1. Pengantar. Sebenarnya materi tentang gaya pengambilan keputusan ini merupakan kelanjutan dari salah satu materi kepemimpinan, yaitu gaya kepemimpinan. sehingga jika menyinggung tentang gaya pengambilan keputusan, terkait erat dengan gaya kepemimpinan. Hal ini berarti orang akan tidak meninggalkan materi tentang gaya kepemimpinan dalam membahas gaya pengambilan keputusan. Disamping itu juga dapat diutarakan bahwa gaya pengambilan keputusan pada hakekatnya adalah gaya kepemimpinan yang mengarah pada sikap dan tindakan pemimpin secara khusus dalam mengambil keputusan. Sebagaimana diketahui bahwa pengambilan keputusan merupakan kewenangan pimpinan dalam suatu organisasi, dan malahan dikatakan jika tugas utama pimpinan adalah mengambil keputusan (Siagian, 2006 : 38). Selain itu dapat dikemukakan bahwa bagaimanapun juga pimpinan adalah sosok manusia yang memiliki kepribadian tertentu yang tidak sama antara yang satu dengan yang lain, dan oleh karenanya masing-masing pimpinan juga memiliki kekhasan dalam menerapkan keputusan. Dalam kalimat yang lain adalah, bahwa masing-masing pimpinan dalam mengambil keputusan akan memiliki gaya yang dapat berbeda atau dapat pula sama antar mereka. Kemudian menyinggung tentang gaya pengambilan keputusan, maka diutarakan materi di bawah ini. 2. Definisi Gaya Pengambilan Keputusan. Istilah gaya merupakan terjemahan dari kata style dalam bahasa Inggeris, yang berarti kegiatan, tindakan, daya, energy, kekuatan yang bisa mengubah kondisi (Dagun, 2006 : 293). Terkait dengan gaya kepemimpinan, maka gaya kepemimpinan didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai tujuan tertentu (Heidjrachman, 2002:224). Berlandaskan definisi ini, maka gaya pengambilan keputusan yang dilakukan pimpinan juga dipengaruhi oleh karakter pimpinan yang bersangkutan dan malahan cenderung pada kepentingan pimpinan tersebut. 3. Jenis-Jenis Gaya Pengambilan Keputusan. 3.1. Menurut Gato (dalam Salusu, 2006 : 194-195). 3.1.1. Gaya Direktif. Pemimpin yang direktif pada umumnya membuat keputusan-keputusan penting dan banyak terlibat dalam pelaksanaannya; Semua kegiatan berpusat pada pemimpin dan sedikit saja kebebasan orang lain untuk berkreasi dan bertindak kecuali diizinkan, sehingga gaya direktif ini tepat disebut dengan gaya otoriter. 3.1.2. Gaya Konsultatif. Dalam gaya konsultatif ini pemimpin lebih banyak melakukan konsultasi, mengajak bawahan untuk memecahkan permasalahan organisasi dalam rangka mengambil keputusan, dengan disertai pemberian motivasi guna menumbuhkan semangat. 3.1.3. Gaya Partisipatif. Gaya partisipasi bertolak dari gaya konsultatif, yang bisa berkembang ke arah saling percaya antara pimpinan dan bawahan. Pimpinan cenderung memberi kepercayaan pada kemampuan staf untuk menyelesaikan pekerjaan sebagai tanggung jawab mereka. 3.1.4. Gaya Delegasi. Dalam gaya delegasi ini pimpinan mendorong para bawahan untuk mengambil inisiatif sendiri dalam memecahkan permasalahan organisasi, dan pimpinan melimpahkan kewenangannya kepada mereka. Hal yang perlu diperhatikan adalah, bahwa walaupun pimpinan melimpahkan kewenangannya kepada para bawahan, namun harus tetap melakukan pemantauan agar para bawahan tidak melenceng dari tujuan organisasi. 1 2 3.2. Menurut Vroom dan Yetton (dalam Handoko, 1999 : 145-146). 3.2.1. Manajer mengambil keputusan sendiri dengan menggunakan masukan informasi yang tersedia. 3.2.2. Manajer memperoleh informasi yang diperlukan dari bawahan dan kemudian menetapkan keputusan yang dipandang relevan. Peran bawahan hanya dalam hal masukan informasi saja dan tidak melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan. 3.2.3. Manajer membicarakan permasalahan yang dihadapi organisasi dengan para bawahan secara individual dan mendapatkan gagasan dan saran tanpa melibatkan bawahan sebagai kelompok. Kemudian manajer mengambil keputusan yang dapat atau tidak dapat mencerminkan masukan atau intuisi maupun inspirasi dari bawahan. 3.2.4. Manajer membicarakan permasalahan organisasi yang akan dipecahkan dalam pengambilan keputusan dengan para bawahan, akan tetapi keputusannya dimungkinkan bisa sesuai dengan keinginan dan aspirasi bawahan atau kondisi sebaliknya. 3.2.5. Manajer membicarakan situasi dan kondisi keputusan dengan para bawahan sebagai suatu kelompok, dan kelompok menyusun serta menilai alternatif. Manajer tidak bermasud mempengaruhi para bawahan untuk menerima hasil keputusan yang diambil manajer, sebagai keputusan bersama. Sumber Pustaka : Handoko, Tani, T, Dr, MBA, Manajemen, BPPE, Yogyakarta, 1999. Heidjrachman Suad dan Husnan, Manajemen Personalia, BPEE, Yogyakarta, 2002. Salusu, J, Pengambilan Keputusan Strategik Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Non Profit, Grasindo. Jakarta, 2006. Siagian, Sondang P, Prof, Dr, MPA, Filsafat Administrasi, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 2006.