Anda di halaman 1dari 50
kepada Yth. Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI JI. Rasuna Said Blok X-5 Kav. 4~9 Kuningan Jakarta 12950 Perihal : Revisi Protokol Tatalaksana COVID-19 Dengan Hormat, Bersama ini kami sampaikan “REVISI PROTOKOL TATALAKSANA COVID-19" yang disusun oleh 5 Organisasi Profesi:Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis, Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDA) (terlampir). Mohon diterima dengan balk Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Jakarta, 14 Juli 2021 Ketua Umum, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDP!) Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) DR. Dr. Agus Dwi Susanto, SpP(K), FISR, FAPSR_ OR. Dr. Sally Aman Nasution, SpPO, K-KV, FINASIM, FACP ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) 1us, SpIP(K), FIHA, FAPSIC, FACC,FESC, FSCAI Ketua Umum, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Prdf. DR. Dr. Aman Bhakti Pulungan, SpA(K), FAAP Ketua Umum Pechimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN) Prof. DR. oni Kamsul Arif, SpAn, KIC, KAKV PROTOKOL TATALAKSANA COVID-19 A. TATALAKSANA PASIEN TERKONFIRMASI COVID-19 PEMERIKSAAN PCR SWAB Pengambilan swab di hari ke-1 dan 2 untuk penegakan diagnosis. Bila pemeriksaan di hari pertama sudah postif, tidak pestu lagi pemeriksaan di hari kedvn, Apabila pemerikssan di hari pertama nogaif, maka diperlukan pemeriksaan di hari berikutnya (barked). Pada pasien yang dirawtinap, pemeriksaan PCR dilakukan sebany ak tiga Kali selama perawatan. Unk kasus tanpa gala, ringan, dan sedang tidak perlu dlakukan pemeriksaan PCR untuk fllew-up. Pemeriksaan follow-up hanya dilakukan pada pasien yang berat dan kits. Unik PCR follow-ap pada kasus berat dan kritis, dapat dilakukan seta sepuluh hari dari pengambilan swab yang post. Bila diperlukan, pemeriksaan PCR tambahan dapat dilakukan dengan disesuaikan kondisi asus sesuai partimbangan DPJP dan upasitas di fasilitas Kesehatan masing-masing. Unk kasus bert dan brits, bila setelah Klinis membuik, bebns demam selama tiga hari namun pada follow-up PCR menunjukkan hasil yang posiif, kemungkinan tepjadi Kondisi posiif persisien yang disebabkan oleh terdeteksinya fragmen atau partikel virus yang sudah tidak alti? Perimbangkan nilai Cyele Threshold (CT) value wntuk menial infeksivs atau fidakaya dengan berdiskusi antara DPJP dan laboratocium pemeriksa PCR karens nilai cut off berbeda-beda sesuat dengan reagen dan alat yang digunakan, ‘abe 1 Jadal Panambian Swab Unk Pomarisoan RT-PCR Tas: 6) T]e TE [= *| Relerngan * apes hanya unk bert dn Bis 2. TANPAGEJALA 4. Isolasi dan Pemantauan Isolasi mandiri di rumah selams 10 hari sejak pengambilan spesimen diagnosis konfirmasi, baik isolesi mandiri di rah maupua di fasibtas publik yang dipersiapkan pamerintah, + Pasien dipantau melalui telepon oleh petugas Fasilitss Kesehatan Tingkat Pestama (FTP) © Kontrol di FTP terdekat setelah 10 hari karantina untuk pemantauaa Klis >. Non-farmakologis Berikan edukasi terkait tindakan yang perlu dikerjakan (leaflet untuk dibawa ke rumal © Pasien “Sala menggurakan maskerjika keluar kamar dan seat berinteraksi dengan anggota keluarga © Cue tangan dengan air mengair dan sabun atau hand sanitizer sesering mungkin, = Jagajarak dengan keluanga (physical distancing) = Upayakan kamar tidur sendiri/terpisaly = Menerapkan etika batuk (Digjarkan oleh tengen medis) = Alat makan-minum sogeradicuei dengan ai/sabun = Berjemur matahari minumal sekitar 10-15 menit setap barinya (sebelum jam 9 pagi dan setelah jam 3 sore), = Pakisian yg telah dipakai sebaiknya dimasukkan dalam kantong plasik / wadah tertutup yang terpisah dengan ‘pakaian Kotor keluarga yang laioava sebelum dicuci dan segera dimasukkan mesin cuci = Ukur dan catat sub tubuh 2 kali sehari(pagi dan mala hari) = Segera ber informasi ke petugas pemantaw/FKTP atau keluargajikaterjadi peningkatan sub tubuh> 38°C © Lingkungavkamar = Perhatikan ventas, cahaya dan dara = Membuka jendela Kamar secara berkala ~ Bila memimgkinkan menggunakan APD saat memiorsihkan kamar (setidaknya masker, dan bil momungkinkan sanang tangan dan goggle) = Cue tangan dengan air mengalir dan sabun atau hund sanitizer sesering mungkin = Bersikan kamarsetiap hari, bisa dengan air sabun atau bahan desinfektan Iainnya © Kelanga = Bag anggota keluaga yang berkontak erat dengan pasien sebaiknys = Anggota kelwargn senanitasa pokai masker = Jaga jarake minimal I mcter dari pasien = Senantiasa mencuei tangan = Jangan sentuh daerah ajah kalau tidak yakin tangan bersih = ngat senantiasa membuka jendela rumah agas sirkulasi udaratertukar = Bersihkan sescring mungkin daerah yg mungkin tersentuh pasien misalnya gngang pintu dll memeriksakan dis ke FKTP/Rumab Sakit, Farmakologi Bila erdapat penyakit penyerta / komorbid, dianjurkan untuk tetap melanjutkan pengobatan yang rutin dikonsumsi. Apabila pasion rutin. meminum terapi obat antihipertensi dengan golongan obat ACE-inhihior dan Angiotensin Resepior Blocker perlu berkonsultasi ke Dokter Spesalis Penyakit Dalam atau Dokier Spesialis Jantung + Vitamin C, dengan pian; Tablet Vitamin C non acidic $00 mg/6-8 jam oral (untuk 14 bai) ‘Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 har) Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet/24 jam (selama 30 hari), Disnjurkan multivitamin yang mengandung vitamin C,B,E, Zink © Vitamin D = Suplemen: 400 IUi-1000 TUvhari (ersedia dalam bentuk tablet, kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapeul lunak, serbuk, sirup) ~ Oat? 1000-5000 TU hari (tersodia dalam bentuk tablet 1000 TU dan tablet kunyah $000 TU) * Obat-obatan suportifbaik tadisional (Ftolurmaka) maupun Obat Modem Asli Indonesia (OMA) yang tereyistrasi di BPOM dapat dipertimbanekan untuk diberikan namun dengan tetap memperhatkan perkembangan Kondisi Klinis pasien, * Obat-obatan yang memiliki sfat antoksidan dapat diberikan 3 DERAJAT RINGAN Tolasi dan Pemantauan, © [solasi mandir i rumah’ fasilitas Rarantina solama maksimal 10 hari sajak muncul gejala ditambah 3 hari bcbas exjaln ddemam dan gangguan pemapasan, Tika gejala lebih dari 10 har, maka isolasidilanjutkan hingg gejala bilang ditambah dengan 3 hari bebas gejala. Isolasi dapat dilakukan mandisi di rumah maupun di fasts publik yang dipersiapkan pemerinta. + Petugas FTP dibarapkan proakt melakukan pemantavan kondisi pasien, + Sctelah melewati masa isolasi pasien akan kontrol ke FTP terdekat Non Farmakologis Eduicasiterkaittindakan yang harus dilkukan (sama dengan edusasi tampa gejala). Farmakologis © Vitamin C dengan pila = Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari) = Tablet isap vitamin C S00 me/12 jam oral (selamsa 30 ari) ~ Multivitamin yang mengandung vitamin ¢ 1-2 tablet /24 jam (selama 30 ba), = Dianjurkan vitamin yang komposisi mengandung vitamin C, BB, rink Vitamin D = Suplemen: 400 U-1000 TUhari (tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, tablet effervescent, tablet kunyal, tablet hisap, kapsul lunak, sebuk, sicup) = Obat? 1000-000 IUitari(tesedia dalam bentuk tablet 1000 TU dan tablet kunyah S000 TU) Antivirus = Favipiravi (sediaan 200 mg) loading dase 1600 mg/12 jamoral hari ke-1 dan selanju 5) Pengobatan simptomatis seperti parasetamol bila demarm, ‘Obat-obatan suport baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat Modem Asli Indonesia (OMAI) yang terogistrasi di BPOM dapat dipertimbangkan untuk dberikan namua dengan telap memperhatikan perkemtangan kondis Klinis pasien Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada 4. DERAJATSEDANG Isolasi dan Pemantauan ‘© Rujul ke Rumah Sakit ke Ruang Perawatan COVID-19/ Rumah Sakit Danurat COVID-19 * Gsolasi di Rumah Sakit ke Ruang Perawatan COVID-19/ Rumah Sakit Danurat COVID-19 # Pengambilan swab untuk PCR dilakukan sesuai Tabel 1 Non Farmakologis © Istirahat total, asupan kalori adekunt, kontrol elektrolit, status hidrasiterap cairan, oksigen + Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap berikut dengan hitung jens, bila memungkinkan ditambahkan dengan CRP, fungsiginjal,fangsi hati dan fot toraks secara beskala, Farmakologis + Vitamin C 200 ~ 400 mg/8 jam dalam 100 ce NaC 0.9% habis dalam 1 jam dberikan secara drip Intravena (IV) selama perawatan © Vitamin D ~ Suplemen: 400 1U-1000 IUhari (tersedia dalam bentuk fable, kapsul, tablet effervescent, tablet kunyab, tablet hrisap, kapsul lunak, serbuk, sirup) = Obl: 1000-000 IUithari(tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan tablet kunyah S000 IU) + Diberikan terapi farmakologis berikut: ‘o Salah satu antivitus barikut *Favipiravr (sediaan 200 mg) Zaading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-I dan selanjutnya 2x 600 mg (hari ke 2:5) Atau ‘Remdesivir 200 mg IV drip (hari ke-1)dilanjutkan 1x100 mg IV dep (hati ke 2-5 ata hari ke 2-10) ‘+ Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPIP (Lihat penjelasan pada derajat berat/ritis). Pengobatan simptomatis (Parasetamol dan lain-lain). Pengobatan Komorbid dan komplikasi yang ada DERAJAT BERAT ATAU KRITIS a, Teolasi dan Pemantauan, # Isolasi di aang isolasi Rumah Sakit Rujukan atau rawat sceara kohorting © Pengambilan swab untuk PCR dilakukan sesuai Tabel 1 b, Non Farmakologis + Istizahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektolit, status hidrasi(terapi cairan), dan oksigen + Pemantawin laborstorium darah perfer lengkap beriku dengan hitung jens, bila memungkinkan ditembahkan dengan CRP, fungsi ginjal, fun! hati, Hemostasis, LDH, D-dimer. + Pemeriksaan foto toraks serial bila perburakan + Monitor tanda-tanda sebagai bert, ~ Takipnea, frekuensi napas > 30min, = Saturasi Oksigen dengan pulse oximetry <93% (di jri), = PaO2Fi02 = 300 mmHg, ~ Peningkatan sebanyak 50% di keterlibatan area paru-paru pada pencitraan thoraks dalain 24-48 jam, = Limfopenia progresif, = Peningkatan CRP progres = Asidosis laktat progresif. + Monitor keadaan kits = Gagal napas ygmembutuhkan ventilasi mekanik, syok atau gagal multiorgan yang memerlukan perawatan ICU, = Bil tepadi gagal napas disetai ARDS pertimbangkan penggunsan ventilator mekanik(alur gambar 1) = ¥langkah yang penting dalam pencegahan perhurukan penyakit,yaitu sebagai berikut Bila alt rersedia dan memenuhi syarat Klin, gumakan high flow nasal cannula (HENC) atau non-invasive ‘mechanical ventilation (NIV) pada pasien dengan ARDS atau efusi part luas. HENC lebih disarankan dibandingkan NIV. (alur gambar 1) (0 Pembatasan resusitasi cairan,terutama pada pasien dengan edema paru, ‘© Posisikan pasien sadar dalam possi tengkurap (awake prone postion). + Terap obsigen: ji oksigenjika dtemukan SpO2<93% dengan udara bebas dengan mula dari nasal kanul sarupai NRM 15 Limenit, lal tira sesuni target SpO2 92 - 96%, = Tingkatkan terapi oksigen dengan menggunakan alat HENC (High Flow Nasal’ Canmula) jika tidak terjadi perbaikan klnis dalam I jam atu tejadi perburukan Klin i terapi oksizen dengan alat HENC; flow 30 Limenit, FiO? 40% sesuai dengan kenyamanan pasien dan dapat rempertahankan target SpO: 92 96% (0 Tenaga keschatan harus menggurakan respiraror (PAPR, N9S). (© Titrasi low secara bertshap 5~ 10 L/menit,dikuti peningkatan fraksi cksigen,jka + Frtuonnafigmash gl @35¢ien) ‘= Target SpO: belum tercapai (92 — 9 1 ork breathing yang asi enngat (spe, tbat nafs) ‘© Kombinasi dswake Prone Position + HENC selama 2 jam 2 kali schari dapat memperbaiki oksigenasi dan ‘mengurangi kebutuban akan intubasi pada ARDS ringan hingga sedang, ‘© Exaliasi pemberian HIPNC sctiap | -2 jam dengan mengaunakan indeks ROX. co Jika pasien mengalami petbaikan dan meneapai Krteria ventilasi aman (indeks ROX 2488) pada jam ke-2, 6, dan 12 menandakan babwa pasien tidak membutubkan ventlasi mvasif, sementara ROX ~3.85 menandakan fisiko tings) untuk kebutuban intubas co Jka pada evaluasi (1-2 jam pertams), parameter keberhaslan terapi oksigen dengan HENC tidak tereapai atau terjadi perburukan Kiinis pada pasicn, pertimbangkan untuk menggunakan metode ventilasiinvasif atau trial NIV ‘© De-eskalasi bertahap pada penyapiban dengan perangkit HIPC, dimulai dengan menurunkan FiO: $-10%!1-2 jam hingga mencspai faksi 30%, selanjutnya flow secara bestahap 5-10 L/I-2 am) hingga mencapai 25 L. fo Pertimbangkan untuk menggunakan terapi oksigen konvensional ketika flow 25 Limenit dan FiOn = 40%, © Perlu dipertimbangkan bahwa penggunaan alat HFN membutubkan ketarsediaan suplai oksigen yang sangat tinggi Indeks ROX = (SpO> / FiO.) /laju mapas NIV (Noninvasif Ventitation) © Tenaga keschatan barus menggunakan respirator (PAPR, N95) (0. Trial NIV sclama 1-2 jam sebagai bagian dar transisiterapi oksizen © Inisiasitorapi oksigen denean mengaunakan NIV: mode BAPAP atau NIV + PSV, tekanan inspirasi 12-I4 amILO, PEEP 6-12 cmblO. FiO: 40-60%, ‘©. Tirasitokanan inspirasi utuk meneapai targot volume tidal 6-8 miKg; ka pada inisiasi penggunaan NIV, dibutuhkan total tekanan imspirasi >20 cmfkO untuk mencapai tidal volume’ yg ditargetkan, pertimbangkan untuk seger melakukan metode ventilai invasif (tambahkan penilaian alternatf parameter) © Titrasi PEEP dan FiO» untuk mempertahankan target SpO: 92-96%. ‘© Evalunsi penggunaan NIV dalam 1-2 jam dengan target parameter; ‘+ Subjektf: keluban dyspnea mengalam pesbaikan, pasen tidak gelisah ‘+ Fisioogis:laju pemafasan <30vmenit Work of breauhing menurun, stabilites hemodniamik Objekti®: SpO: 92-9626, pH1>7,25, PaCO:: 30 SSmmllg, Pa >60 mmllg, rasio PF > 200, TV 6-8 ml/kgBR. ‘© Pada kasus ARDS berat, gagal organ ganda dan syok disarankan untuk segera melakukan ventilasiinvas © Bika pada evaluasi (1-2 jam pertama), panimeter keberhasilan dengan NIV tidak tereapai atau trjadi perburukan Klinis ‘pada pasien, lakukan metode ventas! inva ‘© Kombinasi Aiwke Prone Position + NIV 2 jam 2 kali schari dapat memperbaiki oksigenasi dan mengurangi kebutuban akan intuinasi pada ARDS ringin hingga sedan. [NIV dan HENC memilikirsiko terbentuknya aerosol, schingsa jka hendak diaplikasikan, scbaiknye di mangan yang bertekanan negatif (atau di rusngan dengan fekanan normal, namun pasien tetsolasi dui pasien yang lain) dengan standar APD yang lenghap, Bila pasien masih belum mengalami pertaikan Klinis maypun oksigenssi setelah dilakukan terapi oksigen ataupun Ventilasi mekanik non invasif, maka harus dilakukan peniaian lebih laut ‘Ventilasi Mekanik invasif (Ventilator) © Tenaga keschatan harus menggunakan reypirator (PAPR, N95), © Menetapkan target volume dal yang rendah (4-8 mUlkgBB), plateau pressure <30 emilaO dan driving pressure <1S cemEbO. RR: 18 25 x/menit, © Pada ARDS sedang — berat diterapkan protokel Higher PEEP, dengan pemantauan terjadinya barotrauma pada penggunaan PEEP >10 emlO. © Pada ARDS sedang ~ berat yang mengalami hipoksemia reftakter (meski parameter ventilsi optimal, dilakukan ventiasi paul posisi prone selama 12-16 jam per hari © Pada ARDS sedang - berat yang mengalami kondisi; dis-sinkroni antar pasien dan ventilator yang pesisten, plata pressure yang tinggi vecara persisten dan ventlasi pada posisi prone yang membuubkan sedast yany dalam, pemberian ‘lump otot secara kontinyu selama448 jam dapat dipertimbanken. ‘© Penerapan strategi terapi cairan konservatif pada kondisi ARDS © Penggunaan mole Airway Pressiae Release Ventilation dapat dipertimbangkan pada pemakaisn ventilator. Khusus penggunaan mode APRV ini harus di bawah pengawasan intensivis atau doMter spesialis anestesi, ECMO (Extra Corporeal Membrane Oxygenation) Pasion COVID-19 dapat menerima tempi ECMO di RS tipe A yang memiliki layanan dan sumber diya sendiri untuk rmelakukan ECMO, Pasicn COVID-19 kets dapat menerima terapi ECMO bila memenuhi indikasi ECMO setelah pasien terschut menerima terapi posisi prone (kecuali dikontraindikasikan) dan terapi ventilator ARDS yang maksimal menuanut lini. Indikasi ECMO 1, PaO2/Fi02 <80mmHg selama 6 jam 2. PaO2FiO2 3 jam 3. pH<7.25 + PaCO2 >GlmmHg selama 6 jam Kontraindikasi relaie sia = 65 tahun Obesitas BMI > 40 Status imunokompromis “Tidak ada ijn informed consent yang sah Penyakit gagal jantung sistolik kronik ‘Terdipat penycbab yang bespotensireversiel (edema pans, sumbatan mucus bronkus, abdominal compartment syndrome) Kontraindikasi absolut 1 Clinical Fralty Seale Kategori >3 2. Ventilasi mekanik > 10 hast 3. Adanya ponyzkit komorbid yang bermakna gal injal kronik stage I Siresis hepatis| Demensia Penyakit neurologis kronis yang tidak memungkinkan rehabilitas Keganasan metastase Penyakit paru tabap akhir Diabetes tidak terkontrol dengan disfimgsi organ kronike Penyakit vaskular perifer berat Gagal organ malipel berat Injui neurologik akut berat, Perdarahan tidak terkontrl. Kontrandikasi pemakaian antikoagulan. Dalam proses Resusitasi Jantung Par, ‘Komplikasiberatsering terjadi pada terapi ECMO seperti perdarahan, stroke, pneumonia, infeksi septikemi, rmetabolik hingga mat ota. gangguan Alur penentuan alat Bantu napas mekanik sebagai berikut ASE SUSPEK/PROBABLETERSONTWBUSICOMD 19 POSE FOL HOO, OOO woot (Gambar 1. Alur Penentuan Alat Bantu Napas Mekanik . Farmakologis Vitamin C 200 ~ 400 mg/8 jam dalam 100 ce NaC 0.9% habis dalam 1 jam diberikan secara drip Intravera (IV) selama perawatan © Vitamin B11 ampull24 janintavens # Vitamin D = Suplemen: 400 1U-1000 1Uihari (tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, ablet effervescent, tablet kunyab, tablet ‘hisap, aps Iunak, serbuk, sirup) = Obst: 1000-5000 IUihari (ersedia dalam bentuk tablet 1000 1U dan tablet kunyal S000 IU) Bila tedapat kondisi sepsis yang diduge kuat oleh karen ko-infoksi bakter, pemilihan antbiotik disesuaikan dengan ondisi Kins, folus infeksi dan fakior sisiko yang ada pads pasien. Pemenksaan kultur darah harus dikerjakan dan pemeriksan Kultur sputum (dengan kchat-hatian khusts) patutdipertimbangkan Antivirus * Favipiravie(sediaan 200 mg) loading dase 1600 mg/12 jamioral hari Ke-I dan sclanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 25) tau + Remdesivir 200 mg IV drip (bari ke-1) dilanjutkan 1x100mg IV drip (hari ke 2-5 atau hari ke 2-10) Deksametason dengan dosis 6 mg/24 jam sclama 10 hisi stau kortikosterod lain yang setara seperti metiprednisolon 32 mg, atau hidrokortison 160 mg pada kasus berat yang mendapat tera oksigen atau kasus berat dengan ventilator ‘Ant interleukin-6 (IL-6) ‘Tocilizumad atau sarilumab merupakan obat kelompok anti IL-6, Sarilumab belum tersedis di Indonesia, schingza ‘yang dipakas adalah Tocilizamab, Tocilizumab dibenkan dengan dosis 8 mg/kgBB single dose atau dapat éiberkan | fall agi dosis tambahan apubila gejala memburuk atau tidak ada perbaikan dengan dosis yang sama, Jarak pemberian 1 minggn, dan jumlah virus mencapai puncaknya, atau dengan kata lain jumiah virus berpotensi tidak akan bertambab lag Penanda peradangan COVID-19 mulai berat tetapi belum kritis dapat dilibat dari skor SOFA masih kurang dari 3, sementara terdapat skor CURB-65 2, atau saturasi oksigen 93% namun dapat dikoreksi dengan ‘oksigen fraksi < 50 % (setara dengan O2 tak lebih dai 6 Lim dengan nasal kanul atau simple mask), atau laju perrapasan >30 per menit, ata foto teraks terdapatinfiltrat multilobus bilateral, dengan salah satu penanda biologis di Tawa ini: Dedimer=0,7 ug/L, 1L-6240peimt. Limfosit<800 ~ 10°71 Ferritin 700 ng/L Fibrinogen > 700 mg/L vy > CRP 75 mgiL + Pengobatan Komorbid dan komplikasi yang ada Apia ej sya, lakh talks sok sexta! pedoman tnlaksarasyok yang sada aa JInisias resusitas cairan dan pemberian vasopressor untuk mengatas hipotensi dalam 1 jam pertama + Resusitasi cairan dengan bolus cepat kristaloid 250 — 500 mL (15 ~ 30 menit) sambil menial respon Klin. ~ Respon Klinis dan perbaikan target perfusi (MAP 65 mmHg, produksi urine 0,5 ml/kg/jam, perbaikan capillary refill time, laju nadi, Kesadaran dan kadar lata, Penilaian tanda overload eairan setinp melakukan bolus cairan + Mindari pengguraan kristaloid hipotonik, gelatin dan starches untuk resusitasiinisiasi Pertimbangkan untuk mengeunakan incicks dinamis terkait volume responsiveness dalam memandu resusitasi cairan (passive leg rising, uid challenges dengan pengukuran stroke volume secara serial atau variasitekanan Sistolk, pulse pressure, ukuran vena cava inferior, atau stroke Volume dalam hubunganny@ dengan perubahan {ckanan igratorakal pada pengguraan ventilasi mekanik) + Penggunzan vasopressor bersamaan atau setelah resusitasi caran, untuk mencapai target MAP 6S még dan pperbaikan perfusi - Norepineftin sobagai first-line vasopressor + Pada hipotersi refraktertambahkan vasopressin (0,01-0,03 iu/menit) atau epinephrine. Penaribaban vasopressin (0,01-0,03 iwmenit) dapat mengurangi dosis norepinehrinc ~ Pada pasien COVLD-19 dengan disfungsi jantung dan hipotensi petsisten,tambahkan dobutamin. © Jika memungkinkan gunakan monitor parameter dinamis hemodinamik. Baik invasif, seperti PiCCO2, EV 1000, “Mostcare, maypun non-invasif, seperti ekokardiografi, (CON, dan NICO2. © Obat suport lainnya dapat diberikan sesual indikasi © Antikongulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPIP (Keterangan lengkap terkat trombosis dan gangguan koagulasi seperti dibawab ini) ‘Troma dan Gangguan Koagulasi Berdasurkan berbagai data yang ada, ISTH merekomendssikan pemeriksaan D-dimer, masa prothvombin {prothrombin time/PT) dan hitung trombosit pada semua pasien dengan infeksi COVID-19. Interpeetasi kadar D-dimer haus dilakukan dengan hati-bati pads pasien usia lanjut dan jika terdapat penvakit penyertalkemorbid (seperti ‘gangguan hati, pasien dengan penyakit kardiovaskular) yang dapat meningkatkan kadar D-dimer meski tampa diser infeksi. Pada pasien COVID-19 berat dengan sisiko perburukan koagulopati dan menjadi DIC, pemeriksaan laberatorium hemostasis dapat ditambahkan fibrinogen untuk menilai perburukan atau diagnosis awal terjadinya DIC. Kriteria DIC yang digunakan adalah kriteria ISTH yang dapat dilibat pada Tabel 2 “Tabel 2. Krteria DIC berdasarkan The Intemational Society of Thrombosis Haemostasis (ISTH). Kater ‘Shor Nil Tah won) 2 1 2 Usia 285 tahun 3 ‘Trombositopenia < 50.0001 4 Riwayat perdaraban dalam 3 balan terakbir 4 Utkas gastro-intestinalaktit 4 “iar tal 305: respond 7 rk ea pear Fon =7 pam, otk erjedma perdarahan LPG, lu floes ghmerdus ICU, tive ere Ul, CCU, Coronary Care Unit Gambar 2. Algoritma tatalaksana koagulasi pada COVID 19 berdasarkan marker laboratorium sederhana, ‘allan aera sesust mensun benimarca gt pening ** Pema hak inne dapat seks sella psn wat inp. #* Meskipan cut-off ses tidak dopa ddinskan, peningkotan mi Dsler tn hinggn cmpat kali ipa pat dianggap Signin 2. Antikoagulan Profilaksis Pada Pasien COVID-19. Kondisi Kritis Peningkatan desis profilakss antikoagulan direkomendasikan pada pasien COVID-19 yang dirawat ICU ‘tau post-ICU, Pemberian antikoagulan proflaksis pada pusien COVID-19 kendisi krtis mengikuti kritria bevikut a.Kriteria inks + Pasien terkonfirmasi COVID-19 atau pasien suspek atas probable yang smembutubikan perawatan ICU dawatau setelah dipindabkan dari perawatan ICU + Trombasit lebih 25.000 bb Kriteriaeksks + Tumnlah tombosit kurang dari 25.000 atau memiliki manifestasi perdaraban + Pasion bodah sara (neurosurgery) atau momiliki perdarahan aktit ‘Tabol 4. Penggunsan aniikoaguilan pada pasion kris Dosis penyesuaian CrCl>30mLimenit CrCl =30mL7 menit Sandar Enoxaparin 40 mg dia UFH 7.500 units Kali scharisubkutn, atau tiga kali sobari ‘UPH 7.500 units tiga kali subkutan schar sublatan Obes (2120kg or Enoxaparin 05 mu/ke—UFHH 10,000 units BMI> 35) ddua kali schari subkutan tiga kali schari (osis maksimal 100 mg subkutan dua kali sehai, atau UFH 10.000 units tiga kali schari erat badan kurang Enoxaparin 30 mg dua UPI 7.500 units dai 60 kg Jali sehari subkutan atau tga Kal seb UFH 7.500 units ign kali subkoran char sublutan n RAL 8, Oseltamivir (Oseltamivir adalah obat antiviral yang digunakan untuk pengobatan dan pencegshan infeksi influenza tipe A dan B. ‘Obsat ini bekerja dengan menghambat neuroamidase yang dibuluhkan oleh virus influenza untuk merlis vitus-virus bara di akhir proses replikasi. Oscliamivir diberikan secara empiris pada masa awal pandemi COVID-19 karena sulitaya ‘membedakan gejala pasien COVID-19 dan pasien yang terinfeksi virus influenza ‘Saat ini, oseltamivir dapat ditambabkan pada kondisi dimam pasien dengan COVID-19 dan didu influenza dengan dosis 2x 75 mg. terinfehsi virus b. Antibiodk Potensi penggunaan antibiotik yang berlebih pada era pandemik Covid-19 ini menjadi ancaman global tehadap ‘meningkanya kejadian bakteri mutiesisten. Gora menyikapi fakin dan data yang ada, WHO menganjurkan pemberian antibioik pada kasus eovid-19 yang beat dan tidak menganjurkan pemberin antibiotk rutin pada kasus eovid9 y fingan. Selanjunya berbapsi upaya untuk teap menjaza prnsp-prinsip Penatagunsan Anumikroba’ (lntinicrobial Stewardship) ara teusdilekukan 2. Upaya pengambilan bahan kultursebelum pemberianantibioik, Sampel disesusihan den pasion . Upaya re-evaluasi kondisi Mins pasen secarakelat hars selalu dikerjakan,baik melalui evaluasiKeluban msupun vals parameter penunjang, seperti parumterleukosit,hitungjenis, CRP, procaletonin, penitraan, has kutur, dan sebagainya Segera melakukan de-eskalasi atau stop antibioik bila klinis dan hail pemeriksaan pemunjang sua membaik, Pilihan dan dams era ansibiotk empiik, mengikuts pandwin tera poeumonia komt Bagi pasien yang davat di rang intensif dan menggumkan bantuan venlasi mekanik, bundle penceyaban VAP (Ventlator Aswociated Preuomia) HAP (Hospital Aequred Pacumona) sera pissip-pinsip poneegahan infksi nosokomialharus rus dipethatikan. f. Apabila pasion trindikast mengalami infeksi VAP/HAP, pilihan antbiotk empiri unuk VAPIHAP mengikuti pola ‘ikrobiolosis din pala resists: lal dt masing-masing Rumah Saki 4 Apabila pasien mengalami panyubt infekst lain seperu infgksi Kult dan jaringan lunak Komplikat, infeksi ina atkominal komplikata dan sebaginya, upaya untuk melakukan kontrol sumer infeksi dan tatlaksana yang memada 1 fokus infeksi dan kondisi seswai dengan panduan harws terus diupayakan dan diharapkan kecurigaan teehadap adanya infeksi covid-19 tidak menimbullan hambatarketcrlambatan yang berlanat-lanat h, Rekomendasi nasional untuk tetap melakukan evaluasi teadap penggunaan anitbibiotk yang rssional di era pandemi ‘covid-19, harus terus dipromosikan dan diupayakan sobogaibalian dar tatalaksana terbak bagi pasion, Antibod! monoklonal Antibod mondklonal adalah protein yang dibuat di laboratorium dan memiliki Kemampuan untuk: menina kesja sistem ‘mun dalam melawan antigen becbalaya seperti virus. Penggunaan antibodi monoklonal urmumaya ada COVID-19 dergjat singan sampai sedang. Bcherapa antibodi manoklonal tersebit adalah (1). Banlanivimab 700 mg + elesevimab [400 mg. 2) Casirivimab 1.200 mg + imdevimab 1.200 mg. Di Amerika Serikat, Food and Drug Administration sudah memberikan izin penggunan darurat (Emergency Use Authorisarion/EUA) terbadap 2 kombinasi antibod monoklonal di tas pada pasien COVID-19 derajat ingan-sodang Kombinasi bamlanivimab + etesevimab akan segera dilakukan wi klinis di Indonesia, 3). Sotrovimats Sottomivab sudah mendapat ijn penggunaan darurat dari Fan and Drug Administration Azerika Serikat (Emergency Use Authorzation/EUA) untuk tatalaksana COVID-19 derajat ringan dan sedang pada dewasa dan anak —usia > [2 tahun dengan berat badan minimal 40 kg. Sotrovimab tidak direkomendasikan untuk COVID-19 yang dirawat inap ATAU COVID-19 yang membutuikan terapi oksigen. Dosis Sotrovimab adalah SO0 mg dosis tungyal diberikan secara immravena, Saat ini Sorovimal belum tersodia Indonesia, (4) Vilebelimad Di Indonesia, ujiklinis anibodi monoklonal vilo rumah sakit di Indonesia, (3) Regdanvimab Reedanvimah menupakan antibodi monoklonal Iain dari korea yang sudah ditcliti. Reganvimab direkomendasikan untuk pasien COVID-19 dewasa yang tidak memerlukan oksigen alau yang berisiko tinggi menjadi berat, Dui rset ‘yang suiah ada, sis regdanvimals 40 mg/keBB secara intravena, diberikan segera setcla terdiagnoss tidak lebih dari 7 hat sejak onset pejala, limab seding dilakukan di 4. Janus Kinase Inbibitor ‘Obat penghamat kinase bekerja dengan menghambat proses protein fosforilasi yang teribat dalam trandukst signal ‘erjadinya aktivasi imun dan inflam. Inhibitor janus kinase JAK) yaitu baricitinib seca teeri mnemiiki aktivitas antivirus socara langsung dengan cara melakuksn intervensi endositosis vir, sceara potensial mencegah masuknya dan terinfeksinya selsel yang rentan, Indikasi pemberian JAK adalah pasien COVID-19 yang baru saja masuk rawat inp dengan peningkatan ‘kebututan oksigen dengan cepat dan terjadi inflamasi sistemik maka dapat diberikan baricitinib atau tocilizumab, sesuai dengan Kctersediaan obat yang ada. Dosis baricitinib adalah 4 mg per oral selama 14 hari tau selesai perawatan RS. Buricitinib sebaiknya digunakcn sebagai kombinasi dengan sterod (dengan atau tanpa remdesivin, Saat ni barcitim belum tersedin di Indonesia, apabila tersedia dapat diberikan pada pasien derajat erat atau kitis, dan memiliki peran yang setara sepert tocilizumab, ‘e. Mesenchymal Stem Cell (MSC9) Sel Punca Pada prinsipnya pemberian MSCs dapat menycimbangkin proses inflamasi yang terjad pada kondlsi ALVARDS yang Gitandai dengan eksudat fitremixoid seluler, inflamasi paru yang luas, edema paru, dan pembentukan membran hyalin MSCs bekerja sebagai imunoregulasi dengan nekan profileasi sel T. Selain itu sel punca dapat berinteaksi dengan sel-sel endritk sehingga menyebabkan pergeseran sel Th-2 proinilamasi menjadi Th antininflamasi, termasuk perubahan profil stikoin menuju aokiinilamasi, Hingga saat ii, bolum ada MSCs yang mendapat rekomendasi olch FDA Amerika selngsi pengobatan COVID-19, dan ‘penggunannya pun dibatasi hanya untuk kepentingan uj Klinis, expanded access programs, atau emergency investigational new drug application. Saat ini, diketahui ada 62 uji Klinik yang terdaftar pada clinicaltrial.gov. Salah satu penelian yang. telah ‘terpublikasikam hasilnya adalah pilor sme olch Long .dkk. Pendltian MSCs dilakukan di Beijing YouAn Hospital, dimana 7 pasien terkonfirmasi COVID-19 (I pasien termasik kategeri krtis, 4 kategori berat, dan 2 gejala uum) rendapatkan ‘erapi implaniasi MSCs 1 juta sel/KgBB 1x pemberian ketka klinis memburuk kemudian diobservasi selama 14 hati, 7 ppasien yang mendapat teripi MSC sembuh dalam I-2 minggw sctclah inisasi tapi. Ditermukan perbaikan Klinis 2 hari setelah inisias, penuruzan CRP, kenaikan Imfost, pebaikan ifitat dari CT scan, dan hasil PCR negaifsetelah 1-2 mingeu inisins terapi i Indonesia sendii, basil uji Klinik MSCs yang dilakukan pada empat RS yaitu RSCM, RS Persababutan, RS UL, dan AS Sulianti Saroso sudah dipublikasi di jumal intemasional. Uji Klinik dilakukan pada 40 pasien derajat kritis. Dosis yang 40 ky adalah 200-500 mL sedangkan anak <40 kg dosis 10-15 Like Telaah sistematik (systematic review) pada Cochrane Library menyatakan tidak yakin (‘very uncertain’) apakab kesembuhan pasien semat-mata karena pemberian plasma konvalescn atau faktor-fakior Iain seperti: (1) poralanan alamiah Penyakit, atau (2) terapi Iain yang diberian bersamasn, Publikasi Cofrane Library tanggal 21 Mei 2021 menyimpulkan bbeberapa hal sebagai berikut ‘© Tenipi Plasma Konvalesen tidak memiliki keuntungan dalam tatalaksana pasien COVID-19 demajat sodang dan berate, © Masih belum jelas efek tera plasma konvalesen pada pasien COVID-19 derajatringen atau tanpa ge Bordasarkan hasil penclitian Uji Klinik Pemberian Plasma Korvalesen Terapi Tamaan Covid-19 (PIASENTER) yang ilakukan oleh LilBangKes KemKes RI mendapatkan baba 10 Terapi plasma konvalesen masih perludilakukan dalam koridor penelitian © Pada analisissementara dari hampir 1/3 jumlah target sampel, didapatkan tidak ada perbedaan pri (mortalitas) yang diinginkan © Hal ini sangat mungkin dipengaruhi oleh Karakteristik subjek klinis (95% dalam kondisi COVID-19 berat saat enrollment), dan onset gejala yang lama (>8 hurt) dari pemberian plasma sehingga efektivitas pemberian terapi tidak bermanfaat digumakcan pada Kelompok ini © Perlu dipestimbangkan pada kelanjutan studi agar dilakukan modifikasi design populasi target (lebib banyak ‘merckrut populasi subjek COVID-9 sedang dengan faktor rsiko perboratan, sera onset gejaln yang lebih dini) ‘dan mengubah end-point menjadi pencegahan terhadap perburukan Khinis uy end-point Ivermectin Ivenmectin di Indonesia widaftar sebagai obat untuk infeksi keeacingan (Stronguloidiasis dan Onchocereiasi) Menurut penelitan secara m vitro yang telah dipublikasikan, Ivermectin memiliki potensi antiviral. Namun, scbagian besar Uy Klinik menunjukkan hasil yang tidak konsisten mengenai manfaat Ivermectin untuk pasien COVID-19. Sementara itu, ‘data di Indonesia mash mening basil uj Klnis yang kini sedang dilakukan di beberape rumah sakit. Hingga kini, WHO tidak merekomendasikan penggunaan Ivermectin pada pasien COVID-19 kecuali dalam rangka uji Mins, iL N-Asetlsistein Tnfeksi SARS.CoV-2 atau COVID-I9 herhubungan dengan Ketidakscimbangan oksidan dan antoksidan yang rengakibatkan inlamasi dan kerusakan jaringan, Glutation merupakan antioksidan yang banyak ditemukan di tubu dan bberperan dalam melicangs sel di sresoksidai: Naseisistein (NAC), yang sing digunakan sebagai obat mukoltk, smemilik sift anoksdan secara langung maupun sear tidak langsung mel pelepasan augus sisein sebagai senyansa prekursor dalam prose sintesisglutaion. Berbugai penlitian sebelumnya, data aval penelitan tehadap COVID-18 dan blasanpatofsiologis mengarabkan baba sifot antioksidan Neascibiscin dapat hermanfaat scbasss tera danlata ppencegahan COVID-19, Uji klins NAC pada COVLDI9 masih sangatterbats. Dosis yang digunakan adalah di atas'ama ‘Sengan 1200 mg per har oral atapunineavend,trbagi 2-3 kali pemberon. “Terdapat | ui Klinis oleh de Alencar dhk yang menlai efeklvilas NAC sebagai rofilaksis gagal napas pada pasien COVID-19 dengan distress permipasin akut borat. Hasil memanjukkan tidak ada perbedaan bermakra pada Kebituban ‘ventas! mckanik, angka kematian, masuk ICU, lama perawatan di ICU, dan lama perawatan di RS. Beberapa studi Kins fase 2 dan 3 lainnjasodang balan dan hanya bara didapat sitar thon 2021 J. Kolkisin Saat ini terdapat beberapa penelitian yang berusaha meni efektivitas kolkisin untuk COVID-19. Ada beberapa hipotesis mekanisme kerja dar kolkisin puda COVID-19, diantaranya adalah (1) menghambat ekspresi E-selectin dan L- selecin (mencegah perlekatan netrofil di jaringan); (2) mengubsh struktur siteskeleton nerofil (menggangew proses perpindahan netofil, (3) menghamtat NLRP3 inflammasom (mengamtah badai sitokin); dan (4) mengambat netrofi ‘elastase (mencegah aktivasi/ agrees platelet). Sebuah RCT dari Lopes dkk menilai pemberian kolkisin sebagai terapi adjuvant pada pasien COVID-19 ditandingkan dengan yang hanya menclapat terapi standar saja, Ponelitian menunjukkan bahwa pomberian kolkisin dapat menurunkan [kebutuban penggunaan oksigen, menurunkan lama rawat, dan menurunkan CRP. Saat ini, Kolkisin sedang ditelit lebih lanjut ‘dalam RECOVERY Trial, melibatkan 18,000 pasien di lnggris Dosis yang digunakan pada RCT open label oleh Deflercos dk adalah 1.5 mg loading dose diikuti oleh 0.5 mg setelah 1 jam dan dosis maintenance 0.5 mg seminggu 2 kali selama 3 minggu, RCT double blind Lopes dkk menggunakan desis 3 x 0.5 mg sclama Shar dikuti 2 x 0.5 mg untuk 5 hari berikumnya, Sedangkan RCT double blind Tardif dkk memakai dosis 2x 0.5 mig untuk 3 hari, diskuti 1 x 0.5 mg untuk 27 hari selanjutaya, Kemudian studi kobort prospektif yang dilakukan Pinzon ‘dkk menggunakan dosis 2x 0.5 mg untuk 7-14 bas. k. Spironolakton Reseptor ACE-2, ragulasi sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAS), din TMPRSS2 (transmembrane portease, serine 2) adalah faktor yang berpengamuh teradap infektivitas dan kemampuan SARS-CoV-2 untuk masuk ke dalam sel Ekspresi ACE-2 dan regulasi RAS mengalami abnormalitas pada pasion hipertensi dan obesitas, sedangkan TMPRSS? smengalami ekspresi berlebihan ketika tempaparolch androgen, Spitonolakton merupskan salah satu jenis mineralokortikoid yang memiliki efek antagonis reseptor androgen, antihipertensi, kardioprotektif, dan neffoprofektif. Spirenolakton dibipotesiskan mampu memitigasi abnormalitas ekspres ACE2, memperbaiki keveimbangan ACE-2 yang tersirkulasi dan tenikat pada membrane, mengambat aktvitas TMPRSS2 yang termediasi androgen, dan memperbaiki disfungsi RAS yang berpotensi mengurangi pematangan virus. Oleh karena stu, spironolakton berpotens! memberikan efek protekifterhadap SARS-CoV-2, terulama pada stadium awal. ‘Sampai saat ini, terdapat boberapa ujiklinis pomberian spironolakton pada COVID-19 yang sedang atau akan rjalan, iantaranya CONVIDANCE tial (NCTO4643691), dan BISCUIT tial (NCTOM24134). Pada trial Spironolactone in COVID- 19 induced ARDS (SCTO4345887) dosis yang digunakan adalah 2x 100 mg selama Shari berwrue-tarut L Anti TL-t (Anakinray ‘Amakinra merupakan antagonis reseplor IL-1 rekombinan yang memiliki: mekanisme untuk menetralisasi reaksi hiperinilamasi yang lerjadi pada kendisi ARDS yang disebabkan oleh infeksi SARS-CoV-2. Pada sebuah studi klinis yang ‘melibatkan 52" pasicn, Anakinra dapat menurunkan kebutuban pemakaian ventilasi mekanis invasif dan menurunkan -kematian pada pasien COVID-19 tanpa efek samping yang serus, Dosis yang dapat diberskan adalah 100 mg 12 jam selama 72 jam ditanjutkan dengan 100 mg/ 24 jam selama 7 bari, Anakinrs saat ini belum ada di Indonesia Bronkoshop ronkowopi menipakan salah at tindskan di idang resis yng datas! pongginaannys, mengingat COVID-19 imerupakan penvakt yang sangatinfeksiusschingga bronkoskopi flu metjailrekomendas bak unk penegstan ‘Gagne ponmonia viral Tinakan bronkoskont meupatanfindakan yong dapat membeat eros taupe rope yang ayut metjad’ media penulann COVID-19 yang vangst menular scien sebisa mangkin sebuiknya dunia dengan ‘emperimbangkan bees halterstama Kelantan tnapa kescatan sera inks ndakan bronkoskop dagnostik ttaup trpent "india! Gndskantronkosopi pa asin COVID-19 tu suspek COVID-19 aaah tea KonsKegaat daruratan pa pasicn COVID-19 ata sige COVID-19 yang memerikantndakanbronkoskopi trap isa macs pg pad pase COVID-I9 alas pusen suspek COVID-ID yang terimubas, mubast sult yang memerukan panda bronkoskopi maupun indikasi urgent lainnya sesuai pertimbangan dokter penanggung jawab pasien (DPJP) atau Tim Terapi. Apabila hal ini dilakukan, tindakan bronkoskepi dilakukan di ruang isolasi bertckanan negatif dan scluruh tenaga medis barus menggunakan APD lengkap. ‘Therapeutic Plasma Exchange (TPE) Pengobatan Covid 19 yang pada dasamya sampai saat ini adalah supporif terapi membuat bebrapa modalitas terapi ‘yang. diperkirakan dapat sengotasi hipersitokinemia’ cytokine starm menjadi suata suant pemikiran, salah satunya therapeutic plasma exchange (TPE) Plasmapheresis Prosedur TPE adalah pemisahan plasma dari komponen darah lain yang mana TPE dapat mengeluarkan antibody, -kompleks imun,lipoptotein, macromolecules, juga toksin dan molekulinflamasi yang ada dalam plasma. Pada infeksi virus ‘dk diperlukan TPE dikarenskan sifatnya yang self limiting. Akan tetapi peda beberapa kasus autoimun bal ini ma 24 jam serta bila ada perburukan sesuai dengan Pedoman Pencegahin dan Pengendalian ‘Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Revisi ke-5, Kementerian Kesehatan RI Hal 86. + Pemantaunin terhadap suspekdilakukan berkala selama menunggx hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan oleh FKTP Non Farmakologis Pemeriksaan Hematolog’ longkap di FKTP, contohnya Puskesmas Pemeriksaan yang disarankan terdii dari hematologi ruin, hitung jenis leukost, dan laju endap dara, Foto toraks Dil ‘peri odukasi apa yang harus dilakukan (Ieaflet untuk dibawa ke rumah) Pribadi (© Pakai maser jika keluar (© Jaga jarak dengan keluarga co Kamar tidur senditi ‘© Menerapkan etika batuk (Diajarkan oleh petugas medis kepada pasien) ‘oAlat makan minum segera dicuci dengan airsubun (0 Berjemur sekitar 10-15 menit pada sebelum jam 9 pagi dan setlah jam 3 sore (© Pakaian yg telah dipakai sebuiknya masukkan dalam kantong plasic/wadah tertutup sebelum dicuel dan segera jimasukkan mesin cust Ukur dan catat sub tabu tiap jam 7 pag dan jam 19 malar ‘© Sedapatnya memberikan iaformasi ke petuyas pemantawFKCTP atau keluarga jka terjadi peningkatan subu tubuh > 38°C = Lingkungan/kamar ‘9 Perhatikan ventilsi,cahays dan dara (© Sebuiknya saat pagi membuka jendela kamar ‘© Saat membersihkan kamar pukai APD (masker dan gogzles) (© Bersihan kamar setiap bart, bisa dengan airsabun atau bahan desinfektasn lainnya ~ Keluarga; © Kontak erat sebaiknya memeriksakan dist (© Anggotakeluarga senantiase pakai masker 0 Jagajarak minimal | meter fo Senuntiasa ingat cuci tangan ‘© Jangan sentuh daerah wajah kalau tidak yakin tangam bersih Ingatsenantiasa membuka jendela rumah agar sirkulasi udaratertukar Borsihkan sesering mungkin dierah yg mungkin tersemtuh pasien misalnya gagang pint dl

Anda mungkin juga menyukai