Anda di halaman 1dari 49

Tema Unggulan: Epidemiologi

Topik: Epidemiologi & analisis spasial penyakit


menular SKABIES

USUL PENELITIAN
RISET PENINGKATAN KOMPETENSI

HUBUNGAN KARATERISTIK DEMOGRAFI, TINGKAT PENGETAHUAN,


KEBERSIHAN LINGKUNGAN DAN ANALISIS SPASIAL KEJADIAN
PENYAKIT SKABIES DI KECAMATAN JATILAWANG
KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2018

dr. YUDHI WIBOWO, M.PH. 0023017606


Dr. dr. NENDYAH ROESTIJAWATI, M.K.K 0010117005
dr. DIAH KRISNANSARI, M.Si 0002027701

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
Februari 2018

i
ii
DAFTAR ISI

Hal
Halaman Judul i
Lembar Pengesahan ii
Daftar Isi iii
Ringkasan iv
BAB I Pendahuluan 1
A. Latar Belakang 1
B. Perumusan Masalah 1
C. Tujuan Penelitian 2
D. Manfaat Penelitian 2
E. Rencana Target Capaian RPK 3
BAB II Tinjauan Pustaka 5
A. Penyakit Skabies 5
B. Faktor Risiko Penyakit Skabies 5
C. Sistem Informasi Geografis (SIG) 6
D. Kerangka Teori Penelitian 13
E. Kerangka Konsep 14
F. Hipotesis 15
BAB III Metode Penelitian 16
A. Jenis Penelitian 16
B. Waktu 16
C. Subyek Penelitian 16
D. Lokasi Penelitian 18
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 18
F. Tahapan Pelaksanaan Penelitian 19
G. Instrumen penelitian 20
H. Jenis dan Cara Pengumpulan Data 20
I. Analisis Data 20
J. Jadual Penelitian 21
K. Etika Penelitian 21
L. Keterbatasan Penelitian 21
BAB IV Biaya dan Jadual Penelitian 22
A. Anggaran Penelitian 22
B. Jadual Penelitian 23
Daftar Pustaka 24
Lampiran 25

iii
RINGKASAN

Prevalensi skabies khususnya di negara tropis masih cukup tinggi sekitar


300 juta kasus per tahun (Chosidow, 2006 dalam Setyaningrum, 2013). Di
beberapa negara yang sedang berkembang prevalensi skabies sekitar 6%-27% dari
populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja dan prevalensi
penyakit skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering di
Indonesia(Muzakir, 2007).Di Puskesmas Jatilawang Kabupaten Banyumas
memiliki wilayah kerja dimana terdapat beberapa pondok pesantren dan siswanya
mengalami penyakit skabies. Hal ini yang menarik bagi peneliti untuk mengamati
bagaimana gambaran epidemiologi, risiko penularan, pola kluster dan model
spasial distribusi penularan penyakit skabies di Kecamatan Jatilawang Kabupaten
Banyumas.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor risiko dan gambaran


spasial penularan penyakit skabies di masyarakat khususnya di Kecamatan
Jatilawang. Sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan lebih efektif agar
penyakit skabies tidak menular kepada orang lain.

iv
1. Judul Penelitian : Hubungan Karateristik Demografi, Tingkat Pengetahuan,
Kebersihan Lingkungan dan Analisis Spasial Kejadian Penyakit Skabies di
Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas Tahun 2018
2. Tim Peneliti :
No Nama Jabatan Bidang Instansi Alokasi
Keahlian Asal waktu
1 dr. Yudhi Lektor Epidemiologi FK 12
Wibowo, M.PH Lapangan Unsoed jam/minggu
2 Dr. dr. Nendyah Asisten Kedokteran FK 12
Roestijawati, Ahli Kerja Unsoed jam/minggu
M.K.K
3 dr. Diah Lektor Gizi FK 12
Krisnansari, M.Si Masyarakat Unsoed jam/minggu
4 Azhar Hawari Mhs - FK 30
Malau Unsoed jam/minggu
(G1A015008)
5 Sang Aji Mhs - FK 30
(G1A015069) Unsoed jam/minggu

3. Obyek Penelitian : manusia


Masa Pelaksanaan
Mulai : Maret 2018
Selesai : September 2018
4. Usulan Biaya
Tahun ke-1 : Rp 25.000.000,-
Tahun ke-2 : Rp -
Tahun ke-3 : Rp -
5. Lokasi Penelitian : Kecamatan Jatilawang Kabupaten
Banyumas
6. Instansi lain yang terlibat : Puskesmas Jatilawang, Kecamatan
Jatilawang, Dinas Kesehatan Kabupaten, FK Unsoed
7. Temuan yang ditargetkan : prevalensi, faktor risiko dan gambaran
spasial kejadian skabies di Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas
8. Kontribusi mendasar pada suatu bidang ilmu : upaya pencegahan penyakit
menular khususnya penyakit skabies
9. Jurnal ilmiah yang menjadi sasaran : jurnal Nasional Terakreditasi
10. Rencana luaran : publikasi di jurnal nasional terakreditasi

v
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Skabies atau penyakit kudis adalah penyakit kulit menular yang
disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi Sarcoptes scabiei varietas hominis
dan produknya. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk
dewasa memerlukan waktu antara 8–12 hari. Bentuk betina yang sudah
dibuahi dapat hidup selama satu bulan (Aisah, 2010).
Skabies ditemukan di semua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Di
beberapa negara yang sedang berkembang prevalensi skabies sekitar 6%-27%
dari populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja.
Berdasarkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi penyakit
skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering (Muzakir,
2007).
Penularan skabies mudah terjadi karena faktor lingkungan dan perilaku
yang tidak bersih. Angka kejadian skabies meningkat lebih tinggi dari 20
tahun yang lalu, dan banyak ditemukan pada panti asuhan, asrama (pondok
pesantren), penjara, rumah sakit, dan serta tempat-tempat dengan sanitasi
buruk (Goldfarb et al, 2007). Di Puskesmas Jatilawang Kabupaten Banyumas
memiliki wilayah kerja dimana terdapat beberapa pondok pesantren dan
siswanya mengalami penyakit skabies. Hal ini yang menarik bagi peneliti
untuk mengamati bagaimana gambaran epidemiologi, risiko penularan, pola
kluster dan model spasial distribusi penularan penyakit skabies di Kecamatan
Jatilawang Kabupaten Banyumas.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran epidemiologi penyakit scabies berdasarkan karakteristik
penduduk di Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas.

1
2. Bagaimana risiko penularan penyakit scabiesdi Kecamatan
JatilawangKabupaten Banyumas menurut kondisi lingkungan tempat tinggal.
3. Bagaimana pola klaster spasial kejadian scabies di Kecamatan Jatilawang
Kabupaten Banyumas.
4. Bagaimana model spasial distribusi penularan dan kecenderungan kejadian
scabies di Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui epidemiologi penyakit scabies di Kecamatan
JatilawangKabupaten Banyumas yang dimodelkan secara spasial
menggunakan sistem informasi geografis.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui hubungan kejadianscabies berdasarkan karakteristik
penduduk di Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas.
b. Mengetahui risiko penularan penyakit scabiesdi Kecamatan
JatilawangKabupaten Banyumas menurut kondisi lingkungan tempat
tinggal.
c. Mengetahui pola klaster spasial kejadian scabies di Kecamatan
Jatilawang Kabupaten Banyumas.
d. Mengetahui model spasial distribusi penularan dan kecenderungan
kejadian scabies di Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi program pemberantasan scabies di Kecamatan Jatilawang Kabupaten
Banyumas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang faktor-
faktor yang memengaruhi kejadianscabies sehingga dapat digunakan sebagai
acuan dalam kegiatan pemberantasan penyakit scabies di Kecamatan
JatilawangKabupaten Banyumas.

2
2. Bagi ilmu pengetahuan
Menambah informasi untuk pengembangan kajian, penelitian dan pemodelan
spasial kejadian scabies.
3. Bagi peneliti
Menambah dan mengembangkan wawasan aplikasi Sistem Informasi
Geografis dalam kajian epidemiologi scabies sebagai salah satu metode
inovatif untuk surveilans scabies.
E. Rencana Target Capaian RPK
No Jenis Luaran Indikator
Capaian
1 Publikasi Ilmiah Internasional
Nasional Terakreditasi √
2 Pemakalah dalam temu ilmiah Internasional
Nasional √
3 Invited speaker dalam temu ilmiah Internasional
Nasional √
4 Hak Kekayaan Intelektual Paten
Paten sederhana
Hak cipta
Merek dagang
Rahasia dagang
Desain produk industri
Indikasi geografis
Perlindungan varietas
tanaman
Perlindungan topografi
sirkuit terpadu
5 Teknologi tepat guna
6 Model/Purwarupa/Desain/Karya seni/Rekayasa sosial √
7 Buku ajar
8 Tingkat Kesiapan Teknologi

3
BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Penyakit Scabies
Skabies adalah penyakit infeksi kulitmenular yang disebabkan tungau
betina Sarcoptes scabiei varieta hominis yang termasuk dalam kelas
Arachnida. Penyakit ini paling tinggi terjadi di negara-negara tropis yang
merupakan negara endemik penyakit skabies. Prevalensi skabies di seluruh
dunia dilaporkan sekitar 300 juta kasus per tahun (Chosidow, 2006 dalam
Setyaningrum, 2013). Di Negara Asia seperti India, prevalensi skabies sebesar
20,4% (Baur, 2013). Zayyid (2010) melaporkan sebesar 31% prevalensi
skabies pada anak berusia 10-12 tahun di Penang, Malaysia.
Prevalensi penyakit skabies di Indonesia masih cukup tinggi karena
termasuk negara tropis. Penyakit ini banyak ditemukan pada tempat dengan
penghuni padat seperti asrama tentara, penjara dan pondok pesantren. Tempat
yang berpenghuni padat ditambah lingkungan yang tidak terjaga
kebersihannya akan memudahkan transmisi dan penularan tungau skabies.
Prevalensi skabies di Indonesia Indonesia sebesar 4,60%-12,95% dan penyakit
skabies ini menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering
(Notobroto, 2009).

B. Faktor Risiko PenyakitSkabies


Faktor yang berperan dalam tingginyaprevalensi skabies terkait dengan
personal hygiene yang kurang. Masih banyak orang yang tidak
memperhatikan personal hygiene karena hal-hal seperti ini dianggap
tergantung kebiasaan seseorang. Personal hygiene yang buruk dapat
menyebabkan tubuh terserang berbagai penyakit seperti penyakit kulit,
penyakit infeksi (Perry & Potter, 2010).
Penularan penyakit skabies akibat dari kontak langsung. Penyakit skabies
merupakan penyakit yang endemi pada banyak masyarakat. Penyakit skabies
dapat terjadi pada semua ras maupun golongan dan pada semua umur. Faktor
yang dapat menyebabkan penyebaran penyakit skabies adalah higiene yang

4
jelek, seksual promiskuistas, kemiskinan, demografi, diagnosis yang salah,
ekologi dan derajat sensitasi individual (Harahap, 2000).Skabies dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko seperti rendahnya tingkat ekonomi,
higienisitas yang buruk, hunian padat, promiskuitas seksual, tingkat
pengetahuan, usia dan kontak dengan penderita baik langsung maupun tidak
langsung.

C. Sistem Informasi Geografis (SIG)


1. Definisi
Sistem informasi geografis merupakan pemanfaatan teknologi
informasi untuk mengumpulkan, mengolah dan memvisualisasikan data
spasial serta data tabular lain. Penggunaan sistem informasi geografis dimulai
pada abad 19, ketika John Snowmembuat peta kematian kolera pada saat
terjadi wabah kolera di Kota London.
MenurutPrahasta(2005)SIG adalah sejenis perangkat lunak yang dapat
dimanfaatkan untuk pemasukan, penyimpanan, manipulasi, menyajikandan
produk informasi geografis beserta atributnya. Menurut Achmadi(2010), SIG
adalah perangkat lunak yang berfungsi untuk mengumpulkan, menyimpan,
menampilkan dan menghubungkan data spasial sebuah fenomena geografis
untuk dianalisis dan hasilnya dikomunikasikan kepada pengguna data sebagai
dasar pengambilan keputusan.

2. Fungsi sistem informasi geografis


Kemampuan SIG secara umum dikenal dari fungsi
analisisnya.Terdapat dua jenis fungsi analisis, yaitu fungsi analisis spasial dan
fungsi analisis atribut.
a. Fungsi analisis spasial, terdiri dari :
1)Pengklasifikasian
Suatu data spasial diklasifikasikan kembali menjadi data spasial yang
baru dengan menggunakan kriteria tertentu.Misalnya, penggunaan
data spasial topografi permukaan bumi, diturunkan menjadi data

5
spasial kemiringan permukaan bumi yang dinyatakan dalam
persentase kemiringan.
2) Jaringan
Visualisasi data spasial titik (point) atau garis (lines) sebagai suatu
jaringan yang tidak terpisahkan. Fungsi ini sering digunakan dalam
bidang transportasi dan utilitas(jaringan transportasi darat,
komunikasi, pipa minyakdan gas, air minum, saluran
pembuangan).Manfaat fungsi analisis spasial jaringandapat
menghitung jarak terdekat antara dua titik dan titik koordinat awal
yang terdapat dalam lingkup jaringan.
3) Overlay
Membuat data spasial baru dengan menggabungkandua data spasial
yang akan dianalisis. Misalnya,penyebaran penderita malaria dengan
keberadaan tempat perkembangbiakan nyamuk (air menggenang,
rawa-rawa) sertakondisi fisik rumah penderita dengan kejadian suatu
penyakit.
4) Buffering
Membuat data spasial berbentuk poligon atau zonadengan jarak
tertentu darisumber data spasial. Data spasial titik akan menghasilkan
dataspasial baru yang berupa lingkaran-lingkaran yang
mengelilingititik pusatnya. Data spasial garis akan menghasilkandata
spasial baru yang berupa poligon yang melingkupigaris. Data spasial
poligonakan menghasilkandata spasial baru yang berupa poligon yang
lebih besardan konsentris.

6
5) Analisis tiga dimensi
Meliputi beberapa sub fungsi yang berhubungan dengan presentasi
data spasial dalam ruang tiga dimensi. Fungsi analisis spasial
inibanyak menggunakan fungsi interpolasi.
6) Pengolahan citra digital
Fungsi pengolahan data ini hanya dimiliki oleh perangkat SIGyang
berbasis raster.Karena data spasial permukaan bumi(citra digital)
banyak didapat dari perekaman data satelit yangberformat raster, maka
banyak SIG raster dilengkapidengan fungsi analisis ini.Misalsub
fungsi koreksi radiometrik,geometrik, filteringdan clustering.
b. Fungsi analisis atribut terdiri dari:
1) Operasi dasar berbasis data meliputi : membuat basisdatabaru;
menghapus basisdata;mengisi dan menyisipkan data; membuat tabel
basisdata, membaca dan mencari data daritabel basisdata;mengubah
dan menyuntingdata yang terdapatdi dalam tabel basisdata;membuat
indeks untuk setiap tabel basisdata.
2) Perluasan operasi basisdata meliputi: membaca dan menulisbasisdata
dalam sistem basisdata yang lain;mengkomunikasikan basisdata
dengan sistem basisdata yang lain;penggunaan bahasa basisdata
standar SQL (structured querylanguage);melaksanakan operasi
pengolahan data lain yangtelah rutin dilakukan dalam sistem
basisdata.
c. Fungsi lain dari SIG
Berperan sebagai alat bantumemecahkan persoalan kehidupan
yangberhubungan dengan lokasi atau ruang, dengan menempatkan
sesuatusesuai keberadaan atau kejadiannya dimuka bumi.Sistem informasi
geografis bukan hanya berfungsi sebagai alat bantu membuat peta,
walaupun produknya paling sering disajikan dalam bentuk peta.Kekuatan
SIG sesungguhnya terletak pada kemampuannya melakukan analisis
karena SIG dapat mengolah dan mengelola data dengan volume yang
besar. Sehingga pengetahuan tentang bagaimana cara mengekstrak data

7
tersebut dan bagaimana menggunakannya adalah kunci untuk melakukan
analisis SIG (Prahasta, 2005).
Menurut Lai et. al. (2009) proses dalam SIG meliputi berbagai macam
analisis spasial yang memungkinkan pemodelan sumberdaya alam,
perkotaan, pembangunan lingkungan, transportasi, difusi dan penampilan
bentuk peta tiga dimensi (3D). Beberapa tipe analisis spasial yang sering
dilakukan seperti tersaji dalam Gambar 1.

a. Overlay spasial dan analisis buffer b. Analisis multi dimensi dan permukaan

c. Analisis jaringan d. Analisis grid dan raster

Gambar 1. Tipe Analisis Spasial dalam SIG(Lai et al., 2009)

d. Cara kerja SIG


Sistem informasi geografis dapat menyajikan dunia nyata di atas monitor
komputer layaknya lembaran peta dapat menyajikan dunia nyata di atas kertas.
Tetapi SIG mempunyai kekuatan lebih dan keluwesan dibanding lembaran
peta kertas, karena peta merupakan sajian grafis dari dunia nyata.Obyek yang
disajikannya disebut unsur peta, misalnya sungai, jalan, danau, hutan.Peta
mengorganisasikan unsur-unsur menurut lokasinya, sehingga peta dapat
menunjukkan hubungan yang dimiliki oleh unsur-unsurnya dengan
baik.Misalnya jembatan melintas di atas sungai, kejadian malaria dengan
tempat perkembangbiakan nyamuk, tempat tinggal penderita malaria di dalam

8
wilayah kerja puskesmas.Sajian obyek dunia nyata dalam peta menggunakan
titik, garis dan poligon.Misalnya sungai ditampilkan sebagai poligon, jalan
disajikan sebagai garis, lokasi penderita malaria ditunjukkan sebagai titik.Peta
menggunakan simbol grafis dan warna untuk mengindentifikasi unsur dan
deskripsinya.Misalnya sungai diwarnai biru, jalan utama diwarnai merah, jalan
yang lebih kecil diwarnai menggunakan garis yang tipis.Skala peta
menentukan ukuran dan bentuk representasi unsurnya.Makin meningkat
skalanya, makin besar ukuran unsurnya. Misalnya pada skala 1:250,000 suatu
kota akan digambarkan sebagai titik, jalan dan sungai digambarkan garis. Pada
skala 1:25,000 suatu kota digambarkan sebagai poligon, jalan dan sungai
digambarkan garis.
SIG menyimpan semua informasi deskriptif unsur-unsurnya sebagai atribut-
atribut di dalam basisdata.Kemudian SIG membentuk dan menyimpannya di
dalam tabel-tabel yang dapat dihubungkan.Atribut tersebut dapat diakses
melalui lokasi unsur peta dan sebaliknya unsur peta juga dapat diakses melalui
atributnya.Hubungan tersebut seperti terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.

Gambar 2. Contoh relasi unsur-unsur peta dengan tabel-tabelnya

9
SIG menghubungkan sekumpulan unsur peta dan atribut-atributnya dalam
satuan yang disebut layer.Sungai, jalan, batas-batas administrasi, perkebunan,
hutan, danau adalah contoh layer. Kumpulan dari layer tersebut akan
membentuk basisdata SIG.Perancangan basisdata merupakan hal yang
fundamental di dalam SIG. Rancangan basisdata akan menentukan efektifitas
dan efisiensi proses masukan, pengelolaan dan keluaran SIG. Hubungan dan
rancangan kerja layer, tabledan basisdata SIG seperti terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Layer, tabel dan basisdata

e. Spasial epidemiologi
Spasial epidemiologi adalah deskripsi dan analisis variasi geografis
pada penyakit yang berhubungan dengan demografi, lingkungan, perilaku,
sosial ekonomi, genetika dan faktor risiko penyakit menular(Elliot et al.,
2000).
f. Teknik analisis spasial
Menurut pendapat Achmadi(2010)beberapa teknik dalam analisis
spasial antara lain :
1) Pengukuran adalah teknik yang dilakukan dengan cara mengukur langsung
menggunakan skala, garis lurus, melengkung atau luas. Saat ini telah
tersedia beberapa perangkat lunak untuk melakukan analisis hubungan
antar variabel yang diobservasi.

10
2) Analisis topologis, deskripsi dan analisis hubungan spasial antarvariabel.
Contoh : teknik melapis (overlay) kejadian malaria yang berhubungan
dengan keberadaan ekosistem sungai, hutan, rawa dan sumber air.
3) Analisis jejaring (network analyses),yaitu cabang analisis spasial yang
berfungsi untuk mengamati sebuah alur dengan menggunakan jejaring.
Satu set titik saling dihubungkan membentuk model dan gambaran aliran.
Misalnya gambaran akses pelayanan kesehatan terdekat dengan wilayah
endemis malaria.
4) Teknik analisis permukaan (surface analyses)yaitu teknik membuang data
yang tidak penting sehingga memudahkan melihat hubungan sebuah titik
atau beberapa titik dengan unit di dalam satu wilayah spasial.
5) Statistik spasial, misalnya mengetahui hubungan secara statistik,
kecenderungan penularan dan jarak tetangga terdekat.
g. Pengelompokan analisis spasial
Menurut Elliot et al. (2000) analisis spasial digolongkan menjadi tiga
adalah :
1) Pemetaan penyakit
Pemetaan penyakit menampilkan ringkasan visual secara cepat tentang
informasi geografis yang amat kompleks danbisa mengidentifikasi
informasi yang tidak bisa disajikan dalam bentuk tabel. Pemetaan penyakit
spesifik dapat menunjukkan angka morbiditas dan mortalitas di suatu area
geografi misalnya negara, propinsi dan kabupaten. Pemetaan penyakit
mempunyai dua aspek, yaitu tampilan visual dan pendekatan intuitif, tetapi
harus memerhatikan penafsiran penggunanya, antara lain pemilihan warna
yang bisa memengaruhi penafsiran. Pada penyajian gambar berbasis citra
satelit, perbedaan resolusi monitor yang digunakan, meskipun data dan
ukuran sama memungkinkan terjadinya salah tafsir.
2) Studi korelasi geografis
Studi korelasi geografis bertujuan untuk menguji hubungan variasi
geografidan pajanan variabel lingkungan (fisika, kimia, dan biologi),
ukuran demografi, sosial ekonomidannorma sosial terhadap sekelompok

11
populasi hubungannya dengan dampak kesehatan yang diukur menurut
skala geografi.
3) Pengelompokan penyakit
Kejadian penyakit yang mengelompok pada wilayah tertentu selayaknya
dicermati. Dengan menggunakan teknik pemetaan yang baik, insidensi
penyakit di suatu wilayah dapat diketahui secara baik. Penggunaan metode
penelitian secara tepat, akan menghasilkan deskripsipengaruh/hubungan
faktor risiko dengan kejadian penyakit. Akan tetapi harus diperhatikan
bahwa penyelidikan dengan teknik pengelompokan dan insiden penyakit
yang dekat dengan faktor risiko pada umumnya berasumsi bahwa latar
belakang derajat risikonya sama, padahal sebenarnya konsentrasinya
bervariasi antar waktu dan antar wilayah.
Informasi yang cepat, tepat dan berbasiskan kondisi daerah setempat
merupakan kebutuhan untuk pengambilan keputusan yang benar dan
berkualitas. Untuk melakukan pemberantasan penyakit menular dibutuhkan
informasi yang berbasis lokasi.Akan tetapi salah satu sisi kelemahan analisis
spasial adalah populasi yang diamati biasanya sedikit. Ketika melakukan
analisis spasial pada wilayah yang kecil pengaruh variabel pengganggu harus
benar-benar diperhitungkan. Oleh karena itu harus dikendalikan agar tidak
keliru menyimpulkan hubungan palsu antara faktor pajanan dan dampak
(Achmadi, 2010).

12
D. Kerangka Teori Penelitian

Input Berbasis Desktop GIS Proses dan Pemodelan

Referensi Data Spasial


Data Penyelidikan Epidemiologi scabies Model Spasial

GPS, GIS, Google Earth


- Model Statistik
- Model Analisis

Data Warehouse
Data parasitologi - Surveilans scabies
- Model Simulasi (3D)

Pedoman Manajemen
(termasuk pedoman
query secara dinamis)

Data Spasial Pendukung

- Data Infrastruktur - Data Sosialekonomi


(jalan) - Data lingkungan
- Lokasi rumah sakit, (guna lahan,
Puskesmas, dll ketinggian, iklim dll) Grafik, Google Hasil
- Lingkungan utama Gambar, Earth Model
(ponpes, kandang Tabel
ternak)
Software
-Web GIS
GIS
offline
Basisdata Basisdata Basisdata
Google GIS GIS
Peta
Earth/ Hasil
Citra

OUTPUT

Gambar 4.Kerangka teori penelitian


(ModifikasiFuentes et al., 2008)

13
E. Kerangka Konsep
1. Pemodelan spasial scabies

Distribusi Kejadian skabies

Pola Distribusi Kejadian Pola Distribusi Spasial Kasus Impor


skabies Mengelompok (Migrasi
penduduk)

Pemodelan Spasial

- Buffer kasus dengan


sumber air, sumber
kontak bersama, ponpes, Tren penularan dan daerah
kandang ternak. Yankes berisiko skabies
- Standard Deviational
Ellips
- Kernel Density Estimation

2.Analisis variabel
Faktor Sosial-Demografi
- Pendapatan perkapita
- Usia
- Jenis kelamin
- Tingkat pendidikan
Faktor Manusia
- Kebersihan diri Distribusi Kejadian scabies
- Tingkat pengetahuan
Faktor Lingkungan
- Kebersihan lingkungan
rumah dan pondok

Gambar 5. Kerangka konsep

14
F. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka, landasan teori, kerangka teori dan
kerangka konsep maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
a. Terdapat hubungan karakteristik penduduk dengan distribusi kejadian
skabies di Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas.
b. Terdapat kondisi lingkungan tertentu di Kecamatan Jatilawang Kabupaten
Banyumas sehingga menyebabkan terjadinya penularan skabies.
c. Terdapat pengelompokkan (cluster) secara spasial kejadian skabies di
Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas.
d. Terdapat tren distribusi kasus skabies di Kecamatan Jatilawang
Kabupaten Banyumas yang menyebar ke wilayah tertentu.

15
BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik menggunakan rancangan
kasus kontrol dengan perbandingan 1:1.Penelitian ini menggunakan Sistem Informasi
Geografis (SIG), untuk mengetahui distribusi dan pemodelan spasial kasus scabies di
Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan dalam waktu 8 bulan dan bertempat di Kecamatan Jatilawang
Kabupaten Banyumas.
C. Subyek Penelitian
1. Batasan Populasi
a. Populasi Target
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh warga yang bertempat tinggal di
wilayah Kabupaten Banyumas.
b. Populasi Terjangkau
Seluruh warga yang bertempat tinggal di wilayah Kecamatan Jatilawang Kabupaten
Banyumas.

2. Kriteria Inklusi
a. Kasus
1) Warga yang didiagnosis menderita penyakit skabies oleh dokter dalam 3 bulan
terakhir.
2) Bersedia menjadi responden penelitian dengan menandatangani informed consent
b. Kontrol
1) Warga yang tidak didiagnosis menderita penyakit skabies oleh dokter dalam 3
bulan terakhir.
2) Bersedia menjadi responden penelitian dengan menandatangani informed consent

3. Kriteria eksklusi
a. Tidak berada di lokasi penelitian atau alamat tidak diketemukan.
b. Mengundurkan diri dari penelitian.

16
4. Besar sampel penelitian
Perhitungan Besar sampel diperoleh dengan menggunakan rumus case control study
(Lemeshow et al., 1997) sebagai berikut :

n
Z1α/2 2P2(1  P2)  Z1β P1(1  P1)  P2(1  P2) 2
(P1  P2) 2

Dimana:

(OR) P 2
P1 
(OR) P 2  (1  P 2)

(2) * 0,5
P1 
(2)0,5  (1  0,5)

P1  0,67

n

1,96 2(0,5)(1  0,5)  0,84 0,67 (1  0,67 )  0,5(1  0,5) 
2

(0,67  0,5) 2

n  138,88

n  139

Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka besar sampel sebesar 139 orang,
dengan perbandingan kasus kontrol 1:1 sehingga diperoleh total sampel sebanyak 278
orang, pada penelitian ini, besar sampel adalah 282 responden.
Keterangan:
P1 = proporsi paparan pada kelompok kasus (0,67)
P2 = proporsi paparan pada kelompok kontrol (0,5)
OR = nilai odds ratio (2)
α =tingkat kemaknaan (5%)
1-β =kekuatan uji (80%)

17
D. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas yang terdapat kasus
scabies.

Gambar 6. Peta Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


1. Kejadian Skabies
Kejadian skabies adalah seseorang yang didiagnosis menderita penyakit skabies oleh
dokter dalam waktu 3 bulan terakhir
2. Titikkoordinat geografis kasus adalah posisi geografis rumah kasus yang dipetakan
dengan GPS.
Skala : ratio
3. Jenis kelamin adalah pengelompokan karakteristik responden menurut perbedaan gender
Skala : nominal
4. Umuradalah pengelompokan karakteristik responden berdasarkan ulang tahun terakhir
kemudian diklasifikasikan menjadi 4 kategori kelompok umur 0-5 tahun, 6-≤14 tahun,
15-< 60 tahun dan kelompok umur ≥ 60 tahun.

18
Skala : nominal
5. Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan responden setiap hari untuk memperoleh
pendapatan.
Skala : nominal
6. Pendapatan adalah besarnya pendapatan responden dalam satu bulan diklasifikasikan <
UMR dan ≥ UMR.
Skala: nominal
7. Tingkat pengetahuan tentang penyakit skabies adalah tingkat pengetahuan responden
terhadap penyakit skabies yang diklasifikasikan ≤ 20 dan > 20.
Skala: Ordinal
8. Kebersihan lingkungan adalah perilaku kesehatan dalam aktivitas sehari-hari yang dapat
menularkan penyakit skabies kepada orang lain seperti pemakaian handuk bergantian dan
lain-lain yang diklasifikasikan menjadi ≤ 20 dan > 20.
Skala: ordinal

F. Tahapan Pelaksanaan Penelitian


Penelitian dibagi menjadi 2 tahap penelitian dengan alokasi setiap tahap 3 bulanan.
1. Tahap 1
a. Persiapan meliputi pengumpulan data base penderita skabies di Dinas Kesehatan, dan
Puskesmas Jatilawang, persiapan informed consent, dan ethical clearance.
b. Melakukan peminjaman GPS, melakukan survei pendahuluan untuk menilai validitas
dan realibilitas alat ukurberupa kuisioner kepada responden.
c. Pelaksanaan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor penyebab penyakit
skabies.Penderita dilakukan wawancara terpimpin dan dilakukan secara
mendalamdengan mendatangi ke rumah-rumah penderita.
d. Pada tahap ini dilakukan cross check dengan data rekam medis yang adauntuk
menentukan objektivitas data.
e. Rekap data tentang faktor-faktor penyebab infeksi skabies dan analisa data
2. Tahap 2
a. Pengolahan data digital dan pembuatan pemodelan spasial
b. Penulisan laporan penelitian

19
G. Instrumen penelitian

1. Bahan
a. Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) digital Bakosurtanal tahun 2000.
b. Register penderita scabies di Puskesmas Jatilawang dan Dinas KesehatanKabupaten
Banyumas.
c. Citra Digital Satelit Resolusi Tinggi.

2. Alat
a. Kuesioner digunakan sebagai panduan wawancara untuk memeroleh data tentang
karakteristik dan kebiasaan responden.
b. Ceklist digunakan sebagai panduan observasi terhadap data individu responden,
lingkungan perumahandan letak geografis tempat tinggal responden.
c. GPS garmin untuk pengambilan titik koordinat tempat tinggal responden.
d. Software pemetaan Quantum GIS, Google Earth, Satscan, Crimestat, Geoda untuk
proses analisis SIG.

H. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


1. Data primer berupa data posisi koordinat tempat tinggal penderita dilakukan dengan
menggunakan GPS dan juga informasi lingkungan dengna melakukan dokumentasi
dengan kamera digital.
2. Data Sekunder
a. Data laporan penderita skabies dari Puskesmas Jatilawang dan Dinas Kesehatan
Banyumas.
b. Peta dasar / Peta RBI dan citra satelit resolusi tinggi dari Google Earth daerah
penelitian yang digunakan untuk mendapatkan informasi dasar.
c. Data jumlah penduduk hasil Sensus Penduduk 2010 dari Badan Pusat Statistik.

I. Analisis Data
Data yang terkumpul kemudian ditabulasi untuk kemudian dianalisa secara deskriptif untuk
menggambarkan karakteristik penderita. Kemudian dilakukan analisa bivariat dengan

20
menggunakan test Chi Square dan pembuatan pemodelan spasial menggunakan bantuan
komputer dan software pemetaan. Untuk mengetahui faktor risiko yang paling berpengaruh
maka dilakukan uji multivariat dengan regresi logistik.

J. Jadual Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan selama 8 bulan.

K. Etika Penelitian
Responden diberi penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian. Semua informasi dan
data yang diperoleh dari responden hanya digunakan untuk keperluan penelitian dan dijaga
kerahasiaannya.Subyek penelitian diberi lembar persetujuan kesediaan mengikuti penelitian
(informed consent).

L. Keterbatasan Penelitian
Kelemahan penelitian observasional analitik dengan pendekatan kasus kontrol adalah recall
bias, karena pajanan faktor risiko telah terjadi dan untuk mendapatkan informasi pajanan faktor
risiko hanya mengandalkan daya ingat responden (Sastroasmoro dan Ismael, 2011). Bias seleksi
terjadi karena pemilihan kasus hanya berdasarkan data kunjungan pasien yang berobat ke
layanan kesehatan (puskesmas dan rumah sakit). Komtrol dipilih dari masyarakat sekitar kasus
yang tidak menderita malaria dari satu wilayah kelurahan/desa, sehingga kurang mewakili
populasi kontrol sesungguhnya. Pengambilan titik koordinat rumah responden dengan
menggunakan GPS yang tinggal di sekitar hutan cukup sulit mendapatkan akurasi di bawah 10
meter, sehingga penulis menggunakan akurasi pengukuran di bawah 20 m.

21
BAB IV ANGGARAN BIAYA DAN JADUAL PENELITIAN

A. Anggaran Biaya
Ringkasan anggaran biaya RPK

B. Jadual Penelitian

JADUAL KEGIATAN PENELITIAN


No Jenis Kegiatan Tahun 1
3 4 5 6 7 8 9 10
1 Mengurus ijin penelitian
2 Survei pendahuluan
3 Pengumpulan data
4 Data cleaning
5 Analisis data
6 Laporan hasil

7 Publikasi ke jurnal nasional terakreditasi

8 presentasi oral di seminar nasional

22
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U F (2010), Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta: UI Press.

Baur, B., Sarkar, J., Manna, N., & Bandyopadhyay, L. (2013). The pattern of dermatological
disorders among patients attending the skin O.P.D of a tertiary care hospital in Kolkata, India.
Journal of Dental and Medical Sciences 3. Diperoleh tanggal 25 Agustus 2014 dari
http://iosrjournals.org/iosrjdms/papers/Vol3-issue4/B0340409.pdf.

Elliot, Wakefield, J C, Best, N G and Briggs, D J (2000), Spatial Epidemiology: Methods and
Applications. Spatial epidemiology methods and applications, 475.

Handoko R P. Skabies dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (Edisi keenam), Badan Penerbit
FKUI, 2010. Jakarta, 122-125.

Harahap, Mawarli. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates

Lai, P.C., So, F.M. and Chan, K.W. (2009), Spatial Epidemiological Approeaches in Disease
Mapping and Analysis. CRC Press. Taylor and Francis Group

Lemeshow S., Hosmer D.W., Klar J, Lwanga S.K., (1997) Besar Sampel Dalam Penelitian
Kesehatan (terj.), pp.21-26, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Muzakir. (2007). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Skabies Pada Pesantren di
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2007, Thesis, Universitas Sumatera Utara.

Notobroto. (2009). Faktor sanitasi lingkungan yang berperan terhadap prevalensi penyakit
skabies. Surabaya: FKM UNAIR.

Perry, A.G., & Potter,P. (2010). Fundamental keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Prahasta, E. (2005), Sistem Informasi Geografis Konsep-Konsep Dasar. Bandung: Informatika

Setyaningrum, Y.I. (2013). Skabies penyakit kulit yang terabaikan : Prevalensi, tantangan dan
pendidikan sebagai solusi pencegahan. Diperoleh tanggal 25 Agustus 2014 dari
http://download.portalgaruda.org/article. php?article=139099&val=4058

Stone, S. P., Goldfarb, J. N., & Bacelieri, R. E. (2008). Skabies. Dalam Dermatology in General
Medicine 7th edition (hal. 2029-2037). New York: McGraw Hill.

Soemirat J. Kesehatan Lingkungan. 2011. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Zayyid, M., Saadah, M.S., Adil, R., Rohela, A.R., & Jamaiah, I. (2010). Prevalence of skabies
and head lice among children in a welfare home in Pulau Pinang, Malaysia. Diperoleh tanggal
25 Agustus 2013 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2 1399584.

23
LAMPIRAN

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada/Yth
Sdra/sdri.......................
Di Tempat

Assalamu’alaikumWr. Wb
Saya yang bertandatangan dibawah ini adalah tenaga pendidik (dosen) di Fakultas Kedokteran
Universitas Jenderal Soedirman :
Nama : dr. Yudhi Wibowo, M.PH
NIP : 19760123 200501 1 002
Judul : “HUBUNGAN KARATERISTIK DEMOGRAFI, TINGKAT PENGETAHUAN,
KEBERSIHAN LINGKUNGAN DAN ANALISIS SPASIAL KEJADIAN PENYAKIT
SKABIES DI KECAMATAN JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2018”.
Untuk tujuan atau maksud tersebut saya akan mengumpulkan data dari saudara/saudari dan
dengan kerendahanhati saya meminta anda menjadi responden untuk mengisi kuisioner yang
akan saya bagikan. Prosedur penelitian ini tidak akan merugikan atau menimbulkan risiko
kepada responden. Kerahasiaan semua informasi yang telah dilakukan akan dijaga dan hanya
akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Apabila ada pertanyaan atau kurang penjelasan,
anda dapat menghubungi saya di nomor 08112621904 atau email:
dryudhiwibowo2005@gmail.com atau di tempat saya bekerja yaitu FK Unsoed Jl. Gumberg
Nomor 1, Mersi Purwokerto 53112 Telepon (0281)622022. Atas kerja samanya, saya
mengucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikumWr. Wb
Peneliti
dr. Yudhi Wibowo, M.PH

24
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Setelah membaca dan memahami penjelasan pada lembar permohonan untuk menjadi responden,
saya bersedia untuk ikutserta atau berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang akan
dilakukan oleh :
Nama : dr. Yudhi Wibowo, M.PH
NIP : 19760123 200501 1 002
Judul : “HUBUNGAN KARATERISTIK DEMOGRAFI, TINGKAT
PENGETAHUAN, KEBERSIHAN LINGKUNGAN DAN ANALISIS SPASIAL
KEJADIAN PENYAKIT SKABIES DI KECAMATAN JATILAWANG
KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2018”.
Demikian persetujuan ini saya ikut serta atau berpartisipasi untuk menjadi responden dalam
penelitian dan bersedia melakukan pemeriksaan sesuai dengan data yang akan diperlukan.

Purwokerto,…………………………2018
Responden

(………………………………….)

25
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN KARATERISTIK DEMOGRAFI, TINGKAT PENGETAHUAN,
KEBERSIHAN LINGKUNGAN DAN ANALISIS SPASIAL KEJADIAN PENYAKIT
SKABIES DI KECAMATAN JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2018.

TANGGAL SURVEI :
NOMOR RESPONDEN :
KATEGORI RESPONDEN : 1. KASUS 2. KONTROL
ALAMAT RUMAH :

TITIK KOORDINAT :
(HANYA RUMAH KASUS SAJA, LOKASI PESANTREN, KANDANG TERNAK,
PUSKESMAS ATAU PUSTU ATAU PKD)

a. Longitute ( x : BB/BT) :

b. Latitute ( y : LU/LS) :

A. DATA RESPONDEN:
I. Nama Responden :
II. Usia :
III. Jenis Kelamin :
IV. Tingkat Pendidikan :
V. Pekerjaan Responden/Ortu :
VI. Pendapatan Perkapita :

B. TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT SKABIES


No Pertanyaan Jawaban
Benar Salah
1 Skabies adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
2 Di Indonesia skabies sering disebut kudis dan orang Jawa
sering menyebutnya gudik
3 Skabies hanya dapat ditularkan melalui kutuSarcoptes scabiei
betina saja
4 Skabies hanya dapat ditularkan melaluipemakaian pakaian
atau alat sholat secarabergantian
5 Berjabat tangan dapat menularkan penyakit skabies
6 Penularan skabies sangat mudah menyebar di lingkungan
keluarga, perkampungan padat dan asrama (pondok pesantren)
7 Skabies dapat ditularkan melalui pemakaian handuk secara
bergantian
8 Orang yang menjaga kebersihan tubuhnya dapat terkena
skabies
9 Skabies dapat sembuh dengan mandi menggunakan sabun
secara teratur

26
10 Kamar yang kurang pencahayaan sinar matahari dapat
mempermudah penyebaran penyakit skabies
11 Kutu Sarcoptes scabiei penyebab skabies tidak dapat hidup di
tempat yang lembab
12 Kamar yang tidak ada ventilasinya atau kurang lancar, dapat
mempermudah perkembangbiakan kutu Sarcoptes scabiei
13 Penyakit skabies tidak ada kaitannya dengan kebersihan
lingkungan
14 Tempat berkembangbiak kutu Sarcoptes scabiei hanya di air
yang kotor
15 Pakaian atau handuk yang tidak dijemur sampai kering dapat
dijadikan tempat berkembangbiak kutu Sarcoptes scabiei
16 Sampah yang berserakan dapat menularkan skabies
17 Kutu Sarcoptes scabiei dapat bertahan di lantaikamar atau
rumah
18 Air merupakan sumber utama penularan skabies
19 Kondisi lingkungan yang buruk dapat menyebabkan penyakit
skabies
20 Pengobatan skabies dapat dilakukan dengan pemberian bedak
gatal saja.

C. Kebersihan Lingkungan
I. Bergantian alat sholat atau pakaian
1. Apakah Anda punya alat sholat atau pakaian sendiri?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah Anda sering mengganti pakaian Anda?
a. Ya
b. Tidak
Jika Ya, berapa kali....
3. Apakah pakaian atau alat sholat Anda pernah dipinjam teman Anda?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah kalau Anda mencuci pakaian bersamaan atau dijadikan satu dengan
teman Anda ?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah pakaian kotor Anda, diletakkan dalam satu tempat dengan pakaian teman
Anda?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah Anda sering mengganti kaus kaki Anda?
a. Ya
b. Tidak
Jika ya, berapa kali...
7. Apakah Anda sering mengganti pakaian dalam Anda?

27
a. Ya
b. Tidak
Jika ya, berapa kali...
8. Apakah Anda menjemur pakaian atau pakaian dalam di kamar?
a. Ya
b. Tidak

II. Bergantian Handuk


1. Apakah Anda mandi setiap hari ?
a. Ya
b. Tidak
Jika ya, berapa kali dalam sehari ...
2. Apakah Anda mandi dengan menggunakan handuk Anda sendiri?
a. Ya
b. Tidak
Berikan alasannya...
3. Apakah Anda pernah menggunakan handuk bergantian dengan teman Anda?
a. Ya
b. Tidak
Berikan alasannya...
4. Apakah Anda menjemur handuk setelah digunakan untuk mandi?
a. Ya
b. Tidak
Berikan alasannya...
5. Apakah Anda selalu mencuci handuk Anda ?
a. Ya
b. Tidak
Jika ya, berapa kali...
6. Apakah Anda menjemur handuk sesudah dipakai di dalam kamar?
a. Ya
b. Tidak
Berikan alasannya...
III. Tidur Berhimpitan
1. Apakah di pondok ini Anda memiliki tempat tidur sendiri?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah Anda pernah tidur bersama dalam satu tempat tidur dengan teman?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah alas yang Anda gunakan untuk tidur digunakan secara bersamasama?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah saat tidur, Anda menggunakan selimut Anda sendiri?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah Anda menggunakan selimut itu bersama dengan teman Anda ?

28
a. Ya
b. Tidak
Observasi pada kelompok kasus
1.Selama 3 bulan terakhir, apakah anda pernah menderita penyakit kulit infeksi skabies ?
a. Ya
b. Tidak
2.Apakah anda pernah mengalami gejala seperti gatal pada malam hari, iritasi dan adanya
tonjolan kulit berwarna putih keabu–abuan pada sela jari, telapak tangan, pergelangan
tangan, dan alat genetaalia ?
a. Ya
b. Tidak
3.Jika anda pernah terkena infeksi skabies, apakah kejadian itu terjadi secara berulang ?
a. Ya
b. Tidak
4.Jika terkena infeksi skabies, apakah anda melakukan pengobatan ke puskesmas, dr. Kulit, RS
atau ke petugas medis terdekat ?
a. Ya
b. Tidak

29
Langkah-langkah Analisis Spasial
1. Langkah analisis buffer

Analisis buffer dalam analisis spasial kejadian malaria di Banyumas tahun 2012 ini
digunakan untuk mengetahui daerah penyangga (buffer) lingkungan yang diduga merupakan
tempat perindukan vektor malaria dan jarak terbang nyamuk dengan tempat tinggal subyek
dengan malaria positif.

Buffer lingkungan yang dianalisis adalah sungai, hutan, sawah tadah hujan, sawah irigasi,
perkebunan, rerumputan, tegalan dan semak belukar. Melalui mekanisme query unsur spasial
garis 500 m dari buffer lingkungan tersebut maka dihasilkan unsur spasial baru berupa
poligon-poligon yang melingkupi buffer lingkungan tersebut. Berdasarkanlingkup poligon
tersebut dihitung berapa subyek dengan malaria + yang berada di dalam lingkup buffer
poligon tersebut.

2. Langkah analisis Mean Center

Digunakan untuk mengetahui pusat geografis (pusat kasus) malaria di Banyumas tahun 2012.
Berdasarkan analisis menggunakan software GIS akan diperoleh pusat rerata. Pusat rerata
adalah titik yang diperoleh dari rata-rata nilai x dan y yang dihitung untuk mendapatkan titik
centroid kasus malaria di Banyumas. Proyeksi data titik tersebut digunakan untuk mengukur
jarak secara akurat. Nilai mean center titik x dan y hasil penghitungan rerata nilai x dan y
disimpan menggunakan titik koordinat X dan Y. Fitur garis dan poligon. Titik pusat yang
digunakan adalah pusat mean dan dispersi mengacu pada penyebaran dari pusat mean
dibatasi oleh poligon. Bidang poligon yang mengitari centroid ditetapkan berdasarkan
perhitungan jarakyang dihitung dengan menggunakan rata-rata tertimbang dari pusat semua
subyek malaria +.

3. Langkah menganalisis Average Nearest Neighbor

Analisis tetangga terdekat merupakan pendekatan untuk melihat pola persebaran kasus
malaria di Banyumas. Langkah menghitung Average Nearest Neighbor (ANN) digunakan
untuk menentukan pola kejadian malaria di Banyumas 2012.

ANN dapat dihitung menggunakan rumus :

30
D0
ANN 
DE

m
di
D0  i 1

m
0.5
DE 
m
A
dimana:
D 0 :rata-rata jarak observasi antara masing-masing kejadian dengan tetangga terdekatnya
D E : expected ANN
di : jarak antara kejadian i dan kejadian tetangga terdekatnya
m : jumlah kejadian
A : luas daerah

Nilai ANN disimpulkan berdasarkan nilai Expected Mean Distance yang dinyatakan dengan
: 1. ANN = 1 berarti kejadian berpola random,

2. ANN < 1 berarti kejadian berkerumun (clustered),

3. ANN > 1 berarti kejadian menyebar (dispersed).

Kejadian malaria di Banyumas pada tahun 2012 terdapat 140 subyek dengan malaria +
sehingga didapat m=140. Karena luas wilayah Banyumas adalah 1,327.60 km2maka
didapatnilai A=1.327,60. Jarak antara masing-masing kejadian dihitung dengan
menggunakan jarak Euclidean. Nilai ANN dihitung menggunakan software GIS.

Untuk mengetahui apakah terdapat pola spasial atau tidak, digunakan uji signifikansi yaitu

i. H0: tidak terdapat pola spasial kasus malaria di Banyumas tahun 2012,
Hα: terdapat pola spasial kasus malaria di Banyumas tahun 2012,
ii. Tingkat signifikansi α
iii. Daerah kritis
H0 ditolak jika Z score > Zα/2= 2.58
Z score < - Z α/2 = -2.58
iv. Uji statistik
Berdasarkan analisa menggunakan software GIS, didapatkan nilai Z score = -11.17
v. Kesimpulan
Karena Z score = -11.166 < -2.58 ⁄ maka berarti H0 ditolak artinya terdapat pola spasial
kasus malaria di Banyumas tahun 2012. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pola
31
spasial kasus malaria di Banyumas tahun 2012. Karena nilai Expected Mean Distance =
0.44 < 1 dapat disimpulkan bahwa pola kejadian malaria di Banyumas tahun 2012 adalah
berkelompok/clustered.

4. Langkah menganalisis Standard Deviational Ellips

Standard Deviational Ellips (SDE) digunakan untuk menganalisa tren kasus dan pola
dispersi kasus malaria. SDE merupakan ringkasancentral tendency dan dispersi dalam dua
dimensi, serta menunjukkan tren directional.

Terdapat dua poin yang digunakan sebagai dasar pembagian titik lokasi pada SDE yaitu
Pemusatan(central tendency) dan penyebaran (dispersi). Pemusatan yang digunakan adalah
pusat mean dan dispersi mengacu pada penyebaran dari pusat mean dibatasi oleh ellips.

SDE adalah representasi grafis standar deviasi di sepanjang sumbu X dan Y yang berpusat
pada rata-rata data secara geometris dari semua lokasi. Tujuannya adalah untuk memberikan
gambaran trend ringkasan dispersi dan memeriksa apakah titik distribusi memiliki bias arah.
Pusat rata-rata dari SDE menunjukkan pusat massa harian. Bentuk pergerakan dan jarak dari
pusat rata-rata untuk hari berturut-turut dapat membantu memberikan peringatan terlebih
dahulu tentang arah dan laju penyebaran penyakit.

Rumus yang digunakan adalah

x 
n 2
i X
SDE x  i 1

y 
n 2
i Y
SDEy  i 1

Metode autokorelasi spasial sesuai kedekatan dan kemiripan karakteristik antar daerah
digunakan untuk menganalisispola pengelompokan dan arah pergerakan kasus. Selajutnya
berdasarkan Hukum I Geografi yang menyebutkan bahwa sesuatu yang berdekatan
mempunyai hubungan yang lebih erat dibandingkan dengan sesuatu yang berjauhan,maka
diambil kesimpulan bahwa jika suatu wilayah menjadi endemik penyakit, maka diduga

32
wilayah tersebut akan membuat wilayah yang berbatasan langsung dengannya menjadi
endemi penyakit yang baru.

33
Biodata Dosen Pengusul
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) dr. YUDHI WIBOWO, M.PH
2 Jenis Kelamin Laki-Laki
3 Jabatan Fungsional Lektor
4 NIP 197601232005011002
5 NIDN 0023017606
6 Tempat dan Tanggal Lahir BANYUMAS / 23-01-1976
7 E-mail dryudhiwibowo2005@gmail.com
8 No Telp / HP 0281 631492 / 082134930194
9 Alamat Kantor Jl. Gumbreg no 01 Mersi Purwokerto 53112
10 No Telp / Faks 0281 622022
11 Lulusan yang telah dihasilkan S1=500 orang;
 Epidemiologi
12 Mata Kuliah yang diampu

B. Riwayat Pendidikan
Jenjang S2
Nama Perguruan Tinggi Universitas Gadjah Mada
Bidang Ilmu Epidemiologi Lapangan- Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Tahun Masuk - Lulus 2010 - 2012
Hubungan Dukungan Sosial dan Gangguan Jiwa Ringan (Common
Judul Mental Disorders=CMDs) pada Ibu Hamil dengan Kejadian
Skripsi/Tesis/Disertasi Preeklamsia/Eklamsia di Kabuapaten Sukoharjo Januari 2010-
Desember 2011
Nama
Prof. dr. M. Hakimi, Sp.OG. (K), PhD Dr. dr. Carla R. Marchira, Sp.KJ
Pembimbing/Promotor
Jenjang S1
Nama Perguruan Tinggi Universitas Diponegoro
Bidang Ilmu Kedokteran Umum
Tahun Masuk - Lulus 1994 - 2000
Perbedaan Prevalensi Infeksi Cacing Usus Serta Kebiasaan Sehari –
Judul
hari Pada Anak SD Sompok 01 (Perkotaan) dan SD Sidodadi 03
Skripsi/Tesis/Disertasi
(Pedesaan)
Nama
dr. Hertanto WS, MS dr. Kis Djamiatun
Pembimbing/Promotor

C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir


(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)
Sumber Jumlah
No Tahun Judul Penelitian
Dana (Juta Rp)
1 2014 Pemodelan Spasial Kejadian Malaria di Kabupaten Riset Pemula 8,000,000

34
Banyumas Tahun 2012 (BLU
Unsoed)
Korelasi Kadar Cadmiumdan G/A Polimorfisme
rs266882gen PSA denganKadar PSAdan IGF-1 dan Penelitian
2 2014 145,000,000
Interaksinya dengan Polimorfisme gen Gluthatione-S- Lainnya
transferase P1 (GSTP1)
Hubungan Dukungan Sosial dan Gangguan Jiwa Ringan
(Common Mental Disorders=CMDs) pada Ibu Hamil Penelitian
3 2012 15,000,000
dengan Kejadian Preeklamsia/Eklamsia di Kabupaten Lainnya
Sukoharjo Januari 2010-Desember 2011
Penerapan Metode Skrining Anemia pada Ibu Hamil di Penelitian
4 2011 4,500,000
Kabupaten Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah 2011 Lainnya
Anemia Ibu Hamil Trimester II sebagai Faktor Risiko
Penelitian
5 2011 Berat Bayi Lahir rendah (BBLR), Lahir prematur dan 5,000,000
Lainnya
lahir mati di Kabupaten Sukoharjo Januari-Oktober 2011
The evaluation of New-TB Case Finding Program Penelitian
6 2010 2,500,000
Implementation in Sukoharjo District, Central Java 2010 Lainnya
Survei cepat:strata perilaku hidup bersih dan sehat Riset Pemula
7 2010 (PHBS) serta fungsi fisiologis keluarga di Desa (BLU 10,000,000
Tambaksari Kidul Kecamatan Kembaran Mei-Juni 2010 Unsoed)

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir


Sumber Jumlah
No Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat
Dana (Juta Rp)
Penyuluhan keamanan pangan pada makanan jajanan di Penerapan
1 2015 8,000,000
Sekolah Dasar, Kecamatan Purwokerto Utara IPTEKS
Tim Medis Pengobatan Gratis dalam rangka Dies Natalis
2 2013 Lainnya 2,000,000
Unsoed ke-50 di GOR Purbalingga
Penanganan Komprehensif Penyakit Hipertensi dan
3 2013 Diabetes Mellitus di Posyandu Klepusari Desa Pesantern Lainnya 750,000
Kecamatan Tambak, Banyumas
Penyuluhan dan skrining TB Paru di Desa Tunjung Lor
4 2013 Lainnya 750,000
Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas
Penyuluhan dan Skrining Anemia pada IbuHamil di Desa
5 2013 Lainnya 750,000
Tinggarjaya KecamatanJatilawang Kabupaten Banyumas
Upaya preventif dalam menanggulangi masalah
6 2012 Lainnya 750,000
Tuberkulosis paru di Kecamatan Kebasen
Skrining dan penyuluhan Diabetes Mellitus di Desa Karang Penerapan
7 2012 750,000
Nanas Kecamatan Sokaraja IPTEKS
Skrining Diabetes Mellitus (penyakit gula) & edukasi
8 2012 tentang Hipertensi (tekanan darah tinggi) di Balai Desa Lainnya 2,000,000
Pandak
Penyuluhan PHBS dan cuci tangan yang benar di PAUD Penerapan
9 2012 750,000
Desa Karang Nanas IPTEKS

35
Tim Medis Bakti Sosial kepada Masyarakat Korban
10 2010 Bencana Alam Gunung Merapi di Desa Ngluar Kecamatan Lainnya 2,000,000
Ngluar Kab. Magelang

E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal alam 5 Tahun Terakhir


Nama
No Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor/Tahun
Jurnal
Common Mental Disorders increase pre- Universal
1 32/1/2013
eclampsia/eclampsia risks in pregnancy Medicina
analisis masalah kesehatan di Kabupaten Sukoharjo Mandala of
2 7/3/2014
Tahun 2010 Health
Survei cepat: karakteristik dan prevalensi anemia ibu Mandala of
3 7/3/2014
hamil di Kabupaten Sukoharjo tahun 2011 Health
survei cepat: strata perilaku hidup bersih dan sehat
Mandala of
4 (PHBS) serta fungsi fisiologis keluarga di Desa 4/2/2010
Health
Tambaksari Kidul Kecamatan Kembaran Mei-Juni 2010
Mandala of
5 kuesioner sebagai alat ukur survei 4/3/2010
Health
anemia ibu hamil trimester II sebagai faktor risiko berat
Mandala of
6 bayi lahir rendah (BBLR), lahir prematur dan lahir mati 7/1/2014
Health
di Kab Sukoharjo Januari-Oktober 2011
Incidence of Malaria is clustered and buffers around Univerca
7 34/2/2015
plantations: a spatial analysis Medicina

F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir


Nama Pertemuan Ilmiah / Waktu dan
No Judul Artikel Ilmiah
Seminar Tempat
“Rapid Survey: The Correlation between the APGAR
2nd National Scientific 21-01-2012,
1 Family Score and the Level PHBS in the Households in
Conference on Epidemiology Yogyakarta
Kembaran Sub-District, Banyumas District”
Seminar Nasional
“Association between social support and common
Epidemiologi Sosial dalam
mental disorders (CMDs) in pregnant women with pre- 13-01-2012,
2 Mendukung Pelayanan
eclampsia/eclampsia in Sukoharjo District, Central Solo
Kesehatan Primer, 7 November
Java Indonesia January 2010-December 2011”
2012
“Sensitivity Test: Sahli and Hemocue Methods for
The First International
Detection Maternal Anemia in Cemani and Makamhaji 04-01-2011,
3 Conference on Medicine and
Villages Sukoharjo District, Central Java Indonesia FKIK Unsoed
Health Science (ICMHS)
2011”
“The evaluation of New-Cases TB Finding Program
Tephinet Biregional 06-01-2010,
4 Implementation in Sukoharjo District, Central Java
Conference Bandung
2010”

G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir


No Judul Buku Tahun Jumlah Halaman Penerbit

36
37
38
39
40
41
Biodata Dosen Pengusul
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) dr. Diah Krisnansari M.Si
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Jabatan Fungsional Lektor
4 NIP 197702022005012001
5 NIDN 0002027701
6 Tempat dan Tanggal Lahir BANJARNEGARA / 02-02-1977
7 E-mail krisnansari@gmail.com
8 No Telp / HP 089610448519
9 Alamat Kantor Jl. Dr. Gumbreg No 1 Mersi Berkoh
10 No Telp / Faks (0281) 631208
11 Lulusan yang telah dihasilkan S1=2000 orang;
 Gizi Masyarakat
12 Mata Kuliah yang diampu
B. Riwayat Pendidikan
Jenjang S1
Nama Perguruan Tinggi Universitas Diponegoro
Bidang Ilmu Kedokteran Umum
Tahun Masuk - Lulus 1995 - 2001
Judul
Hubungan MPASi dengan Kejadian Diare
Skripsi/Tesis/Disertasi
Nama
dr. Yekti Wiryawan dan dr Niken Puruhita
Pembimbing/Promotor
Jenjang S2
Nama Perguruan Tinggi Universitas Diponegoro
Bidang Ilmu Gizi Masyarakat
Tahun Masuk - Lulus 2007 - 2009
Judul Efek Propolis terhadap Hiperkolesterolemia Studi pada Pegawai
Skripsi/Tesis/Disertasi Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto
Nama
Dr. dr. Martha Irene Kartasurya, PhD
Pembimbing/Promotor
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)
Jumlah
No Tahun Judul Penelitian Sumber Dana
(Juta Rp)
Analisis Kandungan Makronutrien dan Penelitian Dosen Pemula
1 2012 Mikronutrien Makanan Jajanan Anak Sekolah (Hibah Penelitian 10,000,000
Dasar di Kabupaten Banyumas Desentralisasi)
Efek Propolis pada Fungsi dan Perlemakan
2 2012 Hati Tikus Putih (Rattus Norwegicus) Model Penelitian Lainnya 50,000,000
Hiperkolesterolemia

42
43
Mahasiswa yang dilibatkan dalam penelitian ini:
1. Azhar Hawari Malau NIM: G1A015008
2. Sang Aji NIM: G1A015069

44

Anda mungkin juga menyukai