetapkan, yaitu:

1. Air tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, bahan padat, sulfat, klorida
dan bahan lainnya yang dapat merusak beton. Sebaiknya digunakan air yang
dapat diminum.
2. Air yang keruh sebelum digunakan harus diendapkan selama minimal 24 jam
atau jika bisa, disaring terlebih dahulu.

Air digunakan untuk membuat adukan menjadi bubur kental dan juga sebagai
bahan untuk menimbulkan reaksi pada bahan lain untuk dapat mengeras. Oleh karena
itu, air sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan pengerjaan bahan. Tanpa air, konstruksi
bahan tidak akan terlaksana dengan baik dan sempurna.

2.6 Karakterisasi Bahan

Untuk mengetahui sifat-sifat dan kemampuan suatu material maka perlu


dilakukan pengujian. Beberapa jenis pengujian yang dibahas untuk keperluan
penelitian ini antara lain: pengujian sifat fisis (densitas dan daya serap air), pengujian
sifat mekanis (kuat tekan, kekerasan dan impak).

Universitas Sumatera Utara


2.6.1 Sifat Fisis
2.6.1.1 Densitas

Densitas merupakan ukuran kepadatan dari suatu material atau sering


didefinisikan sebagai perbandingan antara massa (m) dengan volume (v). Semakin
tinggi densitas (massa jenis) suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap
volumenya. Setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda. Secara matematis densitas
dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dimana: ρ = Densitas (gram/cm3)


m = Massa sampel (gram)
v = Volume sampel (cm3)

2.6.1.2 Daya Serap Air

Besar kecilnya penyerapan air pada sampel sangat dipengaruhi oleh pori-pori
atau rongga. Semakin banyak pori-pori yang terkandung dalam sampel maka akan
semakin besar pula penyerapan airnya sehingga ketahanannya akan berkurang.
Pengukuran daya serap air merupakan persentase perbandingan antara selisih massa
basah dengan massa kering. Daya serap air dirumuskan sebagai berikut :

Di mana : mb = massa basah benda uji (gr)


mk = massa kering benda uji (gr)

Universitas Sumatera Utara


2.6.2 Sifat Mekanik
2.6.2.1 Kuat Tekan

Kuat tekan suatu material didefinisikan sebagai kemampuan material dalam


menahan beban atau gaya mekanis sampai terjadinya kegagalan (failure). Pengujian
kuat tekan dapat dilihat pada gambar 2.2. Bentuk sampel uji biasanya berbentuk
silinder.
Persamaan untuk pengujian kuat tekan dengan menggunakan Universal Testing
Machine adalah sebagai berikut:

Dimana :
F = Beban maksimum (N).
π
A = Luas bidang permukaan (m2) = (d)2
4
d = diameter silinder (m).

Gambar 2.2 Pengujian kuat tekan sebelum dan sesudah pada beton dengan diameter
150 mm

Universitas Sumatera Utara


2.6.2.2 Kuat Impak

Kuat impak adalah suatu kriteria penting untuk mengetahui kegetasan suatu
bahan. Kuat impak juga merupakan nilai impak (pukul) suatu bahan yang dalam
keadaaan biasa bersifat liat, namun berubah menjadi getas akibat pembebanan tiba-
tiba pada kondisi tertentu dengan satuan Newton meter. Harga impak menjadi besar
dengan meningkatnya absorbsi kadar air dan menjadi kecil karena pengeringan.
Sampel yang ditekik di tengah-tengah batang uji dengan dua tumpuan seperti
gambar di bawah ini.

Gambar 2.3 contoh batang uji impak

Impak dari benda uji dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:


W
K= 2.4
A0
Dimana : K = nilai pukulan takik (J/m2)
W = kerja pukulan (J)
A0= luas batang semula (m2)

2.6.2.3 Kekerasan

Kekerasan (Hardness) adalah salah satu sifat mekanik (Mechanical properties)


dari suatu material. Kekerasan suatu material harus diketahui khususnya untuk
material yang dalam penggunaanya akan mangalami pergesekan (frictional force).
Kekerasan didefinisikan sebagai kemampuan suatu material untuk menahan beban
identasi atau penetrasi (penekanan). Di dunia teknik, umumnya pengujian kekerasan
menggunakan 4 macam metode pengujian kekerasan, yakni: Brinnel, Rockwell,
Vickers dan Micro Hardness (jarang sekali dipakai).

Pengujian kekerasan yang dipakai pada penelitian ini adalah metode Brinnel
yang bertujuan untuk menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan

Universitas Sumatera Utara


material terhadap bola baja (identor) yang ditekankan pada permukaan material uji
tersebut (speciment). Idealnya, pengujian Brinnel diperuntukkan bagi material yang
memiliki kekerasan Brinnel sampai 400 HB, jika lebih dari nilai tersebut maka
disarankan menggunakan metode pengujian Rockwell ataupun Vickers.

Untuk semua jenis baja lama pengujian adalah 15 detik sedang untuk material
bukan besi lama pengujian adalah 30 detik. Kekerasan menyatakan ketahanan suatu
bahan.
Pada metoda menurut Brinnel, sebuah peluru baja dikeraskan ditekankan pada
permukaan benda uji yang licin dengan suatu gaya tertentu. Metode Brinnel tidak
dapat dipakai untuk bahan-bahan yang sangat keras, oleh karena peluru baja yang
dikeraskan itu terlalu banyak berubah bentuknya, yang memberikan hasil yang tidak
dapat diandalkan. (G.L.J Van Vliet, 1984)

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai