Chapter II
Chapter II
TINJAUAN PUSTAKA
Oil sludge terdiri dari minyak (hydrocarbon), air, abu, karat tangki, pasir,
dan bahan kimia lainnya. Kandungan dari hydrocarbon antara lain benzene,
toluene, ethylbenzene, xylenes dan logam berat seperti timbal (Pb). Oil Sludge
Selain limbah padat, proses penyulingan minyak mentah (crude oil) dalam
industri perminyakan juga menghasilkan limbah gas dan cair. Kandungan limbah
gas buangan seperti, volatile hydrocarbon, CO, NOx dan SOx dapat mencemari
lingkungan dan berbahaya bagi kesehatan masyarakat disekitarnya. Begitu pula
dengan limbah cair dari sisa proses penyulingan umumnya memiliki kandungan
minyak, bahan-bahan kimia seperti, timbal, sulphide, phenol dan chloride yang
merupakan limbah beracun berbahaya.
Tabel 2.1 Unsur-unsur logam berat yang terkandung dalam limbah pertamina.
Arsen, arsenik, atau arsenikum adalah unsur kimia dalam tabel periodik
yang memiliki simbol As dan nomor atom 33. Ini adalah bahan metaloid yang
terkenal beracun dan memiliki tiga bentuk alotropik; kuning, hitam dan abu-abu.
Arsenik dan senyawa arsenik digunakan sebagai pestisida, herbisida insektisida
dan beragam aloy.
Arsenik dan sebagian besar senyawa arsenik adalah racun yang kuat.
Arsenik membunuh dengan cara merusak sistem pencernaan yang menyebabkan
kematian oleh karena shock. Beberapa tempat di bumi mengandung Arsen yang
cukup tinggi, termasuk pada penggalian sumber minyak dari dalam tanah yang
terkontaminasi.
2. Barium
Barium adalah salah satu unsur yang termasuk logam alkali tanah,
biasanya ditemukan dalam bentuk barium sulfat (BaSO4). Barium Sulfat dalam
bentuk mineral yang bernama barite dengan bentuk serbuk halus berwarna putih
dan kekunigan-kuningan dan tidak berbau. Barium adalah unsur yang sangat
reaktif, artinya mudah bereaksi dengan unsur lainnya sehingga jarang sekali
ditemukan Barium murni di alam. Biasanya barium akan berbentuk BaO, BaO2,
BaCl2. Sifat kimia dan fisikanya hampir mirip dengan kalsium, yaitu sedikit larut
dalam air dan mudah bereaksi.
4. Kromium (Cr)
Kromium merupakan logam kristalin yang berwarna putih, bentuknya
alloy dengan logam lain. Umumnya paling banyak berasal dari kegiatan-kegiatan
perindustrian dan rumah tangga. Bentuknya seperti debu atau partikel yang dapat
masuk ke dalam tubuh manusia atau hewan, yang terhirup melalui rongga hidung
sehingga dapat mengganggu peredaran darah di paru-paru. Kromium memiliki
titik lebur pada suhu 1765o C. logam ini mengandung karbon yang tinggi
sehingga sangat mudah bereaksi dengan silika yang mempunyai sifat sama
dengan pasir.
Logam Cr murni tidak pernah ditemukan bebas di alam. Logam ini
ditemukan dalam bentuk persenyawaan padat atau mineral dengan unsur-unsur
lain. Sebagai bahan mineral, Cr paling banyak ditemukan dalam bentuk
“Chromite” (FeOCr2O3). (Heryando Palar, 2008)
5. Kadmium (Cd)
Kadmium merupakan logam lunak berwarna putih seperti putih perak.
Logam ini akan kehilangan kilapnya bila berada dalam udara yang basah atau
lembab serta akan cepat mengalami kerusakan bila dikenai oleh uap ammonia
(NH3) dan Sulfur hidroksida (SO2). (Heryando Palar, 2008)
6. Merkuri (Hg).
Merkuri merupakan unsur golongan logam transisi yang berwarna
keperakan dan merupakan satu dari lima unsur (bersama cesium, fransium,
galium dan brom) yang berbentuk cair dalam suhu kamar. Raksa banyak
digunakan sebagai bahan amalgam gigi, termometer, barometer dan peralatan
ilmiah lain, walaupun penggunaannya untuk bahan pengisi termometer telah
digantikan (oleh termometer alkohol, digital atau termistor) dengan alasan
kesehatan dan keamanan karena sifat toksik yang dimilikinya. Densitasnya yang
tinggi menyebabkan benda-benda seperti bola biliar menjadi terapung jika
diletakkan di dalam cairan raksa.
Meskipun jumlah Pb yang diserap oleh tubuh hanya sedikit, logam ini
ternyata sangat berbahaya karena dapat memberikan efek racun terhadap fungsi
organ yang terdapat dalam tubuh. Logam ini beracun dan efek dari racun ini
antara lain menurunkan daya ingat otak, menurunkan kuat tekan darah dan berat
badan, insomnia dan lain-lain. Keracunan akut yang cukup berat dapat
mengakibatkan koma bahkan kematian.
8. Zinkum (Zn)
Seng memiliki warna putih kebiruan. Logam ini rapuh pada suhu biasa
tetapi mudah dibentuk pada suhu 100oC - 150oC. Ia dapat mengalirkan listrik
walau tidak seefektif tembaga dan terbakar di udara pada suhu tinggi merah
menyala dengan evolusi awan putih oksida.
Seng dipakai sebagai pelindung dari karat, karena lebih tahan terhadap
karat daripada besi. Pelapisan dengan seng dilakukan secara galvanis seperti
tembaga. Seng juga mudah dituang dan sering dipakai sebagai pencampur bahan
lain yang sukar dituang, missal tembaga. (Sumanto, 1996)
Tabel 2.2 Persyaratan mutu setiap jenis bata beton menurut SNI 03-0691-1996
Paving block mulai dikenal di Indonesia pada tahun 1976 sebagai bahan
penutup dan pengerasan permukaan tanah. Paving blok sangat luas
penggunaannya untuk berbagai keperluan, mulai dari keperluan yang sederhana
sampai penggunaan yang memerlukan spesifikasi khusus. Paving blok dapat
digunakan untuk pengerasan dan memperindah trotoar jalan di kota-kota,
pengerasan jalan di komplek perumahan atau kawasan pemukiman, memperindah
taman, pekarangan dan halaman rumah, pengerasan areal parkir, areal
perkantoran, pabrik, taman dan halaman sekolah, serta di kawasan hotel dan
restoran. Paving blok bahkan dapat digunakan pada areal khusus seperti pada
pelabuhan peti kemas, bandar udara, terminal bis dan stasiun kereta. Di
Indonesia penggunaan paving blok sudah banyak dijumpai, seperti pada trotoar
jalan dan alun-alun di ibu kota provinsi atau kabupaten terlihat menggunakan
paving blok.
Proses pembuatan paving blok relatif mudah untuk dilakukan dan tidak
memerlukan persyaratan khusus lokasi. Karena itu untuk melakukan usaha
pembuatan paving blok hampir merata dapat di lakukan di seluruh wilayah
Indonesia yang memiliki sumber bahan baku.
2.3 Semen
Semen adalah suatu jenis bahan yang memiliki sifat adhesif (adhesive)
dan kohesif (cohesive) yang memungkinkan melekatnya fragmen-fragmen
mineral menjadi suatu massa yang padat. Semen merupakan hasil industri yang
sangat kompleks, dengan campuran serta susunan yang berbeda-beda. Semen
dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: semen non hidrolik dan semen
hidrolik.
Semen non-hirolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, akan
tetapi dapat mengeras di udara. Contoh utama dari semen non hidrolik adalah
kapur. Sedangkan semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan
mengeras di dalam air. Contoh semen hidrolik antara lain kapur hidrolik, semen
pozzolan, semen terak, semen alam, semen Portland, semen Portland pozzolan,
semen Portland terak tanur tinggi, semen alumina dan semen expansif. (Tri
Mulyono, 2004)
- semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-
biruan, dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium
tinggi yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan berkuat tekan tinggi. Bahan
utama pembentuk semen portland adalah : kapur (CaO), silika (SiO3),
alumina (Al2O3), magnesium oksida (MgO) dan besi oksida (Fe2O3). Semen
ini biasa digunakan sebagai perekat untuk memplester. Semen ini berdasarkan
persentase kandungan penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I-V.
- Semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan
digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau
pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit
(calcite) limestone murni.
Pozzolan yaitu bahan yang mengandung silika atau senyawanya dan alumina,
yang tidak mempunyai sifat mengikat seperti semen, akan tetapi dalam bentuknya
yang halus dan dengan adanya air, senyawa tersebut akan bereaksi secara kimia
dengan kalsium hidroksida pada suhu kamar membentuk senyawa yang mempunyai
sifat seperti semen.
Semen Portland Pozzolan adalah suatu semen hidrolis yang terdiri dari
campuran yang homogen antara semen portland dengan pozzolan halus yang
diproduksi dengan menggiling klinker semen portland dan pozzolan bersama-sama,
atau mencampur secara merata bubuk semen Portland dengan bubuk pozzolan, atau
gabungan antara menggiling dan mencampur, dimana kadar pozzolan 15% sampai
40% massa semen portland pozzolan.
Pengaruh dari semen pada kekuatan bata konstruksi untuk suatu perbandingan
bahan ditentukan oleh kehalusan butiran-butiran dan komposisi kimianya melalui
hidrasi untuk mengikat dan menyatukan agregat menjadi padat. Faktor semen sangat
mempengaruhi karakteristik campuran bata konstruksi. Kandungan semen hidrolik
yang tinggi akan memberi banyak keuntungan, antara lain dapat membuat campuran
menjadi lebih kuat, lebih padat, lebih tahan air, lebih cepat mengeras dan memberikan
rekatan yang lebih baik. Kerugiannya dapat menyebabkan susut kering yang lebih
tinggi karena campuran lebih cepat mengeras.
2.4 Pasir
Pasir merupakan agregat halus yang terdiri dari butiran sebesar 0,14mm-5 mm,
diperoleh dari batuan alam (natural sand) atau dapat juga dengan memecahnya
(artificial sand), tergantung dari kondisi pembentukan tempat terjadinya. Pasir alam
dapat dibedakan atas pasir galian, pasir sungai dan pasir laut.
Umumnya pasir yang digali dari dasar sungai cocok digunakan untuk
pembuatan bata konstruksi. Pasir ini terbentuk ketika batu-batu dibawa arus sungai
dari sumber air ke muara sungai. Pasir dan kerikil dapat juga digali dari laut asalkan
pengotoran serta garam-garamnya (khlorida) dibersihkan dan kulit kerang disisihkan.
Batu pasir tahan terhadap cuaca tapi mudah untuk dibentuk. Hal ini membuat
jenis batuan ini merupakan bahan umum untuk bangunan dan jalan. Pasir yang
digunakan dalam sampel ini adalah pasir sungai yang ukuran butirannya sangat halus
dan lolos ayakan 100 mesh. Butiran pasir yang halus ditambah semen akan mengisi
rongga butiran yang halus sehingga diperoleh hasil yang baik. Tetapi jika butiran pasir
kasar, hasilnya akan kurang memuaskan karena rongga antara butiran cukup lebar
sehingga tegangan tidak dapat menyebar secara merata. Selain itu, pasir juga
2.5 Air
Air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi semen,
membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton. Air yang
berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung air setelah proses hidrasi selesai,
sedangkan air yang terlalu sedikit akan menyebabkan proses hidrasi tidak tercapai
seluruhnya sehingga akan mempengaruhi kekuatan beton. (Tri Mulyono, 2004)
Air yang digunakan dapat berupa air tawar, air laut maupun air limbah, asalkan
memenuhi syarat mutu yang telah ditetapkan, yaitu:
1. Air tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, bahan padat, sulfat, klorida
dan bahan lainnya yang dapat merusak beton. Sebaiknya digunakan air yang
dapat diminum.
2. Air yang keruh sebelum digunakan harus diendapkan selama minimal 24 jam
atau jika bisa, disaring terlebih dahulu.
Air digunakan untuk membuat adukan menjadi bubur kental dan juga sebagai
bahan untuk menimbulkan reaksi pada bahan lain untuk dapat mengeras. Oleh karena
itu, air sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan pengerjaan bahan. Tanpa air, konstruksi
bahan tidak akan terlaksana dengan baik dan sempurna.
Besar kecilnya penyerapan air pada sampel sangat dipengaruhi oleh pori-pori
atau rongga. Semakin banyak pori-pori yang terkandung dalam sampel maka akan
semakin besar pula penyerapan airnya sehingga ketahanannya akan berkurang.
Pengukuran daya serap air merupakan persentase perbandingan antara selisih massa
basah dengan massa kering. Daya serap air dirumuskan sebagai berikut :
Dimana :
F = Beban maksimum (N).
π
A = Luas bidang permukaan (m2) = (d)2
4
d = diameter silinder (m).
Gambar 2.2 Pengujian kuat tekan sebelum dan sesudah pada beton dengan diameter
150 mm
Kuat impak adalah suatu kriteria penting untuk mengetahui kegetasan suatu
bahan. Kuat impak juga merupakan nilai impak (pukul) suatu bahan yang dalam
keadaaan biasa bersifat liat, namun berubah menjadi getas akibat pembebanan tiba-
tiba pada kondisi tertentu dengan satuan Newton meter. Harga impak menjadi besar
dengan meningkatnya absorbsi kadar air dan menjadi kecil karena pengeringan.
Sampel yang ditekik di tengah-tengah batang uji dengan dua tumpuan seperti
gambar di bawah ini.
2.6.2.3 Kekerasan
Pengujian kekerasan yang dipakai pada penelitian ini adalah metode Brinnel
yang bertujuan untuk menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan
Untuk semua jenis baja lama pengujian adalah 15 detik sedang untuk material
bukan besi lama pengujian adalah 30 detik. Kekerasan menyatakan ketahanan suatu
bahan.
Pada metoda menurut Brinnel, sebuah peluru baja dikeraskan ditekankan pada
permukaan benda uji yang licin dengan suatu gaya tertentu. Metode Brinnel tidak
dapat dipakai untuk bahan-bahan yang sangat keras, oleh karena peluru baja yang
dikeraskan itu terlalu banyak berubah bentuknya, yang memberikan hasil yang tidak
dapat diandalkan. (G.L.J Van Vliet, 1984)