Tugas MetPen P5 - Siti Aisah - 191FK01122
Tugas MetPen P5 - Siti Aisah - 191FK01122
SITI AISAH
191FK01122
2C
A. Pengertian
Urolithiasis berasal dari bahasa Yunani Ouron, “urin” dan Lithos,
“batu” (Ram, Moteriya and Chanda, 2015).Urolithiasis secara umum
mencakup nefrolithiasis (batu ginjal), ureterolithiasis (batu ureter) dan
cystolithiasis (batu kandung kemih) (Panigrahi, Dey and Jena, 2016).
Batu saluran kemih (BSK) atau urolithiasis adalah pembentukan
batu (kalkuli) di saluran kemih, paling sering terbentuk di pelvis atau
kaliks (widiarti,dkk.2008). menurut dongoes,dkk batu ginjal kalkulus
adalah bentuk deposit mineral, paling umum oksalat Ca2+, namun asa urat
dan Kristal lain juga pembentuk batu. Meskipun kalkulus ginjal dapat
terbentuk di mana saja dari saluran perkemihan, batu ini paling umum di
temukan pada pelvis dan kaliks ginjal. Batu ginjal dapat tetap asimtomatik
sampai keluar ke dalam ureter dan atu aliran urin terhambat.
B. Etiologi
Secara epidemiologis terdapat beberapa beberapa faktor yang
mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor itu
meliputi faktor intrinsik, yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang
dan faktor ekstrinsik, yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di
sekitarnya (Purnomo, 2011).
1. Faktor intrinsik itu antara lain adalah :
Herediter (keturunan) : Penyakit ini diduga diturunkan dari
orangtuanya,
Umur : Pada umumnya batu terbentuk pada yang orang orang yang
lebih tua (Daudon et al., 2004). Dimana penyakit Batu Saluran
Kemih S masih tetap jarang terjadi pada anak-anak (Rizvi et
al.,2002),
Jenis kelamin: Ada penelitian yang mengatakan bahwa prevalensi
terjadinya Batu Saluran Kemih pada wanita dan pria adalah sama
tapi ada juga penelitian yang mengatakan bahwa pada pria resiko
nya lebih besar (Cameron MA, Sakhaee K, 2011).
2. Faktor ekstrinsik di antaranya adalah :
Geografi : Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu
saluran kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain sehingga
dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu), sedangkan daerah
Bantu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu
saluran kemih (Purnomo, 2011),
Iklim dan temperatur : Ada beberapa penulis yang mengemukakan
bahwa ada dampak perubahan iklim terhadap penyakit BSK (Chen
et al., 2008),
Asupan air : Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral
kalsium pada air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden
batu saluran kemih (Purnomo, 2011).
C. Tanda dan Gejala
Urolithiasis dapat menimbulkan berbagai gejala tergantung pada
letak batu, tingkat infeksi dan ada tidaknya obstruksi saluran kemih
(Brooker, 2009). Ketika batu menghambat aliran urine, terjadi obstruksi,
menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal
serta ureter proksimal. Infeksi (pielonefritis dan sistisis yang di sertai
menggigil, demam, dan disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang terus
menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan sedikit gejala, sedangkan
yang lain menyebabkan nyeri yang luar biasa dan ketidaknyamanan
(Zmeltzer dan Bare, 2013 )
Beberapa tanda dan gejala yang dapat muncul pada urolithiasis,
yaitu :
1) Nyeri
Nyeri pada ginjal dapat menimbulkan dua jenis nyeri yaitu nyeri
kronik dan nyeri non kolik. Nyeri kolik terjadi karena adanya stagnansi
batu pada saluran kemih sehingga terjadi resistensi dan iritabilisasi
pada jaringan sekitar (Brooker,2009). Nyeri kolik juga karena adanya
aktivitas peristaltic otot polos system kalises ataupun ureter meningkat
dalam usaha untuk mengeluarkan batu pada saluran kemih.
Peningkatan peristaltic itu menyebabkan tekanan intraluminalnya
meningkat sehingga terjadi peregangan pada terminal saraf yang
memberikan sensasi nyeri (Purnomo, 2012).
2) Gangguan Mikasi
Pada pasien nefrolithiasis, obstruksi saluran kemih terjadi di ginjal
sehingga urine yang masuk ke vesika urinary mengalami penurunan.
Sedangkan pada pasien uretrolithiasis, obstruksi urin eterjadi di saluran
paling akhir sehingga kekuatan untuk mengeluarkan urine ada namun
hambatan pada saluran menyebabkan urin stagnansi (Brooker,2009).
3) Hematuria
Batu yang terperangkap di dalam ureter (klonik ureter) sering
mengalami desakan berkemih, tetapi hanya sedikit urine yang keluar.
Keadaan ini akan menimbulkan gesekan yang di sebabkan oleh batu
sehingga urine yang di keluarkan bercampur dengan darah (hematuria)
(Brunner & suddart, 2015).
4) Mual dan muntah
Kondisi ini merupakan efek samping dari kondisi ketidaknyamanan
pada pasien karena nyeri yang sangat hebat sehingga pasien
mengalami stress yang tinggi dan memacu sekresi HCLI pada lambung
(Brooker, 2009). Selain itu, hal ini juga dapat di sebankan karena
adanya stimulasi dari celiac plexus, namun gejala gastrointestinal
biasanya tidak ada (Portis & Sundaram,2001).
5) Demam
Demam terjadi karena adanya kuman yang menyebar ke tempat
lain. Tanda demam di sertai dengan hipotensi, palpitasi,vasodilatasi
pembuluh darah di kulit merupakan tanda terjadinya urosepsis.
Urosepsis merupakan kedaruratan di bidang urologi dalam hal ini
harus secepatnya ditentutakn letak kelainan anatomic pada saluran
kemih yang mendasari timbulnya urosepsis dan di lakukan terapi
berupa drainase dan pemberian antibiotic (purnomo,2012)
6) Distensi vesika urinaria
Akumulasi urin yang tinggi melebihi kemampuan vesika urinaria
akan menyebabkan vasodilatasi maksimal pada vesika. Oleh karena
itu, akan teraba bendungan (distensi) pada waktu di lakukan palpasi
pada region vesika (Brooker,2009).
D. Patofisiologi
Banyak faktor menyebabkan berkurangnya aliran urin dan
menyebabkan obstruksi, salah satunya adalah statis urine dan menurunnya
volume urin akibat dehidrasi serta ketidakadekuatan intake cairan, hal ini
dapat meningkatkan resiko terjadinya urolithiasis, rendahnya aliran urin
adalah gejala abnormal yang umum terjadi (Colella, et al., 2005), selain
itu, berbagai kondisi pemicu terjadinya urolithiasis seperti komposisi batu
yang beragam menjadi faktor utama bekal identifikasi penyebab
urolithiasis. Batu yang terbentuk dari ginjal dan berjalan menuju ureter
paling mungkin tersangkut pada satu dari lokasi berikut, yaitu sambungan
uroteropelvik, titik ureter menyilang disebut batu staghorn. pembuluh
darah iliaka, dan sambungan ureterovesika keputusan untuk tindakan
pengangkatan batu. Batu yang masuk pada pelvis akan membentuk pola
koligentes yang di sebut staghorn.
E. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien batu
saluran kemih adalah (American Urological Association, 2005) :
1. Urinalisa
2. Laboratorium
a. Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau
polisitemia.
b. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. PTH
merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi
serum dan kalsium urine.
4. Endoskopi ginjal
Menentukan pelvis ginjal, dan untuk mengeluarkan batu yang
kecil.
5. USG Ginjal
Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.
6. EKG (Elektrokardiografi)
Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.
7. Foto Rontgen
Menunjukan adanya batu didalam kandung kemih yang abnormal,
menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area ginjal
dan sepanjang ureter.
Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dan pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien. Oleh karena itu pengkajian yang akurat, lengkap, sesuai
dengan kenyataan, kebenaran data sangat penting dalam merumuskan
suatu diagnosa keperawatan dan memberikan pelayanan keperawatan
sesuai dengan respon individu (Nursalam, 2009 : 26).
Berikut ini adalah pengkajian pada klien dengan batu ginjal :
a. Pengumpulan data
1. Identitas
Data klien, mencakup : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
agama, pekerjaan, suku bangsa, status perkawinan, alamat,
diagnosa medis, No RM, tanggal masuk, tanggal pengkajian, dan
ruangan tempat klien dirawat.
a) Keluhan Utama
Alasan spesifik untuk kunjungan klien ke klinik atau rumah
sakit. Biasa klien dengan batu ginjal mengeluhkan adanya nyeri
padang pinggang.
b) Riwayat Kesehatan
Sekarang Merupakan pengembangan dari keluhan utama
dan data yang menyertai dengan menggunakan pendekatan
PQRST, yaitu :
P: Paliatif / Propokative: Pada klien dengan batu ginjal biasanya
klien mengeluh nyeri pada bagian pinggang dan menjalar
kesaluran kemih.
Q: Qualitas: Pada klien dengan batu ginjal biasanya nyeri yang
di rasakan seperti menusuk - nusuk.
R: Region : Pada klien dengan batu ginjal biasanya nyeri
dirasakan pada daerah pinggang.
S: Severity : Derajat keganasan atau intensitas dari keluhan
tersebut. Skala nyeri biasanya 7.
Time : Keluhan nyeri pada klien dengan batu ginjal biasanya
dirasakan kadang-kadang.
a) Pola Nutrisi
b) Pola Eliminasi
Dikaji mengenai pola BAK dan BAB klien. Pada klien dengan
batu ginjal biasanya BAK sedikit karena adanya penyumbatan,
obstruksi sebelumnya (kalkulus). Penurunan haluaran urine,
kandung kemih penuh. Rasa terbakar, dorongan berkemih, diare.
4. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
1) Rambut Pada klien dengan batu ginjal biasanya pemeriksaan
pada rambut akan terlihat sedikit berminyak karena klien
belum mampu mencuci rambut karena keterbatasan gerak
klien.
2) Mata Pada klien dengan batu ginjal pada pemeriksaan mata,
penglihatan klien baik, mata simetris kiri dan kanan, sklera
tidak ikterik.
3) Telinga Pada klien dengan batu ginjal tidak ada gangguan
pendengaran, tidak adanya serumen, telinga klien simetris,
dan klien tidak merasa nyeri ketika di palpasi.
4) Hidung Klien dengan batu ginjal biasanya pemeriksaan
hidung simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada
pembengkakan.
5) Mulut Klien dengan batu ginjal kebersihan mulut baik,
mukosa bibir kering.
b) Leher Klien dengan batu ginjal tidak ada pembengkakan
kelenjer tiroid
c) Thorak
1) Paru-paru
Inspeksi :Klien dengan batu ginjal dadanya simetris kiri
kanan.
Palpasi : Pada klien dengan batu ginjal saat dilakuan palpasi
tidak teraba massa.
Perkusi : Pada klien dengan batu ginjal saat diperkusi di atas
lapang paru bunyinya normal.
Auskultasi : klien dengan batu ginjal suara nafasnya normal.
2) Jantung
Inspeksi :Klien dengan batu ginjal ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi :Klien dengan batu ginjal ictus cordis tidak teraba.
Perkusi :Suara jantung dengan kasus batu ginjal berbunyi
normal.
Auskultasi :Reguler, apakah ada bunyi tambahan atau tidak.
d) Abdomen
Inspeksi :Klien dengan batu ginjal abdomen tidak membesar
atau menonjol, tidak terdapat luka operasi tertutup perban, dan
terdapat streatmarc
Auskultasi :Peristaltik normal.
Palpasi :Klien dengan batu ginjal tidak ada nyeri tekan.
Perkusi :Klien dengan batu ginjal suara abdomen nya normal
(Timpani).
e) Ekstermitas
Klien dengan batu ginjal biasanya ekstremitasnya dalam
keadaan normal.
f) Genitalia
Pada klien dengan batu ginjal klien tidak ada mengalami
gangguan pada genitalia.
5. Data Psikologis
Konsep diri terdiri atas lima komponen yaitu :
a) Citra tubuh
Sikap ini mencakup persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian
tubuh yang disukai dan tidak disukai.
b) Ideal diri
Persepsi klien terhadap tubuh, posisi, status, tugas, peran,
lingkungan dan terhadap penyakitnya.
c) Harga diri
Penilaian/penghargaan orang lain, hubungan klien dengan orang
lain.
d) Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum dirawat dan kepuasan klien
terhadap status dan posisinya.
e) Peran
Seperangkat perilaku/tugas yang dilakukan dalam keluarga dan
kemampuan klien dalam melaksanakan tugas.
7. Stresor
Setiap faktor yang menentukan stress atau menganggu
keseimbangan. Seseorang yang mempunyai stresor akan
mempersulit dalam proses suatu penyembuhan penyakit.
8. Koping Mekanisme
Suatu cara bagaimana seseorang untuk mengurangi atau
menghilangkan stres yang dihadapi.
Intervensi
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL (NOC)
1. Nyeri akut berhubungan dengan NOC : Pain management
agen cidera fisik 1. Pain level. 1. Lakukan pengkajian
2. Pain control. nyeri secara
3. Comfort level komprehensif termasuk
lokasi, karateristik,
Kriteria Hasil : durasi, frekuensi, dan
1. Mampu mengontrol kualitas.
nyeri ( tahu penyebab
nyeri,mampu 2. Observasi reaksi non
menggunakan teknik non verbal dari
farmakologi untuk ketidaknyamanan.
mengurangi nyeri).
3. Gunakan teknik
2. Melaporkan bahwa nyeri komunikasi terapeutik
berkurang dengan untuk mengetahui
menggunakan manajemen pengalaman nyeri
nyeri. pasien.
7. Tingkatkan istirahat.
8. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri.
Analgesic
administration
1. Tentukan lokasi,
karateristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat.
4. Tentukan analgesik
tergantung tipe dan
beratnya nyeri.
5. Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal.
7. Berikan analgetik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat.
2. Ketidak seimbangan nutrisi NOC : Nutrition management
kurang dari kebutuhan tubuh Nutritional status : 1. Kaji adanya alergi
berhungan dengan mual, 1. Nutritioanal status : food makan .
muntah dari efek sekunder and fluid inatake.
nyeri. 2. Kolaborasi dengan
2. Nutritional status : ahli gizi untuk
nutrient intake. menentukan jumlah
3. Weight control . kalori dan nutrisi yang
Kriteria Hasil : dibutuhkan pasien.
1. Adanya peningkatan
berat badan sesuai dengan 3. Anjurkan pasien
tujuan . untuk meningkatkan
2. Berat badan ideal sesuai intake.
dengan tinggi badan .
3. Mampu mengidentifikasi 4. Anjurkan pasien
kebutuahan nutrisi . untuk meningkatkan
4. Tidak ada tanda-tanda protein dan vitamin
malnutrisi. C.
5. Menunjukkan
peningkatan fugsi 5. Berikan subtansi
pengecapan dari menelan. gula.
6. Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti 6. Yakinkan diet yang
dimakan
mengandung tinggi
serat untuk
mencegah konstipasi.
7. Berikan makanan
yang dipilih (sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi ).
8. Ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makan
harian.
Nutrition monitoring
2. Monitir adanya
penurunan berat badan.
Ajarkan diet
11. Mendiskripsikan
1. Kaji pengetahuan
tindakan pencegahan untuk
klien tentang diet yang
mencegah komplikasi.
dianjurkan
3. Informasikan berapa
lama diet harus di ikuti
5. Observasi pilihan
makanan klien sesuai
dengan diet yang
dianjurkan
6. Konsultasi gizi.
7. Libatkan keluarga
4. Defisit perawatan diri b.d setelah dilakukan tindakan
kelemahan dan kelelahan keperawatan selama 2x24 1. Monitor kemampuan
jam di harapkan klien bisa klien untuk perawatan
melakukan perawatan diri diri yang mandiri.
mandi
Kriteria hasil : 2. Dampingi dan bantuan
1. Klien mengatakan rasa sampai klien mampu
nyaman dan segar setelah secara utuh untuk
mandi. melakukan aktivitas
2. Klien mampu perawatan diri mandi
melakukan aktivitas secara mandiri.
perawatan diri mandi
secara mandiri 3. Kaji tanda vital klien
setelah melakukan
latihan tersebut.
5. Bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien
lain.
6. Batasi pengunjung
bila perlu.