Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA Tn. J DENGAN GANGGUAN JIWA HALUSINASI DI RUANG


SADEWA RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA
Disusun Guna Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Jiwa
Preceptor: Mamat Supri Rohmat, S.Kep., Ns

Nama : Dara Malida


Nim : 24. 20.1426

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN HALUSINASI

A. DEFINISI HALUSINASI
Halusinasi adalah persepsi tanpa adanya rangsangan apapun pada
panca indera seorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar/terbangun
(Marion, 2015).
Halusinasi adalah keadaan dimana seseorang mengalami perubahan
dalam jumlah dan pola diri stimulus yang mendekat yang diperkasai secara
internal atau eksternal disertai dengan suatu pengurangan berlebihan distrarsi
atau kelainan berespon terhadap stimulus (Nurjanah, 2014).
Menurut Budi (2015) halusinasi adalah suatu persepsi yang salah
tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar.Walaupun tampak sebagai suatu
yang “khayal”.halusinasi sebenarnya merupakan bagian dari kehidupan
mental penderita yang “terepsi”. Halusinasi dapat terjadi karena dasar-dasar
organik fungsional, psikotik maupun histerik.
Halusinasi adalah gangguan pencerpan (persepsi) panca indera tanpa
adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua system penginderaan
dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/baik
(Stuart & Sundeen, 2013).
Kondisi dimana individu mengalami perubahan dalam jumlah atau
pola dari stimuli yang dating dikaitkan dengan penurunan, berlebihan,
distorsi atau kerusakan respon terhadap stimulasi (Nurjannah, 2014).
Halusinasi dengar merupakan adanya persepsi sensori pada
pendengaran individu tanpa adanya stimulus eksternal yang nyata
(Stuart dan Sundeen, 2013).

B. RENTANG RESPON HALUSINASI


Halusinasi merupakan respon maladaptive individu yang berada
dalam rentang respon neurologi (Stuart, 2013).Ini merupakan respon persepsi
paling mal adaptif.Jika pasien sehat persepsinya akurat mampu
mengidentifikasi stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca
indera.Klien dengan halusinasi menginterpretasikan dengan stimulus panca
indera walaupun sebenarnya stimulus itu tidak ada.Diantara kedua respon itu
adalah respon individu yang karena suatuhal mengalami kelainan persepsi
yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya yang disebut dengan
ilusi.Klien mengalami ilusi jika interpretasi yang di dilakukannya terhadap
stimulus panca indera tidak akurat sesuai dengan timulus yang diterima.
Rentang respon tersebut digambarkan sesuai gambar :

Respon adatif Respon maladaptif

 Pikiran Logis  Pikiran kadang  Kelainan pikiran atau


 Persepsi akurat menyimpang delusi
 Emosi konsisten dengan  Ilusi  Halusinasi
pengalaman  Reaksi emosional  Ketidakmampuan
 Perilaku sesuai berlebih/berkurang mengalami emosi
 Hubungan social  Menarik diri  Ketidakteraturan

 Isolasi sosial

C. PENYEBAB HALUSINASI
Salah satu penyebab dari perubahan sensori perseptual halusinasi yaitu isolasi
social : menarik diri. Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari
interaksi dengan orang lain, mengihndari hubungan dengan orang lain. Factor
– faktor penyebab halusinasi antara lain:
a. Factor predisposisi
1. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan syaraf-syaraf
pusat dapat membuat gangguan realita. Gejala yang mungkintimbul
adalah : hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan muncul
perilaku ,menarik diri.

2. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon psikologis klien, sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah : penolakan atau
tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3. Sosio budaya
Kondisi social budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti : kemiskinan, konflik social budaya (perang, kerusuhan,
bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
b. Factor presipitasi
1. Stresor internal
Dari individu sendiri seperti proses penuaan
2. Stresor eksternal
Dari luar individu seperti keluarga, kelompok masyarakat dan
lingkungan dan bencana.
3. Waktu / lama terpapar stresor
4. jumlah stressor
D. MANIFESTASI KLINIS
Tahapan halusinasi, karakteristik dan perilaku yang ditampilkan yaitu:
TAHAP KARAKTERISTIK PERILAKU KLIEN
Tahap 1
 Memberi rasa  Mengalami ansietas,  Tersenyum, tertawa
nyaman tingkat kesepian,rasa sendiri.
ansietas sedang bersalah, dan
 Menggerakkan bibir
secara umum ketakutan.
tanpa suara.
halusinasi
 Mencoba berfokus
merupakan suatu  Pergerakan mata
pada pikiran yang
kesenangan yang cepat.
dapat
menghilangkan  Respon verbal yang
ansietas. lambat.

 Pikiran dan  Diam dan


pengalaman sensori berkonsentrasi.
masih ada dalam
kontol kesadaran
NON PSIKOTIK

Tahap 2
 Menyalahkan  Pengalaman sensori  Terjadi peningkatan
menakutkan. denyut jantung,
 Tingkat
pernafasan dan
kecemasan berat  Merasa dilecehkan
tekanan darah.
secara umum oleh pengalaman
halusinasi sensori tersebut.  Perhatian dengan
menyebabkan rasa lingkungan
 Mulai merasa
antipati berkurang.
kehilangan kontrol.
 Konsentrasi
 Menarik diri dari
terhadap
orang lain.
pengalaman
 NON PSIKOTIK sensorinya.

 Kehilangan
kemampuan
membedakan
halusinasi dengan
realitas

Tahap 3
 Mengontrol.  Klien menyerah dan  Perintah halusinasi
menerima ditaati.
 Tingkat
pengalaman
kecemasan berat.  Sulit berhubungan
sensorinya
dengan orang lain.
 Pengalaman (halusinasi)
halusinasi tidak  Perhatian terhadap
 Isi halusinasi
dapat ditolak lagi. lingkungan
menjadi atraktif.
berkurang, hanya
 Kesepian bila
pengalaman sensori beberapa detik.
berakhir.
 Tidak mampu
 PSIKOTIK mengikuti perintah
dari perawat,
tampak tremor dan
berkeringat..

Tahap 4
 Klien sudah  Perilaku panik.
dikuasai oleh
 Resiko tinggi
halusinasi.
mencederai.
 Klien panik.
 Agitasi atau kataton

 Tidak mampu
berespon terhadap
lingkungan.

E. JENIS HALUSINASI
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi
(Budi, 2015) dengan karakteristik tertentu, diantaranya:
1. Halusinasi pendengaran (auditif, akustik)
Halusinasi dengar merupakan persepsi sensori yang salah terhadap
stimulus dengar eksternal yang tidak mampu di identifikasi.
Halusinasi dengar merupakan adanya persepsi sensori pada pendengaran
individu tanpa adanya stimulus eksternal yang nyata
(Stuart dan Sundeen, 2013).

Tanda dan gejala:


a. Prilaku pasien yang teramati adalah sebagai berikut:
b. Melirikan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa
yang sedang berbicara.
c. Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang tidak
sedang berbicara atau kepada benda mati seperti mebel, tembok dll.
d. Terlibat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang
tidak tampak.
e. Menggerak-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang
menjawab suara.
2. Halusinasi penglihatan (visual, optik)
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit
organik).Biasanya sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran,
menimbulkan rasa takut akibat gambaran- gambaran yang mengerikan.
3. Halusinasi penciuman (olfaktorik)
Biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dan dirasakan tidak enak,
melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau dilambangkan sebagai
pengalaman yang dianggap penderita sebagai suatu kondisi moral
4. Halusinasi pengecapan (Gustatorik)
Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi
penciuman, penderita merasa mengecap sesuatu
5. Halusinasi raba (taktil)
Merasa diraba, disentuh, ditiup atau atau seperti ada ulat yang bergerak di
bawah kulit
6. Halusinasi seksual, ini termasuk halusinasi raba
Penderita merasa diraba dan diperkosa, sering pada skizoprenia denagn
waham kebesaran terutama mengenai organ-organ
7. Halusinasi kinestetik
Penderita merasa badannya bergerak-gerak dalam sutau ruangan atau
anggota badannya yang bergerak-gerak, misalnya ”phantom
phenomenon” atau tungkai yang diamputasi selalu bergerak-gerak.

8. Halusinasi viseral
Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya.

F. FASE HALUSINASI
Halusinasi yang dialami oleh klien bisa berbeda intensitas dan
keparahannya. Stuart & Laraia (2013) membagi fase halusinasi dalam empat
fase berdasarkan tingkat ansietas yang dialami dan kemampuan klien
mengendalikan dirnya. Semakin erat fase halusinasi, klien semakin berat
mengalami ansietas dan semakin dikendalikan oleh halusinasinya. Fase-fase
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Fase I: Comforting
Ansietas sedang, halusinasi menyenangkan. Karakteristik: klien
mengalami persaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah,
dan takut, serta mencoba untuk berfokus pada pikiran menyenangkan
untuk meredakan ansietas. Individu mengenali bahwa pikiran-pikiran dan
pengalaman sensori berbeda dalam kendali kesadaranjika ansietas dapat
ditangani. Merupakan non psikosis
Perilaku klien: tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, respon
verbal yang lambat, jika sedang asyik dengan halusinasinya, diam dan
asyik sendiri.
2. Fase II: Condeming
Ansietas berat, halusinasi menjadi menjijikkan. Karakteristik:
pengalaman sensori yang menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas
kendali dsan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan
sumber yang dipersepsikan. Klien mungkin mengalami dipermalukan
oleh pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain.
Merupakan halusinasi dan psikosis ringan. Perilaku klien:
meningkatkan tanda-tanda system saraf otonom akibat ansietas seperti
peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah. Rentang
perhatian klien menyempit, asyik dengan pengalaman sensori dan
kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita.
3. Fase III: Controlling
Ansietas berat, pengalaman sensori menjadi berkuasa.
Karakteristik: klien menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan
menyerah pada halusinasi tersebut. Isi halusinasi menjadi menarik. Klien
mungkin mengalami pengalaman kesepian jika sensori halusinasi
berhenti. Merupakan halusinasi pada keadaan psikosis.
Perilaku klien kemauan yang dikendalikan halusinasi akan lebih
diikuti. Klien mengalami kesukaran berhubungan dengan dengan orang
lain dan rentang perhatian hanya beberapa detik atau menit. Klien
menunjukkan adanya tanda-tanda fisik ansietas berat yaitu berkeringat,
tremor, tidak mampu mematuhi perintah.
4. Fase IV: Conquering
Panik, umumnya menjadi melebar dalam halusinasinya..
Karakteristik: pengalaman sensori menjadi mengancam, jika klien
mengikuti perintah halusinasi halusinasi berakhir dari beberapa jam atau
hari jika tidak ada intrevensi terapeutik. Merupakan halusinasi pada
keadaan psikosis berat.
Perilaku klien: perilaku terror akibat panik. Klien berpotensi kuat
untuk melakukan suicide atau homicide. Aktivitas fisik klien
merefleksikan isi halusinasi seperti perilaku kekerasan, agitasi, menarik
diri atau katatonia, klien tidak mampu berespon terhadap perintah yang
kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.

G. AKIBAT DARI HALUSINASI


Pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori : Halusinasi dapat
beresiko mencedrai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Resiko
mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat
melukai/membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Tanda dan gejala
 Memperlihatkan permusuhan
 Mendekati orang lain dengan ancaman
 Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
 Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan
 Mempunyai rencana untuk melukai

H. MANAJEMEN HALUSINASI
Dalam Nursing Intervention Classification (Mccloskey & Bulechek,
2014). Tindakan keperawatan dalam penanganan halusinasi meliputi bina
hubungan terapeutik dan saling percaya, dukung klien bertanggung jawab
terhadap perilakunya, manajemen halusinasi, pendidikan kesehatan: proses
penyakit, dan perawatan serta fasilitasi kebutuhsn belajar.
Adapun tindakan dalam manajemen halusinasi menurut Standar
Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Grasia Pemerintah
Provinsi Daerah Yogyakarta (2016) adalah:
1. Diskusikan cara baru untuk memutus atau mengontrol halusinasi
2. Bantu klien memilih dan melatih cara memutus atau mengontrol yang
telah dipilih dan dilatih
3. Beri kesempatan untuk melakukan cara mengontrol atau memutus
halusinasi yang telah dipilih atau dilatih
4. Evaluasi bersama klien cara baru yang telah dipilih atau diterapkan
5. Beri reinforcement positif kepada klien terhadap cara yang dipilih dan
diterapkan
6. Libatkan klien dalam TAK orientasi realita, stimulasi persepsi umum, dan
stimulasi persepsi halusinai
Menurut Stuart (2013) salah satu strategi dalam merawat klien
halusinasi dengan mengkaji gejala halusinasi yaitu:
1. Lama halusinasi
Mengamati isyarat perilaku yang mengindikasikan adanya halusinasi
2. Intensitas
Mengamati isyarat yang mengidentifikasikan tingkat intensitas dan lama
halusinasi
3. Frekuensi
Membantu pasien mencatat banyaknya ha,usinasi yang dialami klien
setiap hari.

I. PENATALAKSANAAN MEDIS HALUSINASI PENDENGARAN


Penatalaksanaan klien skizoprenia adalah dengan pemberian obat –
obatan dan tindakan lain, yaitu :
1. Psikofarmakologis
Obat – obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi
pendengaran yang merupakan gejala psikosis pada klien skizoprenia
adalah obat – obatan anti psikosis. Adapun kelompok yang umum
digunakan adalah :
KELAS KIMIA NAMA GENERIK DOSIS HARIAN
(DAGANG)
Fenotiazin Asetofenazin (Tindal) 60-120 mg
Klorpromazin (Thorazine) 30-800 mg
Flufenazine (Prolixine, Permitil) 1-40 mg
Mesoridazin (Serentil) 30-400 mg
Perfenazin (Trilafon) 12-64 mg
Proklorperazin (Compazine) 15-150 mg
Promazin (Sparine) 40-1200 mg
Tioridazin (Mellaril) 150-800mg
Trifluoperazin (Stelazine) 2-40 mg
Trifluopromazin (Vesprin) 60-150 mg
Tioksanten Klorprotiksen (Taractan) 75-600 mg
Tiotiksen (Navane) 8-30 mg
Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mg
Dibenzodiazepin Klozapin (Clorazil) 300-900 mg
Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg
Dihidroindolon Molindone (Moban) 15-225 mg

2. Terapi kejanglistrik/Electro Compulsive Therapy (ECT)


ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik
dan menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun
klonik.Tindakan ini adalah bentuk terapi pada klien dengan mengalirkan
arus listrik melalui elektroda yang ditempelkan pada pelipis klien untuk
membangkitkan kejang grandmall.
Indikasi terapi kejang listrik adalah klien depresi pada psikosa manik
depresi, klien schizofrenia stupor katatonik dan gaduh gelisah
katatonik.ECT lebih efektif dari antidepresan untuk klien depresi dengan
gejala psikotik (waham, paranoid, dan gejala vegetatif), berikan
antidepresan saja (imipramin 200-300 mg/hari selama 4 minggu) namun
jika tidak ada perbaikan perlu dipertimbangkan tindakan ECT.Mania
(gangguan bipolar manik) juga dapat dilakukan ECT, terutama jika litium
karbonat tidak berhasil.Pada klien depresi memerlukan waktu 6-12x
terapi untuk mencapai perbaikan, sedangkan pada mania dan katatonik
membutuhkan waktu lebih lama yaitu 10-20x terapi secara rutin.Terapi
ini dilakukan dengan frekuensi 2-3 hari sekali.Jika efektif, perubahan
perilaku mulai kelihatan setelah 2-6 terapi.
3. Terapi aktivitas kelompok (TAK Stimulasi Persepsi)
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapii
yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan
pengalaman dan atau / kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok.
Hasill diskusi kelompok dapat berupa kesepakatn persepsi atau alternatif
penyelesaian masalah. Tujuan umum TAK stimulasi persepsi adalah klien
mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang di akibatkan
oleh paparan stimulus kepadanya. Sementara, tujuan khususnya :
a) Klien dapat memmpersiapkan stimuls yang di paparkan kepadanya
dengan tepat
b) Klien dapat menyelesaikan masalah yan timbul ari stimulus yang di
alami.

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL


1. Gangguan sensori persepsi: halusinasi (audiotori, visual, perabaan,
pengecapan, dan pengidu) b.d perubahan penerimaan sensori, transmisi
dan integrasi, perubahan sensori persepsi, stress psikologis, stimulus
lingkungan berlebih, stimulus lingkungan tidak mencukupi,
ketidakseimbangan biokimia penyebab distorsi sensori (illusi, halusinasi),
ketidakseimbangan elektrolit, ketidakseimbangan biokimia.
2. Resiko kekerasan terhadap diri sendiri b.d kerusakan kognisi
persepsual,ide bunuh diri, riwayat percobaan bunuh diri multiple, rencana
bunuh diri, status emotional, petunjuk verbal(bicara kematian, lebih baik
tanpa diriku, menanyakan dosis obat yang mematikan), kesehatan
mental(psikosis, gangguan personalitas berat penyalahgunaan alkohol),
konflik hubungan interpersonal, latar belakang keluarga.
3. Isolasi sosial b.d perubahan status mental, tidak mampu dalam
memuaskan hubungan pribadi, nilai social tidak diterima, perilaku social
tidak diterima, sumber personal tidak adekuat, keterkaitan imatur,
perubahan penampilan fisik, perubahan keadaan sejahtera
4. Gangguan pola tidur b.d ketidak nyamanan psikologis yang lama, pola
aktifitas sehari, tempramen, tidur yang sehat tidak adekuat, perubahan
frekuensi dan jadwal tidur, depresi, sendirian, berduka, takut, cemas,
lelah, bosan, antisipasi.
5. Defisit perawatan diri mandi/kebersihan, berpakaian/berhias, toileting,
berhubungan dengan kurang atau penurunan motivasi, lemah atau lelah,
cemas berat, kerusakan kognisi atau perceptual, Nyeri, kerusakan
neurovaskuler, kerusakan musculoskeletal, hambatan lingkungan
6. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan psikologi
(psikosis, kurang stimulus), perbedaan kebudayaan, penurunan sirkulasi
ke otak, hambatan fisik, kelainan anatomi, tumor otak, perbedaan
berhubungan dengan perkembangan umur, efek samping obat,
keterbatasan lingkungan, ketidakhadiran orang tedekat, perubahan
persepsi, kurang informasi, stress, perubahan konsep diri atau harga diri,
kondisi fisiologis, perubahan system saraf pusat, kelemahan system
muskulosskeletal, konmdisi emosional.
7. Kurang Pengetahuan berhubungan denganketerbatasan kognitif,
interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk
mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi.
NURSING CARE PALNING (NCP)
PASIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI

A. PENGKAJIAN FOKUS

1. Faktor Predisposisi
a) Faktor perkembagan terlambat
1) Usia bayi, tdak terpenuhi kebutuhan makanan, minuman dan
rasa aman
2) Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi
3) Usia sekolah mengalami peristiwa yang terselesaikan
b) Faktor komunikasi dalam keluarga
1) Komunikasi peran ganda
2) Tidak ada komunikasi
3) Tidak ada kehangatan
4) Komunikasi dengan emosi berlebihan
5) Komunikasi tertutup
6) Orang tua membandingkan anak-anaknya, orang tua yang
otoritas, dan komflik orang tua.
c) Faktor psikologis
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri,
ideal diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis
peran, gambaran diri negative dan koping destruktif.
d) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial pada usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan
lingkungan yang terlalu tinggi.
e) Faktor biologis
Adanya kejadian fisik berupa atropi otak, pembesaran ventrikel,
perubahan besar, dan bentuk sel koteks limbik.
f) Faktor genetik
Ada pengaruh herediter (keturunan) berupa anggota terdahulu yang
mengalami skizofrenia dan kembar monozigot.
2. Perilaku
Bibir komat-kamit, tertawa sendiri, bicara sendiri, kepala mengangguk-
angguk seperti mendengar sesuatu, tiba-tiba menutup telinga, gelisah,
bergerak seperti mengambil atau membuang sesuatu, tiba-tiba marah dan
menyerang, duduk terpaku, memandang satu arah, menarik diri.
3. Fisik
a) ADL
Nutrisi tidak adekuat bila halusinasi memerintahkan untuk tidak
makan, tidur terganggu karena ketakutan, kurang kebersihan diri atau
tidak mandi, tidak mampu berpartisipasi dalam kegiatan aktifitas
fisik yang berlebihan atau kegiatan ganjil.
b) Kebiasaan
Berhenti dari minuman keras dan penggunaan obat-obatan serta zat
halusinogen dan tingkah laku merusak diri.
c) Riwayat kesehatan
Skizofrenia delirium berhubungan dengan riwayat demam dan
penyalahgunaan obat.
d) Riwayat skizofrenia dalam keluarga
e) Fungsi system tubuh
Perubahan barat badan, hipotermi (demam), neurological perubahan
mood, disorientasi ketidakefektifan endokrin oleh peningkatan
temperature.
4. Status emosi
Afek tidak sesuai, perasaan bersalah atau malu, sikap negative atau
bermusuhan, kecemasan berat atau panik, suka berkelahi.
a) Isi halusinasi
1) Mendengar atau melihat apa?
2) Suaranya berkata apa?
b) Waktu terjadinya halusinasi
1) Kapan halusinasi terjadi?
c) Situasi pencetus
1) Dalam situasi seperti apa halusinasi muncul?
d) Respon terhadap halusnasi
1) Bagaimana perasaan pasien kalau ada halusinasi
2) Apa yang dilkukan jika halusinasi muncul?
e) Faktor presipitasi
Sosial budaya
Stress lingkungan mengakibatkan respon neurologis maladapatif
1) Penuh kritik
2) Kehilangan harga diri
3) Gangguan hubungan interpersonal
4) Tekanan ekonomi
f) Status mental
Persepsi: Halusinasi
1) Pendengaran
2) Penglihatan
3) Perabaan
4) Pengecapan
5) Penghidup
g) Status intelektual
Gangguan persepsi penglihatan, pendengaran, penciuman dan
pengecapan, isi pikir.
Data yang perlu dikaji dari setiap jenis halusinaasi yaitu:
a) Halusinasi pendengaran
1) Data objektif
Bicara sendiri, marah-marah tanpa sebab, menyedangkan telinga
kearah tertentu, menutup telinga
2) Data subjektif
Mendengarsuara-suara kegaduhan, mendengar suara yang
mengajak bercakap-cakap, mendengar suara yang menyruh
melakukan sesuatu yang berbahaya.
b) Penglihatan
1) Data objektif
Menunjuk-nunjuk kearah tertentu, ketakutan dengan sesuatu
yang tidak jelas
2) Data subjektif
Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartoon,
melihat hantu, atau monster
c) Perabaan
1) Data objektif
Menggaruk-garuk kulit
2) Data subjektif
Mengatakan ada serangga dipermukaan kulit, merasa seperti
tersengat listrik
d) Pengecapan
1) Data objektif
Sering meludah-ludah
2) Data subjektif
Merasa seperti urin, darah atau feses
e) Penciuman
1) Data objektif
Menghidu seperti sedang mencium bau-bauan tertentu, menutup
hidung
2) Data subjektif
Membaui bau-bauan seperti darah, urin, feses, kadang-kadang
bau itu menyenangkan
DAFTAR PUSTAKA

Johnson Marion, dkk, 2015. Nursing Outcome Classification (NOC). Mosby


Keliat, budi A. 2015. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC : Jakarta
Mccloskey & Bulechek, 2014. Nursing Intervention Classification (NIC)
Nurjanah, Intansari, 2014. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.
Mocomedia : Yogyakarta
Santosa, Budi. 2015. Diagnosis Keperawatan Nanda Definisi dan Klasifikasi,
Nursing Intervention
Stuart GW, Sundeen, 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai