Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KASUS

“ SEORANG ANAK LAKI-LAKI USIA 12 TAHUN DENGAN SNAKE BITE”

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Bedah

Diajukan Kepada :
Pembimbing : dr. Bondan Prasetyo., Sp.B

Disusun Oleh :
Putri Alfiyanti Faiza H3A019001

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Bedah

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
RSUD TUGUREJO SEMARANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus ini telah dipresentasikan dan disetujui oleh dokter pembimbing dari :
Nama : Putri Alfiyanti Faiza
NIM : H3A019001
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Universitas Muhammadiyah Semarang
Judul : Seorang Anak Laki-Laki Usia 12 Tahun Dengan Snake Bite
Pembimbing : dr. Bondan Prasetyo, Sp.B

Semarang , 25 Oktober 2019


Dokter Pembimbing

dr. Bondan Prasetyo., Sp.B


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gigitan ular merupakan salah satu kasus gawat darurat yang terkait lingkungan,
pekerjaan, dan musim yang cukup banyak terjadi di berbagai belahan dunia khususnya
di daerah pedesaan. Pekerjaan di bidang pertanian dan anak-anak merupakan golongan
yang sering tergigit.
Pada tahun 2009, WHO pertama kali dikenalkan WHO sebagai negiected tropical
disease. Insiden gigitan ular ini terutama yang menyebabkan kematian masih cukup
tinggi didunia. Pada tahun 1998 angka kematian diperkirakan sekitar 125.000 dari 5 juta
kasus pertahun termasuk 100.000 kematian dar 2 juta kasus Asia dengan jumlah
kecacatan menetap yang tidak terhitung, karena masih sulitnya ketersediaan dan akses
anti bisa ular (SABU). Begitu pula di daerah Asia tenggara. Namun, untuk jumlah pasti
pastinya masih belum diketahui karena angka kesakitan baik akut maupun kronik masih
tidak jelas dan tidak adekuatnya system pencatatan dan pelaporan di berbagai daerah. Di
Indonesia sendiri dilaporkan sekitar 20 kasus kematian dan ribuan kasus gigitan ular per
tahun.
Mengetahui jenis ular yang menggigit karena penting untuk penanganan yang
optimal. Penanganan pertama pra Hospital terhadap korban gigitan ular yang masih
sering kita jumpai di masyarakat menurut penelitian memiliki lebih banyak kerugian
dari pada keuntungannya.
BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : An. F
b. Usia : 12 tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Suku : Jawa
f. Alamat : Bulugede RT 03/VI Patebon Kendal
g. Pekerjaan : Pelajar
h. Status : Belum Menikah
i. Nomor Rekam Medis : 588xxx
j. Tanggal Masuk RS : 18 Oktober 2019
k. Tanggal Keluar RS :
l. Ruang Perawatan : Amarilis II
m. Penjamin : Umum

II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoalamnesis dan alloanamnesis pada tanggal 19 Oktober
2019 pukul 13:00 WIB di bangsal Amarilis II RSUD Tugurejo Semarang didukung
catatan medis didapatkan hasil :
1. Keluhan utama: Digigit Ular
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien laki-laki datang ke IGD RSUD Tugurejo Semarang dengan keluhan 1
jam sebelum masuk rumah sakit penderita digigit ular dikamar tidur saat akan tidur
malam hari. Lokasi gigitan di punggung kiri. Terasa nyeri dan panas di tempat gigitan,
bengkak (+) di sekitar bagian punggung yg terkena gigitan. Mual (-), muntah
(-),perdarahan ditempat gigitan (+) tidak aktif, berdebar- debar (-), gringgingen (+),
lemah anggota tubuh (-),kencing berwarna merah atau hitam (-), kemudian penderita
dibawa ke RSUD Tugurejo Semarang.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat sakit yang sama : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat penyakit saluran kemih : disangkal
Riwayat pembedahan : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat keluhan yang sama : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
5. Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien mengaku sekitar lingkungan rumah pasien berdekatan dengan sawah,
Pasien Anak ke 3 dari 3 bersaudara Pasien tinggal bersama Ibu, Bapak, serta 2
kakanya, Biaya pengobatan menggunakan Umum. Kesan ekonomi cukup.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital :
Nadi : 100 x / menit (reguler, isi dan tegangan cukup)
RR : 22 x /menit (reguler)
T : 36,5°C (axiler)
Status Gizi :
BB : 35,33 kg
TB : 138 cm
IMT : 77 kg/m2
Kesan gizi : gizi normal
Status generalisata
Kepala : Kesan mesocephal, Deformitas (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), reflek pupil (+/+), pupil isokor (D: 3mm/3mm)
Hidung : Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), jejas (-), rhinorea (-/-)
Telinga : jejas (-), othorea (-/-).
Mulut : sianosis (-), perdarahan (-)
Leher : Tiroid (N), benjolan (Normal), pembesaran KGB (-)
Thorax : Paru
Paru depan Paru belakang
Inspeksi
Statis Normochest, simetris, sudut Normochest, simetris, kelainan
arcus costa dbn, ICS dbn kulit (-/-)
Dinami Pengembangan pernapasan Pengembangan pernapasan paru
s paru normal normal
Palpasi Simetris (N/N), Nyeri tekan Simetris (N/N), Nyeri tekan
(-/-), ICS dalam batas normal, (-/-), ICS dalam batas normal,
taktil fremitus sulit dinilai taktil fremitus sulit dinilai
Perkusi Sonor seluruh lapang paru Sonor seluruh lapang paru
Sonor seluruh lapang paru Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi Suara dasar vesicular, Ronki Suara dasar vesicular, Ronki (-/-),
(-/-), Wheezing (-/-) Wheezing (-/-)

Tampak anterior paru Tampak posterior paru

SD : vesikuler SD :
ST : Ronki (-), wheezing (-) ST: Ronki (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS V 1-2 cm ke arah medial midclavikula
sinistra, thrill (-), pulsus epigastrium (-), pulsus parasternal (-), sternal
lift (-)
Perkusi :
batas atas : ICS II linea parasternal sinistra
pinggang jantung : ICS III linea parasternal sinsitra
batas kanan bawah : ICS V linea sternalis dextra
kiri bawah : ICS V 1-2 cm ke arah medial midclavikula
sinistra
Konfigurasi jantung (dalam batas normal)
Auskultasi : regular, Suara jantung murni: SI, SII (normal) reguler.
Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-) SIII(-), SIV
(-)
Abdomen
 Inspeksi : Permukaan datar, warna sama seperti kulit di sekitar.

 Auskultasi : Bising usus (+) normal

 Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen

 Palpasi : Nyeri tekan (-)

Ekstremitas
Superior Inferior
Warna kulit Sama dengan Sama dengan
sekitar / sama sekitar / sama
dengan sekitar dengan sekitar
Nyeri -/- -/-

Capillary Refill < 2 detik/< 2 detik < 2 detik/< 2 detik

Akral dingin -/- -/-


Status lokalis
Regio Scrotalis Kanan

1. Inspeksi : Tampak benjolan sebe


ayam, tidak berwarna merah
2. Palpasi : B e n j o
, nyeri tekan (-), kenyal, test transiluminasi
(-)
3. Auskultasi : Bising usus (+)
4. Rectal toucher : Tonus sfinter ani (+), ampula recti kolaps (-), mukosa licin,
pembesaran prostat (-). Sarung tangan : feses (-), darah (-), lendir (-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan


Leukosit 8,62 ribu/ul 3,8-10,6
Eritrosit 4,67 juta/ul 4,4-5,9
Hb 13,6 g/dl 13,7-17,3
Hematokrit 41,2 % 40-52
MCV 86,70 Fl 80 – 100
MCH 28,40 Pg 26 – 34
MCHC 32,80 g/Dl 32 – 36
Trombosit 420 10^3/ul 150-440
RDW 13,5 % 11.5-14.5
Eosinofil absolut 0,01 10^3/ul 0,045 – 0,44
Basofil absolut 0,03 10^3/ul 0 – 0,2
Netrofil absolut 10,63 10^3/ul 1,8 – 8
Limfosit absolut 1,84 10^3/ul 0,9 – 5,2
Monosit absolut 0,59 10^3/ul 0,16 – 1
Eosinofil 4,80 % 2–4
Basofil 0,20 % 0–1
Neutrofil 63,80 % 50 -70
Limfosit 24,70 % 25 - 40
Monosit 8,10 % 2 –8

V. RESUME
Pasien laki-laki usia 27 tahun dengan keluhan utama Benjolan dikantung buah
zakar kanan. Sejak 2 tahun yang lalu.awalnya benjolan terdapat dilipat paha sebelah
kanan, namun makin lama benjolan semakin membesar bahkan sampai masuk ke kantung
buah zakar sebelah kanan. Benjolan teraba kenyal sebesar telur ayam dikantung buah
zakar sejak 1 bulan SMRS. Benjolan menghilang saat posisi berbaring.
Pasien tidak mengeluhkan adanya perubahan dalam BAB, BAB tidak berdarah
dan tidak pernah keluar benjolan dari dubur. Pasien tidak mengeluhkan adanya gangguan
BAK, pada saat BAK pasien selalu merasa tuntas dan tidak merasa nyeri. Pasien juga
tidak mengeluhkan adanya mual dan muntah. Pasien bekerja diperkapalan. Pasien
mengaku sering mengangkat beban berat selama bekerja.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan KU tampak kesakitan. TD 110/80 mmHg, nadi
82 x / menit (reguler, isi dan tegangan cukup), RR 22 x /menit (reguler), suhu 36,8°C
(axiler), IMT: 22,92kg/m2. Status Generalis dalam batas normal. Pada status lokalis pada
region scrotalis kanan dari hasil inspeksi di dapatkan tampak benjolan sebesar telur
ayam,tidak berwarna merah. Palpasi benjolan terpisah dari testis, nyeri tekan (-), kenyal,
test transiluminasi (-). Auskultasi bising usus (+) Rectal toucher Tonus sfinter ani (+),
ampula recti kolaps (-), mukosa licin, pembesaran prostat (-). Sarung tangan : feses (-),
darah (-), lendir (-)
VI. Diagnosis
1. Diagnosis : Hernia scrotalis dextra reponible
2. Diagnosis Banding :
a. Hidrokel
b. Torsio testis

VII. INITIAL PLAN


a. Ip Dx :
Diagnosis kerja : Hernia scrotalis dextrs reponible
Pemeriksaan Penunjang : Darah rutin, serum elektrolit, radiologis
Ip Tx:
- Operatif : hernioraphy elektif
b. Ip Mx:
- Keadaan umum, Tanda vital, Status lokalis

VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

LUKA VULNUS
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Penyebab luka dapat
berasal dari tusukan/goresan benda tajam, benturan benda tumpul, kecelakaan, terkena
tembakan, gigitan hewan, bahan kimia, air panas, uap air, terkena api atau terbakar, listrik
dan petir (Murtutik dan Marjiyanto, 2013)
I. ANATOMI
Region inguinal harus dipahami, pengetahuan tentang region ini penting untuk
terapi operatif dari hernia. Sebagai tambahan, pengetahuan tentang posisi relative dari
saraf, pembuluh darah dan struktur vas deferen, aponeurosis dan fascia.3
a. Kanalis Inguinalis 
Kanalis inguinalis pada orang dewasa panjangnya kira-kira 4 cm dan
terletak 2-4 cm kearah caudal lagamentum inguinal. Kanal melebar diantara cincin
internal dan eksternal. Kanalis inguinalis mengandung salah satu vas deferens atau
ligamentum uterus. Funikulus spermatikus terdiri dari serat-serat otot
cremaster,pleksus pampiniformis, arteri testicularis n ramus genital nervus
genitofemoralis,ductus deferens, arteri cremaster, limfatik, dan prosesus vaginalis.2,3,4
Kanalis inguinalis harus dipahami dalam konteks anatomi tiga
dimensi.Kanalis inginalis berjalan dari lateral ke medial, dalam ke luar dan cepal ke
caudal.Kanalis inguinalis dibangun oleh aponeurosis obliquus ekternus dibagian
superficial, dinding inferior dibangun oleh ligamentum inguinal dan ligamentum
lacunar. Dinding posterior (dasar) kanalis inguinalis dibentuk oleh fascia transfersalis
dan aponeurosis transverses abdominis. Dasar kanalis inguinalils adalah bagian paling
penting dari sudut pandang anatomi maupun bedah.3,4
Pembuluh darah epigastric inferior menjadi batas superolateral dari trigonum
Hesselbach. Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membrane rectus,dan
ligamentum inguinal menjadi batas inferior. Hernia yang melewati trigonum
Hesselbach disebut sebagai direct hernia, sedangkan hernia yang muncul lateral dari
trigonum adalah hernia indirect.4
Gambar 1.Segitiga Hesselbach's

b. Aponeurosis Obliqus External


 Aponeurosis otot obliquus eksternus dibentuk oleh dua lapisan yaitu
superficial dan profunda. Bersama dengan aponeorosis otot obliqus internus dan
transversus abdominis, mereka membentuk sarung rectus dan akhirnya linea alba,
external oblique aponeurosis menjadi batas superficial dari kanalis inguinalis.
Ligamentum inguinal terletak dari spina iliaca anterior superior ke tuberculum
pubicum.3,4
. Gambar 2. Otot Obliq

c. Otot Oblique Internus 


Otot obliq abdominis internus menjadi tepi atas dari kanalis inguinalis. Bagian
medial dari internal oblique aponeurosis menyatu dengan serat dari aponeurosis
transversus abdominis dekat tuberculum pubicum untuk membentuk conjoined
tendon. Adanya conjoined tendon yang sebenarnya te;ah banyak diperdebatkan, tetapi
diduga oleh banyak ahli bedah muncul pada 10% pasien.2, 3, 4

d. Fascia Transversalis
Fascia transversalis dianggap suatu kelanjutan dari otot transversalis dan
aponeurosisnya. Fascia transversalis digambarkan oleh Cooper memiliki 2
lapisan:"The fascia transversalis dapat dibagi menjadi dua bagian, satu terletak
sedikit sebelum yang lainnya, bagian dalam lebih tipis dari bagian luar; ia keluar dari
tendon otot transversalis pada bagian dalam dari spermatic cord dan berikatan ke
linea semulunaris.3,4
Gambar 3. Fascia Transversalis

e. Ligamentum Cooper Ligamentum
Cooper terletak pada bagian belakang ramus pubis dan dibentuk oleh ramus
pubis dan fascia. Ligamentum cooper adalah titik fixasi yang penting dalam metode
perbaikan laparoscopic sebagaimana pada teknik McVay.3

f. Preperitoneal Space 
Preperitoneal space terdiri dari jaringan lemak, lymphatics, pembuluh
darahdan saraf. Saraf preperitoneal yang harus diperhatikan oleh ahli bedah adalah
nervus cutaneous femoral lateral dan nervus genitofemoral. Nervus cutaneous femoral
lateral berasal dari serabut L2 dan L3 dan kadang cabang dari nervus emoralis.
Nervus ini berjalan sepanjang permukaan anterior otot iliaca dan di bawah fascia
iliaca dan dibawah atau melelui perlekatan sebelah lateral ligamentum inguinal pada
spina iliaca anterior superior.4
Nervus genitofemoral biasanya berasal dari L2 atau dari L1 dan L2 dan
kadang dari L3. Ia turun di depan otot psoas dan terbagi menjadi cabang genital dan
femoral. Cabang genital masuk ke kanalis inguinalis melalui cincin dalam sedangkan
cabang femoral masuk ke hiatus femoralis sebelah lateral dari arteri. Ductus deferens
berjalan melalui preperitoneal space dari caudal ke cepal dan medial ke lateral ke
cincin interna inguinal. Jaringan lemak, lymphatics, ditemukan di preperitoneal space,
dan jumlah jaringan lemak sangat bervariasi.1,2,3,4
II. DEFINISI
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.1,2,3,4
Hernia Skrotalis adalah hernia yang keluar dari rongga peritonium melalui anulus
inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior kemudian
hernia masuk dari anulus ke dalam kanalis dan jika panjang menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternum dan sampai ke skrotum. 1,2,3,4

III. ETIOLOGI 
a. Penyebab terjadinya hernia : 1,2,3,4,5
1. Lemahnya dinding rongga perut. Dapat ada sejak lahir atau didapat kemudian
dalam hidup.
2. Akibat dari pembedahan sebelumnya.
3. Kongenital
 Hernia congenital sempurna. Bayi sudah menderita hernia kerena adanya
defek pada tempat-tempat tertentu.
 Hernia congenital tidak sempurna. Bayi dilahirkan normal (kelainan belum
tampak) tapi dia mempunyai defek pada tempat-tempat tertentu (predisposisi)
dan beberapa bulan(0-1 tahun) setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek
tersebut karena di pengaruhi oleh kenaikan tekanan intraabdominal
(mengejan, batuk,menangis).
4. Aquisial adalah hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi
di sebabkan oleh fakor lain yang di alami manusia selama hidupnya, antara lain :
 Tekanan intra abdominal yang tinggi. Banyak dialami oleh pasien yang sering
mengejan yang baik saat BAB maupun BAK.
 Konstitusi tubuh. Orang kurus cenderung terkena hernia jaringan ikatnya yang
sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena hernia karena
banyaknya jaringan lemak pada tubuhnya yang menambah beban kerja
jaringan ikat penyokong pada LMR.
 Banyaknya preperitoneal fat banyak terjadi pada orang gemuk.
 Distensi dinding abdomen karena peningkatan tekanan intraabdominal.
 Sikatrik.
 Penyakit yang melemahkan dinding perut.
 Merokok 
 Diabetes mellitus

b. Bagian dan Jenis Hernia :


1. Bagian-bagian hernia :
 Kantong hernia
Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua
hernia memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia
intertitialis.
 Isi hernia
Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia,
misalnya usus,ovarium, danjaringan penyangga usus (omentum).
 Pintu hernia
Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong
hernia.
 Leher hernia
Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.
 Locus minoris resistence (LMR)
Gambar 4. Bagian Hernia
c. Jenis Hernia :
1. Menurut lokasinya :3, 4, 5
 Hernia inguinalis adalah hernia yang terjadi dilipatan paha. Jenis ini
merupakanyangtersering dan dikenal dengan istilah turun berok atau burut.
 Hernia umbilikus adalah di pusat.
 Hernia femoralis adalah di paha.
2. Menurut isinya :3,4
 Hernia usus halus
 Hernia omentum
3. Menurut penyebabnya :2,3,4
 Hernia kongenital atau bawaan
 Hernia traumatic
 Hernia insisional adalah akibat pembedahan sebelumnya.
4. Menurut terlihat dan tidaknya :
 Hernia externs, misalnya hernia inguinalis, hernia scrotalis, dan sebagainya.
 Hernia interns misalnya hernia diafragmatica, hernia foramen winslowi, hernia
obturaforia.
5. Menurut keadaannya :1, 2, 3, 4, 5
 Hernia inkarserata adalah bila isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke
dalam rongga perut di sertai akibat yang berupa gangguan pasase atau
vaskularisasi.Secara klinis hernia inkarserata lebih di maksudkan untuk hernia
irrenponibel.
 Hernia strangulata adalah jika bagian usus yang mengalami hernia terpuntir atau
membengkak, dapat mengganggu aliran darah normal dan pergerakan otot serta
mungkin dapat menimbulkan penyumbatan usus dan kerusakan jaringan.
6. Menurut nama penemunya :4,5
 Hernia petit yaitu hernia di daerah lumbosacral.
 Hernia spigelli yaitu hernia yang terjadi pada linen semi sirkularis di atas
penyilangan vasa epigastrika inferior pada muskulus rektus abdominalis bagian
lateral.c. Hernia richter yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang
terjepit.
7. Menurut sifatnya :3,4,5
 Hernia reponibel adalah bila isi hernia dapat keluar masuk. Isi hernia keluar jika
berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di dorong masuk,
tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
 Hernia irreponibel adalah bila isi kantung hernia tidak dapat di kembalikan
kedalam rongga.
8. Jenis hernia lainnya :1,2 
 Hernia pantolan adalah hernia inguinalis dan hernia femuralis yang terjadi
padasatu sisi dan di batasi oleh vasa epigastrika inferior.
 Hernia scrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke scrotum secara
lengkap.
 Hernia littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum meckeli.

IV. PATOFISIOLOGI1,2,3
a. Hernia inguialis
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab
yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada pria
ketimbang pada wanita. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu
masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat di lalui oleh
kantong dan isi hernia. Di samping itu diperlukan pula faktor yang dapat mendorong
isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut. Pada orang yang
sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis, yaitu
kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m.oblikus internus adominis
yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi, dan adanya fasia
transversa yang kuat yang menutupi trigonum Hasselbach yang umumnya hampir
tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia.
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang
terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut
karena usia.
Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus kurang
lebih 90% prosesus vaginalis tetap terbuka sedangkan pada bayi umur satu tahun
sekitar 30% prosesus vaginalis belum tertutup. Tetapi kejadian hernia pada umur ini
hanya beberapa persen. Tidak sampai 10% anak dengan prosesus vaginalis paten
menderita hernia. Pada anak dengan hernia unilateral dapat dijumpai prosesus
vaginalis paten kontralateral lebih dari separo, sedangkan insidens hernia tidak
melebihi 20%. Umumnya disimpulkan bahwa adanya prosesus vaginalis yang paten
bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia tetapi di perlukan faktor lain
seperti anulus inguinalis yang cukup besar.
Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik,
hipertrofi prostat, konstipasi, dan asites sering disertai hernia inguinalis.
Insidens hernia meningkat dengan bertambahnya umur mungkin karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intraabdomen dan jaringan
penunjang berkurang kekuatannya.
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus
internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intra abdomen tidak tinggi dan
kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya bila otot dinding perut
berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis
tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis.
Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan n.ilioinguinalis dan
n.iliofemoralis setelah apendektomi. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai
skrotum disebut hernia skrotalis.
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui annulus inguinalis
abdominalis (lateralis / internus) dan mengikuti jalannya spermatid cord di canalis
inguinalis dan dapat melalui annulus inguinalis subcutan (externus) sampai di
scrotum.
Locus Minnoris Resistentiae hernia inguinalis lateralis congenital adalah pada
annulus inguinalis lateralis / internus. Hal ini sesuai dengan embriologik turunnya
testis dari cavum abdominalis ke scrotum melalui canalis inguinalis. Pada keadaan ini
terjadi kegagalan obliterasi proc.Vaginalis peritonii. Sedangkan pada yang akuisital
adalah bagian lateral dari fovea inguinalis lateralis dimana ductus deferens dan vasa
spermatica berlalu di tempat itu. Pada wanita, Locus Minoris Resistent terletak di
canalis inguinalis. Canalis inguinalis tersebut berisi ligamentum yang menyangga
uterus (ligamentum rotundum) dan hernia muncul sebagai jaringan penghubung
uterus yang bersinggungan dengan jaringan yang mengelilingi tulang pubis. Canalis
ini lebih dikenal dengan nama canalis Nuck.
Pada kasus hernia labialis harus dicari kemungkinan pseudohermafroditisme
female, yaitu fenotip wanita dan genotip laki-laki. Timbulnya fenotif wanita tersebut
terdapat testis yang membentuk estrogen untuk beberapa lamanya. Kurang lebih 70-
80% female hermafroditisme ini mempunyai H.Inguinalis yang isinya testis. Pada
bayi atau anak-anak dengan hernia inguinalis lateralis, kurang dari 1/1000 merupakan
pseudohermafrodite.
Hernia inguinalis medialis merupakan hernia yang berjalan melalui dinding
inguinal belakang, medial dari vasa epigastrica inferior ke daerah yang dibatasi oleh
trigonum Hasselbachii. Locus Minoris Resistentiaenya Trigonum Hasselbachii (pada
fovea inguinalis medialis), sebelah dorsal dari annulus inguinalis medialis. Hernia ini
biasanya hanya mendesak trigonum Hasselbachii dan sampai pada annulus inguinalis
externus di bawah kulit dan tidak sampai pada scrotum. Jadi trigonum masih utuh.
b. Hernia femoralis
Hernia femoralis umumnya dijumpai pada wanita tua, kejadian pada
perempuan kira-kira 4 kali laki. Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang
muncul terutama pada waktu melakukan kegiatan yang menaikkan tekanan
intraabdomen seperti mengangkat barang atau batuk. Benjolan ini hilang pada waktu
berbaring. Sering penderita datang ke dokter atau rumah sakit dengan hernia
strangulata. Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan lunak di lipat paha di bawah
ligamentum inguinale di medial v.femoralis dan lateral tuberkulum pubikum. Tidak
jarang yang lebih jelas adalah tanda sumbatan usus, sedangkan benjolan di lipat paha
tidak ditemukan, karena kecilnya atau karena penderita gemuk.
Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya isi hernia
masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan v.femoralis
sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada vosa ovalis di lipat paha.
Secara patofisiologi peninggian tekanan intraabdomen akan mendorong
lemak preperitoneal ke dalam kanalis femoralis yang akan menjadi pembuka jalan
terjadinya hernia. Faktor penyebab lainnya adalah kehamilan multipara, obesitas, dan
degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut. Hernia femoralis sekunder dapat terjadi
sebagai komplikasi herniorafi pada hernia inguinalis terutama yang memakai teknik
Bassini atau Shouldice yang menyebabkan fasia transversa dan ligamentum inguinale
lebih tergeser ke ventrokranial sehingga kanalis femoralis lebih luas.
Hernia femoralis merupakan hernia yang berjalan melalui annulus femoralis
dan canalis femoralis menuju fascia iliopectinea, dan tiba di bawah kulit pada fosca
ovalis, melewati lamina criosa. Locus Minorus Resistentiae berada di Fascia
tranversa yang menutupi annulus femoralis yang disebut Septum Cloquetti.
Bangunan antara annulus femoralis dan lamina cribosa (pada fosca ovalis) berbentuk
canal dan disebut canalis femoralis. LMR bisa berupa fascia, aponeurosis, muskulus,
tapi tidak berupa lobang, kecuali pada hernia inguinalis lateralis (karena sebagian
besar bersifat kongenital.
Wanita lebih sering mengalami hernia femoralis karena pada canalis
femoralis, pembukaan dari canalis inguinalis dimana arteri femoralis, vena dan syaraf
melewati canalis tersebut.Selain itu wanita sering partus sehingga tekanan intra
abdominal meningkat dan anulus femoralis menjadi lemah.
Bentuk pelvis wanita yang lebih horisontal sehingga tekanan pada
ligamentum inguinalenya menjadi lebih besar sehingga mudah kendor yang akan
menyebabkan anulus femoralisnya menjadi lebih lemah.
c. Hernia umbilikalis
Hernia umbilikalis intra uterine (fetalis)
Dalam keadaan normal pertumbuhan janin intra uterina, terjadi perputaran
usus menuju posisi viscera seperti orang dewasa. Dalam proses tersebut usus sempat
menonjol ke umbilicus mulai minggu ke 6 dan berbalik lagi pada minggu ke 10 - 12,
tumbuh dan menyelesaikan rotasinya. Kegagalan viscera untuk kembali secara
lengkap ke rongga abdomen menyebabkan dinding ventral perut fetus tak terbentuk.
Hal ini disebabkan rongga abdomen tak cukup besar untuk menampung viscera-
viscera yang menonjol ke umbilicus (ketidaksesuaian volume usus dan volume
abdomen). Pada bayi dengan omphalocele, viscera yang terletak pada umbilicus tak
dilapisi kulit namun hanya dilapisi membran tralusen yang terdiri atas membran
amnion tak dilapisi peritoneum. Yang dikawatirkan adalah karena udara (terkena
udara) maka membran tersebut cepat kering, terjadi nekrosis sehingga
membahayakan penderita. Karenanya perlu segera dilakukan tindakan operatif
dengan cara sebagian usus dipotong dan dinding usus dirapatkan.

Hernia umbilikalis infantilis


Terjadinya hernia dapat disebabkan oleh :
1. Kongenital tak sempurna :Sejak lahir anak telah mempunyai umbilicus yang
menonjol (LMR telah ada sejak lahir).
2. Akuisital. Perawatan tali pusat yang kurang baik. Kesalahan pemotongan tali
pusat, sehingga timbul infeksi dan akibatnya apponcurosis or linea alba yang
melalui umbilicus berlubang.Dengan defek di atas dan dicetuskan oleh tekanan
intra abdominal yang meninggi (menangis, batuk, mengejan) maka terjadi
hernia. Biasanya terjadi beberapa hari setelah lahir, sampai usia 1 - 2 tahun.

Hernia umbilikalis dewasa


Paling banyak dijumpai pada usia pertengahan,wanita yang sering portus
atau wanita gemuk ( apponeurosis sekitar umbilicus menjadi kendor /
renggang ).Meskipun tekanan intra abdominal yang meninggi merupakan faktor
terjadinya hernia ini, namun keadaan biologik yang patut ini (untuk di tekankan )
adalah adanya defek kecil persistent sejak lahir. Umbilicus yang normal tidak
akan ,mengalami hernia. Biasanya defek kecil ini hanya berisis omentum yang tidak
tampak. Faktor presipitasi yang ada akan mendorong omentum kedalam defek dan
selanjutnya diikuti oleh colon transversum sebagai viscera pertama.
Tindakan :
Operatif dan dilakukan reposisi untuk menutup defek yang ada. yang
digunakan adalah MAYO. LMR pada Annulus umbilicalis, tu,pada perpotongan
dengan linea alba.

d. Hernia epigastrika
Locus minoris resistantnya adalah linea alba antara procesus xypoideus dan
umbilicus. Biasanya terdapat pada orang gemuk. Hernia ini mula-mula hanya
sebagai tonjolan lemak sehingga lebih merupakan hernia adiposa yang terletak di
epigastrika. Keadaan ini disebut juga hernia epigastrika spuria (tidak berkantong).
Lemak tersebut keluar melalui foramen kecil pada linea kecil pada linea alba yang
dilalui oleh vasa darah. Bila keadaan berlanjut, maka lemak preperitoneal akan ikut
tertarik dan akan menarik peritoneum pula sehingga terbentuk kantong hernia.
Inilah hernia yang murni, disebut hernia epigastrica vera. Kebanyakan
membutuhkan operasi dini saat hernia masih kecil karena nyeri.
e. Hernia obturatoria
Foramen obturatoria ditutup oleh membrane obturatoria dan sulcus obtorius
dapat terbentuk canalis obturius (locus minoris resistant). Pintu hernia mulai dari
foramen obturatorium masuk canalis obturatoria dan keluar dari rongga pelvis
menuju dorsal dari m.gracillis setinggi percabangan a.femoralis yang memberi
cabang rr.perinealis a.femoralis.
f. Hernia diafragmatica
Hernia akibat penonjolan viscera abdomen ke dalam rongga thorax melalui
suatu pintu pada diafragma. Menurut sebabnya dibagi menjadi:
1. hernia diafragmatica traumatica
2. hernia difragmatica non traumatica
Hernia Diafragmatica traumatica
Merupakan hernia akuisital, karena pukulan, tembakan, tusukan yang dapat
menyebabkan diafragma menjadi lemah atau berlubang. Sehingga isi rongga
abdomen menuju rongga thorax. Bisa juga karena abses hepar yang meluas
kebawah diafragma (abses Subphrenicus ) sehingga bagian diafragma disitu
menjadi lemah dan menjadi LMR. Sebagian besar hernia ( 70 % ini terjadi di
bagian kiri,karena di bagian kanan terdapat hepar ). Pada hernia diafragmatica yang
disebabkan adanya abses hepar pada umumnya terdapat fistula dengan bronchus
lobus bawah. Hal ini disebabkan oleh permukaan diafragma dari lobus bagian
bawah menjadi lengket jauh sebelum terjadi perforasi.
Hernia diafragmatica non – traumatica
1. Kongenital
Yang sering terjadi adalah tidak menutupnya diafragma secara sempurna
selama pertumbuhan janin, sehingga usus bisa masuk kerongga thorax.
Dikenal antara lain :
 Hernia pleuroperitoneal ( hernia bochdalek )
Enam kali lebih sering terjadi pada bagian sebelah kiri. Locus
Minoris Resistent di foramen bochdalek. Foramen bochdalek merupakan
celah yang terbentuk oleh serabut -serabut diafragma yang saling
bersimpangan, yaitu pars lumbalis dan pars cotalis diafragma. Akibatnya
menjadi hubungan bebas kedua organ tanpa kantong hernia (baik
peritoneum maupun leural). Dengan demikian thorax dipenuhi oleh viscera
abdomen dan tidak hanya terjadi colaps pilmo homolateral tetapi juga
terjadi pergeseran jantung dan struktur mediastinal kesisi yang berlawanan.
Dan dengan demikian menekan pulmo yang berlawanan pula. Keadaan ini
cukup gawat dan perlu koreksi segera.
 Hernia parasternalis ( hernia morgagni )
Locus Minoris Resistent di foramen morgagni. Foramen Morgagni
merupakan celah antara perlekatan diafragma pada costa dan sternum
dimana bisa dilalui oleh vasa epigastrica superior. Disebabkan pertumbuhan
otot yang kurang di sekitar foramen morgagni. Pada infant terbentuk
kantong peritoneum yang berisi hepar atau usus. Bila terjadi pada orang
dewasa, selain disebabkan karena foramen morgagni yang cukup besar juga
dikarenakan faktor-faktor predisposisi lainnya. Isi hernia umumnya lemak
pre peritoneal.
 Tak terbentuknya segmen pleuroperitoneal
Terletak disebelah lateral arcus lumbocostalis. Bisa hanya
merupakan celah kecil dimana pleura langsung berhubungan dengan lemak
pre peritoneal dari dekat kutub superior ginjal. Bila segmen tak terbentuk
sama sekali (congenital absent) terdapat kantong yang merupakan
kombinasi pleura dan peritoneum. Yang lebih sering terjadi: celah terletak
jauh ke belakang sehingga organ peritoneal mendesak masuk rongga thorax
dengan kantong hanya terdiri dari pleura.
2. Akuisital
 Hernia hiatus oesophagus
Sebetulnya kurang tepat menggolongkan hernia ini pada jenis
akuisital, karena untuk terbentuknya kadang ada faktor kongenital, yaitu :
hiatus terlalu besar (lebar ) dan oesophagus terlalu pendek bila oesophagus
terlalu pendek ( kongenital ) maka ketika lahir telah dijumpai bagian atas
ventriculus yang berada di mediastinum posterior. Namun oesophagus
pendek dapat juga terjadi secara akuisital, misal akibat kontraktur ( jaringan
parut akibat oesophagus peptic ).
Locus Minoris Resistent didekat hiatus oesophagus. Dalam keadaan
demikian maka isi hernia adalah oesophagustratic junction yang tertarik
keatas. Sedang bila hernia terjadi karena hiatus terlalu besar (lebar) hernia
timbul secara perlahan, tergantung ukuran hiatus dan kekuatan otot yang
membatasi hiatus. Dalam hal ini maka kantong peritoneum beserta fundus
lambung akan mendesak ke hiatus oleh tekanan abdomen dan thorax yang
berbeda. Biasanya oesophagastrik juntion pada keadaan ini terletak normal
di bawah diafragma.
Dalam keadaan normal oesophagus dan ventriculus membentuk
sudut yang runcing sehingga tidak memungkinkan terjadinya reflux. Namun
kadang – kadang terdapat kelainan dimana sudut tersebut tidak runcing
sehingga ada kemungkinan terjadi reflux.Sehingga cardia bisa masuk ke
rongga thorax melalui hiatus.Hernia yang demikian disebut hernia
oesophagus tipe sliding (sudut oesophagus dan ventriculus tumpul). Ini lain
dengan sliding hernia.
Jadi pada hernia histus oesophagus :
- Sudut menjadi tumpul ( normal runcing )
- Cardia dapat masuk ke rongga thorax
- Terjadi reflux
- Rasa seperti gejala – gejala radang oesophagus
- Hernia oesophagus kadang dapat terjadi melalui tempat yang lemah.
Pada keadaan ini sudut yang terbentuk normal, namun karena suatu
sebab terdapat defek disamping hiatus. Akibat cardia masuk melalui
defek tadi.

V. GEJALA KLINIS
Dari anamnesis dapat ditanyakan gejala dan keluhan hernia. Umumnya pasien
mengatakan turun berok, burut, atau kelingsir, atau mengatakan adanya benjolan di
selangkangan atau kemaluan. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya
benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan, dan
menghilang waktu berbaring sedangkan pada hernia strangulasi dan inkarserata maka
benjolan bersifat irreponible. Hernia yang kecil menyebabkan penderita merasa tidak
nyaman (discomfort) sering terjadi pada saat bekerja dan berdiri. Keluhan nyeri jarang
dijumpai kalau ada biasanya dirasakan didaerah epigastrium atau para umbilikal berupa
nyeri viseral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk
kedalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah, aflatus dan tidak BAB
baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau
gangren dan bisa menyebabkan gejala ileus, yaitu perut kembung, muntah, dan obstipasi.
Pasien dengan hernia indirect mengeluh sensasi “terbakar” akibat tarikan kantung
peritoneal. Pada hernia inkarserata yang sudah kronis, biasanya isi hernia adalah
omentum, tidak akan menimbulkan perasaan tidak nyaman (discomfort).
Gejala dan tanda hernia berkaitan erat dengan letak dan isi hernia, sedangkan
keluhan yang timbul tergantung macam hernia, misalnya:
a. Hernia pada anak kecil
Ditanyakan yang berkaitan dengan peningkatan tekanan intra abdominal yaitu,
anak sering menangis, mengejan, dan batuk, sedangkan yang berkaitan dengan
phimosis ditanyakan kencing lancar atau tidak.
b. Hernia pada orang dewasa
Ditanyakan yang berkaitan dengan peningkatan tekanan intra abdominal yaitu
pekerjaan, aktivitas, penyakit kronis yang diderita (misalnya: batuk kronis, prostat
hipertrofi, vasikulolitiasis, multiparitas).
c. Hernia Femoralis
Ditanyakan benjolan pada paha dan biasaya diderita oleh wanita, jika
isinya kandung kemih akan menimbulkan frekuensi, urgensi, disuria terminal dan
hematuria.
d. Gejala dan tanda Hernia Inkarserata, Hernia Strangulata :
1. Nyeri Kolik Menetap
2. Suhu Badan Normal Normal/meninggi
3. Denyut Nadi Normal/meninggi Meninggi/tinggi sekali
4. Leukosit Normal Leukositosis
5. Rangsang peritoneum Tidak ada Jelas

VI. PEMERIKSAAN
a. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Daerah inguinalis pertama-tama diperiksa dengan inspeksi. Pasien diperiksa
dalam keadaan berdiri dan diminta untuk mengejan, Pada saat pasien mengedan dapat
dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang
berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Ini juga dilakukan untuk membedakan
dengan limfadenopati. Benjolan yang terlihat di atas lipat paha menunjukkan hernia
inguinalis, sedang di bawah lipat paha menunjukkan hernia femoralis. Pada hernia
yang telah terjadi incarserata atau strangulasi maka disekitar hernia akan terlihat
eritema dan udema.1,4
Auskultasi
Auskultasi pada hernia ditentukan oleh isi dari hernia, jika isi dari hernia
adalah usus maka akan terdengar peristaltik usus. Sedangkan jika isi hernia omentum
tidak akan terdengar apa-apa. 2, 6
Palpasi
Pada palpasi akan teraba benjolan berbatas tegas, bisa lunak atau kenyal
tergantung dari isi hernia tersebut. Untuk membedakan hernia inguinalis lateralis dan
medialis dapat digunakan 3 cara:
1. Finger test
Untuk palpasi menggunakan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak
dapat teraba isi dari kantong hernia, misalnya usus atau omentum (seperti karet).
Dari skrotum maka jari telunjuk ke arah lateral dari tuberkulum pubicum,
mengikuti fasikulus spermatikus sampai ke anulus inguinalis internus. Dapat
dicoba mendorong isi hernia dengan menonjolkan kulit skrotum melalui anulus
eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak.
Pada keadaan normal jari tidak bisa masuk. Dalam hal hernia dapat direposisi,
pada waktu jari masih berada dalam anulus eksternus, pasien diminta
mengedan.4,6,7 Bila hernia menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis,
dan bila hernia menyentuh samping ujung jari berarti hernia inguinalis medialis.
2. Siemen test
Dilakukan dengan meletakkan 3 jari di tengah-tengah SIAS dengan
tuberculum pubicum dan palpasi dilakukan di garis tengah, sedang untuk bagian
medialis dilakukan dengan jari telunjuk melalui skrotum. Kemudian pasien
diminta mengejan dan dilihat benjolan timbal di annulus inguinalis lateralis atau
annulus inguinalis medialis dan annulus inguinalis femoralis.
3. Tumb test
Sama seperti siemen test, hanya saja yang diletakkan di annulus inguinalis
lateralis, annulus inguinalis medialis, dan annulus inguinalis femoralis adalah ibu
jari.
Pada anak kecil pada saat palpasi dari corda maka akan teraba corda yang
menebal, saat mengejan, yang mudah dilakukan dengan menggelitik anak. Maka
akan teraba seperti benang sutra yang dikumpulkan (silk sign).
Diapanoskopi
Untuk melihat apakah ada cairan atau tidak, dilakukan untuk membedakan
dengan hidrocele testis. Caranya dengan menyinari scrotum dengan senter yang
diletakkan di belakang scrotum. Pada pemeriksaan transluminasi didapatkan hasil
negatif karena hernia berisi usus, omentum atau organ lainnya, bukan cairan.
b. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang foto roentgen biasanya tidak diperlukan untuk
mendiagnosis hernia. Rontgen hanya diperlukan untuk hernia interna, misalnya hernia
diafragmatica. Sedangkan USG bisa digunakan untuk menyingkirkan diagnosis massa
yang berada di dalam dinding abdomen atau untuk menyingkirkan diagnosis
bengkaknya testis.
Jika dicurigai adanya hernia strangulata, maka bisa dilakukan pemeriksaan
radiologik berupa:
 Foto rontgen dada untuk menyingkirkan adanya gambaran udara bebas (sangat
jarang terjadi).
 Foto abdomen PA dan posisi supine untuk mendiagnosis obstruksi VUuntuk
mengidentifikasi daerah diluar rongga abdomen.
 CT Scan atau USG bisa juga digunakan untuk penegakan dignosis: Spigelian
atau hernia obturator

V. DIAGNOSIS
Diagnosa hernia dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
gejala klinis maupun pemeriksaan khusus.
a. Anamnesis
1. Timbul benjolan di lipat paha yang hilang timbul. Pada keadaan lanjut dapat
menetap (irreponible), kecuali pada hernia inguinalis medialis tidak terjadi
irreponibilis.
2. Penonjolan timbul jika tekanan intraabdomen naik.
3. Benjolan dapat hilang jika pasien tiduran atau dimasukkan dengan tangan
(manual).
4. Dapat terjadi gangguan passage usus (obstruksi) terutama pada herinia
inkarserata.
5. Nyeri pada keadaan strangulasi.
6. Terdapat faktor-faktor predisposisi.
b. Pemeriksaan Fisik
Benjolan pada lipat paha atau scrotum dengan batas atas tidak jelas,
bising usus (+), transiluminasi (-).
HIL :
1. Terletak diatas ligamentum inguinalis
2. Lateral terhadap vasa epigastrika inferior
3. Jika dapat dimasukkan kemudian pasien disuruh valsava dengan tangan di
cincin eksternus teraba tekanan pada ujung jari, jalan keluar hernia
tertutup (finger test)
4. Bentuk hernia biasanya lonjong
HIM :
1. Terletak diatas ligamentum inguinalis
2. Medial terhadap vasa epigastrika inferior
3. Jika dimasukkan kemudian pasien disuruh valsava dengan tangan di cincin
eksternus teraba tekanan pada sisi medial dan hernia timbul lagi (finger
test)
4. Bentuk hernia biasanya bulat
Hernia femoralis :
1. Terletak dibawah ligamentum inguinalis.
2. Bila benjolan tidak tampak, pasien dapat disuruh mengejan dengan
menutup mulut dalam keadaan berdiri. Bila hernia maka akan tampak
benjolan, atau pasien diminta berbaring, bernafas dengan mulut untuk
mengurangi tekanan abdominal. Untuk menilai keadaan cincin hernia
melalui skrotum jari telunjuk dimasukkan ke atas lateral dari tuberkulum.
Ikuti funikulus spermatikus sampai ke anulus inguinalis internus. Pada
keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk. Pasien diminta mengejan
dan merasakan apakah ada masa yang menyentuh jari tangan. Bila masa
tersebut menyentuh ujung jari maka itu adalah hernia inguinalis
lateralis/indirek. Sedangkan bila menyentuh sisi jari maka diagnosisnya
hernia inguinalis medialis.8

VI. DIAGNOSIS BANDING


a. Hidrokel
1. Mempunyai batas atas tegas, iluminensi positif dan tidak dapat dimasukkan
kembali. Testis pada pasien hidrokel tidak dapat diraba. Pada hidrokel
pemeriksaan transluminasi/diapanoskopi akan memberi hasil positif.
2. Limpadenopali anguinal
3. Perhatikan apakah ada infeksi pada kaki sesisi.
b. Testis ektopik
Yaitu testis yang masih berada di kanalis inguinalis.
c. Lipoma/herniasi
Lemak praperitoneal melalui cincin inguinal.
d. Granuloma inguinalis
e. Orkitis 1, 2, 3, 4, 6, 8

VII. PENATALAKSANAAN
Penanganan hernia ada dua macam:
a. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi. Bukan merupakan tindakan definitive sehingga dapat kambuh
kembali. Terdiri atas:
1. Reposisi
Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia ke
dalam cavum peritonii atau abdomen. Reposisi dilakukan secara
bimanual. Reposisi dilakukan pada pasien dengan hernia reponibilis
dengan cara memakai dua tangan. Reposisi tidak dilakukan pada hernia
inguinalis strangulata kecuali pada anak-anak. Tangan kiri memegang isi
hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya ke
arah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi
reposisi. Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas
isi hernia jarang terjadi dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini
disebabkan oleh cincin hernia yang lebih elastis pada anak-anak. Jika
dalam 6 jam tidak ada perbaikan atau reposisi gagal segera operasi. 1, 3, 6
2. Suntikan
Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alcohol atau kinin
di daerah sekitar hernia, yang menyebabkan pintu hernia mengalami
sclerosis atau penyempitan sehingga isis hernia keluar dari cavum
peritonii.
3. Sabuk Hernia
Diberikan pada pasien dengan hernia yang masih kecil dan
menolak dilakukan operasi. Bentuk kepala sabuk seperti kepala ular.
Kepala sabuk ditempatkan tepat di pintu hernia supaya menghalangi
keluarnya organ intra abdomen.
b. Operatif
Operasi merupakan tindakan paling baik dan dapat dilakukan pada:
1. Hernia reponibilis
2. Hernia irreponibilis
3. Hernia strangulasi
4. Hernia incarserata
Tujuan operasi hernia:
1. Reposisi isi hernia
2. Menutup pintu hernia
3. Mencegah residif dengan memperkuat dinding perut
Dasar indikasi operasi untuk hernia adalah:
1. Timing Operasi
 Elektif dilakukan pada hernia reponibilis
 2 x 24 jam dilakukan pada hernia irreponibilis
 Speed operasi dilakukan untuk hernia incarserata dengan penderita yang
mengalami tanda-tanda ileus, tetapi belum terjadi iskemi dan ganggren
pada isi hernia.
2. Bila keadaan yang mengancam jiwa maka dilakukan Tindakan konservatif
dilakukan bila hernia masih reponibilis. Tindakan paliatif dilakukan pada
pasien dengan keadaan umum yang jelek dan hernia incarserata untuk
mengatasi ileus, baru kemudian dilakukan penutupan hernia.
Operasi hernia dilakukan dalam 3 tahap:
1. Herniotomy
Membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi
hernia ke cavum abdominalis.
2. Hernioraphy
Mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada
conjoint tendon (penebalan antara tepi bebas m.obliquus intraabdominalis
dan m.transversus abdominis yang berinsersio di tuberculum pubicum).
3. Hernioplasty
Menjahitkan conjoint tendon pada ligamentum inguinale agar LMR
hilang/tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup otot.
Hernioplasty pada hernia inguinalis lateralis ada bermacam-macam menurut
kebutuhannya:
 Ferguson
Yaitu fuuniculus spermaticus ditaruh di sebelah dorsal dari
m.obliquus eksternus dan internus abdominis dan m.obliquus internus
dan m.transversus abdominis dijahitkan pada ligamentum inguinale dan
meletakkan funiculuc spermaticus di dorsal, kemudian apponeurosis
m.obliquus eksternus dijahit kembali sehingga tidak ada lagi analis
inguinalis.
 Bassini
M.Obliquus internus dan m.transversus abdominis dijahitkan
pada ligamentum inguinale. Funiculus spermaticus diletakkan ventral
dari m. tadi tetapi dorsal dari apponeurosis m.obliquss eksternus
sehingga canalis inguinalis tetap ada. Dengan cara ini kedua muskuli
tadi memperkuat dinding belakang dari canalis inguinalis, sehingga
locus minoris resistens hilang.
 Halstedt
Dilakukan untuk memperkuat atau menghilangkan locus minoris
resistens. M.Obliquus eksternus abdominalis, m.obliquus internus
abdominis dan m.obliquus transversus dijahitkan pada ligamentum
inguinal dan meletakkan funiculus spermaticus pada subcutis.

Hernioplasty pada hernia inguinalis media dan hernia femoralis


dikerjakan dengan cara Mc.Vay, yaitu dengan menarik m.Obliquus
abdominis internal dan m.transversa abdominis serta conjoint tendon lalu
dijahitkan pada ligamentum Cowperi lewat sebelah dorsal dari ligamentum
inguinale. Sehingga dengan demikian annulus femoralis tertutup oleh
m.obliquus abdominis internus dan contjoint tendon, dan juga m.transversus
abdominis.

Operasi hernia pada anak:


Operasi hernia dilakukan tanpa hernioplasty, dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Anak berumur kurang dari 1 tahun
Menggunakan teknik Michele Benc. Dilakukan tanpa membuka
aaponeurosis m.Abdominis eksternus (tanpa membuka canalis inguinalis
medialis), yaitu mengambil kantong hernia lewat anulus inguinalis medialis,
kemudian dilakukan herniotomy dilanjutkan herniorapy (tanpa digantung) dan
tanpa hernioplasty.
2. Anak berumur lebih dari 1 tahun
Menggunakan teknik POTT. Canalis Inguinalis dibuka (membuka
aponeurosis m.abdominis eksternus), kemudian dilakukan herniotomy,
herniorapy tanpa digantung pada contjoint tendon dan tanpa hernioplasty.
Kontraindikasi operasi:
o Bayi berumur <6bln
DAFTAR PUSTAKA
 
1. R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi I. Penerbit bukukedokteran
EGC. Jakarta. 1997. Hal 700-718
2. A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita SelektaKedokteran. Edisi
III, Jilid II. Penerbit Media Aesculapius,Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
2000. Hal313-317
3. Dr. P. Bhatia & Dr. S. J. John. Laparoscopic Hernia Repair (a step by stepapproach). Edisi I.
Penerbit Global Digital Services, BhatiaGlobal Hospital & Endosurgery Institute. New Delhi.
2003.(Ebook, di akses 10 juli 2010)
4. H G, Burhitt & O.R.G. Quick. Essential Surgery . Edisi III. 2003. Hal 348-356
5. C. Palanivelu. Operative Manual of Laparoscopic Hernia Surgery. Edisi I. Penerbit GEM
Foundation. 2004. Hal 39-58
6. Brian W. Ellis & Simon P-Brown. Emergecy surgery. Edisi XXIII. Penerbit HodderArnold.
2006.
7. Gary G. Wind. Applied Laparoscopic Anatomy (Abdomen and Pelvis). Edisi I.Penerbit
Williams & Wilkins, a Waverly Company. 1997.
8. Michael M. Henry & Jeremy N. T. Thompson. Clinical Surgery. Edisi II. 2005.
9. R. Bendavid, J. Abrahamson, Mauruce E. A, dkk. Abominal Wall Hernias (Principlesand
Management). Edisi I. Penerbit Sringer-Varlag. New York.2001. (Ebook, di akses 10 Juli
2010)
10. Michael S. Kavic. Laparoscopic Hernia Repair. Edisi I. Penerbit HarwoodAcademic
Publishers. Amsterdam. 1997. (Ebook, diakses 10Juli 2010)

Anda mungkin juga menyukai