Anda di halaman 1dari 7

Nama: Riyan Kurniawan

NIM: 200602032

Prodi: Pendidikan Bahasa Inggris

Mata Kuliah: Dasar-Dasar Pendidikan

Tugas: Artikel; Masalah Aktual Pendidikan di Indonesia


MASALAH AKTUAL PENDIDIKAN DI INDONESIA

Pendahuluan

Latar Belakang

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara
lain dengan data UNESCO (2000), bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin
menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99
(1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999). Menurut survei Political and Economic Risk
Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di
Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic
Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki
urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang
sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53
negara di dunia.

Pada realitanya pun kondisi sistem pendidikan di Indonesia masih sangat memprihatinkan.
Contohnya masih banyak anak-anak Indonesia yang belum mendapatkan fasilitas sekolah yang
layak. Apalagi dengan situasi pandemi sekarang, kurikulum pembelajaran jarak jauh itu sangat
gak efektif untuk siswa yang ada di daerah. Sebenarnya apa saja sih yang menyebabkan
pendidikan di Indonesia mengalami ketertinggalan? Di dalam artikel ini penulis akan
menjabarkan faktor rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia beserta solusi untuk
mengatasinya.

Rumusan Masalah

1. Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia


2. Solusi mengatasi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia

Tujuan

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar Pendidikan oleh Ibu Ardiya, S.S, M.Pd
2. Menjelaskan kepada pembaca perihal masalah aktual pendidikan di Indonesia
Isi dan Pembahasan

Faktor yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia

1. Masalah Keutuhan Pencapaian Sasaran

Pada Undang-Undang No 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional bab II pasal
4 telah dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional ialah mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya. Kemudian dipertegas lagi di dalam GBHN butir 2a dan b tentang
arah dan tujuan pendidikan bahwa yang dimaksud dengan manusia utuh adalah manusia
yang sehat jasmani dan rohani, manusia yang memiliki hubungan vertikal (dengan
Tuhan), horizontal (dengan lingkungan dan masyarakat), dan konsentris (dengan diri
sendiri); yang berimbang antara duniawi dan ukhrawi. Tetapi di dalam pelaksanaanya
pendidikan afektif belum ditangani semestinya. Kecenderungan mengarah kepada
pengutamaan pengembangan aspek kognitif. Untuk itu banyak hambatan yang perlu
dihadapi untuk mencapai sasaran secara utuh.

2. Masalah Kurikulum

Begitu banyak masalah-masalah kurikulum dan pembelajaran yang dialami Indonesia.


Masalah-masalah ini turut andil dalam dampaknya terhadap pembelajaran dan
pendidikan Indonesia. Masalah kurikulum meliputi masalah konsep dan masalah
pelaksanaannya. Sumber masalahnya ialah bagaimana sistem pendidikan dapat
membekali peserta didik untuk terjun ke lapangan kerja (bagi yang tidak melanjutkan
sekolah) dan memberikan bekal dasar yang kuat untuk ke perguruan tinggi.

Jika dibandingkan dengan kurikulum pendidikan di negara maju, kurikulum yang


dijalankan di Indonesia terlalu kompleks. Hal ini akan berakibat bagi guru dan
siswa. Siswa akan terbebani dengan segudang materi yang harus dikuasainya.
Sehingga siswa harus berusaha keras untuk memahami dan mengejar materi
yang sudah ditargetkan. Kedua hal tersebut akan mengakibatkan ketidakpahaman
siswa terhadap keseluruhan materi yang diajarkan.

• Seringnya berganti nama


Kurikulum pendidikan di Indonesia sering sekali mengalami perubahan.
Perubahan tersebut hanyalah sebatas perubahan nama semata. Tanpa
mengubah konsep kurikulum, tentulah tidak akan ada dampak positif dari
perubahan kurikulum pendidikan Indonesia. Namun Pengubahan nama kurikulum
pendidikan tentulah memerlukan dana yang cukup banyak. Apabila dilihat dari
sudut pandang ekonomi, alangkah baiknya jika dana tersebut digunakan untuk
bantuan pendidikan yang lebih berpotensi untuk kemajuan pendidikan.

• Kurangnya sumber prinsip pengembangan


Pengembangan kurikulum pendidikan tentu saja berdasarkan sumber prinsip,
untuk menunjukan dari mana asal mula lahirnya suatu prinsip pengembangan
kurikulum. Sumber prinsip pengembangan kurikulum yang dimaksud adalah data
empiris (pengalaman yang terdokumentasi dan terbukti efektif), data eksperimen
(temuan hasil penelitian), cerita/legenda yang hidup di masayaraksat (folklore of
curriculum), dan akal sehat (common sense).

3. Masalah Peranan Guru


Sejalan dengan pengembangan IPTEK yang pesat dan realisasinya dipandu oleh
kurikulum yang selalu disempurnakan, maka guru sebagai suatu komponen sistem
pendidikan juga harus berubah. Dari sisi kebutuhan murid, guru tidak mungkin seorang diri
melayaninya. Untuk memandu proses pembelajaran murid ia dibantu oleh sejumlah
petugas lainnya seperti konselor (guru BP), pustakawan, laboran, dan teknisi sumber
belajar.
Seorang guru diharapkan mampu mengelola proses pembelajaran (sebagai manajer),
menunjukkan tujuan pembelajaran (direktor), mengorganisasikan kegiatan pembelajaran
(koordinator), mengkomunikasikan murid dengan berbagai sumber belajar (komunikator),
menyediakan dan memberikan kemudahan-kemudahan belajar (fasilitator), dan
memberikan dorongan belajar (stimulator).

4. Masalah Pendidikan Dasar 9 Tahun


UU RI Nomor 2 Tahun 1989 Pasal 6 menyatakan tentang hak warga negara untuk
mengikuti pendidikan sekurang-kurangnya tamat pendidikan dasar, dan Pasal 13
menyatakan tujuan pendidikan dasar. Kemudian PP Nomor 28 Tahun 1990 tentang
Pendidikan Dasar, Pasal 2 menyatakan bahwa pendidikan dasar merupakan pendidikan 9
tahun, terdiri atas program pendidikan 6 tahun di SD dan program pendidikan 3 tahun di
SLTP, Pasal 3 memuat tujuan pendidikan dasar yaitu memberikan bekal kemampuan
dasar pada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota
masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia, serta mempersiapkan peserta didik
untuk mengikuti pendidikan menengah.
10
Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun, antara lain :
• Realisasi pendidikan dasar yang diatur dengan PP No. 28 Tahun 1989 masih harus
dicarikan titik temunya dengan PP No. 65 Tahun 1951 yang mengatur sekolah dasar
sebagai bagian dari pendidikan dasar, karena PP tersebut belum dicabut.
• Kurikulum yang belum siap
• Pada masa transisi para pelaksana pendidikan dilapangan perlu disiapkan melalui
bimbingan-bimbingan, penyuluhan, penataran, dan lain-lain.

Solusi Mengatasi Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia

1. Solusi Masalah Mutu Pendidikan

Meskipun untuk tiap-tiap jenis dan jenjang pendidikan masing-masing memiliki kekhususan,
namun pada dasarnya pemecahan masalah mutu pendiidkan bersasaran pada perbaikkan kualitas
komponen pendidikan serta mobilitas komponen-komponen tersebut. Upaya tersebut pada
gilirannya diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses pendidikan dan pengalaman belajar
peserta didik, dan menghasilkan hasil pendidikan.

Upaya pemecahan masalah masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-hal yang
bersifat sebagai fisik dan lunak, personalia, dan manajemen. Sebagai berikut:

• Seleksi yanglebih rasional terhadap masukan mentah, khususnya untuk SLTA dan PT.
• Pengembanagn kemanpuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut.
• Penyempurnaaan kurikulum.
• Pengembanagan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tenteram untuk belajar.
• Penyempurnaan sarana belajar seperti buku paket, media pembelajaran.
• Peniungkatan adminisrasi manajemen khususnya yang mengenai anggaran.
• Kegiatan pengendalian mutu.

2. Solusi Malasah Kurikulum

Pada kenyataannya, karena adanya perbedaan kemampuan dan pengetahuan guru, belum semua
guru mampu mengembangkan kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa untuk
mengamati fenomena yang terjadi yang berhubungan dengan materi pelajarannya. Hal inilah
salah satunya yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan kurikulum. Oleh karena itu, sangat
perlu bagi masing-masing sekolah mengadakan kegiatan :

• lesson study ataupun workshop yang membahasa cara mengajarkan kegiatan pembelajaran
yang dimaksudkan dalam kurikulum.

Menurut Sudrajat (2008) lesson study merupakan satu upaya meningkatkan proses dan hasil
pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dan berkelanjutan oleh sekelompok guru.
dengan berkolaborasi guru mampu mengembangkan bagaimana siswa belajar dan bagaimana
membelajarkan siswa. Selain itu melalui lesson study guru dapat memperoleh pengetahuan dari
guru lainnya atau narasumber. Hal ini diperoleh melalui adanya umpan balik dari anggota lesson
study. Sehingga kemampuan guru semakin hari semakin bertambah baik dengan melakukan
contoh kemudian dikritisi ataupun dari memperhatikan contoh kemudian mengkritisi.
• Pertemuan antar sekolah yang sudah menerapkan kurikulum baru

Pertemuan ini mengumpulkan semua perwakilan sekolah yang ditunjuk melaksanakan kurikulum
baru untuk mengevaluasi tahap awal penerapan pola pembelajaran baru dalam sebulan terakhir.
Pertemuan ini penting sebab sebagian sekolah merasa mampu menerapkan kurikulum baru
dengan baik, namun yang lain kesulitan. Sehingga dengan adanya forum ini akan terjalin tukar
menukar pengalaman tentang pelaksanaan kurikulum baru di masing-masing sekolah.

3. Solusi Masalah Efisiensi Pendidikan

Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi masalah masalah efisiensi dalam pendidikan
diantaranya:

• Pendidikan efektif perlu ditingkatkan secara terprogram.


• Pengadaan dan pendistribusian sarana pembelajaran harus dibarengi dengan pembekalan
kemampuan, sikap, dan keterampilan calon pemakai, serta harus dilandasi dengan konsep
yang jelas.
• Melakukan penyusunan yang mantap terhadap potensi siswa melalui keragaman jenis
program studi.
• Memberi perhatian terhadap tenaga kependidikan(prajabatan dan jabatan)

4. Solusi Mahalnya Biaya Pendidikan

Besar kecilnya subsidi pemerintah inilah yang membuat mahal atau murahnya biaya pendidikan
yang harus dibayarkan oleh orang tua atau masyarakat. Kalau kita ingin biaya pendidikan tidak
mahal maka subsidi pemerintah harus besar. Usaha untuk menjadikan pendidikan tidak mahal
untuk “dikonsumsi” orang tua dan masyarakat sebenarnya sudah dilaksanakan pemerintah, baik
dengan meningkatkan subsidi maupun membangkitkan partisipasi masyarakat. Dalam pasal 49
ayat (1) UU Sisdiknas disebutkan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya
pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20 % dari APBN dan APBD. Ketentuan semacam
ini juga ada dalam pasal 31 ayat (4) UUD 1945. Sayangnya, pemerintah sendiri tidak konsisten
dalam menjalankan ketentuan ini. Seandainya saja ketentuan UU dan UUD tersebut
direalisasikan maka sebagian permasalahan tentang mahalnya biaya pendidikan di negara kita
tentu akan teratasi.
Dari berbagai masalah yang diungkap diatas maka harus ada solusi bagaimana agar pendidikan
dapat berjalan dengan baik ,terjangkau oleh masyarakat dan tetap sebanding dengan mutu
pendidikan yang diperoleh oleh masyarakat. Karena hak mendapatkan fasilitas biaya pendidikan
murah (gratis) merupakan hak masyarakat sebagai pembayar pajak.

• Pertama diperlukan kejujuran dan rencana yang strategis dari jajaran birokrasi
pendidikan,untuk mengimplementasikan anggaran pendidikan pada program pembiayaan
pendidikan Gratis (Murah) bagi masyarakat.
• Kedua,dalam sekolah (dunia pendidikan)harus dibersihkan dari berbagai biaya pungutan,
seperti biaya LKS,biaya seragam,biaya uang gedung,biaya ektrakulikuler,dll. Oleh karena
itu harusnya,program pemberantasan korupsi harus bisa menyentuh dunia pendidikan
terutama disekolah-sekolah.
• Ketiga, kebijakan dari bidang pendidikan yang menyepakati program kapasitasi
pendidikan harus diberhentikan/dihapus.

Penutup

Kesimpulan

1. Pada realitanya kondisi sistem pendidikan di Indonesia masih sangat memprihatinkan.


Contohnya masih banyak anak-anak Indonesia yang belum mendapatkan fasilitas
sekolah yang layak. Apalagi dengan situasi pandemi sekarang, kurikulum pembelajaran
jarak jauh itu sangat tidak efektif untuk siswa yang ada di daerah-daerah terpencil.

2. Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia disebabkan oleh rendahnya kualitas srana


fisik, rendahnya kualitas guru, rendahnya prestasi siswa, kurangnya pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan, rendahnya kesejahteraan guru, dan mahalnya
biaya pendidikan

3. Solusi untuk mengatasi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia yaitu memberikan


dana kepada orang yang tidak mampu agar dapat menikmati pendidikan yang layak,
membuat program wajib belajar, membuat program kejar paket, pemerintah lebih
memperhatikan rakyat yang tidak mendapat pendidian, dan membangun sekolah gratis.

Referensi

http://achiepa.blogspot.com/2017/02/masalah-pendidikan-
diindonesia.html#:~:text=Permasalahan%20aktual%20pendidikan%20meliputi%20masalah,tahu
n%2C%20
dan%20pendayagunaan%20teknologi%20pendidikan.&text=Masalah%2Dmasalah%20ini%20tu
rut%20an
dil,terhadap%20pembelajaran%20dan%20pendidikan%20Indonesia.
https://www.kompasiana.com/18130004/5d8b52d3097f361dfc6859a2/permasalahan-pendidikan-
diindonesia?page=all

Dasar-dasar pendidikan- Abdul kadir,Ahmad fauzi Ahmad Nu’man,Endri


yulianto,Baehaqi,Rido kurnianto,Rosmiati.(2008)

Anda mungkin juga menyukai