Anda di halaman 1dari 2

Materi Pertemuan XIII

Gaya Pengambilan Keputusan


1. Pengantar.
Sebenarnya materi tentang gaya pengambilan keputusan ini merupakan
kelanjutan dari salah satu materi kepemimpinan, yaitu gaya kepemimpinan. sehingga
jika menyinggung tentang gaya pengambilan keputusan, terkait erat dengan gaya
kepemimpinan. Hal ini berarti orang akan tidak meninggalkan materi tentang gaya
kepemimpinan dalam membahas gaya pengambilan keputusan. Disamping itu juga
dapat diutarakan bahwa gaya pengambilan keputusan pada hakekatnya adalah gaya
kepemimpinan yang mengarah pada sikap dan tindakan pemimpin secara khusus dalam
mengambil keputusan. Sebagaimana diketahui bahwa pengambilan keputusan
merupakan kewenangan pimpinan dalam suatu organisasi, dan malahan dikatakan jika
tugas utama pimpinan adalah mengambil keputusan (Siagian, 2006 : 38). Selain itu
dapat dikemukakan bahwa bagaimanapun juga pimpinan adalah sosok manusia yang
memiliki kepribadian tertentu yang tidak sama antara yang satu dengan yang lain, dan
oleh karenanya masing-masing pimpinan juga memiliki kekhasan dalam menerapkan
keputusan. Dalam kalimat yang lain adalah, bahwa masing-masing pimpinan dalam
mengambil keputusan akan memiliki gaya yang dapat berbeda atau dapat pula sama
antar mereka. Kemudian menyinggung tentang gaya pengambilan keputusan, maka
diutarakan materi di bawah ini.
2. Definisi Gaya Pengambilan Keputusan.
Istilah gaya merupakan terjemahan dari kata style dalam bahasa Inggeris, yang
berarti kegiatan, tindakan, daya, energy, kekuatan yang bisa mengubah kondisi (Dagun,
2006 : 293). Terkait dengan gaya kepemimpinan, maka gaya kepemimpinan
didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan
organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai tujuan tertentu (Heidjrachman,
2002:224). Berlandaskan definisi ini, maka gaya pengambilan keputusan yang dilakukan
pimpinan juga dipengaruhi oleh karakter pimpinan yang bersangkutan dan malahan
cenderung pada kepentingan pimpinan tersebut.
3. Jenis-Jenis Gaya Pengambilan Keputusan.
3.1. Menurut Gato (dalam Salusu, 2006 : 194-195).
3.1.1. Gaya Direktif.
Pemimpin yang direktif pada umumnya membuat keputusan-keputusan
penting dan banyak terlibat dalam pelaksanaannya; Semua kegiatan
berpusat pada pemimpin dan sedikit saja kebebasan orang lain untuk
berkreasi dan bertindak kecuali diizinkan, sehingga gaya direktif ini tepat
disebut dengan gaya otoriter.
3.1.2. Gaya Konsultatif.
Dalam gaya konsultatif ini pemimpin lebih banyak melakukan konsultasi,
mengajak bawahan untuk memecahkan permasalahan organisasi dalam
rangka mengambil keputusan, dengan disertai pemberian motivasi guna
menumbuhkan semangat.
3.1.3. Gaya Partisipatif.
Gaya partisipasi bertolak dari gaya konsultatif, yang bisa berkembang ke
arah saling percaya antara pimpinan dan bawahan. Pimpinan cenderung
memberi kepercayaan pada kemampuan staf untuk menyelesaikan
pekerjaan sebagai tanggung jawab mereka.
3.1.4. Gaya Delegasi.
Dalam gaya delegasi ini pimpinan mendorong para bawahan untuk
mengambil inisiatif sendiri dalam memecahkan permasalahan organisasi,
dan pimpinan melimpahkan kewenangannya kepada mereka. Hal yang perlu
diperhatikan adalah, bahwa walaupun pimpinan melimpahkan
kewenangannya kepada para bawahan, namun harus tetap melakukan
pemantauan agar para bawahan tidak melenceng dari tujuan organisasi.
1
2
3.2. Menurut Vroom dan Yetton (dalam Handoko, 1999 : 145-146).
3.2.1. Manajer mengambil keputusan sendiri dengan menggunakan masukan
informasi yang tersedia.
3.2.2. Manajer memperoleh informasi yang diperlukan dari bawahan dan kemudian
menetapkan keputusan yang dipandang relevan. Peran bawahan hanya
dalam hal masukan informasi saja dan tidak melibatkan mereka dalam
pengambilan keputusan.
3.2.3. Manajer membicarakan permasalahan yang dihadapi organisasi dengan para
bawahan secara individual dan mendapatkan gagasan dan saran tanpa
melibatkan bawahan sebagai kelompok. Kemudian manajer mengambil
keputusan yang dapat atau tidak dapat mencerminkan masukan atau intuisi
maupun inspirasi dari bawahan.
3.2.4. Manajer membicarakan permasalahan organisasi yang akan dipecahkan
dalam pengambilan keputusan dengan para bawahan, akan tetapi
keputusannya dimungkinkan bisa sesuai dengan keinginan dan aspirasi
bawahan atau kondisi sebaliknya.
3.2.5. Manajer membicarakan situasi dan kondisi keputusan dengan para bawahan
sebagai suatu kelompok, dan kelompok menyusun serta menilai alternatif.
Manajer tidak bermasud mempengaruhi para bawahan untuk menerima hasil
keputusan yang diambil manajer, sebagai keputusan bersama.
Sumber Pustaka :
Handoko, Tani, T, Dr, MBA, Manajemen, BPPE, Yogyakarta, 1999.
Heidjrachman Suad dan Husnan, Manajemen Personalia, BPEE, Yogyakarta, 2002.
Salusu, J, Pengambilan Keputusan Strategik Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Non
Profit, Grasindo. Jakarta, 2006.
Siagian, Sondang P, Prof, Dr, MPA, Filsafat Administrasi, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta,
2006.

Anda mungkin juga menyukai