Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Integrasi dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial (JIHI3S)

ISSN:
DOI:

ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA DALAM PENENTUAN


PENYEBAB POLA SUHU KOTA MALANG

1)
Amin Kresnajaya, 2)Ciptaningrat Erdi Pamungkas, 3)Fajar Ahmad Dani.,
4)
Firmansyah Aldi Pratama, 5)Ghairandi Al Abrar, 1*Prof. Dr. Sugeng Utaya, M.Si
1*
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang, Jawa Timur, Indonesia
1*
Penulis korespondensi, Surel: sugeng.utaya.fis@um.ac.id
1*
Dosen Pengampu

Abstrak

Kata kunci:

1. Pendahuluan

Perkembangan suatu wilayah dapat ditandai dengan perkembangan kota-kota yang


menjadikan wilayah tersebut sebagai pusat konsentrasi penduduk. Segala aktivitas dan
kegiatan penduduk akan selalu mengalami pertumbuhan serta perkembangan baik secara
fisik, ekonomi dan sosial. Perubahan tata guna lahan yang terjadi pada kota merupakan tanda
adanya dinamika dari eksploitasi sumber daya oleh manusia, baik secara induvidu maupun
kelompok masyarakat (Ritohardoyo, 2013). Perubahan tata guna lahan tersebut akan sejalan
dengan peningkatan jumlah penduduk yang akan secara langsung berdampak pada
kebutuhan terhadap lahan yang semakin tinggi (Kusrini, Suharyadi dan Handoyo, 2011).
Lahan yang ada selalu memiliki luas yang relatif tetap karena secara administratif lahan di
kota terbatas. Hal tersebut mengakibatkan pembangunan yang terjadi di kota akan semakin
bergerak menuju daerah pinggiran kota (Khiyaroh, 2017).

Perubahan tata guna lahan wilayah kota adalah proses yanng tidak lepas dari
pengaruh fisik dan manusia. Karena manusia akan memoengaruhi kondisi fisik wilayah dan
kondisi fisik wilayah akan mempengaruhi kehdupan mansuia (Hamdani, 2017). Perubahan
tata guna lahan dari lahan non terbangun menjadi lahan terbangun mampu menyebabkan
suhu permukaan permukaan pada wilayah perkotaan semakin tinggi. Pembangunan
infrastruktur yang terjadi di suatu kota secara masif dapat berimbas pada berkurangnya
jumlah vegetasi. Permukaan yang pada mulanya tidak kedap air dan lembab berubah
menjadi permukaan yang kedap air dan kering. Suhu permukaan yang berubah disebakan
oleh berbagai faktor seperti berkurangnya ruang terbuka hijau serta semakin bertambahnya
kerapatan bangunan yang terjadi di kota. Wilayah yang memiliki kepadatan bangunan yang
tinggi serta minim ruang terbuka mempengaruhi material penutup permukaan lahan
sehingga temperatur permukaan akan naik (Jatayu, 2018).

Kota Malang telah mengalami perkembangan fisik yang sangat pesat dalam kurun
waktu lima tahun terakhir. Kota Malang termasuk kota besar di Jawa Timur yang tidak
terlepas dari permasalahan lingkungan, salah satunya akibat penurunan kualitas tata kelola
Kota Malang jika dibandingkan dengan masa Hindia-Belanda (Arie, 2012). Masalah yang

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Jurnal Integrasi dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial (JIHI3S), x (xx), xxxx, xx–xx

kerap dikeluhkan adalah kemacetan lalu lintas serta suhu udara yang semakin panas.
Peningkatan suhu tersebut disebabkan jumlah penduduk dan volume kendaraaan semakin
tinggi di Kota Malang. Menurut data BPS tercatat penduduk Kota Malang pada tahun 2020
berjumlah 843.810 jiwa. Jumlah penduduk kota Malang dalam kurun waktu 10 tahun
tarakhir mengalami kenaikan sebesar 23.567 jiwa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
pada tahun 2013 luasan lahan di Kota Malang banyak mengalami perubahan seperti pada
Kecamatan Blimbing mengalami perubahan fungsi lahan sebesar 11,07% (Costa, 2015).

Kota Malang merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Timur. Kota ini termasuk
dalam wilayah Malang Raya yang merupakan gabungan dari 3 wilayah sekitarnya seperti
Kota Batu dan Kabupaten Malang (Laporan Kinerja Pemerintah Kota Malang, 2015). Ketiga
wilayah tersebut akan membentuk interaksi antar wilayah. Hal ini sesuai dengan pernyataan
yang diungkapkan Giyarsih (2014) menyatakan bahwa posisi yang saling berdekatan akan
membentuk interaksi dan integrasi yang besar. hal tersebut disebabkan oleh permintaan
akan kebutuhan yang tinggi antar wilayah yang berbeda (Giyarsih & Fauzi, 2016). Sebaran
sumber daya yang tidak merata menyebabkan keterbatasan antar wilayah sehingga akan
menciptakan interaksi dalam suatu Kawasan (Basuki, dkk. 2013). Interaksi wilayah akan
memunculkan pusat kegiatan dari wilayah Malang Raya yang pusatnya berada di Kota
Malang dengan Kota Batu dan Kabupaten Malang sebagai wilayah satelit. Interaksi tersebut
dimungkinkan dapat membawa dampak pada perkembangan fisik kota sehingga menarik
untuk dilakukan penelitian sebaran suhu pada Kota Malang.

Kota Malang terletak pada ketinggian 445 – 526 mdpl (BPS, 2021). Kondisi topografi
yang cenderung datar mempermudah pembangunan wilayah kota Malang. Kegiatan
pembangunan lebih mudah di dataran rendah karena biaya rendah dan minim hambatan
fisik. Pembangunan saling terkait dengan pengalih fungsian lahan dari lahan terbuka atau
lahan bervegetasi menjadi lahan terbangun. Lahan terbangun berpotensi menciptakan iklim
mikro kawasan dengan wilayah pusat daerah terbangun/pusat kota memiliki suhu relatif
lebih tinggi. Suhu pusat kota yang lebih panas dibanding kawasan sekitarnya menyebabkan
fenomena urban heat islands (UHI) (Maru, 2015). Menurut Oke, Timothy R (1982) urban heat
islands memiliki kaitan dengan lama penyinaran radiasi matahari yang menyebabkan panas
yang diserap berbeda akibat perbedaan morfologi dan kondisi fisik bangunan dalam suatu
wilayah. Urban Heat Island disebabkan oleh berbagai sumber seperti pelepasan energi
antropogenik dari sistem AC (Air Conditioner), emisi dari industri, kendaraan bermotor, dan
banyaknya permukaan bangunan yang menerima panas radiasi matahari.

Berdasarkan fakta-fakta yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa Kota


Malang menarik untuk diketahui variable-variabel yang menyebabkan pola suhu dalam kota.
Penentuan variable-variabel tersebut dapat diketahui menggunakan metode regresi
berganda/multiple regression. Regresi berganda merupakan analisis yang memiliki variabel
bebas lebih dari satu (Lawendatu, 2014). Untuk variable bebas yang digunakan yaitu
kerapatan vegetasi, kepadatan lalu lintas, dan kondisi tutupan lahan. Ketiga variable tersebut
digunakan untuk menentukan hubungan sebab akibatnya dengan variable terikat yaitu suhu
di Kota Malang.

2. Metode

2
Jurnal Integrasi dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial (JIHI3S), x (xx), xxxx, xx–xx

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan beberapa variable yang memiliki


hubungan sebab akibat dengan perbedaan suhu secara spasial di Kota Malang. Penentuan
hubungan antar variable tersebut dalam penelitian ini menggunakan metode regresi linier
berganda/multiple regression. Regresi linier berganda merupakan suatu algoritma yang
digunakan untuk menelusuri pola hubungan antara variabel terikat dengan dua atau lebih
variabel bebas (Padilah, 2019). Dalam penelitian ini, variable bebas yang digunakan yaitu
kerapatan vegetasi, kepadatan lalu lintas, dan kondisi tutupan lahan. Sedangkan untuk
variable terikat yaitu suhu Kota Malang.

Lokasi penelitian ini berada pada Kota Malang yang secara administratif mencakup 5
kecamatan yaitu Kecamatan Blimbing, Kedungkandang Lowokwaru, Klojen, dan Sukun
dengan jumlah kelurahan sebanyak 57 kelurahan. Lokasi berada di antara titik koordinat
112°31’42” - 112°48’48” bujur timur serta 07°46’48” - 08°46’42” lintang selatan. Kota
Malang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya (Pemkot Malang,
2018).

Gambar 1. Lokasi penelitian

Dalam mencapai tujuan penelitian ini, data yang digunakan adalah data primer hasil
observasi di lapangan. Data primer yang dikumpulkan yaitu data suhu udara yang
dikumpulkan dari 30 titik yang tersebar di kota Malang. Observasi data lapangan dilakukan
pada tanggal 16 Oktober 2021 pada pukul saat suhu udara sedang pada kondisi maksimum,
yaitu 13.00 WIB. Selain itu, data primer yang dikumpulkan selain suhu yaitu kondisi
kerapatan vegetasi, kepadatan lalu lintas, dan kondisi tutupan lahan. Ketiga kondisi tersebut
diobservasi secara kualitatif, dan selanjutnya dilakukan skoring sehingga didapatkan data
kuantitatif dari ketiga kondisi di atas.

3
Jurnal Integrasi dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial (JIHI3S), x (xx), xxxx, xx–xx

Dalam uji analisis regresi linier berganda, penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS
dalam pengujiannya.

3. Hasil dan Pembahasan

4. Simpulan

Daftar Rujukan

Arie, F. C. (2012, July). Sebaran temperatur permukaan lahan dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya di kota malang. In Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana
Wilayah (APTW), 2301–6752

Badan Pusat Statistik, 2015. Kota Malang dalam Angka Tahun 2014. Kota Malang.

Badan Pusat Statistik, 2021. Kota Malang dalam Angka Tahun 2020. Kota Malang

Basuki, Y., Akbar, R., Pradono, P., & Miharja, M. (2013). Komunitas online: Pergeseran
terminologi komunitas dari Geddesian menuju era informasi dalam konteks
perencanaan transportasi perkotaan. Tata Loka, 15(1), 63–75. doi:
10.14710/tataloka.15.1.63-75.

Costa, M. C., & Da, Y. (2015). Studi Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Prediksi
Perubahan Suhu Lingkungan Dengan Memanfaatkan Sig (Studi Kasus: Kota Malang,
Jawa Timur) (Doctoral Dissertation, Itn Malang).

Giyarsih, S. R. (2014). The role of Yogyakarta and Surakarta cities in the intensity of the
regional transformation of two villages located in the Yogyakarta-Surakarta corridor.
Romanian Review of Regional Studies, X(1), 15–22. Retrieved from
http://rrrs.reviste.ubbcluj.ro/arhive/v10n12014.html.

Giyarsih, S. R., & Fauzi, N. 2016. Factors that affect urban sprawl symptoms in Sub Urban Areas
of Yogyakarta. In The 8th International Graduate Students and Scholars’ Conference in
Indonesia (IGSSCI). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Hamdani, A. F., & Susanti S.E. (2017). PERUBAHAN PENGUNAAN LAHAN DAN
PENGARUHNYA TERHADAP PERUBAHAN IKLIM KOTA MALANG. Jurnal Pendidikan
dan Ilmu Geografi, 2(2)

Jatayu, A., & Susetyo, C. (2018). Analisis Perubahan Temperatur Permukaan Wilayah
Surabaya Timur Tahun 2001-2016 Menggunakan Citra LANDSAT. Jurnal Teknik ITS,
6(2), C78-C82.

Lawendatu, J., Kekenusa, J. S., & Hatidja, D. (2014). Regresi linier berganda untuk
menganalisis pendapatan petani pala. d'CARTESIAN, 3(1), 66-72.

4
Jurnal Integrasi dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial (JIHI3S), x (xx), xxxx, xx–xx

Khiyaroh, E. W., & Taryono, I. (2017). Analisis Kesesuaian Perubahan Penggunaan Lahan
dengan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) di Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati
Tahun 2009-2017 (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Kusrini, Suharyadi, Hardoyo S.R. Perubahan Penggunaan Lahan dan Faktor Yang
Mempengaruhinya di Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang. Majalah Geografi
Indonesia, Vol 25, No.1. Maret 2011 (25-40).

Maru, R. (2015). Urban Heat Island dan Upaya Penanganannya. Prosiding Seminar Nasional
Mikrobiologi Kesehatan dan Lingkungan, ISBN 978-602-72245-0-6

Oke, T. R. (1982). The energetic basis of the urban heat island. Quarterly Journal of the Royal
Meteorological Society, 108(455), 1-24.

Padilah, T. N., & Adam, R. I. (2019). Analisis Regresi Linier Berganda Dalam Estimasi
Produktivitas Tanaman Padi Di Kabupaten Karawang. FIBONACCI: Jurnal Pendidikan
Matematika Dan Matematika, 5(2), 117-128.

Pemerintah Daerah Kota Malang. (2019). Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2012 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Malang 2018-2023.
Pemerintah Daerah Kota Malang. Kota Malang.

Ritohardoyo, S. 2013. Penggunaan dan Tata Guna Lahan. Ombak: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai