Anda di halaman 1dari 24

METODOLOGI PENELITIAN

Resume Jurnal KTI ( ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT


DARURAT PADA TN.S L DENGAN DIGNOSA MEDIS BATU
SALURAN KEMIH DI RUANG INSTLANSI GAWAT
DARURAT RUMAH SAKIT UMUM PROF.DR. W.Z
YOHANNES KUPANG)

Dibuat untuk salah satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian


Dosen Pengampu: Anri. S.Kep.,Ners., M.Kep

SITI AISAH
191FK01122
2C

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


BHAKTI KENCANA UNIVERSITY
2021
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA TN.S L DENGAN
DIGNOSA MEDIS BATU SALURAN KEMIH DI RUANG INSTLANSI
GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT UMUM PROF.DR. W.Z
YOHANNES KUPANG

A. Pengertian
Urolithiasis berasal dari bahasa Yunani Ouron, “urin” dan Lithos,
“batu” (Ram, Moteriya and Chanda, 2015).Urolithiasis secara umum
mencakup nefrolithiasis (batu ginjal), ureterolithiasis (batu ureter) dan
cystolithiasis (batu kandung kemih) (Panigrahi, Dey and Jena, 2016).
Batu saluran kemih (BSK) atau urolithiasis adalah pembentukan
batu (kalkuli) di saluran kemih, paling sering terbentuk di pelvis atau
kaliks (widiarti,dkk.2008). menurut dongoes,dkk batu ginjal kalkulus
adalah bentuk deposit mineral, paling umum oksalat Ca2+, namun asa urat
dan Kristal lain juga pembentuk batu. Meskipun kalkulus ginjal dapat
terbentuk di mana saja dari saluran perkemihan, batu ini paling umum di
temukan pada pelvis dan kaliks ginjal. Batu ginjal dapat tetap asimtomatik
sampai keluar ke dalam ureter dan atu aliran urin terhambat.
B. Etiologi
Secara epidemiologis terdapat beberapa beberapa faktor yang
mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor itu
meliputi faktor intrinsik, yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang
dan faktor ekstrinsik, yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di
sekitarnya (Purnomo, 2011).
1. Faktor intrinsik itu antara lain adalah :
 Herediter (keturunan) : Penyakit ini diduga diturunkan dari
orangtuanya,
 Umur : Pada umumnya batu terbentuk pada yang orang orang yang
lebih tua (Daudon et al., 2004). Dimana penyakit Batu Saluran
Kemih S masih tetap jarang terjadi pada anak-anak (Rizvi et
al.,2002),
 Jenis kelamin: Ada penelitian yang mengatakan bahwa prevalensi
terjadinya Batu Saluran Kemih pada wanita dan pria adalah sama
tapi ada juga penelitian yang mengatakan bahwa pada pria resiko
nya lebih besar (Cameron MA, Sakhaee K, 2011).
2. Faktor ekstrinsik di antaranya adalah :
 Geografi : Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu
saluran kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain sehingga
dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu), sedangkan daerah
Bantu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu
saluran kemih (Purnomo, 2011),
 Iklim dan temperatur : Ada beberapa penulis yang mengemukakan
bahwa ada dampak perubahan iklim terhadap penyakit BSK (Chen
et al., 2008),
 Asupan air : Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral
kalsium pada air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden
batu saluran kemih (Purnomo, 2011).
C. Tanda dan Gejala
Urolithiasis dapat menimbulkan berbagai gejala tergantung pada
letak batu, tingkat infeksi dan ada tidaknya obstruksi saluran kemih
(Brooker, 2009). Ketika batu menghambat aliran urine, terjadi obstruksi,
menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal
serta ureter proksimal. Infeksi (pielonefritis dan sistisis yang di sertai
menggigil, demam, dan disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang terus
menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan sedikit gejala, sedangkan
yang lain menyebabkan nyeri yang luar biasa dan ketidaknyamanan
(Zmeltzer dan Bare, 2013 )
Beberapa tanda dan gejala yang dapat muncul pada urolithiasis,
yaitu :
1) Nyeri
Nyeri pada ginjal dapat menimbulkan dua jenis nyeri yaitu nyeri
kronik dan nyeri non kolik. Nyeri kolik terjadi karena adanya stagnansi
batu pada saluran kemih sehingga terjadi resistensi dan iritabilisasi
pada jaringan sekitar (Brooker,2009). Nyeri kolik juga karena adanya
aktivitas peristaltic otot polos system kalises ataupun ureter meningkat
dalam usaha untuk mengeluarkan batu pada saluran kemih.
Peningkatan peristaltic itu menyebabkan tekanan intraluminalnya
meningkat sehingga terjadi peregangan pada terminal saraf yang
memberikan sensasi nyeri (Purnomo, 2012).
2) Gangguan Mikasi
Pada pasien nefrolithiasis, obstruksi saluran kemih terjadi di ginjal
sehingga urine yang masuk ke vesika urinary mengalami penurunan.
Sedangkan pada pasien uretrolithiasis, obstruksi urin eterjadi di saluran
paling akhir sehingga kekuatan untuk mengeluarkan urine ada namun
hambatan pada saluran menyebabkan urin stagnansi (Brooker,2009).
3) Hematuria
Batu yang terperangkap di dalam ureter (klonik ureter) sering
mengalami desakan berkemih, tetapi hanya sedikit urine yang keluar.
Keadaan ini akan menimbulkan gesekan yang di sebabkan oleh batu
sehingga urine yang di keluarkan bercampur dengan darah (hematuria)
(Brunner & suddart, 2015).
4) Mual dan muntah
Kondisi ini merupakan efek samping dari kondisi ketidaknyamanan
pada pasien karena nyeri yang sangat hebat sehingga pasien
mengalami stress yang tinggi dan memacu sekresi HCLI pada lambung
(Brooker, 2009). Selain itu, hal ini juga dapat di sebankan karena
adanya stimulasi dari celiac plexus, namun gejala gastrointestinal
biasanya tidak ada (Portis & Sundaram,2001).
5) Demam
Demam terjadi karena adanya kuman yang menyebar ke tempat
lain. Tanda demam di sertai dengan hipotensi, palpitasi,vasodilatasi
pembuluh darah di kulit merupakan tanda terjadinya urosepsis.
Urosepsis merupakan kedaruratan di bidang urologi dalam hal ini
harus secepatnya ditentutakn letak kelainan anatomic pada saluran
kemih yang mendasari timbulnya urosepsis dan di lakukan terapi
berupa drainase dan pemberian antibiotic (purnomo,2012)
6) Distensi vesika urinaria
Akumulasi urin yang tinggi melebihi kemampuan vesika urinaria
akan menyebabkan vasodilatasi maksimal pada vesika. Oleh karena
itu, akan teraba bendungan (distensi) pada waktu di lakukan palpasi
pada region vesika (Brooker,2009).
D. Patofisiologi
Banyak faktor menyebabkan berkurangnya aliran urin dan
menyebabkan obstruksi, salah satunya adalah statis urine dan menurunnya
volume urin akibat dehidrasi serta ketidakadekuatan intake cairan, hal ini
dapat meningkatkan resiko terjadinya urolithiasis, rendahnya aliran urin
adalah gejala abnormal yang umum terjadi (Colella, et al., 2005), selain
itu, berbagai kondisi pemicu terjadinya urolithiasis seperti komposisi batu
yang beragam menjadi faktor utama bekal identifikasi penyebab
urolithiasis. Batu yang terbentuk dari ginjal dan berjalan menuju ureter
paling mungkin tersangkut pada satu dari lokasi berikut, yaitu sambungan
uroteropelvik, titik ureter menyilang disebut batu staghorn. pembuluh
darah iliaka, dan sambungan ureterovesika keputusan untuk tindakan
pengangkatan batu. Batu yang masuk pada pelvis akan membentuk pola
koligentes yang di sebut staghorn.
E. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien batu
saluran kemih adalah (American Urological Association, 2005) :
1. Urinalisa

2. Laboratorium

a. Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau
polisitemia.
b. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. PTH
merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi
serum dan kalsium urine.

3. Foto KUB (Kidney Ureter Bladder)


Menunjukkan ukuran ginjal, ureter dan bladder serta menunjukan
adanya batu di sekitar saluran kemih.

4. Endoskopi ginjal
Menentukan pelvis ginjal, dan untuk mengeluarkan batu yang
kecil.

5. USG Ginjal
Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.

6. EKG (Elektrokardiografi)
Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.

7. Foto Rontgen
Menunjukan adanya batu didalam kandung kemih yang abnormal,
menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area ginjal
dan sepanjang ureter.

8. IVP (Intra Venous Pyelografi )


Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih,
membedakan derajat obstruksi kandung kemih divertikuli kandung
kemih dan penebalan abnormal otot kandung kemih dan memberikan
konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau
panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi
ureter).
9. Pielogram retrograd
Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung
kemih. Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung
kemih, urografi intravena atau pielografi retrograde. Uji kimia darah
dengan urine dalam 24 jam untuk mengukur kalsium, asam urat,
kreatinin, natrium, dan volume total merupakan upaya dari diagnostik.
Riwayat diet dan medikasi serta adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan
kandung kemih dalam keluarga di dapatkan untuk mengidentifikasi
faktor yang mencetuskan terbentuknya batu kandung kemih pada
klien.
F. Penatalaksanaan
Purnomo (2012), mengatakan bahwa penatalaksanaan batu saluran
kemih terbagi menjadi dua bagian yaitu penatalaksanaan farmakologi dan
penatalaksanaan non farmakologi sebagai berikut :
1. Penatalaksanaan farmakologi
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih
secepatnya harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang
lebih parah. Indikasi untuk melakukan tindakan atau terapi pada batu
saluran kemih adalah jika batu telah menimbulkan obstruksi, insfeksi,
atau harus diambil karena sesuatu indikasi social. Batu dapat
dikeluarkan dengan cara medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL (
extracorporeal shock wave lithotripsy ), melalui tindakan endourologi,
bedah laparoskopi, atau pembedahan terbuka.
a. Medikamentosa
b. ESWL ( extracorporeal shock wave lithotripsy )
c. Endourologi

Ada bebrapa tindakan endourologi yaitu :

1) PNL (Percutaneous Nephro Lithholapaxy) adalah usaha


mengeluarkan batu yang berada di dalam saluran ginjal
dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises
melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau
dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.

2) Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu ureter


dengan memasukkan alat pemecah batu (litotriptor) ke
dalam buli-buli. Pemecah batu dikeluarkan dengan evakuator
Ellik.

3) Ureteroskopi atau uretero-renoskopi dengan memasukkan


alat ureteroskopi per-uretram guna melihat keadaan ureter atau
sistem pielo-kaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu,
batu yang berada didalam ureter maupun sistem pelvikalises
dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi / ureterorenoskopi
ini.

4) Ekstraksi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan


menjaringnya melalui alat keranjang dormia.
d. Bedah Laparoskopi
Untuk mengambil batu saluran kemih saat sedang
berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.
e. Pembedahan terbuka
Klinik atau rumah sakit yam belum mempunyai
fasilitasyang memadai untuk tindakan endourologi, laparoskopi,
maupun ESWL, maka pengambilan batu masih dilakukan melalui
pembedahan terbuka.
2. Penatalaksanaan non Farmakologi
Setelah batu dikeluarkan dari saluran kemih, Tindakan selanjutnya
yang tidak kalah penting adalah upaya menghindari timbulnya
kekambuhan. Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas
kandungan unsur yang menyusun batu saluran kemih yang
diperoleh dari Analisa batu, pada umumnya pencegahan itu
berupa :
a. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan
produksi urin sebanyak 2-3 liter/hari
b. Aktivitas harian yang cukup
c. Pemberian medikamentosa
d. Minum air bannyak
e. Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentukan batu
seperti rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi
kalsium urin yang menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam,
rendah oksalat, rendah garam karena natriuresis akan memacu
timbulnya hiperkalsiuri, rendah purin, diet rendah kalsium tidak
dianjurkan kecuali pada pasien yang menderita hiperkalsiuri
absorbtif tipe II
G. Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dan pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien. Oleh karena itu pengkajian yang akurat, lengkap, sesuai
dengan kenyataan, kebenaran data sangat penting dalam merumuskan
suatu diagnosa keperawatan dan memberikan pelayanan keperawatan
sesuai dengan respon individu (Nursalam, 2009 : 26).
Berikut ini adalah pengkajian pada klien dengan batu ginjal :
a. Pengumpulan data

1. Identitas
Data klien, mencakup : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
agama, pekerjaan, suku bangsa, status perkawinan, alamat,
diagnosa medis, No RM, tanggal masuk, tanggal pengkajian, dan
ruangan tempat klien dirawat.

2. Riwayat Kesehatan Klien


Riwayat kesehatan pada klien dengan batu ginjal sebagai berikut :

a) Keluhan Utama
Alasan spesifik untuk kunjungan klien ke klinik atau rumah
sakit. Biasa klien dengan batu ginjal mengeluhkan adanya nyeri
padang pinggang.

b) Riwayat Kesehatan
Sekarang Merupakan pengembangan dari keluhan utama
dan data yang menyertai dengan menggunakan pendekatan
PQRST, yaitu :
P: Paliatif / Propokative: Pada klien dengan batu ginjal biasanya
klien mengeluh nyeri pada bagian pinggang dan menjalar
kesaluran kemih.
Q: Qualitas: Pada klien dengan batu ginjal biasanya nyeri yang
di rasakan seperti menusuk - nusuk.
R: Region : Pada klien dengan batu ginjal biasanya nyeri
dirasakan pada daerah pinggang.
S: Severity : Derajat keganasan atau intensitas dari keluhan
tersebut. Skala nyeri biasanya 7.
Time : Keluhan nyeri pada klien dengan batu ginjal biasanya
dirasakan kadang-kadang.

c) Riwayat Kesehatan Yang Lalu


Biasanya klien dengan batu ginjal mengeluhkan nyeri pada
daerah bagian pinggang, adanya stress psikologis, riwayat
minum-minuman kaleng.

d) Riwayat Kesehatan Keluarga


Biasanya tidak ada pengaruh penyakit keturunan dalam keluarga
seperti jantung, DM, Hipertensi.

3. Data Biologis dan Fisiologis


Meliputi hal-hal sebagai berikut :

a) Pola Nutrisi

Dikaji mengenai makanan pokok, frekuensi makan, makanan


pantangan dan nafsu makan, serta diet yang diberikan. Pada
klien dengan batu ginjal biasanya mengalami penurunan nafsu
makan, mual/muntah, nyeri tekan abdomen. Diet tinggi purin,
kalsium oksalat, dan /atau fosfat. Ketidakcukupan pemasukan
cairan, tidak minum air dengan cukup.

b) Pola Eliminasi
Dikaji mengenai pola BAK dan BAB klien. Pada klien dengan
batu ginjal biasanya BAK sedikit karena adanya penyumbatan,
obstruksi sebelumnya (kalkulus). Penurunan haluaran urine,
kandung kemih penuh. Rasa terbakar, dorongan berkemih, diare.

c) Pola aktivitas/ istirahat


Pada klien dengan batu ginjal klien mengalami gangguan
aktivitas/ istirahat karena pekerjaan monoton, pekerjaan dimana
pasien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan
aktivitas/mobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya.

d) Pola Personal Hygiene


Dikaji kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan personal
hygiene (mandi, oral hygiene, gunting kuku, keramas). Pada
klien dengan batu ginjal biasanya ia jarang mandi karna nyeri di
bagian pinggang

4. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
1) Rambut Pada klien dengan batu ginjal biasanya pemeriksaan
pada rambut akan terlihat sedikit berminyak karena klien
belum mampu mencuci rambut karena keterbatasan gerak
klien.
2) Mata Pada klien dengan batu ginjal pada pemeriksaan mata,
penglihatan klien baik, mata simetris kiri dan kanan, sklera
tidak ikterik.
3) Telinga Pada klien dengan batu ginjal tidak ada gangguan
pendengaran, tidak adanya serumen, telinga klien simetris,
dan klien tidak merasa nyeri ketika di palpasi.
4) Hidung Klien dengan batu ginjal biasanya pemeriksaan
hidung simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada
pembengkakan.
5) Mulut Klien dengan batu ginjal kebersihan mulut baik,
mukosa bibir kering.
b) Leher Klien dengan batu ginjal tidak ada pembengkakan
kelenjer tiroid
c) Thorak
1) Paru-paru
Inspeksi :Klien dengan batu ginjal dadanya simetris kiri
kanan.
Palpasi : Pada klien dengan batu ginjal saat dilakuan palpasi
tidak teraba massa.
Perkusi : Pada klien dengan batu ginjal saat diperkusi di atas
lapang paru bunyinya normal.
Auskultasi : klien dengan batu ginjal suara nafasnya normal.
2) Jantung
Inspeksi :Klien dengan batu ginjal ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi :Klien dengan batu ginjal ictus cordis tidak teraba.
Perkusi :Suara jantung dengan kasus batu ginjal berbunyi
normal.
Auskultasi :Reguler, apakah ada bunyi tambahan atau tidak.
d) Abdomen
Inspeksi :Klien dengan batu ginjal abdomen tidak membesar
atau menonjol, tidak terdapat luka operasi tertutup perban, dan
terdapat streatmarc
Auskultasi :Peristaltik normal.
Palpasi :Klien dengan batu ginjal tidak ada nyeri tekan.
Perkusi :Klien dengan batu ginjal suara abdomen nya normal
(Timpani).
e) Ekstermitas
Klien dengan batu ginjal biasanya ekstremitasnya dalam
keadaan normal.
f) Genitalia
Pada klien dengan batu ginjal klien tidak ada mengalami
gangguan pada genitalia.

5. Data Psikologis
Konsep diri terdiri atas lima komponen yaitu :

a) Citra tubuh
Sikap ini mencakup persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian
tubuh yang disukai dan tidak disukai.

b) Ideal diri
Persepsi klien terhadap tubuh, posisi, status, tugas, peran,
lingkungan dan terhadap penyakitnya.

c) Harga diri
Penilaian/penghargaan orang lain, hubungan klien dengan orang
lain.

d) Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum dirawat dan kepuasan klien
terhadap status dan posisinya.

e) Peran
Seperangkat perilaku/tugas yang dilakukan dalam keluarga dan
kemampuan klien dalam melaksanakan tugas.

6. Data Sosial dan Budaya


Dikaji mengenai hubungan atau komunikasi klien dengan keluarga,
tetangga, masyarakat dan tim kesehatan termasuk gaya hidup, faktor
sosial kultural dan support sistem.

7. Stresor
Setiap faktor yang menentukan stress atau menganggu
keseimbangan. Seseorang yang mempunyai stresor akan
mempersulit dalam proses suatu penyembuhan penyakit.

8. Koping Mekanisme
Suatu cara bagaimana seseorang untuk mengurangi atau
menghilangkan stres yang dihadapi.

9. Harapan dan pemahaman klien tentang kondisi kesehatan Perlu


dikaji agar tim kesehatan dapat memberikan bantuan dengan efisien.

10. Data Spiritual

Pada data spiritual ini menyangkut masalah keyakinan terhadap


tuhan Yang Maha Esa, sumber kekuatan, sumber kegiatan
keagamaan yang biasa dilakukan dan kegiatan keagamaan yang
ingin dilakukan selama sakit serta harapan klien akan kesembuhan
penyakitnya.

11. Data Penunjang

 Farmakoterapi : Dikaji obat yang diprogramkan serta jadwal


pemberian obat.
 Prosedur Diagnostik Medik.
 Pemeriksaan Laboratorium

12. Analisa Data


Proses analisa merupakan kegiatan terakhir dari tahap pengkajian
setelah dilakukan pengumpulan data dan validasi data dengan
mengidentivikasi pola atau masalah yang mengalami gangguan
yang dimulai dari pengkajian pola fungsi kesehatan (Hidayat,
2008:104)
Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA pada tahun 2015 – 2017 diagnosa keperawatan yang
sering muncul pada klien dengan batu ginjal, adalah:
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
2) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhungan
dengan mual, muntah dari efek sekunder nyeri.
3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses penyakitnya.
4) Defisit perawatan diri b.d kelemahan dan kelelahan
5) Resiko infeksi b.d insisi bedah/adanya luka bekas operasi.

Intervensi
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL (NOC)
1. Nyeri akut berhubungan dengan NOC : Pain management
agen cidera fisik 1. Pain level. 1. Lakukan pengkajian
2. Pain control. nyeri secara
3. Comfort level komprehensif termasuk
lokasi, karateristik,
Kriteria Hasil : durasi, frekuensi, dan
1. Mampu mengontrol kualitas.
nyeri ( tahu penyebab
nyeri,mampu 2. Observasi reaksi non
menggunakan teknik non verbal dari
farmakologi untuk ketidaknyamanan.
mengurangi nyeri).
3. Gunakan teknik
2. Melaporkan bahwa nyeri komunikasi terapeutik
berkurang dengan untuk mengetahui
menggunakan manajemen pengalaman nyeri
nyeri. pasien.

3. Mampu mengenali nyeri. 4. Kaji kultur yang


mempengaruhi respon
4. Menyatakan rasa nyeri.
nyaman nyeri setelah nyeri
berkurang. 5. Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau.

6. Kaji tipe dan sumber


nyeri untuk menentukan
intervensi.

7. Tingkatkan istirahat.

8. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri.

Analgesic
administration
1. Tentukan lokasi,
karateristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat.

2. Cek instruksi dokter


tentang jenis obat, dosis
dan frekuensi.

3. Cek riwayat alergi.

4. Tentukan analgesik
tergantung tipe dan
beratnya nyeri.

5. Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal.

6. Monitor vital sign


sebelum dan sesudah
pemberian analgetik
pertama kali.

7. Berikan analgetik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat.
2. Ketidak seimbangan nutrisi NOC : Nutrition management
kurang dari kebutuhan tubuh Nutritional status : 1. Kaji adanya alergi
berhungan dengan mual, 1. Nutritioanal status : food makan .
muntah dari efek sekunder and fluid inatake.
nyeri. 2. Kolaborasi dengan
2. Nutritional status : ahli gizi untuk
nutrient intake. menentukan jumlah
3. Weight control . kalori dan nutrisi yang
Kriteria Hasil : dibutuhkan pasien.
1. Adanya peningkatan
berat badan sesuai dengan 3. Anjurkan pasien
tujuan . untuk meningkatkan
2. Berat badan ideal sesuai intake.
dengan tinggi badan .
3. Mampu mengidentifikasi 4. Anjurkan pasien
kebutuahan nutrisi . untuk meningkatkan
4. Tidak ada tanda-tanda protein dan vitamin
malnutrisi. C.
5. Menunjukkan
peningkatan fugsi 5. Berikan subtansi
pengecapan dari menelan. gula.
6. Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti 6. Yakinkan diet yang
dimakan
mengandung tinggi
serat untuk
mencegah konstipasi.

7. Berikan makanan
yang dipilih (sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi ).

8. Ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makan
harian.

9. Monitor jumlah nutrisi


dan kandungan kalori.

10. Berikan informasi


tentang kebutuhan
nutrisi.

11. Kaji kemampuan


pasien untuk
mendapatkam nutrisi
yang dibutuhkan

Nutrition monitoring

1. BB pasien dalam batas


normal.

2. Monitir adanya
penurunan berat badan.

3. Monitor tipe dan


jumlah aktifitas yang
bisa dilakukan.

4. Monitor interaksi anak


atau orang tua selama
makan.
5. Monitor lingkungan
selama makan.
3. Kurang pengetahuan NOC : Mengajarkan proses
berhubungan dengan proses Pengetahuan tentang penyakit
penyakitnya. proses penyakit
1. Familiar dengan proses 1. Menentukan tingkat
penyakit. pengetahuan klien
sebelumnya
2. Mendiskripsikan proses
penyakit 2. . Jelaskan
patofisiologi
3. Mendiskripsikan faktor penyakit dan apa
penyebab. anatomi dan fisiologi
yang sesuai
4. Mendiskripsikan faktor
3. . Tentukan tanda dan
resiko.
gejala penyakit yang
sesuai
5. Mendiskripsikan efek
penyakit .
4. Gambarkan proses
penyakit
6. Mendiskripsikan tanda
dan gejala. 5. Jelaskan informasi
tentang kondisi
7. Mendiskripsikan pasien saat ini
perjalanan penyakit.
6. Diskusikan
perubahan gaya
8. Mendiskripsikan
hidup yang bisa
tindakan untuk
untuk mencegah
menurunkan progresifitas.
komplikasi atau
mengontrol proses
9. Mendiskripsikan
penyakit
komplikasi.
7. Diskusikan tentang
pilihan terapi dan
10. Mendiskripsikan tanda
perawatan.
dan gejala dari komplikasi.

Ajarkan diet
11. Mendiskripsikan
1. Kaji pengetahuan
tindakan pencegahan untuk
klien tentang diet yang
mencegah komplikasi.
dianjurkan

2. Jelaskan tujuan diet

3. Informasikan berapa
lama diet harus di ikuti

4. Ajarkan klien tentang


makanan yang boleh dan
tidak boleh di makan

5. Observasi pilihan
makanan klien sesuai
dengan diet yang
dianjurkan

6. Konsultasi gizi.

7. Libatkan keluarga
4. Defisit perawatan diri b.d setelah dilakukan tindakan
kelemahan dan kelelahan keperawatan selama 2x24 1. Monitor kemampuan
jam di harapkan klien bisa klien untuk perawatan
melakukan perawatan diri diri yang mandiri.
mandi
Kriteria hasil : 2. Dampingi dan bantuan
1. Klien mengatakan rasa sampai klien mampu
nyaman dan segar setelah secara utuh untuk
mandi. melakukan aktivitas
2. Klien mampu perawatan diri mandi
melakukan aktivitas secara mandiri.
perawatan diri mandi
secara mandiri 3. Kaji tanda vital klien
setelah melakukan
latihan tersebut.

5. Resiko infeksi b.d insisi setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda


bedah/adanya luka bekas keperawatan selama 3x24 vital.
operasi. jam
Kriteria Hasil : 2. Kaji keadaan luka.
 paisen bebas dari tanda
dan gejala infeksi 3. Lakukan perawatan
 Nanah dan darah luka.
sudah tidak keluar lagi 4. Inspeksi kondisi luka/
 TTV dalam batas normal insisi bedah.

5. Bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien
lain.

6. Batasi pengunjung
bila perlu.

7. Cuci tangan setiap


sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan.

8. Monitor tanda dan


gejala infeksi sistemik
dan lokal.
13. Data Spiritual

Pada data spiritual ini menyangkut masalah keyakinan terhadap


tuhan Yang Maha Esa, sumber kekuatan, sumber kegiatan
keagamaan yang biasa dilakukan dan kegiatan keagamaan yang
ingin dilakukan selama sakit serta harapan klien akan kesembuhan
penyakitnya.

14. Data Penunjang

 Farmakoterapi : Dikaji obat yang diprogramkan serta jadwal


pemberian obat.
 Prosedur Diagnostik Medik.
 Pemeriksaan Laboratorium

15. Analisa Data

Proses analisa merupakan kegiatan terakhir dari tahap pengkajian


setelah dilakukan pengumpulan data dan validasi data dengan
mengidentivikasi pola atau masalah yang mengalami gangguan
yang dimulai dari pengkajian pola fungsi kesehatan (Hidayat,
2008:104)
Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA pada tahun 2015 – 2017 diagnosa keperawatan yang
sering muncul pada klien dengan batu ginjal, adalah:
6) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
7) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhungan
dengan mual, muntah dari efek sekunder nyeri.
8) Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses penyakitnya.
9) Defisit perawatan diri b.d kelemahan dan kelelahan
10) Resiko infeksi b.d insisi bedah/adanya luka bekas operasi.
Intervensi

Anda mungkin juga menyukai