A. DEFINISI HALUSINASI
Halusinasi adalah persepsi tanpa adanya rangsangan apapun pada
panca indera seorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar/terbangun
(Marion, 2015).
Halusinasi adalah keadaan dimana seseorang mengalami perubahan
dalam jumlah dan pola diri stimulus yang mendekat yang diperkasai secara
internal atau eksternal disertai dengan suatu pengurangan berlebihan distrarsi
atau kelainan berespon terhadap stimulus (Nurjanah, 2014).
Menurut Budi (2015) halusinasi adalah suatu persepsi yang salah
tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar.Walaupun tampak sebagai suatu
yang “khayal”.halusinasi sebenarnya merupakan bagian dari kehidupan
mental penderita yang “terepsi”. Halusinasi dapat terjadi karena dasar-dasar
organik fungsional, psikotik maupun histerik.
Halusinasi adalah gangguan pencerpan (persepsi) panca indera tanpa
adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua system penginderaan
dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/baik
(Stuart & Sundeen, 2013).
Kondisi dimana individu mengalami perubahan dalam jumlah atau
pola dari stimuli yang dating dikaitkan dengan penurunan, berlebihan,
distorsi atau kerusakan respon terhadap stimulasi (Nurjannah, 2014).
Halusinasi dengar merupakan adanya persepsi sensori pada
pendengaran individu tanpa adanya stimulus eksternal yang nyata
(Stuart dan Sundeen, 2013).
Isolasi sosial
C. PENYEBAB HALUSINASI
Salah satu penyebab dari perubahan sensori perseptual halusinasi yaitu isolasi
social : menarik diri. Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari
interaksi dengan orang lain, mengihndari hubungan dengan orang lain. Factor
– faktor penyebab halusinasi antara lain:
a. Factor predisposisi
1. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan syaraf-syaraf
pusat dapat membuat gangguan realita. Gejala yang mungkintimbul
adalah : hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan muncul
perilaku ,menarik diri.
2. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon psikologis klien, sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah : penolakan atau
tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3. Sosio budaya
Kondisi social budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti : kemiskinan, konflik social budaya (perang, kerusuhan,
bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
b. Factor presipitasi
1. Stresor internal
Dari individu sendiri seperti proses penuaan
2. Stresor eksternal
Dari luar individu seperti keluarga, kelompok masyarakat dan
lingkungan dan bencana.
3. Waktu / lama terpapar stresor
4. jumlah stressor
D. MANIFESTASI KLINIS
Tahapan halusinasi, karakteristik dan perilaku yang ditampilkan yaitu:
TAHAP KARAKTERISTIK PERILAKU KLIEN
Tahap 1
Memberi rasa Mengalami ansietas, Tersenyum, tertawa
nyaman tingkat kesepian,rasa sendiri.
ansietas sedang bersalah, dan
Menggerakkan bibir
secara umum ketakutan.
tanpa suara.
halusinasi
Mencoba berfokus
merupakan suatu Pergerakan mata
pada pikiran yang
kesenangan yang cepat.
dapat
menghilangkan Respon verbal yang
ansietas. lambat.
Tahap 2
Menyalahkan Pengalaman sensori Terjadi peningkatan
menakutkan. denyut jantung,
Tingkat
pernafasan dan
kecemasan berat Merasa dilecehkan
tekanan darah.
secara umum oleh pengalaman
halusinasi sensori tersebut. Perhatian dengan
menyebabkan rasa lingkungan
Mulai merasa
antipati berkurang.
kehilangan kontrol.
Konsentrasi
Menarik diri dari
terhadap
orang lain.
pengalaman
NON PSIKOTIK sensorinya.
Kehilangan
kemampuan
membedakan
halusinasi dengan
realitas
Tahap 3
Mengontrol. Klien menyerah dan Perintah halusinasi
menerima ditaati.
Tingkat
pengalaman
kecemasan berat. Sulit berhubungan
sensorinya
dengan orang lain.
Pengalaman (halusinasi)
halusinasi tidak Perhatian terhadap
Isi halusinasi
dapat ditolak lagi. lingkungan
menjadi atraktif.
berkurang, hanya
Kesepian bila
pengalaman sensori beberapa detik.
berakhir.
Tidak mampu
PSIKOTIK mengikuti perintah
dari perawat,
tampak tremor dan
berkeringat..
Tahap 4
Klien sudah Perilaku panik.
dikuasai oleh
Resiko tinggi
halusinasi.
mencederai.
Klien panik.
Agitasi atau kataton
Tidak mampu
berespon terhadap
lingkungan.
E. JENIS HALUSINASI
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi
(Budi, 2015) dengan karakteristik tertentu, diantaranya:
1. Halusinasi pendengaran (auditif, akustik)
Halusinasi dengar merupakan persepsi sensori yang salah terhadap
stimulus dengar eksternal yang tidak mampu di identifikasi.
Halusinasi dengar merupakan adanya persepsi sensori pada pendengaran
individu tanpa adanya stimulus eksternal yang nyata
(Stuart dan Sundeen, 2013).
8. Halusinasi viseral
Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya.
F. FASE HALUSINASI
Halusinasi yang dialami oleh klien bisa berbeda intensitas dan
keparahannya. Stuart & Laraia (2013) membagi fase halusinasi dalam empat
fase berdasarkan tingkat ansietas yang dialami dan kemampuan klien
mengendalikan dirnya. Semakin erat fase halusinasi, klien semakin berat
mengalami ansietas dan semakin dikendalikan oleh halusinasinya. Fase-fase
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Fase I: Comforting
Ansietas sedang, halusinasi menyenangkan. Karakteristik: klien
mengalami persaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah,
dan takut, serta mencoba untuk berfokus pada pikiran menyenangkan
untuk meredakan ansietas. Individu mengenali bahwa pikiran-pikiran dan
pengalaman sensori berbeda dalam kendali kesadaranjika ansietas dapat
ditangani. Merupakan non psikosis
Perilaku klien: tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, respon
verbal yang lambat, jika sedang asyik dengan halusinasinya, diam dan
asyik sendiri.
2. Fase II: Condeming
Ansietas berat, halusinasi menjadi menjijikkan. Karakteristik:
pengalaman sensori yang menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas
kendali dsan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan
sumber yang dipersepsikan. Klien mungkin mengalami dipermalukan
oleh pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain.
Merupakan halusinasi dan psikosis ringan. Perilaku klien:
meningkatkan tanda-tanda system saraf otonom akibat ansietas seperti
peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah. Rentang
perhatian klien menyempit, asyik dengan pengalaman sensori dan
kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita.
3. Fase III: Controlling
Ansietas berat, pengalaman sensori menjadi berkuasa.
Karakteristik: klien menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan
menyerah pada halusinasi tersebut. Isi halusinasi menjadi menarik. Klien
mungkin mengalami pengalaman kesepian jika sensori halusinasi
berhenti. Merupakan halusinasi pada keadaan psikosis.
Perilaku klien kemauan yang dikendalikan halusinasi akan lebih
diikuti. Klien mengalami kesukaran berhubungan dengan dengan orang
lain dan rentang perhatian hanya beberapa detik atau menit. Klien
menunjukkan adanya tanda-tanda fisik ansietas berat yaitu berkeringat,
tremor, tidak mampu mematuhi perintah.
4. Fase IV: Conquering
Panik, umumnya menjadi melebar dalam halusinasinya..
Karakteristik: pengalaman sensori menjadi mengancam, jika klien
mengikuti perintah halusinasi halusinasi berakhir dari beberapa jam atau
hari jika tidak ada intrevensi terapeutik. Merupakan halusinasi pada
keadaan psikosis berat.
Perilaku klien: perilaku terror akibat panik. Klien berpotensi kuat
untuk melakukan suicide atau homicide. Aktivitas fisik klien
merefleksikan isi halusinasi seperti perilaku kekerasan, agitasi, menarik
diri atau katatonia, klien tidak mampu berespon terhadap perintah yang
kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.
H. MANAJEMEN HALUSINASI
Dalam Nursing Intervention Classification (Mccloskey & Bulechek,
2014). Tindakan keperawatan dalam penanganan halusinasi meliputi bina
hubungan terapeutik dan saling percaya, dukung klien bertanggung jawab
terhadap perilakunya, manajemen halusinasi, pendidikan kesehatan: proses
penyakit, dan perawatan serta fasilitasi kebutuhsn belajar.
Adapun tindakan dalam manajemen halusinasi menurut Standar
Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Grasia Pemerintah
Provinsi Daerah Yogyakarta (2016) adalah:
1. Diskusikan cara baru untuk memutus atau mengontrol halusinasi
2. Bantu klien memilih dan melatih cara memutus atau mengontrol yang
telah dipilih dan dilatih
3. Beri kesempatan untuk melakukan cara mengontrol atau memutus
halusinasi yang telah dipilih atau dilatih
4. Evaluasi bersama klien cara baru yang telah dipilih atau diterapkan
5. Beri reinforcement positif kepada klien terhadap cara yang dipilih dan
diterapkan
6. Libatkan klien dalam TAK orientasi realita, stimulasi persepsi umum, dan
stimulasi persepsi halusinai
Menurut Stuart (2013) salah satu strategi dalam merawat klien
halusinasi dengan mengkaji gejala halusinasi yaitu:
1. Lama halusinasi
Mengamati isyarat perilaku yang mengindikasikan adanya halusinasi
2. Intensitas
Mengamati isyarat yang mengidentifikasikan tingkat intensitas dan lama
halusinasi
3. Frekuensi
Membantu pasien mencatat banyaknya ha,usinasi yang dialami klien
setiap hari.
A. PENGKAJIAN FOKUS
1. Faktor Predisposisi
a) Faktor perkembagan terlambat
1) Usia bayi, tdak terpenuhi kebutuhan makanan, minuman dan
rasa aman
2) Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi
3) Usia sekolah mengalami peristiwa yang terselesaikan
b) Faktor komunikasi dalam keluarga
1) Komunikasi peran ganda
2) Tidak ada komunikasi
3) Tidak ada kehangatan
4) Komunikasi dengan emosi berlebihan
5) Komunikasi tertutup
6) Orang tua membandingkan anak-anaknya, orang tua yang
otoritas, dan komflik orang tua.
c) Faktor psikologis
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri,
ideal diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis
peran, gambaran diri negative dan koping destruktif.
d) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial pada usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan
lingkungan yang terlalu tinggi.
e) Faktor biologis
Adanya kejadian fisik berupa atropi otak, pembesaran ventrikel,
perubahan besar, dan bentuk sel koteks limbik.
f) Faktor genetik
Ada pengaruh herediter (keturunan) berupa anggota terdahulu yang
mengalami skizofrenia dan kembar monozigot.
2. Perilaku
Bibir komat-kamit, tertawa sendiri, bicara sendiri, kepala mengangguk-
angguk seperti mendengar sesuatu, tiba-tiba menutup telinga, gelisah,
bergerak seperti mengambil atau membuang sesuatu, tiba-tiba marah dan
menyerang, duduk terpaku, memandang satu arah, menarik diri.
3. Fisik
a) ADL
Nutrisi tidak adekuat bila halusinasi memerintahkan untuk tidak
makan, tidur terganggu karena ketakutan, kurang kebersihan diri atau
tidak mandi, tidak mampu berpartisipasi dalam kegiatan aktifitas
fisik yang berlebihan atau kegiatan ganjil.
b) Kebiasaan
Berhenti dari minuman keras dan penggunaan obat-obatan serta zat
halusinogen dan tingkah laku merusak diri.
c) Riwayat kesehatan
Skizofrenia delirium berhubungan dengan riwayat demam dan
penyalahgunaan obat.
d) Riwayat skizofrenia dalam keluarga
e) Fungsi system tubuh
Perubahan barat badan, hipotermi (demam), neurological perubahan
mood, disorientasi ketidakefektifan endokrin oleh peningkatan
temperature.
4. Status emosi
Afek tidak sesuai, perasaan bersalah atau malu, sikap negative atau
bermusuhan, kecemasan berat atau panik, suka berkelahi.
a) Isi halusinasi
1) Mendengar atau melihat apa?
2) Suaranya berkata apa?
b) Waktu terjadinya halusinasi
1) Kapan halusinasi terjadi?
c) Situasi pencetus
1) Dalam situasi seperti apa halusinasi muncul?
d) Respon terhadap halusnasi
1) Bagaimana perasaan pasien kalau ada halusinasi
2) Apa yang dilkukan jika halusinasi muncul?
e) Faktor presipitasi
Sosial budaya
Stress lingkungan mengakibatkan respon neurologis maladapatif
1) Penuh kritik
2) Kehilangan harga diri
3) Gangguan hubungan interpersonal
4) Tekanan ekonomi
f) Status mental
Persepsi: Halusinasi
1) Pendengaran
2) Penglihatan
3) Perabaan
4) Pengecapan
5) Penghidup
g) Status intelektual
Gangguan persepsi penglihatan, pendengaran, penciuman dan
pengecapan, isi pikir.
Data yang perlu dikaji dari setiap jenis halusinaasi yaitu:
a) Halusinasi pendengaran
1) Data objektif
Bicara sendiri, marah-marah tanpa sebab, menyedangkan telinga
kearah tertentu, menutup telinga
2) Data subjektif
Mendengarsuara-suara kegaduhan, mendengar suara yang
mengajak bercakap-cakap, mendengar suara yang menyruh
melakukan sesuatu yang berbahaya.
b) Penglihatan
1) Data objektif
Menunjuk-nunjuk kearah tertentu, ketakutan dengan sesuatu
yang tidak jelas
2) Data subjektif
Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartoon,
melihat hantu, atau monster
c) Perabaan
1) Data objektif
Menggaruk-garuk kulit
2) Data subjektif
Mengatakan ada serangga dipermukaan kulit, merasa seperti
tersengat listrik
d) Pengecapan
1) Data objektif
Sering meludah-ludah
2) Data subjektif
Merasa seperti urin, darah atau feses
e) Penciuman
1) Data objektif
Menghidu seperti sedang mencium bau-bauan tertentu, menutup
hidung
2) Data subjektif
Membaui bau-bauan seperti darah, urin, feses, kadang-kadang
bau itu menyenangkan
DAFTAR PUSTAKA