Anda di halaman 1dari 21

1

Anatomi Fisiologi Darah

A. Pengertian Darah
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan)
tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan
tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh
terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata
hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah. Darah
memiliki warna merah yang berasal dari kandungan oksigen dan karbon dioksida di
dalamnya. Adanya oksigen dalam darah diambil dengan jalan bernafas, dan zat ini sangat
berguna pada peristiwa pembakaran/metabolisme di dalam tubuh. Viskositas/kekentalan
darah lebih kental daripada air yang mempunyai BJ 1,041-1,067, temperature 38°C, dan pH
7,37-7,45.
Warna darah bervariasi dari merah terang sampai merah tua kebiruan, tergantung pada
kadar oksigen yang di bawa sel darah merah. Darah pada tubuh manusia mengandung 55%
plasma darah (cairan darah) dan 45% sel-sel darah (darah padat). Jumlah darah pada tubuh
orang dewasa sebanyak kira-kira 1/13 dari berat badan atau sekitar 4-5 liter. Jumlah darah
tersebut pada setiap orang berbeda-beda. Tergantung kepada umur, ukuran tubuh, dan
berbanding terbalik dengan jumlah jaringan adiposa pada tubuh.
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut
oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh
dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan
penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit.
Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.

B. Fungsi Darah
Fungsi Darah Pada Tubuh Manusia :
1. Alat pengangkut air dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
2. Alat pengangkut oksigen dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
3. Alat pengangkut sari makanan dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
4. Alat pengangkut hasil oksidasi untuk dibuang melalui alat ekskresi
5. Alat pengangkut getah hormon dari kelenjar buntu
6. Menjaga suhu temperatur tubuh
2

7. Mencegah infeksi dengan sel darah putih, antibodi dan sel darah beku8. Mengatur
keseimbangan asam basa tubuh, dll

Bagian darah
Air 91%
Protein 3% (albumin, globulin, protombin dan fibrinogen)
Mineral 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat, magnesium,
kalsium dan zat besi)
Bahan Organik 0,1% (glukosa, lemak, asam urat, kreatinin, kolesterol dan asam
amino)

C. Komposisi Darah

1. Air : 91%
2. Protein : 3% (albumin, globulin, protombin, dan fibrinogen)
3. Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat, magnesium, kalsium,
dan zat besi)
4. Bahan organic :0,1% (glukosa, lemak, asam urat, kreatinin, kolesterol dan asam amino)
D. Bagian-bagian Darah
a. Plasma Darah
b. Macam-macam Sel Darah
1. Sel Darah Merah (eritrosit)
3

2. Sel Darah Putih (leukosit)


3. Sel Pembeku Darah (trombosit)/ Platelet
c. Plasma + Sel Darah : Whole Blood
E. Plasma Darah
1. Pengertian Plasma Darah (Cairan Darah)

Plasma darah adalah


cairan darah berbentuk butiran-
butiran darah yang tidak
berwarna dalam darah Di
dalamnya terkandung benang-
benang fibrin / fibrinogen yang
berguna untuk menutup luka
yang terbuka. Plasma darah juga
mengandung berbagai macam
zat organik, anorganik, dan air.

2. Komponen Penyusun Plasma Darah

 Air : 91%
 Protein plasma darah : 7%
 Komponen lainya
Asam amino, lemak, glukosa, urea, garam,0,9%
Hormon, antibody.0,1%
Senyawa atau zat-zat kimia yang larut dalam cairan darah antara lain sebagai berikut.
1) Sari makanan dan mineral yang terlarut dalam darah, misalnya monosakarida, asam
lemak, gliserin, kolesterol, asam amino, dan garam-garam mineral. Garam-garam mineral
meliputi:
a. kation : Na+, K++, Ca++, Mg++
b. anion : Cl-, HCO3-, PO4-
2) Enzim, hormon, dan antibodi, sebagai zat-zat hasil produksi sel-sel.
3) Protein yang terlarut dalam darah (7%), molekul-molekul ini berukuran cukup besar
sehingga tidak dapat menembus dinding kapiler. Contoh:
4

a) Albumin (4%), protein plasma yang paling banyak mengikat banyak zat (sebagai
contoh, bilirubin, garam empedu, dan penisilin) untuk transportasi melalui plasma dan
sangat berperan dalam menentukan tekanan osmotik darah karena jumlahnya.
b) Globulin (2,7%), terdapat tiga subkelas; Globulin alfa (α), beta (β), dan gamma (γ);
1) Globulin alfa dan beta spesifik mengikat dan mengangkut sejumlah zat dalam
plasma, misalnya hormon tiroid, kolersterol, dan besi.
2) Banyak faktor yang berperan dalam proses pembekuan darah terdiri dari globulin
alfa dan beta.
3) Globulin alfa yang berperan penting dalam pengaturan keseimbangan garam di
tubuh.
4) Globulim gamma adalah imunnoglobulin (antibodi), yang penting bagi mekanisme
pertahanan tubuh.
c) Fibrinogen (0,3%), berperan penting dalam pembekuan darah.

4) Urea dan asam urat, sebagai zat-zat sisa dari hasil metabolisme.
5) O2, CO2, dan N2 sebagai gas-gas utama yang terlarut dalam plasma.
3. Fungsi Plasma Darah
Peran Plasma darah sangatlah bervariasi yaitu

1. berfungsi mengangkut air


2. mengangkut mineral, ion ion misalnya ion karbonat
3. mengangkut sari-sari makanan ke seluruh jaringan tubuh.
4. mengangkut panas hasil oksidasi , sehingga panas tubuh kita bisa merata dan bisa
mempertahankan suhu tubuh itu (37o) dengan membuang panas yang berlebihan itu
lewat keringat
5. mengangkut hasil sisa oksidasi sel CO2 yang diangkut dalam bentuk HCO3 -
6. mengangkut hormon
7. mengangkut antibody / zat immun
8. mengangkut zat ekskresi dari jaringan tubuh ( urea) ke ginjal

Bagian plasma darah yang mempunyai fungsi penting adalah serum. Serum
merupakan plasma darah yang dikeluarkan atau dipisahkan fibrinogennya dengan cara
memutar darah dalam sentrifuge. Serum tampak sangat jernih dan mengandung zat antibodi.
Antibodi merupakan protein yang dapat mengenali dan mengikat antigen ( protein asing)
tertentu. Antibodi ini berfungsi untuk membinasakan protein asing yang masuk ke dalam
5

tubuh. Protein asing yang masuk ke dalam tubuh disebut antigen. Antigen adalah molekul
Protein asing yang tidak dikenal yang masuk ke plasma darah , adanya antigen maka akan
terbentuk antibody ( Antibody jumlahnya berbanding lurus dengan antigen yang ada) maka
orang yang sakit karena adanya kuman ( antigen asing) , dan bisa sehat dipastikan di
tubuhnya (plasma darahnya) banyak antibody special kuman tersebut sehingga ia sudah kebal
terhadap kuman yang menyebabkan penyakit tersebut.
Berdasarkan cara kerjanya, antibodi dalam plasma darah dapat dibedakan sebagai
berikut.
1) Aglutinin : menggumpalkan antigen.
2) Presipitin : mengendapkan antigen.
3) Antitoksin : menetralkan racun.
4) Lisin : menguraikan antigen.
5) Netralisasi : antigenik menutup tempat yang toksik ( beracun)
Antigen yang terdapat dalam sel darah dikenal dengan nama aglutinogen, sedangkan
antibodi terdapat di dalam plasma darah dinamakan aglutinin. Aglutinogen membuat sel-sel
darah peka terhadap aglutinasi (penggumpalan). Adanya aglutinogen dan aglutinin di dalam
darah ini pertama kali ditemukan oleh Karl Landsteiner (1868–1943) dan Donath.
Di dalam darah terdapat dua jenis aglutinogen, yaitu aglutinogen A dan aglutinogen
B. Berdasarkan ada tidaknya aglutinogen dalam darah, Landsteiner membagi empat macam
golongan darah, yaitu darah golongan A, B, AB, dan O. Sistem penggolongan darah ini
dinamakan sistem ABO.
F. Macam-macam Sel Darah
 Sel Darah Merah (Eritrosit)

Berupa cakram kecil bikonkaf,


cekung pada kedua sisinya, sehingga
dilihat dari samping namapak seperti dua
buah bulan sabit yang saling bertolak
belakang. Berdiameter 8 mikron, dan
mempunyai ukuran ketebalan sebagai
berikut: pada bagian yang paling tebal,
tebalnya 2 mikron, sedangkan pada
bagian tengah tebalnya 1 mikron atau kurang.
6

Volume rata-rata
sel darah merah adalah
sebesar 83 mikron kubik.
Dalam setiap millimeter
kubik darah terdapat
5.000.000 sel darah.
Strukturnya terdiri atas
pembungkus luar atau
stroma, berisi massa
hemoglobin. Sel darah
merah memerlukan
protein karena strukturnya
terbentuk dari asam
amino. Mereka juga memerlukan zat besi, sehingga untuk membentuk penggantinya
diperlukan diet seimbang yang berisi zat besi.
Pembentukan sel darah merah. Sel darah merah di bentuk di dalam sumsum tulang,
terutama dari tulang pendek, pipih dan tak beraturan, dari jaringan kanselus pada ujung
tulang pipa dan dari sumsum dalam batang iga-iga dan dari sternum. Di dalam sumsum
tulang terdapat banyak sel pluripoten hemopoietik stem yang dapat membentuk berbagai jenis
sel darah. Sel-sel ini akan terus menerus direproduksikan selama hidup manusia, walaupun
jumlahnya akan semakin berkurang sesuai dengan bertambahnya usia.
Sel pertama yang akan dapat diketahui termasuk ke dalam rangkaian sel-sel darah merah
dapat disebut sebagai proeritroblas. Dengan rangsangan yang sesuai maka dari sel-sel stem
ini dapat dibentuk banyak sekali sel-sel. Sekali proeritroblas ini terbentuk, maka ia akan
membelah beberapa kali sampai akhirnya akan terbentuk 8 sampai 16 sel-sel darah merah
yang matur. Sel-sel baru dari generasi pertama ini disebut sebagai basofil eritroblas sebab 
dapat di cat dengan zat warna basa; dan sel-sel ini pada saat ini akan mengumpulkan sedikit
sekali hemoglobin. Tetapi pada generasi berikutnya yang disebut sebagai polikromatofil
eritroblas akan mulai terbentuk cukup hemoglobin sehingga sel-sel ini mempunyai gambaran
polikromatofil. Sesudah terjadi pembelahan lainnya atau selebihnya, maka akan terbentuk
lebih banyak lagi hemoglobin dan sel-sel ini lalu disebut sebagai ortokromatik eritroblas
dimana warnanya sekarang dapat menjadi merah oleh karena adanya hemoglobin. Akhirnya,
bila sitoplasma dari sel-sel ini sudah dipenuhi oleh hemoglobin sehingga mencapai
konsentrasi ±34%, maka nukleus akan memadat sampai ukurannya menjadi kecil dan
7

terdorong dari sel. Pada saat yang sama retikulum endoplasma akan mereabsorbsi. Dimana
pada tahap ini sel tersebut disebut sebagai retikulosit oleh karena masih mengandung sedikit
bahan-bahan basofilik mengandung sisa-sisa Golgi, mitokondria dan sedikit organela
sitoplamik yang lain. Pada tahap retikulosit ini sel-sel tersebut akan berjalan masuk ke dalam
darah kapiler dengan cara diapedesis (terperas melalui pori-pori membran). Bahan-bahan
basofilik yang tesisa di dalam retikulosit tada dalam keadaan normalnya akan menghilang
dalam waktu satu sampai dua hari dan sel ini lalu disebut sebagai eritrosit matur. Oleh karena
waktu hidup eritrosit ini pendek, maka pada umumnya konsentrasi seluruh sel-sel darah
merah dalam darah itu pada keadaan normal jumlahnya kurang dari 1%.
Rata-rata panjang hidup darah merah kira-kira 115 hari. Sel menjadi usang, dan
dihancurkan dalam sistema retikulo-endotelia, terutama dalam limpa dan hati. Globin dari
hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalm jaringan-
jaringan dan zat besi dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk digunakan dalam
pembentukan sel darah merah lagi. Sisa hem dari hemoglobin diubah menjadi bilirubin
(pigmen kuning) dan biliverdin yaitu yang berwarna kehijau-hijauan yang dapat dilihat pada
perubahan warna hemoglobin yang rusak pada luka memar.
Konsentrasi sel-sel darah merah di dalam darah, pada pria normal jumlah rata-rata sel-
sel darah merah per millimeter kubik adalah 5.200.000 (± 300.000) dan pada wanita normal
jumlahnya 4.700.000 (±300.000). Jumlah sel-sel darah merah ini bervariasi pada kedua jenis
kelamin dan pada perbedaan umur, pada ketinggian tempat seseorang itu tinggal akan
mempengaruhi jumlah sel darah merah.
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai
media transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa
karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru paru.
8

Kadar normal hemoglobin


Kadar hemoglobin menggunakan satuan
gram/dl. Yang artinya banyaknya gram hemoglobin
dalam 100 mililiter darah.
Nilai normal hemoglobin tergantung dari umur
pasien :
 Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl
 Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl
 Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl
 Anak anak : 11-13 gram/dl
 Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl
 Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl
 Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl
 Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl
Eritroposis
Pembentukan sel darah merah (eritroposis) adalah subyek pengaturan “feedback”.
Eritroposis diatur oleh suatu hormone glikoprotein yang beredar yang dinamakan
eritropoeitin yang dibentuk oleh kerja dari faktor ginjal pada globulin plasma. Hormone ini
mempermudah diferensiasi sistem sel menjadi proeritroblast. Kerapuhan sel darah merah.
Faktor penghambat pembentukan eritroposis adalah kenaikan sel darah merah dalam
sirkulasi yang mencapai nilai diatas normal sedangkan pembentukan eritroposis dirangsang
oleh anemia, hipoksia, dan kenaikan jumlah sel darah merah yang beredar adalah gambaran
yang menonjol dari aklimanisasi pada dataran tinggi.
Sel-sel darah merah, seperti sel-sel lainnya , mengkerut dalam larutan dengan tekanan
osmotic yang lebih tinggi dari tekanan osmotik plasma. Pada larutan yang tekanan
osmotiknya lebih rendah sel darah merah akan membengkak, menjadi cembung dan
kemudian kehilangan hemoglobinnya (hemolisis). Haemoglobin eritrosit yang hemolisis larut
dalam plasma, member warna merah pada plasma. Bila kerapuhan osmotiknya normal, sel
darah merah mulai hemolisis bila dimasukkan dalam larutan NaCl 0,48% dan pada larutan
NaCl 0,33% hemolisis adalah sempurna. Pada sferositosis herediterb(ikterus hemolitik
congenital) sel-sel adalah sferositik dalam plasma normal dan lebih banyak terjadi hemolisis
daripada sel-sel normal pada larutan natrium khlorida hipotonik (kerapuhan sel darah merah
abnormal)
9

Sel darah merah juga dapat dilisiskan oleh obat-obatan dan infeksi. Mudahnya hemolisis
sel darah merah terhadap zat-zat ini meningkat pada defisiensi enzim glukosa 6-fosfat
dehidrogenase (G6PD) , yaitu enzim yang mengkatalisis langkah permulaan oksidasi glukosa
melalui heksosa monofosfat shunt. Jalan ini menghasilkan NAPDH, yang diperlukan pada
beberapa jalan untuk memperahankan kerapuhan sel darah merah. Defisiensi aktivasi G6DP
congenital dalam sel darah merah disebabkan adanya variant-variant enzim sering terjadi.
Sebenarnya defisiensi G6DP adalah abnormalitas enzim yang secara genetik paling sering
ditemukan pada manusia. Lebih dari 80 variant genetik G6DP telah ditemukan, 40
diantaranya tidak menyebabkan penurunan aktivitas enzim yang banyak, tetapi lainnya
menyebabkan penurunan aktivitas dan peningkatan sensitivitas terhadap zat-zat hemolitik dan
anemia hemolitik. Defisiensi G6DP yang berat juga menghambat daya bunuh granulosit
terhadap bakteri dan merupakan predisposial terhadap infeksi berat.
 Sel Darah Putih (Leukosit)

Rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar dari sel darah merah,
tetapi jumlahnya lebih kecil. Leukosit merupakan unit yang mobil/aktif dari sistem
pertahanan tubuh. Sistem perthanan ini sebagian dibentuk di dalam sumsum tulang
(granulosit dan monosit dan sedikit limfosit) dan sebagian lagi di salam jaringan limfe
(limfosit dan sel-sel plasma), tapi setelah dibentuk sel-sel ini kana diangkut didalam darah
menuju ke bermacam-macam bagian tubuh untuk dipergunakan. Granulosit atau sel
polimorfonuklear merupakan hampir 75% dari seluruh jumlah sel darah putih. Mereka
terbentuk dalam sumsum merah tulang. Sel ini berisi sebuah nukleus yang berbelah banyak
10

dan protoplasmanya berbulir. Karena itu disebut sel berbulir atau granulosit. Kekurangan
granulosit disebut granulositopenia. Sedangkan tidak adanya granulosit disebut
agranulositosis yang timbul setelah makan obat tertentu, termasuk juga beberapa antibiotika.
Fungsi sel darah putih , granulosit dan monosit mempunyai peranan penting dalam
perlindungan badan terhadap mikroorganisme. Dengan kemampuannya sebagai fagosit (fago-
saya makan), mereka memakan bakteri-bakteri hidup yang masuk ke peredaran darah.
Dengan kekuatan gerakan amuboidnya ia dapat bergerak bebas di dalam dan dapat keluar
pembuluh darah dan berjalan mengitari seluruh bagian tubuh. Dengan demikian sel darah
putih mempunyai fungsi :
1. Mengepung daerah yang terkena infeksi atau cedera
2. Menangkap organisme hidup dan menghancurkannya
3. Menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran, serpihan kayu, benang jahitan
(catgut), dll dengan cara yang sama.
Sebagai tambahan granulosit memiliki enzim yang dapat memecah protein, yang
memungkinkan merusak jaringan tubuh, menghancurkan dan membuangnya. Dengan ini
jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan dimungkinkan sembuh.
Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih, peradangan dapat dihentikan sama
sekali. Bila kegiatannya tidak dapat berhasil dengan sempurna, maka dapat terbentuk nanah.
Nanah berisi “jenazah” dari kawan dan lawan. Fagosit yang terbunuh dalam perjuangannya
melawan kuman yang menyerbu masuk disebut sel nanah.
Klasifikasi leukosit. Ada lima jenis leukosit dalam sirkulasi darah, yang di bedakan
berdasarkan ukuran, bentuk nukleus, dan ada tidaknya granula sitoplasma. Sel yang
mempunyai granula sitoplasma disebut granulosit, dan sel yang tidak mempunyai granula
disebut agranulosit.
11

A. Granulosit merupakan Sel yang mempunyai granula sitoplasma


12
13

B. Agranulosit merupakan sel yang tidak mempunyai granula didalamnya


14

Mengenai fungsi limfosit sedikit yang diketahui. Mereka tidak memiliki gerakan
amuboid, terapung-apung di dalam aliran darah dan juga terdapat dalam aliran darah dan juga
terdapat dalam jaringan limfe dari semua bagian badan. Mereka tidak memakan bakteri,
tetapi diduga bahwa mereka membentuk antibodi (badan penangkis) penting yang melindungi
tubuh terhadap infeksi khorik dan mempertahankan tingkat kekebalannya (imunitas) tertentu
terhadap infeksi.
Konsentrasi bermacam-macam sel-sel darah putih dalam darah. Pada manusia dewasa
dapat di jumpai kira-kira 7.000 sel-sel darah putih per millimeter kubik darah. Jumlah
persentase bermacam-macam sel-sel darah putih kira-kira sebagai berikut:
Netrofil Polimorfonuklir 62,0%
Eosinofil Polimorfonuklir 2,3%
Basofil Polimorfonuklir 0,4%
Monosit 5,3%
Limfosit 30,0%
Jumlah platelet yang hanya merupakan fragmen-fragmen sel dalam keadaan normal
jumlahnya kira-kira 300.000 per millimeter kubik.
15

Leukositosis ialah istilah untuk menunjukkan penambahan jumlah keseluruhan sel


darah putih dalam darah, yaitu apabila penambahan melampaui 10.000 butir per millimeter
kubik.
Leukopenia berarti berkurangnya jumlah sel darah putih sampai 5.000 atau kurang.
Limfositosis yaitu pertambahan jumlah limfosit.
Pembetukan sel darah putih. Sel-sel darah putih dibentuk di dalam sumsum tulang,
terutama granulosit akan disimpan di dalam sumsum sampai mereka diperlukan di dalam
sistem sirkulasi. Kemudian bila kebutuhannya meningkat, maka bermacam-macam faktor
yang akan meneyebabkan granulosit tersebut dilepaskan. Dalam keadaan normal granulosit
yang bersikulasi di dalam seluruh aliran darah kira-kira tiga kali daripada jumlah granulosit
yang disimpan dalam sumsum. Jumlah ini sesuai dengan persediaan granulosit selama 6 hari.
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pembentukan sel-sel darah putih. Pada
umumnya untuk pembentukan sel-sel darah putih itu juga sangat membutuhkan vitamin-
vitamin dan asam-asam amino seperti halnya kebanyakan sel-sel yang lain dalam tubuh.
Terutama bila sampai kekurangan asam folat, suatu senyawa vitamin B kompleks, yang
menghambat pembentukan sel-sel darah merah. Juga pada gangguan metabolisme yang
parah, maka produksi sel-sel darah putih mungkin akan sangat berkurang walaupun
sebenarnya sel-sel ini lebih dibutuhkan daripada keadaan-keadaan yang biasa.
Komponen Sel Darah Putih
Sel Sel /µL (rata- Kisaran normal Persen sel darah
rata) putih total
Sel darah putih 9000 4000-11000 ….
total
Granulosit 5400 3000-6000 50-70

Netrofil 275 150-300 1-4

Eosinofil 35 0-100 0,4

Basofil
Limfosit 2750 1500-4000 20-40
Monosit 540 300-600 2-8
Eritrosit 4,8 x 10⁶ …. ….

Wanita 5,4 x 10⁶ …. ….

Pria
16

Trombosit 300.000 200.000 – ….


500.000

Sel Pembeku Darah (Trombosit)/ Platelet


Trombosit merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk dan ukurannya
bermacam-macam, ada yang bulat ada juga yang berbentuk lonjong, memilik warna putih.
Pada orang dewasa terdapat 200.000-300.000 trombosit per millimeter kubik.
Fungsinya memegang peranan penting dalam pembekuan darah. Jika banyaknya
kurang dari normal, maka apabila terdapat luka dan darah tidak segera membeku sehingga
timbul pendarahan yang terus menerus. Trombosit lebih dari 300.000 disebut trombositosis.
Trombosit yang kurang dari 200.000 disebut trombositopenia. Di dalam plasma darah
terdapat suatu zat yang turut membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah, yaitu Ca 2+ dan
fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka.

Faktor pembekuan darah


Faktor 1 Nama
I Fibrinogen
II Protombin
III Tromboplastin
IV Kalsium
V Proakselerin, faktor labil, globulin akselerator.
VII Prokonvertin, SPCA, faktor sabil
VIII Faktor antihemofilia (AHF), faktor antihemofilia A, globulin
IX antihemofilia (AHG)
17

X Komponen tromboplastik plasma (PTC), faktor christmast,


XI faktor antihemofilia B.
XII Faktor Stuwart-plower
XIII Turunan tromboplastin plasma (PTA), faktor antihemofilia C.
HMW-K Faktor hagenan., faktor gelas
PRE-Ka Faktor penstabil fibrin, faktor laki-lorand
Ka Kininogen berberat molekul tinggi, faktor fitzgerald
PL Prekallikrein, faktor fletcher
Kallikrein
Fosfolipid trombosit.
1
faktor VI bukan merupakan faktor tersendiri dan dihilangkan.

Proses pembekuan darah

Pembekuan darah merupakan rangkaian proses yang terjadi pada jaringan tubuh,
plasma darah, dan trombosit. Bila darah ke luar dari pembuluh darah, maka akan segera
membeku atau menggumpal (koagulasi). Mekanismenya sebagai berikut:
18

Perhatikan proses pembekuan darah. Eritrosit ‘terjebak jala’ yang dibentuk oleh benang
fibrin. Peristiwa ini berfungsi mencegah kehilangan banyak eritrosit saat luka.

Untuk keperluan tertentu, misalnya dalam proses pengambilan darah dari donor, maka
pembekuan darah dapat dihindari dengan jalan:

1. Mendinginkan darah mendekati titik bekunya untuk menghalangi pembentukan


trombin.
2. Memberi garam natrium oksalat atau natrium sitrat untuk mengendapkan ion Ca,
sehingga pengubahan protrombin menjadi trombin terhambat
3. Pemberian heparin atau dicumarol. Kedua zat tersebut merupakan zat anti koagulan
atau anti pembekuan darah
4. Mencegah persentuhan dengan permukaan yang kasar, jadi harus menggunakanjarum
yang tajam dan pipa atau gelas yang licin.

G. Pengertian dan Fungsi Sistem Peredaran Getah Bening


Selain sistem peredaran darah, manusia juga mempunyai sistem peredaran getah bening
(limfa) yang keduanya berperan dalam sistem transportasi. Sistem limfa berkaitan erat
dengan sistem peredaran darah. Sistem limfa terdiri dari cairan limfa, pembuluh limfa, dan
kelenjar limfa.

Fungsi sistem peredaran getah bening adalah sebagai berikut :


1. Untuk sistem pertahanan tubuh
2. Mengangkut kembali cairan tubuh, cairan plasma darah, sel darah putih yang berada
di luar pembuluh darah, dan mengangkut lemak dari usus ke dalam sistem peredaran
darah.

Cairan limfa mengandung sel-sel darah putih yang berfungsi mematikan kuman
penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Cairan ini keluar dari pembuluh darah dan mengisi
ruang antarsel sehingga membasahi seluruh jaringan tubuh. Pembuluh limfa mempunyai
banyak katup dan terdapat pada semua jaringan tubuh, kecuali pada sistem saraf pusat.
Pembuluh limfa dibedakan menjadi dua macam yaitu pembuluh limfa kanan dan
pembuluh limfa kiri. Pembuluh limfa kanan berfungsi menampung cairan limfa yang berasal
dari daerah kepala, leher bagian kanan, dada kanan, dan lengan kanan. Pembuluh ini
bermuara pada vena yang berada di bawah selangka kanan. Pembuluh limfa kiri berfungsi
19

menampung getah bening yang berasal dari daerah kepala, leher kiri, dada kiri, dan lengan
kiri serta tubuh bagian bawah. Pembuluh ini bermuara pada vena di bawah selangka kiri.
Kelenjar limfa berfungsi untuk menghasilkan sel darah putih dan menjaga agar tidak
terjadi infeksi lebih lanjut. Kelenjar limfa terdapat di sepanjang pembuluh limfa, terutama
terdapat pada pangkal paha, ketiak, dan leher. Alat tubuh yang mempunyai fungsi yang sama
dengan kelenjar limfa yaitu limpa dan tonsil. Limpa merupakan sebuah kelenjar yang terletak
di belakang lambung dan berwarna ungu.
Fungsinya antara lain sebagai tempat penyimpanan cadangan sel darah, membunuh
kuman penyakit, pembentukan sel darah putih dan antibodi, dan tempat pembongkaran sel
darah merah yang sudah mati. Tonsil atau amandel terletak di bagian kanan dan kiri pangkal
tenggorokan. Tonsil yang berada di belakang anak tekak yaitu di dalam rongga hidung
disebut polip hidung. Fungsi tonsil adalah untuk mencegah infeksi yang masuk melalui
hidung, mulut, dan tenggorokan.
H. Proses Pembentukan Sel Darah
1. Terjadi awal masa embrional, sebagian besar pada hati dan sebagian kecil pada limpa.
Pada minggu ke 20 masa embrional mulai terjadi pada sumsum tulang.
2. Semakin besar janin peranan pembentukan sel darah terjadi pada sumsum tulang
3. Setelah lahir semua sel darah dibuat disumsum tulang, kecuali limposit yang juga
dibentuk dikelenjar limpe, thymus dan lien
4. Setelah usia 20 tahun sumsum tulang panjang tidak memproduksi lagi sel darah
kecuali bagian proximal humerus dan tibia.
20

I. Golongan Darah
Golongan darah sangat penting untuk diketahui sehubungan dengan transfusi darah yaitu
memasukan darah seseorang ke dalam tubuh orang lain melalui pembuluh darah vena.
Transfusi ini bermanfaat dan diperlukan  tetapi jika pekerjaan ini dilakukan sembarangan
sangat berbahaya karena bisa menimbulkan kematian bagi yang menerimanya.
Apabila darah dari golongan yang bertentangan ditransfusikan akan mengakibatkan bahan
dalam plasma yang bernama aglutinin menggumpal dan juga terjadi hemolisis (memecahnya)
sel darah merah sehingga dapat membahayakan atau menimbulkan kematian. Di dalam serum
darah manusia terdapat suatu zat  yang disebut zat aglutinin/zat penggumpal yang terdiri dari
2 macam yaitu aglutinin alfa dan aglutinin beta. Sedangkan di dalam eritrosit terdapat pula
zat lain yang disebut aglutinogen A dan aglutinogen B.
Berdasarkan faktor tersebut diatas makan Landsteiner membagi darah ke dalam empatt
golongan yaitu:
1.      Golongan darah A, yang mempunyai aglutinogen A dalam eritrositnya dan mengandung
aglutinin beta dalam serumnya.
2.      Golongan darah B yang mempunyai aglutinogen B dalam eritrositnya dan mengandung
aglutinin alfa dalam serumnya.
3.      Golongan darah AB yaitu darah yang mempunyai aglutinogen A dan B dalam
eritrositnya, dan tidak mengandung alfa dan beta dalam serumnya.
4.      Golongan darah O, yaitu darah yang tidak mengandung agluinogen (antigen) dan
mengandung aglutinin alfa dan beta dalam serumnya.
Golongan darah O mempunyai aglutinin alfa dan beta, tetapi tidak mempunyai
aglutinogen sehingga apabila diberikan pada darah yang golongan AB atau A-B tidak akan
menimbulkan penggumpalan, sehingga orang yang mempunyai golongan darah O disebut
general donor atau pemberi darah umum.
Skema golongan darah
Golongan darah Aglutinogen eritrosit Aglutinin serum
AB A dan B -
A A BETA
B B ALFA
O - ALFA BETA
21

DAFTAR PUSTAKA
C. Pearce, Evelyn. 1992. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Guyton, Arthur C. 1993. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 7 bagian 1. Jakarta: EGC.
Syaifuddin, Drs. H. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2020566-komposisi-darah/
http://id.wikipedia.org/wiki/Darah
http://www.g-excess.com/359/pengertian-dan-fungsi-sistem-peredaran-getah-bening/
http://www.sentra-edukasi.com/2011/07/fungsi-jenis-jumlah-leukosit.html

http://m.medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=160

http://www.sarjanaku.com/2011/06/sistem-peredaran-darah.html

http://www.lkc.or.id/gentagold/2012/10/02/fungsi-pengertian-dan-komponen-plasma-darah/

http://ettaabu.blogspot.com/2011/06/anatomi-and-fisiologi-darah.html

http://biologigonz.blogspot.com/2010/03/plasma-darah.html

http://lemootpners.blogspot.com/2011/10/anfis-darah.html

http://mhswkprwtn.blogspot.com/2012/06/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html

http://anfis-mariapoppy.blogspot.com/2011/01/darah.html

Anda mungkin juga menyukai