Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang judul yang diangkat,
rumusan masalah, tujuan penelitian, metode analisis data, output yang diharapkan,
serta sistematika penulisan.

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan suatu kondisi yang mencerminkan


sejahteranya keadaan badan, jiwa, dan sosial manusia. Kondisi ini
merupakan modal utama bagi seseorang untuk dapat berpola hidup
produktif baik secara sosial maupun ekonomi. Hal demikian dapat terjadi
karena keadaan sehat memungkinkan seseorang untuk dapat bekerja secara
optimal, baik fisik maupun pikiran sehingga menghasilkan output sesuai
harapan (UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan).

Secara garis besar, UNICEF menyebutkan setidaknya terdapat 4


faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang yaitu faktor keturunan,
faktor perilaku hidup, faktor lingkungan, dan faktor pelayanan kesehatan
yang tersedia. Tiga dari empat faktor tersebut bersifat individual,
sementara faktor pelayanan kesehatan merupakan faktor yang menjadi
tanggung jawab pemerintah. Hal ini dikarenakan faktor ini dapat
memengaruhi kondisi agregat wilayah tertentu, misalnya kecepatan dan
ketepatan dalam penanganan pasien dapat menekan kemungkinan
penularan hingga wabah di suatu wilayah. Untuk itu, pemenuhan faktor
pelayanan kesehatan menjadi hal yang penting dan perlu memperhatikan
unsur lain seperti kondisi demografi agar tercipta pelayanan kesehatan
yang memadai, berkualitas, dan memberi kepuasan terhadap masyarakat
(Teori Anderson dalam Notoatmodjo).

1
Di lihat dari segi demografi berdasarkan data Badan Pusat Statistik,
laju pertumbuhan penduduk di Kota Bandung mengalami penurunan setiap
tahunnya. Tercatat bahwa pada tahun 2015, pertumbuhan penduduk Kota
Bandung hanya mencapai 0.43 % yang mengisyaratkan pula telah terjadi
penurunan jumlah kelahiran. Namun penurunan jumlah kelahiran yang
ada, berbanding terbalik dengan permintaan pelayanan kesehatan ibu dan
anak yang kian tahun kian meningkat (LKIP RSKIA Kota Bandung tahun
2014). Hal ini menyebabkan Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA)
Kota Bandung yang hanya memiliki kapasitas 65 kamar tidak mampu lagi
menampung pasien. Untuk itu perlu dilakukan pembangunan kembali
Rumah Khusus Sakit Ibu dan Anak (RSKIA) untuk dapat meningkatkan
kapasitas pelayanan sesuai permintaan yang ada di Kota Bandung.

Sejalan dengan hal di atas, pemerintah daerah melalui RPJMD


Kota Bandung tahun 2013 – 2018 memiliki program prioritas yang
strategis berupa pembangunan rumah sakit yang bertaraf internasional di
Kota Bandung. Berdasarkan portal.bandung.go.id, sejak tahun 2016
pemerintah Kota Bandung telah merencanakan relokasi dan pembangunan
kembali Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) Kota Bandung yang
memiliki kapasitas 300 - 400 kamar diatas lahan seluas 7500 m2. Untuk
melakukan relokasi dan pembangunan kembali RSKIA ini, pemerintah
kota telah memilih lokasi di Jalan KH Wahid Hasyim (KOPO) Kota
Bandung yang ditandai dengan peletakkan batu pertama pada bulan Mei
tahun 2017 ini.

Pada dasarnya dalam pembangunan rumah sakit diperlukan


beberapa analisis terkait dengan lahan atau lokasi yang dipilih. Hal ini
diperlukan guna menghindari kesalahan pemilihan lokasi seperti yang
terjadi pada Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) Kota Bandung
sebelumnya yaitu di Jalan Astana Anyar Nomor. 224 Kota Bandung.
Dimana lokasi RSKIA Kota Bandung ini tidak mengakomodasi adanya
pengembangan fasilitas pelayanan kesehatan melalui pembangunan. Disisi
lain, lokasinya yang berdekatan dengan lingkungan pasar dan PKL

2
merupakan salah satu faktor penghambat bagi pasien gawat darurat seperti
yang tercantum dalam Rencana Kerja (Renja) RSKIA Kota Bandung
tahun 2016. Untuk itu dalam pemilihan lokasi atau lahan untuk
pembangunan rumah sakit ini perlu menerapkan kriteria – kriteria yang
menjadi standar lokasi berdirinya rumah sakit.

Menurut Peraturan Kementerian Kesehatan No. 56 Tahun 2014,


lokasi atau lahan yang dapat digunakan untuk pembangunan rumah sakit
harus memenuhi beberapa kriteria. Kriteria yang dimaksud meliputi
persyaratan keamanan ditinjau dari kondisi geografi wilayah, ketersediaan
infrastruktur aksesibilitas untuk jalur transportasi, ketersediaan utilitas
publik, ketersediaan lahan parkir, dan tidak berada dibawah pengaruh
SUTT ataupun SUTET. Penentuan lahan atau lokasi dalam pembangunan
Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSKIA) ini merupakan hal yang penting
untuk mengakomodasi perkembangan rumah sakit sesuai tuntutan
peningkatan kelas sehingga dapat menunjang pelayanan kesehatan
masyarakat secara berkelanjutan.

Berdasarkan pemaparan diatas, pada tulisan kali ini penulis akan


melakukan evaluasi terhadap pemilihan Jalan KH Wahid Hasyim (KOPO)
Kota Bandung sebagai lokasi pembangunan kembali Rumah Sakit Ibu dan
Anak (RSKIA) Kota Bandung berdasarkan aspek keamanan, cakupan
wilayah, dan aksesibilitas yang dimiliki oleh lokasi tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Adanya relokasi dan pembangunan kembali Rumah Sakit Khusus


Ibu dan Anak (RSKIA) Kota Bandung yang semula berada di Jalan
Astana Anyar menjadi di Jalan KH Wahid Hasyim, Kecamatan Bojongloa
Kaler merupakan upaya yang dilakukan pemerintah untuk menangani
masalah keterbatasan lahan, kemudahanan akses, dan memenuhi
permintaan masyarakat terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan ibu dan
anak. Untuk itu lokasi pemindahan RSKIA Kota Bandung yaitu pada Jalan

3
KH Wahid Hasyim (KOPO), Kecamatan Bojongloa Kaler, harus
memenuhi berbagai kriteria – kriteria agar apa yang diharapkan
sebelumnya dapat tercapai. Berdasarkan hal tersebut, yang menjadi
permasalahan dalam tulisan ini adalah sejauh mana ketepatan dan
kesesuaian Jalan KH Wahid Hasyim (KOPO), Kecamatan Bojongloa
Kaler sebagai lokasi terpilih untuk pembangunan RSKIA Kota Bandung
berdasarkan aspek keamanan, cakupan, dan aksesibilitasnya. Oleh
karenanya, penulis merumuskan beberapa pertanyaan terkait masalah
yaitu:

1. Bagaimana kondisi keamanan lahan/lokasi di Jalan KH Wahid Hasyim


(KOPO), Kecamatan Bojongloa Kidul ditinjau dari kondisi geografis
dan keberadaan SUTET?
2. Bagaimana ketercakupan wilayah RSKIA di Jalan KH Wahid Hasyim
(KOPO), Kecamatan Bojongloa Kidul?
3. Bagaimana aksesibilitas menuju lahan/lokasi pembangunan RSKIA di
Jalan KH Wahid Hasyim (KOPO), Kecamatan Bojongloa Kidul?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk melakukan


evaluasi terhadap lokasi yang dipilih pemerintah kota untuk membangun
kembali Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) Kota Bandung
berdasarkan keamanan, cakupan, dan aksesibilitas lokasi.

1.4 Metode Analisis Data

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai metode analisis data


yang dilakukan menggunakan sistem informasi geografis dalam software
ArcGIS. Untuk itu, beberapa metode yang dilakukan meliputi:

4
1.4.1 Buffer

Buffer merupakan tool yang ada dalam ArcGIS yang


digunakan untuk mengetahui cakupan area dengan jarak tertentu
dari feature yang ditentukan berdasarkan jarak udaranya.
Menggunakan metode ini, penulis dapat mengetahui wilayah
cakupan dan keamanan wilayah Jalan KH Wahid Hasyim untuk
pembangunan RSKIA Kota Bandung.

Untuk mengetahui cakupan penulis menggunakan


shapefile titik letak RSKIA. Sedangkan untuk mengetahui aspek
keamanan sesuai Peraturan Kementerian Kesehatan No. 56 Tahun
2014, penulis menggunakan shapefile sungai untuk mengetahui
wilayah sempadannya dan SUTET untuk mengetahui wilayah yang
bebas radiasi.

1.4.2 Overlay

Overlay merupakan toolbox yang meliputi erase dan


intersect yang digunakan untuk melakukan analisis yang terdiri atas
beberapa layer data spasial yang akan ditumpuk. Menggunakan
metode ini, penulis dapat mengetahui keadaan lokasi dilihat dari
ketersedian atau ketidaktersediaan suatu tertentu.

Pada metode ini akan diidentifikasi bagaimana kondisi


keamanan dan aksesibilitas pada Jalan KH Wahid Hasyim
(KOPO). Untuk aspek keamanan, penulis menggunakan shapefile
kelerengan yang nantinya akan di tumpuk dengan hasil buffer
sungai dan SUTET. Sedangkan untuk aksesibilitas, akan digunakan
data-data jalan yang melewati lokasi tersebut untuk
menggambarkan jumlah jalur yang dapat masuk sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia.

5
1.4.3 Merge

Merge merupakan metode yang digunakan untuk


menggabungkan dua elemen yang berbeda. Output dari proses ini
adalah hasil data yang ingin digabungkan akan tetap saling terkait
dan tidak terpisahkan.

1.4.4. Digitasi Shapefile

Digitasi merupakan suatu metode untuk mengubah


informasi non spasial menjadi data geospasial. Menggunakan
metode ini penulis dapat menentukan dan membuat titik baru
berdasarkan data lokasi yang tersedia. Dalam konteks ini, penulis
membuat shapefile titik baru mengenai lokasi pembangunan
kembali RSKIA.

1.4.4 Attribute Query

Attribute Query merupakan suatu fitur yang dapat


digunakan untuk menyeleksi elemen-elemen tertentu yang ingin
digunakan. Dalam hal ini penulis menggunakan metode ini untuk
menyeleksi kecamatan di Kota Bandung untuk mendapatkan
shapefile Kecamatan Bojongloa Kidul saja.

1.5 Output yang diharapkan

Output dari laporan ini adalah berupa peta - peta wilayah Jalan
KH Wahid Hasyim (KOPO) yang dapat menggambarkan aspek
keamanan, cakupan, dan aksesibilitas terhadap lokasi tersebut. Sehingga
berdasarkan peta tersebut, dapat dilakukan evaluasi terhadap kesesuaian
dan ketepatan pemerintah kota dalam menentukan Jalan KH Wahid
Hasyim (KOPO) sebagai lokasi pembangunan kembali RSKIA Kota
Bandung.

6
7

Anda mungkin juga menyukai