Anda di halaman 1dari 8

BAB II DERAJAT KESEHATAN

2.1. Jumlah kematian


2.1.1. Jumlah Kematian Bayi
Kasus kematian bayi selama tahun 2018 sebanyak 15 kasus kematian, dari 2.658
Kelahiran hidup dengan rincian sebagaimana dalam gambar 2.1 dimana terdapat 6
kematian bayi, 13 lahir mati dan 9 kematian neonatus.
Gambar 2.1 Grafik Kematian Bayi tahun 2018

GRAFIK 1 DISTRIBUSI KEMATIAN BAYI TAHUN 2018

13
14
12 9
10 6
8
6
4
2
0
KEMATIAN BAYI LAHIR MATI KEMATIAN NEONATUS

2.1.2. Jumlah Kematian Ibu


Jumlah kematian ibu di Kecamatan Kramatwatu selama tahun 2018 sebanyak 4
orang dari 1.861 Ibu Hamil dengan diagnosa akhir Eklampsia 2 kasus, HELLP
Syndrome 1 kasus dan meningoencephalitis 1 kasus.
Melihat kasus kematian ibu, perlu adanya peningkatan baik kompetensi petugas
maupun sarana dan prasarana di layanan kesehatan, mulai dari tingkat desa
sampai Puskesmas dan prasarana rujukan. Dari sisi masyarakat, perlu adanya
peningkatan peran serta masyarakat dalam kesehatan ibu dan bayi, serta
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan khususnya ibu dan bayi
perlu lebih ditingkatkan lagi, baik pengetahuan seputar kehamilan maupun
pengetahuan kesehatan lainnya.
2.2. Jumlah Kesakitan
2.2.1. Sepuluh Besar Penyakit di Puskesmas
Jumlah sepuluh besar penyakit UPT Puskesmas Kramatwatu pada tahun 2018
dapat dilihat dalam tabel 2.1 dengan diagnosa penyakit ISPA menjadi urutan
pertama sebanyak 20,6% dan Gastro Enteritis Akut menjadi urutan ke sepuluh
dengan jumlah kasus 3,2%.
Tabel 2.1 Sepuluh Besar Penyakit
NO DIAGNOSA PENYAKIT JUMLAH(%)
1 ISPA 20,6%
2 Febris 13,2%
3 Gastritis 11,7%
4 Hipertensi 11,3%
5 Diabetes Melitus 10,8%
6 Chepalgia 8,6%
7 Tonsilofaringitis 6,6%
8 Osteoartritis 6,09%
9 Dermatitis 4,7%
10 Gastro Enteritis Akut 3,2%

2.2.2. Acut Placcid Paralysis(AFP)


Acute Flaccid Paralysis adalah gejala kelumpuhan pada anak yang berumur <15
tahun yang bersifat layuh/flaccid dan terjadi secara mendadak (akut) bukan karena
rudapaksa/trauma/kecelakaan. Untuk membuktikan bahwa virus polio liar sudah
tidak ada lagi di Indonesia, maka harus ditemukan gejala-gejala yang
menyerupaipenyakit polio. Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kecamatan
Kramatwatu tahun 2018 ditemukan 1 kasus AFP di Kampung Gempol, Desa
Pelamunan jenis kelamin laki-laki dan berusia 4 tahun 9 bulan. Setelah dilakukan
pemeriksaan laboratorium hasilnya negatif atau tidak di temukan virus polio.
2.2.3. TB. Paru
TB Paru dapat menyerang siapa saja, terutama usia produktif (15-50 tahun) dan
anak-anak. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lain misalnya: tulang, kelenjar, kulit dan lain-lain. Program
pengendalian TB.Paru menerapkan strategi DOTS (Directly Observed Tratment
Short-course) yang telah diintegrasikan dalam pelayanan kesehatan dasar.
Target program pengendalian TB adalah tercapainya penemuan pasien baru TB
BTA (+) paling sedikit 80 % dari perkiraan dan menyembuhkan 85% dari semua
pasien tersebut serta mempertahankannya. Di Kecamatan Kramatwatu Kabupaten
Serang tahun 2018 ditemukan 69 kasus BTA (+) baru (CDR: 99% dari sasaran
kasus BTA (+) baru), dan kasus yang dinyatakan sembuh sebanyak 101 kasus
BTA positif dari 106 kasus BTA positif yang diobati pada tahun 2018 (CR=95,3
%).
Upaya yang dilakukan dalam pengendalian TB pada tahun 2018 di Kecamatan
Kramatwatu adalah sebagai berikut:
a. Komunikasi dan Edukasi pada Individu dan Kelompok
a) Komunikasi dan Edukasi secara individu dan kelompok
b) Pelaksanaan Komunikasi dan Edukasi di setiap sarana pelayanan
kesehatan dengan melibatkan semua lintas program maupun lintas sektor
kepada masyarakat
b. Penemuan dan Pengobatan
a) Penjaringan suspek TB, dilaksanakan di setiap sarana pelayanan kesehatan
baik pemerintah maupun swasta
b) Penemuan kasus TB BTA positif (Case Holding)
c) Pembinaan ke Pengawas Menelan Obat (PMO) dan kasus
d) Pengiriman dan pemeriksaan specimen kasus suspek Multi Drug Resisten
c. Pemantauan dan Evaluasi
a) Validasi data program TB paru untuk setiap sarana pelayanan kesehatan
b) Evaluasi dan rencana tindak lanjut Program TB Paru untuk setiap sarana
pelayanan kesehatan
d. Melibatkan peran serta masyarakat
Seseorang yang terdiagnosa TB dengan status TB BTA positif dapat menularkan
sekurang-kurangnya kepada 10-15 orang lain setiap tahunnya sehingga sampai
saat ini panyakit tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia termasuk di Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang, selain itu
pengendalian TB mendapat tantangan baru seperti ko-infeksi TB/HIV, TB yang
resisten obat dan tantangan lainnya dengan tingkat kompleksitas yang makin
tinggi. Temuan MDR 1 orang.
2.2.4. Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi paru-paru yang dapat disebabkan oleh berbagai jenis
mikroorganisme, termasuk bakteri, virus, dan jamur. Pada usia anak-anak,
Pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar terutama di negara
berkembang termasuk Indonesia. Angka kematian Pneumonia pada balita di
Indonesia diperkirakan mencapai 21 % (Unicef, 2006). Adapun angka kesakitan
diperkirakan mencapai 250 hingga 299 per 1000 anak balita setiap tahunnya.
Banyaknya vaksin yang tersedia telah menurunkan jumlah penyakit pneumonia
secara drastis di negara-negara industri sepanjang abad ini. Tetapi, jumlah
penyakit ini di negara berkembang tetap tinggi.
Sebagai penyebab kematian utama pada anak dari seluruh dunia, pneumonia telah
merenggut nyawa lebih dari dua juta anak di bawah usia lima tahun setiap tahun.
Di Indonesia, ini berarti dijumpai 25 ribu kematian setiap tahun dari penduduk
kita yang terancam serangan pneumonia.
Tanda-tanda pneumonia adalah diawali dengan panas, batuk, pilek, suara serak,
nyeri tenggorokan. Selanjutnya panas makin tinggi, batuk makin hebat,
pernapasan cepat (takipnea), tarikan otot rusuk (retraksi), sesak napas dan
penderita menjadi kebiruan (sianosis). Adakalanya disertai tanda lain seperti nyeri
kepala, nyeri perut dan muntah (pada anak di atas 5 tahun). Pada bayi (usia di
bawah 1 tahun) tanda-tanda pnemonia tidak spesifik, tidak selalu ditemukan
demam dan batuk. Menurut WHO tahun 2006, Indonesia menempati urutan ke
enam kasus pneumonia yang menyerang balita. Kasus ini sudah mendapatkan
penanganan dengan tingkat penanganan 100% di tingkat puskesmas.
Untuk kasus pneumonia selama tahun 2018 di Kecamatan Kramatwatu jumlah
balita sebesar 9.761, diperkirakan 40,6 % dari populasi tersebut menderita
pneumonia. Jumlah penderita dan kasus yang ditangani adalah 212. Hasil cakupan
Pneumonia Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang masih rendah, ini
dikarenakan pendeteksian awal masih kurang dan tenaga pelaksana yang ada di
tingkat puskesmas perlu ditingkatkan.
Tata laksana telah ditetapkan di tingkat puskesmas untuk menangani balita dengan
kasus pneumonia yaitu dengan pemberian antibiotik, selain itu asupan gizi dan
kualitas udara dan lingkungan tempat tinggal penderita harus dijaga
kebersihannya.
Setengah dari kasus pneumonia disebabkan oleh pneumokokus, sehingga
diperlukan intervensi aktif untuk pencegahan dengan vaksinasi selain nutrisi yang
cukup, pemberian ASI eksklusif dan zinc.
2.2.5. Diare
Penyakit diare erat kaitannya dengan kesehatan lingkungan, penyediaan air bersih
dan perilaku kesehatan. Jika ketiga komponen tersebut memenuhi syarat
kesehatan maka penyebaran penyakit ini dapat ditekan. Kasus diare juga
merupakan kasus yang banyak diderita balita, karena kondisi fisik yang masih
rentan terhadap penyakit ini. Di Kecamatan Kramatwatu pada tahun 2018 dari
perkiraan kasus sebanyak 2.510 ditemukan sebanyak 1.507 kasus atau 60 %.
WHO mengungkapkan bahwa 94% dari kasus diare yang terjadi dapat dicegah
melalui modifikasi lingkungan termasuk peningkatan tersedianya air bersih dan
juga perbaikan sanitasi dan hygiene. Besarnya penurunan kasus diare melalui
akses air bersih mencapai 25%, sedangkan melalui sanitasi tercapai 32%.
Penerapan perilaku hygiene seperti cuci tangan juga terbukti dapat menurunkan
kasus diare hingga 45%. Penurunan kasus diare juga masih dapat ditempuh
dengan penerapan pengolahan air skala rumah tangga, melalui cara ini penurunan
yang terjadi dapat mencapai 39%. Komponen terpenting dalam kehidupan yang
sehat, kepemilikan jamban keluarga baru 77.2%. Jamban keluarga mutlak
diperlukan agar penyebaran penyakit akibat tinja manusia dapat dihindari.
2.3. Status Gizi
Status gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan kesehatan umum,
karena di samping merupakan faktor predisposisi yang dapat memperparah penyakit
infeksi secara langsung juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan
individual.
Salah satu faktor mendasar dalam permasalahan gizi adalah faktor ekonomi. Faktor
inilah yang kemudian mempengaruhi penghasilan masyarakat secara umum. Rendahnya
pendapatan perkapita penduduk sangat berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan pokok:
makanan, sehingga dalam kurun waktu yang lama, permasalahan gizi akan sangat
berdampak pada kualitas sumber daya manusia. Puslitbang Gizi Departemen Kesehatan
menemukan sebuah konsep bagaimana menanggulangi masalah kekurangan gizi pada
anak balita.
Pada tahun 2018, di dapat jumlah Balita ditimbang (D/S) adalah 6.904 Balita dari 8.182
Balita (S riil) atau D/S 84,7%. Dari jumlah tersebut diketahui BGM 1,5% data yang
diambil pada saat PSG (Pemantauan Status Gizi) yang memiliki Gizi buruk adalah
sebanyak 18 anak dan mendapat perawatan 94,4%.
2.3.1. Balita dengan gizi buruk
Balita dengan gizi buruk di wilayah kerja UPT Puskesmas Kramatwatu pada
tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 2.2 dengan jumlah total 18 orang dan jumlah
terbanyak ada di desa Kramatwatu sebanyak 3 orang.
Tabel 2.2 Balita dengan gizi buruk
Balita Gizi Buruk
NO Nama Desa Total
L P
1 Lebakwana 1 1 2
2 Pelamunan 1 1 2
3 Margasana 0 0 0
4 Kramatwatu 1 2 3
5 Pejaten 0 0 0
6 Wanayasa 0 0 0
7 Harjatani 0 1 1
8 Serdang 1 0 1
9 Toyomerto 2 0 2
10 Pegadingan 2 0 2
11 Pamengkang 0 0 0
12 Tonjong 1 0 1
13 Terate 1 1 2
14 Teluk Terate 1 0 1
15 Margatani 0 1 1
Jumlah 0 0 0

2.3.2. Balita dengan gizi kurang


Balita dengan gizi kurang di wilayah kerja UPT Puskesmas Kramatwatu pada
tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 2.3 dengan jumlah total 101 orang dan jumlah
terbanyak ada di desa Margasana sebanyak 16 orang.
Tabel 2.3 Balita dengan gizi kurang

Balita Gizi Kurang


NO Nama Desa Total
L P
1 Lebakwana 4 8 12
2 Pelamunan 4 5 9
3 Margasana 9 7 16
4 Kramatwatu 2 3 5
5 Pejaten 2 2 4
6 Wanayasa 2 2 4
7 Harjatani 3 2 5
8 Serdang 2 2 4
9 Toyomerto 4 4 8
10 Pegadingan 2 2 4
11 Pamengkang 3 6 9
12 Tonjong 6 4 10
13 Terate 4 2 6
14 Teluk Terate 2 1 3
15 Margatani 1 1 2
Jumlah 50 51 101

2.3.3. Ibu Hamil dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK)


Ibu Hamil dengan kekurangan Energi Kronis (KEK) di wilayah kerja UPT
Puskesmas Kramatwatu pada tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 2.4 dengan
jumlah total 314 orang dan jumlah terbanyak ada di desa Terate sebanyak 40
orang.
Tabel 2.4 Ibu Hamil dengan kekurangan Energi Kronis (KEK)

NO Nama Desa BUMIL KEK


1 Lebakwana 13
2 Pelamunan 11
3 Margasana 25
4 Kramatwatu 23
5 Pejaten 29
6 Wanayasa 7
7 Harjatani 28
8 Serdang 24
9 Toyomerto 18
10 Pegadingan 31
11 Pamengkang 12
12 Tonjong 11
13 Terate 40
14 Teluk Terate 23
15 Margatani 19
Jumlah 0

2.3.4. Desa/Kelurahan rawan gizi/gizi buruk


Desa rawan gizi buruk di kecamatan Kramatwatu tahun 2018 meliputi
Lebakwana,Pelamunan,Kramatwatu,Tonjong dan Terate.

Anda mungkin juga menyukai