Anda di halaman 1dari 2

BAKTI KADER POSYANDU

Wajahnya terlihat menua, dihiasi keriput menandakan usianya tidak muda lagi namun tatapan
dan pengucapannya penuh percaya diri, itulah kesan pertama ketika bertemu dengan ibu Yuliana Rohi
Lomi. Ibu Yuliana berusia 62 tahun, sehari-hari menjadi ibu rumah tangga. Beliau mengabdikan dirinya di
tengah masyarakat sebagai kader posyandu di Posyandu Batu Karang sejak tahun 1996. 14 Tahun
mengabdi sebagai kader posyandu tidak membuat Ibu Yuliana merasa jenuh atau mengakhiri masa
baktinya, “ saya suka dengan anak-anak, itu yang bikin saya tetap jadi kader posyandu sampai
sekarang.” Ucapnya dengan tegas. Mengenang kembali 14 tahun yang lalu, Ibu Yuliana yang menyukai
anak-anak ini bergabung dalam Tim Penggerak PKK Kambera. Camat meminta Tim Penggerak PKK untuk
melayani makanan bagi anak-anak yang akan mengikuti Pekan Imunisasi Nasional (PIN) di kecamatan
Kambera. Saat itu, ibu Yuliana mulai merasa ketertarikkannya dalam pelayanan kesehatan bagi anak-
anak. Ketika Posyandu Batu Karang dibentuk beliau pun secara sukarela bergabung bersama tim
kesehatan memberikan pelayanan di Posyandu tersebut. Dengan sebuah harapan dalam hatinya agar
semua anak-anak diperhatikan kesehatannya oleh orangtuanya karena menurut beliau saat itu masih
banyak ibu-ibu yang tidak peduli dengan kesehatan anak-anaknya sehingga malas memeriksakan anak-
anaknya ke Puskesmas.

Ibu Yuliana beserta teman-teman kader lainnya akan berkeliling ke rumah-rumah penduduk
untuk mengingatkan ibu-ibu tentang hari Posyandu, biasanya dilakukan sehari sebelum Posyandu. Saat
hari Posyandu, Ibu Yuliana akan mengosongkan hari itu dari kegiatan lain selain pelayanan Posyandu,
katanya dengan wajah serius “saya akan bilang ke orang rumah, jangan ganggu saya hari ini karena ada
posyandu”. Apabila ada sasaran yang tidak sempat hadir saat Posyandu maka setelah Posyandu ibu
Yuliana akan melakukan kunjungan rumah pada sasaran tersebut. Ketika Posyandu berlangsung ia
bersama kader-kader lainnya akan melakukan pendataan, penimbangan dan pengukuran Panjang Badan
atau Tinggi Badan anak, sesekali para kader juga memberikan Makanan Tambahan berupa bubur kacang
hijau. Kesibukan ini tidak membuat Ibu Yuliana merasa lelah. Beliau bercerita dulu saat awal Posyandu
didirikan kegiatan tidak sebanyak sekarang juga tidak sesibuk sekarang. Dulu, ibu-ibu masih belum mau
membawa anak-anak ke Posyandu, ada yang beralasan jauhlah letak rumahnya, sibuklah, dan
sebagainya. Kegiatan Posyandu juga hanya sebatas menimbang berat badan dan mengukur panjang
badan anak. Tapi sekarang, semakin banyak ibu-ibu yang sadar untuk membawa anak-anaknya ke
Posyandu. Kegiatannya juga bertambah dengan pemberian makanan tambahan serta kunjungan rumah
bagi anak-anak yang mendapat PMT bersama-sama dengan Tenaga Kesehatan Puskesmas.

Meningkatnya partisipasi ibu yang membawa anaknya ke Posyandu menjadi kepuasan tersediri
bagi Ibu Yuliana. Peningkatan ini tidak terlepas dari kegigihan Ibu Yuliana beserta teman-teman kader
lainnya untuk selalu mempromosikan kegunaan Posyandu serta kesabaran mereka untuk selalu
mengajak ibu-ibu agar membawa anak-anaknya ke Posyandu. Menurut Ibu Yuliana manfaat Posyandu
sangat banyak, di Posyandu para kader posyandu diajarkan cara menimbang dan mengukur pajang
badan/ tinggi badan anak, diajarkan mengolah bahan makanan untuk menjadi makanan tambahan yang
bergizi untuk anak, diajarkan bagaimana mengisi Kartu Menuju Sehat dengan benar, pentingnya
memantau pertumbuhan dan perkembangan anak, pentingnya pemeriksaan ibu hamil secara teratur,
dan lain sebagainya. Manfaat lainnya bagi pribadi ibu Yuliana yaitu melatih dirinya untuk menjadi jauh
lebih sabar dalam menghadapi anak-anak.
Tiada gading yang tak retak, tidak ada satupun yang sempurna, mungkin pepatah ini bisa
menggambarkan pelayanan Posyandu Batu Karang. Posyandu Batu Karang hingga saat ini belum
memiliki gedung permanen sehingga rumah Ketua Kader Posyandu menjadi tempat Posyandu
diselenggarakan. Hal ini menjadi penyebab beberapa ibu tidak membawa anaknya ke Posyandu. Lanjut
ibu Yuliana bercerita, beberapa alat peraga yang biasanya dipakai untuk memantau perkembangan anak
disimpan di rumah Ketua Kader Posyandu namun ketika ketua kader tersebut meninggal maka alat-alat
tersebut juga menghilang sehingga Posyandu sekarang tidak memiliki alat peraga lagi. Saat ini yang
masih menjadi tantangan Ibu Yuliana sebagai kader posyandu adalah masih saja ada ibu-ibu yang malas
membawa anaknya ke Posyandu dan ibu hamil yang tidak rajin ke Posyandu, “ saya saja yang bukan urus
anak kandung masih peduli mana kalian lagi yang punya anak, cuek saja. Agak keras tapi harus sudah
kalau tidak, mereka cuek saja.” Sambil tersenyum ibu Yuliana menutup kisahnya sebagai kader
Posyandu.

Anda mungkin juga menyukai