Anda di halaman 1dari 10

Geodika: Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan Geografi

Volume… Nomor… Juni/Desember 2020, Halaman: …-…


ISSN 2549-1830 (Online)
DOI: 10.29408/geodika.v…i…. 0000

Website: http://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/gdk

Terakreditasi S4 – SK No. 36/E/KPT/2019


Penerbit: Program Studi Pendidikan Geografi, FISE, Universitas Hamzanwadi

ANALISIS SIG PENENTUAN POTENSI LOKASI LAHAN RUMASH SAKIT BARU DI KOTA
TASIKMALAYA
(Keseluruhan artikel ditulis antara 10-12 halaman dengan huruf Garamond font 12)
Muhammad Salman Alfarizi1, Yesi Sopariah2, Muhammad Akbar3 dan Ayi Sopandi4.
*Email Koresponden:
msalfarizi@upi.edu

Diterima: 00-00-0000, Revisi: 00-00-0000, Disetujui: 00-00-0000


©2020 Program Studi Pendidikan Geografi, FISE, Universitas Hamzanwadi

Abstrak merupakan gambaran singkat dan akurat dari keseluruhan artikel. Isinya meliputi unsur-unsur: 1)
permasalahan pokok yang dibahas, 2) tujuan; 3) metode yang digunakan; 4) temuan, dan 5) kesimpulan.
Abstrak ditulis utuh, padat dan jelas. Tidak dalam bentuk matematis, pertanyaan, dan dugaan. Selain itu,
abstrak ditulis tanpa kutipan pustaka, dan tanpa singkatan/akronim serta bersifat mandiri. Jumlah kata
Abstrak antara 150-200 kata dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Kata kunci: terdiri dari 3-5 kata atau frasa

Abstract is a brief and accurate description of the entire article. The contents include the following elements:
1) the main issues discussed, 2) objectives; 3) method; 4) findings, and 5) conclusions. Abstract written intact,
solid and clear. Not in mathematical form, questions, and guesses. In addition, abstracts are written without
literature quotations, and without abbreviations / acronyms and are independent. The number of Abstract
words is between 150-200 words in Indonesian and English.

Keywords: consisting of 3-5 words or phrases

PENDAHULUAN
Rumah Sakit adalah suatu fasilitas umum yang berfungsi sebagai pusat pelayanan kesehatan
publik meliputi pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta pemeliharaan, peningkatan dan
pemulihan kesehatan secara lengkap (Adji, 2019). Rumah sakit sebagai penyedia jasa kesehatan
memerlukan peningkatan pelayanan kesehatan. Semakin meningkatnya kondisi sosial ekonomi
masyarakat, maka berpengaruh juga dengan pola pikir masyarakat yang semakin kritis terhadap hal-hal
yang sangat vital terutama dalam hal kesehatan (Mongkaren, 2013). Adapun kepuasan pelanggan dapat
dipenuhi perusahaan salah satunya melalui pelayanannya (Supriyanto, 2012). Berdasarkan data dari
Badan Pusat Statistik, Kota Tasikmalaya merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Barat yang
memiliki kepadatan penduduk sekitar 3.887 jiwa/ km 2. Untuk mendukung kesejahteraan masyarakat di
Kota Tasikmalaya, maka diperlukan penyediaan pelayanan kesehatan/ rumah sakit. Dalam menjalankan
fungsinya, rumah sakit memiliki kriteria-kriteria tertentu agar pelayanan kesehatan dapat berjalan efektif.
Salah satunya dalam pemilihan lokasi rumah sakit, terdapat faktor-faktor yang perlu diperhatikan.
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 340 tahun 2010, dikatakan
bahwa rumah sakit merupakan sebuah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat
darurat (Purnomo, 2017). Berdasarkan Permenkes No 24 Tahun 2016 tentang Persyaratan Tekhnis
Bangunan Rumah Sakit, faktor geografis yang harus diperhatikan dalam pembangunan rumah sakit
yaitu kontur tanah dan kondisi lingkungan. Kontur tanah mempengaruhi perencanaan struktur,
arsitektur, dan mekanikal elektrikal rumah sakit. Selain itu kontur tanah juga berpengaruh terhadap
perencanaan sistem drainase, kondisi jalan terhadap tapak bangunan dan lain-lain.

http://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/gdk |1
Nama penulis /Geodika: Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan Geografi, Vol…, No…, Bulan tahun : 00-00

Pemanfaatan Sistem informasi geografi di bidang kesehatan, yaitu menyediakan data atribut dan
data spasial yang menggambarkan distribusi atau pola penyebaran penderita suatu penyakit atau model
penyebaran distribusi unit-unit fasilitas pelayanan kesehatan diantaranya tenaga medis, serta tenaga
kesehatan lain (Prahasta, 2009). Dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan agar menjadi semakin
optimal, maka penambahan jumlah rumah sakit ataupun kapasitas kasur inap rumah sakit perlu
ditingkatkan. Untuk membantu menganalisis kebutuhan kan efektifitasnya maka dapat dibantu dengan
sistem informasi geografis (SIG). SIG dapat dimanfaatkan untuk memilih calon lokasi yang nantinya
akan dibangun rumah sakit baru sesuai dengan kriteria-kriteria yang berlaku (Purnomo. 2017).
Pentingnya data sebaran pemetaan rumah sakit dengan berbasis website tersebut masyarakat dapat
mengetahui sebaran lokasi rumah sakit yang terdekat untuk menggunakan atau memanfaatkan fasilitas
kesehatan, karena keadaan rumah sakit di Kota Tasikmalaya kondisinya baik dan lengkap, tetapi jika
dilihat dari persebaran di setiap kecamatan tersebar tidak merata (Noer Hidayah, 2018).
Berdasarkan Wikipedia Kota Tasikmalaya menempati urutan ke delapan dengan jumlah
penduduk terpadat di Provinsi Jawa Barat. Jumlah penduduk Kota Tasikmalaya menurut BPS tahun
2020 sebanyak 716.155 ribu jiwa. Persebaran lokasi rumah sakit eksisting yang berpusat di jalan alteri
utama menyebabkan masih rendahnya jangkauan pelayanan rumah sakit di Kota Tasikmalaya terutama
pada wilayah yang jauh dari pusat kota. Dari hasil studi pendahuluan ditemukan bahwa sistem aplikasi
pelayanan kesehatan terhadap pasien di RSUD Kota Tasikmalaya masih terkendala oleh lambatnya
proses sistem informasi yang menyebabkan pasien harus menunggu lama dalam memperoleh layanan
(Radliya et al., 2017).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi Rumah Sakit eksisting di Kota Tasikmalaya ?
2. Bagaimana jangkauan layanan rumah sakit eksisting di Kota Tasikmalaya ?
3. Bagaimana kebutuhan penduduk akan Rumah Sakit di Kota Tasikmalaya ?
4. Dimana lokasi lahan yang dapat dijadikan rekomendasi untuk pembangunan Rumah Sakit
baru di Kota Tasikmalaya ?
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah yaitu :
1. Mengetahui kondisi Rumah Sakit Eksisting di KotaTasikmalaya
2. Mengetahui jangkauan layanan rumah sakit eksisting di Kota Tasikmalaya.
3. Mengetahui kebutuhan penduduk akan Rumah Sakit di Kota Tasikmalaya.
4. Merekomendasikan lokasi lahan yang sesuai untuk pembangunan Rumah Sakit baru di Kota
Tasikmalaya.
METODE PENELITIAN
Penenelitian ini dilakukan secara daring dengan lokasi penelitian di Kota Tasikmalaya. Menurut
BPS tahun 2021, luas wilayah Kota Tasikmalaya adalah 184.22 km² yang secara administratif terbagi
menjadi 10 kecamatan, yaitu Kawalu, Tamansari, Cibereum, Purbaratu, Tawang, Cihideung,
Mangkubumi, Indihiang, Bungursari, dan Cipedes. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif-kuantitatif. Data terkumpul secara deskriptif kuantitatif digunakan untuk memberikan
gambaran terhadap keadaan yang sebenarnya, juga untuk menjawab pertanyaan yang berhubungan
dengan status objek dari penelitian (Isnawati dkk., 2020).
Analisis data merupakan suatu proses untuk mengakomodir data, mengolahnya ke dalam suatu
pola, klasifikasi, serta satuan uraian priemer (Moelong, 2020). Dalam mengumpulkan data-data
penelitian, populasi dan sampel yang digunakan adalah populasi wilayah dan sampel wilayah (Natsir
dkk., 2021). Yakni mencakup seluruh wilayah Kota Tasikmalaya yang menjadi lokasi penelitian dengan
sumber data yang diperoleh melalui studi kepustakan. Studi kepustakaan merupakan suatu studi yang
digunakan dalam mengeumpulkan informasi dan data dengan bantuan berbagai macam material yang
ada di perpustakaan seperti dokumen, buku, majalah, kisah-kisah sejarah, dsb (Mardalis dalam,
Mirzaqon and Purwoko, 2018).
Teknik pengolahan data dan analisis data dalam penelitian ini menggunakan tools network
analysis service area untuk mendeskripsikan jangkauan rumah sakit yang telah ada. Dengan mencari
http://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/gdk | 2
Nama penulis /Geodika: Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan Geografi, Vol…, No…, Bulan tahun : 00-00

terlebih dahulu data sebaran lokasi rumah sakit berupa koordinat di Kota Tasikmalaya melalui internet.
Analisis jaringan (Network analysis) juga dikenal sebagai ‘protocol analysis’ merupakan seni
mendengarkan (listening) dalam komunikasi data dan jaringan biasanya dilakukan untuk memastikan
bagaimana peralatan-peralatan berkomunikasi dan menentukan kesehatan dari jaringan tersebut
(Stevany dkk., 2016). Dalam Network Analysis ArcGIS, service area digunakan untuk menentukan
wilayah yang mencakup semua jalan dapat diakses (jalan-jalan yang terletak dalam impedansi yang
ditentukan) (Rahmadhani dkk., 2013). Area layanan yang diciptakan oleh Network Analysis juga
membantu mengevaluasi aksesibilitas. Adapun variabel dan indikator penelitian ini, sebagai berikut:
Tabel 1. Variabel dan Indikator Penelitian
Variabel Rumusan Masalah Indikator
Lokasi Rumah Kondisi Sebaran Rumah 1. Jangkauan Layanan
Sakit Baru Sakit Eksisting Rumah Sakit
2. Aksesibilitas
Alternatif Lahan Rumah 1. Penggunaan Lahan
Sakit Baru
Sesuai 2. Kemiringan Lereng
3. Jaringan Jalan
4. Kepadatan
Penduduk
5. Daerah Potensi
Longsor
6. Daerah Potensi
Banjir
Sumber: (Natsir et al., 2021)
Lalu untuk menentukan lokasi rumah sakit baru, maka dilakukan pembuatan peta dasar sebagai
parameter untuk menghasilkan peta lokasi rumah sakit baru di Kota Tasikmalaya dengan teknis analisis
overlay intersect menggunakan metode analytical hierarchy process (AHP). AHP merupakan suatu
metode yang digunakan untuk mengambil keputusan terbaik berdasarkan beberapa kriteria. Adapun
penjelasan mengenai teknis analisis data pemetaan lokasi rumah sakit baru menggunakan sistem
informasi geografis, yaitu sebagai berikut:
1. Kondisi Sebaran Rumah Sakit di Kota Tasikmalaya
Prayoga (2013) dalam (Adji, 2019), menyatakan bahwa kesempatan untuk memenuhi pelayanan
kesehatan dipengaruhi oleh aksesibilitas fasilitas kesehatan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
No. 24 menyatakan bahwa aksesibilitas untuk jalur transportasi dan komunikasi rumah sakit. Bahwa
lokasi rumah sakit harus mudah dijangkau oleh masyarakat atau dekat ke jalan raya dan tersedia
transportasi umum, pedestrian, jalur-jalur yang aksesibel untuk difabel. Sedangkan, Jangkauan pelayanan
adalah kemampuan suatu sarana yang melayani daerah sekitarnya. Jangkauan pelayanan dapat diukur
dari satuan jarak, waktu, dan biaya. Namum pemerintah sudah menentukan skala pelayanan fasilitas
kesehatan sesuai dengan kriteria tertentu. Kriteria yang dimaksud adalah jumlah penduduk dan
kepadatan penduduk.
Kondisi sebaran rumah sakit dapat dilihat melalui jangkauan layanan rumah sakit dan
aksesibilitasnya terhadap jumlah penduduk atau permukiman penduduk. Data rumah sakit yang ada di
Kota Tasikmalaya kemudian dianalisis secara spasial menggunakan tools network analysis service area
berdasarkan radius jarak 10 km. dari titik lokasi rumah sakit menuju wilayah disekitarnya sesuai dengan
SNI 03-1733 Tahun 2004. Sedangkan, aksesibilitas rumah sakit diintegrasikan dengan jaringan jalan
pada wilayah Kota Tasikmalaya. Dengan membaginya menjadi beberapa kelas jalan supaya
memudahkan dalam pendeskripsian moda transportasi yang melintas pada jalan tersebut.
2. Penentuan Lahan Lokasi Rumah Sakit Baru di Kota Tasikmalaya
Dalam menentukan lahan lokasi rumah sakit baru diperlukan beberapa peta dasar sebagai
parameter pembuatan peta lokasi rumah sakit baru. Peta dasar tersebut meliputi peta penggunaan lahan,
peta kemiringan lereng, peta jaringan jalan, peta kepadatan penduduk, peta potensi bencana longsor,
dan peta potensi bencana banjir. Selanjutnya dari masing-masing peta dasar tersebut dilakukan
pembobotan kriteria dan sub kriteria melalui metode AHP. Dan terakhir dilakukan overlay

http://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/gdk |3
Nama penulis /Geodika: Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan Geografi, Vol…, No…, Bulan tahun : 00-00

menggunakan tools intersect untuk menganalisis lokasi rumah sakit baru. Overlay menampalkan suatu
peta digital pada peta digital yang lain beserta atribut-atributnya dan menghasilkan peta gabungan
keduanya yang memiliki informasi atribut dari kedua peta tersebut (Darmawan et al., 2017). Kriteria dari
masing-masing peta dasar dan pembobotanya disajikan dalam table berikut ini.
Tabel 2. Kriteria Penskoran Peta Dasar
Kriteria Sub Kriteria Skor Bobot
Kemiringan Lereng 0-8 62,84 3,08
8-15 25,40
15-25 4,08
25-45 3,87
>45 3,79
Penggunaan Lahan Pertanian 4,73 48,49
Hutan 4,73
Lahan Terbangun 23,50
Lahan Kosong 62,13
Perairan 4,88
Kepadatan Penduduk Rendah 13,02 8,65
Sedang 22,99
Tinggi 64,02
Daerah Potensi Longsor Rendah 79,07 6,66
Sedang 14,61
Tinggi 6,32
Daerah Potensi Banjir Rendah 79,07 8,45
Sedang 14,61
Tinggi 6,32
Sumber: (Purnomo dkk. 2017 dalam Natsir et al., 2021)
Tahap selanjutnya adalah klasifikasi analisis skor dengan membuat 5 kelas alternatif lokasi rumah
sakit baru. Proses perhitungan melibatkan rumus penentuan interval kelas, yaitu:
Skor Tertinggi−Skor Terendah
Jumlah Klasifikasi
Atau bisa juga seperti tabel berikut ini.
Tabel 3. Perhitungan Interval Kelas
Delta (Nilai Max-Nilai Range (Delta/Jumlah
Total Nilai Minimal Total Nilai Maksimal
Min) Kelas)
449,6293 4955,0679 4955,0679-449,6293= 4.505,4386/5=
4.505,4386 901,08772

Hasil perhitungan tersebut akan menghasilkan klasifikasi dengan bobot akhir sebagai berikut.
Tabel 4. Klasifikasi Skor Rumah Sakit
No. Klasifikasi Skor Akhir
1 Sangat Tidak Sesuai 449,6293 -
1.350,71702
2 Tidak Sesuai 1.350,71702 -
2.251,80474
3 Agak Sesuai 2.251,80474 -
3.152,89246
4 Sesuai 3.152,89246
-4.053,98018
5 Sangat Sesuai 4.053,98018-

http://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/gdk | 4
Nama penulis /Geodika: Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan Geografi, Vol…, No…, Bulan tahun : 00-00

4.955,0679

TEMUAN DAN PEMBAHASAN


A. Kondisi Rumah Sakit Eksisting di Kota Tasikmalaya
1. Jangkauan Rumah Sakit Eksisting di Kota Tasikmalaya
2. Aksesibilitas Rumah Sakit Eksisting di Kota Tasikmalaya
Aksesibilitas adalah usaha pergerakan fisik dari seseorang untuk mendapatkan pelayanan atau
melakukan kegiatan (Cullinane et al., 2008). Besar kecilnya usaha dalam pencapaian fasilitas kesehatan
ini disebut tingkat aksesibilitas (Hadi dkk., 2013). Salah satu parameter yang memiliki urgensi tinggi
adalah jaringan jalan. Jaringan jalan merupakan parameter penentu dalam hal aksesibilitas menuju
rumah sakit yang akan dibangun. Hal ini didukung oleh pernyataan Gatrell dan Elliott dalam Kara dan
Egresi (2013) bahwa tingkat aksesibilitas institusi perawatan kesehatan merupakan salah satu indikator
paling signifikan untuk mengukur efisiensi sistem perawatan kesehatan, dan hal tersebut didukung oleh
sistem transportasi beserta jaringan jalan. Selain itu, menurut Jones dkk. (1998) semakin jauh jarak
seseorang menuju fasilitas perawatan kesehatan maka semakin tinggi risiko kematiannya.
Analisis dilakukan dengan membagi jalan berdasarkan klasifikasi SNI 03-6981-2004 tentang tata
cara perencanaan lingkungan perumahan sederhana tidak bersusun di daerah perkotaan. Data jalan
diperoleh melalui ina-geoportal BIG yang kemudian diolah menggunakan aplikasi ArcGIS untuk
diekspor pada setiap kelas jalan dan clip pada administrasi Kota Tasikmalaya. Hasilnya terdapat empat
kelas jalan di Kota Tasikmalaya, yaitu jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lain. Lalu keempat
kelas jalan tersebut dilakukan buffer untuk menentukan lebar jalan seperti tabel 2.
Tabel 5. Kelas dan Lebar Jalan
Kelas Jalan Lebar Jalan
Jalan Arteri 20 Meter
Jalan Kolektor 15 Meter
Jalan Lokal 10 Meter
Jalan Lain 4 Meter
Sumber: SNI 03-6981-2004.

http://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/gdk |5
Nama penulis /Geodika: Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan Geografi, Vol…, No…, Bulan tahun : 00-00

Dari hasil analisis pemetaan jaringan jalan terhadap Rumah Sakit yang ada di Kota Tasikmalaya
terdapat satu rumah sakit yang berada di jalan arteri, yaitu RS Ibu dan Anak Bunda Aisyah yang berada
di Kecamatan Cipedes. Lalu ada 3 rumah sakit yang berada di jalan kolektor, yaitu RS Umum Prasetya
Bunda di Kecamatan Indihiang, RS Ibu dan Anak Widaningsih di Kecamatan Tawang, dan RS Umum
Tasik Medika Citrarama (TSM) di Kecamatan Cihideung. Kemudian terdapat 11 rumah sakit yang
berada di jalan lokal, yaitu RS Umum Permata Bunda di Kecamatan Indihiang, RS Dewi Sartika di
Kecamatan Kawalu, RSU Islam Hj. Siti Munawaroh di Kecamatan Tamansari, RS. Ummi di Kecamatan
Cihideung, RS Ibu dan Anak Sayang Bunda di Kecamatan Cihideung, RS. Umum Syifa Medina di
Kecamatan Cihideung, RS. Bersalin Budi Kartini di Kecamatan Tawang, RS. Pamela di Kecamatan
Tawang, RSU Dr. Soekardjo di Kecamatan Tawang, RS. Ibu dan Anak dr. Hj. Karmini di Kecamatan
Tawang, RS. Lunawati di Kecamatan Tawang, dan RSU Jasa Kartini di Kecamatan Tawang.

Gambar 1. Peta Jaringan Jalan Terhadap Rumah Sakit Eksisting di Kota Tasikmalaya
B. Kebutuhan Penduduk akan Rumah Sakit di Kota Tasikmalaya
C. Analisis Penentuan Potensi Lokasi Lahan Rumah Sakit Baru di Kota Tasikmalaya
(membahas cara pembuatan, peta dasar yang digunakan, metode, dan hasil) tambahin ide sendiri.
1. Analisis Penentuan Rumah Sakit Baru
Dalam menentukan lokasi rumah sakit baru yang ideal tidak bisa dilakukan secara sembarang.
Setidaknya perlu dilakukan analisis yang detail terkait faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
penentuan lokasi rumah sakit agar dapat sesuai dengan peruntukan dan kebutuhan. Pada penelitian ini
digunakan beberapa peta dasar sebagai parameter atau kriteria sebagai penentu lokasi rumah sakit baru.
Parameter tersebut meliputi penggunaan lahan, kemiringan lereng, jaringan jalan, kepadatan peduduk,
daerah potensi longsor, dan daerah porensi banjir. Setiap parameter memiliki sub kriterianya masing-
masing seperti yang disajikan pada tabel 2.
Penggunaan lahan akan memberikan dampak positif untuk mempermudah proses penyiapan dan
pembangunan diatas lahan. Penggunaan lahan yang tidak terencana akan menimbulkan kerusakan lahan
dan lingkungan (Nugraha dkk., 2014). Berdasarkan Permenkes nomor 24 tahun 2016 proses
pembangunan harus memperhatikan aspek kemiringan lereng. Menurut Apianto (2007), bahwa
membangun sebuah bangunan di puncak bukit, di sekitar lereng, atau di lembah gunung akan memiliki
http://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/gdk | 6
Nama penulis /Geodika: Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan Geografi, Vol…, No…, Bulan tahun : 00-00

risiko bahaya tersendiri. Selain itu, Lashari (2011) menambahkan bahwa kemiringan lereng yang layak
untuk dilakukan pembangunan sebuah bangunan mulai 9% ke bawah.
Parameter kepadatan penduduk berpengaruh terhadap penentuan lokasi rumah sakit baru
berdasarkan tingkat permintaan dan tingkat sakit penduduk. Menurut Jones dkk. (1998) semakin jauh
jarak seseorang menuju fasilitas perawatan kesehatan maka semakin tinggi risiko kematiannya.
Parameter berikutnya adalah ancaman banjir. Penentuan lokasi rumah sakit harus aman dari lokasi
rawan banjir agar tidak merubah fungsinya agar rumah sakit siap menampung korban bencana banjir
pada wilayah tersebut. Dan parameter terakhir adalah ancaman longsor. Daerah potensi longsor akan
memperbesar kemungkinan bahaya sehingga bisa berisiko terhadap hancurnya bangunan akibat
pergerakan tanah. Pembangunan rumah sakit pada lokasi yang rawan longsor akan memperbesar
tekanan beban lereng terutama pada lereng yang curam, sehingga lereng tidak kuat menahan beban dan
beresiko longsor serta menghancurkan bangunan (Masithah dkk., 2018).
Setelah melakukan analisis parameter untuk menentukan lokasi rumah sakit baru. Data-data
yang telah terkumpul kemudian diolah menggunakan aplikasi ArcGIS. Sebelum dilakukan overlay
dilakukan terlebih dahulu perhitungan skor dan bobot pada setiap peta parameter menggunakan
metode AHP. Lalu dilakukan penggabungan atau overlay menggunakan tools intersect Dari seluruh
kriteria sehingga menghasilkan data yang baru. Selanjutnya pada data baru hasil intersect tersebut
diolah kembali dengan menghitung jumlah skor total dari setiap parameter dan dibagi menjadi 5
kelas interval sebagai tingkat kesesuaian lahan rumah sakit baru. Dari hasil pengolahan data
rumah sakit baru di Kota Tasikmalaya menghasilkan informasi luas lahan berdasarkan klasifikasi
yang telah ditetapkan seperti yang ditampilkan dalam tabel berikut ini.
Tabel 6. Klasifikasi Kesesuaian Luas Lahan Rumah Sakit Baru
No. Klasifikasi Luas (Ha)
1 Sangat Tidak Sesuai 6530,394418
2 Tidak Sesuai 10923,576303
3 Agak Sesuai 878,00274
4 Sesuai 418,121379
5 Sangat Sesuai 115,785696

Berdasarkan tabel diatas, klasifikasi tidak sesuai merupakan klasifikasi dengan luasan tertinggi,
sedangkan klasifikasi sangat sesuai merupakan klasifikasi dengan luasan terendah. Adapun dibawah ini
merupakan hasil layot Peta Potensi Lokasi Lahan Rumah Sakit Baru Tasik.

http://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/gdk |7
Nama penulis /Geodika: Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan Geografi, Vol…, No…, Bulan tahun : 00-00

Gambar 2. Peta Jaringan Jalan Terhadap Rumah Sakit Eksisting di Kota Tasikmalaya

2. Rekomendasi Lokasi Rumah Sakit Baru


(mengaitkan potensi lahan rumah sakit baru berdasarkan klasifikasi skor akhir dengan jumlah
kebutuhan penduduk pada setiap kecamatannya) tambahin ide sendiri.
Berdasarkan data koordinat yang diperoleh melalui google maps tahun 2021, jumlah rumah sakit
di Kota Tasikmalaya yaitu 16 rumah sakit. Kebanyakan jumlah rumah sakit terpusat di tengah Kota
Tasikmalaya terutama pada kecamatan Cihideung dan Tawang. Namun persebaran jumlah rumah sakit
di Kota Tasikmalaya tidak merata pada setiap kecamatannya. Tercatat 4 kecamatan di Kota Tasikmalaya
belum memiliki rumah sakit untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Kecamatan
tersebut meliputi kecamatan Cibereum, Mangkubumi, Bungursari, dan Purbaratu.
Persebaran lokasi rumah sakit yang kurang merata ini cukup mempengaruhi jangkauan layanan
rumah sakit di suatu wilayah. Suatu wilayah dikatakan memiliki kapasitas rumah sakit yang mumpuni
jika distribusinya merata agar mudah dalam menjangkau penduduk setempat dan seluruh bagian wilayah
dapat terlayani (Rahmini dkk. 2017 dalam Natsir et al., 2021).Merujuk pada data hasil overlay tersebut
penentuan lokasi lahan rumah sakit baru harus ditempatkan pada wilayah dengan kepadatan penduduk
tinggi agar terjangkau oleh layanan kesehatan. Lokasi tersebut meliputi kecamatan Cibereum,
Mangkubumi, Bungursari, dan Purbaratu, serta pada wilayah utara dan selatan Kota Tasikmalaya.
Penentuan lokasi rumah sakit baru perlu dikaji sematang mungkin dengan tujuan untuk
memberikan kemudahan pada masyarakat dalam mengakses fasilitas kesehatan sesuai Undang-Undang
Nomor 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Dibutuhkan analisis mendalam terkait lokasi, kondisi
sekitar, serta aturan-aturan yang kuat agar pembangunan memiliki status yang legal. Dalam hal ini
pemerintah melalui dinas terkait memiliki peran penting untuk memastikan pelayanan kesehatan
masyarakat yang esensial (Dubowitz, dkk., 2011).
SIMPULAN

http://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/gdk | 8
Nama penulis /Geodika: Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan Geografi, Vol…, No…, Bulan tahun : 00-00

Simpulan merupakan sintesis temuan-temuan utama dalam analisis data. Simpulan harus
mengindikasikan secara jelas hasil-hasil yang diperoleh, kelebihan dan kekurangannya, serta
kemungkinan pengembangan selanjutnya. Simpulan harus menjawab permasalahan yang diungkap
dalam pendahuluan, serta relevan dengan permasalahan dan tujuan. Simpulan ditulis antara 1-3 paragraf
bersifat utuh, padat dan jelas serta bukan dalam bentuk pointers.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka memuat pustaka-pustaka yang dirujuk dalam artikel dan diurutkan berdasarkan
alfabet. Pustaka yang digunakan berupa pustaka 10 tahun terakhir. Jenis pustaka yang digunakan
minimal 80% bersumber dari jurnal ilmiah nasional dan internasional. Jumlah pustaka yang disitasi
minimal berjumlah 15 pustaka. Disarankan untuk mensitasi (mengutip) minimal satu artikel Jurnal
Geodika sesuai topik yang ditulis. Penulisan daftar pustaka mengikuti aturan APA Style, seperti contoh
berikut:
Purnomo, S., Subiyanto, S., & Nugraha, A. L. (2017). Analisis Potensi Peruntukan Lahan Rumah Sakit
Dinilai dari Aspek Fisik dan Kebutuhan Penduduk dengan Sistem Informasi Geografis di Kota
Semarang. Jurnal Geodesi Undip, 6(4), 226-235.
Prahasta, E. (2009) Sistem Informasi Geografis: Konsep-Konsep Dasar Perspektif Geodesi &
Geomatika.
Moleong, L. (2002). Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya.
Leeder, A. (2006). 100 Ideas For Teaching Geography. London & New York: Continuum.
Borengasser, M., Hungate, W. S., & Watkins, R. (2008). Hyperspectral Remote Sensing; Principles and
Applications. New York: CRC Press, Taylor & Prancis Group.

Cobb, P. & Gravemeijer, K. (2006). Design Research from a Learning Design Perspective. Dalam
Akker, Gravemeijer, K., McKenney, S., & Nieveen, N. (Eds.), Educational Design Research (hal
17-51). New York: Routledge.
Urfan, F., Darsiharjo, & Sugandi, D. (2016). Effects of School Environment on Student’s Spatial
Intelligence in Senior High School of Bandung. Proceedings of 1st International Conference on
Geography and Education (ICGE 2016), Malang: 29 October 2016, 295-299.
Mőnter, L., & Otto, K. H. (2018). The Concept of Disasters in Geography Education. Journal of
Geography in Higher Education, 42(2), 205-219.
Subhani, A. (2017). Pengembangan Bahan Ajar Hidrologi Model GAPETRA Program Studi
Pendidikan Geografi. Disertasi, tidak dipublikasikan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Playforce. (2015). Ideas for Taking Geography Outside. Diakses pada 26 Maret 2018, dari
https://www.playforce.co.uk/about-us/news/ideas-for-taking-geography-outside.

http://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/gdk |9
Nama penulis /Geodika: Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan Geografi, Vol…, No…, Bulan tahun : 00-00

YANG BELUM:
1. Abstrak (AYI)
2. Simpulan (AYI)
3. Daftar Pustaka (SALMAN)
4. Kondisi Rumah Sakit Eksisting di Kota Tasikmalaya (YESI)
- Jangkauan Rumah Sakit Eksisting di Kota Tasikmalaya (YESI)
5. Kebutuhan Penduduk akan Rumah Sakit di Kota Tasikmalaya (AKBAL)
6. Analisis Penentuan Potensi Lokasi Lahan Rumah Sakit Baru di Kota Tasikmalaya
- Analisis Penentuan Rumah Sakit Baru (SALMAN)
- Rekomendasi Lokasi Rumah Sakit Baru (SALMAN)
7. Skoring RS Baru dan Layout (SALMAN)

http://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/gdk | 10

Anda mungkin juga menyukai