Anda di halaman 1dari 19

RESUME

Sistem Informasi Jejaring Rujukan Expanding Maternal and Newborn


Survival (SIjariEMAS)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah Sistem Informasi Kesehatan

Disusun Oleh :
KURNAESIH 205401446184
MARTHA HARI SWASTIKA 205401446186

PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

Sistem Informasi Jejaring Rujukan Maternal dan Neonatal atau yang


dikenal dengan SIJARIEMAS adalah sebuah sistem informasi terpadu yang
dirancang khusus untuk mengoptimalkan proses pertukaran informasi dan
komunikasi rujukan gawatdarurat ibu dan bayi baru lahir. SIJARIEMAS bukanlah
sebuah sistem informasi pencatatan dan pelaporan semata namun lebih merupakan
sistem informasi dan komunikasi kegawatdaruratan dan persiapan
kegawatdaruratan yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan dan bayi
baru lahir. Dengan SIJARIEMAS maka komunikasi dan kolaborasi jejaring
rujukan dapat menjadi lebih efektive dan efisien dan data yang terkumpul dapat
digunakan untuk peningkatan kualitas rujukan baik disisi perujuk maupun tempat
tujuan rujukan. SIJARIEMAS khusus dikembangkan guna mendukung program
pemerintah Republik Indonesia dalam percepatan penurunan AKI (angka
kematian ibu) and AKB (angka kematian bayi) di tanah air sesuai dengan amanat
MGDs 4 dan 5.

Selama ini faktor keterlambatan yang dikenal sebagai 3 Terlambat


(terlambat deteksi dan mengambil keputusan, terlambat merujuk, terlambat
mendapat pertolongan oleh tenaga profesional) menjadi faktor penyebab kematian
ibu dan bayi baru lahir yang terkait dengan proses pengelolaan rujukan
kegawatdaruratan ibu dan bayi baru lahir. Hal tersebut diperkuat oleh laporan
world bank “And Then She Died”. Dalam laporan tersebut terdapat beberapa hal
yang menjadi tantangan dalam rujukan yaitu : 1) bidan terlambat untuk merujuk,
2) fasilitas penerima rujukan tidak siap baik dalam hal peralatan, ruang maupun
tenaga profesional, 3) ru- jukan yang berkali-kali, 4) pasien dirujuk tanpa
stabilisasi, dan lain-lain. Selain faktor 3T, dikenal juga faktor 4 terlalu (terlalu
muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak) yang meningkatkan resiko
kegawatdaruratan tersebut. Faktor terlambat dan terlalu tersebut dapat
diminimalisasi apabila terbangun sebuah mekanisme komunikasi, kolaborasi dan
pertukaran informasi dalam jejaring rujukan (masyarakat, pasien dan keluarga,
tenaga kesehatan perujuk serta fasilitas penerima rujukan). Dengan komunikasi
yang baik maka perujuk akan mendapatkan kepastian tempat tujuan rujukan
sehingga tidak terjadi rujukan yang berkali-kali, pihak rumah sakit akan siap baik
tenaga maupun peralatan untuk menerima rujukan, pasien yang dirujuk akan
mendapatkan tindakan stabilisasi yang sesuai dengan panduan dokter di rumah
sakit, dan lain-lain. Semua itu dapat dimungkinkan dengan dukungan
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.Saat ini perkembangan
teknologi informasi komunikasi sangat pesat khususnya pada teknologi
telekomunikasi bergerak. Berdasarkan atas laporan dari mobile- monday.com,
jumlah pengguna telepon bergerak di Indonesia tahun 2012 tercatat mencapai 220
juta pengguna (92% dari total populasi 240 juta jiwa). Mayoritas moda / fitur
telekomunikasi yang digunakan adalah SMS (Short Message Service) dan telepon.
Sedangkan penggunaan fitur aplikasi berbasis data (3G) masih terus berkembang
(29% dari total pengguna). Berdasarkan data- data tersebut, maka SIJARIEMAS
dikembangkan untuk menigkatkan efektivitas dan efisiensi sistem rujukan dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yang sudah dimiliki dan
digunakan sehari hari oleh para tenaga kesahatan maupun masyarakat Indonesia.

Rancang bangun SIJARIEMAS dikembangkan dengan mengacu pada pola


komunikasi yang sudah biasa dilakukan oleh tenaga kesehatan selama ini. Namun
dalam SIJARIEMAS informasi dan komunikasi tersebut ditatakelola
sedemikianrupa sehingga lebih terstruktur dan lebih terorganisir. Rancang bangun
tersebut dikembangkan bersama dengan Kementerian Kesehatan yang dipimpin
oleh Pusat Data dan Informasi (PUSDATIN) beserta dengan mitra baik dari Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kabupaten, Dinas Komunikasi dan Informatika serta
mitra lokal lainnya. Selama proses pengembangannya, sistem sudah diujicobakan
secara teknis untuk memastikan bahwa rancang bangun dan prototipe sistem
tersebut sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi dilapangan. Sistem
informasi tersebut telah diluncurkan di Kementrian Kesehatan pada bulan
Desember 2012 dan sejak itu telah diimplementasikan di sejumlah kabupaten di
tanah air.
Dengan memanfaatkan SIJARIEMAS maka proses rujukan maternal dan
neontal dapat dilakukan lebih cepat dan tepat sesuai dengan tingkat response
kegawatdaruratan dari seluruh pihak terkait.

BAB II

TINJAUAN TEORI
SIJARIEMAS merupakan sebuat alat /tool untuk meningkatkan komunikasi dan
koordinasi rujukan dalam sebuah jejaring rujukan. Agar SIJARIEMAS dapat
berfungsi dengan optimal maka diperlukan beberapa hal yang perlu untuk
diidentifikasi dan dirumuskan bersama sebagai berikut:

1. Alur Rujukan yang disepakati.


2. SPO yang disepakati baik secara sistem rujukan dan internal.
3. Pengorganisasian Sumber Daya.
4. Pengorganisasian teknis baik perangkat keras (hardware),
perangkat lunak (software), dan jaringan.
5. Biaya.
6. Strategi Keberlanjutan (Sustainibility).
7. Kegiatan.

A. Perumusan Alur Rujukan

Alur Rujukan yang disepakati merupakan nafas dari SIJARIEMAS.


SIJARIEMAS dirancang agar dapat fleksibel dalam mengakomodasi kondisi alur
jejaring yang mungkin berbeda-beda di masing- masing jaringan. Beberapa alur
rujukan antara lain:

1. Berdasarkan atas regionalisasi rujukan.

Dalam mekanisme ini, rujukan dikelola berdasarkan atas regionalisasi/ jarak


terdekat dari Perujuk ke fasilitas yang dapat memberikan stabilisasi dan
penanganan terlepas dari fungsi PONED dan PONEK. Sebagai contoh: Rujukan
dibagi menjadi beberapa wilayah Barat, Timur, Utara, Selatan dimana tiap-tiap
wilayah mempunyai tujuan rujukan prioritas utama, dan selanjutnya secara
berjenjang baik vertikal dan horizontal. Selain dari cakupan wilayah puskesmas
perujuk bisa juga berdasarkan individu perujuk.

2. Berdasarkan atas fungsi dan kewenangan.

Dalam mekasisme ini, alur informasi rujukan dikelola berdasarkan atas fungsi
dari fasilitas, seperti PONED, PONEK. Sebagai contoh: Informasi rujukan hanya
akan terdistribusi pada fasilitas yang sudah ditentukan baik PONED dan PONEK.
Pada umumnya mekanisme ini disesuaikan dengan regionaliasi.

3. Berdasarkan atas kasus rujukan.

Dalam mekanisme ini, alur informasi rujukan ditentukan berdasarkan atas


penegakan diagnosis kasus rujukan, tindakan pra rujuk dan advice dari RS.
Sebagai contoh untuk kasus yang pro SC, rujukan tidak perlu untuk singgah di
PONED ataupun RS yang tidak dapat melayani SC terlebih dahulu (apabila tidak
ada penyulit lainnya yang perlu distabilisasi). Informasi hanya akan terdistribusi
pada RS yang mampu SC saja.

4. Berdasarkan sistem yang terpusat.

Dalam mekanisme ini, alur informasi rujukan SIJARIEMAS akan


dikirimkan ke RS Pusat Rujukan ataupun Call Center SIJARIEMAS Kabupaten
untuk didistribusikan ke RS yang siap untuk melakukan penanganan. Sistem ini
dapat berjalan apabila ada penanggung jawab dan pengelola rujukan yang bersifat
24/7.

5. Kombinasi dari mekanisme alur di atas.

Alur informasi rujukan tersebut harus disepakati diawal oleh semua pemangku
kepentingan yang terdiri dari :

a. Dinas Kesehatan

b. Fasilitas Kesehatan terkait baik pemerintah maupun swasta

c. Pemangku kepentingan lainnya yang terkait

Penting sekali untuk memastikan bahwa alur rujukan tersebut sesuai


dengan alur rujukan yang sesungguhnya berjalan di kabupaten/kota tersebut. Alur
rujukan tersebut tentunya tidak hanya terdiri dari fasilitas kesehatan pemerintah
seperti RSUD dan Puskesmas namun juga fasilitas swasta seperti Rumah Sakit
Swasta, Klinik Swasta maupun Bidan Prakter Mandiri/Bidan praktek swasta.
Keterlibatan fasilitas swasta tersebut penting sekali karena kematian ibu dan bayi
baru lahir dapat saja terjadi disemua tempat tidak hanya dari puskesmas maupun
RSUD. Selain itu penentuan alur rujukan ini perlu juga untuk dilihat dari sudut
pandang pembiayaan sebagai contoh untuk pasien dengan jaminan pembiayaan
oleh pemerintah akan melalui alur berjenjang dan berdasarkan regionalisasi,
namun untuk pasien dengan pembiayaan pribadi dapat langsung menunjuk RS
pilihannya. Selain itu, penting juga dirumuskan dalam alur rujukan dan PK terkait
dengan berapa kuota pasien jaminan pembiayaan oleh pemerintah yang dapat
ditanggung oleh fasilitas kesehatan swasta tersebut. Dengan adanya kuota ini,
maka alur rujukan harus juga diatur dengan menimbang hal tersebut sehingga
SIJARIEMAS akan secara otomatis melewatkan prioritas rujukan ke prioritas
lanjutannya. Setelah disepakati maka alur tersebut harus dikukuhkan dalam
sebuah Perjanjian Kerjasama (PK) Jejaring (*Lihat panduan PK). Alur Rujukan
yang telah disepakati tersebut kemudian akan diinput kedalam fitur pengelolaan
prioritas alur rujukan dalam SIJARIEMAS. Dalam SIJARIEMAS, setiap alur
rujukan dapat diatur dengan sangat fleksibel sesuai kesepakatan, sebagai contoh
walau bidan A dan bidan B sama-sama berada dalam wilayah puskesmas A,
namun juga dimungkinkan bahwa bidan A prioritas rujukannya berbeda dengan
bidan B karena faktor jarak terdekat dengan fasilitas Rujukan.

Alur rujukan harus dicetak dan disosialisasikan kepada seluruh tenaga


kesehatan maupun fasilitas kesehatan di kabupaten/kota tersebut. Alur rujukan
yang dicetak juga harus dilengkapi dengan nomor akses gawat darurat untuk
masing-masing fasilitas kesehatan dan juga nomor akses SIJARIEMAS. Alur
rujukan beserta informasi penggunaan SIJARIEMAS harus ditempel di dinding
faskes dan dapat terlihat dengan cepat pada saat situasi gawat darurat.

B. Standar Prosedur Operasional (SPO)

Setelah Alur Rujukan disepakati dan dituangkan dalam Perjanjian


Kerjasama (PK) Jejaring rujukan maka diperlukan sebuah SPO sebagai acuan bagi
para petugas pelaksana. SPO tersebut terbagi menjadi 2 yaitu SPO yang mengatur
bagaimana proses rujukan dari perujuk sampai ke IGD Rumah Sakit Tujukan dan
SPO komunikasi kegawatdaruratan internal di fasilitas tempat rujukan.

SPO proses rujukan SIJARIEMAS berisi beberapa poin kunci antara lain:
1. Menjelaskan Pengertian Umum
2. Menjelaskan Tujuan
3. Alur Rujukan yang disepakati termasuk:
a. Tata cara rujukan
b. Format rujukan
c. Nomor akses
d. Standar waktu tanggap (Response time)
e. Pengorganisasian tanggung Jawab
f. Alternatif alur
g. Kuota jaminan pembiayaan oleh pemerintah
h. Prioritas rujukan
i. Rujukan dari fasilitas sekunder ke tersier.
j. Dan lain-lain
4. Unit terkait
5. Dokument terkait

Selain SPO yang berbentuk narasi, juga harus ada SPO yang berbentuk
alur atau diagram. SPO berbentuk alur ini harus dicetak dan didistribusikan dan di
tempelkan keseluruh unit yang memanfaatkan SIJARIEMAS baik di tingkat
perujuk maupun di tingkat penerima rujukan. Diagram tersebut wajib untuk
dicetak dan ditempelkan ditempat dimana SIJARIEMAS terpasang (Polindes,
Puskesmas, Klinis, tempat praktek, ruang IGD, ruang Maternal dan ruang
Perinatal, ruang Poli, ruang Administrasi) dan juga di lokasi perujuk bersama
dengan poster rujukan SIJARIEMAS. Hal ini dimaksudkan agar seluruh rujukan
dapat sesuai dengan SPO karena diingat dan dilaksanakan oleh seluruh pemangku
kepentingan terkait.

*) Contoh dari SPO dapat dilihat pada annex 1. SPO harus disesuaikan dengan
kondisi dan situasi sesuai kesepakatan lokal

Untuk SPO komunikasi Internal di RS, pada umumnya sudah ada


mekanisme yang berjalan ditingkat Rumah Sakit (RS) baik yang mengatur
bagaimana komunikasi internal antara bagian maupun komunikasi dengan dokter
spesialis maupun manajemen RS seperti bagian administrasi, bank darah, UTD,
dan lain-lain. SIJARIEMAS mengandalkan pada mekanisme internal RS yang
mungkin akan sangat bervariasi antar masing-masing RS. Namun demikian
penting untuk direview bersama dengan pihak rumah sakit dan dirumuskan dalam
bentuk diagram alur yang dapat dicetak dan ditempel di lokasi-lokasi terkait
seperti (ruang IGD, ruang Maternal dan ruang Perinatal, ruang Poli, ruang
Administrasi).

SPO yang disepakati perlu untuk disetujui oleh Kepala Dinas Kesehatan
maupun pimpinan masing-masing RS, Puskesmas dan Klinik baik milik
pemerintah maupun swasta.

C. Pengorganisasian Sumber Daya Ruangan

Berikut merupakan gambaran umum pengorganisasian sumber daya


ruangan di Rumah Sakit. *) tiap Rumah Sakit kemungkinan akan berbeda sesuai
dengan kesepakan SOP komunikasi rujukan internal Rumah Sakit.

Selain itu dibutuhkan juga hal-hal berikut di RS agar SIJARIEMAS dapat berjalan
dengan optimal:

• Penunjukan Team Penanggung Jawab Rujukan di IGD, Maternal & Perina.


• Penyepakatan SOP Sistem Komunikasi Rujukan di RS (Seluruh Unit Terkait).
• Penyepakatan SOP dan Mekanisme pemuktahiran data sarana prasarana

Sistem Rujukan.

• Sosialisasi dan Orientasi Berkelanjutan.


• Dukungan dari Unit IGD, Management RS maupun dari Dokter dan Specialis.
• Monitoring dan Evaluasi Rutin.

D. Pengorganisasian Sumber Daya Manusia

Agar SIJARIEMAS dapat berjalan sesuai dengan harapan maka


diperlukan pengorganisasian tenaga pelaksana di tingkat perujuk, tujuan rujukan
maupun dinas kesehatan sebagai penanggung jawab kesehatan wilayah sebagai
berikut:
Berdasarkan alur komunikasi

Tingkat Perujuk

1. Puskesmas
a. Bidan Desa
b. Bidan Puskesmas
c.Dokter Puskesmas
d. Kepala Puskesmas
2. Klinik Swasta
3. Bidan Praktik Swasta
4. Dokter praktik swasta
Tingkat Penerima Rujukan Rumah Sakit

1. IGD Umum/IGD Maternal dan Neonatal


2. Ruang Kebidanan
3. Ruang Perinatology
4. Poly Kebidanan
5. Dokter Jaga
6. Dokter Spesialis Obgyn
7. Dokter Spesialis Anak

Tingkat Pengawas

1. Petugas Penanggung Jawab Rujukan


2. Petugas Call Center SIJARIEMAS
3. Tenaga Admin Pengelola Konten
4. Bidang YanMed/Kesga Dinas Kesehatan
5. Bidang YanMed RS

Agar tiap-tiap individu yang terlibat paham dengan tugas dan tanggung
jawabnya maka pengorganisasi sumber data manusia tersebut harus dikuatkan
oleh sebuah surat keputusan (SK) dari Kepala Dinas, Direktur RS serta pimpinan
fasilitas terkait. Sebagai contoh Direktur Rumah Sakit menerbitkan surat
keputusan penunjukan staff penanggung jawab rujukan SIJARIEMAS untuk
ruang IGD, Ruang Kebidanan, dll. Hal ini penting untuk menghindari rujukan
tidak direspon secara cepat karena saling melemparkan tanggung jawab. Idealnya
adalah seluruh Bidan, perawat harus mampu mengoperasikan dan paham terhadap
SOP Kegawatdaruratan SIJARIEMAS.

E. Pengorganisasian Teknis Kebutuhan Perangkat Keras (Hardware)


Agar SIJARIEMAS dapat diimplementasikan dengan baik maka
dibutuhkan dukungan hardware yang sesuai. Kebutuhan hardware disesuaikan
dengan kondisi dan kemampuan masing-masing kabupaten. Sebagai contoh,
kabupaten yang mempunyai kemampuan lebih dapat mengimplementasikan Call
Center terintegrasi dengan SIJARIEMAS. Dengan Call Center ini maka proses
rujukan akan lebih termonitor dan dipastikan bahwa semua rujukan akan
mendapatkan tempat di RS Jejaring ataupun dapat juga dilakukan koordinasi
dengan RS diluar Jejaring. Namun demikian mungkin juga tidak semua kabupaten
mampu mengalokasikan sumber daya tersebut, maka cukup dapat
mengimplentasikan SIJARIEMAS dengan Call Center Manual di tiap-tiap RS.
Kebutuhan hardware juga dapat disesuaikan dengan hardware yang sudah eksis
di RS maupun Kabupaten tersebut. Jadi pilihannya sangat fleksibel sesuai kondisi
lokal. Berikut dijabarkan beberapa opsi pemilihan skema hardware dan topologi
jaringan sebagai gambaran umum:

1. Skema Optimal
Call Center Terintegrasi, SIJARIEMAS 5 Titik di RS, SIJARIEMAS di Dinkes,
SIJARIEMAS di Poned

2. Skema Standar (Opsi host di kabupaten/prov, host di nasional dan host di RS)
Call Center Manual RS, SIJARIEMAS 4 Titik di RS, SIJARIEMAS di Dinkes
3. Skema Minimum
Call Center Manual RS, SIJARIEMAS 1 Titik di RS
BAB III

BENTUK APLIKASI

Untuk mengirimkan rujukan, bidan cukup mengirimkan SMS singkat


seperti di bawah ini:

Format SMS :

R#[Kode RS]#[Nama Pasien]#[Umur]#[Nama


Suami]#[Asuransi]#[Gol
Darah]#[Transport]#[Diagnosis] #[Tindakan Pra
Rujukan]

Atau

R#[Kode RS]#[Nama Pasien],[Umur],[Nama


Suami],[Asuransi],[Gol Darah],[Transport],
[Diagnosis], [Tindakan Pra Rujukan]

Atau

R# [Nama Pasien],[Umur],[Nama Suami],


[Asuransi],

[Gol Darah],[Transport],[Diagnosis],[Tindakan Pra


Rujukan] Nb:

*) Kode RS = Kode Rumah Sakit Tujukan apabila


diketahui atau cukup diketik “0” atau dikosongkan
untuk mengikuti alur rujukan yang sudah
ditetapkan Dinas Kesehatan

*) Sangat penting mengisi diagnosis dan tindakan pra rujukan selengkap-lengkapnya


namun tetap dalam format singkat.

*) Format SMS kosong dapat disimpan dalam template untuk kemudian diisi.

Setelah itu bidan akan mendapakan konfirmasi rujukan dari rumah sakit

Balasan otomatis konfirmasi rujukan sudah diterima di sisi Rumah Sakit. Waktu
ambang batas response time ditentukan oleh masing-masing Dinas Kesehatan
berserta seluruh stakeholder-nya serta disepakati dalam SOP Komunikasi
Rujukan.

Lamanya waktu bervariasi sesuai tingkat kesanggupan dan mekanisme SOP


internal Rumah Sakit. ID rujukan adalah ID uniqe tiap-tiap kasus rujukan.

Setelah Rumah Sakit melakukan komunikasi secara internal termasuk konsul ke


Dokter Jaga/Doker OBGYN maka RS memberikan Jawaban. Bidan perujukan
akan mendapatkan konfirmasi RS yang siap menerima rujukan serta saran
tindakan stabilisasi.

Ketik : KR#[No ID Rujukan]

Format detail dari keyword dan bagaimana pengoperasian SIJARIEMAS lainnya


dapat dilihat di panduan teknis penggunaan SIJARIEMAS, Video Pemantapan
Puskesmas (SIJARIEMAS) serta buku saku SIJARIEMAS.

Selain menggunakan media SMS, Bidan perujuk dapat juga melakukan panggilan
telepon ke Nomor Gawat Darurat Rumah Sakit Jejaring Rujukan atau Call Center
Gawat Darurat SIJARIEMAS. Terdapat 2 model call center SIJAREMAS:

1. Call Center Gawat Darurat Jejaring Rujukan Terpusat


Call Center ini dikembangkan dan dikelola di tingkat Dinas Kesehatan dan
mengelola rujukan dari seluruh wilayah kabupaten/kota. Nomor yang digunakan
terpusat dan dikawal oleh tenaga operator yang telah dilatih dan ditunjuk. Call
Center ini bersifat 24/7.

2. Call Center Gawat Darurat Rumah Sakit


Di tiap-tiap RS wajib mempunyai 1 buah nomor akses gawat darurat yang terpisah
dari nomor hunting Rumah Sakit. Nomor gawat darurat ini dapat berupa nomor
handphone khusus yang hanya boleh digunakan untuk tanggap gawat darurat saja
dan selalu ada di unit gawat darurat atau ruang kebidanan.

Nomor akses call center gawat darurat tiap-tiap kabupaten ataupun RS Jejaring
dapat dilihat di website jejaring rujukan SIJARIEMAS kabupaten yang
bersangkutan.

Mengingat saat ini perkembangan Internet di Indonesia khususnya mobile internet


sangat pesat serta semakin terjangkaunya smartphone berbasis Android maka
SIJARIEMAS diperkuat juga oleh aplikasi mobile SIJARIEMAS. Untuk
mempermudah dalam mengirimkan informasi rujukan ataupun memantau rujukan,
maka pengguna SIJARIEMAS dapat mengunduh aplikasi mobile SIJARIEMAS
berbasis Android yang dapat diunduh secara gratis di Google Play.
Secara umum aplikasi ini memiliki Fitur antara lain:

1.Management Rujukan
2.Management Klinik
3.Pusat Pembelajaran
4.Audit Maternal Perinatal
5.Direktori
6.Peta Jejaring
7.Komunikasi
Target pengguna aplikasi mobile ini adalah:

1.Bidan/Dokter/Perawat Perujuk
2.Manajemen Puskesmas (Bidkor, Kapus)
3.Penerima Rujukan Unit IGD, Maternal, Perinatology, Poly RS
4.Manajemen RS (Bidkor, Karu, Direksi)
5.Dokter Spesialis
6.Dinas Kesehatan
7.Ibu
8.Mahasiswa Kebidanan, Perawat, Kedokteran
9.Stakeholder terkait lainnya

F. Promosi dan Sosialisasi

Untuk mengakselerasi penurunan AKI dan AKB, maka diperlukan


pendekatan dan sosialisasi secara menyeluruh ke seluruh stakeholder terkait
khususnya para tenaga kesehatan perujuk dan penerima rujukan. Beberapa bentuk
kegiatan untuk mempromosikan penguatan jejaring rujukan melalui
SIJARIEMAS adalah sebagai berikut:

1. Dikaitkan dengan program promosi Promkes Dinas Kesehatan, Pemerintah


Kabupaten, dan SKPD lainnya termasuk Rumah Sakit.
2. Melalui media promosi SIJARIEMAS Kartu Nama gawat darurat, poster, stiker,
buku KIA.
3. Melalui media elektronik seperti radio, koran daerah, dll.
4. Melalui Forum Masyarakat untuk mengkoordinir umpan balik dari masyarakat
5. Melalui MKIA kepada para bumil dan masyarakat dampingan
6. Melalui Tenaga Kesehatan di lini depan seperti bidan desa, bidan koordinasi,
bidan praktek swasta
7. .Melalui aparat pemerintah dimasyarakat.

G. Security & Sistem Keamanan

SIJARIEMAS dikembangkan berdasarkan kaedah – kaedah yang berlaku


tentang pengambangan sistem informasi yang baik dan benar sesuai dengan
SDLC (Software development life cyle). Dalam pengembangannya telah
dilakukan beberapa revisi baik dalam hal untuk menambahkan atau
menyempurnakan fitur maupun alur pemograman, peningkatan kualitas tampilan
dan user interface maupun meningkatkan relibilitas dan keamanan dari sistem.
Pemanfaatan open source dalam pengembangannya diharapkan dapat memberikan
fleksibilitas ke depan termasuk membangun komunitas pengembang open source
untuk terus mengembangkan SIJARIEMAS menjadi sebuah fitur sistem yang
lebih baik kedepannya. Untuk menjamin keamanan data, SIJARIEMAS
menerapkan standar keamanan antara lain:

1. MD5 encryption security


2. Session
3. User group and User Login
4. MySQL security hardenen
5. Apache security hardenen
6. Close group users
7. SPO terkait keamanan
H. Monitoring dan Evaluasi

Untuk menjamin tercapainya pelaksanaan implementasi SIJARIEMAS


sesuai dengan rencana, maka diperlukan kegiatan untuk melakukan monitoring
dan evaluasi untuk dapat memantau dan mengevaluasi proses persiapan,
pelaksanaan dan mengidentifikasi kendala-kendala yang mungkin terjadi dalam
implementasi program. Monitoring dan Evaluasi SIJARIEMAS dibagi menjadi 2
jenis yaitu

1) Monitoring evaluasi yang bersifat teknis sistem

2) Monitoring evaluasi yang bersifat implementasi program.

Monitoring dan evaluasi yang bersifat teknis sistem dilakukan secara rutin
dan terus menerus mengikuti siklus pengembangan software dan implementasi
SIJARIEMAS oleh tim Teknis Dinas Kesehatan bekerja sama dengan Tim
Teknis. Hasil dari proses monitoring ini akan digunakan untuk perbaikan teknis
software, hardware dan jaringan SIJARIEMAS. Proses monitoring dilakukan
dengan membandingkan kinerja sistem dengan gambaran ideal arsitektur sistem.
Hal ini dapat dilakukan dengan observasi pemanfaatan SIJARIEMAS berikut log
teknis sistem, buku catatan teknis di RS dan wawancara dengan pengguna kunci
seperti bidan perujuk dan bidan RS. Secara rutin tiap bulan atau 3 bulanan hasil
dan tantangan teknis tersebut dibahas dalam pertemuan rutin yang melibatkan
tidak hanya sisi teknis namun juga sisi kebijakan. Keterlibatan sisi kebijakan perlu
untuk mengatasi masalah diluar teknis namun terkait erat seperti penempatan unit
komputer, pemasangan jaringan baru, dan lain-lain.

Selain dengan monitoring dan evaluasi yang bersifat teknis sistem, juga
sangat diperlukan monitoring dan evaluasi implementasi program. Monitoring dan
evaluasi akan mengumpulkan data SIJARIEMAS seperti: 1) Jumlah Rujukan
Gawat Darurat, 2) Waktu Tanggap (Response time), 3) kasus rujukan , 4)
diagnosis rujukan versus tindakan pra rujuk versus advis, dan lain-lain. Selain dari
data SIJARIEMAS juga diperlukan masukan dari bidan, dokter, Dinas Kesehatan
serta mitra lainnya melalui observasi, kuisioner, dan wawancara. Hasil monitoring
dan evaluasi selanjutnya akan dibahas dalam rapat rutin yang terdiri dari Dinas
Kesehatan, Manajemen Rumah Sakit Jejaring, Kepala Puskesmas serta mitra
swasta dan organisasi profesional. Hasil RTL tersebut digunakan sebagai masukan
(feed-back) untuk implementasi program/aktivitas berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai