Anda di halaman 1dari 13

Geodika: Jurnal Kajian Ilmu dan

ISSN 2549-1830
Pendidikan Geografi
Website: http://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/gdk
(Online)
Terakreditasi S4 – SK No. 36/E/KPT/2019
Penerbit: Program Studi Pendidikan Geografi, FISE, Universitas Hamzanwadi

ANALISIS SIG PENENTUAN POTENSI LOKASI LAHAN RUMASH SAKIT BARU DI


KOTA TASIKMALAYA
(Keseluruhan artikel ditulis antara 10-12 halaman dengan huruf Garamond font 12)
Muhammad Salman Alfarizi1, Yesi Sopariah2, Muhammad Akbar3 dan Ayi Sopandi4.
*Email Koresponden:
msalfarizi@upi.edu

Diterima: 00-00-0000, Revisi: 00-00-0000, Disetujui: 00-00-0000


©2020 Program Studi Pendidikan Geografi, FISE, Universitas Hamzanwadi

Abstrak merupakan gambaran singkat dan akurat dari keseluruhan artikel. Isinya meliputi unsur-unsur:
1) permasalahan pokok yang dibahas, 2) tujuan; 3) metode yang digunakan; 4) temuan, dan 5)
kesimpulan. Abstrak ditulis utuh, padat dan jelas. Tidak dalam bentuk matematis, pertanyaan, dan
dugaan. Selain itu, abstrak ditulis tanpa kutipan pustaka, dan tanpa singkatan/akronim serta bersifat
mandiri. Jumlah kata Abstrak antara 150-200 kata dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Kata kunci: terdiri dari 3-5 kata atau frasa

Abstract is a brief and accurate description of the entire article. The contents include the following
elements: 1) the main issues discussed, 2) objectives; 3) method; 4) findings, and 5) conclusions. Abstract
written intact, solid and clear. Not in mathematical form, questions, and guesses. In addition, abstracts
are written without literature quotations, and without abbreviations / acronyms and are independent. The
number of Abstract words is between 150-200 words in Indonesian and English.

Keywords: consisting of 3-5 words or phrases

PENDAHULUAN
Rumah Sakit adalah suatu fasilitas umum yang berfungsi sebagai pusat pelayanan kesehatan
publik meliputi pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta pemeliharaan, peningkatan dan
pemulihan kesehatan secara lengkap (Adji, 2019). Rumah sakit sebagai penyedia jasa kesehatan
memerlukan peningkatan pelayanan kesehatan. Semakin meningkatnya kondisi sosial ekonomi
masyarakat, maka berpengaruh juga dengan pola pikir masyarakat yang semakin kritis terhadap hal-
hal yang sangat vital terutama dalam hal kesehatan (Mongkaren, 2013). Adapun kepuasan
pelanggan dapat dipenuhi perusahaan salah satunya melalui pelayanannya (Supriyanto, 2012).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, Kota Tasikmalaya merupakan salah satu kota di
Provinsi Jawa Barat yang memiliki kepadatan penduduk sekitar 3.887 jiwa/ km 2. Untuk mendukung
kesejahteraan masyarakat di Kota Tasikmalaya, maka diperlukan penyediaan pelayanan kesehatan/
rumah sakit. Dalam menjalankan fungsinya, rumah sakit memiliki kriteria-kriteria tertentu agar
pelayanan kesehatan dapat berjalan efektif. Salah satunya dalam pemilihan lokasi rumah sakit,
terdapat faktor-faktor yang perlu diperhatikan.
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 340 tahun 2010, dikatakan
bahwa rumah sakit merupakan sebuah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan dan gawat darurat (Purnomo, 2017). Berdasarkan Permenkes No 24 Tahun 2016 tentang
Persyaratan Tekhnis Bangunan Rumah Sakit, faktor geografis yang harus diperhatikan dalam
pembangunan rumah sakit yaitu kontur tanah dan kondisi lingkungan. Kontur tanah mempengaruhi
perencanaan struktur, arsitektur, dan mekanikal elektrikal rumah sakit. Selain itu kontur tanah juga

http://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/gdk |1
Nama penulis /Geodika: Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan Geografi, Vol…, No…, Bulan tahun : 00-00

berpengaruh terhadap perencanaan sistem drainase, kondisi jalan terhadap tapak bangunan dan lain-
lain.
Pemanfaatan Sistem informasi geografi di bidang kesehatan, yaitu menyediakan data atribut
dan data spasial yang menggambarkan distribusi atau pola penyebaran penderita suatu penyakit atau
model penyebaran distribusi unit-unit fasilitas pelayanan kesehatan diantaranya tenaga medis, serta
tenaga kesehatan lain (Prahasta, 2009). Dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan agar
menjadi semakin optimal, maka penambahan jumlah rumah sakit ataupun kapasitas kasur inap
rumah sakit perlu ditingkatkan. Untuk membantu menganalisis kebutuhan kan efektifitasnya maka
dapat dibantu dengan sistem informasi geografis (SIG). SIG dapat dimanfaatkan untuk memilih
calon lokasi yang nantinya akan dibangun rumah sakit baru sesuai dengan kriteria-kriteria yang
berlaku (Purnomo. 2017). Pentingnya data sebaran pemetaan rumah sakit dengan berbasis website
tersebut masyarakat dapat mengetahui sebaran lokasi rumah sakit yang terdekat untuk
menggunakan atau memanfaatkan fasilitas kesehatan, karena keadaan rumah sakit di Kota
Tasikmalaya kondisinya baik dan lengkap, tetapi jika dilihat dari persebaran di setiap kecamatan
tersebar tidak merata (Noer Hidayah, 2018).
Berdasarkan Wikipedia Kota Tasikmalaya menempati urutan ke delapan dengan jumlah
penduduk terpadat di Provinsi Jawa Barat. Jumlah penduduk Kota Tasikmalaya menurut BPS tahun
2020 sebanyak 716.155 ribu jiwa. Persebaran lokasi rumah sakit eksisting yang berpusat di jalan
arteri utama menyebabkan masih rendahnya jangkauan pelayanan rumah sakit di Kota Tasikmalaya
terutama pada wilayah yang jauh dari pusat kota. Dari hasil studi pendahuluan ditemukan bahwa
sistem aplikasi pelayanan kesehatan terhadap pasien di RSUD Kota Tasikmalaya masih terkendala
oleh lambatnya proses sistem informasi yang menyebabkan pasien harus menunggu lama dalam
memperoleh layanan (Radliya et al., 2017).

METODE PENELITIAN
Penenelitian ini dilakukan secara daring dengan lokasi penelitian di Kota Tasikmalaya.
Menurut BPS tahun 2021, luas wilayah Kota Tasikmalaya adalah 184.22 km² yang secara
administratif terbagi menjadi 10 kecamatan, yaitu Kawalu, Tamansari, Cibereum, Purbaratu,
Tawang, Cihideung, Mangkubumi, Indihiang, Bungursari, dan Cipedes. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif-kuantitatif. Data terkumpul secara deskriptif kuantitatif
digunakan untuk memberikan gambaran terhadap keadaan yang sebenarnya, juga untuk menjawab
pertanyaan yang berhubungan dengan status objek dari penelitian (Isnawati dkk., 2020).
Analisis data merupakan suatu proses untuk mengakomodir data, mengolahnya ke dalam
suatu pola, klasifikasi, serta satuan uraian priemer (Moelong, 2020). Dalam mengumpulkan data-
data penelitian, populasi dan sampel yang digunakan adalah populasi wilayah dan sampel wilayah
(Natsir dkk., 2021). Yakni mencakup seluruh wilayah Kota Tasikmalaya yang menjadi lokasi
penelitian dengan sumber data yang diperoleh melalui studi kepustakan. Studi kepustakaan
merupakan suatu studi yang digunakan dalam mengeumpulkan informasi dan data dengan bantuan
berbagai macam material yang ada di perpustakaan seperti dokumen, buku, majalah, kisah-kisah
sejarah, dsb (Mardalis dalam, Mirzaqon and Purwoko, 2018).
Teknik pengolahan data dan analisis data dalam penelitian ini menggunakan tools network
analysis service area untuk mendeskripsikan jangkauan rumah sakit yang telah ada. Dengan
mencari terlebih dahulu data sebaran lokasi rumah sakit berupa koordinat di Kota Tasikmalaya
melalui internet. Analisis jaringan (Network analysis) juga dikenal sebagai ‘protocol analysis’
merupakan seni mendengarkan (listening) dalam komunikasi data dan jaringan biasanya dilakukan
untuk memastikan bagaimana peralatan-peralatan berkomunikasi dan menentukan kesehatan dari
jaringan tersebut (Stevany dkk., 2016). Dalam Network Analysis ArcGIS, service area digunakan
untuk menentukan wilayah yang mencakup semua jalan dapat diakses (jalan-jalan yang terletak
dalam impedansi yang ditentukan) (Rahmadhani dkk., 2013). Area layanan yang diciptakan oleh
Network Analysis juga membantu mengevaluasi aksesibilitas. Adapun variabel dan indikator
penelitian ini, sebagai berikut:
http://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/gdk | 2
Nama penulis /Geodika: Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan Geografi, Vol…, No…, Bulan tahun : 00-00

Tabel 1. Variabel dan Indikator Penelitian


Variabel Rumusan Masalah Indikator
1. Jangkauan Layanan Rumah Sakit
Kondisi Sebaran Rumah Sakit Eksisting
2. Aksesibilitas
1. Penggunaan Lahan
Lokasi Rumah 2. Kemiringan Lereng
Sakit Baru Alternatif Lahan Rumah Sakit Baru 3. Jaringan Jalan
Sesuai 4. Kepadatan Penduduk
5. Daerah Potensi Longsor
6. Daerah Potensi Banjir
Sumber: (Natsir et al., 2021)
Lalu untuk menentukan lokasi rumah sakit baru, maka dilakukan pembuatan peta dasar
sebagai parameter untuk menghasilkan peta lokasi rumah sakit baru di Kota Tasikmalaya dengan
teknis analisis overlay intersect menggunakan metode analytical hierarchy process (AHP). AHP
merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengambil keputusan terbaik berdasarkan beberapa
kriteria. Adapun penjelasan mengenai teknis analisis data pemetaan lokasi rumah sakit baru
menggunakan sistem informasi geografis, yaitu sebagai berikut:
1. Kondisi Sebaran Rumah Sakit di Kota Tasikmalaya
Prayoga (2013) dalam (Adji, 2019), menyatakan bahwa kesempatan untuk memenuhi
pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh aksesibilitas fasilitas kesehatan. Berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan No. 24 menyatakan bahwa aksesibilitas untuk jalur transportasi dan komunikasi
rumah sakit. Bahwa lokasi rumah sakit harus mudah dijangkau oleh masyarakat atau dekat ke jalan
raya dan tersedia transportasi umum, pedestrian, jalur-jalur yang aksesibel untuk difabel.
Sedangkan, Jangkauan pelayanan adalah kemampuan suatu sarana yang melayani daerah
sekitarnya. Jangkauan pelayanan dapat diukur dari satuan jarak, waktu, dan biaya. Namum
pemerintah sudah menentukan skala pelayanan fasilitas kesehatan sesuai dengan kriteria tertentu.
Kriteria yang dimaksud adalah jumlah penduduk dan kepadatan penduduk.
Kondisi sebaran rumah sakit dapat dilihat melalui jangkauan layanan rumah sakit dan
aksesibilitasnya terhadap jumlah penduduk atau permukiman penduduk. Data rumah sakit yang ada
di Kota Tasikmalaya kemudian dianalisis secara spasial menggunakan tools network analysis
service area berdasarkan radius jarak 10 km. dari titik lokasi rumah sakit menuju wilayah
disekitarnya sesuai dengan SNI 03-1733 Tahun 2004. Sedangkan, aksesibilitas rumah sakit
diintegrasikan dengan jaringan jalan pada wilayah Kota Tasikmalaya. Dengan membaginya menjadi
beberapa kelas jalan supaya memudahkan dalam pendeskripsian moda transportasi yang melintas
pada jalan tersebut.
2. Penentuan Lahan Lokasi Rumah Sakit Baru di Kota Tasikmalaya
Dalam menentukan lahan lokasi rumah sakit baru diperlukan beberapa peta dasar sebagai
parameter pembuatan peta lokasi rumah sakit baru. Peta dasar tersebut meliputi peta penggunaan
lahan, peta kemiringan lereng, peta jaringan jalan, peta kepadatan penduduk, peta potensi bencana
longsor, dan peta potensi bencana banjir. Selanjutnya dari masing-masing peta dasar tersebut
dilakukan pembobotan kriteria dan sub kriteria melalui metode AHP. Dan terakhir dilakukan
overlay menggunakan tools intersect untuk menganalisis lokasi rumah sakit baru. Overlay
menampalkan suatu peta digital pada peta digital yang lain beserta atribut-atributnya dan
menghasilkan peta gabungan keduanya yang memiliki informasi atribut dari kedua peta tersebut
(Darmawan et al., 2017). Kriteria dari masing-masing peta dasar dan pembobotanya disajikan
dalam table berikut ini.
Tabel 2. Kriteria Penskoran Peta Dasar
Kriteria Sub Kriteria Skor Bobot
Kemiringan Lereng 0-8 62,84 3,08
8-15 25,40

http://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/gdk |3
Nama penulis /Geodika: Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan Geografi, Vol…, No…, Bulan tahun : 00-00

15-25 4,08
25-45 3,87
>45 3,79
Penggunaan Lahan Pertanian 4,73 48,49
Hutan 4,73
Lahan Terbangun 23,50
Lahan Kosong 62,13
Perairan 4,88
Kepadatan Penduduk Rendah 13,02 8,65
Sedang 22,99
Tinggi 64,02
Daerah Potensi Longsor Rendah 79,07 6,66
Sedang 14,61
Tinggi 6,32
Daerah Potensi Banjir Rendah 79,07 8,45
Sedang 14,61
Tinggi 6,32
Sumber: (Purnomo dkk. 2017 dalam Natsir et al., 2021)
Tahap selanjutnya adalah klasifikasi analisis skor dengan membuat 5 kelas alternatif lokasi
rumah sakit baru. Proses perhitungan melibatkan rumus penentuan interval kelas, yaitu:
Skor Tertinggi−Skor Terendah
Jumlah Klasifikasi
Atau bisa juga seperti tabel berikut ini.
Tabel 3. Perhitungan Interval Kelas
Total Nilai Delta (Nilai Max-Nilai Min) Range (Delta/Jumlah
Total Nilai Maksimal
Minimal Kelas)
449,6293 4955,0679 4955,0679-449,6293= 4.505,4386 4.505,4386/5= 901,08772

Hasil perhitungan tersebut akan menghasilkan klasifikasi dengan bobot akhir sebagai berikut.
Tabel 4. Klasifikasi Skor Rumah Sakit
No. Klasifikasi Skor Akhir
1 Sangat Tidak 449,6293 - 1.350,71702
Sesuai
2 Tidak Sesuai 1.350,71702 -
2.251,80474
3 Agak Sesuai 2.251,80474 -
3.152,89246
4 Sesuai 3.152,89246 -
4.053,98018
5 Sangat Sesuai 4.053,98018- 4.955,0679

http://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/gdk | 4
Nama penulis /Geodika: Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan Geografi, Vol…, No…, Bulan tahun : 00-00

TEMUAN DAN PEMBAHASAN


A. Kondisi Rumah Sakit Eksisting di Kota Tasikmalaya
1. Jangkauan Rumah Sakit Eksisting di Kota Tasikmalaya
Saat ini terdapat sekitar 16 rumah sakit yang tersebar di Kota Tasikmalaya. Akan tetapi,
berdasarkan hasil analisis menggunakan Network Analysis Service Area, rumah sakit yang ada tidak
dapat menjangkau seluruh daerah di Kota Tasikmalaya. Keterjangkauan dari mayoritas rumah sakit
yang ada hanya mencakup sebagian kecil dari setiap kecamatan. Lebih jelasnya ada pada tabel di
bawah.

Persentase (%)
No Nama Kecamatan Luas Kecamatan (ha) Luas Jangkauan (ha)
Tidak
Terlayani
Terlayani
1 Kecamatan Bungursari 1740.156995 26.68978885 1.533757524 98.46624248
2 Kecamatan Cibeureum 1833.944294 31.20560367 1.70155679 98.29844321
3 Kecamatan Cihideung 539.1455365 492.5810371 91.36327833 8.636721667
4 Kecamatan Cipedes 897.8235385 328.0802798 36.54173295 63.45826705
5 Kecamatan Indihiang 1102.868373 204.8740557 18.57647392 81.42352608
6 Kecamatan Kawalu 4290.399613 131.8206826 3.072456986 96.92754301
7 Kecamatan Mangkubumi 2455.318376 121.2644637 4.938848863 95.06115114
8 Kecamatan Purbaratu 1210.960088 123.8688265 10.2289768 89.7710232
9 Kecamatan Tamansari 3788.162205 129.7570897 3.425330877 96.57466912
10 Kecamatan Tawang 721.9297154 616.4498636 85.38917993 14.61082007
Tabel 5. Persentase Luas Jangkauan Rumah Sakit Kota Tasikmalaya Hasil Analisis

http://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/gdk |5
Nama penulis /Geodika: Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan Geografi, Vol…, No…, Bulan tahun : 00-00

Berdasarkan tabel, Kecamatan Cihideung menjadi kecamatan yang persentase luas daerah
jangkauan pelayanan kesehatannya tinggi, yaitu sebesar 91.3 %. Disusul oleh Kecamatan Tawang
dengan persentase 85.3%, kemudian Kecamatan Cipedes sebesar 36.5 %. Sedangkan sisanya hanya
memiliki persentase luas di bawah 20 %.

Gambar 1. Peta Keterjangakaun Rumah Sakit Eksisting di Kota Tasikmalaya


Dapat dilihat pada gambar di atas bahwa masih terdapat daerah yang kesulitan menjangkau
rumah sakit karena mayoritas rumah sakit terpusat di pusat Kota. Sebanyak 11 rumah sakit terdapat
di pusat kota dan hanya mampu terjangkau oleh enam kecamatan diantaranya RS Umum Syifa
Medina, RS Ibu dan Anak Sayang Bunda, RS Bersalin Budi Kartini, RSU Jasa Kartini, RS
Lunawati, RS Pamela, RS Ummi, RS Ibu dan Anak dr.Hj. Karmini EH, RS.Umum Daerah
Dr.Soekardjo, RS.Ibu dan Anak Widaningsih, RS.Umum Tasik Medika Citrarama (TMC), yang
mencakup wilayah Kecamatan Cipedes, Kecamatan Purbaratu, Kecamatan Cihideung dan
Kecamatan Tawang, Kecamatan Mangkubumi dan Kecamatan Cibeureum. Sebanyak dua rumah
sakit yaitu RS.Ibu dan Anak Bunda Aisyah dan RS.Umum Prasetya Bunda, dapat terjangkau oleh
tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Cipedes, Kecamatan Indihiang dan Kecamatan Bungursari. Satu
rumah sakit yaitu RS.Umum Permata Bunda terdapat di Kecamatan Indihiang. Rumah sakit RS
Dewi Sartika di Kecamatan Kawalu dan RS.Umum Islam Hj.Siti Munawaroh di Kecamatan
Tamansari.
2. Aksesibilitas Rumah Sakit Eksisting di Kota Tasikmalaya

http://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/gdk | 6
Nama penulis /Geodika: Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan Geografi, Vol…, No…, Bulan tahun : 00-00

Aksesibilitas adalah usaha pergerakan fisik dari seseorang untuk mendapatkan pelayanan atau
melakukan kegiatan (Cullinane et al., 2008). Besar kecilnya usaha dalam pencapaian fasilitas
kesehatan ini disebut tingkat aksesibilitas (Hadi dkk., 2013). Salah satu parameter yang memiliki
urgensi tinggi adalah jaringan jalan. Jaringan jalan merupakan parameter penentu dalam hal
aksesibilitas menuju rumah sakit yang akan dibangun. Hal ini didukung oleh pernyataan Gatrell dan
Elliott dalam Kara dan Egresi (2013) bahwa tingkat aksesibilitas institusi perawatan kesehatan
merupakan salah satu indikator paling signifikan untuk mengukur efisiensi sistem perawatan
kesehatan, dan hal tersebut didukung oleh sistem transportasi beserta jaringan jalan. Selain itu,
menurut Jones dkk. (1998) semakin jauh jarak seseorang menuju fasilitas perawatan kesehatan
maka semakin tinggi risiko kematiannya.
Analisis dilakukan dengan membagi jalan berdasarkan klasifikasi SNI 03-6981-2004 tentang
tata cara perencanaan lingkungan perumahan sederhana tidak bersusun di daerah perkotaan. Data
jalan diperoleh melalui laman resmi geoportal Indonesia (ina-geoportal) dari BIG yang kemudian
diolah menggunakan aplikasi ArcGIS untuk diekspor pada setiap kelas jalan dan clip pada
administrasi Kota Tasikmalaya. Hasilnya terdapat empat kelas jalan di Kota Tasikmalaya, yaitu
jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lain. Lalu keempat kelas jalan tersebut dilakukan
buffer untuk menentukan lebar jalan seperti tabel 2.
Tabel 6. Kelas dan Lebar Jalan
Kelas Jalan Lebar Jalan
Jalan Arteri 20 Meter
Jalan Kolektor 15 Meter
Jalan Lokal 10 Meter
Jalan Lain 4 Meter
Sumber: SNI 03-6981-2004.

http://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/gdk |7
Nama penulis /Geodika: Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan Geografi, Vol…, No…, Bulan tahun : 00-00

Dari hasil analisis pemetaan jaringan jalan terhadap Rumah Sakit yang ada di Kota
Tasikmalaya terdapat satu rumah sakit yang berada di jalan arteri, yaitu RS Ibu dan Anak Bunda
Aisyah yang berada di Kecamatan Cipedes. Lalu ada 3 rumah sakit yang berada di jalan kolektor,
yaitu RS Umum Prasetya Bunda di Kecamatan Indihiang, RS Ibu dan Anak Widaningsih di
Kecamatan Tawang, dan RS Umum Tasik Medika Citrarama (TSM) di Kecamatan Cihideung.
Kemudian terdapat 11 rumah sakit yang berada di jalan lokal, yaitu RS Umum Permata Bunda di
Kecamatan Indihiang, RS Dewi Sartika di Kecamatan Kawalu, RSU Islam Hj. Siti Munawaroh di
Kecamatan Tamansari, RS. Ummi di Kecamatan Cihideung, RS Ibu dan Anak Sayang Bunda di
Kecamatan Cihideung, RS. Umum Syifa Medina di Kecamatan Cihideung, RS. Bersalin Budi
Kartini di Kecamatan Tawang, RS. Pamela di Kecamatan Tawang, RSU Dr. Soekardjo di
Kecamatan Tawang, RS. Ibu dan Anak dr. Hj. Karmini di Kecamatan Tawang, RS. Lunawati di
Kecamatan Tawang, dan RSU Jasa Kartini di Kecamatan Tawang.

Gambar 2. Peta Jaringan Jalan Terhadap Rumah Sakit Eksisting di Kota Tasikmalaya

B. Kebutuhan Penduduk akan Rumah Sakit di Kota Tasikmalaya


Indonesia secara umum menargetkan peningkatan layanan fasilitas kesehatan. Sebagaimana
yang dicantumkan pada peta jalan jaminan kesehatan nasional 2019. Pada poin ke empat peta jalan
jaminan kesehatan nasional, disebutkan bahwa pada tahun 2019, seluruh penduduk dapat memenuhi
kebutuhan medis mereka dengan kondisi jumlah dan sebaran fasilitas pelayanan kesehatan yang
memadai (Thabrany, 2021). Sejak tahun 2015 hingga tahun 2019, jumlah fasilitas kesehatan berupa
rumah sakit di Indonesia terus mengalami peningkatan. Jumlah rumah Sakit di Indonesia di tahun
2015 berjumlah 2.488 yang meningkat sebanyak 13,52% menjadi 2877 rumah sakit pada tahun
2019 (Kemenkes, 2020).

http://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/gdk | 8
Nama penulis /Geodika: Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan Geografi, Vol…, No…, Bulan tahun : 00-00

Kendati terus mengalami peningkatan secara nasional, Provinsi Jawa Barat rupanya masih
memiliki masalah terkait dengan jumlah fasilitas kesehatan khususnya rumah sakit. Pada tahun
2019, rasio tempat tidur rumah sakit dengan jumlah penduduk di indonesia sudah memenuhi standar
WHO. Namun ada 8 provinsi yang masih di bawah standar (1.0). Provinsi Jawa Barat merupakan
salah satu provinsi yang memiliki rasio antara tempat tidur dan jumlah penduduk yang masih di
bawah standar WHO yaitu 0,87 (Kemenkes, 2020).

Gambar 3. Rasio Ketersediaan Tempat Tidur Rumah Sakit dengan Jumlah Penduduk
Berdasarkan Provinsi Tahun 2019

Kota Tasikmalaya secara umum memiliki 16 rumah sakit yang terdiri dari rumah sakit umum,
rumah sakit ibu dan anak, serta rumah sakit darurat covid-19. Dengan jumlah tempat tidur sekitar
1576, maka kota Tasikmalaya yang berpenduduk sejumlah 719.882 orang (BPS Kota Tasikmalaya
2020), memiliki rasio tempat tidur dengan jumlah penduduk yaitu 0.456777919. Jumlah tersebut
masih berada di bawah standar WHO yang menyatakan bahwa angka minimal perbandingan antara
tempat tidur rumah sakit dengan jumlah penduduk adalah 1:1000, atau memiliki rasio 1.0
(Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD), 2020).
Tabel 7. Data Rumah Sakit Kota Tasimalaya
No Nama Rumah Sakit Kelas Jumlah Tempat Tidur
1. Rumah Sakit dr. Soekardjo B 480
2. RS.Umum Islam Hj.Siti Munawaroh D 50
3. RS.Umum Jasa Kartini C 181
4. RS.Umum Prasetya Bunda d 50
5. RS.Umum Tasik Medika Citrarama (TMC c 100
6. RS.Umum Permata Bunda d 50
7. RS.Bersalin Ummi C 50
8. RS Umum Syifa Medina D 50
9. RS.Bersalin Budi Kartini belum ditetapkan 15
10. RS.Ibu dan Anak Bunda Aisyah C 100
11. RS.Ibu dan Anak Sayang Bunda C 50
12. RS.Ibu dan Anak Widaningsih C 50
13. RS.Ibu dan Anak dr.Hj. Karmini EH C 50
14. Rumah Sakit Bersalin Lunawati C 50
15. Rumah Sakil Bersalin Pamela C 50
Rumah Sakit Darurat Covid-19 Dewi
16. Sartika belum ditetapkan 200
Jumlah 1576

http://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/gdk |9
Nama penulis /Geodika: Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan Geografi, Vol…, No…, Bulan tahun : 00-00

Berdasarkan data tersebut, kota Tasikmalaya masih membutuhkan rumah sakit tambahan untuk
dapat memenuhi standar pelayanan rumah sakit yang direkomendasi kan oleh WHO. Setidaknya
dibutuhkan sekitar 5500 tempat tidur tambahan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

C. Analisis Penentuan Potensi Lokasi Lahan Rumah Sakit Baru di Kota Tasikmalaya
1. Analisis Penentuan Rumah Sakit Baru
Dalam menentukan lokasi rumah sakit baru yang ideal tidak bisa dilakukan secara sembarang.
Setidaknya perlu dilakukan analisis yang detail terkait faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
penentuan lokasi rumah sakit agar dapat sesuai dengan peruntukan dan kebutuhan. Pada penelitian
ini digunakan beberapa peta dasar sebagai parameter atau kriteria sebagai penentu lokasi rumah
sakit baru. Parameter tersebut meliputi penggunaan lahan, kemiringan lereng, jaringan jalan,
kepadatan peduduk, daerah potensi longsor, dan daerah porensi banjir. Setiap parameter memiliki
sub kriterianya masing-masing seperti yang disajikan pada tabel 2.
Penggunaan lahan akan memberikan dampak positif untuk mempermudah proses penyiapan
dan pembangunan diatas lahan. Penggunaan lahan yang tidak terencana akan menimbulkan
kerusakan lahan dan lingkungan (Nugraha dkk., 2014). Berdasarkan Permenkes nomor 24 tahun
2016 proses pembangunan harus memperhatikan aspek kemiringan lereng. Menurut Apianto
(2007), bahwa membangun sebuah bangunan di puncak bukit, di sekitar lereng, atau di lembah
gunung akan memiliki risiko bahaya tersendiri. Selain itu, Lashari (2011) menambahkan bahwa
kemiringan lereng yang layak untuk dilakukan pembangunan sebuah bangunan mulai 9% ke bawah.
Parameter kepadatan penduduk berpengaruh terhadap penentuan lokasi rumah sakit baru
berdasarkan tingkat permintaan dan tingkat sakit penduduk. Menurut Jones dkk. (1998) semakin
jauh jarak seseorang menuju fasilitas perawatan kesehatan maka semakin tinggi risiko kematiannya.
Parameter berikutnya adalah ancaman banjir. Penentuan lokasi rumah sakit harus aman dari lokasi
rawan banjir agar tidak merubah fungsinya agar rumah sakit siap menampung korban bencana
banjir pada wilayah tersebut. Dan parameter terakhir adalah ancaman longsor. Daerah potensi
longsor akan memperbesar kemungkinan bahaya sehingga bisa berisiko terhadap hancurnya
bangunan akibat pergerakan tanah. Pembangunan rumah sakit pada lokasi yang rawan longsor akan
memperbesar tekanan beban lereng terutama pada lereng yang curam, sehingga lereng tidak kuat
menahan beban dan beresiko longsor serta menghancurkan bangunan (Masithah dkk., 2018).
Setelah melakukan analisis parameter untuk menentukan lokasi rumah sakit baru. Data-data
yang telah terkumpul kemudian diolah menggunakan aplikasi ArcGIS. Sebelum dilakukan overlay
dilakukan terlebih dahulu perhitungan skor dan bobot pada setiap peta parameter menggunakan
metode AHP. Lalu dilakukan penggabungan atau overlay menggunakan tools intersect Dari seluruh
kriteria sehingga menghasilkan data yang baru. Selanjutnya pada data baru hasil intersect tersebut
diolah kembali dengan menghitung jumlah skor total dari setiap parameter dan dibagi menjadi 5
kelas interval sebagai tingkat kesesuaian lahan rumah sakit baru. Dari hasil pengolahan data rumah
sakit baru di Kota Tasikmalaya menghasilkan informasi luas lahan berdasarkan klasifikasi yang
telah ditetapkan seperti yang ditampilkan dalam tabel berikut ini.
Tabel 8. Klasifikasi Kesesuaian Luas Lahan Rumah Sakit Baru
No. Klasifikasi Luas (Ha)
1 Sangat Tidak 6530,394418
Sesuai
2 Tidak Sesuai 10923,576303
3 Agak Sesuai 878,00274
4 Sesuai 418,121379
5 Sangat Sesuai 115,785696

http://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/gdk | 10
Nama penulis /Geodika: Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan Geografi, Vol…, No…, Bulan tahun : 00-00

Berdasarkan tabel diatas, klasifikasi tidak sesuai merupakan klasifikasi dengan luasan
tertinggi, sedangkan klasifikasi sangat sesuai merupakan klasifikasi dengan luasan terendah.
Adapun dibawah ini merupakan hasil layot Peta Potensi Lokasi Lahan Rumah Sakit Baru Tasik.

Gambar 4. Peta Potensi Lokasi Lahan Peruntukkan Alternatif Rumah Sakit Eksisting di Kota Tasikmalaya

2. Rekomendasi Lokasi Rumah Sakit Baru


Berdasarkan data koordinat yang diperoleh melalui google maps tahun 2021, jumlah rumah
sakit di Kota Tasikmalaya yaitu 16 rumah sakit. Kebanyakan jumlah rumah sakit terpusat di tengah
Kota Tasikmalaya terutama pada kecamatan Cihideung dan Tawang. Namun persebaran jumlah
rumah sakit di Kota Tasikmalaya tidak merata pada setiap kecamatannya. Tercatat 4 kecamatan di
Kota Tasikmalaya belum memiliki rumah sakit untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Kecamatan tersebut meliputi kecamatan Cibereum, Mangkubumi, Bungursari, dan
Purbaratu.
Persebaran lokasi rumah sakit yang kurang merata ini cukup mempengaruhi jangkauan
layanan rumah sakit di suatu wilayah. Suatu wilayah dikatakan memiliki kapasitas rumah sakit yang
mumpuni jika distribusinya merata agar mudah dalam menjangkau penduduk setempat dan seluruh
bagian wilayah dapat terlayani (Rahmini dkk. 2017 dalam Natsir et al., 2021).Merujuk pada data
hasil overlay tersebut penentuan lokasi lahan rumah sakit baru harus ditempatkan pada wilayah
dengan kepadatan penduduk tinggi agar terjangkau oleh layanan kesehatan. Lokasi tersebut meliputi
kecamatan Cibereum, Mangkubumi, Bungursari, dan Purbaratu, serta pada wilayah utara dan
selatan Kota Tasikmalaya.
Penentuan lokasi rumah sakit baru perlu dikaji sematang mungkin dengan tujuan untuk
memberikan kemudahan pada masyarakat dalam mengakses fasilitas kesehatan sesuai Undang-
Undang Nomor 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Dibutuhkan analisis mendalam terkait lokasi,
kondisi sekitar, serta aturan-aturan yang kuat agar pembangunan memiliki status yang legal. Dalam
http://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/gdk | 11
Nama penulis /Geodika: Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan Geografi, Vol…, No…, Bulan tahun : 00-00

hal ini pemerintah melalui dinas terkait memiliki peran penting untuk memastikan pelayanan
kesehatan masyarakat yang esensial (Dubowitz, dkk., 2011).
SIMPULAN
Simpulan merupakan sintesis temuan-temuan utama dalam analisis data. Simpulan harus
mengindikasikan secara jelas hasil-hasil yang diperoleh, kelebihan dan kekurangannya, serta
kemungkinan pengembangan selanjutnya. Simpulan harus menjawab permasalahan yang diungkap
dalam pendahuluan, serta relevan dengan permasalahan dan tujuan. Simpulan ditulis antara 1-3
paragraf bersifat utuh, padat dan jelas serta bukan dalam bentuk pointers.
DAFTAR PUSTAKA
Adji, J.U., 2019. Pola Persebaran Dan Aksesibilitas Rumah Sakit Di Kota Bandung Dengan
Aplikasi Geospatial Information System (Gis). Universitas Komputer Indonesia, Bandung.
Darmawan, K., Hani’ah., Suprayogi, A., 2017. Analisis Tingkat Kerawanan Banjir di Kabupaten
Sampang menggunakan Metode Overlay dengan Scoring Berbasis Sistem Informasi Geografi.
J. Geod. Undip 6.
Hadi, P., Joewono, T., Santosa, W., 2013. Aksesibilitas Menuju Fasilitas Kesehatan di Kota
Bandung. J. Transp. 13.
Isnawati, Jalinus, N., Risfendra, 2020. Analisis Kemampuan Pedagogi Guru SMK yang sedang
Mengambil Pendidikan Profesi Guru dengan Metode Deskriptif Kuantitatif dan Metode
Kualitatif. J. Inov. Vokasional dan Teknol. 20.
Kementerian kesehatan indonesia (2020) Profil kesehatan Indonesia 2019. Jakarta.
Mirzaqon, A., Purwoko, B., 2018. Studi Kepustakaan mengenai Landasan Teori dan Praktik
Konseling Expressive Writing. J. BK UNESA 8.
Moleong, L. (2002). Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya.
Mongkaren, S., 2013. Fasilitas dan Kualitas Pelayanan Pengaruhnya Terhadap Kepuasan Pengguna
Jasa Rumah Sakit Advent Manado. J. EMBA 493, 493–503.
Mőnter, L., & Otto, K. H. (2018). The Concept of Disasters in Geography Education. Journal of
Geography in Higher Education, 42(2), 205-219.
Natsir, A.W.P., Setiawan, I., Somantri, L., 2021. Analisis Penentuan Lokasi Rumah Sakit Tipe C
Baru Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) di Kabupaten Sumedang.
LOSARI J. Arsit. Kota dan Pemukim. 6, 55–71. https://doi.org/10.33096/losari.v6i1.268
NOER HIDAYAH, R., 2018. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Geografis Berbasis
Website untuk Sebaran Rumah Sakit di Kota Tasikmalaya. Universitas Siliwangi,
Tasikmalaya.
Nugraha, Y., Nugraha, A., Wjiaya, A., 2014. Pemanfaatan SIG untuk Menentukan Lokasi Potensial
Pengembangan Kawasan Perumahan dan Permukiman (Studi Kasus Kabupaten Boyolali). J.
Geod. Undip 3.
Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD). (2020). Hospital Beds
Indicator). https://data.oecd.org/healtheqt/hospital-beds.htm.
Playforce. (2015). Ideas for Taking Geography Outside. Diakses pada 26 Maret 2018, dari
https://www.playforce.co.uk/about-us/news/ideas-for-taking-geography-outside.
Prahasta, E. (2009) Sistem Informasi Geografis: Konsep-Konsep Dasar Perspektif Geodesi &
Geomatika.

http://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/gdk | 12
Nama penulis /Geodika: Jurnal Kajian Ilmu dan Pendidikan Geografi, Vol…, No…, Bulan tahun : 00-00

Purnomo, S., Subiyanto, S., & Nugraha, A. L. (2017). Analisis Potensi Peruntukan Lahan Rumah
Sakit Dinilai dari Aspek Fisik dan Kebutuhan Penduduk dengan Sistem Informasi Geografis
di Kota Semarang. Jurnal Geodesi Undip, 6(4), 226-235.
Radliya, R.N., Hadiana, A., Afrianto, I., 2017. View of Audit Sistem Informasi Manajemen Rumah
Sakit (Studi Kasus Pada RSUD Kota Tasikmalaya). J. Tata Kelola dan Kerangka Kerja
Teknol. Inf. 1.
Rahmadhani, N., Suprayogi, A., Sabri, 2013. Analisis Aksesibilitas Shelter Evakuasi Tsunami di
Kota Padang Berbasis Sistem Informasi Geografis. J. Geod. Undip 2.
Stella Purnomo, Sawitri Subiyanto, A.L.N., 2017. Jurnal Geodesi Undip Oktober 2017
MENGGUNAKAN TERRESTRIAL LASER SCANNER Jurnal Geodesi Undip Oktober
2017 6, 157–168.
Stevany, D., Suprayogi, A., Sukmono, A., 2016. Pemetaan Jalur Evakuasi Bencana Letusan Gunung
Raung dengan Metode Network Analisis. J. Geod. Undip 5.
Subhani, A. (2017). Pengembangan Bahan Ajar Hidrologi Model GAPETRA Program Studi
Pendidikan Geografi. Disertasi, tidak dipublikasikan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Supriyanto, Y., 2012. Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan, Harga, dan Fasilitas Terhadap
Kepuasan Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Kariadi Semarang. Universitas Diponegoro,
Semarang.
Tasikmalaya, B. P. S. K. (2020). Kabupaten Tasikmalaya dalam angka 2020. Biro Pusat Statistik
Kabupaten Tasikmalaya.
Thabrany, H. (2012). Peta Jalan Menuju Jaminan Kesehatan Nasional 2012-2019. Dewan Jaminan
Sosial Nasional.
Urfan, F., Darsiharjo, & Sugandi, D. (2016). Effects of School Environment on Student’s Spatial
Intelligence in Senior High School of Bandung. Proceedings of 1st International Conference
on Geography and Education (ICGE 2016), Malang: 29 October 2016, 295-299.

http://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/gdk | 13

Anda mungkin juga menyukai